TINJAUAN PUSTAKA INTERPERSONAL THERAPY (IPT) PADA PASIEN PALIATIF Penulis: dr. Ni Ketut Putri Ariani, SpKJ PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA/ RSUP SANGLAH DENPASAR 2016
TINJAUAN PUSTAKA
INTERPERSONAL THERAPY (IPT) PADA PASIEN PALIATIF
Penulis:
dr. Ni Ketut Putri Ariani, SpKJ
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA/ RSUP SANGLAH
DENPASAR
2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Abstrak ................................................................................................................... 1
Pendahuluan ........................................................................................................... 2
Sekilas tentang IPT.................................................................................................. 2
Model Interpersonal dari IPT .................................................................................3
Model IPT Diathesis-Stres ...................................................................................... 4
Masalah Interpersonal Sebagai Framework .......................................................... 5
dan Proses Perubahan Pada IPT
Kerangka Kerja Interpersonal yang Menghasilkan Proses Perubahan...............7
Kesimpulan ................................................................................................................ 13
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena
atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tulisanini.
Dalam penyusunan penulisan ini, penulis banyak memperoleh masukan serta
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. A.A Sri Wahyuni, SpKJ sebagai Kepala Bagian SMF Psikiatri FK
UNUD/RSUP Sanglah
2. dr. Luh Nyoman Alit Aryani, SpKJ(K) sebagai Ketua Program Studi Psikiatri FK
UNUD/RSUP Sanglah
3. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu-persatu atas
bantuan dan dukungannya secara moral maupun material.
Akhir kata penulis menyadari bahwa penelitian kecil ini masih jauh dari sempurna
sehingga memerlukan bimbingan, kritik dan saran, dan atas perhatiannya penulis
mengucapkan terima kasih.
Denpasar,
Penulis
ii
1
INTERPERSONAL THERAPY (IPT) PADA PASIEN PALIATIF*
Abstrak
Interpersonal Therapy (IPT) telah terbukti efektif untuk mengatasi gangguan
mood dan gangguan yang lainnya, tetapi sangat sedikit diketahui bagaimana IPT
bekerja. Model IPT pada pasien merupakan integrasi dari teori Sullivan, Bowlby,
dan yang lainnya yang didalamnya berpedoman pada penanganan stres,
pendukung sosial dan penyakit untuk mengetahui isi pikir pasien yang memicu
dan menjadian ia gangguan psikiatri. IPT mencakup terapi sekitar masalah
interpersonal pada kehidupan yang dialami oleh pasien, seperti krisis yang dialami
saat ini atau rusaknya hubungan yang menyebabkan pecahnya dukungan sosial
dan peningkatan stres interpersonal. IPT merubah beberapa interpersonal yang
meliputi 1) meningkatkan dukungan sosial, 2) menurunkan stres interpersonal, 3)
memfasilitasi proses emosional dan 4) meningkatkan keahlian interpersonal. Akan
dijelaskan bagaimana IPT merubah gejala psikiatri yang terjadi pada pasien.
Untuk kedepannya diperlukan uji coba dengan clinical trial dari IPT ini.
Kata kunci : IPT;psikoterapi;interpersonal; mekanisme; mediator
*
Pendahuluan
Dewasa ini semakin banyak kasus paliatif yang terjadi dimasyarakat. Salah
satu gangguan psikiatri yang paling sering terjadi pada pasien paliatif adalah
depresi. Sebanyak 15% dari pasien paliatif didapatkan mengalami depresi berat.
Depresi ini juga agak sulit dibedakan dengan rasa takut yang normal dan distres
yang sering terjadi pada penyakit terminal. Pada pasien yang mengalami sakit
berat, gejala yang multipel dan saling tumpang tindih dapat terjadi dan interaksi
dengan obat menjadikan kasus ini sangat komplek.
Melihat kondisi ini, National Institute for Clinical Excellence (NICE) pada
tahun 2009 dan European Palliative Care Research Collaborative (EPCRC) pada
tahun 2006 merekomendasikan penatalaksanaan orang dengan penyakit kronis
salah satunya dengan terapi psikologis seperti Interpersonal Therapy (IPT).
IPT ini adalah terapi fokus singkat kepada hubungan personal pasien dan
interaksinya dengan yang lain. IPT ini sangat efektif untuk mengatasi depresi dan
terdapat evidenceia dapat menurunkan gejala depresi pada pasien kanker, tetapi
sedikit diketahui bagaimana dan mengapa ia dapat mengatasi itu.
