KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, Puji Syukur penyusun panjatkan kehadiran ALLAH
SWT dengan terselesaikannya Refreshing yang berjudul Mata Merah
Visus Normal.
Refreshing ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan
klinik stase Mata di RS Islam Jakarta Pondok Kopi.
Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Hj. Hasri Darni, Sp.M sebagai pembimbing.
2. Orang tua, yang selalu mendoakan untuk keberhasilan
penyusun.3. Teman-teman sejawat atas dukungan dan
kerjasamanya.Semoga dengan adanya Refreshing ini dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan dan berguna bagi semua pihak yang
terkait.
Penyusun menyadari bahwa Refreshing ini sangat jauh dari
sempurna, karenanya penyusun mengharapkan saran dan kritiknya.
Terima kasih.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Jakarta, februari 2010 PenyusunBAB IPENDAHULUANMata Merah
Mata akan terlihat merah bila bagian putih mata atau sklera yang
ditutup konjungtiva menjadi merah. Pada mata normal, sklera
berwarna putih karena dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan
kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva
terajadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun
berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh
darah.
Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang
terjadi pada peradangan mata akut, misalnya konjungtivitis,
keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis, pleksus arteri
perikornea yang lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaukoma
akut kongestif. Pada konjungtivitis dimana pembuluh darah
superfisial yang melebar, maka bila diberi efinefrin topikal
terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan menjadi putih. Anatomi
Mata
Bola mata dibungkus oleh tiga lapis jaringan, yaitu :1.
Sklera
Merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang
memudahkan sinar masuk kedalam bola mata.2. Uvea
Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea terdiri
atas iris, badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil dan
badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan
bilik mata (aquous humor).3. Retina
Retina terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis
sebanyak 10 lapisan yang merupakan lapisan neurosensoris yang akan
merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke
otak.
Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina
berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk
urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian yang
dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini
disebut bintik buta.
Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola
mata terbagi dua, yaitu bagian depan terletak di depan lensa berisi
carian yang disebut aqueous humor dan bagian belakang terletak di
belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut
berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar.
Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari
kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam
kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap
iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf.
Radang konjungtiva disebut konjungtivitis.
Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan
yang keluar dari kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang
terdapat di bawah alis.
Air mata mengandung lendir, garam, dan antiseptik dalam jumlah
kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam mata. Konjungtiva merupakan
membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian :
1. Konjungtiva tarsal, yang menutupi tarsus
2. Konjungtiva bulbi, yang menutupi sklera
3. Konjungtiva fornix, adalah tempat peralihan konjungtiva
tarsal dan konjungtiva bulbi
Fisiologi
Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami
pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus
humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di
kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada
bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka terhadap sinar.
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel
konus) dan sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen
lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen
akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat
pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi
untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus
berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna,
makin ke tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di
daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin,
yaitu suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar,
misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi protein
dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan
gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut
adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu
adaptasi, mata sulit untuk melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang
merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel
konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru.
Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap
spektrum warna. Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan
buta warna. BAB II
PEMBAHASAN
MATA MERAH VISUS NORMAL
INJEKSI KONJUNGTIVAL
Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau
injeksi konjungtival ini dapat terjadi akibat pengaruh mekanis,
alergi, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.
Injeksi konjungtival mempunyai sifat :
Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri
konjungtiva bulbi yang mudah lepas dari dasarnya sklera.
Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan
didaerah forniks.
Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian perifer, karena
asalnya dari bagian perifer atau arteri siliar anterior.
Berwarna pembuluh darah yang segar.
Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara
Gatal
Fotofobia tidak ada
Pupil ukuran normal dengan reaksi normal.INJEKSI SILIAR
Melebarnya pembuluh darah perikornea (a. siliar anterior) atau
injeksi siliar atau injeksi perikornea terjadi akibat radang
kornea, tukak kornea, benda asing pada kornea, radang jaringan
uvea, glaukoma, endoftalmitis atau panoftalmitis.
Injeksi siliar ini mempunyai sifat :
Berwarna lebih ungu dibanding dengan pelebaran pembuluh darah
konjungtiva.
Pembuluh darah tidak tampak
Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan,
karena menempel erat dengan jaringan perikornea.
