46 46 TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN AL-QURAN AL-KARIM BACAAN MULIA KARYA H.B.JASSIN (Analisa Terhadap Terjemahan karya H.B. Jassin Pada Surat Ar-Rahman dan Perbandingannya dengan terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia) NASRULLOH NIM : 1982414681 JURUSAN TERJEMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2003 TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN AL-QURAN AL-KARIM BACAAN MULIA KARYA H.B.JASSIN
73
Embed
TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
46
46
TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN AL-QURAN AL-KARIM
BACAAN MULIA KARYA H.B.JASSIN
(Analisa Terhadap Terjemahan karya H.B. Jassin Pada Surat Ar-Rahman dan Perbandingannya
dengan terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia)
NASRULLOH NIM : 1982414681
JURUSAN TERJEMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2003
TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN AL-QURAN AL-KARIM
BACAAN MULIA KARYA H.B.JASSIN
47
47
(Analisa Terhadap Terjemahan karya H.B. Jassin Pada Surat Ar-Rahman dan Perbandingannya
dengan terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sasatra (S.S)
Oleh :
NASRULLOH NIM:1982414681
Pembimbing,
Drs. HD. Sirojuddin. AR, M.Ag
NIP:150 234 507
JURUSAN TERJEMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2003
48
48
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’AN
AL-KARIM BACAAN MULIA KARYA H.B. JASSIN(Analisa Terhadap Terjemahan karya
H.B. Jassin Pada Surat Ar-Rahman dan Perbandingannya dengan terjemahan Departemen
Agama Republik Indonesia) telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 Oktober 2008, Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada program studi
Tarjamah.
Jakarta, 1 Oktober 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Usaha menerjemahkan Al-Qur' an ke dalam Bahasa Indonesia bukanlah tugas mudah dan
tanpa hambatan. Berbagai tanggapan dan respon datang dari berbagai pihak yang disampaikan
melalui barbagai media dan instansi pada waktu itu.
Apa yang menjadi kekhawatiran H.B. Jassin rrrengenai isi terjemahannya benar-benar
menjadi kenyataan, meski H.A. Mukti Ali dan Hamka, masing-masing sebagai Menteri Agama
dan ketua Majelis Ulama Indonesia, telah memberikan sambutan atas terbitnya terjemahan Al-
Qur'an tersebut.
Saya amat berterima kasih atas catatan-catatan yang disampaikan kepada saya tutur
Jassin mengenai terjemahannya "Bacaan Mulia ". Ada yang sifatnya membangun, ada yang
diuraikan dengan hati yang dingin dan ada pula yang dilontarkan dengan emosi meluap-luap.
91
91
Semua respon dan tanggapan tersebut diterimanya dengan perasaan bersyukur, karena
menggugahnya untuk mempelajari Al-Qur'an lebih mendalam lagi dan menjadikannya sebagai
bahan pertimbangan.
Dengan mengadakan perbaikan-perbaikan, Insya Allah akan diperoleh hasil terjemahan
yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Di antara hambatan yang paling bermasalah menurut H.B. Jassin adalah :
1. Kekakuan terjemahan
Kekakuan dalam terjemahan mungkin timbul karena terlalu dipengaruhi oleh susunan
kalimat dalam Bahasa Arab dengan tidak memperhatikan susunan menurut rasa Bahasa
Indonesia atau pengambilan suatu ungkapan dalam konstruksi kalimat Bahasa Arab tanpa
menggantinya dengan ungkapan Bahasa Indonesia.
2. Tidak adanya tanda-tanda baca yang jelas, sehingga masing-masing orang dapat
menggunakan tanda baca yang beda, akibatnya akan menimbulkan pengertian yang
berbeda pula.
3. Jenis kata sambung yang terbatas dan masing -masing mempunyai fungsi yang dapat
berbeda-beda. Kata sambung wa tidak selalu diterjemahkan dengan "dan" bisa juga
dengan ‘karena, sedang, sementara’ dan juga dapat berfungsi sebagai titik dan koma saja,
sekedar tanda pemisah antara dua kalimat. Fa bisa diterjemahkan dengan `maka, karena
itu' atau tidak diterjemahkan sama sekali.42
Di bawah ini dapat rnelihat reaksi yang datang dari berbagai lapisan, di antaranya :
1. H. Oemar Bakry, dalam bentuk surat ia menyampaikannya kepada Menteri Agama
waktu itu, ketua Majelis Ulama Indonesia, dan ketua Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia. Suratnya berisi contoh-contoh terjemahan yang dengan istilahnya sendiri
42 Pengantar Bacaan Mulia, op.cit., h. 19-21
92
92
disebut "keganjilan-keganjilan ". Berbagai contoh yang dikatakan ganjil oleh Oemar
Bakry ialah :
1. Kata " " kadang-kadang diterjemahkan oleh H.B. Jassin dengan
"petunjuk" seperti pada ayat 2 surah Al-Baqarah dan kadang-kadang
diterjemahkan dengan “pimpinan" seperti pada ayat 16 surat yang sama.
