-
i
TRADISI PEMBACAAN WIRID SAKRAN
(Kajian Living Qur’an di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad
Pemayung, Batanghari Jambi)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Stara Satu (S1)
Dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh:
Eka Rahayuni
(UT.150195)
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
-
v
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, zikir
yang sebanyak-banyaknya.
Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.
(QS. Al-Ahzab ayat 41-42)
-
vi
PERSEMBAHAN
Yang Utama Dari Segalanya...
Ya Allah,
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi
takdirku, sedih, bahagia,
dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku,
yang telah memberi
warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu,Engkau berikan
aku kesempatan
untuk bisa sampaidi penghujung awal perjuanganku.
Segala Puji bagi Mu ya Allah,
Alhamdulillahirabbil „aalamiin...
Akhirnya aku sampai ke tiik ini,
sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya Rabb
Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu
Shalawat serta salam kepada idola ku Baginda Rasulullah SAW
dan para sahabatnya yang mulia
Semoga sebuah karya ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi
kebanggaan
bagi keluargaku tercinta
Teruntuk Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada
terhingga kupersembahkan
karya ini untuk belahan jiwaku bidadari surgaku yang tanpamu aku
bukanlah siapa siapa di
dunia fana ini Ibundaku tersayang (SUMINAH)
Serta seseorang yang selalu menginjeksikan segala idealisme,
prinsip, edukasi dan kasih
sayang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan
ataukah perjuangan yang
tidak pernah ku ketahui,namun tenang temaram dengan penuh
kesabaran dan pengertian luar
biasa Ayahandaku tercinta (ISKANDAR)
yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta
kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya
dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.
Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah
bahagia.
Untuk Dosen Pembimbing Tugas Akhirku...
Bapak Dr. Masiyan, M.Ag dan Ibu Sajida Putri, M.Hum, selaku
dosen pembimbing tugas
akhir saya, terima kasih banyak pak..bu.., saya sudah dibantu
selama ini, sudah dinasehati,
sudah diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran
dari bapak dan ibu.
Terima kasih banyak pak..bu.., bapak dan ibu adalah dosen
favorit saya..
Teruntuk Teman sejawat saudara seperjuangan
"Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa
melibatkan bantuan Tuhan
dan orang lain". Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah
selain bersama sahabat terbaik.
Terimakasih kuucapkan Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan
khususnya IAT “B”
“Tanpa kalian aku tak pernah berarti, tanpa kalian aku bukan
siapa-siapa yang takkan jadi
apa-apa”, buat saudara sekaligus sahabatku selama Berada di UIN
STS JAMBI terima kasih
telah menjadi sahabat sekaligus keluarga yang selalu
memotivasi.
.”your dreams today can be your future tomorrow”
http://fitryannisa.blogspot.com/2013/09/halaman-persembahan-skripsi.html
-
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
T ط ` ا ẓ ظ B ب ` ع T ت Gh غ Ts ث F ف J ج Q ق ḥ ح K ك Kh خ L ل D
د M م Dz ذ N ن R ر W و Z ز H ه S س ؍ ء Sy ش
Y ى ṣ ص ḍ ض
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
Ī ِاى Ā اَ A اَ
Aw ا و Á ا ى U اَ
Ay ا ى Ū ا و I اَِ
-
viii
C. Ta‟ Marbutah
Transliterasi untuk ta‟ marbutah ini ada dua macam:
1. Ta‟ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya
adalah/h/.
contoh:
Arab Indonesia
Salãh صالة Mir‟ãh مراة
2. Ta‟Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah
dan dammah,
maka transliterasinya adalah/t/.
Contoh:
Arab Indonesia
Wizãrat al-Tarbiyah وزارةَالتبيةالزمنَمراة Mir‟ãt al-zaman
3. Ta‟ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya
adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
Fajannatan فجئة
-
ix
ABSTRAK
Al-Qur‟an merupakan kitab Allah yang diturunkan untuk manusia
melalui
Malaikat Jibril dengan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai
pedoman bagi
manusia dalam mengarungi kehidupan. al-Qur‟an diterima
masyarakat sebagai
teks tertulis kemudian dipahami dan direspon oleh masyarakat
dengan berbagai
bentuk. Mulai dari kajian mengenai al-Qur‟an yang telah banyak
dilakukan oleh
para ulama serta sarjana muslim lainnya baik itu berupa
penghapalan, penafsiran
terhadap ayat-ayatnya, maupun kajian respon masyarakat terkait
dengan al-Qur‟an
yang dikenal dengan istilah Living Qur‟an.
Penelitian skripsi ini membahas tentang “Tradisi Pembacaan Surah
Dan
Ayat Al-Qur‟an Dalam Tradisi Pembacaan Wirid Sakran Di Pondok
Pesantren
Irsyadul „Ibad Pemayung, Batang Hari Jambi” merupakan kegiatan
rutinan santri.
Fokus Pembahasan dari penelitian ini adalah terkait dengan dua
hal, yakni
pertama, bagaimana praktik pembacaan wirid Sakran di Pondok
Pesantren
Irsyadul „Ibad, kedua, bagaimana pemaknaan jamaah baik ustadz
maupun santri
terhadap tradisi pembacaan wirid Sakran ini. Dalam penelitian
ini penulis
menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi.
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu
melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Sedangkan mengenai analisis data yang
penulis
gunakan dalam skripsi ini adalah reduksi data, display data, dan
verifikasi data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses rangkaian
tradisi
pembacaan wirid Sakran antara lain; tradisi pembacaan wirid
Sakran dilaksanakan
setelah jamaah shalat Isya‟ dan diikuti oleh seluruh santri
diawali dengan bacaan
tawasshul, membaca surah al-Fatihah, membaca Syadahat,
Hasbunallah wani'mal
wakil ni'mal maula wani'man nasir 3x, Laa haula wala quwata ila
billah 3x dan
dilanjutkan dengan pembacaan wirid Sakran dan diakhiri dengan
do‟a. Sedangkan
mengenai pemaknaan jamaah berdasarkan teori sosiologi
pengetahuan yakni teori
konstruksi sosial Peter L Berger dan Thomas Luckmann.
-
x
KATA PENGANTAR
بسم ميحرلا نمحرلا هللا
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT.
Pemilik Kesempurnaan yang telah melimpahkan Rahmat dan
Inayah-Nya serta
Izin-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan
skripsi ini dengan lancar yang berjudul “TRADISI PEMBACAAN
WIRID
SAKRAN (Kajian Living Qur’an di Pondok Pesantren Irsyadul
„Ibad
Pemayung, Batang Hari Jambi)”. Sholawat beserta salam semoga
selalu
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya serta
seluruh umatnya sampai keakhir zaman.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
ujian
munaqasyah, guna memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin, Program
Studi Ilmu
Al-Quran dan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama di
Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Dalam penyusunan
skripsi ini,
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan,
baik dari teknik
penyusunan maupun pemilihan diksi yang tertulis. Untuk itu,
kritik dan saran
yang membangun penulis harapkan guna perbaikan skripsi ini.
Dalam penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari
bantuan,
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung
maupun tidak
langsung, baik berupa materil maupun moril, berupa saran-saran,
bimbingan,
nasehat dan sebagainya. Oleh karena itu, dengan penuh rasa
hormat dan
kerendahan serta ketulusan hati penulis menyampaikan rasa terima
kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak yang berjasa
diantaranya
kepada:
1. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag. Sebagai Pembimbing I dan Ibu Sajida
Putri, S. Ud. M. Hum Sebagai Pembimbing II yang telah sabar
membantu dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Ermawati S, Ag M.A. Selaku ketua program studi Ilmu
Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. H. Abdul Ghaffar, M.Ag. Sebagai Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin
Jambi.
4. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag. Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik.
5. Bapak H. Abdullah Firdaus Lc, M.A. Selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum.
6. Bapak Dr. Firhat Abas, M.Ag. Selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama luar.
7. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari MA. Ph.D. Selaku Wakil
Rektor bidang akademik.
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.............................................................................................
i
NOTA DINAS
........................................................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
....................................... iii
PENGESAHAN………………………………………………………………….. iv
MOTTO
.................................................................................................................
v
PERSEMBAHAN
..................................................................................................
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
..........................................................................
vii
ABSTRAK
...........................................................................................................
.. ix
KATA PENGANTAR
...........................................................................................
x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xiii
DAFTAR TABEL
.................................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN
..........................................................................
1
A. Latar belakang masalah
..............................................................
1
B. Rumusan Masalah
.......................................................................
7
C. Batasan Masalah
.........................................................................
7
D. Tujuan dan kegunaan penelitian
................................................. 7
E. Kajian Pustaka
...........................................................................
8
F. Kerangka Teori
.........................................................................
11
G. Metode Penelitian
.....................................................................
12
H. Sistematika Penulisan
...............................................................
18
BAB II GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN IRSYADUL
„IBAD
..........................................................................................
19
A. Sejarah Berdiri, Lokasi, Visi, Misi dan Tujuan Pondok
Pesantren Irsyadul „Ibad
......................................................... 19
B. Tata Tertib, Sistem Pembelajaran, Kegiatan dan Aktifitas
Santri
Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad
............................................. 21
C. Kepengurusan dan Program Pengembangan Pondok Pesantren
Irsyadul „Ibad
............................................................................
25
-
xiii
BAB III PRAKTIK BACAAN AL-QUR‟AN DALAM TRADISI
PEMBACAAN WIRID SAKRAN DI PONDOK PESANTREN
IRSYADUL „IBAD
......................................................................
34
A. Definisi Wirid Secara Umum
................................................... 34
B. Sejarah Mulainya Tradisi Pembacaan Wirid Sakrandi Pondok
Pesantren Irsyadul „Ibad
........................................................... 44
C. Prosesi Pembacaan Wirid Sakran di Pondok Pesantren
Irsyadul
„Ibad
.........................................................................................
.45
1. Etika Dalam Prosesi Pembacaan Wirid Sakran .................
.46
2. Tata Cara Pelaksanaan Dalam Pembacaan Wirid Sakran .
...........................................................................................
46
BAB IV PEMAKNAAN JAMAAH DALAM TRADISI PEMBACAAN
WIRID SAKRAN DI PONDOK PESANTREN IRSYADUL
„IBAD
............................................................................................
51
A. Pemahaman Santri terhadap tradisi pembacaan wirid Sakran ..
51
B. Makna Bacaan Subjek Individual
............................................ 53
C. Analisis Penulis
.......................................................................
57
BAB V PENUTUP
....................................................................................
60
A. Kesimpulan
..............................................................................
