BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sepak Bola Permainan sepak bola merupakan cabang olahraga yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain dan biasanya satu tim disebut juga dengan kesebelasan (Nosa, 2012). Permainan boleh dilakukan oleh seluruh bagian badan kecuali dengan kedua lengan (tangan). Hampir seluruh permainan dilakukan dengan keterampilan kaki, kecuali penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan anggota badannya, dengan kaki maupun tangannya (Subroto, 2010). Menurut (Salim, 2008), sepak bola adalah olahraga yang memainkan bola dengan menggunakan kaki. Tujuan utamanya dari permainan ini adalah untuk mencetak gol atau skor sebanyak-banyaknya yang tentunya harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 2.2 Keseimbangan 2.2.1 Definisi Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan dan mengatur posisi tubuh saat di tempat atau ketika bergerak (Lefebvre, 2010). Sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu akan mendukung berbagai gerakan di setiap segmen tubuh untuk terciptanya keseimbangan. Adanya kemampuan menyeimbangkan antara massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk 7
36
Embed
TINJAUAN PUSTAKA Sepak Bola - sinta.unud.ac.id II.pdf · kecuali penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan anggota badannya, dengan kaki maupun tangannya (Subroto, ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sepak Bola
Permainan sepak bola merupakan cabang olahraga yang dimainkan
oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain dan
biasanya satu tim disebut juga dengan kesebelasan (Nosa, 2012). Permainan
boleh dilakukan oleh seluruh bagian badan kecuali dengan kedua lengan
(tangan). Hampir seluruh permainan dilakukan dengan keterampilan kaki,
kecuali penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan anggota
badannya, dengan kaki maupun tangannya (Subroto, 2010). Menurut (Salim,
2008), sepak bola adalah olahraga yang memainkan bola dengan
menggunakan kaki. Tujuan utamanya dari permainan ini adalah untuk
mencetak gol atau skor sebanyak-banyaknya yang tentunya harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
2.2 Keseimbangan
2.2.1 Definisi Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan dan
mengatur posisi tubuh saat di tempat atau ketika bergerak (Lefebvre,
2010). Sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu akan mendukung
berbagai gerakan di setiap segmen tubuh untuk terciptanya
keseimbangan. Adanya kemampuan menyeimbangkan antara massa
tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk
7
8
beraktivitas secara efektif dan efisien. Keseimbangan terbagi atas dua
kelompok, yaitu keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh untuk
menjaga kesetimbangan pada posisi tetap. Keseimbangan dinamis adalah
kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak
(Abrahamova and Hlavacka, 2008).
Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan
posisi tubuh dimana center of gravity tidak berubah. Contoh
keseimbangan statis adalah sewaktu berdiri dengan satu kaki dan saat
berdiri di atas papan keseimbangan. Sedangkan keseimbangan dinamis
adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana center
of gravity selalu berubah. Keseimbangan dinamis merupakan
kemampuan untuk mempertahankan posisi ketika bergerak.
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan
keseimbangan selama transisi dari dinamis ke statis yang membutuhkan
integrasi visual, vestibular, dan input proprioseptik untuk menghasilkan
respon kontrol tubuh untuk berada dalam base of support (Distefano,
2009).
Keseimbangan dinamis adalah pemeliharaan keseimbangan
tubuh dalam posisi bergerak (Nala, 2011). Keseimbangan statis dan
dinamis dalam kehidupan sehari-hari saling berkaitan dan mutlak tidak
dapat dipisahkan karena tubuh manusia jarang sekali dalam keadaan
diam sempurna tanpa melakukan gerakan sama sekali. Tubuh secara
berkesinambungan melakukan pengaturan postur yang tidak dapat
dirasakan secara dasar (Suadnyana, 2014).
