Top Banner
TINJAUAN PUSTAKA I. DEFINISI Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Keparahan luka bakar dikaji dengan menentukan (1) kedalaman cedera luka bakar, (2) persentase area permukaan tubuh yang terkena, dan (3) keterlibatan bagian tubuh khusus. Ada empat jenis utama luka bakar : termal, kimia, listrik, dan radioaktif. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persyarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit) dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar). Diagnosis luka bakar harus meliputi : 1. Etiologi 2. Derajat luka bakar 3. Luas luka bakar II. ETIOLOGI Luka bakar dapat disebabkan oleh banyak hal : I. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn) a. Gas
15

Tinjauan Pustaka Luka Bakar (Rm 2010)

Apr 24, 2015

Download

Documents

Atika Prissilia
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tinjauan Pustaka Luka Bakar (Rm 2010)

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Keparahan luka bakar dikaji dengan menentukan (1) kedalaman cedera luka bakar, (2) persentase area permukaan tubuh yang terkena, dan (3) keterlibatan bagian tubuh khusus. Ada empat jenis utama luka bakar : termal, kimia, listrik, dan radioaktif. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persyarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit) dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).

Diagnosis luka bakar harus meliputi :

1. Etiologi2. Derajat luka bakar3. Luas luka bakar

II. ETIOLOGI

Luka bakar dapat disebabkan oleh banyak hal :

I. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)a. Gasb. Cairanc. Bahan Padat (Solid)

II. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)III. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)IV. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)V. Luka Bakar Laser

Bahan kimia chemicals yang dapat menyebabkan luka bakar adalah Asam kuat atau basa kuat acids atau bases. Luka bakar akibat bahan kimia umumnya disebabkan karena sifat kimiawi bahan tersebut yang tajam dan dapat membakar kulit, seperti sodium hidroksida, silver nitrate, dan bahan kimia berbahaya lainnya (seperti asam sulfur ataupun asam nitrat). Asam hidroflorik dapat menyebabkan kerusakan tulang, namun jenis kerusakan yang terjadi sulit dibuktikan.

Page 2: Tinjauan Pustaka Luka Bakar (Rm 2010)

III. PATOFISIOLOGI

1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikutrusak sehingga dapat terjadi anemia.

2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula denganmembawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairanintra vaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara ½ % - 1 %, “Blood Volume ”setiap 1 % luka bakar.

Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).

3. Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yangkhas yaitu : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darahmenurun dan produksi urine menurun (kegagalan fungsi ginjal).

4. Pada kebakaran daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karenagas, asap atau uap panas yang terisa. Gejala yang timbul adalah sesak nafas,takipneu, stridor, suara serak dan berdahak berwarna gelap karena jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu mengikat oxygen lagi.

Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, binggung, pusing, mual dan muntah.

Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat CO,penderita akan meninggal.

5. Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik.Stres dan beban faali yang terjadi pada luka bakar berat dapat menyebabkan tukakdi mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama gejala tukak peptic.Kelainan ini dikenal dengan “Tukak Curling” yang dikhawatirkan pada Tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematesis melena.

IV. FASE LUKA BAKAR

1. Fase akut / fase syok / fase awal.

Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD /Unit luka bakar. Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita traumalainnya, akan mengalami ancaman dan gangguan airway (jalan napas), breathing(mekanisme bernafas) dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airwaytidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma , inhalasidalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematianutama penderita pada fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan

Page 3: Tinjauan Pustaka Luka Bakar (Rm 2010)

keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal/panas yangberdampak sistemik. Adanya syok yang bersifat hipodinamik dapat berlanjutdengan keadaan hiperdinamik yang masih berhubungan akibat probleminstabilitas sirkulasi.Permasalahan dan penanganan pada fase ini akan menjadi bahasan utama dalammakalah ini.

2. Fase Subakut

Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yangterjadi dapat menyebabkan beberapa masalah yaitu :a. Proses inflamasi atau infeksi.b. Problem penutupan lukac. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase Lanjut

Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawatjalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yanghipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.

V. DERAJAT LUKA BAKAR

Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytrenmembagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitusebagai berikut:

I. Luka bakar derajat I :Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik

berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorikteriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.

Page 4: Tinjauan Pustaka Luka Bakar (Rm 2010)

II. Luka bakar derajat IIKerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi

disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorikteriritasi.Dibedakan atas 2 (dua) bagian :A. Derajat II dangkal/superficial (IIA)

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak.Semua ini merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontandalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk cicatrik.B. Derajat II dalam / deep (IIB)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringanepitel tinggal sedikit. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjarkeringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dandisertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih darisatu bulan.

III. Luka bakar derajat IIIKerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai

mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung – ujung sensorik rusak Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

Page 5: Tinjauan Pustaka Luka Bakar (Rm 2010)

Klasifikasi Baru Penyebab Kedalaman Luka Bakar

Sensasi Bentuk Klinis

Superficial Thickness - Derajat I

Jilatan api;Sinar UV (terbakar oleh matahari)

Lapisan Epidermis

Nyeri Erythema (kemerahan), Rasa sakit seperti tersengat, blisters (Gelembung cairan)

Partial Thickness(Superficial) - Derajat II

Kontak dengan bahan air atau bahan padat;Jilatan api pada pakaian;Jilatan langsung kimiawi;Sinar UV

Epidermis Superficial (Lapisan Papillary) Dermis

Sangat Nyeri

Blisters (Gelembung cairan), Cairan bening ketika gelembung dipecah, dan rasa sakit nyeri;Berbintik-bintik yang kurang jelas putih, coklat, pink dan daerah merah coklat.

Partial Thickness(Deep) – Derajat II

Sampai pada lapisan berwarna putih, Tidak terlalu sakit seperti superficial derajat 2. sulit dibedakan dari full thickness

Full Thickness – Derajat 3 atau 4

Kontak dengan bahan cair atau padat;Nyala api;Kimia;Kontak dengan arus listrik

Dermis dan struktur tubuh dibawah dermis Fascia, Tulang, or Otot

Tidak sakit atau sedikit sakit.

Berat, adanya eschar seperti kulit yang meleleh, cairan berwarna , tidak didapatkan sensasi rasa sakit;Rambut mudah lepas bila dicabut.

VI. LUAS LUKA BAKAR

Wallace membagi tubuh atas bagian – nagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenaldengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.

Kepala dan leher → 9 % Lengan → 18 % Badan Depan →18 % Badan Belakang → 18 % Tungkai → 36 %

Page 6: Tinjauan Pustaka Luka Bakar (Rm 2010)

Genitalia/perineum →1 %Total : 100 %

Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak –anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

VII. KRITERIA BERAT RINGANNYA(American Burn Association)

a. Luka Bakar Ringan. Luka bakar derajat II <15 % Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak Luka bakar derajat III < 2 %

b. Luka bakar sedang Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa Luka bakar II 10 – 20 5 pada anak – anak Luka bakar derajat III < 10 %

Page 7: Tinjauan Pustaka Luka Bakar (Rm 2010)

c. Luka bakar berat Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak. Luka bakar derajat III 10 % atau lebih Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

VIII. Diagnosis Luka Bakar Diagnosis mungkin ditegakkan bila inspeksi dilakukan pada area luka bakar

yang kecil dan tidak mengalami komplikasi. Namun, untuk luka bakar yang luas, the American Burn Association merekomendasikan untuk melakukan penilaian tambahan. Bila luka bakar mengenai wajah atau leher, atau luas permukaan tubuh dengan persentase yang besar, pemeriksaan jalan napas sangat penting untuk memberikan intubasi akibat edema jalan napas. Selain itu, penentuan mekanisme cedera dan pemeriksaan fisik yang komprehensif untuk mengetahui daerah lain yang mengalami trauma perlu dilakukan.

Rumus sembilan digunakan untuk mengevaluasi persentase luas tubuh yang terbakar pada orang dewasa (usia di atas 15 tahun). Diagram Lund dan Browder digunakan untuk menentukan luas luka bakar pada anak.

Pengeluaran urine diawasi secara cermat selama periode syok luka bakar dan setelah penutupan kapiler. Hal ini untuk mengevaluasi keberhasilan pemberian cairan selama syok luka bakar. Kapiler mestinya tertutup kembali bila haluaran urine kembali normal.

Kedalaman luka dievaluasi untuk menentukan terapi pembedahan dan eksisi luka.

IX. PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT.

A. PRE-HOSPITALSeorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk

mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matika sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Janga membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis.

Page 8: Tinjauan Pustaka Luka Bakar (Rm 2010)

B. HOSPITAL

Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita trauma-trauma lainnya harus ditangani secara teliti dan sistematik.

1) Evaluasi Pertama (Triage)A. Airway, sirkulasi, ventilasi

Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan meliputiairway, ventilasi dan perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukanintubasi endotrakeal, pemasangan infuse untuk mempertahankan volumesirkulasi

B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril,bebaskan penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pulamengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan trauma abdomen denganadanya internal bleeding atau mengalami patah tulang punggung / spine.

C. AnamnesisMekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderitaterjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasiyang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi,serta ditanyakan penyakit – penyakit yang pernah di alami sebelumnya.

D. Pemeriksaan luka bakarLuka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atauringan.

1. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka bakarnya.

2. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)

2) Penanganan Sirkulasi

Pada luka bakarberat / mayor terjadi perubahan permeabilitaskapiler yang akan diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemic intra vaskuler dan edema interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik tergangu sehingga sirkulasi kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi / sel / jaringan / organ. Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami deficit, timbul ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat, untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan metode resusutasi cairan konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukkna perbaikkan

Page 9: Tinjauan Pustaka Luka Bakar (Rm 2010)

prognosis, derajat kerusakan jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi dipersingkat dan koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognostic terhadap angka mortalitas.

Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar dikenal beberapa formulaberikut :o Evans Formula

o Brooke Formula

o Parkland (Baxter) Formula

o Modifikasi Formula

o Monafo Formula

3) Resusitasi Cairan

BAXTER FORMULAHari Pertama :

Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3

2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.Kebutuhan faali :

< 1 Tahun : berat badan x 100 cc 1 – 3 Tahun : berat badan x 75 cc 3 – 5 Tahun : berat badan x 50 cc

½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. ½ diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua : Dewasa : ½ hari I Anak : diberi sesuai kebutuhan faali

Menurut Evans Cairan yang dibutuhkan :1. RL / NaCl = luas combustio ……% X BB/ Kg X 1 cc2. Plasma = luas combustio ……% X BB / Kg X 1 cc3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 ccHari I → 8 jam X ½

→ 16 jam X ½Hari II → ½ hari IHari ke III →kari ke II

X. KOMPLIKASI

a. Syok karena kehilangan cairan.

Page 10: Tinjauan Pustaka Luka Bakar (Rm 2010)

b. Sepsis / toksis.c. Gagal Ginjal mendadakd. Peneumonia

XI. PROGNOSA :

Tergantung derajat luka bakar. Luas permukaan Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit perawatan

dan mudah kontraktur. Usia dan kesehatan penderita.