Terjemahnya berbunyi "Merekalah yang menukar pimpinan dengan kesesatan. "
2. Ayat ke-3 pada surah Al-Baqarah "Wal ladzina yu'minuna bil ghaibi"
diterjema.hkan dengan "(bagi) mereka yang beriman kepada yang ghaib" ini
berarti bahwa Al-Qur'an itu adalah petunjuk bagi :
a. Mereka yang takwa (kepada Tuhan)
b. Mereka yang beriman kepada yang ghaib dan dapat menjadi petunjuk kepada
orang yang bertakwa walaupun tidak beriman kepada yang ghaib, dan
sekalipun kepada orang mempercayainya saja adanya hari kiamat walaupun
tidak bertaqwa kepada Tuhan.
Menurut Oemar Bakry, demikianlah pengertian dari teks pada potongan ayat tersebut,
karena penerjemah menilai kata "Alladzina yu'minuna" adalah keterangan tujuan kedua setelah
kata "Iil muttaqina" atau dalam ilmu Nahwu, kata "Alladzina" di i'rabkan oleh Jassin mengikuti
(ma'tuf) kepada "Al-Muttaqina ". Sedangkan menurut Bakry hal tersebut jelas suatu kesalahan
besar menurut aturan ilmu tata Bahasa Arab, karena sesuatu kata yang tanpa didahului oleh huruf
`ataf telah dinilai sebagai ma'tuf (keterangan atau bagian kedua dari yang sedang dijelaskan).
Kata "alladzina" dalam ilmu Nahwu menurut Oemar Bakry adalah "Isim Mausul", apabila tidak
ada yang mengubah dari fungsi aslinya, ia berfungsi sebagai penghubung dan kalimat
sesudahnya sebagai "shilah" (keterangan) lebih lanjut dari kata sebelumnya (Maushulnya) bukan
sebagai bagian yang terpisah atau berdiri sendiri dari maushulnya.
93
93
Dengan demikian, kata Oemar Bakry, isi ayat tersebut telah dipecah oleh H.B. Jassin
karena kekeliruan dalam menetapkan fungsi sesuatu kata atau anak kalimat dari ayat-ayat Al-
Qur'an yang berbahasa Arab itu.
Surat Oemar Bakry ini ditutup dengan harapan pada Departemen Agama dan Majelis
Ulama untuk meneliti hasil terjemahan H.B. Jassin dan mengambil langkah-langkah positif dari
hasil penelitian tersebut.
2. Surat Team Peneliti Bacaan Mulia H.B. Jassin dari surabaya kepada Menteri Agama
RI di Jakarta. Surat ini pada pokoknya berisi :
1) Contoh-contoh terjemahan H.B. Jassin yang dinilai tidak tepat.
2) Penolakan terhadap hasil perbaikan yang dilakukan oleh Lajnah Pentashih
Departemen Agama RI.
3) Keraguan terhadap basil penelitian dan koreksian yang dilakukan oleh Majelis
Ulama DKI Jakarta.
4) Rasa penyesalan atas sambutan Menteri Agama dan Hamka ketika Bacaan Mulia
ini diterbitkan.
5) Harapan kepada Menteri Agama untuk mencegah peredaran Bacaan Mulia
tersebut.
Sebagai contoh yang tidak tepat menurut basil penelitian Team Peneliti Bacaan Mulia
H.B. Jassin ini ialah :
1) Terjemahan ayat 44 surat al-Baqarah :
Apakah kamu perintahkan orang Berbuat kebaikan,
94
94
Sedang kamu sendiri lupa
(melakukan),
Padahal kamu membaca Al-Kitab?
Tidakkah kamu menggunakan pikiran?
⌧
Kata “ ” Menurut Team Peneliti dari Surabaya ini, H.B. Jassin telah salah mengartikan. Seharusnya: "Kamu melupakan dirimu sendiri."
2) Terjemahan ayat 49 surat al-Baqarah :
Dan (ingatlah) ketika kami
Selamatkan kamu dari orang Fir’aun.
Mereka menimpakan kepadamu
Siksaan yang pedih menyakitkan.
Mereka menyembelih putera-puteramu
Dan membiarkan hidup
Anak-anak perempuanmu.
Yang demikian itu merupakan ujian.
Yang dasyat dari tuhanmu.
⌧
⌧
⌦ ⌧
Kata “ ” seharusnya diterjemahkan : “dari Fir’aun dan pengikut-pengikutnya.”
3. Surat (catatan-catatan) dari Dewan Da'wah Islamiyah Jakarta Raya tentang kesalahan-
kesalahan dalam Teriemah atau Arti yang Tidak Mencapai Maksud Al-Qur'anul Karim
Bacaan Mulia H.B. Jassin.