Sekilas tentang IPT
IPT adalah psikoterapi yang terbatas waktu yang dikembangkan untuk
menangani depresi mayor, gangguan bipolar, gangguan distimia, bulimia nervosa,
gangguan makan berlebih (bingeeating), gangguan cemas sosial, gangguan panik,
dan PTSD, serta gangguan yang berkaitan diantaranya.
IPT biasanya dilakukan 12-16 sesi mingguan dan sangat baik untuk
mengatasi depresi mayor yang rekuren. Pasien dengan terapis IPT bersama
menemukan masalahinterpersonal pusat (krisis saat ini) yang dipakai untuk fokus
utama pengobatan.
Pasien dan terapis bersama-sama menemukan masalah interpersonal yang
akan menjadi focus utama pengobatan. Masalah interpersonal secara empiris
dibagi menjadi 4 kategori yaitu grief – reaksi kedukaan yang komplek yang terjadi
saat kematianatau kehilangan seseorang yang dicintai, role transition – perubahan
kehidupan yang sangat drastis (sakit keras/paliatif, kelahiran anak, pension), role
dispute – konflik dengan relasi yang mmegang peranan penting (ayah, bos, suami/
istri), atau deficit interpersonal – isolasi sosial.
IPT terdisi dari 3 fase yaitu fase inisiasi (yang terdiri dari 1-3 sesi) yang
bertujuan untuk a) mengevaluasi gejala dan adanya faktor komorbid melalui
review saat ini dan masa lalu; b) menyiapkan formulasi kasus, yang terdiri dari
target diagnosis dan menghubungkan diagnosis dengan area masalah
interpersonalnya, dan c) menyetujui rencana pengobatan. Formulasi ini
menyediakan fokus untuk mengatasi masalah interpersonal yang terjadi. Fase
menengah (sesi 4-9) terdiri dari tugas utama untuk memperbaiki masalah
interpersonal. Fase akhir (sesi 9-12) meliputi diskusi langsung dan mengakhiri,
mereview perkembangan, dan mengantisipasi masalah yang akan datang.
Model Interpersonal dari IPT
IPT menggunakan model diateshis stres pada gangguan psikiatri dan
menggabungkan 2 interpersonal: teori relasional sebagai dasar teori yang
menyambungkan masalah relasi dengan kesehatan mental; dan penelitian terhadap
stres, dukungan sosial dan penyakit sebagai fokus spesifik dari IPT ini sebagai
masalah interpersonalnya. IPT ini telah sejak cukup lama dikembangkan oleh
Klerman dkk pada tahun 1984.
Model IPT Diathesis-Stres
Model diathesisstress ini menganggap bahwa penyakit terjadi melalui
banyak faktor. Model ini hanya fokus pada masalah stres, mencari faktor
psikososial yang terjadi sepanjang kehidupan atau interpersonal yang mencolok
yang dapat mencetuskan dan menimbulkan gangguan psikiatri, terutama dengan
meningkatnya stres interpersonal dan tidak adanya dukungan sosial.
Gambar 1. Model dari IPT dari Masalah Interpersonal sebagai pencetus dalam
psikopatologi
Kejadian kehidupan yang stresful dan kondisi yang mencetuskan serta
menyebabkan timbulnya gangguan psikiatri melalui jalur biologi yang meliputi
neuroendokrin, disregulasi sistim imun, reaksi imflamasi, dan efek dari
epigenetik. Kejadian yang stresful dan kondisi ini dapat menyebabkan perubahan
perilaku, seperti perubahan aktivitas dan tidur dengan peningkatan risiko depresi
dan gangguan lainnya. Kehilangan efek positif dan perlindungan terhadap
lingkungan sosial pada kesehatan mental akan memicu dan menyebabkan
terjadinya gangguan psikiatri.
Pada gambar 1 diatas, kejadian yang stresfull, sebagai bagian dari fase
perkembangan atau kondisi yang menantang kehidupan yang akan datang, pada
konteks faktor interpersonal seperti ketidak nyamanan tipe pelekatan atau defisit
pada skill interpersonal, akan memnyebabkan masalah interpersonal. Masalah
interpersonal berarti adanya peningkatan stres interpersonal dan kurangnya
dukungan sosial yang menyebabkan munculnya gejala gangguan jiwa.
