A. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai takdirnya masing-masing. Ada yang memang ditakdirkan kehidupannya selalu mudah, tidak ada cobaan yang berarti. Namun, ada juga yang kehidupannya selalu susah, seakan takdir yang diberikan tuhan tidak pernah memihak kepada dirinya. Sebenarnya kehidupan manusia tidak ada yang mengetahuinya, besok akan ada apa dan bagaimana. Manusia hanya berusaha sebaik-baiknya, sesuai dengan kemampuan masing-masing individu. Tidak semua hal berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karenanya, terkadang ada faktor lain yang menyebabkan pekerjaan atau kegiatan individu tersebut terhambat bahkan sampai menuai kegagalan. Kejadian semacam ini dapat dikatakan ketidak beruntungan yang sedang menghinggapi diri individu tersebut. Latar belakang semacam itulah yang memunculkan kepercayaan bahwa orang tersebut harus diruat untuk membuang kesialan yang ada pada dirinya. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk membuang “kesialan”. Cara yang dipakai tidak lepas dari tempat, tradis i dan kebiasaan dimana individu tersebut berada. Faktor lain adalah agama atau kepercayaan yang dianut oleh individu. Orang yang beragama islam mempunyai cara yang berbeda dengan pemeluk agama lain dalam menanggapi masalah mengeni “kesialan”, begitu pula dengan pemeluk agama lain. Masing-masing mempunyai cara sendiri sesuai dengan kepercayaan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. Latar Belakang
Setiap manusia mempunyai takdirnya masing-masing. Ada yang
memang ditakdirkan kehidupannya selalu mudah, tidak ada cobaan yang
berarti. Namun, ada juga yang kehidupannya selalu susah, seakan takdir yang
diberikan tuhan tidak pernah memihak kepada dirinya.
Sebenarnya kehidupan manusia tidak ada yang mengetahuinya, besok
akan ada apa dan bagaimana. Manusia hanya berusaha sebaik-baiknya, sesuai
dengan kemampuan masing-masing individu. Tidak semua hal berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Oleh karenanya, terkadang ada faktor lain yang menyebabkan
pekerjaan atau kegiatan individu tersebut terhambat bahkan sampai menuai
kegagalan. Kejadian semacam ini dapat dikatakan ketidak beruntungan yang
sedang menghinggapi diri individu tersebut.
Latar belakang semacam itulah yang memunculkan kepercayaan
bahwa orang tersebut harus diruat untuk membuang kesialan yang ada pada
dirinya. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk membuang
“kesialan”. Cara yang dipakai tidak lepas dari tempat, tradisi dan kebiasaan
dimana individu tersebut berada.
Faktor lain adalah agama atau kepercayaan yang dianut oleh individu.
Orang yang beragama islam mempunyai cara yang berbeda dengan pemeluk
agama lain dalam menanggapi masalah mengeni “kesialan”, begitu pula
dengan pemeluk agama lain. Masing-masing mempunyai cara sendiri sesuai
dengan kepercayaan.
B. Fokus Masalah Penelitian
Penulis memilih tipe ritual missfortune. Penelitian mengenai ritual yang
dikakukan ketika ada sesuatu lain yang diyakini dan dapat menyebabkan hal-
hal buruk, tidak terjadi secara alamiah. Penelitian ini mengenai kebudayaan
dan tradisi yang dilakukan masyarakat desa Ngegot, kecamatan Mijen,
kabupatan Demak untuk menghilangkan “kesialan” yang sedang dialami oleh
individu. Memfokuskan pada cara masyarakat setempat dalam menanggapi
“kesialan” atau bisa diebut miss fortune. Motif masyarakat setempat untuk
melakukan kegiatan tersebut. Tujuan diselenggarakannya kegiatan tersebut.
Manfa’at dari kegiatan tersebut, maka penulis merumuskan fokus
permasalahan seperti berikut :
1. Kegiatan apa saja yang dilakukan masyarakat desa Ngegot, kecamatan
Mijen, kabupaten Demak dalam tradisi selametan ketika seseorang
memperoleh “kesialan”.
2. Bertujan apa kegiatan selametan.
3. Motif melakukan tradisi selametan.
4. Manfa’at dari kegiatan selametan.
C. Metodologi Penelitian
Slametan merupakan salah satu dari banyaknya ritual sebagai
manifestasi kultur Jawa asli (Prasetyo, 2013:90). Objek kajian penelitian
merupakan kegiatan masyarakat mengenai tradisi selametan. Pengamatan
tentang tradisi selametan pada masyarakat desa Ngegot, kecamatan Mijen,
kabupaten Demak.
Peneliti menyusun langkah kerja untuk mendapatkan data mengenai
tradisi selametan. Pertama, melakukan telaah pustaka mengenai tradisi dan
ritual.
Tradisi melakukan ritual merupakan adat kebiasaan yang diproduksi
oleh suatu masyarakat berupa aturan atau kaidah yang biasanya tidak tertulis
tetapi dipatuhi oleh masyarakat berupa petunjuk perilaku yang harus dan atau
sebaliknya dilakukan, atau apa yang harus dan sebaiknya tidak dilakukan
berupa tabu-tabu (larangan). Sedangkan bagi yang melanggar kaidah tersebut
akan mendapatkan sanksi-sanksi yang biasanya bersifat sanksi sosial (dalam
Prasetyo, 2013:87).
