Page 1
TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA
(KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)
Tugas ini dikerjakan guna memenuhi nilai tugas pada mata kuliah Pengantar Filsafat dan Pemikiran Modern
KELOMPOK MARS :
Fitri Haryanti H.S.A 0906491383
Esna Pramesi Afiz Putri 0806393536
Fazar Fathan P 0906559643
Fahmy Amrillah 0906527225
Fathur Rahman 0906527231
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN AJARAN 2010/2011
Page 2
1
KARTINI DENGAN PEMIKIRAN WANITA MODERN INDONESIA
Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 dan meninggal di
Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) atau lebih akrab disebut
Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal
sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Kartini menikah dengan bupati Rembang,
K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri.
Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan
Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu
gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang atau di sebuah bangunan yang kini digunakan
sebagai Gedung Pramuka.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13
September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia
25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Setelah Kartini
wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah
dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai
Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door
Duisternis tot Licht yang berarti „Habis Gelap Terbitlah Terang‟. Buku kumpulan surat
Kartini ini diterbitkan pada 1911.
Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu,
terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan
dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat
kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Surat-
surat Kartini juga berisi harapannya untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia
menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat yaitu tidak bisa bebas
duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan
harus bersedia dimadu.
Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini adalah kritik terhadap
agamanya. Ia mempertanyakan „Mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa
diwajibkan untuk dipahami?‟ Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih
damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah,
dan saling menyakiti. "…agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa tetapi berapa
banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..." Kartini mempertanyakan tentang
agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini,
lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.
Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi
ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah
yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya
sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Keinginan Kartini untuk
melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Ketika
akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut. Niat dan rencana
untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh
Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.
Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan
studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon,
Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...singkat dan pendek
saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan
kawin..." Padahal saat itu pihak Departemen Pengajaran Belanda sudah membuka pintu
kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.
Page 3
2
Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia
menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri
dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan Bumiputra kala itu.
Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung
keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra
saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.
Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan
egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir
mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk
mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya yakni menikah dengan Adipati
Rembang.
Kemajuan pemikiran wanita modern Kartini dari masa ke masa
Kita mengetahui bahwa pada era Kartini akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20
nasib kaum wanita masih tertindas dan belum memperoleh kebebasan. Mereka belum bisa
memperoleh pendidikan setinggi-tingginya, anggapan bahwa wanita pada akhirnya
dikodratkan bekerja di dapur jadi untuk apa mengenyam pendidikan yang tinggi. Kebebasan
untuk menentukan pasangan hidup tidak dibolehkan, sehingga perjodohan antara kaum wanita
dengan pria yang akan menjadi pendamping hidup sudah diatur dan direncanakan oleh
masing-masing keluarga.
Menjelang akhir abad ke-20 hingga memasuki abad ke-21 ini tidak ada lagi jurang
pemisah dan diskriminasi terhadap wanita. Wanita modern kedudukannya dalam pendidikan
sama seperti kaum laki-laki, bebas untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya tapi tetap tidak
melupakan kodratnya sebagai wanita untuk berada di dapur. Dalam hal menentukan pasangan
hidup, wanita modern bebas memilih laki-laki yang akan dijadikan suami tapi perjodohan
tetap ada dan tidak hilang. Perbedaan perjodohan yaitu pada masa Kartini ketika wanita
dijodohkan oleh orangtuanya, ia harus menerima dan tidak boleh menolak sedangkan masa
modern ini wanita modern yang dijodohkan boleh menerima dan boleh menolak calon laki-
lakinya. Demokrasi kebebasan memilih masa sekarang ini benar-benar mengubah cara
pandang terhadap wanita.
Diskriminasi wanita tidak hanya dalam pendidikan dan perjodohan saja tapi dalam hal
pekerjaan pun berbeda. Pada masa Kartini, wanita bekerja lebih kepada pengabdian di rumah,
mengurus berbagai urusan rumah tangga seperti mencuci, membersihkan rumah dan memasak
hingga melayani suami. Mereka tidak diperbolehkan bekerja di luar rumah, yang bekerja di
luar rumah dan mendapat penghasilan hanya kaum laki-laki saja. Di masa abad 21 yang
modern ini, perspektif itu hampir tidak ada lagi kabarnya. Wanita modern sekarang bebas
memilih pekerjaan yang sama seperti kaum laki-laki seperti menjadi polisi wanita atau
bekerja di instansi-instansi pemerintah. Bebas meraih kesuksesan yang dicita-citakan untuk
masa depan. Persamaan hak antara kaum wanita dan kaum laki-laki kedudukannya semakin
sama rata.