53
53
Sebagai contoh yang salah atau yang tidak mencapai maksud menurut Dewan Da'wah
Islamiyah Indonesia Jakarta Raya ini ialah:
1) Penggunaan kata "Bacaan Mulia " untuk ' Al-Qur'an al-Karim ", tidak mengenai
maksud yang sebenarnya.
2) Terjemahan ayat 56 surat Ar-Rahman :
Dalam
keduanya
(gadis-gadis)
Yang suci
menundukka
n pandang,
Tiada
manusia
maupun jin
Sebelum
mereka
pernah
menjamah
☺
Menurut Dewan Da'wah, kalimat: "Dalam keduanya (gadis-gadis) yang suci
menundukkan pandang. Tiada menusia maupun jin sebelum mereka menjamah, " tidak
memberi pengertian yang jelas. Mungkin maksudnya, "Dalam sorga itu ada gadis-gudis
suci yang menundukkan pandangan yang belum pernah sebelumnya manusia dan jin
menjamah ", kata Dewan Da'wah mengakhiri pendapatnya.
54
54
Contoh-contoh kesalahan dan arti yang tidak mencapai maksud di atas, dilampiri
dengan sepucuk surat yang isinya memohon kepada Menteri Agama :
1) Agar membentuk sebuah panitia pemeriksa yang terdiri atas ulama dan
cendikiawan yang memenuhi sekurang-kurangnya dua syarat, yaitu "tabahhur"
dalam ilmu-ilmu agama (mengusai betul ilmu-ilmu agama) dan "ta'amuq" dalam
Bahasa Al-Qur'an dan Bahasa Indonesia (mendalam betul dalam Bahasa AlQur'an
dan Bahasa Indonesia).
2) Menahan sementara penerbitan dan penyebaran Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia
H.B. Jassin sampai pemeriksaan yang dilakukan oleh Panitia selesai.
Masih banyak tanggapan atas terbitnya Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia H.B.
Jassin, baik berbentuk surat maupun artikel yang isinya secara keseluruhan tidak sempat
dikemukakan di sini, di antaranya :
1) Surat dari Majelis Pertimbangan Kesehatan Dan Syara' Departemen Kesehatan
R.I kepada Menteri Agama.
2) Artikel dengan judul "Bacaannya Mengasyikkan, Tapi Terjemahannya Perlu
Diamankan, " oleh aminuddin Aziz, Pelita, Jumat 22 dan 23 Desember 1978.
3) Pendapat dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Zaidan Djauhari dan Amin
Iskandari yang disampaikan kepada pers tentang banyaknya kesalahan dalam
Terjemahan Al-Qur'an H.B. Jassin, Pos Kota, 23 Oktober 1978.
Apabila diperhatikan reaksi masyarakat atas terjemahan H.B. Jassin yang pada
umumnya disampaikan melalui surat kepada Menteri Agama, Ketua Majelis Ulama
Indonesia, Ketua Dewan Dakwah Islamiah Indonesia, atau ditulis dalam berbagai media
cetak seperti surat kabar, sudah selayaknya penerbitan karya tersebut ditangguhkan.
55
55
Kenyataannya tetap diterbitkan sebagaimana diharapkan oleh H.B. Jassin dan sebagian
masyarakat yang cara pandangnya terhadap karya tersebut berbeda dengan mereka yang
bereaksi.
Ketika hal izin penerbitan ini ditanyakan ke Departemen Agama, secara tegas
dijawab bahwa selain naskah itu sudah dikoreksi oleh tim, tetap saja memerlukan
penyempurnaan-penyempurnaan di kemudian hari seperti yang dialami oleh terjemahan-
terjemahan Al-Qur'an lainnya. Jadi, dapat dikatakan selalu ada permasalahan-
pemasalahan yang akan muncul sesuai dengan perkembangan pemikiran para pembaca
dan perkembangan bahasa penerima sebagai konsekuensi dari karya terjemahan yang
mengandung nilai subyektif.
Di sisi lain tidak semua hasil koreksian yang disampaikan oleh masyarakat
kepada Departemen Agama, Majelis Ulama dan badan-badan lain sebagai hal yang
prinsip (kebenaran yang menjadi pokok dasar bertindak). Sebagai contoh dapat
dikemukakan hasil koreksian yang disampaikan oleh H. Oemar Bakry :
Kata-kala "huda" kadang-kadang diterjemahkan dengan "penunjuk" seperti pada
ayat 2 surat Al-Baqarah, dan kadang-kadang diterjemahkan dengan "pimpinan" seperti
pada ayat 16 surat Al-Baqarah. Terjemahan berbunyi "merekalah yang menukar
pimpinan dengan kesesatan". Bukanlah pasangan yang lebih tepat ialah "petunjuk"
sehingga keindahan bahasanya dapat terpelihara?