60
B. Saran
.........................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TABEL INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
DOKUMENTASI
SURAT PERNYATAAN SELESAI RISET
CURRICULUM VITAE
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Jadwal Kegiatan Harian Santri Pondok Pesantren
Irsyadul
„Ibad…………………………………………………………..….24
Tabel II: Daftar Nama Pengurus Pondok Pesantren Irsyadul
„Ibad………………………………………………………….…..26
Tabel III: Data Jumlah Ustadz dan Ustadzah Pondok Pesantren
Irsyadul
„Ibad
……………………………………………………..……….…….28
Tabel IV: Data Jumlah Santri Pondok Pesantren Irsyadul
„Ibad………………………………………………………...……28
Tabel V: Sarana dan Jumlah Prasarana di Pondok Pesantren
Irsyadul
„Ibad…………………………………………………………...…29
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga pesantren pada umumnya memiliki kebiasaan yang
Islami
dalam kehidupan sehari-harinya. Terutama dalam sistem belajar
pembentukan
akhlak yang menekankan pada ajaran al-Quran dan Hadis atau sunah
Nabi.
Karena pada dasarnya tujuan lembaga pesantren selain dapat
mengeluarkan para
santri yang dapat menguasai al-Quran dengan ilmu-ilmunya, juga
dapat
mengeluarkan santri yang berakhlakul karimah sesuai dengan
perintah-perintah
Allah serta sosok tuntunan umat Islam yaitu Nabi Muhammad
SAW.
Berinteraksi dengan al-Qur‟an merupakan salah satu pengalaman
berharga
seorang muslim. Pengalaman tersebut dapat berupa interaksi
lisan, tulisan, maupn
perbuatan, baik berupa perbuatan pemikiran, pengalaman,
emosional maupun
spiritual. Pengalaman berinteraksi dengan al-Quran ini meliputi
berbagai macam
kegiatan misalnya membaca al-Quran, memahami dan menafsirkan
ayat al-Quran.
Seiring perkembangan zaman, kajian mengenai al-Qur‟an
mengalami
perkembangan wilayah kajian, dari kajian teks kepada kajian
sosial budaya, yang
kemudian sering disebut dengan istilah living Quran. M. Mansur
berpendapat
bahwa living Quran bermula dari fenomena al-Quran dalam
kehidupan
masyarakat sehari-hari dengan kata lain Quran in everyday life,
yakni makna dan
fungsi al-Quran yang riil dipahami dan dialami masyarakat
muslim.1Salah satunya
datang dari Shahiron Syamsuddin yang menyatakan:
[K]ajian living Quran, adalah “Teks al-Quran yang hidup
dalam
masyarakat ataupun komunitas tertentu itulah yang disebut living
Quran”,
sedangkan teks yang berupa pemaknaan al-Quran disebut dengan
living
tafsir. Adapun yang dimaksud dengan teks al-Quran yang hidup
ialah
pergumulan teks al-Quran dalam ranah realitas yang mendapat
respon dari
masyarakat dari hasil pemahaman dan penafsiran. Termasuk
dalam
pengertian respon masyarakat adalah resepsi mereka terhadap teks
tertentu
dan hasil penafsiran tertentu. Resepsi sosial terhadap al-Quran
dapat
1
M. Mansur,” Living Quran Dalam Lintasan Sejarah Studi Al-Quran”,
“Dalam
Metodologi Penelitian Living Quran Dan Hadis, (Yogyakarta: Th.
Press, 2007), 6-7
-
2
ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti tradisi pembacaan
surah dan
ayat tertentu pada acara sosial keagamaan tertentu.2
Jadi dalam pendapat di atas bahwa kegiatan wirid Sakran adalah
salah satu
contoh penerapan living Qur‟an yang hidup di masyarakat pondok
pesantren
Irsyadul „Ibad, serta mengungkap pemaknaan ataupun respon dari
pelaku tradisi
pembacaan wirid Sakran tersebut. Aktivitas wirid Sakran adalah
sarat
permohonan dan doa, yang di dalamnya terdapat surah maupun ayat
al-Qur‟an.
Dalam Islam sangat dianjurkan sekali agar selalu mengamalkan
ayat-ayat al-
Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.
Interaksi atau model pembacaan masyarakat muslim terhadap
al-Qur‟an
dalam ruang-ruang sosial ternyata sangat dinamis dan variatif.
Sebagai bentuk
sosial respon umat Islam terhadap al-Qur‟an memang sangat
dipengaruhi oleh
cara berfikir, dan lingkup yang meliputi kehidupan mereka.
Berbagai macam cara
masyarakat berinteraksi dengan al-Qur‟an itulah yang dinamakan
al-Qur‟an yang
hidup di tengah masyarakat.
Salah satu jalan menepis segala kehampaan spiritual adalah
dengan
mengembalikan manusia modern kepada jati dirinya kepada fitrah
(agama)
dengan sebuah alternatif yaitu dzikrullah. Sesuai dalam firman
Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut
nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya”.(QS.Al-Ahzab:41)3
Pada potongan ayat di atas dijelaskan bahwa umat muslim sangat
dianjurkan
berdzikir dalam sehari-harinya. Adapun kegiatan dzikir biasa
terlaksana pada
umumnya di masyarakat ataupun di lembaga pesantren yang biasanya
diamalkan
oleh para santri secara rutin dengan maksud dan tujuan tertentu
dalam
kesehariannya.Dalam pembahasan ini yaitu salah satu penerapan
living Qur‟an
2
Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Dalam Penelitian Al-Quran Dan
Hadis”
(Yogyakarta: Teras 2007), 7 3Departemen Agama Ri, Al-Qur‟an Dan
Terjemahnya, ( Bogor: Pt. Sygma Examedia
Arkanleema, 2007), 423
-
3
dalam tradisi pembacaan wirid Sakran yang dilaksanakan di pondok
pesantren
Irsyadul „Ibad.
Wirid Sakran adalah sebuah doa dan dzikir yang dikumpulkan dari
al-
Qur‟an dan Hadis dengan sanad yang terpercaya oleh Al-Habib Ali
bin Abi Bakar
As-Sakran. Dinamakan “Sakran” karena beliau di gelari dengan
As-Sakran
(mabuk). Julukan ini disematkan kepadanya karena beliau di kenal
sangat luas
sebagai wali yang sangat cinta kepada Allah, saking cintanya
hingga mabuk cinta
kepada Allah. Beliau adalah wali besar yang memiliki segudang
karomah.
Wirid ini biasa dibaca dan menjadi amalan wirid oleh Thariqoh
Ba‟alawy.
Wirid ini memiliki manfaat dan kegunaan, diantaranya:4
1. Agar terlindung dari segala macam gangguan dan kejahatan
musuh dari
berbagai jenis makhluk baik jin maupun manusia.
2. Untuk melindungi diri dan keluarga dari gannguan sihir dan
kejahatan lain
yang di timbulkan oleh jin dan sebagainya.
Wirid Sakran ini terdapat di dalam buku wirid“Khulashoh Madad
an-
Nabawi” Di dalam wirid ini terdapat surah dan ayat-ayat
al-Qur‟an, diantaranya:5
1. Surah Al-Fatihah ayat 1-7:
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang,segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Maha
Pemurah lagi
Maha Penyayang.Yang menguasai di hari Pembalasan. Hanya
Engkaulah
yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan
orang-orang
4Https://Pintuka‟bah.Com, Upload Filepdf, 12/10/2018
5Imam Ad-Da‟i, Khulashoh Al-Madad An-Nabawi: Buku Wirid Serta
Dzikir Sehari-hari,
-
4
yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.6
2. Surah Al-Baqarah ayat 255:
”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
Yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk
dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada
yang
dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah
mengetahui apa-
apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka
tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar”.7
3. Surah as-Shaffat ayat 180-182:
”Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang
mereka
katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Segala
puji bagi
Allah Tuhan seru sekalian alam”.8
Di era modern-kontemporer ini dapat ditemukan beragam tradisi
yang
mulai melahirkan prilaku-prilaku yang menunjukkan resepsi social
atau kelompok
tertentu terhadap al-Quran sebagai contoh di Pemayung, tepatnya
di pondok
6Ibid, 1
7Ibid, 42
8Ibid, 452
-
5
pesantren Irsyadul „Ibad aplikasi pembacaan wirid Sakran sejak
dimulai tahun
2002 silam. Tradisi ini secara rutin dilaksanakan setelah jamaah
shalat Isya‟.
Sedangkan penggagas utama tradisi ini adalah pengasuh pondok
pesantren
Irsyadul „Ibad Ky. M. Rouyani Jamil.
Pondok Pesantren Irsayadul „Ibad dalam aktivitasnya mengacu pada
fungsi
merubah suatu keadaan yang tidak baik menjadi keadaan yang lebih
baik, dari
kebodohan menjadi terdidik, dari ketidak mampuan menjadi
kecukupan dan
pemberian bimbingan agama Islam dalam rangka membentuk prilaku
yang Islami.
Salah satunya adalah dengan membiasakan para santri untuk selalu
melakukan
wirid khusunya wirid Sakran. Tradisi pembacaan wirid Sakran di
pondok
pesantren Irsyadul „Ibad dipimpin oleh salah satu santri
kemudian jamaahnya
mengikuti jamaahnya terdiri dari para ustadz dan santri dengan
jumlah kurang
lebih 700 santri. Kegiatan pembacaan wirid Sakran ini bersifat
harus untuk para
santri dan dilaksanakan secara rutin hingga sekarang.9
Melihat banyaknya jamaah yang merasa dirinya tidak merasa aman
dari
gangguan didalam maupun diluar pondok pesantren baik itu dari
golongan jin
ataupun manusia dan segenap makhluk lainnya, maka pengasuh
pondok
berinisiatif agar santrinya mengamalkan wirid Sakran yang mana
wirid ini adalah
sebagai pelindung ataupun benteng diri dari serangan musuh
ataupun orang yang
ingin berniat jahat kepadanya. Sebagaimana Imam Abu Bakar
as-Sakran
membuat do‟a ini untuk mendoakan seluruh musuh-musuhnya agar tak
berdaya
mencelakai dan ketika mereka menyerang maka mereka berhadapan
dengan pintu
benteng, yaitu Nabi Muhammad saw sebagai pintu rahmat-Nya.
