SMF/Lab Obstetri dan GinekologiTUTORIAL KLINIKFakultas
KedokteranUniversitas Mulawarman
PRE EKLAMPSIA BERAT
Disusun Oleh:Septy Lisdamayanti RitongaNIM: 14100290Dhyani
Chitta Mayasari NIM: 1410029016 Anindhita Rara Chaerani NIM:
14100290 Prilandy Jayastari NIM: 14100290
Pembimbing:dr. Samuel Randa Bunga, Sp.OG
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik PadaSMF/Lab
Obstetri dan GinekologiProgram Studi Kedokteran UmumUniversitas
Mulawarman2014BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangHipertensi (tekanan darah tinggi) adalah hal
yang sering ditemukan selama kehamilan. Sekitar 10% perempuan
pernah mengalami peningkatan tekanan darah pada satu waktu sebelum
persalinan. Kelainan tekanan darah tinggi dalam kehamilan terdiri
dari beberapa spektrum, salah satunya adalah preeklampsia.
(1)Insidens preeklampsia bervariasi menurut berbagai sumber, ada
yang menyebut sekitar 6-8% dari seluruh kehamilan (2), 10% sampai
14% pada primigravida dan 5,7% sampai 7,3% pada multigravida (3).
Data eklampsia dan preeklampsia di Indonesia belum terekam baik dan
laporan berbagai pusat kesehatan masih bervariasi. Data Denpasar
pada tahun 1996 sampai 2000 ditemukan 35,42% dari 48 kematian ibu
disebabkan oleh preeklampsia dan eklampsia.Hipertensi dalam
kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah
satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu
bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam
kehamilan masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain etiologi
tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani
oleh petugas non medic dan sistem rujukan yang belum sempurna.
Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu
hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam
kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medik baik
di pusat maupun di daerah.
1.2 TujuanPada laporan kasus kali ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai preeklamsia berat terkait alur penegakkan diagnosis dan
penatalaksanaannya.
BAB IILAPORAN KASUS
II.1 Anamnesisa) Identitas PasienNama: Ny. YUsia: 37tahunAgama:
IslamSuku:KutaiPendidikan: SMEAPekerjaan: IRTAlamat: Harapan
BaruMasuk Rumah Sakit pada tanggal 2Desember 2014, pukul 15.40
WITA
b) Identitas SuamiNama: Tn. RUsia: 37 tahunAgama: IslamSuku:
KutaiPendidikan: STMPekerjaan: WiraswastaAlamat: Harapan Baru
c) Keluhan UtamaPerut terasa kencang-kencang.
d) Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan perut
terasa kencang-kencang sejak tadi pagi. Keluhan ini juga disertai
keluar flek-flek dan air-air dari jalan lahir di siang hari ini.e)
Riwayat Penyakit DahuluPasien memiliki riwayat tekanan darah
tinggidi kehamilan yang pertama pada tahun 2010.
f) Riwayat Penyakit KeluargaIbu pasien memiliki riwayat tekanan
darah tinggi.
g) Riwayat HaidMenarche pada usia 12 tahun, lama haid 7hari,
jumlah darah haid : ganti pembalut 3x/hariHari pertama haid
terakhir: 23 Februari 2014Taksiran waktu persalinan: 30
November2014
h) Status PerkawinanKawin 1x, kawin pertama usia 32 tahun,
dengan suami sekarang 5 tahun.
i) Riwayat Hamil IniHamil muda : mual, muntahHamil tua :
pusing
j) Riwayat ObstetriNoTahun PartusTempat PartusUmur
KehamilanJenis PersalinanPenolong PersalinanJenis Kelamin
Anak/BBKeadaan Anak Sekarang
1.2010RSAtermNormalBidanLaki-laki/2700 grSehat
2.2014Hamil ini
k) Riwayat Penggunaan KontrasepsiPil, dengan lama konsumsi 4
tahun.