Dalam koreksian di atas, Oemar Bakry menginginkan pasangan yang lebih tepat
dalam kalimat terjemahan sehingga keindahan bahasanya dapat terpelihara. Dalam hal ini
H.B. Jassin juga berkata : "tapi saya menerjemahkan Qur'an ke dalam Bahasa Indonesia
yang puitis, dengan memperhatikan keindahan bunyi, irama, hiasan, warna dan
56
56
suasana." Jadi, penggunaan kata "pimpinan" pada ayat 16 surat Al-Baqarah tersebut
dimaksudkan oleh H.B. Jassin untuk keindahan bunyi dan suasana sehingga tidak
membosankan pembaca, sebab kata pimpinan sama artinya dengan bimbingan, yang juga
merupakan terjemahan kata "huda" pada ayat 175 surat Al-Baqarah.
Contoh kedua adalah kata " " pada ayat 265 surat Al-Baqarah yang
diartikan oleh H.B. Jassin dengan "ernbun ". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
embun yang dimaksudkan oleh H.B. Jassin tidak terlaiu menyimpang dari makna yang
dimaksudkan oleh Ibnu Kasir.
Dalam tafsirnya, Tafsir al-Qur’an al-Azim, Ibnu Kasir mengartikan " "
dengan “ ” `gerimis' atau `hujan rintik-rintik', sedangkan embun dalam
Bahasa Indonesia salah satu pengertiannya ialah titik-titik air yang jatuh dari udara. (pada
malam hari).43
C. Analisa Terhadap Terjemahan Karya H.B. Jassin Pada Surat Ar-Rahman dan
Perbandingannya dengan Terjemahan Departemen Agama R.I.
Suatu terjemahan biasanya ditulis pada naskah agar dapat dikaji oleh orang yang tidak
memahami Bahasa Arab (bahasa Al-Qur'an) sehingga dapat memahami kehendak Allah Azza
Wa Jalla dari kitab-Nya Al-Aziz lantaran terjemahan itu.44
Kata "terjemah" dapat digunakan pada dua arti yaitu terjemah harfiah atau pengalihan
bahasa secara Iafzi dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain di mana tertib bahasa kedua sesuai
dengan susunan dan tertib bahasa sumber, dan terjemah tafsiriah atau terjemah maknawiyah,
43 Ibid., h. 116 - 121 44 Muhammad Ali Ashobuni, Attibyun fi ulumil Qur’an, penerjemah, Muhammad Qodirun Nur, (Jakarta:
Pustaka Amani, 1988), h. 285.
57
57
yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa adanya ikatan dengan konteks
bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.45
Daiam surat Ar-Rahman terdapat 78 ayat yang memiliki keistimewaan tersendiri karena
terdapat 31 ayat dimana bunyi ayat tersebut di ulang-ulang sebanyak itu pula. Lebih lanjut,
sehubungan dengan analisa yang penulis lakukan pada terjemahan surat Ar-Rahman karya H.B.
Jassin yang akan dibandingkan dengan terjemahan Departemen Agama, terdapat beberapa
kesamaan dan perbedaan:
Agar jenis penerjemahan Al-Qur'an yang dilakukan oleh H.B. Jassin bisa ditetapkan,
terlebih dahulu dikemukakan contoh-contoh sebagai sampel. Dalam haI ini penulis mengambil
surat Ar-Rahman agar mudah dibandingkan dengan terjemahan Departemen Agama.
Berikut ini adalah kutipan Ar-Rahman yang secara langsung diambil dari H.B. Jassin
(1991,749-754) tanpa perubahan.
1.
2.
3.
4.
5.
AR-RAHMAN-YANG MAHA PEMURAH Turun di Makkah, 78 ayat
Dengan nama Allah
Yang maha pemurah
Yang maha penyayang
(Tuhan) yang Maha pemurah
Mengajari (Muhammad) Al Quran.
Menciptakan Insan.
Diajari-Nya fasih perkataan.
Matahari dan bulan (beredari) dengan
perhitungan.
☺
☺ ☺
45 Manna Khalil Alqattan, Mabahis fi ulumil Qur’an, penerjemah, Muzakir AS, (Jakarta: Litera Antar Nusa,
1996), cet.ke-3, h. 443.
58
58
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Tanaman merambat dan pohonan keduaya sujud
kepada Tuhan.
Langit ia tinggikan dan diadakan-Nya Neraca
(keadilan),
Supaya kamu jangan melampaui batas
Timbangan.
Tegakkan neraca dengan keadilan,
dan jangan kamu kurangi sukatan.
Bumi ia bentangkan untuk semua insan
Di atasnya tumbuh buah-buahan dan pohon
korma dengan selodang.