Ukuran sangat halus terletak di sekitar kornea , paling padat,
sekitar kornea, paling padat sekitar kornea, dan berkurang ke arah
forniks
Pembuluh darah perikornea tidak menciut bila diberi epinefrin
atau adrenal 1: 1000
Hanya lakrimasi
Fotofobia
Sakit tekan yang dalam sekitar kornea
Pupil iregular kecil (iritis) dan lebar (glaukoma)
Diagnosis banding melebarnya (injeksi) pembuluh darah
Injeksi
konjungtivalInjeksi siliar/perikornealInjeksi epikleral
Asala.konjungtiva posteriora.siliara.siliar longus
MemperdarahiKonjungtiva bulbiKornea segmen
antgeriorIntraokular
LokalisasiKonjungtivaDasar konjungtivaEpisklera
WarnaMerahUngu Merah gelap
Arah aliran/lebarKe periferKe sentralKe sentral
Konjungtiva digerakkanIkut bergerak Tidak bergerakTidak
bergerak
Dengan Epinefrin 1:1000MenciutTidak menciutTidak menciut
PenyakitKonjungtivaKornea,iris, glaukomaGlaukoma endoftalmitis
panoftalmitis
Sekret+--
PenglihatanNormalMenurunSangat turun
Mata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi
konjungtival dapat memberikan gejala bersama-sama dengan keluhan
dan gejala tambahan lain berikut:
1. Penglihatan menurun
2. Terdapat atau tidak terdapatnya sekret
3. Terdapatnya peningkatan tekanan bola mata pada keadaan mata
merah tertentu sehingga diperlukan pemeriksaan tekanan bola
mata.
Umumnya pada mata merah terdapat beberapa kemungkinan penyebab
seperti konjungtivitis akut, iritis akut, keratitis, tukak kornea,
skleritis,, episkleritis, glaukoma akut, endoftalmitis, dan
panoftalmitis.PTERIGIUM
Gambar 1. Tampak jaringan fibrovaskuler konjungtiva.
Definisi
Pterygium merupakan penebalan lipatan konjungtiva bulbi yang
berbentuk segitiga dengan banyak pembuluh darah. Punvaknya terletak
dikornea dan dasarnya dibagian perifer. Biasanya terletak di celah
kelopak dan sering meluas ke daerah pupil.1PenyebabPenyebab pasti
dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang paling
umum adalah :
1. Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan
2. Bekerja di luar rumah
3. Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu,
kotoran, panas, angin, kekeringan dan asap.
4. Paparan berlebihan pada alergen seperti bahan kimia dan
solvent2EpidemiologiUmum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di
daerah yang beriklim tropis3. Klasifikasi Pterygium
Tipe 1
Meluas kurang dari 2 mm di atas kornea. Timbunan besi
(ditunjukkan dengan Stocker line) dapat terlihat di epitel kornea
bagian anterior/depan pterygium. Lesi/jejas ini asimtomatis,
meskipun sebentar-sebentar dapat meradang (intermittently
inflamed). Jika memakai soft contact lense, gejala dapat timbul
lebih awal karena diameter lensa yang luas bersandar pada ujung
kepala pterygium yang sedikit naik/terangkat dan ini dapat
menyebabkan iritasi.
Tipe 2
Melebar hingga 4 mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent)
sehingga perlu tindakan pembedahan. Dapat mengganggu precorneal
tear film dan menyebabkan astigmatisme.
Tipe 3
Meluas hingga lebih dari 4 mm dan melibatkan daerah penglihatan
(visual axis). Lesi/jejas yang luas (extensive), jika kambuh, dapat
berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva dan meluas hingga ke
fornix yang terkadang dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan
mata3.
Gambar 2. Pterigium
Gejala
Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa
orang, pterigyum akan tetap kecil dan tidak mempengaruhi
penglihatan. Pterygium ini diperhatikan karena alasan kosmetik.
Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan dapat
meyebabkan kaburnya penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa
sakit.Gejalanya termasuk :
1. Mata merah
2. Mata kering
3. Iritasi
4. Keluar air mata (berair)
5. Sensasi seperti ada sesuatu dimata
6. Penglihatan yang kabur4Diagnosis
Diagnosis pterigium dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
berikut:1. Pemeriksaan Visus
2. Slit lamp
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk :
1. Mengevaluasi ukuran
2. Mencegah inflamasi
3. Mencegah infeksi
4. Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi
dilakukan4Observasi
Pemeriksaan mata secara berkala, biasanya ketika pterygium tidak
menimbulkan atau menimbulkan gejala yang minimal.
Apabila gejala bertambah berat, dapat ditambahkan :
1. Medikamentosa
Dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi,
kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi, lubrikasi okular seperti
airmata buatan.
2. Therapy radiasi
Operasi
Apabila penglihatan menjadi kabur, maka pterygium harus
dioperasi. Akan tetapi pterygium dapat muncul kembali. Pemberian
mytomycin C to aid in healing dan mencegah rekurensi, seusai
pengangkatan pterygium dengan operasi, selain itu menunda operasi
sampai usia dekade 4 dapat mencegah rekurensi.Pencegahan
Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari,
debu, dan angin, misalnya dengan memakai kacamata hitam.
PSEUDOPTERIGIUM
Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea
yang cacat. Sering pseudopterigium ini terjadai pada proses
penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea.
Letak pseudopterygium ini pada daerah konjungtiva yang terdekat
dengan proses kornea sebelumnya5.
PTERIGIUMPSEUDOPTERIGIUM
1. LokasiSelalu di fisura palpebraSembarang lokasi
2.Progresifitas Bisa progresif atau stasionerSelalu
stasioner
3.Riwayat peny.Ulkus kornea (-) Ulkus kornea (+)
4.Tes sondase NegatifPositif
Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan,
kecuali sangat mengganggu visus, atau alasan
kosmetik6.PINGUEKULA
Definisi
Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang
merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa
konjungtiva5.Pinguecula sangat umum terjadi, tidak berbahaya,
biasanya bilateral (mengenai kedua mata). Pinguecula biasanya
tampak pada konjungtiva bulbar berdekatan dengan limbus nasal (di
tepi/pinggir hidung) atau limbus temporal. Terdapat lapisan
berwarna kuning-putih (yellow-white deposits), tak berbentuk
(amorphous) 3 Patogenesis
Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa
rangsangan luar mempunyai peranan pada timbulnya pinguekula.
Sebagai rangsangan luar antara lain adalah panas, debu, sinar
matahari, udara kering6.Pengobatan
Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut
yang disebut pinguekulitis, maka diberikan steroid
lemah.Pencegahan
Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan Gambar 3. Pinguekula
HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA
Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana
pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteiosklerosis,
konjungtivitis hemorraghik, pemakaian antikoagulan, batuk rejan).
Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung
atau tidak langsung, yang kadang menutupi perforasi jaringan bola
mata yang terjadi.
Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan
spontan dalam waktu 1-3 minggu5.EPISKLERITIS SKLERITIS
Episkleritis
Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak
anatara konjungtiva dan permukaan sklera.
Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan
usia pertengahan dengan bawaan penyakit rematik.
Keluhannya dapat berupa :
1. mata terasa kering
2. rasa sakit yang ringan
3. mengganjal
4. konjungtiva yang kemotik.
Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor, pada keadaan
yang berat diberi kortikosteroid tetes mata atau sistemik atau
salisilat.
Pada episkleritis penglihatan normal, dapat sembuh sempurna atau
bersifat residif
Gambar 4. Episkleritis Skleritis
Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna
putih yang melapisi mata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan
atau penyakit sistemik. Skleritis dibedakan menjadi :
1. skleritis anterior diffus
Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan
sklera, umumnya mengenai sebagian sklera anterior, peradangan
sklera lebih luas, tanpa nodul.
2. Skleritis nodular
Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari
dasarnya, berwarna merah, berbeda dengan nodul pada episkleritis
yang dapat digerakkan.3. Skleritis nekrotik
Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang
berat6.
Gambar 5. Skleritis Gejala
Kemerahan pada sklera dan konjungtiva
Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi,
alis dan dagu yang kadang membangunkan sewaktu tidur akibat
sakitnya yang sering kambuh.
Fotofobia
Mata berair
Penglihatan menurun5Pengobatan
Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat.
Apabila ada penyakit yang mendasari, maka penyakit tersebut perlu
diobati.
KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya
terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran
secret.
Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi
toksik, dan molluscum contagiosum.VIRUSBAKTERIALERGI
GATALMinimalMinimalBerat
HIPEREMIMenyeluruhMenyeluruhMenyeluruh
LAKRIMASI+ +++
EKSUDAT (SEKRET)Minimal (serous, mukous)Banyak (muko-
purulen/purulen)Minimal (benang)
ADENOPATI+Jarang-
SEL-SELMonositPMNEosinofil
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa
hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi,
eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseodoptosis
akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel,
membrane, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti
ada benda asing, dan adenopati preaurikular.Biasanya sebagai reaksi
konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada
konjungtiva.
Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat
pula ditinjau dari gambaran klinisnya yaitu :
1. Konjungtivitis Kataral
2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
3. Konjuntivitis Membran
4. Konjungtivitis Folikular
5. Konjungtivitis Vernal
6. Konjungtivitis Flikten
Konjungtivitis KataralEtiologi
Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok
aureus, Pneumokok, Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch
Weeks.
Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan
kimia seperti bahan kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan
kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis
kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai
konjungtivitis.
Gambaran Klinis
Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel,
tanpa cobble-stone, tanpa flikten, terdapat sekret baik serous,
mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya). Dapat disertai
blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.
Pengobatan
Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya.
Apabila penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan
antibiotik, seperti : tetrasiklin, kloromisetin, dan lain-lain.
Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat
anti-virus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek.
Konjungtivitis Purulen, MukopurulenEtiologi
Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi
(terutama yang berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai
konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan penyebab,
yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan
golongan klamidia (klamidia okulogenital)
Gambaran Klinis
Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis
kataral. Konjungtivitis Purulen ditandai sekret purulen seperti
nanah, kadang disertai adanya pseudomembran sebagai massa putih di
konjungtiva tarsal. Pengobatan
Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif. Penderita
harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari
sekret sebelum pengobatan.Antibiotik lokal dan sistemik
AB sistemik pd dewasa : Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr +
irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr selama 5 hr +
irigasi AB sistemik pd neonatus : Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12
jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000 IU/kgBB/hr dibagi dl 4
dosis selama 7 hr + irigasi saline Konjungtivitis Membran
Etiologi
Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok
hemolitik dan infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran
disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi
pneumokok.
Gambaran Klinis
Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa
putih pada konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva
bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu membran dan
pseudomembran.
Pengobatan
Tergantung pada penyebabnya.
Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan
antibiotik yang sensitif.
Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan
injeksi penisillin sesuai umur, pada anak-anak diberikan penisillin
dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi
penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk mencegah
gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin
difteria 20.000 unit 2 hari berturut-turut.
Konjungtivitis Folikular
Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu
konjungtivitis viral, konjungtivitis klamidia, konjungtivitis
follikular toksik dan konjungtivitis follikular yang tidak
diketahui penyebabnya.Jenis Konjungtivitis Follikular
1. Kerato-Konjungtivitis EpidemiEtiologiInfeksi Adenovirus type
8, masa inkubasi 5-10 hariGambaran Klinis Dapat mengenai anak-anak
dan dewasa
Gejala radang mata timbul akut dan selalu pada satu mata
terlebih dahulu. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri
tekan, kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemi,
konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat pendarahan subkonjungtiva. Pada
akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru timbul gejala di
kornea. Pada kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial,
subepitel.
Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti
ada pasir. Gejala radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi
kelainan kornea dapat menetap berminggu-minggu, berbulan-berbulan
bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya penyakit.
PengobatanTidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan
pemberian obat lokal sulfasetamid atau antibiotik untuk mencegah
infeksi sekunder.2. Demam Faringo-KonjungtivaEtiologi
Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3
Gambaran Klinis
Lebih sering pada anak daripada orang dewasa.Terdapat demam,
disamping tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan faringitis
akut. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar. Lebih sering mengenai
dua mata, kelopak mata membengkak.
Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan
kornea, yaitu terdapat infiltrat bulat kecil superfisial.
Faringitis timbul beberapa hari setelah timbulnya konjungtivitis
follikular akut.Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik3. Konjungtivitis Hemorraghik
Akut
Etiologi
Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2
hariGambaran Klinis
Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir,
berair dan diikuti rasa gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan
untuk beberapa jam atau satu dua hari kemudian diikuti peradangan
akut mata yang lain.Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang
sampai dua minggu.
Pengobatan
Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian
tetes mata sulfasetamid atau antibiotik.4. Konjungtivitis New
Castle
Etiologi
Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hariKonjungtivitis ini
biasanya mengenai orang-orang yang berhubungan dengan unggas,
penyakit ini jarang dijumpai.
Gambaran Klinis
Gambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal
hiperemi dan hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat
lebih banyak pada konjungtiva tarsal inferior. Pada konjungtiva
tarsal dapat ditemukan perdarahan dan pada konjungtiviis ini
biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan.