Data yang akan diambil penulis sebagai bahan kajian dapat diperoleh
dari observasi lapangan dan informan, yaitu warga setempat yang berperan
atas diselenggarakanya kegiatan selametan. Informan yang dapat
diwawancari seperti tokoh masyarakat, kiai, sesepuh desa, warga sekitar yang
menjadi pelaku atau tertimpa kesialan.
Setelah menentukan tempat dan informan, penulis melakukan seleksi
data yang sudah didapatkan untuk diolah sebagai data pra-jadi. Untuk
membuat data yang valid maka penulis melakukan analisis data, untuk
menjadikan data sebelumnya menjadi data yang dapat dideskripsikan.
Penulisan laporan dari data yang sudah jadi.
Langkah kerja penelitian dapat disusun sebagai berikut :
1. Pemilihan Tempat
Memilih tempat sebagai objek kajian kebudayaan.
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang memiliki arti cipta,
karya, karsa masyarakat. Masyarakat sendiri adalah sekumpulan
orang yang memiliki kebutuhan sama yang mendiami suatu
tempat, memiliki struktur sosial. Maka, pemilihan tempat
merupakan langkah pertama dalam peneilitian kebudayaan.
2. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data, penulis melakukan oservasi
lapangan. Setelah melakukan observasi, penulis menentukan
orang sebagai informan, karena dalam penelitian ini sumber
informasi yang diperoleh dari lisan yang berarti menggunakan
teknik wawancara sebagai alat utuma pengumpulan data.
Informan adalah orang yang dianggap mengetahui tentang tradisi
selametan.
Untuk memperoleh jawaban mengapa dan apa alasan
seseorang melakukan selametani.
3. Seleksi Data
Seteah penulis memperolah data, dilakukan seleksi data.
Tahap ini memilih data yang hendak dipergunakan pada tahap
analisis data. Seleksi data mengkomparasikan data yang telah
didapat oleh penulis. Memilah dan mengkombinasikan data yang
ada.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang valid.
4. Analisis Data
Setelah data mengenai tradisi selametan desa Ngegot
didapatkan dan diseleksi. Data dianalisis untuk menuliskan
laporan pengamatan mengenai tradisi selametan yang dilakukan
masyarakat di desa Ngegot. Mendeskripsikan hasil wawancara
maupun hasil pengamatan kegiatan tradisi selametan pada
masyarakat desa Ngegot.
5. Penulisan Laporan
Penulisan laporan merupakan pendeskripsian secara sistematis
hasil pengamatan. Penyajian penulisan dengan format laporan
memudahkan pembaca untuk mengetahui informasi mengenai
tradisi selametan di desa Ngegot.
D. Analisis Laporan
1. Kegiatan
Setiap manusia mempunyai pekerjaan yang berbeda-beda. Ketika
manusia sedang melakukan pekerjaannya tidak jarang memperoleh
kesulitan dalam pekerjaan.
Setiap daerah mempunyai cara tersendiri dalam melakukan ritual.
Begitu juga dengan tradisi selametan yang diadakan warga desa Ngegot,
kecamatan Mijen, kabupaten Demak untuk membuang kesialan yang
menghinggapi.
Ritual atau upacara adat merupakan ekspresi emosi para pelakunya.
Ritual sebagai ekspresi subyektif setiap orang atau kelompok orang tiap
daerah mempunyai bentuk dan makna yang berbeda sesuai dengan
keunikkannya masing-masing (Prasetyo, 2013:89).
Kesulitan-kesulitan tersebut ada yang dapat dilogika, ada pula yang
diluar alam berfikir manusia. Seperti kejadian seseorang yang jatuh ketika
mengendarai motor sampai tiga kali atu lebih dalam satu bulan. Ketika
seseorang mengalami kejadian tersebut lebih dari satu kali, manusia akan
berfikiran ada faktor lain yang menyebabkan kejadian yang tidak
mengenakan terjadi berulang-ulang pada dirinya.
Kejadian yang semacam inilah membuat masyarakat mengaitkan
dengan kekuatan supranatural yang berada diluar kemampuannya. Warga
masyarakat desa Ngegot ketika ada yang mengalami kejadian miss
fortune, maka akan mengadakan selametan. Selametan merupakan
kegiatan yang dilakukan supaya orang selamat dari bala’ atau kesialan
yang sedang dialami.
Kegiatan ini dilakukan dengan membacakan do’a untuk orang yang
terkena musibah. Tradisi selametan yang dilakukan oleh masyarakat desa
Ngegot dominan bernuansakan islam, meskipun ada beberapa ketentuan
cara sesuai dengan cara Jawa. Dilakukan pada hari lahir sesuai dengan
neptu orang tersebut. Do’a yang dibaca adalah do’a dan manaqib Syekh
Abdul Qodir Al Jaelani. Orang yang membaca do’a tersebut haruslah
memperoleh ijazah dari seorang guru atau kiai, tutur kiai Mukarom.