Juga padi-padian yang berkulit,
Dan tumbuh-tumbuhan yang harum baunya.
Maka karunia manakah dari Tuhnmu,
Yang Kamu (manusia) dan kamu (jin)
Dustakan ?
Ia ciptakan manusia dari tanah liat
Kering bunyi seperti tembikar,
Dan dia menciptakan jin dari nyalanya api.
Maka karunia manakah dari Tuhanmu, Yang
kamu (manusia) dan kamu (jin)
Dustakan?
(Ia adalah) Tuhan kedua timur
dan Tuhan kedua barat
Maka karunia manakah dariTuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan kamu (jin)
Dustakan?
Ia lepaskan kedua lautan
Yang saling bertemu
☺
☺
☺
☺
☺
☺
☺
⌧ ⌧
59
59
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Antara keduanya ada ada sempadan,
Masing-masing tiada saling berlewatan
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Dari keduanya keluarlah mutiara
dan merjan.
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Kepunyaan-Nya bahtera-bahtera
Berlayar tinggi lintas lautan,
laksana gunung menjulang.
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Segala yang ada di (bumi)
Akan binasa,
Tapi kekal (selama-lamanya)
Wajah Tuhanmu, agung dan mulia
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Segala makhluk dilangit dan dibumi
Kepada-Nya memohon,
Setiap hari ia penuh kesibukkan
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
(Yakni) kami kan membuat
☺
☺
☺
☺
☺
☺
⌧
☺
60
60
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
perhitungan terhadapmu.
hai (kedua jenis makhluk)
jin dan manusia!
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Hai kumpulan jin dan manusia!
Jika sanggup kamu menembus keluar
Dari daerah-daerah langit dan bumi,
Tembuslah !
Tiada kamu sanggup
Menembus (Nya)
Tanpa kekuasaan (kami).
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Kepada kamu, (jin) dan kamu (manusia)
Dilepaskan nyala api dan cairan
tembaga
Maka tiadalah kamu dapat
Membela diri.
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Bila langit pecah terbelah
Kemerah-merahan seperti bunga mawar
Yang merah laksana minyak berkilauan
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Hari itu tiada dinyatakan (lagi)
Hai dosa kepada manusia dan jin
☺
⌧
☺
⌧
☺
☺
☺
61
61
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Orang-orang yang durjana
Akan dikenal akan tanda-tandanya,
Dan mereka akan dicekam pada
Ubun-ubu dan kakinya
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Inilah neraka jahanam yang
Didustakan orang durjana
Di tengah-tengahnya
Dan tengah air panas mendidih,
Mereka berputar berkeliling!
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Tapi bagi orang yang takut akan saat
Ia berdiri di depan Tuhannya,
Ada dua sorga (tersedia).
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Dalam keduanya (tumbuh) aneka macam
Pohonan.
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Dalam keduanya mengalir
Dua mata air.
☺
☺
⌧
☺
☺
⌧
☺
☺
62
62
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Dalam keduanya berpasangan-pasangan
Setiap macam buah-buahan
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Mereka berbaring diatas permadani,
Yang sebelah dalamnya dari sutra
Yang tebal
Buah-buahan kedua sorga
Bergantung rendah (mudah dicapai)
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Dalam keduanya (gadis-gadis)
Yang suci menundukkan pandang.
Tiada manusia maupun jin
Sebelum mereka pernah menjamah
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Mereka laksana permata
Batu delima dan merjan
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Apakah ada balasan kebaikan
Selain kebaikkan?
☺
⌧
☺
☺
☺
☺
☺
63
63
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Selain yang dua itu ada lagi dua sorga
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Hijau tua warnanya
(karena daun yang rimbun)
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Dalam (masing-masing dari) keduanya
Ada dua mata air memancar
Berlimpahan
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Dalam keduanya ada buah-buahan,
Pohon korma dan delima
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Dalam (semua sorga) itu
Ada hauri-hauri yang baik
Dan rupawan
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
☺
☺
☺
☺
☺
⌧
☺
☺
64
64
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
Hauri-hauri yang jelita
Dan sopan diri,
Dipingit dirumah-rumah peranginan
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Tiada manusia maupun jin
Sebelum mereka pernah menjamah
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Mereka bersandari pada bantal-bantal
Yang hijau,
Dan permadani yang indah-indah
Maka karunia manakah dari Tuhanmu,
Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)
Dustakan?
Terpujilah nama Tuhanmu,
Penuh keagungan, penuh kemuliaan
☺
☺
☺
☺
☺
☺
☺
65
65
☺
⌦
☺
☺
☺
⌧
66
66
Dari contoh contoh di atas, dapat dikatakan bahwa penerjemahan yang dilakukan oleh
H.B. Jassin terdapat kesamaan dengan terjemahan Departemen Agama yaitu adanya footnote
sebagai penjelas dari kata-kata yang tidak dipahami seperti pada ayat 17, 46, dan 62. Dapat
dikatakan pula bahwa penerjemahannya secara harfiah (walaupun tidak mutlak). Dikatakan
demikian karena terdapat kata-kata yang tidak dapat diketahui maksud dan penggunaannya
sebagai akibat logis dari penerjemahan tersebut. Hal ini terjadi karena tidak selamanya bahasa
penerima mampu membunyikan bahasa sumber seperti yang dimaksud oleh bahasa sumber itu
sendiri. Untuk itulah tim penerjemah Al-Qur'an Departemen Agama daIam mengatasi kalimat
terjemahan yang tidak dipahami memberikan tambahan kata-kata atau catatan.
Kata-kata yang tidak dapat diketahui maksud penggunaanya pada terjemahan H. B. Jassin
di atas antara lain ialah :
l. Pada ayat 20 "tiada saling berlewatan" tidak jelas apa yang dimaksudkan dengan kalimat
itu. Terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia melalui catatan kaki nomor
1444 mengatakan : bahwa "laa yabghiyan" menurut ahli tafsir maksudnya adalah
"masing-masingnya tidak menghendaki". Dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah
bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai karena dibatasi tanah genting. Tetapi tanah itu
tidak dikehendaki (tidak diperlukan) maka pada akhirnya, tanah itu dibuang (digali untuk
keperluan lalu lintas) maka betemulah dua lautan itu seperti Terusan Suez dan Terusan
Panama.46
2. Pada ayat 29 "... Ia penuh kesibukan" tidak jelas maksudnya. Terjemahan Al-Qur'an
Departemen Agama Republik Indonesia, melalui catatan kaki nomor 1445 menjelaskan,
46 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Madinah Al-Munawaroh, loc.cit.
67
67
maksudnya : Allah senantiasa dalam keadaan menciptakan; menghidupkan, memelihara,
memberi rezeki, dan lain-lain .47
3. Pada ayat 41, "dicekam pada ubun-ubun dan kaki-kakinya", tidak jelas apa yang
dimaksudkan dengan dicekam pada ubun-ubun dan kaki-kakinya. Terjemahan Al-Qur'an
Departemen Agama Republik Indonesia melalui catatan kaki nomor 1446 mengatakan
maksudnya : pada hari berhisab tidak lagi didengar alasan-alasan dan uzur-uzur yang
mereka kemukakan.
4. Pada ayat 46, "Dua sorga". Apakah yang dimaksud dengan dua surga. Ada kesamaan
antara Jassin dengan Departemen Agama. Tetapi terjemahan Al-Qur'an Departemen
Agama Republik Indonesia melalui catatan kaki nomor 1447 mengatakan yang dimaksud
dua surga selain yang dikatakan oleh H.B. Jassin. Departemen Agama memberi tambahan
yaitu surga untuk manusia dan surga untuk jin.48
H.B. Jassin dalam menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur'an kadangkala berusaha memberikan
kejelasan makna dengan cara membuat kata-kata dalam kurung seperti yang dilakukan oleh tim
penerjemah Al-Qur'an departemen Agama, misalnya :
1. Pada ayat 2, "mengajari (Muhammad) Al-Qur'an", darimana datangnya kata
(Muhammad) secara harfiah, dalam bahasa sumber tidak ada yang tepat diartikan yang
demikian, akan tetapi kalau secara maknawiyah bisa saja ada, sebagaimana dalam
tafsirnya lbnu Katsir. Departemen Agama tidak menggunakan kata tersebut dalam
terjemahannya.
2. Pada ayat 12 kalimat (Al-habbu) diartikan dengan padi-padian,
padahal dalam bahasaArab padi itu (ruzzun). Secara harfiah dalam bahasa sumber
kata Al-habbu diterjemah "biji-bijian di dalam kulit" walaupun padi itu tennasuk biji-
47 Ibid., loc.cit. 48 Ibid.
68
68
bijian yang berkulit tetapi tidak tepat apabila kata Al-habbu diterjemahkan dengan biji-
bijian di dalam kulit. Departemen Agama RI sendiri menerjemahkan kata Al-habhu
dengan biji-bijian yang berkulit.
3. Pada ayat 13, "maka karunia manakah dari Tuhanmu yang kamu (manusia) dan kamu (
jin) dustakan?" kata Arab mana yang diartikan dengan " dari". Dalam ayat ini tidak ada
kata atau atau . Mengapa lalu muncul makna "dari". Jadi keberadaan kata
dari semata-mata pertimbangan maknawi, sedangkan Departemen Agama kata tersebut
tidak ada. Ayat ini berjumlah 31 kali disebut dengan terjemahan yang sama. 4. Pada ayat 14, "tanah liat kering berbunyi" dari mana datangnya kata "berbunyi". Secara
harfiah dalam bahasa sumber tidak ada kata yang tepat diartikan dengan "berbunyi".