Maka dari itu pengasuh pondok pesantren Irsyadul „Ibad
berkeyakinan dan
lebih menekankan agar santrinya mengamalkan wirid tersebut
dengan tujuan agar
santrinya merasa aman dari gangguan jin dan manusia yang ingin
berbuat jahat
kepadanya. Namun tidak terlepas dari wirid yang diamalkan di
ponpes pada
umunya, seperti wirdul lathif, rathibul haddad, surah waqi‟ah,
surah tabarak, dan
wirid-wirid lainya seperti di pondok pesantren Al-Baqiyatush
Shalihat-Kuala
9 Observasi,15 Juli 2018
-
6
Tungkal, pondok pesantren Ad-Din-Sei. Saren dan pondok pesantren
Al-Hikmah-
Hidayat Baru.
Bagi penulis, tradisi pembacaan wirid Sakran merupakan kegiatan
wirid
yang belum pernah diketahui sebelumnya maka dari itu, penulis
ingin
mengungkap mengenai tradisi pembacaan wirid Sakran berdasarkan
tata cara
pelaksanaanya maupun pemaknaan khusus dari seseorang yang
terlibat dalam
tradisi pembacaan Wirid Sakran serta apa maksud dan tujuan
mereka dalam
mengamalkannya. Maka dari pada itu penulis kiranya sesuai akan
meneliti di
lokasi tersebut. Harapan penulis agar nantinya setelah
penelitian, bukan hanya
hasil penelitian yang diperoleh, melainkan pengetahuan,
pengalaman dan harapan
penulis sendiri agar dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Berawal dari sinilah penulis tertarik untuk menyusuri fenomena
dibalik
kegiatan “Tradisi Pembacaan Wirid Sakran (Kajian Living Qur’an
di
Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad Pemayung, Batang Hari Jambi)”.
Bagi
penulis, fenomena ini menarik untuk dikaji dan diteliti sebagai
model alternatif
bagi suatu komunitas sosial dan lembaga pendidikan untuk selalu
berinteraksi
dan bergaul dengan al-Qur‟an. Sehingga al-Qur‟an menjadi hidup
di dalam
masyarakat yang disebut dengan living Qur‟an (al-Qur‟an
al-Hayy), atau al-
Qur‟an in every day life.
-
7
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat
penulis
khususkan, sehingga fokus permasalahan dan penelitian ini dapat
terarah maka
dibuat rumusan masalah sebagai berikut:10
1. Bagaimana praktik dalam tradisi pembacaan wirid Sakran di
pondok
pesantren Irsyadul „Ibad ?
2. Bagaimana pemaknaan jamaah terhadap tradisi pembacaan wirid
Sakran di
pondok pesantren Irsyadul „Ibad ?
Pada rumusan masalah kedua, yang dimaksud dengan makna
adalah
makna praktik menurut para pelaku yang terlibat dalam tradisi
pembacaan wirid
Sakran.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini tidak
meluas
dan tepat pada sasaran pokok pembahasan, maka penulis membatasi
pembahasan
hanya berfokus pada tradisi pelaksanaannya dan pemaknaan ataupun
respon dari
pelaku tradisi pembacaan wirid Sakran, dengan judul “Tradisi
Pembacaan Wirid
Sakran (Kajian Living Qur‟an di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad
Pemayung,
Batang Hari Jambi)”
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan
bagaimana
praktik pembacaan surah dan ayat dalam tradisi pembacaan wirid
Sakran di
pondok pesantren Irsyadul „Ibad.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemaknaan
dalam
praktik pembacaan surah dan ayat al-Qur‟an dalam tradisi
pembacaan wirid
Sakran bagi para pelaku yang terlibat, yaitu mencakup santri dan
ustadz-
ustadz pondok pesantren Irsyadul „Ibad.
10
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin Iain
Sts Jambi, (Muaro Jambi: Fak. Ushuluddin Iain Sts Jambi, 2016),
H.39
-
8
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangan keilmuan di bidang Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir
khususnya dalam kajian living Qur‟andan sebagai salah satu
contoh bentuk
penelitian lapangan yang mengkaji fenomena di masyarakat atau
lembaga-
lembaga pendidikan formal maupun non formal seperti pesantren,
yang
terkait dengan respon masyarakat atau santri terhadap praktik
pembacaan
surah dan ayat al-Qur‟an yang dijadikan wirid secara rutin dalam
kehidupan
sehari-hari.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
kesadaran
masyarakat akan pentingnya membaca dan mengkaji al-Qur‟an,
serta
menjadikan motivasi bagi seluruh santri Irsyadul „Ibad dan
masyarakat luas
agar menumbuhkan rasa cinta terhadap bacaan al-Qur‟an.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian maupun karya tulis yang berkaitan dengan kajian
living Qur‟an
sejauh pengamatan penulis masih belum banyak dilakukan. Namun
baru-baru ini
banyak bermunculan dalam kalangan akademis melakukan penelitian
lapangan
terkait dengan respon masyarakat terhadap al-Qur‟an maupun Hadis
dalam
kehidupan praktik di masyarakat tertentu.
Diantara karya ataupun buku-buku yang telah mengkaji fenomena
dan
resepsi masyarakat terhadap kehadiran al-Qur‟an dalam praktik
kehidupan adalah;
Buku “Wawasan al-Qur‟an tentang dzikir dan doa” M.Quraish
Shihab,buku ini berisikan tentang dzikir yang di dalamnya juga
terdapat
pembahasan masalah wirid, selain itu juga membahas masalah doa
dan shalawat.
Dalam pembahasan wirid disini mencakup bilangan wirid menurut
pendapat para
ulama, disamping itu juga membahas tentang dzikir pagi dan
petang. Adapun
yang dimaksud dzikir disini ialah dzikir secara umum.11
11
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an Tentang Zikir Dan Doa
(Jakarta: Lentera
Hati, 2006)
-
9
Buku dengan judul “Keajaiban dan Keistimewaan al-Qur‟an” karya
Ibnu
Katsir diterjemahkan oleh Ahmad Hapid. Beliau di dalam bukunya
menjelaskan
mengenai karakteristik penulisan naskah kitab,
keutamaan-keutamaan al-Qur‟an
dengan menyebutkan Hadis. Selain itu juga disebutkan bagaimana
aturan dan
adab-adab membaca al-Qur‟an serta disebutkan juga doa Nabi untuk
menghafal
al-Qur‟an dan mencegah agar tidak lupa.12
Wirid harian: “Sejarah, Nasehat dan Amalan-Amalanya” ditulis
oleh
Ahmad Taufik Ali Yahya, yang berisi tentang zikir dan doa dalam
kehidupan
sehari-hari disertai nasihat-nasihat yang terkandung di dalam
zikir dan do‟a yang
dibaca serta amalan-amalan yang harus dibaca kapan dan berapa
kali.13
Adapun karya dalam bentuk skripsi di antaranya adalah hasil
penelitian
Siti Mas‟ulah yang berjudul “Tradisi Pembacaan Tujuh Surat
Pilihan Dalam
Ritual Mitoni / Tujuh Bulanan”, dalam skripsi tersebut
dijelaskan praktik mitoni
di padukuhan sembego. Bahwa dalam praktik tersebut terdapat
rangkaian acara
yang sifatnya tidak baku, atau adanya perbedaan antara yang satu
dengan yang
lain, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi,
pendidikan, kebudayaan dan
keagamaan penyelenggara mitoni. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan
teori antropologi interpretative Clifford Gerzt. Dapat
disimpulkan bahwa praktik
tersebut adalah fenomena sosio kultural yang merupakan warisan
turun temurun
tanpa melalui pembelajaran secara tekstual.14
Selanjutnya, penelitian living Qur‟an yang ditulis oleh Ida
Qurrata A‟yun
yang berjudul “Mujahadah ayat-ayat syifa malam jumat kliwon di
pondok
pesantren al-Hikmah I Brebes”, adalah skripsi tentang penelitian
living Qur‟an
yang di dalamnya dijelaskan mengenai praktik mujahadah. Metode
yang
digunakan dalam penelitian yaitu living Qur‟an dengan jenis
penelitian deskriptif
kualitatif, dan teknik pengumpulan data menggunakan reduksi
data, display dan
12
Ibnu Katsir, Keajaiban&Keistimewaan Al-Qur‟an, Terj. Ahmad
Hapid (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2012) 13
Muhammad Taufiq Ali Yahya, Wirid Harian : Sejarah, Nasihat, Dan
Amalan
Amalannya, (Jakarta Oleh Lentera 2008) 14
Siti Mas‟ulah, “Tradisi Pembacaan Tujuh Surat Pilihan Dalam
Ritual Mitoni / Tujuh
Bulanan”, Skripsi Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama dan
Pemikiran Islam, Yogyakarta,
2014)
-
10
penarikan kesimpulan atau verivikasi. Dalam penelitiannya
menggunakan teori
konstruksi sosial Peter L Berger dan Thomas Luckman, yaitu
eksternalisasi,
obyektivasi, internalisasi dan terakhir membahas asal usul
pengetahuan santri
terhadap mujahadah ayat-ayat syifa.15
Selanjutnya yaitu skripsi saudari Siti Fauziah, yang berjudul
“Pembacaan
Al-Qur‟an Surat-Surat Pilihan Di Pondok Pesantren Putri Daar
Al-Furqon
Jagalan Qudus”, di dalam penelitian ini dijelaskan asal-usul
pembacaan al-
Qur‟an tersebut yang dijadikan sebagai pengganti wiridan sehabis
shalat fardhu.