Kebebasan berpikir wanita modern lebih demokrasi dan bahu membahu bersama
kaum laki-laki membangun negeri ini. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa di zaman modern
ini penindasan dan pelecehan terhadap kaum wanita kerap terjadi. Kaum wanita tetap
dianggap lemah dan rendah di mata kaum laki-laki. Segala keputusan dan ketetapan lebih
diutamakan oleh kaum laki-laki.
Page 4
3
PENDIDIKAN HUMANIS KI HAJAR DEWANTARA
Tokoh pendidikan bangsa Indonesia yang terkenal dengan ajaran pendidikan adalah Ki
Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta dengan nama
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat dan berasal dari kalangan bangsawan Kraton Yogyakarta.
Ia meninggal karena sakit pada 28 April 1959 di Yogyakarta. Perjalanan hidup dan
perjuangan lebih banyak dihabiskan demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah
Dasar ELS (Sekolah Dasar Belanda) lanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi
tidak sampai tamat karena sakit. Selanjutnya, ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat
kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda,
Tjahaja Timoer dan Poesara.
Pada 25 Desember 1912, Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker (Dr.Danudirja
Setyabudi) dan Cipto Mangunkusumo mendirikan Indische Partij yang bertujuan mencapai
Indonesia merdeka. Indische Partij sebagai organisasi yang bergerak dalam perpolitikan
nasionalisme Indonesia berusaha mendapatkan status badan hukum dari pemerintah Belanda,
tapi ditolak oleh Pemerintah Belanda. Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker dan Cipto
Mangunkusumo pernah diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda di Belanda akibat tulisan
kontroversial Douwes Dekker berjudul Andai Aku Seorang Belanda.
Selama menjalani pengasingan di Belanda, Ki Hajar Dewantara belajar mengenai
pendidikan dan mencurahkan hati pikirannya dalam bidang pendidikan. Setelah selesai dari
pengasingannya, Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo mendirikan
Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Taman Siswa ditujukan untuk menciptakan pendidikan yang
bermutu dan melahirkan kaum muda Indonesia yang berintelektual. Ki Hajar Dewantara
banyak membuat tulisan mengenai pendidikan dan wawasan kebudayaan Indonesia. Melalui
tulisannya, ia meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Semboyan pendidikan Taman Siswa yang menjadi dasar-dasar pendidikan nasional
bangsa Indonesia yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri
Handayani. Ing Ngarso Sung Tulodo berarti di depan memberi teladan. Guru sebagai
pendidik dan pengajar diharapkan mampu memberi suri tauladan yang baik , mampu
memberikan pengajaran yang bermanfaat dan membimbing dengan sepenuh hati anak-anak
didiknya menjadi kaum muda yang terbuka pikiran menghadapi segala tantangan dan
hambatan dalam kehidupan. Ing Madya Mangunkarso berarti di tengah menciptakan peluang
untuk berprakarsa. Guru membimbing dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
bebas mengekspresikan bakat yang dimiliki dan berkarya menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi peserta didik dan orang lain yang melihatnya. Berani berkarya menciptakan
sesuatu hal menjadikan daya kreativitas peserta didik dapat berkembang dan ini didorong atas
bantuan sang guru.
Tut Wuri Handayani yang merupakan salah satu semboyan pendidikan Taman Siswa
berlaku hingga zaman modern sekarang ini. Tut Wuri Handayani berarti di belakang memberi
dorongan. Guru bertindak sebagai fasilitator yang mengamati dan menilai kegiatan belajar
siswa. Memberikan poin-poin penting untuk dikembangkan sendiri oleh peserta didik.
Dorongan tidak hanya semangat dan motivasi tetapi lebih memandu peserta didik mengambil
jalan yang sesuai atas pilihannya. Sistem kegiatan belajar mengajar yang lebih mengutamakan
siswa untuk aktif, bebas mengemukakan pendapat dan bebas menciptakan kreativitas belajar.