II.2 Pemeriksaan Fisika) Berat badan: 70kg b) Tinggi badan: 147
cmc) Keadaan umum: Sedangd) Kesadaran: Komposmentis (E4V5M6)e)
Tanda vitalTekanan darah:200/110 mmHgFrekuensi nadi:
100x/menitFrekuensi nafas: 24x/menitSuhu: 36,50Cf) Status
generalisataKepala / leher: konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-) Thorax- PulmoInspeksi: bentuk dan pergerakan
simetrisPalpasi: fremitus raba dextra=sinistraPerkusi: sonor di
seluruh lapangan paruAuskultasi: vesikuler, ronki (-/-), wheezing
(-/-)- CorInspeksi: ictus cordis tidak tampakPalpasi: ictus cordis
tidak terabaPerkusi: batas kanan ICS III parasternal line dextra
batas kiri ICS V midclavicular line sinistra Auskultasi: S1S2
tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)AbdomenLihat status
obstetriEkstremitas: edema -/-, akral hangatg) Status
obstetrik:Inspeksi:perut membesar arah memanjang, striae nigra (+),
linea alba (+)Palpasi:- Leopold I: TFU : 31 cm, teraba bokong-
Leopold II: punggung kanan- Leopold III: teraba kepala- Leopold IV:
kepala belum masuk pintu atas panggulPemeriksaan dalam: vulva
vagina normal, pembukaan 3 cm, portio tebal lunak, ketuban (+),
kepala Hodge I,blood (+), slym (+)DJJ : 136 x/menit HIS : 2x10
durasi 30II.3 Diagnosis Kerja sementara di RuanganG2P1A0, gravid
41-42 minggu + Tunggal Hidup Intra Uterin + Presentasi Kepala
+Inpartu Kala I Fase Laten + Pre Eklampsia Berat
II.4 Pemeriksaan Penunjanga) LaboratoriumTanggal 2-12-2014
Darah lengkap
Hb12,2
Hct34
Leukosit14.100
Trombosit198.000
BT2
CT9
Kimia darah
GDS122
Ur20,4
Cr0,7
Urin Lengkap
Berat Jenis1,015
Hb/darah+4
WarnaMerah Kuning
KejernihanJernih
Ph6,0
Protein+3
Penatalaksanaan Tirah baring (bedrest) Beri anti kejang Drip
MgSO4 40% 6 gram (15 cc)/500 cc RL sampai 24 jam Nifedipin 3x10 mg
per oral Metildopa 3x250 mg per oral Observasi selama 4 jam
pertama, jika tidak ada kemajuan persalinan berikan drip oksitosin
per 30 menit Konsul jantung
1
8
II.6 Follow UpTanggalTindakan
2-12-201415.40Menerima pasien baru dari IGD, melakukan anamnesa
dan pemeriksaan fisik :KU : Sedang, TD: 200/110 mmHg, N: 100x, R:
24x, T: 36,5CL1: Teraba bokong, L2: Punggung kiri, djj 136x/m, L3:
bagian terendah kepala, L4: H1TFU: 31cmVT: vulva vagina normal,
pembukaan 3 cm, portio tebal lunak, ketuban (+), kepala Hodge I,
blood (+), slym (+)His: 2x10 durasi 30Lab : Urin Lengkap protein
+3
Lapor dr.Sp.OGAdvicedr. Sp. OG:1. Tirah baring 2. Drip MgSO4 40%
6 gram (15 cc)/500 cc RL sampai 24 jam3. Nifedipin 3x10 mg per
oral4. Metildopa 3x250 mg per oral5. Observasi selama 4 jam
pertama, jika tidak ada kemajuan persalinan berikan drip oksitosin
per 30 menit6. Konsul jantung
2-12-1415.50 - 22.35Observasi kemajuan persalinanVT : pembukaan
4 cm, portio tebal lunak, ketuban (-), kepala Hodge I, blood (+),
slym (+)DJJ : 147X/menitHis: 4x10 durasi 45-60
Lapor dr. Jaga untuk konsul jantung, meliputi :Tekanan Darah :
210/110Hasil EKG : sinus takikardiAdvice dr. Sp. JP:1. Drip
catapres 2 amp/500cc RL, 12 tpmTarget : tekanan sistole 150-160
turunkan laju tetesan2. Nifedipine 3x10 mg3. Metildopa 3x250 mg4.