Dalam penelitian lapangan dengan jenis penelitian deskriptif
kualitatif dengan
pendekatan etnografi. Dalam analisis data penelitian ini
menggunakan analisis
eksplanasi. Dengan menggunakan dua teori sosialnya Emile
Durkheim dan Karl
Mannheim.16
Skripsi yang ditulis oleh Faosiah Dwi Astuti dengan judul
“Konsep Wirid
Qur‟ani Hasan Al-Banna” Wirid yang diambil dari potongan ayat
al-Qur‟an yang
dibaca pada waktu tertentu sesuai pada waktunya baik pagi
ataupun sore hari
secara istiqomah.17
Terakhir, skripsi dengan judul ”Pembacaan al-Qur‟an Dalam
Tradisi
Mujahadah Sabihah Jumu‟ah (Studi Living Qur‟an di Pondok
Pesantren Sunan
Pandanaran Sleman Yogyakarta)”. Dalam skripsi ini dijelaskan
mengenai praktik
dan dijelaskannya mejahadah tersebut memiliki perbedaan antara
komplek satu
dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif
kualitatif
dengan penyajian data dengan pespektif emic, yaitu data yang
dipaparkan menurut
bahasa dan cara pandang subyek penelitian. Metode analisa data
dalam penelitian
15
Ida Qurrata A‟yun, “Mujahadah Ayat-Ayat Syifa Malam Jum‟at
Kliwon Di Pondok
Pesantren Al-Hikmah 1 Brebes”, Skripsi Fakultas Ushuluddin Dan
Studi Agama Dan Pemikiran
Islam, (Yogyakarta, 2014) 16
Siti Fauziah, “Pembacaan Al-Qur‟an Surat-Surat Pilihan Di Pondok
Pesantren Putri
Daar Al-Furqon Jagalan Kudus”, Skripsi Fakultas Ushuluddin Dan
Studi Agama Dan Pemikiran
Islam, (Yogyakarta, 2014) 17
Faosiah Dwi Astuti, Konsep Wirid Qur‟ani, (Yogyakarta, 2013)
-
11
ini menggunakan tiga metode yaitu, reduksi, display dan
verifikasi. Teori sosial
yang digunakan menggunakan teori Max Weber dan Karl
Mannheim.18
Demikian beberapa karya tulis dan hasil penelitian yang telah
membahas
berkenaan dengan living Qur‟an. Penelitian living Quran mengenai
Tradisi
Pembacaan Wirid Sakran di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad
Pemayung, Batang
Hari Jambi, penulis lebih mengarahkan kajian penelitian ini pada
prosesi praktik
pembacaan wirid Sakran. Kemudian mengungkap makna dari praktik
pembacaan
wirid Sakran tersebut menurut santri secara umum dan
ustadz-ustadz pondok
pesantren Irsyadul „Ibad. Dalam penelitian lapangan dengan
metode penelitian
deskriptif kualitatif seperti yang telah di gunakan dalam
penelitiannya Siti
Fauziah. Walaupun metode dan teknik pengumpulan data sama akan
tetapi proses
analisis data, obyek serta tempat yang ditelitipun berbeda.
Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan tiga sub yaitu, reduksi, display dan
verifikasi.
F. Kerangka Teori
Dalam menggali makna-makna perilaku tradisi pembacaan wirid
Sakran,
penulis menggunakan teori sosial Peter L Berger dan Thomas
Luckmann yang
dikenal dengan konstruksi sosial. Teori sosial ini merupakan
bagian dari teori
sosialogi pengetahuan. Menurut Berger sosiologi pengetahuan
merupakan bagian
dari disiplin sosiologi empiris, yakni dunia kehidupan
sehari-hari. Ia menekuni
sesuatu yang dianggap pengetahuan dan pembentukan kenyataan oleh
masyarakat.
Dalam teori sosiologi yang ditawarkan oleh Berger dan Luckmann
bahwa
konstruksi sosial dibangun melalui 2 cara yaitu kenyataan dan
pengetahuan.
Berger dan Luckmann mulai menjelaskan realitas sosial dengan
memisahkan
pemahaman kenyataan dan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai
suatu kualitas
yang terdapat didalam realitas-realitas yang diakui sebagai
memiliki keberadaan
(Being) yang tidak tergantung pada kehendak kita sendiri.
Sedangkan
pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa
realitas-realitas itu nyata dan
18
Vitri Nurawalin, “Pembacaan Al-Qur‟an Dalam Tradisi Mujahadah
Sabihah Jumu‟ah
(Studi Living Qur‟an Di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Sleman
Yogyakarta)‟. Skripsi
Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama Dan Pemikiran Islam,
Yogyakarta, 2014
-
12
memiliki karakteristik yang spesifik. Kenyataan dibangun secara
rasional dan
sosiologi pengetahuan menganalisa proses terjadinya keadaan
tersebut.19
Berger dan Luckmann mengatakan terjadi dialektika antara
individu
menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu.
Proses dialektika
ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi dan
internalisasi. Teori konstruksi
sosial dalam gagasan Berger mengandaikan bahwa agama sebagai
bagian dari
kebudayaan, merupakan konstruksi manusia. artinya terdapat
proses dialektika
ketika melihat hubungan masyarakat dengan agama, bahwa agama
merupakan
entitas yang objektif karena berada diluar diri manusia. dengan
demikian, agama
mengalami proses objektivasi, seperti ketika agama berada dalam
teks atau
menjadi tata nilai, norma, aturan dan sebagainya. Teks atau
norma tersebut
kemudian mengalami proses internalisasi kedalam diri individu,
sebab agama
telah diinterpretasikan oleh masyarakat untuk menjadi
pedomannya. Agama juga
mengalami proses eksternalisasi karena ia menjadi acuan norma
dan tata nilai
yang berfungsi menuntun dan mengontrol tindakan
masyarakat.20
Praktik pembacaan surah dan ayat pada tradisi pembacaan wirid
Sakran,
merupakan salah satu tindakan sosial, karena dalam praktiknya
tidak dilakukan
secara individu, akan tetapi dilakukan secara bersama-sama dan
dimaksudkan
untuk orang lain juga, serta dalam pembacaan wirid ini tidak
hanya untuk dirinya
sendiri tetapi juga untuk seluruh umat Muslim.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field
research),
yang menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian ini
adalah menggambarkan keadaan objek yang diteliti dengan
menggunakan
fakta-fakta yang tampak dan mengemukakan hubungan yang terkait
antara
satu dengan lainnya. Dalam kajian Living Qur‟an ini, pendekatan
yang
digunakan oleh penulis ialah fenomonologi yaitu mengungkap
serta
memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang bersangkutan.
Hal ini
19
Peter L. Berger & Thomas Lukhmann. Tafsir Sosial atas
Kenyataan. (Jakarta: LP3ES,
2012), 1-6. 20
Peter L. Berger langit suci; agama sebagai realitas sosial.
(Jakarta: LP3S, 1991), 3-5
-
13
dikarenakan pendekatan jenis ini lebih sesuai dengan pokok
permasalahan
dalam penelitian serta mengungkap fenomena yang terjadi
dilapangan.21
Selain itu, dalam kesempatan ini penulis meneliti praktik
tersebut
melalui kajian living Qur‟an. Fokus kajian living Qur‟an seperti
yang
dijelaskan Abdul Mustaqim terletak pada bagaimana praktik
masyarakat
dengan al-Qur‟an, apa makna dan relasi masyarakat terkait
tradisi praktik
tersebut.22
2. Lokasi dan Subjek Penelitian
a. Lokasi
Adapun lokasi penelitian ini mengambil lokasi di ponpes
Irsyadul
„Ibad,Jalan Jambi Muara Bulian KM 41 RT 01 Desa Simpang Kubu
KndangKecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari. Di pesantren
ini
merupakan salah satu contoh penerapkan living Qur‟an dalam
kehidupan
sehari-harinya. Seperti judul penelitian ini: Tradisi Pembacaan
Wirid
Sakran (Kajian Living Quran di Pondok Pesantren Irsyadul
„Ibad
Pemayung, Batang hari Jambi).
Adapun yang melatarbelakangi pengambilan lokasi ini adalah
karena
sepengetahuan penulis, hanya di pondok pesantren ini yang
menerapkan
pengamalan wirid Sakran, selain itu jarak dan waktu tempuh
ketempat
lokasi tidak memakan waktu dan biaya yang banyak serta mudah
di
jangkau.
b. Subjek penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang penulis gunakan
adalah
orang-orang yang berada di lokasi pesantren dan orang terlibat
langsung
dalam pelaksanaan wirid Sakran. Mereka ini terdiri dari
ustadz-ustadz dan
santri Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad.
21
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk
Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta;
Salemba, 2010), 9 22
Abul Mustaqim, Metodologi Penelitian Al-Qur‟an Dan Tafsir,
(Yogyakarta: Pondok
Pesantren Lsq Bekerja Sama Dengan Idea Press Yogyakarta, 2014),
Cet.1, 29
-
14
3. Sumber Data
Dalam pengumpulan Data-data yang digunakan berdasarkan pada
dua
sumber data yaitu:
a. Data Primer
Yakni data-data yang diperoleh dari sumber-sumber asli yang
memuat informasi atau data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini
data
primernya adalah observasi di pondok pesantren Irsyadul „Ibad
dan
wawancara dengan ustad dan santri. Jikalau ada beberapa
informasi terkait
yang perlu dilacak, maka penulis akan melakukan wawancara
dengan
informan tersebut berdasarkan rekomendasi dari informan
sebelumnya.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli yang
memuat informasi atau data yang dibutuhkan. Data sekunder ini
diperoleh
dari pihak-pihak lain yang tidak langsung seperti data
dokumentasi dan data
lapangan dari arsip yang dianggap penting. Sebagai data sekunder
dalam
penelitian ini adalah data dokumentasi, arsip-arsip dan data
santri podok
pesantren Irsyadul „Ibad. Begitupun buku-buku, wirid dan
kitab-kitab
tafsiryang informasinya berkaitan dengan penelitian ini, menjadi
data
tambahan yang sangat bermanfaat.
Untuk objek material penelitian ini adalah kegiatan pembacaan
surah
dan ayat al-Qur‟an dalam tradisi pembacaan wirid Sakran yang
rutin
dilaksanakan setelah jamaah shalat Isya, yaitu meliputi
praktik
pelaksanaanya dan bentuk pembacaan surah dan ayat tersebut.
Sedangkan
objek formalnya yaitu untuk mengungkap makna praktik pembacaan
surah
dan ayat dalam tradisi pembacaan wirid Sakran di Pondok
Pesantren
Irsyadul „Ibad Pemayung, Batang Hari Jambi.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian living Qur‟anpenulis menggunakan beberapa
teknik
untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan pembahasan. Adapaun
teknik
pengumpulan data tersebut adalah:
-
15
a. Observasi
Kegiatan mengamati dan mendengar dalam rangka memahami,
mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial keagamaan
selama
beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi,
dengan
mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan
data
analisis23
. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan observasi
partisipan
dan non partisipan. Adapun yang dimaksud observasi partisipan
adalah
observasi yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi
atau
berlangsungnya peristiwa. Sedangkan observasi non partisipan
yaitu
pengamatan yang dilakukan oleh observer tidak pada saat
berlangsungnya
suatu peristiwa yang akan diteliti.
Observasi partisipan yang dilakukan penulis dalam penelitian
ini
berlokasi di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad Pemayung,
Batanghari Jambi.
Selain untuk memperoleh informasi tentang profil pesantren, pada
observasi
ini penulis lebih menekankan untuk menggali informasi terkait
kegiatan-
kegiatan keseharian santri. Dengan ikut serta dalam kehidupan
keseharian
santri, penulis bisa menggali informasi dengan mengamati
prosesi
pembacaan wirid Sakran secara mendalam.
Adapun observasi non partisipan dalam penelitian ini, penulis
akan
melakukan pengamatan terhadap dokumen dan arsip pondok
pesantren.