9
Menurut Kisner and Colby, dalam bukunya tahun 2007 tentang
exercise for impaired balance dalam therapeutic exercise bahwa kontrol
keseimbangan terdiri dari tiga tipe diantaranya keseimbangan statis yaitu
berperan untuk mengontrol kestabilan tubuh pada saat posisi anti
gravitasi saat istirahat seperti berdiri atau duduk. Keseimbangan dinamis
yaitu keseimbangan yang berperan untuk stabilisasi tubuh ketika
bergerak seperti duduk ke berdiri. Reaksi postural otomatis yaitu untuk
menjaga keseimbangan pada saat mendapat respon secara tiba-tiba dari
luar seperti berdiri pada bis dan tiba-tiba ada akselerasi ke depan. Ketiga
tipe keseimbangan ini saling berkolerasi untuk mendapatkan
keseimbangan otomatis maka keseimbangan dinamis harus baik dan juga
sebaliknya untuk mendapatkan keseimbangan dinamis maka
keseimbangan statis harus baik (Kisner and Colby, 2007).
Menurut Nala (2011), keseimbangan tubuh dalam aktivitas gerak
seperti berdiri, melompat, menendang, dan banyak posisi tubuh melawan
gaya gravitasi bumi. Untuk dapat mempertahankan posisi tertentu, gaya
gravitasi harus dilawan melalui mekanisme motor dan sensori organ
proprioseptif di sendi dan apparatus vestibular di dalam telinga.
Aparatus vestibular mendeteksi perubahan sinyal mengaktifkan respon
motor adaptif yang diperlukan dalam mempertahankan keseimbangan.
Respon ini menyertakan otot pendukung dan postural dari anggota gerak
dan tubuh serta otot penggerak kepala.
Reseptor yang berada dalam telinga sangat sensitif terhadap
perubahan posisi kepala dan arah gerakan. Gerakan kepala merupakan
10
rangsangan bagi reseptor apparatus vestibular. Rangsangan ini dikirim
ke pusat pengatur keseimbangan tubuh yang ada di otak melalui saraf
aferen. Setelah rangsangan diterima oleh otak, maka diperintahkan
melalui saraf motorik kepada otot skeletal, agar otot ini mengadakan
gerakan, kontraksi atau relaksasi untuk mengantisipasi keadaan,
sehingga posisi tetap seimbang terkendali.
Reseptor ini sangat peka terutama terhadap perubahan percepatan
linear (lurus) dan angular (berputar). Vestibular ini sangat berperan
untuk ikut menjaga keseimbangan tubuh. Pusat keseimbangan tubuh
pada otak juga menerima pancaran rangsangan dari saraf aferen mata,
sehingga apa yang dilihat oleh mata juga akan merangsang pusat
keseimbangan yang ada di otak. Dengan demikian terjadi kerjasama
yang sangat erat antara mata dan pusat keseimbangan tubuh dalam
mengatur keseimbangan tubuh (Santika, 2014).
2.2.2 Alat Ukur Keseimbangan Dinamis
Pengukuran keseimbangan dinamis dilakukan dengan
menggunakan tes keseimbangan dinamis (Modified Bass Test of
Dynamic Balance) (Nur Ichsan Halim, 2004:141-143). Posisi awal
sampel berdiri satu kaki dengan tumpuan kaki kanan, kemudian lompat
ke tanda pertama bertumpu dengan kaki kiri, kemudian pertahankan
sikap berdiri dalam posisi statis selama 5 detik. Selanjutnya lompat
kembali ke tanda kedua bertumpu dengan kaki kanan kemudian
pertahankan sikap selama 5 detik. Dilanjutkan dengan kaki lain,
11
melompat dan mempertahankan posisi statis selama 5 detik sampai tes
ini diselesaikan. Ujung telapak kaki sampel harus benar-benar dapat
menutupi setiap tanda sehingga tidak dapat dilihat.