Dalam hal ini, guru juga mengarahkan peserta didik untuk bersikap dan berbicara sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan tapi
bagaimana mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik lingkungan
keluarga, masyarakat dan lingkungan pergaulan berbangsa dan bernegara. Bagi Ki Hajar
Dewantara ketiga semboyan ini dimaksudkan agar para guru hendaknya menjadi pribadi yang
Page 5
4
bermutu yang memiliki kepribadian dan kerohanian, kemudian menyediakan diri untuk
menjadi pahlawan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan
bangsa. Jadi yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model
atau figure keteladanan, kemudian sebagai fasilitator.
Refleksi pendidikan nasional yang humanis
Ki Hajar Dewantara dengan semboyan pendidikannya diterapkan di sekolah-sekolah
hingga perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Pendidikan di sebuah negara dibangun sesuai
dengan karakteristik bangsa Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila seperti
kekeluargaan, musyawarah, disiplin, kebersamaan, tanggungjawab dan demokrasi.
Pendidikan juga membangun karakter budaya bangsa, mengembangkan pemikiran-pemikiran
yang kritis demi kemajuan bangsa melalui media pendidikan berlandaskan aspek-aspek
nasional (kemerdekaan meraih pendidikan setinggi-tingginya).
Setiap warga negara berhak mengenyam pendidikan. Pendidikan mengarahkan peserta
didik menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual. Tujuan pendidikan
tidak hanya mengembangkan aspek intelektual peserta didik tetapi bagaimana intelektualisme
dimanfaatkan dengan baik dalam berkomunikasi. Pendidikan dapat memperkaya setiap
individu, memperkuat rasa percaya diri juga mengembangkan harga diri. Guru sebaiknya rela
berkorban untuk kebahagiaan peserta didik agar menghasilkan generasi muda yang
bertanggungjawab, disiplin dan memiliki kepribadian merdeka, sehat dan cerdas.
Metode pendidikan yang sesuai untuk mencapai generasi muda berintelektual yaitu
sistem among, metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh
(care and dedication based on love). Manusia merdeka adalah seseorang yang mampu
berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaan yang mampu menghargai
dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Oleh karena itu, bagi Ki Hajar Dewantara
pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”.
Sikap profesionalitas seorang guru dibuktikan dengan cara mengajar dan mendidik
anak-anak didiknya sesuai perkembangan zaman. Saat ini dalam mengajar guru dituntut
memudahkan cara pengajarannya disesuaikan dengan teknologi yang membantu kegiatan
belajar mengajar sehingga membantu peserta didik mudah memahami materi. Guru sesuai
profesinya sebagai pengajar dan pendidik diharapkan bekerja dengan ketulusan hati dan
tanggungjawab. Pengabdian kepada negara dan rasa cinta kasih kepada anak-anak didiknya
itulah hal yang paling berharga. Etos kerja seperti ini perlu dibangun di kalangan pendidik.
Pengabdian yang besar dalam dunia pendidikan menjadikan seorang guru kaya, kaya
memiliki ilmu, kaya memiliki anak-anak didik, dan kaya lahir batin. Suatu kepuasaan dan
kebahagiaan melihat anak-anak didiknya meraih kesuksesan di masa depan.
Pendidikan humanis yang diharapkan seperti ini menghasilkan pribadi-pribadi yang
lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, bertanggungjawab atas hidup
sendiri dan orang lain serta memiliki watak luhur dan ahli dalam bidang yang digelutnya.
Page 6
5
KEMAJUAN PEMIKIRAN KEBUDAYAAN SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA
Salah satu sastrawan Indonesia yang dikagumi karya novel Layar Terkembang adalah
Sutan Takdir Alisyabana. Ia lahir pada 11 Februari 1908 di Sumatera Utara, meninggal pada
17 Juli 1994 dalam usia 86 tahun. Ibunya berasal dari Minangkabau. Ayahnya bernama
Raden Alisyahbana dengan gelar Sutan Arbi, ia seorang guru. Diberi nama Takdir karena jari
tangannya hanya ada 4 jari.
Perjuangan berkiprah dalam mencapai eksistensi dan terkenal dalam kesusastraan
Indonesia amat berat. Ia menamatkan HKS di Bandung (1928), meraih Mr. dari Sekolah
Tinggi di Jakarta (1942), dan menerima Dr. Honoris Causa dari UI (1979) dan Universiti
Sains, Penang, Malaysia (1987). Pernah menjadi redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka
(1930-1933), mendirikan dan memimpin majalah Pujangga Baru (1933-1942 dan 1948-1953),
Pembina Bahasa Indonesia (1947-1952), dan Konfrontasi (1954-1962). Pernah menjadi guru
HKS di Palembang (1928-1929), dosen Bahasa Indonesia, Sejarah, dan Kebudayaan di UI
(1946-1948), guru besar Bahasa Indonesia, Filsafat Kesusastraan dan Kebudayaan di
Universitas Nasional, Jakarta (1950-1958), guru besar Tata Bahasa Indonesia di Universitas
Andalas, Padang (1956-1958), dan guru besar & Ketua Departemen Studi Melayu Universitas
Malaya, Kuala Lumpur (1963-1968).
PEMIKIRAN EKONOMI KOPERASI BUNG HATTA
Dr.(H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta, yang lebih populer dengan panggilan akrab Bung
Hatta adalah seorang pejuang, pemikir, negarawan, dan juga Wakil Presiden pertama
Republik Indonesia. Beliau lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada tanggal 12 Agustus
1902 dengan nama Muhammad Athar dari pasangan H. Mohammad Djamil dan Siti Saleha.
pada usia 42 tahun Beliau menikah dengan Rahmi Rachim yang kemudian dianugerahi tiga
orang puteri yaitu Meutia, Gemala, dan Halida. Beliau wafat pada tanggal 14 Maret 1980
pada usia 77 tahun dan dimakamkan di Pemakaman Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Bung Hatta mengenyam pendidikan tingkat dasar (SR) dan tingkat menengah
(MULO) di Padang, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Dagang “Prins Hendrik
School”. Setelah lulus pada tahun 1921, beliau melanjutkan pendidikannya ke Rotterdam,
Belanda untuk belajar ilmu perdagangan di Nederland Handelshogeschool dan bergabung
dengan organisasi pemuda di bawah kepemimpinan Dr. Soetomo.
Setelah kembali ke tanah air, beliau aktif sebagai anggota Dewan Redaksi “Hindia
Poetra” dan majalah Daulat Rakyat. Di masa inilah beliau berkenalan dengan Ir. Soekarno.
Bung Hatta menguasai bahasa Belanda, Inggris, Perancis, dan Jerman. Selama hidupnya
beliau pernah mengalami penangkapan dan pembuangan oleh pemerintah Belanda, antara lain
ke Tanah Merah, Digul, Banda Neira, dan Sukabumi, karena menolak untuk bekerja sama
dengan pemerintah Belanda. Pada tahun 1945 sehari setelah beliau dan Bung Karno
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, beliau secara aklamasi diangkat sebagai wakil
presiden pertama RI mendampingi Bung Karno yang menjadi presiden pertama RI. Pada
tahun 1956 Bung Hatta mundur dari kursi wakil presiden, karena berselisih dengan Presiden
Soekarno.
Page 7
6
Bung Hatta dan Koperasi
Perjuangan Bung Hatta terlihat dalam bidang ekonomi. Menurut Bung Hatta bahwa
„Perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan atas kekeluargaan adalah
koperasi. Karena koperasilah yang menyatakan kerjasama antara mereka yang berusaha
sebagai suatau keluarga. Tak ada pertentangan antara majikan dan buruh, antara pemimpin
dan pekerja‟. (Hatta, 1954:203)
Pada tanggal 17 Juli 1953 saat Kongres Koperasi Indonesia di Bandung, Bung Hatta
mendapat gelar sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Gelar ini pantas disandangnya karena
beliau adalah salah seorang pejuang gerakan Koperasi dan sebagai konseptor pasal 33 ayat 1
UUD 1945 yang dalam penjelasannya menyatakan bahwa pembangunan yang cocok untuk
melaksanakan pasal itu adalah Koperasi.
Menurut Bung Hatta, tujuan koperasi bukanlah untuk mencari laba yang sebesar-
besarnya, melainkan untuk melayani kebutuhan bersama dan sebagai wadah partisipasi bagi
para pelaku ekonomi berskala kecil. Awal ketertarikan Bung Hatta kepada sistem koperasi
sepertinya karena pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya
Denmark, pada akhir tahun 1930-an. Koperasi harus dijiwai oleh semangat self-help
(menolong diri sendiri) agar mampu berdiri secara mandiri. Karena itu koperasi harus bisa
bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan prinsip efisiensi.
Koperasi memiliki peran yang penting bagi dunia Ekonomi Indonesia, melalui ikatan
Koperasi, perekonomian rakyat dalam skala kecil dipersatukan, dibina dan dikembangkan
sehingga secara berangsur-angsur diharapkan akan mampu melaksanakan perekonomian skala
sedang dan skala besar. Menurut Hatta, melalui Koperasi seseorang dapat memupuk dan
memperkuat rasa solidaritasnya karena Koperasi dijalankan bersama-sama atas prinsip
kekeluargaan.
Hal di atas didasarkan pada UU No 25 tahun 1992 tentang koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Selain itu, para anggota juga diharapkan untuk dapat mengembangkan rasa
kemandirian dan kesadaran akan harga dirinya. Seseorang yang sadar akan harga
dirinya akan memiliki kemampuan dan tekad yang kuat untuk membela keluarganya.
Sedangkan dalam kehidupan, Koperasi bisa membela kepentingan Koperasi dan usaha
bersamanya. Koperasi juga dapat meningkatkan rasa cinta kepada masyarakat yang ada
disekitarnya. Kepada anggota Koperasi perlu ditanamkan kesadaran bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, namun selalu membutuhkan orang lain. Oleh
karena itu, setiap anggota Koperasi harus memilki tanggung jawab moral dan sosial.
Kemampuan individu seseorang dapat terlatih dalam berorganisasi, membangun
pengalaman dan bekerja sama antar sesama individu yang memiliki pikiran dan pandangan
luas. Segala permasalahan membuat individu dapat berpikir kritis mengatasi masalah tersebut.
Koperasi yang dijalankan oleh masyarakat banyak memiliki makna sebuah roda kehidupan
bermasyarakat.
Koperasi riwayatmu kini
Bagaimana perkembangan koperasi saat ini? Perkembangan koperasi dapat dikatakan
berkembang pesat masa pemerintahan Bung Hatta tapi seiring dengan perubahan zaman,
koperasi rasanya tidak terlalu begitu terdengar kekuatannya. Di kota-kota besar, peranan
koperasi dirasa kurang bernilai dibandingkan di desa-desa. Masyarakat yang hidup di
perkotaan memang masih menjalankan koperasi di wilayah tempat tinggalnya tapi
penghasilan koperasi dan keikutsertaan anggota setempat kurang aktif. Tidak semua
masyarakat di tempat tinggal membayar uang bulanan yang cukup pada koperasi sehingga
Page 8
7
SHU (Sisa Hasil Usaha) bernilai kecil. Hal yang menarik adalah tak jarang masyarakat
setempat meminjam pinjaman yang besar kepada koperasi sementara orang yang meminjam
uang tersebut belum tentu bisa membayar lunas pinjamannya. Alhasil koperasi pun kewalahan
dengan mengatur sirkulasi uang yang semakin menipis.
Di desa-desa keberadaan koperasi begitu dirasakan masyarakat setempat. Perputaran
uang, pinjam meminjam begitu terasa hidup. Pengelolaan koperasi di desa-desa lebih teratur.
Sifat orang desa yang menjunjung kegotongroyongan dan ramah bermasyarakat menadikan
koperasi memegang peranan penting untuk membantu memenuhi kebutuhan yang tidak dapat
dihasilkan sendiri.
Koperasi masih memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa Indonesia.
Suatu tantangan dan hambatan yang cukup besar dirasakan dalam perkembangan koperasi
yang berhadapan dengan globalisasi dan modernisasi. Koperasi menjadi bukti akan
kegotongroyongan khas bangsa Indonesia.
SEPAK TERJANG NASIONALISME BUNG KARNO
Soekarno yang akrab dipanggil Bung Karno merupakan presiden pertama Indonesia.
Bung Karno lahir di Blitar, Jawa Timur pada 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta pada 21
Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya bernama Ida Ayu
Nyoman Rai. Semasa hidupnya, ia mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak.
Fatmawati, istri pertama dikaruniai 5 anak; Hartini, istri kedua dikaruniai 2 anak dan dari
Ratna Sari Dewi, istri ketiga merupakan wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto
dikaruniai 1 anak. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di
Blitar. Semasa SD hingga tamat, ia tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said
Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Melanjutkan sekolah di HBS
(Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa
nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjutkan ke
THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia
berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Ajaran Marhaenisme Bung Karno
Marhaenisme dikemukakan Bung Karno sebagai salah satu semboyan Partai Nasional
Indonesia yang didirikan pada 4 Juli 1947. Istilah Marhaen diambil dari nama seorang petani
yang ditemui Bung Karno di daerah Priangan. Marhaen sebagai simbol kesengsaraan dan
penderitaan masyarakat akibat dari kapitalisme dan kolonialisme. Hidup menderita di tanah
kelahiran yang kaya raya begitu ironis. Kaum petani, buruh tani, pedagang kecil dan kaum
lain yang hidupnya melarat semakin dimelaratkan oleh sistem feodalisme,kolonialisme dan
kapitalisme. Untuk itulah Marhaenisme Bung Karno bertujuan melepaskan diri dari
Page 9
8
kemelaratan dan kesengsaraan, memperjuangkan hak-hak rakyat kecil yang tertindas dan
berhak memperoleh kemerdekaan sebagai individu yang dapat berjaya di negerinya sendiri.
Kaum Marhaen/Marhaenis merupakan sebutan Bung Karno kepada para pejuang yang
setia memperjuangkan rakyat kecil tertindas. Marhenisme dapat dikatakan suatu perubahan
revolusi sebagai respon ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap keadaan yang semakin
membelit sehingga penganut Marhaenisme berjuang sesuai ajaran yang sudah ditetapkan dan
berjuang untuk mencapai Indonesia Merdeka. Konsep Marhaenisme terkandung pengertian
yang lebih fokus di lihat secara teori politik antara lain sosio nasionalisme, sosio demokrasi
dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sosio nasionalisme adalah nasionalisme masyarakat,
nasionalisme yang mencari keselamatan seluruh masyarakat Indonesia dan berjuang sesuai
keinginan masyarakat untuk lepas dari belenggu penderitaan. Sosio demokrasi merupakan
konsekuensi dari sosio nasionalisme sehingga dapat dikatakan demokrasi yang berdiri di atas
kedua kakinya sendiri dalam masyarakat. Hal ini mencerminkan bahwa sosio demokrasi tidak
untuk kepentingan kelompok kecil saja tapi menyangkut seluruh masyarakat. Ketuhanan
Yang Maha Esa yang didengungkan mengartikan bahwa segala perjuangan atas ridho-Nya,
doa kaum yang tertindas dikabulkan dan diselamatkan oleh-Nya. Tiada kata perjuangan bukan
semata-mata berjuang antar sesame manusia tapi juga berjuang atas keyakinan dan kebenaran
ajaran-Nya.
Marhaenisme yang dikatakan Bung Karno sebagai suatu perubahan revolusi menuju
terciptanya masyarakat sosialisme Indonesia terbentuk dengan sendirinya tanpa melalui
kapitalisme. Teori Karl Marx kapitalisme yang akhirnya berubah menjadi sosialisme saat para
buruh dan kaum proletariat bergerak dalam gerakan revolusi. Pendapat Bung Karno
menjelaskan bahwa tanpa melalui fase kapitalisme, kita dapat mencapai fase sosialisme
Indonesia. Hal ini dimaksudkan tanpa menunggu kondisi penuh segala persiapan suatu
revolusi (mencapai sosialisme), sosialisme akan tercapai karena revolusi untuk mencapai
sosialisme akan terbentuk dengan sendirinya dengan dihidupkannya pergolakan-pergolakan
sehingga masyarakat dihadapkan dalam suasana revolusioner secara terus menerus.
Pidato Bung Karno pada 4 Juli 1963 berjudul „Amalkanlah Marhaenisme‟ kepada
Front Marhaenis dalam rangka merayakan lahirnya PNI dan Marhaenisme memberikan
amanat bahwa untuk dapat memahami Marhaenisme harus menguasai dua pengetahuan yaitu
pengetahuan tentang situasi dan kondisi Indonesia dan pengetahuan tentang Marxisme. Ajaran
Marhaenisme masih berlaku penuh dalam Manipol/Usdek yang dasar-dasar pokoknya sebagai
pancaran dari Pancasila harus dipegang teguh. Kaum Marhaen terus berjuang melawan
kapitalisme, imperialism, kolonialisme dan neo-kolonialisme yang masih bercokol. Dan
ajaran Marhaenisme sebagai ilmu perjuangan dan dasar perjuangan, memberikan landasan
yang kokoh untuk menjamin kemenangan kaum Marhaen dalam memperjuangkan cita-cita
Revolusinya dewasa ini terutama membangunkan sosialisme Indonesia.