Begitu juga dengan buku-buku atau kitab-kitab yang menjadi
rujukan dalam
pelaksanaan tradisi pembacaan wirid Sakran.24
b. Wawancara
Adalah suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan
dengan tujuan memperoleh informasi.25
Sebagai salah satu cara mendapatkan
informasi terkait dengan penelitian peneliti memberikan
beberapa
pertanyaan untuk memperoleh jawaban. Dalam penelitian ini,
penulis
23
Imam Suprayogo Dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama
(Bandung: Pt.
Remaja Rosdakarya, 2003), 167.
24Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Prenada Media
Group, 2007), 115.
25Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: Bpfe, 1998), 62.
-
16
menggunakan wawancara metode etnografi yaitu wawancara yang
menggambarkan sebuah percakapan persahabatan.
Metode ini memungkinkan seorang peneliti mewancarai orang
tanpa
kesadaran orang-orang itu dengan cara sekedar melakukan
percakapan
biasa, namun memasukkan beberapa pertanyaan di dalamnya.
Penulis
mengumpulkan data-data melalui pengamatan, terlibat langsung
dan
percakapan sambil lalu, sehingga ada sebagian informan yang
diwawancarai
tanpa menyadari jika penulis sedang menggali informasi.26
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak atau
belum
ditemukan penulis selama melakukan observasi di lapangan.
Wawancara ini
juga penulis gunakan untuk menguji ulang data-data yang ada dari
hasil
observasi, baik hasil observasi partisipan ataupun observasi
non-
partisipan.27
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis,
gambar maupun elektronik.28
Penelitian living Qur‟an tentang fenomena
ritual keagamaan yang terjadi di masyarakat akan semakin kuat
jika disertai
dengan dokumentasi. Dokumentasi yang dimaksud bisa berupa
dokumen
yang tertulis maupun dokumen file seperti, agenda kegiatan,
daftar hadir
peserta, materi kegiatan, tempat kegiatan dan sebagainya, bisa
juga berupa
foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan penelitian. Dengan
melihat
dokumen yang ada, maka peneliti bisa melihat perkembangan
kegiatan
tersebut dari waktu ke waktu, sehingga dapat dianalisa bagaimana
respon
masyarakat dengan kegiatan ritual tersebut.
26
Isnani Sholehah, “Makna Pembacaan Surat-Surat Pilihan Dari
Al-Qur‟an Dalam
Tradisi Mujahadah”, Skripsi Uin Sunan Kalijaga. 27
Ibid 28
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:
Pt. Remaja
Rosdakarya, 2007), 221.
-
17
5. Teknik Analisis Data
Penulis menggunakan analisis data menurut Miles dan Huberman,
yaitu
batasan dalam proses analisis data mencakup tiga sub proses,
yaitu reduksi
data, display data dan verifikasi data.
a. Reduksi Data
Proses reduksi yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian
pada
penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan yang
tertulis
dilapangan (field notes). Proses reduksi berulang selama proses
penelitian
kualitatif berlangsung.29
Reduksi data ini, dalam proses penelitian akan
menghasilkan ringkasan catatan data dari lapangan. Proses
reduksi data akan
dapat memperpendek, mempertegas, membuat fokus, membuang hal
yang
tidak perlu.30
b. Display Data
Display data yaitu mengorganisasian data, mengaitkan
hubungan
antar fakta tertentu menjadi data dan mengaitkan antara data
yang satu
dengan data yang lainnya. Dalam tahap ini peneliti dapat bekerja
melalui
penggunaan bagan-bagan atau skema untuk menunjukkan
hubungan-
hubungan tersetruktur antara data satu dengan data lainnya.
Proses ini akan
menghasilkan data yang konkret, memperjelas informasi agar
nantinya
dapat lebih dipahami oleh pembaca.31
c. Verifikasi Data
Pada tahap ini peneliti mulai melakukan penafsiran
(interpretasi)terhadap data, sehingga data yang telah
diorganisasikannya itu
memiliki makna. Dalam tahap ini interpretasidata dapat dilakukan
dengan
cara membandingkan, pencatatan tema-tema dan pola-pola,
pengelompokan,
melihat kasus perkasus, dan melakukan pengecekan hasil interview
dengan
informan dan observasi. Proses ini juga menghasilkan sebuah
hasil analisis
29
Muhammad Idrus, Metode Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial
(Pendekatan Kualitatif
& Kuantitatif), (Yogyakarta: Uii Press, 2007), 181 30
Moh Soehadha, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Studi Agama,
(Yogyakarta: Suka
Press, Uin Sunan Kalijaga, 2012), 130 31
Ibid, 131
-
18
yang telah dikonsultasikan atau dikaitkan dengan asumsi-asumsi
dari
kerangka teoritis yang ada.32
H. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar mempermudah
penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan yang
terdiri dari lima
bab dengan rincian sebagai berikut:33
Bab pertama berisi pendahuan terdiri dari: Latar belakang
masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan
pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sitematika
penulisan.
Bab kedua, Gambaran Umum Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad
meliputi;Sejarah Berdirinya Pesantren, Visi, Misi dan Tujuan
Pondok Pesantren
Irsyadul „Ibad, Tata Tertib, Sistem Pembelajaran, Kegiatan dan
Aktifitas Santri
pondok pesantren Irsyadul „Ibad,Kepengurusandan Program
Pengembangan
Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad.
Bab ketiga, Tradisi Pembacaan Surah Dan Ayat Al-Qur‟an Dalam
Tradisi
Pembacaan Wirid Sakran meliputi; Definisi Wirid Secara Umum,
Sejarah
Mulainya Tradisi Pembacaan Wirid Sakran, Prosesi Pembacaan Surah
dan Ayat
al-Qur‟an dalam Tradisi Pembacaan Wirid Sakran di Pondok
Pesantren Irsyadul
„Ibad.
Bab keempat, Pemaknaan meliputi; Pemahaman dan Makna Tradisi
Pembacaan Wirid Sakran, Analisa Tentang Tradisi Pembacaan Wirid
Sakran di
Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad, Pemayung, Batang hari
Jambi.
Bab kelima,merupakan kesimpulan yang memuat jawaban dari
rumusan
masalah, saran-saran bagi penelitian selanjutnya lampiran baik
berupa
dokumentasi dan lampiran yang berhubungan dengan penelitian.
32
Ibid, 133 33
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin Iain
Sts Jambi, (Muaro Jambi: Fak. Ushuluddin Iain Sts Jambi, 2016),
47
-
19
BAB II
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN IRSYADUL „IBAD
A. Sejarah Berdiri, Lokasi, Tujuandan Visi Misi Pondok Pesantren
Irsyadul
„Ibad
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad
Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad didirikan oleh Bapak Kyai
Muhammad Rouyani Jamil pada Tanggal 1 Juni 2003. Pondok
Pesantren ini
dibangun di atas tanah wakaf dari Bapak Tego dan Bapak Andrahman
seluas ±
3,9028 hektar yang berlokasi di Jalan Jambi-Muara Bulian Desa
Simpang
Kubu Kandang, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari. Tanah
yang
terdiri dari sesap dan sedikit payo ini diserahkan oleh Bapak
Tego dan Bapak
Andrahman untuk pendidikan agama berupa pendirian Pondok
Pesantren.
Pemilihan nama IRSYADUL „IBAD oleh Bapak Kyai M. Rouyani
Jamil yang berarti penuntun hamba didasari oleh harapan yang
sangat besar
dari pimpinan Pondok Pesantren kepada para santri dan masyarakat
yang
antusias terhadap pondok pesantren Irsyadul „Ibad agar selalu
menjadi hamba
yang mendapat tuntunan dari Allah SWT.
Pondok pesantren Irsyadul „Ibad saat ini memiliki jumlah
santri
sebanyak kurang lebih 400 santri putri dan 300 santri putra.
Pondok Pesantren
Irsyadul „Ibad berikhtiar untuk andil dalam menyiapkan generasi
yang berilmu,
beradab dan terampil, yang menjunjung tinggi moralitas. Ponpes
ini
menyelenggarakan pendidikan tingkat MTS dan Aliyah dengan
mengintregasikan sistem pendidikan formal melalui kurikulum
nasional dan
kurikulum pesantren yang diterapkan secara integral baik di
madrasah maupun
di pesantren. Keduanya dipadukan dengan tetap mempertahankan
adat lokal
kepesantrenan. Kepondokan menyelenggarakan program kelas
persiapan
(Syifir) . Sedangkan madrasah Aliyah menyelenggarakan program
IPS dan
Keagamaan.34
34
Dokumentasi, 24 Oktober 2018
-
2. Lokasi Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad
Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad terletak di Jl. Jambi Muara
Bulian
KM.41 RT 01 Desa Simpang Kubu Kandang Kecamatan Pemayung
Kabupaten
Batang hari Jambi.35
3. Tujuan dan Visi Misi Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad
a. Tujuan pondok pesantren Irsyadul „Ibad antara lain:36
1) Tujuan Umum
Ingin menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah. Berbudi pekerti luhur berkepribadian mandiri,
tangguh,cerdas,
kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja, profesional,
bertanggung jawab,
sehat jasmani rohani, memiliki semangat kebangsaan, cinta tanah
air,
kesetiakawanan, sosial kesadaran akan sejarah bangsa dan
sikap
menghargai pahlawan, serta berorientasi pada masa depan . Begitu
mulia
tujuan umum pondok Pesantren Irsyadul „Ibad yang ingin
menjadikan
sosok seorang menjadi mulia dan mampu mengabdikan dirinya
kepada
agama dan juga negara.
2) Tujuan Khusus
Secara khusus pondok pesantren Irsyadul „Ibad bertujuan
menghasilkan santri yang unggul dalam:
a) Keimanan yang bertaqwa kepada Allah
b) Memiliki disiplin dan kepribadian yang baik
c) Mampu berkiprah dalam masyarakat sesuai dengan kemampuan
dan
pengetahuan yang dimiliki.
d) Menciptakan nasionalisme dan solidaritas yang tinggi antar
sesama.
e) Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai
f) Memiliki kepribadian yang kokoh.
Dengan demikian kehadiran pondok ditengah masyarakat
pemayung dan sekitarnya cukup mewarnai kehidupan masyarakat
serta
merupakan nilai dalam peningkatan pengetahuan keagamaan.
35
Hasil Observasi, 24 Oktober 2018 36
Dokumentasi, 24 Oktober 2018
-
21
b. Visi dan Misi37
1) Visi Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad:
a) Mewujudkan pesantren yang mampu menghasilkan lulusan yang
dapat menguasai disiplin ilmu keislaman serta berakhlak mulia
dan
peduli terhadap sesama.
b) Memantapkan iman dan taqwa serta mengembangkan ilmu
pengetahuan keislaman untuk mencapai kebahagiaan hidup di
dunia
dan akhirat berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah.