Percobaan dikatakan berhasil apabila setiap tanda tertutup oleh
ujung telapak kaki, tumit tidak menyentuh lantai atau bagian badan
lainnya serta dapat mempertahankan sikap statis setiap tanda selama 5
detik dengan ujung telapak kaki tetap menutupi tanda dan berdiri tegak
dengan tumpuan satu kaki. Ujung kaki yang lain diletakkan dibelakang
lutut kaki lainnya dan letakkan kedua tangan dipinggul. Pada saat aba-
aba diberikan pada sampel untuk mengangkat tumitnya dari lantai atau
menjinjit dan pertahankan sikap ini selama mungkin, tumit tanpa
menyentuh lantai atau menggeserkan ujung telapak kaki dari tempat
semula atau memindahkan kedua tangan dari pinggul.
Penilaian diberikan setiap keberhasilan pendaratan maupun
upaya menutupi tanda secara berturut-turut mendapat skor 5 dan 5, skor
berikutnya untuk setiap detik dapat mempertahankan keseimbangan
statisnya. Setiap peserta tes akan memperoleh 10 skor untuk setiap tanda
atau mendapat 100 skor secara keseluruhan apabila dapat menyelesaikan
seluruh rangkaian tes tersebut. Setiap keseimbangan 5 detik harus
disebutkan dengan keras dengan satu skor untuk setiap detik dan catat
nilainya pada setiap tanda. (Sampel dipersilahkan mereposisi sendiri
untuk 5 detik keseimbangan setelah gagal mendarat). Waktu terbaik dari
tiga kali kesempatan dicatat sebagai hasil akhir peserta tes (Mappaompo,
2012), seperti disajikan pada gambar 2.1.
12
Gambar 2.1 Modified BassTest of Dynamic Balance (Mappaompo, 2012)
2.2.3 Fisiologi Keseimbangan Dinamis
Keseimbangan merupakan tugas kontrol motorik kompleks yang
melibatkan deteksi dan integrasi informasi sensorik untuk menilai posisi
dan gerakan tubuh dalam ruang dan pelaksanaan respon muskuloskeletal
yang sesuai untuk mengontrol posisi tubuh dalam konteks lingkungan
dan tugas. Kontrol keseimbangan memerlukan interaksi sistem saraf,
muskuloskeletal dan efek kontekstual dari lingkungan.
Komponen kontrol keseimbangan pada sistem saraf yaitu: 1)
Proses sensori yang melibatkan visual, vestibular, dan sistem
somatosensorik, 2) Integrasi sensorimotor penting untuk
menghubungkan sensasi ke respon motor serta untuk adaptasi dan
antisipasi, 3) Strategi motorik untuk merencanakan, memprogram, dan
mengeksekusi respon keseimbangan. Kontribusi dari sistem
13
muskuloskeletal meliputi alignment postural, fleksibilitas
muskuloskeletal seperti lingkup gerak sendi (LGS), integrasi sendi,
performa otot, dan sensasi (sentuhan, tekanan, vibrasi, proprioseptif dan
kinestetik). Efek kontekstual dari lingkungan yang berinteraksi dengan
keduanya, yaitu: pencahayaan, permukaan, dan gravitasi (Kisner and
Colby, 2007).
Tujuan dari tubuh untuk mempertahankan keseimbangan adalah
menyangga tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk
mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang
tumpu, serta menstabilkan bagian tubuh ketika bagian tubuh lain
bergerak. Komponen-komponen yang mengkontrol keseimbangan
adalah sebagai berikut:
a. Sistem neurologis
Sistem informasi neurologis antara lain berasal dari sistem
ekstrapiramidal, ganglia basalis, dan serebelum. Sistem
ekstrapiramidal dianggap sebagai suatu satuan fungsional, dapat
dikatakan sistem tersebut tersusun dari bagian-bagian ektrapiramidalis
pada korteks serebri, nuclei thalamikus yang berhubungan dengan
striatum, korpus striatum, subthalamus, serta sistem rubralis dan
retikularis. Sistem ekstrapiramidal berlawanan dengan sistem
piramidal yang lebih langsung, mencapai tingkat segmental setelah
berputar-putar dahulu dengan rangkaian yang diputus secara sinapsis
pada basal ganglia, ganglia subkortikalis, dan daerah retikularis
(Chusid, 1993).