Bisoprolol 5g 1x15. Observasi per 30 menit-1 jam
3-12-1401.30Lapor dr. Sp. OGAdvice dr. Sp. OG :1. Pagi ini
dimulai pemberian drip oksitosin2. Stabilisasi
3-12-1406.00
II.7 Laporan Persalinan Nama Ahli Bedah : dr. Marihot Pasaribu,
Sp. OG1. Siapkan informed consent2. Pasien disiapkan di atas meja
operasi, lalu dilakukan spinal anestesi3. Dilakukan desinfeksi pada
dinding abdomen4. Dilakukan insisi linea mediana5. Tampak rahim dan
dilakukan insisi pada segmen bawah rahim6. Segmen bawah rahim
dilebarkan dan bayi dilahirkan7. Bayi lahir menangis dan
dilanjutkan mengeluarkan plasenta8. Plasenta lahir lengkap9. Segmen
bawah rahim dijahit10. Irisan dijahit selapis demi lapis11. Kulit
dijahit12. Luka ditutup dengan povidone iodine dan kassa steril13.
Operasi selesai
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
3.1Definisi PreeklamsiaPreeklamsia dan eklampsia merupakan
kesatuan penyakit yang digolongkan sebagai penyakit yang
berhubungan langsung dengan kehamilan merupakan sindrom
spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat
vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah dan proteinuria. (5)
3.2. Epidemiologi PreeklampsiaAngka kematian maternal di
Indonesia adalah 0,45%. Salah satu penyebab kematian tersebut
adalah preeklampsia eklampsia, yang bersama infeksi dan perdarahan,
diperkirakan mencakup 75-80% dari keseluruhan kematian maternal.
Survey pada dua rumah sakit pendidikan di Makassar, insiden
preeklampsia eklampsia berkisar 10-13% dari keseluruhan ibu hamil
dengan rincian insiden preeklampsia berat sebesar 2,61%, eklampsia
0,84%, dan angka kematian akibat keduanya adalah 22,2%. (6)
3.3. Faktor Resiko Preeklampsiaa. Primigravida karena pertama
kali terpapar villi chorealis, primipaternitas.b. Hiperplasentosis,
misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes melitus,
hidrops fetalis, bayi besar.c. Umur yang ekstrim ( 15 atau 35
tahun).d. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia.e.
Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil.f. Obesitas. (7)
3.4. Etiologi PreeklampsiaMekanisme terjadinya preeklampsia
sekarang mulai dapat diketahui. Kerusakan utama terjadi berhubungan
dengan kegagalan invasi trofoblas fase kedua ke dalam desidua.
Biasanya trofoblas inginvasi seluruh kedalaman dari arteri spiralis
pada minggu ke 22 gestasi. Hal ini menyebabkan perurunan resistensi
perifer dan menurunkan tekanan darah. Sebagai tambahan, trofoblas
juga menghilangkan semua otot penutup dari arteri spiralis sehingga
aliran darah semakin banyak ke dalam ruang intervilli. Hal ini
menjamin tersedianya waktu yang cukup untuk terjadinya pertukaran
nutrisi, oksigen, dan sisa metabolisme bagi janin. (8)
Gambar 1. Invasi trofoblas ke dalam arteri spiralis mengubahnya
menjadi delta sehingga meningkatkan aliran darah. (8)Kegagalan
invasi trofoblas fase kedua menyebabkan resistensi vaskuler tidak
menurun. Efek lainnya adalah penutup otot arteri spiralis tetap ada
dimana otot ini sensitif terhadap zat vasokonstriktor sirkulasi
seperti angiotensin II. Sebagian besar perubahan hipertensif
berhubungan dengan hormonal dibandingkan sistem saraf simpatis.