2) Misi Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad:
a) Mempersiapkan lulusan santri dan santriwati yang beriman
dan
bertaqwa, berprestasi serta berakhlaqul karimah.
b) Mengarahkan dan mengantarkan umat memenuhi fitrahnya
sebagai
khairu ummah dan dapat memerankan kepeloporan, kemajuan dan
perubahansosial sehingga tercipta negara indonesia sebagai
baldatun
thoyyibatun warobbun ghofur.
B. Tata Tertib, Sistem Pembelajaran, Kegiatan dan Aktivitas
Santri Pondok
Pesantren Irsyadul Ibad38
1. Tata Tertib Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad
Adapun tata tertib yang berlaku di pondok adalah suatu tata
tertib
yang dirancang berdasarkan musyawarah antara penasehat pondok,
pengurus,
ustadz dan orang tua santri , tata tertib dirancang sedemikian
rupa dengan
komitmen bahwa tata tertib yang disusun tidak boleh bertentangan
dengan
nilai-nilai Islam, mempunyai unsur pendidikan dan bermanfaat
terutama bagi
santri sendiri. Tata tertib dan peraturan yang mengikat kepada
semua
santriwati, yaitu:
1. Semua santri dilarang bertempat tinggal di dua tempat.
2. Semua santri dilarang mengganggu ketenangan orang lain.
37
Ibid
-
22
3. Semua santri dilarang memiliki alat-alat elektronik semacam
Radio,
Televisi,Tape Recorder, Game Watch, Walkmen dan Hand Phone,
MP4/3,dan lain-lain.
4. Semua santri dilarang keluar kecuali hari Jum'at dan Selasa
serta sudah
mendapat izin dari pengasuh atau pengurus.
5. Semua santri dilarang menonton pertunjukan (Kecuali yang
diselenggarakan
oleh pondok).
6. Semua santri dilarang mengikuti kegiatan diluar wilayah
pondok pesantren
(kecuali ada izin tertulis dari pengasuh).
7. Semua santri dilarang merusak atau mengambil hak milik orang
lain baik
didalam maupun diluar pondok pesantren tanpa seizin
pemiliknya.
8. Semua santri dilarang melakukan pengancaman, perkelahian
atau
penganiayaan dengan menggunakan alat-alat tajam atau tidak, baik
didalam
maupun diluar pondok pesantren.
9. Semua santri dilarang mencemarkan nama baik Pondok
Pesantren.
10. Semua santri putra dilarang memasuki wilayah komplek atau
kamar putri
dan sebaliknya tanpa seizin pengurus.
11. Semua santri dilarang merusak atau mengotori fasilitas yang
ada di
pondok.
12. Semua santri dilarang memiliki atau menyimpan buku-buku,
gambar-
gambar atau foto-foto terlarang.
13. Semua santri dilarang membohongi atau melecehkan pengasuh,
pembina
dan pengurus.
14. Semua santri dilarang terlambat masuk atau kembali ke
pondok.
15. Semua santri dilarang melanggar kebijakan yang telah
ditentukan oleh
pengasuh, pembina dan pengurus.
Demikian berbagai aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad karena keadaan
santriwati sangat
majemuk, dalam arti berasal dari berbagai penjuru tanah air,
untuk
menghindari timbulnya rasa kedaerahan atau provinsialisme yang
tidak sehat di
kalangan para santriwati Pondok Pesantren, maka mereka di dalam
asrama
-
23
dicampur atau dibaurkan dengan santriwati dari daerah lain.
Mengenai
perizinan keluar wilayah pondok, para santri hanya diperbolehkan
izin pada
hari selasa dan jum‟at,bagi santri yang hendak izin pulang harus
melalui
pengasuh langsung.
Dengan adanya berbagai tata cara atau peraturan yang berlaku
di
dalam pondok pesantren tersebut, menuntut para santri putri agar
memiliki
akhlak yang mulia, dapat hidup teratur, bersih, disiplin, punya
rasa tanggung
jawab, suka kebersamaan dan menjauhkan dari sifat
individualisme.
Kesemuanya itu adalah merupakan salah satu usaha mendidik,
membimbing,
merealisasikan apa yang telah di peroleh santri putri Pondok
Pesantren dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya dalam membentuk akhlakul
karimah.
2. Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad39
Seiring dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman,
Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad berbenah diri sehingga akhirnya
lahirlah
sistem lembaga modern yang mengembangkan sistem pendidikan umum
dan
agama serta keterampilan yang ada di lingkungan masyarakat,
dengan tidak
mengurangi sistem yang ada pada Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad
baik ULA,
MTs dan MA Irsyadul „Ibad dengan tujuan untuk mencetak santri
yang
berpotensi dalam segala bidang, beriman, berakhlakul karimah,
unggul dalam
berprestasi, dan maju dalam tekhnologi serta memahami dan
melaksanakan
nilai-nilai sosial berbangsa dan bernegara.
1. Pendidikan Formal
Seiring dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman
Pondok Pesantren Irsyadul ‟Ibad memberikan pendidikan formalitas
berupa
MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah) Swasta
Irsyadul
‟Ibad.
2. Pendidikan Non Formal
Untuk melaksanakan visi dan misinya, program yang ada pada
Pondok Pesantren Irsyadul ‟Ibad sedang dilaksanakan yaitu
sistem
39
Dokumentasi, 25 Oktober 2018
-
24
pendidikan nonformal dan keterampilan serta pemberian dasar
keahlian
pada santri Pondok Pesantren Irsyadul ‟Ibad melalui pelatihan
dasar
keahlian :
a. Praktek pertanian, Seperti menanam sayur mayur, sawit dan
buah-
buahan.
b. Praktek peternakan, Seperti penggemukan sapi dan pengembangan
sapi.
c. Praktek memelihara ayam kampung.
Untuk menunjang kegiatan operasional dan pelayanan Pondok
Pesantren Irsyadul ‟Ibad sedang berupaya melalui kegiatan Usaha
Ekonomi
Produktif (UEP) yaitu :
a. Pertanian
b. Perikanan
c. Peternakan
d. Program usaha seperti : Waserda, Perbengkelan motor dan
depot
airminum isi ulang.
3. Kegiatan Dan Aktifitas Santri Pondok Pesantren Irsyadul
„Ibad40
Secara kronologis kegiatan atau aktivitas santri Pondok
Pesantren
Irsyadul „Ibad selama 24 jam dapat di lihat pada tabel berikut
ini:
Tabel I
Jadwal Kegiatan Harian Santri
No Jam Jenis Kegiatan Ket
1 7.30 – 12.30 Kegiatan Belajar Dan
MengajarSalafiyah
Di Kelas dan
Bandongan
2 12.30.13.30 Ishoma Di Asrama dan
Mushola
3 13.30 – 16.00 Kegiatan Belajar Dan
Mengajar Formal Di Kelas
40
Wawancara Dengan Santri Yang Bernama Nurul Hidayah, 25 Oktober
2018
-
25
4 16.00 – 16.30 Sholat Ashar Di Mushola
5 16.30 – 17.30 Olah Raga Di Lapangan
6 17.30 – 18.00 Persiapan Sholat Maghrib Asrama
7 18.00 – 20.00 Sholat Maghrib Dan Pami Di Mushola dan
Kelas
8 20.00 – 20.30 Makan Malam Di Asrama
9 20.30 – 22.30 Bimbingan Belajar
Salafiyah
Di Kelas dan
Asrama
10 22.30 – 04.00 Istirahat Di Asrama
11 04.00 – 05.30 Persiapan Shubuh Dan
Sholat Shubuh
Di Asrama dan
Mushola
12 05.30 – 06.30 Pengajian Kitab Kuning Di Mushola dan
Kelas
13 06.30 – 07.30
Sarapan Pagi & Persiapan
Kegiatan Belajar Dan
MengajarSalafiyah
Di Asrama
C. Kepengurusan dan Program Pengembangan Pondok Pesantren
Irsyadul
„Ibad41
Setiap lembaga pendidikan atau lainnya harus mempunyai
pemimpin
beserta staf, ustadz (guru ), karyawan dan siswa (santri), serta
aturan-aturan
tertentu dan kewajiban yang ditentukan oleh struktur organisasi
yang berlaku.
Struktur organisasi yang sangat berperan disetiap lembaga
pendidikan maupun
lembaga non pendidikan.
Maka menjalankan tugas kepala sekolah harus berada dibidang
pendidikan
dasar guru, yang dalam organisasi tersebut di dalamnya
menggambarkan
pemberian tugas secara merata antara personil yang di amanahkan
haruslah
memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya , serta
memiliki loyalitas
41
Dokumentasi, 25 Oktober 2018
-
26
yang tinggi terhadap organisasi atau lembaga pendidikan
tersebut, agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.
1. Kepengurusan Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad
Untuk kelancaran dalam menjalankan pondok pesantren ,
pengasuh
beserta jajarannya membentuk kepengurusan pondok pesantren
pembentukan
susunan pengurus ini ditetapkan berdasarkan hasil rapat
pengasuh, ketua
yayasan dan majlis guru.
Tugas dari masing-masing bagian tersebut di atas mengenai
masalah
yang sesuai dengan dibidangnya masing-masing. Pengasuh pondok
pesantren
bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap terselenggaranya
pendidikan
di pondok pesantren bersama guru yang lainnya, memperhatikan
kesejahteraan
guru dan memberikan pengawasan terhadap santri, demi tercapainya
harapan
mereka semua.Pengurus pondok pesantren Irsyadul „Ibad Pemayun,
Batang
hari Jambi diantaranya :
Tabel II
Kepengurusan Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad42
Jabatan Pengurus
Pelindung
Pengawas
Penasehat
Pimpinan
Wakil pimpinan / Pengasuh
Sekretris / Kabid TU
Bendahara
Kepala MA
-Camat Pemayung
-Kades Simpang Kubu Kandang
Ky. Munandar
-Andrahman
-Drs. Moh. Damiri
Ky. M. Rouyani Jamil
Ky. MHD. Raou.Abd. Majid, S.Pd.I
Khabib Al-Mubarok, S.Pd.I
R. Roro Farimah
Drs. Supaat
42
Ibid
-
27
Kepala MTS
Ka. Bidang Ubudiyah
Ka. Bagian Kesehatan
Ka. Bagian Pendidikan
Ka. Bagian Humas
Ka. Bidang Keamanan
Bina Santri Putra
Bina Santri Putri
Bina Bakat Seni dan Keterampilan
Bina Pramuka Putra
Bina Pramuka Putri
Bina Olahraga
Karyati, S. Ag
K. Muji Salamun
M. Yusuf, S.Pd.I
M. Mukri, S.Pd.I
M. Nawawi
Subadar
M. Zaini
Siska Wardani
Nur Kholis
Sopiyani, S.Pd.I
Fatmawati, S.Pd.I
Sahadat, S.Pd.I
a. Keadaan Dewan Guru dan Santri
Guru dan siswa (santri) subjek dan objek dalam proses
pembelajaran, dimana keduanya terjadi timbal balik agar
proses
pembelajaran terlaksana sesuai dengan apa yang di harapkan dan
apabila
salah satu diantaranya tidak ada maka kegiatan belajar dan
mengajar tidak
akan terjadi.
Berdasarkan observasi di pondok pesantren irsyadul ibad di
desa
pemayung kabupaten batang hari tentang tenaga pengajar
berjumlah
beberapa orang ustadz dan ustadzah yang mengajar di pondok
pesantren ini.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
-
28
Tabel III
Data jumlah ustadz dan ustadzah Pondok Pesantren Irsyadul
„Ibad43
No Tingkatan Jumlah
1 Wustha/Mts 22 Ustadz/Ustadzah
2 Ulya/Ma 13 Ustadz/Ustadzah
3 Salafiyah 23 Ustadz/Ustadzah
Jumlah 58 Ustadz/Ustadzah
Unsur penting lainnya dalam pendidikan dan pembelajaran
adalah
santri. Berikut mengenai daftar jumlah santri pondok pesantren
Irsyadul
„Ibad:
Tabel IV
Data jumlah Santri Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad44
No Tingkatan Jumlah
1 Tingkat Pertama 16 Santri
2 Wustha/Mts 336 Santri
3 Ulya/Ma 289 Santri
4 Hanya Ngaji/ Ngaji dan di
Perguruan Tinggi 59 Santri
Jumlah 700Santri
43
Ibid 44
Ibid
-
29
b. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad45
Sejak berdirinya Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad sampai
sekarang,
memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
Tabel V
Sarana dan jumlah prasarana di pondok pesantren irsyadul
„Ibad
No Bangunan Jumlah Ukuran (M) Baik Rusak
1 Kantor 1
2 Mushola 1
3 Aula 1
4 Ruang Belajar 12 9x8/Ruang
5 Asrama 17 Ruang 4 X 6 12 5
6 Mck 8 2 X 4 6 2
7 Sumber Air 6 1 X 5 4 2
8 Labor Pai 1 Unit 9 X 8
9 Perpustakaan 1 Unit 9 X 8
10 Labor
Komputer
1 Unit 9 X 8
11 Puskestren
Klinik
1 Unit 9 X 8
12 Bengkel 1 Unit 9 X 8
13 Drum Band 1 Unit
14 Komputer 20 Unit 15 5
15 Printer 12 9 3
45
Observasi, 25 Oktober 2018
-
30
2. Program Pengembangan Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad46
Di samping menjadi agen taffaqquh fiddin, Pondok Pesantren
Irsyadul
„Ibad juga menjadi agen pengembangan masyarakat.Peran serta dan
kontribusi
Pesantren dalam bidang ini tidak diragukan lagi.Sekedar menunjuk
bukti,
banyak para alumni Pesantren yang menjadi tokoh masyarakat,
pejabat
pemerintah serta profesi lainnya yang berhubungan langsung
dengan
pengembangan dan pendayagunaan masyarakat.
Dalam hal ini Program Pengembangan Masyarakat oleh Pondok
Pesantren Irsyadul „Ibad meliputi :
a. Program Pengembangan Santri
1) Dalam rangka mengupayakan peningkatan mutu keilmuan santri,
Pondok
Pesantren Irsyadul „Ibad menjalin kejasama dengan dunia
pendidikan
yang lebih tinggi jenjangnya dan lembaga pendidikan lainnya.
2) Peningkatan profesionalisme guru dengan menjalin kerjasama
dengan
Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama yang membidangi
pendidikan
dan Pondok Pesantren lainnya. Dengan kerjasama ini para
asatidz
memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan. Para
Asatidz
juga didorong dan diberi kesempatan mengikuti seminar di
berbagai
bidang yang diselenggarakan beberapa pihak terkait.
3) Pengembangan program prioritas adalah mendidik para santri
agar
mampu memahami dan mendalami kitab-kitab klasik (salaf) dan
modern
('ashriyyah) serta mengaktualisasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Progam ini direalisasikan dengan mengadakan aktifitas kajian
kitab-kitab
salaf, aktifitas Mudzakarah, Muhafazhah dan kegiatan lain yang
dinilai
mampu merealisasikan dan menyukseskan program prioritas.
4) Peningkatan pengetahuan santri di bidang Iptek. Sehubungan
dengan itu
Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad mendirikan Madrasah Tsanawiyah
dan
Madrasah Aliyah dengan target santri mampu menguasai
berbagai
46
Dokumentasi, 25 Oktober 2018
-
31
disiplin ilmu, baik ilmu keislaman dan Iptek sebagai bekal
mereka saat
terjun ke dalam masyarakat.
b. Progam Pengembangan Masyarakat47
1) Sumber Daya Manusia (SDM)
Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad memberikan pelatihan khusus
dan kesempatan magang di beberapa tempat yang telah ditentukan
dan
disesuaikan dengan kepentingan pengembangan Pondok Pesantren
Irsyadul „Ibad. Beberapa Asatidz dan santri dikirim untuk
mengkuti
beberapa pelatihan yang diadakan oleh Instansi-instansi
pemerintah
seperti dinas kesehatan, dinas pertanian, dinas peternakan dan
perikanan,
pemberdayaan SDM ini juga diwujudkan dengan menyelenggarakan
pengajian mingguan dan bulanan untuk masyarakat sekitar yang
langsung diasuh oleh Ky. Rouyani Jamil sebagai Pimpinan
Pondok
Pesantren Irsyadul „Ibad. Hal ini merupakan bentuk kepedulian
Pondok
Pesantren Irsyadul „Ibad kepada masyarakat sekitar lokasi
Pesantren.Dengan begitu Pesantren berfungsi sebagai fasilitator
dan
instrumen.
2) Sebagai Agen Perubahan (agent of social change)
Sebagai agen perubahan sosial, Pondok Pesantren Irsyadul
„Ibad
dituntut untuk memproduksi manusia yang berakhlaqul karimah,
beriman dan bertaqwa serta mampu menjadi embun penyejuk di
atas
kondisi dekadensi moral.
3) Sebagai Pusat Unggulan
Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad diharapkan tidak hanya
sekedar
menjadi lembaga keagamaan dan pendidikan saja, tetapi juga
sebagai
lembaga pengembangan masyarakat. Dengan multifungsi seperti
ini
Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad akan menjadi pusat unggulan,
baik
dalam hal pendidikan keislaman maupun pengembangan
masyarakat.
47
Ibid
-
32
c. Program Kerja48
1) Jangka Pendek
Program-program kerja rutin Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad
yang berkaitan langsung dengan masyarakat, di antaranya:
a) Menampung dan membiayai seluruh kebutuhan hidup serta
pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu.
b) Pembinaan dan bimbingan Rohani bagi masyarakat dan
pengurus
pondok pesantren dalam program pengajian rutin 2x seminggu.
c) Hubungan kemitraan dengan berbagai pihak guna dapat
bersama-sama
membangun dan mengembangkan Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad.
2) Jangka Panjang
Program jangka panjang Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad yaitu
:
a) Mendirikan Pondok Pesantren Khusus Salafiah di Desa
Simpang
Kubu Kandang Kecamatan Pemayung Kabupaten BatangHari yang
akan dibangun secara bertahap.
b) Membangun fasilitas Pondok Pesantren secara lengkap dan
terpadu.
c) Mengadakan rencana kerja sama pengelolaan pondok
pesantren
dengan pondok pesantren dari pulau Jawa dalam mengembangkan
sistem pendidikan Islam terpadu yang mempunyai visi dan misi
yang
sama.
d) Membangun kerjasama lokal dengan warga muslim di propinsi
lain
demi tegaknya syiar Islam di muka bumi.
e) Mengembangkan kawasan wisata rohani dengan kegiatan
kerohanian
bagi masyarakat muslim di Propinsi Jambi.
f) Mendidik santriwan dan santriwati yang mandiri dan
berdedikasi dan
berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa.
3) Program kerja yang telah dijalankan
a) Pembangunan 100% Masjid "IRSYADUL „IBAD".
b) Pembangunan beberapa Gedung Sekolah, laboratorium,
perpustakaan
dan Gedung Asrama.
48
Ibid
-
33
c) Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar formal dan non formal
bagi
santriwan/i mulai Jam 7.30 -21.30 WIB di setiap harinya kecuali
hari
libur.
d) Pengajian rutin mingguan dan bulanan bagi masyarakat dan
pengurus
Pondok Pesantren, setiap malam Rabu dalam seminggu dan
setiap
Rabu Kliwon dalam sebulan.
e) Perekrutan sebagian santri dari golongan anak yatim / piatu
dan fakir
miskin sesuai kapasitas, tempat, dan kemampuan yang ada
melalui
Panti Asuh Irsyadul „Ibad.
f) Membuka Taman Pendidikan dan Baca Tulis Al-Qur'an, bagi
anak-
anak masyarakat sekitar Pondok Pesantren, yang saat ini
berjumlah 20
anak, dengan tenaga pengajar sebanyak 6 orang.
-
34
BAB III
PRAKTIK PEMBACAAN SURAH DAN AYAT AL-QUR‟AN DALAM
TRADISI PEMBACAAN WIRID SAKRAN
A. Definisi Wirid Secara Umum
Wirid adalah kata yang biasa diucapkan dan telah menyatu
dalam
bahasa masyarakat kita khususnya kalangan santri di pondok
pesantren. Asal
katanya "warada" artinya hadir, datang, sampai. Kemudian secara
terminologi
menjadi istilah untuk berzikir dan berdoa sesuai dengan "aurad"
(jamak dari
kata wirid) yg datang dari Nabi SAW, para sahabat, maupun para
ulama49
Menurut Muhammad Hasbi Asshidieqy zikir yaitu menyebut nama
Allah dengan membaca tasbih, tahlil, membaca tahmid, membaca
al-Qur‟an.