Dalam kamus kontemporer Arab-Indonesia ditemukan kata tersebut dengan arti "suara
bising" atau "keramaian". Kata dalam terjemahan Departemen Agama
diterjemahkan secara harfiah yaitu "tanah kering".
5. Pada ayat 56," dalam keduanya (gadis-gadis)". Dalam ayat ini tidak ada kata yang
menunjukkan arti "gadis-gadis" sedangkan Departemen Agama menerjemahkan dengan
"bidadari-bidadari" kalau dilihat daripada sifat "bidadari-bidadari" yang masih gadis
tentunya orang tidak akan menyangkalnya akan tetapi gadis-gadis tidak sama dengan
bidadari-bidadari.
6. Pada ayat 64. "hijau tua warnanya (karena daun yang rimbun)". Darimanakah asalnya
kata "karena daun yang rimbun". Dalam bahasa sumber tidak ada yang tepat diartikan
dengan karena daun yang rimbun. Sementara Departemen Agama tidak menggunakan
kalimat tersebut dalam terjemahannya hanya ada penambahan kata kelihatan yang tidak
terdapat dalam terjemahan H.B. Jassin.
7. Pada ayat 66, "dalam (masing-masing dari) keduanya". Apabila dillhat dari susunan
bahasa sumber tidak ditemukan kata-kata yang dapat diterjemahkan dengan "masing-
masing dari". Dalam ayat ini tidak ada kata dan . Menurut penulis
keberadaan kata-kata "masing-masing dari" hanya karena pertimbangan maknawi.
69
69
8. Pada ayat 70 dan 72 kata dan ⌦ diterjemahkan dengan
hauri-hauri. Menurut penulis H.B. Jassin melakukan Arabisasi dalam terjemahannya
karena dalam Ensiklopedi Al-Qur' an kedua kata tersebut salah satu artinya adalah
"bidadari" sebagaimana dalam terjemahan Departemen Agama.
9. Pada ayat 78, H.B. Jassin menerjemahkan kata dengan "terpujilah".
Sedangkan Departemen Agama mengartikannya dengan "Maha suci". Menurut penulis
terjemahan H.B. Jassin tidak tepat karena dalam kamus Arab-Indonesia sendiri kata
diterjemahkan dengan "Maha luhur atau Maha suci".
Dari 78 ayat yang ada dalam surat Ar-Rahman ini H.B. Jassin maupun tim penerjemah
Al-Qur'an Departemen Agama menerjemahkan surat ke-55 ini mendekati harfiah, dikatakan
demikian karena :
1. Sudah diartikan sesuai dengan padanan kata, meskipun ada juga yang susunannya tidak
sesuai dengan susunan bahasa sumber. Misalnya pada ayat 56 dan ayat 74.
2. Sudah diartikan sesuai dengan padanan kata, tetapi terdapat penambahan kata-kata baik
di dalam kurung ataupun tidak. Dalam hal ini contoh penerjemahan H.B. Jassin pada ayat
2, 14, 17, 20, 24, dan ayat 31.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan yang dilakukan oleh H.B.
Jassin dan tim penerjemah Departemen Agama terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan.
Penerjemahan yang dilakukan oleh kedua pihak ini hampir mendekati harfiah, dan ada pula
maknawiah atau tafsiriyah. Perbedaan yang paling mencolok adalah. H.B. Jasssin
menerjemahkan surat Ar-rahman secara puitis sedangkan Departemen Agama secara prosa.
70
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada sub bagian akhir dari penulisan ini, penulis berusaha mengambil
beberapa kesimpulan dari seluruh hasil penelitian dan analisa tentang terjemahan Al-
Qur'an. Khususnya Bacaan Mulia karya H.B. Jassin. Kesimpulan-kesimpulan ini
dibuat sesuai dengan rumusan-rumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan
pada Bab I.
Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah :
1. Setiap muslim sudah tentu berkeinginan untuk dapat membaca dan memahami
isi kandungan Al-Qur'an dalam gaya bahasanya yang asli, tetapi kesempatan
yang demikian tidak semudah yang dibayangkan, oleh karenanya terjemahan
dan tafsir ke dalam berbagai bahasa di dunia sangat membantu proses
tersebut. Sebagaimana yang dilakukan oleh syah Abdul Qodir dari Delhi,
ataupun para penerjemah Indonesia seperti Mahmud Yunus, Zinuddin
Hamidy, dan lain-lain. Terjemahan-terjemahan Al-Qur'an tersebut ada yang
ditulis secara prosa dan sastra.
2. Terjemahan adalah menyampaikan pembicaraan kepada orang yang belum
menerimanya atau menjelaskan dengan rnenggunakan bahasa aslinya, atau
71
71
dengan bahasa yang lebih sederhana. Terjemah adalah mengalih pembicaraan
dari satu bahasa ke bahasa yang lain.
3. Usaha penerjemahan Al-Qur'an yang dilakukan oleh penerjemah-penerjemah
Eropa (Orientalis) bermaksud menandingi Islam dan berkecenderungan atau
bertendensi negatif dalam rangka mencapai target-target mereka yaitu
menyudutkan Islam. Di antara mereka adalah Ladovicci Meracci, A. Ross, Du
Ryer, dan J.M. Rodwell. Usaha yang hina tersebut diikuti oleh para sarjana
muslim yang berusaha menerjemahkan secara obyektif seperti DR.
Muhammad Abdul Hakim Khan dan Muhammad Mannaduke Pickthall.
4. Beberapa kelemahan dalam terjemahan Al-Qur'an adalah masalah bahasa
terjemahan, tidak menguasai bahasa sasaran, teknik penulisan dan
transliterasi.
5. Cara kerja H.B. Jassin dalam menerjemahkan Al- Qur'an adalah dengan
mempelajari berbagai terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Asing serta mempergunakan bermacam-macam kamus bahasa Arab,
daftar kata korkondansi, dan berbagai buku ilmu bantu untuk dapat
menyokong berbagai pengertian.
6. Berbagai hambatan dalam penerjemahan "Bacaan Mulia di antaranya adalah
kekakuan dalam terjemahan, tidak adanya tanda-tanda baca yang jelas
sehingga akan menghasilkan pengertian yang berbeda, dan jenis kata
sambung yang terbatas dan masing-masing mernpunyai fungsi yang dapat
berbeda. "
72
72
7. Seluruh pola penerjemahan dalam Bacaan Mulia pada umumnya bersifat
puitis, begitu pula pada surat Ar-Rahman, dan pada ayat yang diulang
sebanyak 31 kali langsung menjelaskan maksud ayat. Namun tidak sama
kalimat-kalimat prosa dapat disusun secara visuil menjadi puisi, karena
tergantung pada pmilihan kata yang dipergunakan.
B. Saran-Saran
1. Menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga pemerintah yaitu departemen
Agama RI untuk pelatihan penerjemahan Al-Qur'an dan tafsirnya serta
pembuatan kamus Al-Qur'an.
2. Mengadakan berbagai seminar dan lokakarya dengan para ahli dan
penerjemah, khususnya penerjemah Al-Qur'an, dan bimbingan yang
diperuntukkan bagi para peminat pemula agar tidak terjadi kesalahan dalam
penerjemahannya.
3. Mendirikan lembaga-lembaga atau biro-biro penerjemahan Arab-Indonesia
dan sebaliknya secara profesional sebagai sarana pengembangan bakat
keterampilan menerjemah bagi para peminatnya.
4. Mengadakan buku-buku tafsir berbahasa Indonesia semacam tafsir Al-Azhar
demi memperkaya intetektualitas Islam di tanah air sebagai bukti pemahaman
yang meningkat kepada kitab suci Al-Qur'an.
5. Menyusun program penerjemahan buku-buku berbahasa Arab dan
pemeliharaannya oleh sebuah lembaga konsorsium dari perguruan-perguruan
73
73
tinggi baik negeri maupun swasta, beserta jumlah buku yang akan di
terjemahkan dan diterbitkan tiap tahun.
6. Mengkaji ulang berbagai terjemahan Al-Qur’an baik yang berbahasa
Indonesia maupun berbahasa Asing guna memperoleh informasi dari tiap-tiap
terjemahan tersebut yang pada akhirnya menemukan terjemahan Al-Qur’an
yang layak berlaku di masyarakat.
7. Membuat sejarah penerjemahan Al-Qur’an secara akurat dan secara detail,
karena sampai saat ini berbagai literatur tentang penerjemahan ini belum
ditemukan yang memiliki data akurat dan lengkap.
74
74
DAFTAR PUSTAKA
AI-Ahwani, Ahmad Fuad, Dr., Filsafat Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.
Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, dan As-Suyuthi, Jalalludin Abdurrahman bin Abi Bakri, Tafsiran Al-Quranu' al-adhimu lil imamaini Al-Jalalaini, Surabaya.
Audah, Ali, Dari Khazanah Dunia Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, Cet. Ke-1.
_________, Konkordansi Al Qur'an: Panduan Kata dalam Mencari Ayat Al Qur'an, Bandung: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 1996, Cet. Ke-2
Badriyatim M.A, Drs, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 1997
Chaer, Abdul, Kamus Dialek Jakarta, Jakarta: PT. Nusa Indah 1976
Guntur Tangan, Henry, Prinsip-prinsip Dasar, Sastra, Bandung: Angkara, 1993 Hanafi, Nurachman, Teori dan Seni Menerjemahkan, NTT: PT. Nusa Indah, 1986, Cet. Ke-2