Sering unilateral
Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair,
silau dan rasa sakit.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi
antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.5. Inclusion
KonjungtivitisEtiologi
Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari
Gambaran Klinis
Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan
gambaran ini terdapat pada orang dewasa dan didapatkan sekret
mukopurulen, sedang pada bayi gambaran kliniknya adalah suatu
konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion
blenorrhoe.Pengobatan
Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid
atau eritromisin6. TrachomaEtiologi
Klamidia trakomaGambaran Klinis
Gambaran klinik terdapat empat stadium :1. Stadium Insipiens
atau permulaan
Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior,
pada kornea di daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata
epitel dan subepitel. Kelainan kornea akan lebih jelas apabila
diperiksa dengan menggunakan tes flurosein, dimana akan terlihat
titik-titik hijau pada defek kornea.
2. Stadium akut (trakoma nyata)
Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior,
beberapa folikel matur berwarna abu-abu 3. Stadium sikatriks
Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior
yang terlihat seperti garis putih halus. Pannus pada kornea lebih
nyata.4. Stadium penyembuhan
trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan
PengobatanPemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari
selama dua bulan. Apabila perlu dapat diberikan juga sulfonamid
oral.Konjungtivitis VernalEtiologi
Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik, lebih sering terkena
pada anak laki-laki usia dibawah 14 tahun. Udara panas dapat memicu
timbulnya konjungtivitis ini.Gambaran Klinis
Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada
mata, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda
khas adanya cobble-stone di konjungtiva tarsalis superior, yang
biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi bisa juga pada satu mata.
Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila
terdapat infeksi sekunder.
Pengobatan
Kortikosteroid tetes atau salep mata. Konjungtivitis
FliktenEtiologi
Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen
tertentu (hipersensitivitas tipe IV). Gizi buruk dan sanitasi yg
jelek merupakan faktor predisposisi
Lebih sering ditemukan pd anak-anakGejala
Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di
limbus, flikten dapat juga dijumpai di konjungtiva bulbi,
konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini dapat mengenai dua
mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering
kambuh
Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat
berakibat gangguan penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka
dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus sampai berakibat eksema
kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan
silau.Pengobatan
Usahakan mencari penyebab primernya
Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salep
Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat
kemunginan terdapat infeksi bakteri sekunder.KONJUNGTIVITIS
SIKA
Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu
keadaan keringnya permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi
kelenjar lakrimal.
Etiologi
Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi
komponen lemak air mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan
berlebihan atau karena parut kornea atau hilangnya mikrovili
kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit
autoimun lain, disebut sebagai sindrom sjogren.
Manifestasi Klinis
Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang
penglihatan kabur. Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan,
sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering, dan terdapat
erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva bulbi,
hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang mucus
kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah. Keluhan berkurang
bila mata dipejamkan.
Komplikasi
Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan
noevaskularisasi kornea.
Penatalaksanaan
Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang
mendasarinya. Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat
pengawet kerena bersifat toksik bagi kornea dan dapat menyebabkan
reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi
drainase air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau
plug kolagen.
BAB IIIKESIMPULAN
Mata akan terlihat merah bila bagian putih mata atau sklera yang
ditutup konjungtiva menjadi merah. Pada mata normal, sklera
berwarna putih karena dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan
kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva
terajadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun
berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh
darah.
Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang
terjadi pada peradangan mata akut, misalnya konjungtivitis,
keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis, pleksus arteri
perikornea yang lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaukoma
akut kongestif. Pada konjungtivitis dimana pembuluh darah
superfisial yang melebar, maka bila diberi efinefrin topikal
terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan menjadi putih.
Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah:
Arteri konjungtiva posterior, memperdarahi konjungtiva bulbi
Arteri siliar anterior atau episklera, yang memberikan
cabang:
Arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri
siliar posterior longus bergabung membentuk arteri sirkular mayor
atau pleksus siliar, yang memperdarahi iris dan badan siliar.
Arteri perikornea, yang memperdarahi kornea.Melebarnya pembuluh
darah konjungtiva atau injeksi konjungtiva ini dapat terjadi akibat
pengaruh mekanis, alergis atau infeksi pada jaringan
konjungtiva.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
2. Vaughan, Daniel G et all, Oftalmologi Umum.Edisi 14, Jakarta:
Widya Medika,2000.3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ilmu Penyakit
Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Jakarta : Sagung
Seto, 2002