Pergeseran kehidupan, konflik, kehilangan personal, dan stres akan
menyebabkan emosi negatif yang kuat, sementara kurangnya dukungan sosial
menjadikan proses dan pengaturan emosi ini yang kemudian akan mempengaruhi
mood dan gejala yang muncul. Efek timbal balik dari gangguan yang muncul akan
memperburuk masalah yang dialami pasien dan perilaku adaftif yang menghindari
masalah ini (seperti pengambilan keputusan, ketegasan) sangat diperlukan untuk
mengatasi masalah ini.
Masalah Interpersonal Sebagai Framework dan Proses Perubahan Pada IPT
IPT memfokuskan terapi pada masalah interpersonal pada kehidupan yang
dialami pasien dan bertujuan untuk menghilangkan krisis yang menyebabkan
proses terjadinya perubahan interpersonal.
Sesuai dengan dasar dari prinsip psikoterapi, pada IPT dibedakan antara : a)
therapy change process - yaitu intervensi atau aspek dari terapi itu sendiri; b)
klien-interpersonal change process- awal dari perubahan pada perilaku klien itu
sendiri, pengalaman klien dan untuk IPT, konten interpersonalnya sebagai hasil
langsung dari intervensi ini; dan c) change mechanism, teori tahapan-tahapan
dorongan yang menjelaskan bagaimana hubungan proses ini dengan hasil yang
akan terjadi.
IPT membantu pasien untuk menghilangkan masalah interpersonal yang
menyebabkan terjadinya masalah itu sendiri, merubah bagaimana hubungan
pasien pada masalah yang terjadi atau keduanya. Konsep kerja ini secara
mendasar akan membedakan IPT dengan model terapi lainnya, dimana ia
mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan mencari beberapa aspek
masalah dari personalitas pasien, model kelekatan, skema, dll. IPT mencoba tidak
memperbaiki pasien tetapi membantu pasien memperbaiki masalah pada konten
interpersonalnya dan bagaimana hubungan mereka pada masalah yang terjadi
sehingga dapat membantu mereka untuk meningkatkan situasi kehidupannya dan
pulih dari gejala psikiatrinya.
Untuk jangka panjangnya pasien mampu belajar mengerti dan mengelola
emosinya dan menghadapi masalah interpersonal, menjadi lebih bijaksana dan
membangunn keahlian interpersonal.
Mengenal masalah interpersonal tidaklah mudah. Ada beberapa skala yang
dapat digunakan untuk mengukur masalah interpersonal seperti Interpersonal
Psychoterapy Outcome Scale (IPOS) dan Interpersonal Problems Questionnaire
(IPQ). IPOS menanyakan seberapa besar derajat pasien merasa ia dapat mengatasi
masalah interpersonal pada IPT, namun skala ini konteksnya masih luas, tidak
dapat mengukur secara jelas tentang derajat beratnya masalah. Untuk yang lebih
sistematis dapat di gunakan IPQ yang dapat menilai : a) masalah hubungan
interpersonal; b) aspek kehidupan soaial yang lebih luas, c) kejadian kehidupan
saat ini, namun skala ini gagal untuk mengukur perubahan masalah interpersonal
seperti yang dapat diukur dengan IPOS. Tidak ada studi IPT yang mengkombinasi
kedua dengan pendekatan menggunakan skala ini, dan tidak ada penelitian dengan
IPOS dan IPQ sebagai media untuk mengetahui perubahan gejala pada IPT.
Kerangka Kerja Interpersonal yang Menghasilkan Proses Perubahan
Kerangka kerja dan proses mengatasi masalah interpersonal yang
mengakibatkan gejala psikiatri melalui mekanisme : 1) meningkatkan dukungan
sosial, 2) menurunkan stres interpersonal, 3) memfasilitasi proses emosi, 4)
meningkatkan keahlian interpersonal untuk menurunkan stres interpersonal.
IPT diharapkan mampu mengatasi masalah interpersonal dengan
meningkatkan dukungan sosial dan menurunkan stres interpersonal yang dapat
dikonsep sebagai efek menyeluruh dari mengatasi masalah pada kehidupan
pasien. Mengatasi masalah mengharuskan berhadapan dan memproses emosi dan
mengekspresikan ini dalam konteks interpersonal. Pada akhirnya IPT dapat
mengatasi krisis dan kesulitan yang dialami pasien, memutus interaksi negatif dan
memerlupan adaptasi dan pengembangan keahlian interpersonal.