Pada arteri spiralis, penurunan volume trofoblas menyebabkan
ketidakseimbangan sistem prostasiklin tromboksan. Produksi berlebih
dari tromboksan menyebabkan vasospasme arteri spiralis dan sgregasi
platelet. Rendahnya kadar prostasiklin menurunkan efek proteksi
terhadap angiotensin II. (8)
Gambar 2. Jalur terjadinya preeklampsia dan manifestasi
klinisnya. (8)
3.5. Patofisiologi Preeklampsia1) KardiovaskulerTerjadinya
hipertensi pada preeklampsia berhubungan dengan vasospasme akibat
peningkatan reaktivitas vaskuler. Terjadinya hal ini diduga akibat
gangguan dari interaksi normal vasodilator (prostasiklin, oksida
nitrit) dan vasokonstriktor (tromboksan A2, endotelin). (9)2)
HematologiAbnormalitas hematologi paling umum adalah trombositopeni
(trombosit < 100.000/mm3). Penyebab terjadinya trombositopeni
masih belum jelas. Kelainan hematologi lain yaitu sindrom HELLP.
(9)3) RenalVasospasme pada preeklampsia menyebabkan penurunan dari
GFR (Glomerular Filtration Rate). Pada kehamilan normal, GFR
meningkat 50% dari nilai sebelum hamil. Oleh karena itu, kadar
kreatinin serum pada preeklampsia meningkat di atas kadar normal
ibu hamil (0,8 mg/dL). Pengawasan ketat produksi urin diperlukan
pada preeklampsia karena dapat timbul oliguria (produksi urin 5
gr/24 jam atau dengan pemeriksaan kualitatif didapatkan +3 atau +4.
Oliguria, produksi urin < 500 cc/24 jam. Kenaikan kadar
kreatinin plasma. Gangguan visus dan serebral berupa penurunan
kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan pandangan kabur. Nyeri
epigastrium atau kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya
kapsula Glisson. Edema paru dan sianosis. Hemolisis
mikroangiopatik. Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau
penurunan cepat trombosit. Gangguan fungsi hepar (kerusakan
hepatoseluler) ditandai dengan peningkatan SGOT dan SGPT.
Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat. Sindrom HELLP
(Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelets Count). (5)3.6.
Penatalaksanaan PreeklampsiaPenanganan pada preeklampsia berat
dapat dibagi menjadi dua unsur, yaitu:1. Sikap terhadap
penyakitnya, yaitu pemberian obat-obat atau terapi medisinalis.2.
Sikap terhadap kehamilannya. (7)
1) Sikap Terhadap Penyakita) Penderita preeklampsia berat harus
menjalani rawat inap di rumah sakit dan tirah baring miring ke satu
sisi.b) Monitoring input dan output cairan:dipasang Foley catheter
untuk mengukur pengeluaran urin, oligouria terjadi jika produksi
urin 36 mg/dlf) Diuretikum (furosemid) diberikan bila ada edema
paru-parug) Pemberian antihipertensi, menurut Belfort, obat
antihipertensi diberikan bila tekanan darah 160/110 mmHg. Pilihan
obat hipertensi terbaik berupa methyldopa karena aman dalam jangka
waktu lama pemberian bagi janin. ACE inhibitor tidak boleh
diberikan pada ibu hamil. Beta bloker secara umum aman diberikan
meskipun dapat mengganggu pertumbuhan janin ketika digunakan pada
awal kehamilan terutama atenolol. Diuretik tiazid dapat diberikan
sepanjang penurunan volum darah dapat dihindari.Di indonesia, jenis
obat antihipertensi yang diberikan adalah nifedipine dengan dosis
awal : 10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120
mg per 24 jam. Nifedipine tidak boleh diberikan sublingual karena
efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh diberkan per
oral.h) Glukokortikoid Pemberian glukokortikoid untuk pematangan
paru janin tidak merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan kurang
dari 34 minggu pada ibu dengan resio tinggi terjadi persalinan
dalam 7 hari ke depan. Pemberian betamethasone (1x12mg selama 2
hari intramuskuler) atau dexamethasone (2x6mg selama 2 hari
intramuskuler) dapat dilakuakan. (7; 11)
2) Sikap Terhadap KehamilannyaPenanganan terhadap kehamilan pada
PEB ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklampsia berat selama perawatan dibagi menjadi:a) Aktif:
berarti kehamilan segera diakhiri/diterminasi bersamaan dengan
pemberian pengobatan medikamentosa.b) Konservatif: berarti
kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan
medikamentosa. (7)
a) Perawatan aktif (sambil memberi pengobatan, kehamilan
diakhiri)Indikasi perawatan aktif ialah bila didapatkan ssatu/lebih
keadaan di bawah ini: Ibu Umur kehamilan 37 minggu. Lockwood dan
Paidas mengambil batasan umur kehamilan > 37 minggu untuk
preeklampsia ringan dan batasan umur kehamilan 37 minggu untuk
preeklampsia berat. Adanya tanda-tanda/gejala-gejala impending
eklampsia. Kegegelan terapi pada perawatan konservatif, yaitu:
keadaan klinik dan laboratorik memburuk. Diduga terjadi solusio
plasenta Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan.
