TINJAUAN PUSTAKA Lerak (Sapindus rarak), Potensi Produksi dan Penyebarannya Tanaman lerak (Sapindus rarak) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan telah lama dikenal di Pulau Jawa. Buah lerak telah dikenal lama dan dipakai sebagai bahan pencuci pakaian atau rambut. Walaupun penggunaannya sebagai bahan pencuci telah terdesak oleh penggunaan detergen dari bahan kimia sintetik, senyawa aktif dalam buah lerak dapat dimanfaatkan di bidang lain. Tanaman lerak berbentuk pohon tinggi mencapai ± 42 m dan besar dengan diameter batang ± 1 m (Gambar 1). Daun bentuknya bundar telur sampai lanset. Perbungaan terdapat di ujung batang warna putih kekuningan. Bentuk buah bundar seperti kelereng kalau sudah tua/masak warnanya coklat kehitaman, permukaan buah licin/mengkilat. Bijinya bundar dan berwarna hitam (Gambar 2). Antara buah dan biji terdapat daging buah berlendir sedikit dan aromanya wangi (Widowati 2003 ). Gambar 1. Pohon lerak (Sapindus rarak)
14
Embed
TINJAUAN PUSTAKA · Bakteri rumen terdiri dari jenis gram positif dan gram negatif. Spesies bakteri ... pada komunitas mikroba rumen. ... kompetisi substrat atau melalui interaksi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TINJAUAN PUSTAKA
Lerak (Sapindus rarak), Potensi Produksi dan Penyebarannya
Tanaman lerak (Sapindus rarak) merupakan tanaman yang berasal dari Asia
Tenggara dan telah lama dikenal di Pulau Jawa. Buah lerak telah dikenal lama dan
dipakai sebagai bahan pencuci pakaian atau rambut. Walaupun penggunaannya sebagai
bahan pencuci telah terdesak oleh penggunaan detergen dari bahan kimia sintetik,
senyawa aktif dalam buah lerak dapat dimanfaatkan di bidang lain. Tanaman lerak
berbentuk pohon tinggi mencapai ± 42 m dan besar dengan diameter batang ± 1 m
(Gambar 1). Daun bentuknya bundar telur sampai lanset. Perbungaan terdapat di ujung
batang warna putih kekuningan. Bentuk buah bundar seperti kelereng kalau sudah
tua/masak warnanya coklat kehitaman, permukaan buah licin/mengkilat. Bijinya bundar
dan berwarna hitam (Gambar 2). Antara buah dan biji terdapat daging buah berlendir
sedikit dan aromanya wangi (Widowati 2003 ).
Gambar 1. Pohon lerak (Sapindus rarak)
5
a b
Gambar 2. Biji lerak (a) dan hasil ekstrak metanol lerak (b)
Adapun klasifikasi tanaman lerak sebagai berikut (USDA 1985) :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Sapindales
Suku : Sapindaceae
Marga : Sapindus
Jenis : Sapindus rarak
Tanaman lerak paling sesuai pada iklim tropik dengan kelembaban tinggi,
berdrainase baik, subur dan mengandung banyak humus. Lerak tumbuh pada ketinggian
di bawah 1.500 m di atas permukaan laut, dengan pertumbuhan paling baik pada daerah
berbukit dataran rendah dengan ketinggian 0 - 450 m di atas permukaan laut, curah
hujan rata-rata 1.250 mm/tahun. Lerak termasuk dalam kelas Dicotyledone, berakar
tunggang dengan perakaran yang kompak sehingga dapat digunakan sebagai pengendali
erosi dan penahan angin. Tanaman lerak mulai berbuah pada umur 5 – 15 tahun, dan
musim berbuah pada awal musim hujan (November-Januari) yang menghasilkan buah
sebanyak 10000–15000 biji/pohon (Udarno 2009).
6
Setiap satu kg biji lerak diperkirakan berjumlah 350 biji. Biji lerak kering dapat
disimpan selama satu tahun (Lehman 2009). Beberapa daerah penghasil lerak terbesar di
Indonesia adalah Kediri, Banten, dan Madura. Setiap bulan Kediri mampu mengirim tiga
ton (hasil produksi hutan-hutan setempat) ke berbagai industri. Kediri bahkan sanggup
memasok enam ton lagi setiap bulan (Dudung 2009). Lerak atau juga dikenal sebagai
rerek (Jawa Barat) atau lamuran (Palembang) adalah tumbuhan yang dikenal karena
kegunaan bijinya yang dipakai sebagai deterjen tradisional. Tanaman lerak tersebar di
berbagai daerah Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tanaman ini
belum dibudidayakan secara luas dan masih terbatas sebagai tanaman sampingan
(Widowati 2003).
Budidaya tanaman lerak dapat dilakukan secara generatif dengan biji. Buah lerak
tersusun dalam tandan dengan jumlah 8 – 12 buah, berbentuk bulat dengan ukuran 2 cm,
berwarna hijau tua dan biji berwarna hitam. Biji yang akan digunakan untuk
perbanyakan harus sudah cukup tua dan sehat. Biji disimpan di tempat teduh dan
dibasahi secara teratur sebelum disemaikan, kemudian biji disemaikan hingga menjadi
benih dan dapat dipindah ke lapangan pada umur 3 bulan (Udarno 2009). Senyawa aktif
pada buah lerak yang sampai saat ini telah diketahui adalah senyawa-senyawa dari
golongan saponin dan sesquiterpene (Wina et al. 2005a). Thalib et al. (1994)
menyatakan bahwa daging buah lerak yang diekstrak dengan heksan dan metanol
mengandung saponin sebesar 14.6%, protein, tanin, fenol dan karbohidrat terlarut.
Ekologi Mikroba Rumen dan Interaksinya
Ternak ruminansia mempunyai karakteristik tersendiri dibanding ternak lainnya,
karena kemampuannya mencerna serat dari tanaman untuk dikonversi menjadi daging
dan susu. Ternak ruminansia tidak dengan sendirinya memproduksi enzim-enzim
pencerna serat, tetapi karena dalam rumen ternak ruminansia terdapat bakteri, jamur dan
protozoa. Ternak ruminansia sebagai inang menyediakan habitat yang cocok untuk
pertumbuhan mikroorganisme tersebut, sementara mikroba mensuplai protein, vitamin
dan asam organik rantai pendek untuk ternak (Russell & Rychlik 2001).
7
Ternak ruminansia juga memfermentasi pati dan gula, dan bahan makanan non
serat tersebut dapat meningkatkan laju fermentasi dan produktivitas ternak. Namun
demikian, ketika ternak ruminansia diberi pakan rendah serat, maka mekanisme
homeostatik dari aliran digesta, pembuangan gas dan regulasi pH akan terganggu
sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan ternak. Rumen mengandung berbagai tipe
bakteri (Tabel 1) yang aktif mendegradasi komponen pakan (Russel & Rychlik 2001).
Tabel 1. Karakteristik bakteri dominan pada rumen
Spesies Substrat Produk Fermentasi
Fibrobacter succinogenes CU S,F,A Ruminococcus albus CU, HC A, F, E, H2 Ruminococcus flavefaciens CU, HC S, F, A, H2 Eubacterium ruminantium HC, DX, SU A, F, B, L Ruminobacter amylophilus ST S, F, A, E Streptococcus bovis ST, SU L, A, F, E Succinomonas amylolytica ST S, A, P Prevotella ruminocola, albensis, brevis, dan bryantii
ST, PC, XY, SU S, A, F, P
Butyrivibrio fibrisolvens ST, CU, HC, PC, SU B, F, A, H2 Selenomonas ruminantium ST, DX, SU, L, S L, A, P, B, F, H2 Megasphaera elsdenii L, SU P, A, B, Br, H2 Lachnospira multiparus PC, SU L, A, F, H2 Succinivibrio dextrinosolvens PC, DX, SU S, A, F, L Anaerovibrio lipolytica GL, SU A, S, P Peptostreptococcus anaerobius AA Br, A Clostridium aminophilum AA A, B Clostridium sticklandii AA A, Br, B, P Wollinella succinogenes OA, H2, F S Methanobrevibacter ruminantium H2, CO2, F CH4 Keterangan : CU=cellulose, HC=hemicellulose, DX=dextrins, SU=sugar, ST=starch, PC=pectin; XY=xylans, L=lactate, S=succinate, GL=glycerol, AA=amino acid, OA=organic acids, H2=Hydrogen, F=formate, CO2=carbon dioxide, A=acetate, E=ethanol, B=butyrate, L=lactate, P=propionate, Br=Branched-chain volatile fatty acids, CH4=methane (Russel & Rychlik 2001).