Beliau sering diminta tolong oleh masyarakat yang mengalami musibah
untuk membacakan do’a selamatan.
Disediakan opor ayam, bubur merah, bubur putih, pisang, serta
segelas air. Opor ayam sebagai simbol hewan yang pernah dihidupkan
oleh Syeikh Abdul Qodir Al Jaelani. Sedangkan bubur merah, bubur
putih, dan pisang sebagai makanan pelengkap (jadah pasar / jajanan).
Makanan yang biasa dimakan oleh masyarakat desa Ngegot.
Setelah selesai dibacakan do’a, maka segelas air tersebut diminumkan
untuk orang yang sedang mengalami kesialan. Sedangkan opor ayam dan
makanan yang lainnya dibagikan kepada sanak suadara. Hal ini
dimaksudkan untuk bersedekah sebagai penolak bala’. Ada pula warga
yang melakukan do’a bersama dengan sanak saudara lainnya, seketika
selasai do’a makanan tersebut dimakan bersama-sama.
2. Tujuan Slametan
Menurut kiai Mukarom, tujuan diadakannya tradisi slametan adalah
untuk introspeksi diri. Setiap manusia adalah tempatnya salah, sehingga
secara sadar maupun tidak, manusia melakukan kesalahan sehingga Allah
mengingatkan melalui cobaan.
Pendapat yang berbeda diutarakan oleh bapak Jayadi, menurut beliau
karena ada hal ghaib yang sedang mengikuti orang tersebut. Ketika orang
berpergian kesuatu tempat mereka tidak menyadari bahwa tempat
tersebut ada yang memiliki. Lantas hal ghaib tersebut mengikuti orang
tersebut, tidak jarang hal ghaib mengganggu apa saja yang dilakukan
orang yang diikutinya. Bapak Jayadi dikenal sebagi praktisi supranatural
yang dapat melihat hal-hal ghaib.
Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa ada dua hal yang
mendasari diadakannya do’a slametan untuk menghilangkan kesialan.
Pertama adalah kepercayaan mengenai takdir tuhan. Kedua, adalah
makhluk lain yang berada disekeliling manusia, baik itu jin maupun
syaitan.
3. Motif Melaksanakan Slametan
Masyarakat desa Ngegot mempunyai motif untuk memperlancar
segala urusannya, terhindar dari mara bahaya ketika melakukan segala
pekerjaan.
Do’a yang dibacakan untuk diri seseorang dapat mengangkat
moral individu tersebut setelah beberapa kali mengalami musibah.
Kegiatan semacam mengingatkan manusia bahwa kehidupannya tidak
hanya sendiri, ada makhluk lain yang juga hidup di bumi Allah.
4. Manfa’at Kegiatan Slametan
Tradisi slametan desa Ngegot, memiliki beberapa manfa’at :
a. Mengangkat moral orang yang terkena musibah.
b. Memberi semangat untuk melakukan pekerjaannya kembali.
c. Introspeksi diri.
d. Mendekatkan diri kepada tuhan.
E. Penutup
Tradisi syuronan desa Ngegot merupakan murni tradisi islam. Tidak
ada corak budaya Jawa pada pelaksanaan tradisi syuronan. Hipotesis penulis
mengenai tradisi syuronan di desa Ngegot tentang adanya akulturasi budaya
antara Jawa dan islam terbantahkan.
Meskipun namanya tradisi syuronan, namun itu hanya penyebutan
saja. Masyarakat banyak yang hafal nama bulan tahun hijriyah dengan nama
bulan Jawa, sehingga meskipun momentnya perayaan tahun baru hijriyah,
masyarakat lebih senang menyebutnya sebagai syuronan.
Banyak nilai sosial yang terkandung pada tradisi syuronan. proses
pewarisan budaya juga akan terus terjaga karena masyarakat yang
mengikutinya dari usia dini hingga yang sudah tua.
Daftar Informan
No Nama Alamat Profesi
1
2
3
4
5
6
7
8
Mukarom
M. Ahdaka Maskuri
Mashadi
Suparti
Jayadi
Muatiroh
Sumarno
Zakaria
Desa Ngegot
Desa Ngegot
Desa Ngegot
Desa Ngegot
Desa Ngegot
Desa Ngegot
Desa Ngegot
Desa Ngegot
Penghulu
Wiraswasta
Petani
Sesepuh
Petani
Warga
Petani
Wirausaha
Daftar Pustaka
Prasetyo, Andy Irawan. 2013. “Hubungan Antara Religiusitas Kesilaman
Dengan Ritual Pengtawit Pada Mahasiswa ISI Surakarta”. Surakarta: E-print
Universitas Sahid.
Widyastuti, Dewi. 2013. “Makna Ritual Dalam Pementasan Seni Tradisi
Reog Ponorogo”. Surakarta: E-Library UNS.
Listiani, Kristin. 2011. “Partisipasi Masyarakat Sekitar Dalam Ritual Di
Kelenteng Bang Eng Bio Adiwerna”. Semarang : E-Jurnal UNNES.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa