Top Banner
TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO) Tugas ini dikerjakan guna memenuhi nilai tugas pada mata kuliah Pengantar Filsafat dan Pemikiran Modern KELOMPOK MARS : Fitri Haryanti H.S.A 0906491383 Esna Pramesi Afiz Putri 0806393536 Fazar Fathan P 0906559643 Fahmy Amrillah 0906527225 Fathur Rahman 0906527231 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN AJARAN 2010/2011
11

TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

Apr 08, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA

(KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

Tugas ini dikerjakan guna memenuhi nilai tugas pada mata kuliah Pengantar Filsafat dan Pemikiran Modern

KELOMPOK MARS :

Fitri Haryanti H.S.A 0906491383

Esna Pramesi Afiz Putri 0806393536

Fazar Fathan P 0906559643

Fahmy Amrillah 0906527225

Fathur Rahman 0906527231

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA

TAHUN AJARAN 2010/2011

Page 2: TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

1

KARTINI DENGAN PEMIKIRAN WANITA MODERN INDONESIA

Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 dan meninggal di

Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) atau lebih akrab disebut

Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal

sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Kartini menikah dengan bupati Rembang,

K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri.

Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan

Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu

gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang atau di sebuah bangunan yang kini digunakan

sebagai Gedung Pramuka.

Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13

September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia

25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Setelah Kartini

wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah

dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai

Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door

Duisternis tot Licht yang berarti „Habis Gelap Terbitlah Terang‟. Buku kumpulan surat

Kartini ini diterbitkan pada 1911.

Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu,

terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan

dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat

kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Surat-

surat Kartini juga berisi harapannya untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia

menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat yaitu tidak bisa bebas

duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan

harus bersedia dimadu.

Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini adalah kritik terhadap

agamanya. Ia mempertanyakan „Mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa

diwajibkan untuk dipahami?‟ Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih

damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah,

dan saling menyakiti. "…agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa tetapi berapa

banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..." Kartini mempertanyakan tentang

agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini,

lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.

Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi

ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah

yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya

sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Keinginan Kartini untuk

melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Ketika

akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut. Niat dan rencana

untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh

Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.

Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan

studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon,

Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...singkat dan pendek

saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan

kawin..." Padahal saat itu pihak Departemen Pengajaran Belanda sudah membuka pintu

kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.

Page 3: TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

2

Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia

menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri

dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan Bumiputra kala itu.

Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung

keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra

saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.

Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan

egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir

mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk

mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya yakni menikah dengan Adipati

Rembang.

Kemajuan pemikiran wanita modern Kartini dari masa ke masa

Kita mengetahui bahwa pada era Kartini akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20

nasib kaum wanita masih tertindas dan belum memperoleh kebebasan. Mereka belum bisa

memperoleh pendidikan setinggi-tingginya, anggapan bahwa wanita pada akhirnya

dikodratkan bekerja di dapur jadi untuk apa mengenyam pendidikan yang tinggi. Kebebasan

untuk menentukan pasangan hidup tidak dibolehkan, sehingga perjodohan antara kaum wanita

dengan pria yang akan menjadi pendamping hidup sudah diatur dan direncanakan oleh

masing-masing keluarga.

Menjelang akhir abad ke-20 hingga memasuki abad ke-21 ini tidak ada lagi jurang

pemisah dan diskriminasi terhadap wanita. Wanita modern kedudukannya dalam pendidikan

sama seperti kaum laki-laki, bebas untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya tapi tetap tidak

melupakan kodratnya sebagai wanita untuk berada di dapur. Dalam hal menentukan pasangan

hidup, wanita modern bebas memilih laki-laki yang akan dijadikan suami tapi perjodohan

tetap ada dan tidak hilang. Perbedaan perjodohan yaitu pada masa Kartini ketika wanita

dijodohkan oleh orangtuanya, ia harus menerima dan tidak boleh menolak sedangkan masa

modern ini wanita modern yang dijodohkan boleh menerima dan boleh menolak calon laki-

lakinya. Demokrasi kebebasan memilih masa sekarang ini benar-benar mengubah cara

pandang terhadap wanita.

Diskriminasi wanita tidak hanya dalam pendidikan dan perjodohan saja tapi dalam hal

pekerjaan pun berbeda. Pada masa Kartini, wanita bekerja lebih kepada pengabdian di rumah,

mengurus berbagai urusan rumah tangga seperti mencuci, membersihkan rumah dan memasak

hingga melayani suami. Mereka tidak diperbolehkan bekerja di luar rumah, yang bekerja di

luar rumah dan mendapat penghasilan hanya kaum laki-laki saja. Di masa abad 21 yang

modern ini, perspektif itu hampir tidak ada lagi kabarnya. Wanita modern sekarang bebas

memilih pekerjaan yang sama seperti kaum laki-laki seperti menjadi polisi wanita atau

bekerja di instansi-instansi pemerintah. Bebas meraih kesuksesan yang dicita-citakan untuk

masa depan. Persamaan hak antara kaum wanita dan kaum laki-laki kedudukannya semakin

sama rata.

Kebebasan berpikir wanita modern lebih demokrasi dan bahu membahu bersama

kaum laki-laki membangun negeri ini. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa di zaman modern

ini penindasan dan pelecehan terhadap kaum wanita kerap terjadi. Kaum wanita tetap

dianggap lemah dan rendah di mata kaum laki-laki. Segala keputusan dan ketetapan lebih

diutamakan oleh kaum laki-laki.

Page 4: TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

3

PENDIDIKAN HUMANIS KI HAJAR DEWANTARA

Tokoh pendidikan bangsa Indonesia yang terkenal dengan ajaran pendidikan adalah Ki

Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta dengan nama

Raden Mas Soewardi Soeryaningrat dan berasal dari kalangan bangsawan Kraton Yogyakarta.

Ia meninggal karena sakit pada 28 April 1959 di Yogyakarta. Perjalanan hidup dan

perjuangan lebih banyak dihabiskan demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah

Dasar ELS (Sekolah Dasar Belanda) lanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi

tidak sampai tamat karena sakit. Selanjutnya, ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat

kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda,

Tjahaja Timoer dan Poesara.

Pada 25 Desember 1912, Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker (Dr.Danudirja

Setyabudi) dan Cipto Mangunkusumo mendirikan Indische Partij yang bertujuan mencapai

Indonesia merdeka. Indische Partij sebagai organisasi yang bergerak dalam perpolitikan

nasionalisme Indonesia berusaha mendapatkan status badan hukum dari pemerintah Belanda,

tapi ditolak oleh Pemerintah Belanda. Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker dan Cipto

Mangunkusumo pernah diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda di Belanda akibat tulisan

kontroversial Douwes Dekker berjudul Andai Aku Seorang Belanda.

Selama menjalani pengasingan di Belanda, Ki Hajar Dewantara belajar mengenai

pendidikan dan mencurahkan hati pikirannya dalam bidang pendidikan. Setelah selesai dari

pengasingannya, Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo mendirikan

Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Taman Siswa ditujukan untuk menciptakan pendidikan yang

bermutu dan melahirkan kaum muda Indonesia yang berintelektual. Ki Hajar Dewantara

banyak membuat tulisan mengenai pendidikan dan wawasan kebudayaan Indonesia. Melalui

tulisannya, ia meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Semboyan pendidikan Taman Siswa yang menjadi dasar-dasar pendidikan nasional

bangsa Indonesia yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri

Handayani. Ing Ngarso Sung Tulodo berarti di depan memberi teladan. Guru sebagai

pendidik dan pengajar diharapkan mampu memberi suri tauladan yang baik , mampu

memberikan pengajaran yang bermanfaat dan membimbing dengan sepenuh hati anak-anak

didiknya menjadi kaum muda yang terbuka pikiran menghadapi segala tantangan dan

hambatan dalam kehidupan. Ing Madya Mangunkarso berarti di tengah menciptakan peluang

untuk berprakarsa. Guru membimbing dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk

bebas mengekspresikan bakat yang dimiliki dan berkarya menciptakan sesuatu yang

bermanfaat bagi peserta didik dan orang lain yang melihatnya. Berani berkarya menciptakan

sesuatu hal menjadikan daya kreativitas peserta didik dapat berkembang dan ini didorong atas

bantuan sang guru.

Tut Wuri Handayani yang merupakan salah satu semboyan pendidikan Taman Siswa

berlaku hingga zaman modern sekarang ini. Tut Wuri Handayani berarti di belakang memberi

dorongan. Guru bertindak sebagai fasilitator yang mengamati dan menilai kegiatan belajar

siswa. Memberikan poin-poin penting untuk dikembangkan sendiri oleh peserta didik.

Dorongan tidak hanya semangat dan motivasi tetapi lebih memandu peserta didik mengambil

jalan yang sesuai atas pilihannya. Sistem kegiatan belajar mengajar yang lebih mengutamakan

siswa untuk aktif, bebas mengemukakan pendapat dan bebas menciptakan kreativitas belajar.

Dalam hal ini, guru juga mengarahkan peserta didik untuk bersikap dan berbicara sesuai

dengan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan tapi

bagaimana mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik lingkungan

keluarga, masyarakat dan lingkungan pergaulan berbangsa dan bernegara. Bagi Ki Hajar

Dewantara ketiga semboyan ini dimaksudkan agar para guru hendaknya menjadi pribadi yang

Page 5: TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

4

bermutu yang memiliki kepribadian dan kerohanian, kemudian menyediakan diri untuk

menjadi pahlawan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan

bangsa. Jadi yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model

atau figure keteladanan, kemudian sebagai fasilitator.

Refleksi pendidikan nasional yang humanis

Ki Hajar Dewantara dengan semboyan pendidikannya diterapkan di sekolah-sekolah

hingga perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Pendidikan di sebuah negara dibangun sesuai

dengan karakteristik bangsa Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila seperti

kekeluargaan, musyawarah, disiplin, kebersamaan, tanggungjawab dan demokrasi.

Pendidikan juga membangun karakter budaya bangsa, mengembangkan pemikiran-pemikiran

yang kritis demi kemajuan bangsa melalui media pendidikan berlandaskan aspek-aspek

nasional (kemerdekaan meraih pendidikan setinggi-tingginya).

Setiap warga negara berhak mengenyam pendidikan. Pendidikan mengarahkan peserta

didik menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual. Tujuan pendidikan

tidak hanya mengembangkan aspek intelektual peserta didik tetapi bagaimana intelektualisme

dimanfaatkan dengan baik dalam berkomunikasi. Pendidikan dapat memperkaya setiap

individu, memperkuat rasa percaya diri juga mengembangkan harga diri. Guru sebaiknya rela

berkorban untuk kebahagiaan peserta didik agar menghasilkan generasi muda yang

bertanggungjawab, disiplin dan memiliki kepribadian merdeka, sehat dan cerdas.

Metode pendidikan yang sesuai untuk mencapai generasi muda berintelektual yaitu

sistem among, metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh

(care and dedication based on love). Manusia merdeka adalah seseorang yang mampu

berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaan yang mampu menghargai

dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Oleh karena itu, bagi Ki Hajar Dewantara

pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”.

Sikap profesionalitas seorang guru dibuktikan dengan cara mengajar dan mendidik

anak-anak didiknya sesuai perkembangan zaman. Saat ini dalam mengajar guru dituntut

memudahkan cara pengajarannya disesuaikan dengan teknologi yang membantu kegiatan

belajar mengajar sehingga membantu peserta didik mudah memahami materi. Guru sesuai

profesinya sebagai pengajar dan pendidik diharapkan bekerja dengan ketulusan hati dan

tanggungjawab. Pengabdian kepada negara dan rasa cinta kasih kepada anak-anak didiknya

itulah hal yang paling berharga. Etos kerja seperti ini perlu dibangun di kalangan pendidik.

Pengabdian yang besar dalam dunia pendidikan menjadikan seorang guru kaya, kaya

memiliki ilmu, kaya memiliki anak-anak didik, dan kaya lahir batin. Suatu kepuasaan dan

kebahagiaan melihat anak-anak didiknya meraih kesuksesan di masa depan.

Pendidikan humanis yang diharapkan seperti ini menghasilkan pribadi-pribadi yang

lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, bertanggungjawab atas hidup

sendiri dan orang lain serta memiliki watak luhur dan ahli dalam bidang yang digelutnya.

Page 6: TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

5

KEMAJUAN PEMIKIRAN KEBUDAYAAN SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA

Salah satu sastrawan Indonesia yang dikagumi karya novel Layar Terkembang adalah

Sutan Takdir Alisyabana. Ia lahir pada 11 Februari 1908 di Sumatera Utara, meninggal pada

17 Juli 1994 dalam usia 86 tahun. Ibunya berasal dari Minangkabau. Ayahnya bernama

Raden Alisyahbana dengan gelar Sutan Arbi, ia seorang guru. Diberi nama Takdir karena jari

tangannya hanya ada 4 jari.

Perjuangan berkiprah dalam mencapai eksistensi dan terkenal dalam kesusastraan

Indonesia amat berat. Ia menamatkan HKS di Bandung (1928), meraih Mr. dari Sekolah

Tinggi di Jakarta (1942), dan menerima Dr. Honoris Causa dari UI (1979) dan Universiti

Sains, Penang, Malaysia (1987). Pernah menjadi redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka

(1930-1933), mendirikan dan memimpin majalah Pujangga Baru (1933-1942 dan 1948-1953),

Pembina Bahasa Indonesia (1947-1952), dan Konfrontasi (1954-1962). Pernah menjadi guru

HKS di Palembang (1928-1929), dosen Bahasa Indonesia, Sejarah, dan Kebudayaan di UI

(1946-1948), guru besar Bahasa Indonesia, Filsafat Kesusastraan dan Kebudayaan di

Universitas Nasional, Jakarta (1950-1958), guru besar Tata Bahasa Indonesia di Universitas

Andalas, Padang (1956-1958), dan guru besar & Ketua Departemen Studi Melayu Universitas

Malaya, Kuala Lumpur (1963-1968).

PEMIKIRAN EKONOMI KOPERASI BUNG HATTA

Dr.(H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta, yang lebih populer dengan panggilan akrab Bung

Hatta adalah seorang pejuang, pemikir, negarawan, dan juga Wakil Presiden pertama

Republik Indonesia. Beliau lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada tanggal 12 Agustus

1902 dengan nama Muhammad Athar dari pasangan H. Mohammad Djamil dan Siti Saleha.

pada usia 42 tahun Beliau menikah dengan Rahmi Rachim yang kemudian dianugerahi tiga

orang puteri yaitu Meutia, Gemala, dan Halida. Beliau wafat pada tanggal 14 Maret 1980

pada usia 77 tahun dan dimakamkan di Pemakaman Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Bung Hatta mengenyam pendidikan tingkat dasar (SR) dan tingkat menengah

(MULO) di Padang, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Dagang “Prins Hendrik

School”. Setelah lulus pada tahun 1921, beliau melanjutkan pendidikannya ke Rotterdam,

Belanda untuk belajar ilmu perdagangan di Nederland Handelshogeschool dan bergabung

dengan organisasi pemuda di bawah kepemimpinan Dr. Soetomo.

Setelah kembali ke tanah air, beliau aktif sebagai anggota Dewan Redaksi “Hindia

Poetra” dan majalah Daulat Rakyat. Di masa inilah beliau berkenalan dengan Ir. Soekarno.

Bung Hatta menguasai bahasa Belanda, Inggris, Perancis, dan Jerman. Selama hidupnya

beliau pernah mengalami penangkapan dan pembuangan oleh pemerintah Belanda, antara lain

ke Tanah Merah, Digul, Banda Neira, dan Sukabumi, karena menolak untuk bekerja sama

dengan pemerintah Belanda. Pada tahun 1945 sehari setelah beliau dan Bung Karno

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, beliau secara aklamasi diangkat sebagai wakil

presiden pertama RI mendampingi Bung Karno yang menjadi presiden pertama RI. Pada

tahun 1956 Bung Hatta mundur dari kursi wakil presiden, karena berselisih dengan Presiden

Soekarno.

Page 7: TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

6

Bung Hatta dan Koperasi

Perjuangan Bung Hatta terlihat dalam bidang ekonomi. Menurut Bung Hatta bahwa

„Perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan atas kekeluargaan adalah

koperasi. Karena koperasilah yang menyatakan kerjasama antara mereka yang berusaha

sebagai suatau keluarga. Tak ada pertentangan antara majikan dan buruh, antara pemimpin

dan pekerja‟. (Hatta, 1954:203)

Pada tanggal 17 Juli 1953 saat Kongres Koperasi Indonesia di Bandung, Bung Hatta

mendapat gelar sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Gelar ini pantas disandangnya karena

beliau adalah salah seorang pejuang gerakan Koperasi dan sebagai konseptor pasal 33 ayat 1

UUD 1945 yang dalam penjelasannya menyatakan bahwa pembangunan yang cocok untuk

melaksanakan pasal itu adalah Koperasi.

Menurut Bung Hatta, tujuan koperasi bukanlah untuk mencari laba yang sebesar-

besarnya, melainkan untuk melayani kebutuhan bersama dan sebagai wadah partisipasi bagi

para pelaku ekonomi berskala kecil. Awal ketertarikan Bung Hatta kepada sistem koperasi

sepertinya karena pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya

Denmark, pada akhir tahun 1930-an. Koperasi harus dijiwai oleh semangat self-help

(menolong diri sendiri) agar mampu berdiri secara mandiri. Karena itu koperasi harus bisa

bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan prinsip efisiensi.

Koperasi memiliki peran yang penting bagi dunia Ekonomi Indonesia, melalui ikatan

Koperasi, perekonomian rakyat dalam skala kecil dipersatukan, dibina dan dikembangkan

sehingga secara berangsur-angsur diharapkan akan mampu melaksanakan perekonomian skala

sedang dan skala besar. Menurut Hatta, melalui Koperasi seseorang dapat memupuk dan

memperkuat rasa solidaritasnya karena Koperasi dijalankan bersama-sama atas prinsip

kekeluargaan.

Hal di atas didasarkan pada UU No 25 tahun 1992 tentang koperasi adalah badan

usaha yang beranggotakan orang seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan

kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Selain itu, para anggota juga diharapkan untuk dapat mengembangkan rasa

kemandirian dan kesadaran akan harga dirinya. Seseorang yang sadar akan harga

dirinya akan memiliki kemampuan dan tekad yang kuat untuk membela keluarganya.

Sedangkan dalam kehidupan, Koperasi bisa membela kepentingan Koperasi dan usaha

bersamanya. Koperasi juga dapat meningkatkan rasa cinta kepada masyarakat yang ada

disekitarnya. Kepada anggota Koperasi perlu ditanamkan kesadaran bahwa manusia adalah

makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, namun selalu membutuhkan orang lain. Oleh

karena itu, setiap anggota Koperasi harus memilki tanggung jawab moral dan sosial.

Kemampuan individu seseorang dapat terlatih dalam berorganisasi, membangun

pengalaman dan bekerja sama antar sesama individu yang memiliki pikiran dan pandangan

luas. Segala permasalahan membuat individu dapat berpikir kritis mengatasi masalah tersebut.

Koperasi yang dijalankan oleh masyarakat banyak memiliki makna sebuah roda kehidupan

bermasyarakat.

Koperasi riwayatmu kini

Bagaimana perkembangan koperasi saat ini? Perkembangan koperasi dapat dikatakan

berkembang pesat masa pemerintahan Bung Hatta tapi seiring dengan perubahan zaman,

koperasi rasanya tidak terlalu begitu terdengar kekuatannya. Di kota-kota besar, peranan

koperasi dirasa kurang bernilai dibandingkan di desa-desa. Masyarakat yang hidup di

perkotaan memang masih menjalankan koperasi di wilayah tempat tinggalnya tapi

penghasilan koperasi dan keikutsertaan anggota setempat kurang aktif. Tidak semua

masyarakat di tempat tinggal membayar uang bulanan yang cukup pada koperasi sehingga

Page 8: TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

7

SHU (Sisa Hasil Usaha) bernilai kecil. Hal yang menarik adalah tak jarang masyarakat

setempat meminjam pinjaman yang besar kepada koperasi sementara orang yang meminjam

uang tersebut belum tentu bisa membayar lunas pinjamannya. Alhasil koperasi pun kewalahan

dengan mengatur sirkulasi uang yang semakin menipis.

Di desa-desa keberadaan koperasi begitu dirasakan masyarakat setempat. Perputaran

uang, pinjam meminjam begitu terasa hidup. Pengelolaan koperasi di desa-desa lebih teratur.

Sifat orang desa yang menjunjung kegotongroyongan dan ramah bermasyarakat menadikan

koperasi memegang peranan penting untuk membantu memenuhi kebutuhan yang tidak dapat

dihasilkan sendiri.

Koperasi masih memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa Indonesia.

Suatu tantangan dan hambatan yang cukup besar dirasakan dalam perkembangan koperasi

yang berhadapan dengan globalisasi dan modernisasi. Koperasi menjadi bukti akan

kegotongroyongan khas bangsa Indonesia.

SEPAK TERJANG NASIONALISME BUNG KARNO

Soekarno yang akrab dipanggil Bung Karno merupakan presiden pertama Indonesia.

Bung Karno lahir di Blitar, Jawa Timur pada 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta pada 21

Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya bernama Ida Ayu

Nyoman Rai. Semasa hidupnya, ia mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak.

Fatmawati, istri pertama dikaruniai 5 anak; Hartini, istri kedua dikaruniai 2 anak dan dari

Ratna Sari Dewi, istri ketiga merupakan wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto

dikaruniai 1 anak. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di

Blitar. Semasa SD hingga tamat, ia tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said

Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Melanjutkan sekolah di HBS

(Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa

nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjutkan ke

THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia

berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.

Ajaran Marhaenisme Bung Karno

Marhaenisme dikemukakan Bung Karno sebagai salah satu semboyan Partai Nasional

Indonesia yang didirikan pada 4 Juli 1947. Istilah Marhaen diambil dari nama seorang petani

yang ditemui Bung Karno di daerah Priangan. Marhaen sebagai simbol kesengsaraan dan

penderitaan masyarakat akibat dari kapitalisme dan kolonialisme. Hidup menderita di tanah

kelahiran yang kaya raya begitu ironis. Kaum petani, buruh tani, pedagang kecil dan kaum

lain yang hidupnya melarat semakin dimelaratkan oleh sistem feodalisme,kolonialisme dan

kapitalisme. Untuk itulah Marhaenisme Bung Karno bertujuan melepaskan diri dari

Page 9: TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

8

kemelaratan dan kesengsaraan, memperjuangkan hak-hak rakyat kecil yang tertindas dan

berhak memperoleh kemerdekaan sebagai individu yang dapat berjaya di negerinya sendiri.

Kaum Marhaen/Marhaenis merupakan sebutan Bung Karno kepada para pejuang yang

setia memperjuangkan rakyat kecil tertindas. Marhenisme dapat dikatakan suatu perubahan

revolusi sebagai respon ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap keadaan yang semakin

membelit sehingga penganut Marhaenisme berjuang sesuai ajaran yang sudah ditetapkan dan

berjuang untuk mencapai Indonesia Merdeka. Konsep Marhaenisme terkandung pengertian

yang lebih fokus di lihat secara teori politik antara lain sosio nasionalisme, sosio demokrasi

dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sosio nasionalisme adalah nasionalisme masyarakat,

nasionalisme yang mencari keselamatan seluruh masyarakat Indonesia dan berjuang sesuai

keinginan masyarakat untuk lepas dari belenggu penderitaan. Sosio demokrasi merupakan

konsekuensi dari sosio nasionalisme sehingga dapat dikatakan demokrasi yang berdiri di atas

kedua kakinya sendiri dalam masyarakat. Hal ini mencerminkan bahwa sosio demokrasi tidak

untuk kepentingan kelompok kecil saja tapi menyangkut seluruh masyarakat. Ketuhanan

Yang Maha Esa yang didengungkan mengartikan bahwa segala perjuangan atas ridho-Nya,

doa kaum yang tertindas dikabulkan dan diselamatkan oleh-Nya. Tiada kata perjuangan bukan

semata-mata berjuang antar sesame manusia tapi juga berjuang atas keyakinan dan kebenaran

ajaran-Nya.

Marhaenisme yang dikatakan Bung Karno sebagai suatu perubahan revolusi menuju

terciptanya masyarakat sosialisme Indonesia terbentuk dengan sendirinya tanpa melalui

kapitalisme. Teori Karl Marx kapitalisme yang akhirnya berubah menjadi sosialisme saat para

buruh dan kaum proletariat bergerak dalam gerakan revolusi. Pendapat Bung Karno

menjelaskan bahwa tanpa melalui fase kapitalisme, kita dapat mencapai fase sosialisme

Indonesia. Hal ini dimaksudkan tanpa menunggu kondisi penuh segala persiapan suatu

revolusi (mencapai sosialisme), sosialisme akan tercapai karena revolusi untuk mencapai

sosialisme akan terbentuk dengan sendirinya dengan dihidupkannya pergolakan-pergolakan

sehingga masyarakat dihadapkan dalam suasana revolusioner secara terus menerus.

Pidato Bung Karno pada 4 Juli 1963 berjudul „Amalkanlah Marhaenisme‟ kepada

Front Marhaenis dalam rangka merayakan lahirnya PNI dan Marhaenisme memberikan

amanat bahwa untuk dapat memahami Marhaenisme harus menguasai dua pengetahuan yaitu

pengetahuan tentang situasi dan kondisi Indonesia dan pengetahuan tentang Marxisme. Ajaran

Marhaenisme masih berlaku penuh dalam Manipol/Usdek yang dasar-dasar pokoknya sebagai

pancaran dari Pancasila harus dipegang teguh. Kaum Marhaen terus berjuang melawan

kapitalisme, imperialism, kolonialisme dan neo-kolonialisme yang masih bercokol. Dan

ajaran Marhaenisme sebagai ilmu perjuangan dan dasar perjuangan, memberikan landasan

yang kokoh untuk menjamin kemenangan kaum Marhaen dalam memperjuangkan cita-cita

Revolusinya dewasa ini terutama membangunkan sosialisme Indonesia.

‘Sarinah’ dalam jiwa Bung Karno dan Gerakan Wanita

Judul „Sarinah‟ sebagai wujud terima kasih Bung Karno kepada pengasuhnya saat

masih anak-anak. Bung Karno menerima banyak rasa kasih sayang dan cinta kasih dari Mbok

(panggilan kepada Sarinah). Sarinah menjadi bagian dari keluarga Bung Karno. Pelajaran

berharga untuk mencintai „orang kecil‟, Sarinah sendiri juga „orang kecil‟ tapi budinya sangat

besar “Semoga Tuhan membalas kebaikan Sarinah itu!” tulis Bung Karno dalam pengantar

bukunya. Sarinah mengajarkan Bung Karno untuk cinta kepada rakyat sehingga rakyat

pun mencintainya.

Pidato Bung Karno pada 16 Juli 1964 dalam rangka Kongres Wanita Demokrat

Indonesia yang membahas semangat dan pemikiran Bung Karno yang tertuang dalam kitab

„Sarinah‟. Pidato dengan topik „Tiada Gerakan Revolusioner Tanpa Wanita Revolusioner‟

yang diambil dari buku Sarinah begitu berkobar-kobar. Dalam pemikirannya Bung Karno

Page 10: TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

9

sangat antusias jika negara Indonesia melakukan revolusioner tidak hanya yang berkiprah

laki-laki saja tapi kaum wanita juga harus memegang peranan penting dalam revolusi. Seluruh

wanita Indonesia merupakan bagian dari Revolusi Indonesia untuk mengadakan masyarakat

adil dan makmur. Gerakan di Indonesia terus bergerak dinamis karena wanita Indonesia selalu

ikut dalam gerakan itu.

Bung Karno juga mengungkapkan dalam buku Sarinah bahwa ada tiga tahapan tingkat

gerakan wanita. Gerakan pertama tingkat pertama yaitu gerakan wanita untuk

menyempurnakan kewanitaannya seperti menjaga kecantikan, pandai memasak dan bermake

up. Gerakan ini merupakan sifat alamiah wanita untuk menjaga kepribadian dan penampilan

sebagai identitas bahwa „inilah wanita‟. Gerakan kedua, tingkat kedua yaitu gerakan wanita

untuk merebut hak sama dengan laki-laki, sama rata sama rasa. Sama taraf yakni tidak ada

perbedaan antara wanita dan laki-laki terutama dalam hal pekerjaan, laki-laki boleh jadi polisi,

wanita juga boleh menjadi polisi. Laki-laki boleh menjadi anggota parlemen, wanita juga

boleh menjadi anggota parlemen. Hal ini dapat dikatakan sebagai gerakan emansipasi wanita,

gerakan yang menuntut wanita juga bisa melakukan pekerjaan layaknya laki-laki. Gerakan

ketiga, tingkat ketiga yaitu gerakan wanita untuk mengadakan sosialisme bersama-sama

dengan kaum laki-laki. Artinya laki-laki dan wanita bahu membahu membangun satu

masyarakat yang adil dan makmur. Untuk meraih suatu masyarakat yang adil dan makmur

tidak bisa dilaksanakan oleh laki-laki tapi juga oleh laki-laki dan wanita.

Wanita bergerak dalam ketiga tingkatan yang telah dijelaskan di atas sebenarnya

sudah terjadi terlebih dahulu di dunia Barat, perjuangan kemerdekaan mengalami pergolakkan

politik di Amerika Serikat juga diikuti oleh wanita Amerika, tokoh wanita terkenal yaitu

Mercy Otis Warren, saudaranya James Otis yang merupakan saudara James Otis, salah satu

pemimpin kemerdekaan nasional pada waktu itu. Ia memperjuangkan persamaan hak antara

kaum wanita dan laki-laki juga menuntut terbukanya pintu gerbang semua sekolah bagi kaum

wanita. Bunyi pembelaannya adalah „satu negara yang mau menjelmakan pahlawan-pahlawan

ahli negara dan ahli falsafah, haruslah mempunyai ibu-ibu cerdas ditempat-tempat yang

terkemuka‟. (Sarinah, 1963:159)

Gerakan wanita yang tercermin dalam Sarinah begitu memberikan angin segar

terhadap persoalan wanita dan menunjukkan tidak hanya kepada masyarakat Indonesia tapi

menunjukkan kepada negara-negara lain bahwa wanita Indonesia tidak kalah dengan wanita

di negara lain dan wanita Indonesia tidak perlu malu untuk bersama-sama berjuang dengan

kaum laki-laki. Kaum wanita mutlah sadar bahwa kemenangan perjuangan Revolusi

Nasional ialah Persatuan Nasional, ini menyangkut hubungan laki-laki dan wanita yang

saling bersatu menciptakan negara Indonesia yang satu. Janganlah di dalam revolusi nasional

ini wanita hanya menitikberatkan feministis, melupakan tuntutan-tuntutan perjuangan

pembelaan negara, sebaliknya ciptakanlah penggabungan perjuangan kaum laki-laki dan

kaum wanita yang sehebat-hebatnya, ciptakanlah perjuangan yang sebulat-bulatnya.

Motto kutipan Bung Karno dalam buku Sarinah yaitu ucapan tentang wanita yang

menonjolkan harga perjuangan wanita oleh Mahatma Gandhi dan Lenin :

“Banyak sekali pergerakan-pergerakan kita kandas di tengah jalan oleh karena

keadaan kaum wanita kita” (Mahatma Gandhi)

“Jikalau tidak dengan mereka (wanita), kemenangan tak mungkin kita capai” (Lenin)

Bung Karno dan Gerakan Pemuda Mahasiswa

Perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang telah kita rebut dari penjajahan bukan

hal mudah. Melalui pidato Bung Karno yang ditujukan kepada mahasiswa-mahasiswa seluruh

Indonesia dari berbagai universitas membuat kita merenung dan terkesima.

Kita hidup dalam suatu bangsa harus menghadapi tantangan internasional dan

tantangan nasional. Tantangan internasional gencar akan bidang sosial ekonomi terutama

Page 11: TOKOH PEMIKIRAN MODERN INDONESIA (KARTINI, KI HAJAR DEWANTARA, SUTAN TAKDIR ALIHSYABANA, BUNG HATTA, BUNG KARNO)

10

sistem kapitalisme yang melahirkan imperialisme. Tantangan nasional yakni tantangan politik

dan sosial ekonomi.Tantangan di lapangan politik adalah tetap setia kepada cita-cita bangsa

Indonesia, setia kepada Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945. Jika kita tidak setia

pada Proklamasi Kemerdekaan RI, wilayah kekuasaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke

suatu waktu akan benar-benar pecah. Terpecah belah saling bermusuhan, bertentangan hingga

fitnah memfitnah.

Tantangan sosial ekonomi adalah bangsa Indonesia menyelenggarakan satu

masyarakat adil dan makmur yang ketika itu sesuai dengan Pasal 38 Undang-undang Dasar

Sementara, sistem Demokrasi Liberal harus diubah menjadi Demokrasi Terpimpin. Suatu

demokrasi yang menetapkan ide yang satu, hanya ide yang satu itu menjadi mercu penerang

perjalanan bangsa yaitu menuju masyarakat adil dan makmur, masyarakat yang tidak

memberi kesempatan kepada perseorangan untuk menghisap darah orang lain. Seorang

pemimpin negara yang cakap, berwibawa, jujur dan kharismatik di mata rakyatnya.

Medan perjuangan kita dewasa ini adalah terus menyempurnakan Negara Kesatuan

kita, terus membanting tulang untuk membangun sosialisme Indonesia dan terus memupuk

solidaritas dengan „the new emerging forces‟. Mahasiswa disamping menuntut ilmu

pengetahuan akan terus mengorganisasi rakyat supaya benar-benar segala cita-cita untuk

kemerdekaan, kemakmuran dan keadilan dapat terlaksana..

Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus mempertahankan kemerdekaan yang

diperoleh meski terkadang berbeda pandangan dan pendapat antar sesama. Untuk itu jangan

sekali-kali universitas menjadi satu tempat perpecahan. Beragam suku-suku di Indonesia tapi

kita tetap satu, putra dan putri Indonesia. Lebih baik lagi universitas menjadi bibit persatuan,

bibit kesatuan, bibit penyumbang yang mulia kepada Ibu Pertiwi. Universitas yang menjadi

wadah mahasiswa-mahasiswa sebagai kaum muda agar menuangkan ilmu dan terus

memperjuangkan cita-cita bangsa ini. Indonesia tercinta.