Selain dari pada itu mengingat Allah dan menyebutnya dengan
mengerjakan
segala rupa taat. Wirid atau dzikir adalah suatu tindakan
manusia yang beriman
dalam rangka untuk mengingat Tuhannya dengan cara menyebut
nama-Nya,
mengingat keagungan-Nya, dan selalu beramal shaleh. Semua itu
dilandasi
dengan niat yang ikhlas semata-mata beribadah kepada Allah dan
selalu
mengharapkan ridha-Nya. Dzikir tidak melafazkan asma Allah dalam
bentuk
wirid (perbuatan yang berbentuk ibadah lahir dan bathin dan
dilakukan secara
terus menerus) saja, tetapi juga sampai pada bentuk amal shaleh
dan akhlak
yang baik seseorang yang beriman dalam kehidupannya
sehari-hari.50
Sedangkan menurut Aboe Bakar Atjeh, dalam bukunya Pengantar
Ilmu
Tarekat Uraian Tentang Mistik:
[D]zikir adalah ucapan yang dilakukan dengan lidah, atau
mengingat Allah
dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mensucikan Allah
dengan
memuji dengan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat
yang
sempurna, sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.51
49
Https://Rengganes-Suarahati.Blogspot.Com, 13/10/2018 50
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqiy, Pedoman Dzikir Dan Doa, (Jakarta:
Bulan Bintang,
1990), 36 51
Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat Uraian Tentang Mistik,
Cet Ke-Iiix, (Solo:
Ramadhani, 1996), 276
-
35
1. Wirid Sakran
Wirid Sakran di ambil dari nama pembuatnya, yaitu Imam Abu
bakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf, seorang Imam besar
dan
Ulama Jaya dimasanya, digelari assakran (mabuk) karena beliau
sangat
mencintai Allah dan seakan tergila gila dg Allah ia mabuk cinta
dengan
Allah jika sedang beribadah kepada Allah melupakan segala
aktivitas
lainnya tenggelam dalam suasana dzikir kepada Allah maka
sebenarnya
doa itu bernama doa Imam Abubakar bin Abdurrahman Assegaf,
namun
karena ia digelari assakran, maka mestinya doa Imam Abu
bakar
Assakran, namun kemudian orang menyingkatnya dengan nama
itu,
padahal doa itu tak ada sangkut pautnya dengan makna kalimat
as-
Sakran.52
Wirid ini merupakan serangkaian ayat ayat al-Quran dan asma
Allah serta kalimat thoyyibah yang mempunyai karomah yang
tinggi, jika
diamalkan secara istiqomah maka pengamal akan mendapatkan
perlindungan lahir bathin secara mutlaq, juga akan melontarkan
balik
bagi siapa saja yang berniat jahat kepada pengamal, wirid ini
sangat efektif
untuk mengusir makhluq ghaib.53
Wirid Sakran ini sangat baik diamalkan sesuai aturan yang
ada.
Terkhususuntuk para santri sering kali mengalami perkara
susah
memahami pelajaran, mengahafal dan sebagainya, maka wirid ini
sangat
besar manfaatnya untuk para santri pada umumnya serta dijadikan
ajimah
dengan mengamalkannya agar perkara bisa dengan mudah
terlaksana.
Selain itu wirid ini sangat cocok bagi para santri yang selalu
memilki
perasaan gelisah serta pikiran terasa sempit bahkan buntu.
Dengan
mengamalkan wirid ini serta maunah dari Allah SWT Insya Allah
hati
akan menjadi lapang, pikiran tenang dan tentram sehingga santri
dapat
fokus dalam menuntut ilmu.54
52
Ibid, Filepdf 12/10/2018 53
Ibid 54
Ungkapan Dari Ustad Habib Mubarak Selaku Ustadz di Pondok
Pesantren Irsyadul
„Ibad, 25/10/2018
-
36
Wirid Sakran ini terdapat di dalam buku wirid
harian“Khulashoh
Madad an- Nabawi”55
. Di dalam wirid ini terdapat surah dan ayat-ayat al-
Qur‟an, diantaranya:
a. Surah Al-Fatihah: 1-7
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha
Pemurah
lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di hari Pembalasan.
Hanya
Engkaulah yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan. Tunjukilah Kami jalan yang lurus,(yaitu)
jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka bukan
(jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat”.56
Surah al-Fatihah merupakan surah yang pertama dalam urutan
surah dalam al-Quran. Surah yang disepakati mempunyai tujuh
ayat, 25
kalimat dan 113 huruf ini dibaca oleh setiap muslim di dalam
solat fardhu,
solat sunnah, wirid dan lain-lain.
Mengenai turunnya surat al-Fatihah banyak riwayat yang
menyebutkan. Sebagian menyebutkan bahwa surat al-Fatihah
diturunkan
di Makkah, yaitu pada permulaan disyari‟atkannya shalat, dan
surat inilah
yang pertama kali diturunkan secara lengkap tujuh ayat. Adapun
rincian
pendapat para ulama tentang tempat turunnya surah al-Fatihah
sebagai
berikut:57
55
Ibid, 66 56
Ibid, 1 57
Ibrahim Hasan, Jurnal Tentang “Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Dalam Al-Qur‟an
(Telaah Surah Al-Fatihah)”, (Sumatra Utara: At-Tazaki, 2017),
65
-
37
1) Makkiyah (surah yang diturunkan di Makkah). Ini adalah
pendapat
Ibnu Abbas, Qatadah, sdan Abu al-„Aliyah.
2) Madaniyah (surah yang diturunkan di Madinah). Ini adalah
pendapat
Abu Hurairah, Mujahid, Atha„ bin Yasar, az-Zuhri dan
lainnya.
3) Pendapat lain mengatakan separuhnya diturunkan di Makkah
dan
separuhnya lagi diturunkan di Madinah. Abu Laits
As-Samarqandi
berkata: bahwa pendapat pertamalah yang kuat dan shahih,
berdasarkan firman Allah Swt QS. al-Hijr ayat 87:
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang
dibaca
berulang-ulang dan al-Quran yang agung.” (Q.S. al-Hijr:
87).58
Al-Fatihah berasal dari kata fataha, yaftahu, fathan yang
berarti
pembukaan yang dapat pula berarti kemenangan. Sedangkan fatihah
dalam
arti kemenangan dapat dijumpai pada nama surat yang ke-48 yang
berjudul
Al-Fath yang berarti kemenangan. Kata Fath dalam yang merupakan
akar
kata nama ini berarti menyingkirkan sesuatu yang terdapat suatu
tempat
yang akan dimasuki. Tentu saja bukan makna harfiah itu yang
dimaksud.
Penamaannya dengan al-Fatihah karenanya ia terletak pada awal
al-Qur‟an
dan kata al-Fatihah disini ialah awal al-Qur‟an.59
Surah al-Fatihah memiliki nama yang cukup banyak dan begitu
indah. Didalam tafsir al- Jami„ li ahkam al-Qur„an sebagaimana
dikutip
dalam buku tafsir al-Asas, misalnya Imam al-Qurthubi
Rahimahullah
menyebutkan nama-nama surah al-Fatihah sebagai berikut:
Ash-shalah (shalat), Al-Hamdu (segala puji), Fatihatul Kitab
(pembuka kitab), Ummul Kitab (induk kitab), Ummul Qur‟an (induk
al-
Qur„an), As-Sab‟ul Matsani (tujuh ayat yang dibaca
berulang-ulang), al-
Qur‟an al-„Azhim (al-Qur„an yang agung), Asy-Syifa‟
(penawar/obat), Al-
58
Ibid,266 59
Ibid, 64
-
38
Asas (pondasi), Ar-Ruqyah (jampi), Al-Wafiyah (penyempurna),
al
Kafiyah (yang mencukupi).
Imam Jalaluddin as-Suyuthi Rahimahullah menyebutkan nama-
nama surah al-Fatihah sebanyak 25 nama, sebagaimana di kutib
oleh
Mashri Sirojuddin Iqbal dalam bukunya Pengantar Ilmu Tafsir,
nama-
nama tersebut sebagai berikut:
Fatihatul Kitab (pembuka kitab), Fatihatul Qur„An(pembuka
al-
Qur„an), Ummul Kitab (induk kitab), Ummul Qur‟an (induk
al-Qur„an),
Al-Qur‟an Al- „Azhim (al-Qur„an yang agung), As-Sab‟ul
Matsani(tujuh
ayat yang dibaca berulang-ulang), Al-Wafiyah (penyempurna),
Al-Kanzu
(perbendaharaan), Al Kafiyah (yang mencukupi), Al-Asas
(pondasi), an-
Nur (cahaya), Al-Hamdu (segala puji), Al-Syukru (ucapaan terima
kasih),
Al-Hamdu Al-Aula (pujian yang utama), Al-Hamdu Al-Qushra
(pujian
singkat), Ar-Ruqyah (jampi), Asy-Syifa‟ (obat), Asy-Syafiyah
(penyembuh),
Ash-Shalah(shalat), Suratut Thalab (permintaan), Ad-Du„a(berisi
do„a),
As-Sual (pengaduan), Ta„Limul Mas„alah(adab meminta),
Al-Munajat
(permohonan), Al-Tafwidh (menyerahkan diri dengan
segala-galanya).60
b. Surah Al-Baqarah:255
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan
di
bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa
izin-Nya?
60
Ibid, 65
-
39
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha
Tinggi
lagi Maha besar”.61
Turunnya ayat kursi yakni pada suatu malam setelah Hijrah.
Menurut sebuah riwayat, pada saat ayat kursi diturunkan dengan
disertai
beribu-ribu malaikat sebagai penghantarnya, hal ini kerana
kebesaran dan
kemuliaannya.Syaitan berikut Iblis menjadi gempar dan tak tenang
hati
kerana adanya suatu penunjuk yang menjadi perintah dalam
perjuangan
nya. Rasulallah Saw dengan segera memerintah kepada penulis
al-Quran
yaitu Zaid bin Thabit agar segera mungkin untuk menulis dan
menyebarkannya.
Sehubungan dengan perselisihan dan dan peperangan setelah
rasul-
rasul,dan kekafiran sudah datangnya bermacam-macam keterangan
dan
keimanan,maka dalam kesempatan ini datanglah ayat yang
mengandung
kaidah-kaidah tashawwur Imani. Ayat yang menyebutkan sebagian
sifat
Allah SWT, yang menetapkan makna keesaan dalam
wilayah-wilayahnya
yang sangat halus, dan sifat-sifatnya yang jelas. Ayat itu
adalah ayat yang
tinggi kedudukannya, dalam petunjuknya, dan luas
cakupannya.62
Tiap-tiap sifat dari sifat ini mengandung suatu
kaidah-kaidah
tashawwur Islami yang global, disamping al-Qur‟an periode
Mekkah
sendiri pada umumnya berperan membangun tashawur ini. Mak