Janin Adanya tanda-tanda fetal distress Adanya tanda-tanda intra
uterine growth restriction (IUGR) NST nonreaktif dengan profil
biofisik abnormal Terjadinya oligohidramnion. Laboratorium Adanya
tanda-tanda Sindroma HELLP khususnya menurunnya trombosit dengan
cepat. Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehaamilan ) dilakukan
berdasar keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah inpartu
atau belum. (7)b) Perawatan konservatifIndikasi perawatan
konservatif ialah bila kehamilann preterm 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik.
Diberikan pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada
pengelolaan secara aktif. Selama perawatan konservatif; sikap
terhadap kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sema
seperti perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri. (7)Magnesium
sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeklampsia
ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila setelah 24 jam
tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap sebagai kegagalan
pengobatan medikamentosa dan harus dideterminasi. Penderita boleh
dipulangkan bila penderita kembali kegejala-gejala atau tanda-tanda
preeklampsia ringan.(7)
3.7. Komplikasi PreeklampsiaKomplikasi yang terberat ialah
kematian ibu dan janin. Komplikasi yang tersebut di bawah ini
biasanya terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia.1. Solusio
PlasentaKomplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeklampsia. Di
rumah sait Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai
preeklampsia.2. HipofibrinogenemiaPada preeklampsia berat Zuspan
(1978) menemukan 23 % hipofibrinogenemia.3. HemolisisPenderita
dengan preeklampsia berat kadang menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang dikenal karena ikterus.4. Perdarahan Otakkomplikasi
ini merupakann penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia.5. Kelainan Mata kehilangan penglihatan untuk sementara,
yang berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan
kadang-kadang terjadi pada retina; hal ini merupakan tanda gawat
akan terjadinya apopleksia serebri.6. Edema Paru-paruZuspan(1978)
menemukan hanya satu penderitadari 69 kasus eklampsia, hal ini
disebabkan karena payah jantung.7. Nekrosis Hati8. Kelainan ginjal
(anuria sampai gagal ginjal)9. Prematuritas, dismaturitas, dan
kematian janin intrauterin10. Komplikasi lain (lidah tergigit dan
trauma akibat kejang, DIC (disseminated intravascular coagulation).
(7)Preeklampsia dan komplikasinya biasanya akan menghilang setelah
melahirkan dengan pengecualian komplikasi cerebrovaskuler. Diuresis
(>4L/hari) adalah indikator klinis paling akurat dari perbaikan.