‘Sarinah’ dalam jiwa Bung Karno dan Gerakan Wanita
Judul „Sarinah‟ sebagai wujud terima kasih Bung Karno kepada pengasuhnya saat
masih anak-anak. Bung Karno menerima banyak rasa kasih sayang dan cinta kasih dari Mbok
(panggilan kepada Sarinah). Sarinah menjadi bagian dari keluarga Bung Karno. Pelajaran
berharga untuk mencintai „orang kecil‟, Sarinah sendiri juga „orang kecil‟ tapi budinya sangat
besar “Semoga Tuhan membalas kebaikan Sarinah itu!” tulis Bung Karno dalam pengantar
bukunya. Sarinah mengajarkan Bung Karno untuk cinta kepada rakyat sehingga rakyat
pun mencintainya.
Pidato Bung Karno pada 16 Juli 1964 dalam rangka Kongres Wanita Demokrat
Indonesia yang membahas semangat dan pemikiran Bung Karno yang tertuang dalam kitab
„Sarinah‟. Pidato dengan topik „Tiada Gerakan Revolusioner Tanpa Wanita Revolusioner‟
yang diambil dari buku Sarinah begitu berkobar-kobar. Dalam pemikirannya Bung Karno
Page 10
9
sangat antusias jika negara Indonesia melakukan revolusioner tidak hanya yang berkiprah
laki-laki saja tapi kaum wanita juga harus memegang peranan penting dalam revolusi. Seluruh
wanita Indonesia merupakan bagian dari Revolusi Indonesia untuk mengadakan masyarakat
adil dan makmur. Gerakan di Indonesia terus bergerak dinamis karena wanita Indonesia selalu
ikut dalam gerakan itu.
Bung Karno juga mengungkapkan dalam buku Sarinah bahwa ada tiga tahapan tingkat
gerakan wanita. Gerakan pertama tingkat pertama yaitu gerakan wanita untuk
menyempurnakan kewanitaannya seperti menjaga kecantikan, pandai memasak dan bermake
up. Gerakan ini merupakan sifat alamiah wanita untuk menjaga kepribadian dan penampilan
sebagai identitas bahwa „inilah wanita‟. Gerakan kedua, tingkat kedua yaitu gerakan wanita
untuk merebut hak sama dengan laki-laki, sama rata sama rasa. Sama taraf yakni tidak ada
perbedaan antara wanita dan laki-laki terutama dalam hal pekerjaan, laki-laki boleh jadi polisi,
wanita juga boleh menjadi polisi. Laki-laki boleh menjadi anggota parlemen, wanita juga
boleh menjadi anggota parlemen. Hal ini dapat dikatakan sebagai gerakan emansipasi wanita,
gerakan yang menuntut wanita juga bisa melakukan pekerjaan layaknya laki-laki. Gerakan
ketiga, tingkat ketiga yaitu gerakan wanita untuk mengadakan sosialisme bersama-sama
dengan kaum laki-laki. Artinya laki-laki dan wanita bahu membahu membangun satu
masyarakat yang adil dan makmur. Untuk meraih suatu masyarakat yang adil dan makmur
tidak bisa dilaksanakan oleh laki-laki tapi juga oleh laki-laki dan wanita.
Wanita bergerak dalam ketiga tingkatan yang telah dijelaskan di atas sebenarnya
sudah terjadi terlebih dahulu di dunia Barat, perjuangan kemerdekaan mengalami pergolakkan
politik di Amerika Serikat juga diikuti oleh wanita Amerika, tokoh wanita terkenal yaitu
Mercy Otis Warren, saudaranya James Otis yang merupakan saudara James Otis, salah satu
pemimpin kemerdekaan nasional pada waktu itu. Ia memperjuangkan persamaan hak antara
kaum wanita dan laki-laki juga menuntut terbukanya pintu gerbang semua sekolah bagi kaum
wanita. Bunyi pembelaannya adalah „satu negara yang mau menjelmakan pahlawan-pahlawan
ahli negara dan ahli falsafah, haruslah mempunyai ibu-ibu cerdas ditempat-tempat yang
terkemuka‟. (Sarinah, 1963:159)
Gerakan wanita yang tercermin dalam Sarinah begitu memberikan angin segar
terhadap persoalan wanita dan menunjukkan tidak hanya kepada masyarakat Indonesia tapi
menunjukkan kepada negara-negara lain bahwa wanita Indonesia tidak kalah dengan wanita
di negara lain dan wanita Indonesia tidak perlu malu untuk bersama-sama berjuang dengan
kaum laki-laki. Kaum wanita mutlah sadar bahwa kemenangan perjuangan Revolusi
Nasional ialah Persatuan Nasional, ini menyangkut hubungan laki-laki dan wanita yang
saling bersatu menciptakan negara Indonesia yang satu. Janganlah di dalam revolusi nasional
ini wanita hanya menitikberatkan feministis, melupakan tuntutan-tuntutan perjuangan
pembelaan negara, sebaliknya ciptakanlah penggabungan perjuangan kaum laki-laki dan
kaum wanita yang sehebat-hebatnya, ciptakanlah perjuangan yang sebulat-bulatnya.
Motto kutipan Bung Karno dalam buku Sarinah yaitu ucapan tentang wanita yang
menonjolkan harga perjuangan wanita oleh Mahatma Gandhi dan Lenin :
“Banyak sekali pergerakan-pergerakan kita kandas di tengah jalan oleh karena
keadaan kaum wanita kita” (Mahatma Gandhi)
“Jikalau tidak dengan mereka (wanita), kemenangan tak mungkin kita capai” (Lenin)
Bung Karno dan Gerakan Pemuda Mahasiswa
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang telah kita rebut dari penjajahan bukan
hal mudah. Melalui pidato Bung Karno yang ditujukan kepada mahasiswa-mahasiswa seluruh
Indonesia dari berbagai universitas membuat kita merenung dan terkesima.
Kita hidup dalam suatu bangsa harus menghadapi tantangan internasional dan
tantangan nasional. Tantangan internasional gencar akan bidang sosial ekonomi terutama
Page 11
10
sistem kapitalisme yang melahirkan imperialisme. Tantangan nasional yakni tantangan politik
dan sosial ekonomi.Tantangan di lapangan politik adalah tetap setia kepada cita-cita bangsa
Indonesia, setia kepada Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945. Jika kita tidak setia
pada Proklamasi Kemerdekaan RI, wilayah kekuasaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke
suatu waktu akan benar-benar pecah. Terpecah belah saling bermusuhan, bertentangan hingga
fitnah memfitnah.
Tantangan sosial ekonomi adalah bangsa Indonesia menyelenggarakan satu
masyarakat adil dan makmur yang ketika itu sesuai dengan Pasal 38 Undang-undang Dasar
Sementara, sistem Demokrasi Liberal harus diubah menjadi Demokrasi Terpimpin. Suatu
demokrasi yang menetapkan ide yang satu, hanya ide yang satu itu menjadi mercu penerang
perjalanan bangsa yaitu menuju masyarakat adil dan makmur, masyarakat yang tidak
memberi kesempatan kepada perseorangan untuk menghisap darah orang lain. Seorang
pemimpin negara yang cakap, berwibawa, jujur dan kharismatik di mata rakyatnya.
Medan perjuangan kita dewasa ini adalah terus menyempurnakan Negara Kesatuan
kita, terus membanting tulang untuk membangun sosialisme Indonesia dan terus memupuk
solidaritas dengan „the new emerging forces‟. Mahasiswa disamping menuntut ilmu
pengetahuan akan terus mengorganisasi rakyat supaya benar-benar segala cita-cita untuk
kemerdekaan, kemakmuran dan keadilan dapat terlaksana..
Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus mempertahankan kemerdekaan yang
diperoleh meski terkadang berbeda pandangan dan pendapat antar sesama. Untuk itu jangan
sekali-kali universitas menjadi satu tempat perpecahan. Beragam suku-suku di Indonesia tapi
kita tetap satu, putra dan putri Indonesia. Lebih baik lagi universitas menjadi bibit persatuan,
bibit kesatuan, bibit penyumbang yang mulia kepada Ibu Pertiwi. Universitas yang menjadi
wadah mahasiswa-mahasiswa sebagai kaum muda agar menuangkan ilmu dan terus
memperjuangkan cita-cita bangsa ini. Indonesia tercinta.