14
Sistem ekstrapiramidalis dianggap sebagai suatu sistem
fungsional dengan tiga lapisan integrasi yakni kortikal, striata (basal
ganglia) dan segmental (mesencephalon). Fungsi utama dari sistem
ekstrapiramidalis berhubungan dengan gerakan yang berkaitan
dengan pengaturan sikap tubuh dan integrasi otonom (Chusid, 1993).
Lesi dalam sistem ekstrapiramidalis dapat mengakibatkan pasien sulit
memelihara keseimbangan pada saat sedang berdiri dan sulit
mempertahankan posisi tubuhnya pada saat duduk, sulit mengubah
posisi dari kedudukan horisontal menjadi sikap duduk, sulit memutar
dari posisi terlentang menjadi tengkurap (Price and Wilson, 1995),
seperti disajikan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Traktus Ekstrapiramidalis (Duus, 2010)
Ganglia basalis terdiri dari nukleus kaudatus, putamen, dan
globus palidus yang merupakan subkortikal (bagian dari otak secara
langung di bawah korteks serebri). Ketiga bagian dari ganglia basalis
ini saling bertukar informasi dengan talamus dan korteks serebri.
Informasi sensori masuk dari talamus dan korteks serebri menuju ke
ganglia basalis melalui nukleus kaudatus dan putamen. Ganglia
15
basalis berfungsi untuk modulasi gerakan volunter tubuh, perubahan
sikap tubuh, dan integrasi otonom. Ganglia basalis berperan khusus
dalam gerakan ekstremitas secara halus. Kerusakan ganglia basalis
akan mengakibatkan kaku dan tremor. Ganglia basalis seperti
disajikan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Ganglia Basalis (Netter, 2011)
Serebelum memegang peranan penting dalam keseimbangan,
karena serebelum mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai
koordinasi pergerakan sadar yang terampil dengan mempengaruhi
aktivitas otot dan mengontrol keseimbangan dan tonus otot melalui
hubungan dengan sistem vestibularis dan sumsum tulang belakang,
serta neuron motorik gama. Kelainan pada serebelum memiliki tanda
yang khas yaitu hipotonia (berkurangnya tonus otot), dan ataksia
(hilangnya kontraksi otot yang terkoordinasi untuk menghasilkan
gerakan-gerakan halus), gangguan keseimbangan yang ditandai
16
dengan jalan yang tidak mantap dan berayun ketika berdiri (DeGroof,
1997).
b. Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular dan
somatosensoris. Sistem visual (penglihatan) mempunyai tugas penting
bagi kehidupan manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang
posisi tubuh terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan
objek sekitarnya. Tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap
perubahan yang terjadi di lingkungan dengan input visual. Sistem
visual memberikan informasi ke otak kemudian otak memberikan
informasi supaya sistem musculoskeletal dapat bekerja secara sinergis
untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (Watson and Black,
2008).
Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan,
gerakan kepala, dan gerakan bola mata. Sistem ini meliputi organ-
organ di dalam telinga bagian dalam. Berhubungan dengan sistem
visual dan pendengaran untuk merasakan arah dan gerakan kepala.
Cairan yang disebut endolymph mengalir melalui tiga kanal telinga
bagian dalam sebagai reseptor saat kepala bergerak miring dan
bergeser. Gangguan fungsi vestibular dapat menyebabkan vertigo atau
gangguan keseimbangan. Alergi makanan, dehidrasi, dan trauma
kepala/leher dapat menyebabkan disfungsi vestibular. Melalui refleks
vestibule-reticular mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika
melihat objek yang bergerak. Kemudian pesan-pesan diteruskan
17
melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di
batang otak (brain stem). Beberapa stimulus tidak menuju langsung
ke nukleus vestibular tetapi ke serebrum, formation retikularis,
thalamus dan korteks serebri (Watson and Black, 2008).