Gambar 2. Hipotesis Mekanisme Perubahan Interpersonal yang terjadi pada IPT.
Dibawah ini akan dijelaskan hipotesis bagaimana mekanisme perubahan
yang terjadi pada IPT yang mempengaruhi fungsi pikiran pasien :
Mekanisme Interpersonal 1 : meningkatkan dukungan sosial
Istilah dukungan sosial (sosial support) memicu reaksi negatif dalam psikoterapi
yang akan berfokus atau menyentuh aspek hubungan dengan manusia. Dukungan
sangat penting dalam menjalin hubungan yang dekat dengan pasien yang
dikemukakan oleh teori Sullivan dan teori attachment dari John Bolby.
IPT berfokus pada aspek konteks dukungan sosial pasien saat ini yang
meliputi fungsi seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. IPT sebagai intervensi
dukungan sosial pada pasien akan memeriksa dukungan sosial sebagai mediator
perubahan yang terjadi pada pasien. Pengaruh sosial pada kesehatan mental dan
perilaku (latihan, nutrisi, tidur, dsb.) didapatkan dari perbandingan sosial dan
tekanan positif dari sekitarnya yang menjadikan persahabatan bagi pasien sendiri
akan menghasilkan efek yang positif. Dua contohnya seperti regulasi emosi
interpersonal dan aturan sosial.
1. Regulasi emosi interpersonal
Disregulasi emosi adalah manisfestasi klinis dari sebagian besar gangguan
psikiatri. Kebanyakan orang menggunakan regulasi emosi dengan level
cognitive seperti reappraisal (penilaian kembali), atau emosional secara
langsung melalui penahanan emosi. Teori relational memperkirakan
bahwa dibawah kondisi yang positif, anak berkembang secara gradual dari
dalam sebagai target fungsi dari petugas kesehatannya. Orang dewasa
mempercayakan orang yang dicintainya untuk menahan fungsi emosi ini.
2. Peran sosial, harga diri (self-esteem) dan keberhasilan diri (self-efficacy)
Aturan sosial (suami/ istri, ayah, anak yang diajak, teman, pendeta, dll.)
menyebabkan terjadinya perilaku dan regulasi sosial, keseharian dan
pandangan, yang dapat membantu untuk stabilisasi mood pasien. Mereka
juga sebagai pemberi arti dan tujuan bahwa ia sudah memiliki tempat dan
fungsi di dalam masyarakat. Aturan sosial memberikan banyak prediksi,
tugas interaktif untuk dilakukan yang dapat meningkatkan self efficacy
dan pengalaman sukses yang meningkatkan self-esteem.
Adapun masalah interpersonal pada IPT seperti peran transisi (perceraian,
pensiunan, penyakit) yang merubah kehidupan sehingga mengganggu kehidupan
sosial. Peran perdebatan sebagai cerminan dari konflik utama dari masalah
hubungan yang sangat penting sebagai sumber dukungan sosial. Disamping
menyebabkan stres, perdebatan atau percekcokan menekan fungsi yang
mendukung masalah hubungan ini. Suasana duka cita menandakan kehilangan
pertalian sosial yang sebelumnya sebagai dukungan, kepemilikan dan nilai sosial.
Deficit interpersonal ini menyebabkan pengurungan secara umum dan
berkurangnya hubungan interpersonal dan dukungan. Dalam pengertian lebih
umum bahwa Pada kasus ini pemulihan masalah interpersonal diartikan sebagai
pengembangan dukungan sosial.
IPT melihat relasional terapeutik ini sebagai sumber pergeseran yang sangat
penting dari dukungan sosial, yang menyediakan penentraman hati, hubungan
yang aman selama krisis yang sulit, memberikan jarak oleh hilangnya relasi atau
menurunnya tekanan pada konflik dan menjalin kedekatan. Terapis secara aktif
mendorong pasien untuk menjalin hubungan dan menerima dukungan dari luar.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan menerima dukungan sosial
membantu mereka untuk mencegah kehilangan semangat. Pada studi IPT untuk
pasien depresi yang diberikan IPT setiap bulan menyebabkan gejala depresi tidak
muncul dan stres yang dialami pasien juga menghilang. Ini akan meningkatkan
kemungkinan bahwa IPT meningkatkan dukungan sosial yang mampu melawan
stres, tetapi studi ini tidak mengukur dukungan sosial yang diberikan.
Mekanisme Interpersonal 2 : mengurangi Stres Interpersonal
Target pada pengurangan stres interpersonal ini adalah pasien dapat lebih baik
mengatur dan memiliki koping yang bagus terhadap situasi yang dialaminya.
Sesuai yang dijelaskan diatas IPT berfokus pada perasaan stres yang dialami saat
ini. Menurunkan stres ini dilakukan dengan merubah aspek dtres berdasarkan
realita yang terjadi.
Terdapat 2 konteks dari interpersonal stres kronis adalah familial expressed
emotion (EE) dan konflik perkawinan. EE adalah level tinggi untuk bersikap
bermusuhan, mengkritik, dan emosi terhadap lingkungan sekitarnya yang
diasumsikan sebagai kondisi stres dari pasien. EE yang tinggi dihubungkan
dengan munculnya gejala psikotik, gangguan mood, gangguan makan, dan PTSD.
Intervensi keluarga terhadap EE ini dapat menurunkan konflik interpersonal (role
disputes). Penelitian menunjukkan dengan EE yang rendah akan menyebabkan
pasien yang mengalami gangguan psikiatri menjadi lebih baik. Beach, Sandeen
dan Leary (1990) menjelaskan bagaimana perselisihan dalam perkawinan tidak
saja mengurangi dukungan sosial tetapi juga ia meningkatkan stres terutama
meningkatkan permusuhan.
Mekanisme Interpersonal 3 : Proses Emosi
Emosi adalah bahasa yang utama dari hubungan interpersonal, dan tudah pokok
dalam menghadapi masalah interpersonal dalam IPT yang terdiri dari identifikasi,
proses dan ekspresi emosi. Hilangnya interpersonal, perubahan dan konflik yang
terjadi akan menghasilkan emosi yang berbeda-beda setiap individu. Individu
pada role disputes merasa frustasi dan marah yang memerlukan rasa diterimadan
dimengerti apa yang dirasakan mereka (marah biasanya terjadi karena seseorang
menyusahkan kita, atau gagal berespon kepada kita); dan kemudian
mengekpresika kepada mereka. Seseorang yang mengalami role transition (peran
transisi) seperti menyesuaikan diri dengan sakit berat (paliatif),
memerlukanpenyesuaian emosi dengan kondisi baru yang dialaminya dengan
meningkatkan kesadaran diri, penerimaan, dan kemampuan
untukmengekspresikan ketidaknyamanan perasaan seperti sedih, marah, menyesal
dan bersalah. Pada suasana duka cita yang komplek, proses emosi adalah sebagai
peran utama dari IPT kepada pasien yang memerlukan bantuan proses sebelum
mereka dapat menjalin relasi dengan orang baru.
IPT mengundang, menerima, dan menvalidasi ekspresi emosi ketika adanya
tekanan dari karakter interpersonal. Emosi bekerja secara integrasi dengan
karakter interpersonal yang terjadi, yang akan beraksi pada interpersonal stres dan
mengatasi konflik yang terjadi. IPT fokus pada memperbaiki masalah konteks
interpersonal dibandingkan dengan masalah yang mendasari pasien. Dengan
membantu fasilitsi pemecahan masalah, proses emosiakan meningkatkan
dukungan sosial dan menurunkan stres.
Pada penelitian disebutkan bahwa menganalisis faktor emosi yang lebih
banyak dilakukan pada ICT dibandingkan pada sesi CBT berhubungan dengan
outcome yang positif pada pasien. Pasien yang secara intens mengalami emosi
pada EFT didapatkan perbaian masalah psikologis yang lebih besar dibandingkan
yang tidak mengalami pengalaman emosi.
Mekanisme Interpersonal 4 : mengembangkan keahlian Interpersonal
Sebagain besar gangguan psikiatri mengalami gangguan fungsi
interpersonal. Dengan meningkatkan fungsi interpersonal pasien pada IPT (yang
mencakup belajar untuk mengkomunikasikan perasaan pasien secara langsung,
menggunakan pola yang jelas, atau belajar pada suasanya ketegangan). Pada peran
trasisi IPT fokus pada keahlian yang diperluakan untuk beradaptasi pada peran
interpersonal yang baru.