(2)
BAB IVPEMBAHASAN
A. DiagnosisAnamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang dilakukan untuk menentukan diagnosis dari penyakit
pasien. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi pada kehamilan
sebelumnya yaitu kehamilan anak pertama sekitar tahun 2010. Tekanan
darah pasien saat masuk 200/110 mmHg. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan protein +3. Diagnosis ini sesuai dengan literature. Pada
preeklamsia berat didapatkan Tekanan darah 160/110 mmHg,
Proteinuria > 5 gr/24 jam atau kualitatif +2 atau lebih.Selain
peningkatan tekanan darah, edema, dan awitan proteinuria, pada
pasien tidak ditemukan keluhan maupun gejala preeklampsia berat
lain seperti sakit kepala, mual, muntah, dan nyeri ulu hati. Saat
dianamnesis, pasien juga tidak mengeluh mengalami kejang, sehingga
pasien belum mengarah ke diagnosis eklamsia. Namun, bila terdapat
tanda-tanda preeklamsia yang lebih berat dan disertai dengan adanya
kejang, maka dapat digolongkan ke dalam eklamsia.Hipertensi terjadi
sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tahanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat tercukupi. Proteinuria terjadi karena
pada preeklamsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat. Edema terjadi karena penimbunan cairan yang berlebihan
dalam ruang interstitial dan penurunan tekanan onkotik plasma
akibat hipoalbuminemia. Terbukti dengan pemeriksaan laboratorium,
kadar albumin pasien menurun. Pada preeklamsia dijumpai kadar
aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi
daripada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan
volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada
preeklamsia terjadi perubahan pada ginjal yang disebabkan oleh
aliran darah kedalam ginjal menurun sehingga mengakibatkan filtrasi
glomerulus berkurang atau mengalami penurunan. Penurunan filtrasi
glomerulus akibat spasmus arteriol ginjal menyebabkan filtrasi
natrium melalui glomerulus menurun yang menyebabkan retensi garam
dan juga retensi air
B. PenatalaksanaanPenatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat
dimana pasien diberikan terapi antikonvulsan untuk mencegah
terjadinya eklamsia. Terapi antikonvulsan menggunakan MgSO4 40% 4 g
IV (bolus) dan MgSO4 40% 15 cc dalam 500 cc larutan D5% (drip 20
tetes/menit) dalam kasus ini terbukti efektif dalam mencegah
terjadinya kejang pada penderita. Pemberian nifedipin 3 x 10 mg per
oral sebagai antihipertensi lini pertama juga efektif pada pasien
ini. Bayi dilahirkan melalui operasi karena gagal stimulasi.
Setelah bayi lahir keadaan tekanan darah pasien segera turun secara
bertahap dan tekanan darah mulai turun setelah 1 hari post partum.
Pemberian MgSO4 bertujuan untuk mencegah kejang dan menurunkan
tekanan darah. Pencegahan terhadap kejang melalui interaksi dengan
reseptor N-methyl-D-Aspartate pada sistem saraf pusat dan
vasodilatasi arteriol sistem saraf pusat sehingga berperan sebagai
neuroprotektif. Efek penurunan tekanan darah berhubungan dengan
kemampuan magnesium dalam mempengaruhi Na/K ATPase, kanal natrium,
kanal kalium, dan kanal kalsium. Magnesium juga memiliki efek
sebagai relaksan uterus.Nifedipin termasuk jenis penghambat kanal
kalsium bekerja menurunkan tekanan darah dengan menghambat masuknya
kalsium ke dalam sel otot polos arteri sehingga menyebabkan
vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah. Sedangkan bisoprolol
merupakan golongan beta blocker yang dapat mengurangi frekuensi
denyut jantung, meningkatkan waktu pemulihan sinus node,
memperpanjang periode refrakter AV node dan dengan stimulasi atrial
yang cepat, memperpanjang konduksi AV nodal.
C. PrognosisPrognosispada pasien ini berdasarkan perjalanan
penyakit dan penatalaksanaan yang telah didapatkan adalah :1. Vitam
: bonam2. Fungsionam : bonam3. Sanansionam : bonamBAB VPENUTUP
V.1 KesimpulanPasien Ny.L, datang dengan kehamilan lewat bulan
dan tekanan darah tinggi, keluar lendir (-), keluar darah (-),
nyeri ulu hati (-), sakit kepala (-), mata kabur (-). Setelah
dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pasien didiagnosa G3P2A0, gravid 41-42 minggu, T/H, presentasi
kepala + belum inpartu + Pre Eklampsi Berat Selama di ruangan
dilakukan drip MgSO4 serta pemberian nifedipine 3x10 mg. Post
partus spontan pervaginam pasien mendapat terapi Amoxicilin 3x500
mg, Paracetamol 3x500 mg dan SF 3x1 serta drip MgSO4 sampai dengan
24 jam post partus.
V.2 SaranDengan pemeriksaan antenatal care yang baik, mayoritas
kasus dapat dideteksi secara dini sehingga komplikasi yang mungkin
terjadi dapat dicegah sedini mungkin. Pasien perlu dirawat inap di
RS, karena di rumah sakit pasien diharapkan mendapat terapi
penanganan hipertensi yang optimal.
22