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor
labirin, formatio reticularis dan serebelum. Hasil dari nukleus
vestibuler menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama
ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan
otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem
vertibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural. Sistem
somatosensoris terdiri dari taktil dan proprioseptif serta persepsi
kognitif. Informasi proprioseptif disalurkan ke otak melalui kolumna
dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)
proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke
korteks serebri melalui lumnikulus medialis dan talamus (Watson and
Black, 2008).
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang
sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indera dalam
dan sekitar sendi. Alat indera tersebut adalah ujung-ujung saraf yang
beradaptasi lambat di sinovial dan ligamentum. Impuls dari alat
indera ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain serta otot
diproses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang
(Willis, 2007).
18
c. Respon otot-otot postural yang sinergis
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu
dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa
kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi
mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur
keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada
tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon
dari otot-otot postural bekerja secara sinergis sebagai reaksi dari
perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi dan alignment tubuh.
Kerja otot yang sinergis berarti bahwa adanya respon yang tepat
(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam
melakukan fungsi gerak tertentu (Irfan, 2010).
d. Kekuatan otot (muscle strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan
aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari
adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan
otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot untuk menahan
beban, baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban
internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan
sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf
mengaktivasi otot untuk melakukan kontraksi. Semakin banyak
serabut otot yang teraktivasi, maka semakin besar pula kekuatan yang
dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul
19
harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat
adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung
dengan kemampuan otot untuk melawan gravitasi serta beban
eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi
tubuh (Irfan, 2010).
e. Adaptive system
Adaptive system merupakan kemampuan adaptasi untuk
memodifikasi input sensoris dan output motorik ketika terjadi
perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.
Kemampuan adaptasi dapat mempengaruhi perubahan dari input
sensoris dan output motorik (Irfan, 2010).
f. Lingkup gerak sendi (joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan
mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan
keseimbangan yang tinggi. Masukan dari vestibular, visual dan
somatosensorik biasanya dikombinasikan dengan baik untuk
menghasilkan rasa dari orientasi dan gerakan. Dari informasi sensoris
diintegrasi dan diproses di serebelum, basal ganglia dan area motorik
suplementer. Informasi somatosensorik memiliki waktu proses
tercepat untuk respon cepat, diikuti oleh masukan dari visual dan
vestibular. Ketika informasi sensoris dari salah satu sistem tidak
akurat karena suatu cedera, central nervous system akan menekan
informasi dan menyeleksi dan mengkombinasikan informasi dari
20
kedua sistem yang lain. Proses adaptasi inilah yang disebut organisasi
sensorik. Kebanyakan individu dapat mengkompensasi dengan baik
jika salah satu dari ketiga sistem terganggu, ini merupakan konsep
dasar untuk program terapi (Irfan, 2010).
Keseimbangan terbesar adalah ketika center of mass (COM)
atau center of gravity (COG) tubuh dipertahankan di atas base of
support (BOS). COM adalah titik yang sesuai dengan pusat massa
tubuh dan merupakan titik dimana tubuh berada dalam kondisi
keseimbangan yang sempurna. Hal itu ditentukan dengan mencari
rata-rata dari COM dari setiap segmen tubuh. COG merupakan
proyeksi vertikal dari COM ke tanah. Pada posisi anatomi, COG pada
sebagian besar orang dewasa terletak sedikit di depan vertebra sakral
ke-2 atau sekitar 55% dari ketinggian orang. BOS didefinisikan
sebagai batas pinggir bidang kontak antara tubuh dan permukaan
dukungan penempatan kaki mengubah BOS dan stabilitas postural
seseorang. Selama orang mempertahankan COG dalam batas BOS,
orang tersebut tidak akan terjatuh (Kisner and Colby, 2007).