Pada pasien yang mengalami penyakit paliatif, pasien diajarkan untuk
memulai kontak sosial dan beraktifitas seperti biasa yang dapat dilakukan. Pada
suasanan duka cita, keahlian interpersonal dapat meliputi kebebasan sebelumnya
yang diatur pada kematian. Keahlian interpersonal yang diajarkan seperti seperti
memperlihatkan diri sendiri, membangun pertemanan, berperan lebih banyak pada
peran sentra deficit interpersonal yang dikembangkan dan dipraktekkan melalui
bermain peran untuk mengatasi isolasi sosial pasien.
Peningkatan keahlian interpersonal pada IPT memberikan banyak
keuntungan, dengan penguatan atau efek interaksi, dan membantu dukungan
sosial serta menurunkan stres sehingga pasien dapat menghindari terjerumusnya
dengan masalah interpersonalnya dimasa yang akan datang.
Kesimpulan
IPT mengurangi gejala dengan mentargetkan masalah interpersonal, yang
mengaktifasi beberapa perubahan interpersonal. Adapun fokus masalah yang
diubah secara interpersonal itu adalah berupa; 1) peningkatan dukungan sosial, 2)
menurunkan stres interpersonal, 3) memproses emosi yang meningkat dan 4)
meningkatkan keahlian interpersonal. IPT memfokuskan pada masalah
interpersonal yang jika diatasi maka akan dapat memperbaikistres interpersonal
dan dukungan social pada setiap hari dalam kehidupan yang pasien akan lalui
sampai pasien mengakhiri hidupnya.
Contoh Kasus
Identitas pasien
Nama NKS
Umur 59 tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Jalan Gunung Andakasa Denpasar
Pendidikan SD tidak Tamat
Agama Hindu
Pekerjaan Pedagang
Status Menikah
Suku Bali
Bangsa Indonesia
CM 16049968
Tanggal pemeriksaan 28 November 2016
Anamnesis
Pasien diwawancara dalam posisi duduk diatas bed, dengan terpasang
infus di tangan kanan dan selang oksigen, tampak kurus dan sesak dengan oman
muka tua sesuai umur. Pasien mampu menjawab siapa nama, tempat, waktu dan
yang menunggunya dengan benar. Pasien agak kesulitan menjawab karena kondisi
sesak.
Pasien mengeluh sesak sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sesak karena dokter
mengatakan adanya tumor di payudara kanannya menyebar yang sudah ke paru-
parunya. Pasien sesak sampai tidak dapat tidur, dan sesaknya tidak berkurang
dengan perubahan posisi. Selain sesak pasien juga mengalami batuk kering. Berat
badan pasien terus menurun semenjak 4 bulan ini. Makan pasien sedikit sedikit
dan pusing jika berjalan.
Pasien diketahui mengidap tumor payudara sejak 6 tahun yang lalu. Pasien
sempat dioperasi dan gejala membaik. Pasien waktu itu sempat beraktifitas seperti
biasa, namun sejak 2 tahun yang lalu keluhan benjolan muncul kembali dan
pasien tidak berobat dan tidak mengatakan kepada anaknya bahwa sakit pasien
kambuh lagi karena pasien memikirkan masalah biaya yang tinggi untuk
pengobatan terhadap penyakitnya.
Pasien juga sejak 1 bulan ini mengeluh tangan kanannya membengkak dan
terasa berat. Pasien hanya berharap tidak sesak dan tangan tidak bengkak lagi. Ini
adalah keluhan sakit yang pertama dialami pasien. Pasien sangat tertutup jika
mengalami masalah lebih banyak dipendam. Tidak ada keluarga pasien yang
mengalami penyakit anker seperti pasien.
Pemeriksaan Fisik dan Psikis
1. Vital sign
T = 100/60 N = 90x/menit
RR = 24 x/menit t = 36,5
VAS = 2 BMI = 14 (status gizi kurang)
2. Mata : an -/-, Ikterus -/-
3. THT : dalam batas normal
4. Thorak :
a. cor : s1s2 tunggal, mur-mur -/-
b. pulmo : vesicular, wheezing -/-, ronki -/-
5. Abdomen : BU (+) normal, H/L tidak teraba
6. Ekstremitas : oedem superior dextra
7. Status psikologis :
Keadaan umum : penampilan wajar, tampak kurus dan sesak,
memakai selang oksigen, bengkak di tangan kanan, roman muka tua,
kontak verbal dan visual cukup
Kesadaran : jernih
Mood/Afek : disforik/disforik (appropriate)
Proses pikir : logis realis/hambatan/ preokupasi dengan sakitnya
Dorongan instingtual : Insomnia tipe campuran
Psikomotor : tenang
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Normal
Darah Lengkap
WBC 16, 4 4-11
Hb 9,42 12-16
Plt 485 140-440
HCT 29.54 36.0-46.0
Kimia darah
Albumin 2,5 3.4-4.8
Alkali fosfatase (ALP) 235 42-98
SGOT 48.4 11-27
SGPT 26.90 11-34
BUN 7 8-23
Kreatinin 0.47 0.50-0.90
Na 122 136-145
K 5.4 136-145
BS sewaktu 104
pO2 65.5 80.00-100.00
pCO2 35.0 35.00-45.00
Foto Thorax
Multiple nodul susp metastase
Susp. Massa mammae dextra
Diagnosis :
Tumor mammae D T4c N3 M1 + hyponatremia + hypokalemia.
Gizi kurang.
Plan of care (Rencana perawatan)
Daftar masalah Intervensi Target
Tumor mammae D
T4c N3 M1
Imbalance elktrolit
(hyponatremia,
hypokalemia)
Low intake
TS Bedah
Perawatan paliatif
Perbaikan kondisi
medis umum.
Cek elektrolit ulang
Konsul divisi paliatif
Konsul gizi
Sesak berkurang
Elektrolit normal
dalam 24 jam
Tumor mammae D
T4c N3 M1 + Gizi
kurang (IMT 14)
TS Gizi Klinik
Diet makanan biasa
(Energi 1684 kkal,
Protein 70 gram,
bentuk nasi)
IMT normal 18
Tumor mammae D
T4c N3 M1 + Gizi
kurang
Insomnia tip
campuran
Paliatif
Pendampingan paliatif
Interpersonal Therapy
(IPT)
Lorazepam 0,5
miligram tiap 24 jam
oral
6 sesi dapat
menerima dan
hidup dengan
sakitnya
Pembahasan
Pasien mengalami sakit kanker mammae dextra dengan derajat T4cN3Mx +
metastase paru dari TS bedah direncanakan perawatan paliatif dengan perbaikan
kondisi medis umum yang saat ini pasien sedang sesak akibat penyebaran sel
kanker yang terjadi dalam tubuhnya. Pasien sudah mengalami kanker dengan sifat
yang menyebar ke jaringan diluar tempat bertumbuhnya kanker tersebut
(metastase).
Secara psikologis pasien dari dua tahun terakhir sejak munculnya kembali
penyakit kankernya setelah 6 tahun yang lalu dioperasi, mengalami perubahan
kondisi yang sebelumya dapat bekerja menjadi tidak dapat bekerja dan juga
melakukan aktifitas sehari-hari (role transtion) karena sakit keras yang
dialaminya. Dalam IPT, role transition ini merupakan stress interpersonal yang
akan di fokuskan agar pasien dapat menerima apa yang dialaminya. Begitu juga
keluarga pasien termasuk suami, anak dan menantunya akan dikuatkan untuk
mendukung pasien agar bias menjalani pengobatan dan kehidupan sehari hari.
Adapun sesi IPT yang akan dilakukan ;
1. Fase inisiasi (yang terdiri dari 1-3 sesi) yang bertujuan untuk :
1. Sesi 1 untuk mengevaluasi gejala dan adanya faktor komorbid
melalui review saat ini dan masa lalu.
2. Menyiapkan formulasi kasus, yang terdiri dari target diagnosis dan
menghubungkan diagnosis dengan area masalah interpersonalnya.
3. Menyetujui rencana pengobatan. Formulasi ini menyediakan fokus
untuk mengatasi masalah interpersonal yang terjadi.
2. Fase menengah (sesi 4-9) terdiri dari tugas utama untuk memperbaiki
masalah interpersonal.
3. Fase akhir (sesi 9-12) meliputi diskusi langsung dan mengakhiri, me-
review perkembangan, dan mengantisipasi masalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Lipsitza, D.J., Markowitzb, C.J. 2013. Mechanisms of Change in Interpersonal
Therapy (IPT).Clin Psychol ; 33(8): 1134–1147. doi:10.1016/j.cpr.
2013.09.002.
Rayner, L., Higginson, J.I., Price A., 2010. The Management ofDepression in
Palliative Care.European Clinical Guidelines. London: Department of
Palliative Care, Policy & Rehabilitation (www.kcl.ac.uk/schools/
medicine/depts/ palliative)/ European Palliative Care Research
Collaborative (www.epcrc.org ).