Populasi bakteri dalam rumen sangat tinggi (>1010 sel/gr) dan bakteri tersebut
berperan dominan dalam berbagai jalur fermentasi rumen (Russel & Wilson 1996).
Ekosistem mikroba rumen terdiri atas bakteri (1010–1011 sel/ml, yang merepresentasikan
lebih dari 50 genera), protozoa silia (104–106/ml dari 25 genera), kapang/jamur (103–105
zoospores/ml, merepresentasikan 5 genera) dan bacteriophages (108–109/ml) (Hobson &
8
Stewart 1997). Namun, jumlah sebenarnya lebih besar karena sebagian besar bakteri
tidak dapat dikultur. Karena protozoa lebih besar ukurannya dibanding bakteri, maka
biomassa protozoa hampir setengah dari biomassa total mikroba.
Mikroba rumen baik bakteri maupun protozoa sangat spesifik untuk bertahan dan
berkembang dalam rumen yang selalu anaerobik. Kenyatannya, keberadaan oksigen
sangat toksik untuk sebagian mikroba rumen. Nilai pH rumen selalu dipertahankan pada
kisaran 5.7-7.3 oleh fosfat dan bikarbonat dari saliva serta bikarbonat dari fermentasi
rumen. Suhu berada pada kisaran 36-410C. Mikroba rumen dapat secara baik
beradaptasi dengan kondisi tersebut dan kebutuhan pertumbuhan spesifiknya
merefleksikan keberadaan dan jenis nutrien yang ada dalam pakan. Populasi mikroba
rumen tetap eksis dalam kondisi yang sangat dinamis. Total populasi dapat berubah
secara dramatis dengan sejumlah faktor seperti frekuensi pemberian pakan dan jenis
pakan. Komponen senyawa sekunder seperti tannin, saponin dan mimosin disintesis
dalam tanaman untuk memproteksi tanaman tersebut dari infeksi predator mikroba dan
serangga (Kamra 2005).
Mempertahankan rumen selalu sehat dan seimbang merupakan kunci agar serat
dapat dicerna pada laju maksimal dan konsumsi pakan juga dapat dimaksimalkan.
Hijauan jarang digunakan sebagai satu-satunya sumber pakan sapi, sehingga sering
diberikan juga konsentrat yang lebih cepat difermentasi dalam rumen. Fermentasi yang
lebih aktif menghasilkan VFA yang lebih banyak dan menurunkan pH. Selain itu,
bakteri rumen dapat bekerja dengan baik apabila pH rumen selalu dipertahankan 6.8.
Jika pH turun dibawah 6 maka pencernaan serat menurun secara dramatis. Hal ini
dikarenakan enzim yang diperlukan untuk memecah serat tidak dapat berfungsi secara
efektif pada pH <6.0. Selain itu, laju pertumbuhan dan aktivitas fibrolitik menurun pada
pH rendah. Bakteri fibrolitik tidak dapat mempertahankan pH dalam selnya ketika pH
rumen rendah. Ketidakmampuan sistem pengaturan pH pada sel tersebut yang
menyebabkan bakteri tidak dapat tumbuh (Russel & Wilson 1996).
Bakteri rumen terdiri dari jenis gram positif dan gram negatif. Spesies bakteri
rumen yang termasuk dalam gram positif antara lain Lactibacillus ruminis, Lactobacillus