Tubuh secara terus menerus menyesuaikan posisinya dalam
ruang untuk mempertahankan keseimbangan dengan menjaga COM
di atas BOS atau membawa COM ke posisinya setelah mengalami
gangguan (Kisner and Colby, 2007). Supaya hal tersebut bisa tetap
berlangsung dengan baik diperlukan adanya stabilitas yang baik dari
core muscle. Aktivasi pada core muscle memungkinkan distribusi
yang tepat dari kekuatan, kontrol gerakan yang tepat dan efisien,
21
penyerapan tekanan dan gesekan yang memadai pada rantai kinetik.
Muscle transversus abdominalis dan multifidus dianggap sebagai
stabilizing muscles (otot yang termodulasi secara terus menerus oleh
sistem saraf pusat dan memberikan umpan balik tentang posisi sendi).
Kokontraksi pada kedua otot tersebut telah terjadi sebelum terjadinya
gerakan pada anggota gerak. Transver abdominalis aktif 30 detik
sebelum gerakan gelang bahu dan 110 detik sebelum gerakan kaki
(Fredericson and Moore, 2005).
Central nervous system menggunakan tiga sistem pergerakan
untuk mengembalikan keseimbangan setelah terjadi permasalahan.
Stretch reflexes, diperantarai oleh medula spinalis memberikan respon
pertama setelah terjadi masalah (memiliki latensi yang pendek <70
ms). Voluntary responses, mempunyai latensi yang panjang lebih dari
150 ms. Automatic postural mempunyai latensi menengah yaitu 80-
120 ms, respon pertama yang efektif mencegah jatuh.
Strategi utama yang digunakan tubuh untuk memulihkan
keseimbangan dalam menanggapi adanya gangguan tiba-tiba dari
permukaan tumpuan. Ankle strategies yaitu gerakan dari pergerakan
kaki untuk mengembalikan COM ke posisi yang stabil (dalam posisi
yang tenang dan gangguan kecil). Hip strategies yaitu menggunakan
gerakan cepat fleksi dan ekstensi panggul untuk memindahkan COM
dalam BOS (untuk gangguan yang cepat dan besar atau gerakan
dengan COG dekat dengan batas stabilitas). Stepping strategies yaitu
melangkah ke depan atau belakang untuk memperlebar BOS dan
22
mengembalikan kontrol keseimbangan (jika ada kekuatan besar yang
menggeser COM keluar dari batas stabilitas) (Kisner and Colby,
2007).
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan diantaranya yaitu:
2.2.4.1 Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi diantaranya:
a. Pusat gravitasi (center of gravity-COG)
Center of gravity merupakan titik gravitasi yang terdapat
pada semua benda baik benda hidup maupun mati, titik gravitasi
terbaik terdapat pada titik tengah benda tersebut. Fungsi dari COG
adalah untuk mendistribusikan massa benda secara merata. Pada
manusia jika beban tubuh selalu ditopang oleh titik ini maka tubuh
dalam keadaan yang seimbang. Tetapi jika terjadi perubahan postur
maka titik pusat gravitasi pun berubah, sehingga akan
mengakibatkan gangguan keseimbangan (unstable). Titik pusat
gravitasi akan selalu berpindah secara otomatis sesuai dengan arah
atau perubahan berat, jika COG terletak di dalam dan tepat di
tengah maka tubuh akan seimbang. Jika berada di luar tubuh maka
akan terjadi keadaan unstable (Bishop and Hay, 2009).
23
Gambar 2.4 Center of Gravity (Irfan, 2010)
Pusat gravitasi pada tubuh sangat penting diperhatikan untuk
meningkatkan keseimbangan. Keseimbangan ini pun dapat
diperkuat dengan adanya otot-otot dari leher serta stabilitator utama
(core stability) dan juga otot tungkai yang merupakan otot yang
sangat penting untuk mempertahankan tubuh agar tetap seimbang.
Otot-otot stabilisator sangat penting dilatih dan diperkuat untuk
dapat mempertahankan keseimbangan tubuh.
b. Garis gravitasi (line of gravity-LOG)
Garis gravitasi adalah garis imajiner yang berada vertikal
melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Derajat stabilitas tubuh
ditentukan oleh hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi