1 TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING UMBRELLA KEILMUAN IAIN SALATIGA Oleh: Drs. Bahroni, M.Pd. / NIP. 196408181994031004 Rasimin, S.Pd.I., M.Pd. / NIP. 197507132009011011 Maslihatul Umami, S.Pd.I., M.A. / NIP. 198005132003122003 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017 PERNYATAAN KEASLIAN
106
Embed
TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI
ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING UMBRELLA
KEILMUAN IAIN SALATIGA
Oleh:
Drs. Bahroni, M.Pd. / NIP. 196408181994031004
Rasimin, S.Pd.I., M.Pd. / NIP. 197507132009011011
Maslihatul Umami, S.Pd.I., M.A. / NIP. 198005132003122003
3. Maslihatul Umami, S.Pd.I., M.A. / NIP. 198005132003122003
menyatakan bahwa naskah penelitian dengan judul TINJAUAN KOMUNIKASI
ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING
UMBRELLA KEILMUAN IAIN SALATIGA, secara keseluruhan adalah hasil
penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian-bagian yang dirujuk sumbernya dan
telah saya susun sesuai dengan kaidah dan etika penelitian.
Salatiga, 15 November 2017
Yang Menyatakan
Drs. Bahroni, M.Pd.
NIP. 196408181994031004 ________________
Rasimin, S.Pd.I., M.Pd.
NIP. 197507132009011011 ________________
Maslihatul Umami, S.Pd.I., M.A.
NIP. 198005132003122003 ________________
3
ABSTRAK
Bahroni, Rasimin, dan Maslihatul Umami. 2017. Tinjauan Komunikasi OrganisasiIslam Indonesia Sebagai Paradigma Unifying Umbrella Keilmuan IAINSalatiga. Konsultan: Dr. Mukti Ali, M. Hum.
Kata kunci: komunikasi organisasi, Islam Indonesia, unifying umbrella
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana proseskomunikasi organisasi dilingkungan civitas IAIN Salatiga?, (2) bagaimana strategiyang dilakukan untuk mewujudkan kampus berparadigma Islam Indonesia diIAIN Salatiga?, dan (3) apa sajakah yang menjadi kendala dalam mewujudkanvisi-misi IAIN Salatiga? Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yangberdasarkan studi lapangan (field research) dengan pendekatan phenomenologis.Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah denganasumsi dasar bahwa objek ilmu tidak sebatas pada yang empirik, tetapi mencakupphenomena yang tidak lain daripada persepsi, pemikiran, kemauan, dankeyakinan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalahwawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan denganmenggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan untukmengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, jugamenjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telahdibahas atau ditanyakan. Penelitian ini juga menggunakan metode observasi.Observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara danhasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang dilakukanadalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksisubjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapatmemberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. Adapun metodedokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa arsip-arsiptentang pencapaian visi misi IAIN Salatiga yang dilakukan oleh civitasAkademika IAIN salatiga beserta profil, data yang berkaitan dengan sejarah danperkembangannya secara fisik dan tersebut.
4
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan induksianalitik. Data dikumpulkan dianalisis secara induksi untuk mengembangkanmodel deskripsi penelitian dan menghasilkan laporan deskripsi analitik, denganfokus masalah komunikasi organisasi Islam Indonesia sebagai paradigmaunifying umbrella keilmuan IAIN Salatiga. Tahapan-tahapan yang dilakukandalam analisis data adalah (1) mengorganisasikan data, (2) mengelompokkan databerdasarkan kategori, tema dan pola jawaban, (3) menguji asumsi ataupermasalahan yang ada terhadap data, (4) mencari alternatif penjelasan bagi data,dan (5) menulis hasil penelitian.
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, proseskomunikasi organisasi dilingkungan civitas IAIN Salatiga melalui beberapabentuk komunikasi yang dipakai dalam menyampaikan informasi, perintah, dankebijakan yaitu komunikasi vertikal, horosontal, dan diagonal. Disamping bentukkomunikasi tersebut ada juga komunikasi lisan dan tertulis, komunikasi verbaldan nonverbal. Komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan yang akandisampaikan. Biasanya komunikasi antarpribadi disampaikan secara lisan maupuntertulis. Sebagian besar proses komunikasi dalam organisasi terjadi dalam bentukini, banyak anggota organisasi yang menyukai komunikasi lisan karena keakrabanyang ditimbulkannya. Dalam komunikasi organisasi pimpinan mendengarkanmasukan-masukan atau saran-saran dari bawahan, karena itu komunikasi daribawahan dapat menunjukkan bahwa pimpinan menghargai karyawan danmendengarkan serta berinteraksi dengan karyawan sehingga membentuk dasarbagi sebuah komunikasi yang efektif, dan salah satu bentuknya denganmeluangkan waktu untuk pertemuan tatap muka. Dengan adanya komunikasi daribawahan kepada atasan, pimpinan dapat mengetahui: (1) informasi tentangkeberhasilan, kemajuan, dan rencana-rencana mendatang dari para bawahan; (2)informasi tentang problem-problem pekerjaan yang memerlukan bantuan daritingkatan lebih atas dalam organisasi; (3)ide-ide untuk perbaikan dalam aktivitasdan fungsi yang berhubungan dengan pekerjaan; dan (4) informasi mengenaiperasaan para bawahan tentang pekerjaan atau isu yang berhubungan denganpekerjaan. Ada tujuh kerangka dasar yang melandasi implementasi program kerjadi IAIN Salatiga yaitu (1) nilai-nilai agama dan budaya luhur sebagai spirit; (2)berbasis partisipasi masyarakat; (3) berorientasi pada kemandirian yang tinggi; (4)bersifat majemuk dari aspek jalur, jenjang, dan jenis; (5) nilai-nilai demokratis,keadilan, dan kesetaraan; dan (6) berwawasan kebangsaan Indonesia.
Kedua, strategi yang dilakukan untuk mewujudkan kampus berparadigmaIslam Indonesia di IAIN Salatiga adalah sebagai berikut: (1) BidangPengembangan Keilmuan Islam Indonesia yaitu dengan penyelenggaraan berbagaikajian ilmiah secara terarah untuk menyusun naskah akademik bangunan keilmuan(Body of Knowledge) berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. (2) BidangPenelitian, melakukan penyelenggaraan penelitian secara terarah dan terpublikasikandengan baik sebagai dasar penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. (3) Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat,penyelenggaraaan pengabdian kepada masyarakat secara terarah untuk
5
mendukung penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilaikeislaman dan keindonesiaan (4) Bidang Pengembangan Manajemen Organisasimelakukan penyelenggaraan manajemen organisasi yang memenuhi standar mutusesuai tuntutan manajemen organisasi IAIN. (5) Bidang Pengembangan SumberDaya Manusia, melakukan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber dayamanusia sesuai tuntutan manajemen organisasi IAIN Salatiga. (6) BidangPengembangan Sarana Prasarana melakukan pengadaan sarana prasarana sesuaituntutan kelembagaan yang mendukung penyusunan bangunan keilmuanpendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. (7) BidangKeuangan, melakukan perencanaan, penggunaan dan penggalian dana secara tepatsesuai tuntutan manajemen organisasi IAIN yang mendukung penyusunanbangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.(8) Bidang Pengembangan Kerjasama dengan pelaksanaan kerjasama kelembagaansesuai tuntutan manajemen organisasi IAIN yang mendukung penyusunan bangunankeilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.
Ketiga, kendala-kendala dalam mewujudkan visi-misi IAIN Salatiga adalah(1) manajemen organisasi pada masa transisi, sehingga sistem manajemen belumberjalan optimal; (2) pedoman kerja organisasi belum terumuskan secara mantab,sehingga menghambat dalam memberikan pelayanan; (3) belum semua jaringandan kerja sama dengan lembaga di dalam maupun di luar negeri belum semuanyamemiliki MoU; (4) budaya kerja yang sesuai dengan tuntutan perguruan tinggiyang modern yang dicirikan dengan etos kerja tinggi dan jaringan internasionalbelum merata pada semua dosen atau staf; dan (5) kampus terpadu baru dibangunpada tahap I sehingga fasilitas ruang kelas masih terbatas. Pada tahap ini IAINSalatiga masih mencari bentuk dan road map keilmuan yang ingin ditonjolkan.
6
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT (LP2M)
Jl. Tentara Pelajar No.2 Telp. (0298) 323706, Fax 3233433 Salatiga 50721
Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT dan kontribusi dari berbagai
pihak, penyusunan laporan penelitian unggulan yang berjudul Tinjauan
Komunikasi Organisasi Islam Indonesia Sebagai Paradigma Unifying Umbrella
Keilmuan IAIN Salatiga dapat terselesaikan dengan baik. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan dan rujukan dalam upaya memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang komunikasi organisasi.
Peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari
berbagai pihak terhadap kekurangan-kekurangan dalam penelitian in untuk
perbaikan karya-karya peneliti di masa-masa mendatang.
Akhirnya, semua kebenaran mutlak dan kesempurnaan hanyalah milik
Allah, segala kekurangan dan kesalahan tentu dari peneliti sebagai manusia biasa.
Mudah-mudahan karya yang jauh dari kesempurnaan ini ada manfaatnya. Amin.
Salatiga, 15 November 2017
Tim Peneliti
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ____i
PERNYATAAN KEASLIAN ____ ii
ABSTRAK ____iii
LEMBAR PENGESAHAN ____
KATA PENGANTAR ____
DAFTAR ISI ____
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ___1
B. Rumusan Masalah ___
C. Tujuan Penelitian ___
D. Manfaat Penelitian ___
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Komunikasi Organisasi ____
1. Pengertian Komunikasi ____
2. Tujuan Komunikasi ____
3. Proses Komunikasi
4. Fungsi Komunikasi
5. Pengertian Komunikasi Organisasi
6. Unsur Dasar Organisasi
10
7. Elemen Organisasi
8. Karakteristik Organisasi
9. Fungsi Organisasi
B. Islam ____
1. Pengertian Islam ____
2. Karakteristik Islam ____
3. Sumber Ajaran Islam ____
4. Aliran-aliran dalam Islam ____
C. Islam Indonesia ____
D. Penelitian yang Relevan ____
E. Kerangka Pemikiran ____
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Tahap-tahap Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Alat Bantu Pengumpulan Data
F. Keabsahan dan Keajegan Penelitian
G. Teknik Analisis Data
BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Proses Komunikasi Organisasi di IAIN Salatiga
B. Strategi yang Dilakukan untuk Mewujudkan Kampus
Berparadigma Islam Indonesia di IAIN Salatiga
C. Kendala dalam Mewujudkan Visi-misi IAIN Salatiga
11
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ___
B. Saran ___
DAFTAR PUSTAKA ___
LAMPIRAN-LAMPIRAN
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah sebuah risalah yang telah dikirim ke seluruh umat manusia
tanpa memandang ras, kebangsaan, serta struktur sosial. Islam tidak dikirim ke
negara tertentu, komunitas yang dipilih, sehingga orang lain harus mematuhi
mereka. Risalah Islam adalah panduan dan rahmat untuk seluruh umat manusia,
seperti yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Anbiya’ ayat 107, yang
artinya: "Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam. Merujuk pada al-Qur’an surah al-Anbiya’
ayat 107 tersebut, Islam adalah agama kasih sayang (rahmat) bagi semua makhluk
(manusia, hewan, tumbuhan, dan makhluk lainnya). Ini berarti bahwa Islam
adalah agama universal. Universalisme ini telah dimanifestasikan dalam
ajarannya, yang mencakup keimanan (tauhid), hukum agama (fiqh), serta etika
(akhlak). Oleh karena itu, semua umat Islam benar-benar percaya bahwa Islam
sesuai bagi semua makhluk. It means that Islam is a universal religion, this
universalism has been manifested in its teachings, which belief (tauhid), covers
religious laws (fiqh), as well as ethics (akhlak). For that reason, all moslems were
totally believe that Islam would suitable for all ages and places as the guidance
for all creatures (Nur Sahid, 2016:3).
Mengacu pada pernyataan di atas, agama Islam adalah agama yang sangat
menghargai dan saling toleransi, agama yang mengajarkan kepada penganutnya
untuk saling menyayangi, mengasihi dan mengayomi tanpa memandang ras,
kebangsaan, serta struktur sosial. Hal ini sejalan dengan Islam yang berkembang
di Indonesia. Meskipun Indonesia bukan negara Islam, namun penduduk
Indonesia mayoritas beragama Islam. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat
yang multikultural, masyarakat yang menjunjung keragaman nilai-nilai
kebudayaan. Namun, tidak berarti Islam yang mereka anut menyimpang dari
kemurnian ajaran Islam itu sendiri.
13
Masyarakat Indonesia dikatakan multikultural karena konsep ini
mengedepankan keragaman budaya, sehingga ketika mendengar istilah Islam
Indonesia, maka akan berkaitan dengan pluralitas. Dalam Islam Indonesia, budaya
merupakan bagian dari agama, di mana awal mula Islam dapat dengan mudah
diterima di Indonesia salah satunya melalui akulturasi budaya, sehingga agama
Islam terkesan merakyat dengan masyarakat Indonesia.
Islam yang berkembang di Indonesia dengan ciri yang moderat,
menyelaraskan antara kekhasan individual yang dimiliki oleh masing-masing
umat dan bangsa, dengan keutamaan atau keburukan yang terjadi pada semua
umat dan bangsa. Maka, yang terjadi kemudian adalah rasa senang terhadap
kekhasan dan keutamaan yang dimiliki tanpa mengingkari kekhasan dan
kelebihan yang lain. Sikap ini tampak dalam peradaban Islam, sehingga hal itu
dapat mengalahkan kecenderungan fanatisme non-Arab dan fanatisme
kekabilahan Arab seluruhnya (Imarah, 1997:141). Kajian menarik dari Islam
Indonesia adalah platform untuk menegaskan kembali bahwa Islam di negeri ini
mengadaptasi nilai-nilai lokal yang menjadi ciri khasnya. Warisan-warisan ulama,
menjadi bagian penting dari transformasi keilmuan Islam yang berkembang di
Indonesia (Mizan, 2016:9).
Ekspresi Islam Indonesia dihadirkan terkait dengan kenyataan bahwa,
berkat dinamika tersebut, budaya Indonesia mengembangkan ciri-ciri yang khas,
yakni unsur-unsur yang menekankan pada kedamaian, harmoni dan silaturahim
(kerukunan dan welas asih), yang sebenarnya hanya merupakan manifestasi dari
inti ajaran Islam itu sendiri. Memang, kenyataan ini disumbang baik oleh budaya
khas Indonesia pra-Islam maupun oleh kenyataan bahwa Islam yang dihayati oleh
mayoritas Muslim di negeri ini didasarkan pada wasathiyah (kemoderatan),
tawazun (keseimbangan) dan tasamuh (toleransi).
Islam yang selama ini dipraktikkan ternyata menjadi unik dan menarik
setelah maraknya fenomena keberagamaan sebagian kelompok di luar negeri yang
menamakan diri muslim dan membawa bendera Islam, namun membuat gelisah
dunia. Dunia yang kemudian bertanya-tanya tentang Islam yang rahmatan
lil’aalamin, Islam yang ramah, damai, dan teduh pun mendapatkan jawaban dari
14
perilaku keislaman kita yang ada di Indonesia ini. Sebagai bangsa Indonesia yang
beragama Islam sudah barang tentu kita harus ikut memperkokoh dan
mempertahankan cara kita ber-Islam selama ini, seperti yang diajarkan oleh guru-
guru agama Islam yang memperoleh Islam dari guru-guru mereka dari guru-guru
sebelumnya dengan sanad yang bersambung hingga Rasulullah saw (Bisri,
2016:14). Dengan kata lain, jika ajaran Islam yang dipraktikkan di Indonesia ini
sesuai dengan syari’at Allah dan Rasul-Nya yang tujuan utamanya adalah untuk
menjadi rahmat bagi alam semesta, niscaya Islam yang berkembang di Indonesia
ini juga akan mampu mewarnai peradaban Islam di dunia.
Islam bersumberkan wahyu dan memiliki norma-normanya sendiri. Oleh
karena bersifat normatif, maka ia cenderung menjadi permanen. Sedangkan
budaya adalah buatan manusia, karenanya ia berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman dan cenderung untuk selalu berubah. Perbedaan ini tidak
menghalangi kemungkinan manifestasi kehidupan beragama dalam bentuk
budaya. Maka muncul istilah seudati cara hidup santri, budaya menghormati kiai
dan sebagainya, dengan wawasan budaya dari agama secara langsung diterima
dan dilaksanakan oleh masyarakat tanpa mempersoalkan dalilnya. Umat Islam
abangan yang menjahui malima, yakni madat (mengonsumsi obat-obat terlarang),
madon (main perempuan), mateni (membunih orang), maling (mencuri), main
(berjudi) belum tentu dengan alasan keagamaan, tetapi sangat boleh jadi karena
alasan-alasan budaya, misalnya ketaatan kepada kiai atau orangtua (Wahid,
2016:33).
Akulturasi antara agama dan budaya akan terjadi terus-menerus sebagai
suatu proses yang akan memperkaya kehidupan dan membuatnya tidak gersang,
kekayaan variasi budaya akan memungkinkan adanya persambungan antara
berbagai kelompok atas dasar persamaan-persamaan, baik persamaan agama
maupun budaya. Upaya rekonsiliasi antara budaya dan agama bukan karena
kekhawatiran terjadinya ketegangan antara keduanya, sebab kalau manusia
dibiarkan pada fitrah rasionalnya, ketegangan seperti itu akan reda dengan
sendirinya (Wahid, 2016:34).
15
Indonesia secara kultural dibangun di atas berbagai budaya, lokal dan
budaya luar. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Barat
sampai Timur, dihuni oleh beragam etnis yang masing-masing memiliki budaya
dan bahasa yang berbeda-beda menunjukkan Indonesia sebagai negara
multikultural. Keberadaan agama-agama besar di Indonesia, seperti; Islam, Hindu,
Budha, Kristen, Katolik, dan Konghuchu menambah keragaman dari sudut
keyakinan yang masing-masing memberi konstribusi kewujudan budaya
Indonesia. Dilihat dari asal kelahiran agama, maka budaya Indonesia juga
dipengaruhi dan dibentuk oleh budaya India (asal agama Hindu dan Budha), Arab
(asal agama Islam), Eropa (asal agama Kristen dan Katolik) dan Cina (asal agama
Konghucu). Realitas keragaman bangsa Indonesia dari sudut pandang sosial dan
budaya ditegaskan oleh Nurcholis Madjid.
“Islam sebagai agama dominan dan memiliki doktrin teologi yang tegastidak serta merta berhasil mengubah budaya Indonesia dengan wajah budayaArab. Jauh sebelumnya, budaya Indonesia telah diwarnai oleh keyakinanHindu dan Budha yang selaras dengan paham animisme dan dinamisme.Maka tidak asing, jika ritual dan perilaku keberagamaan umat Islam, padaumumnya, masih sangat kental dengan budaya lokal yang dipengaruhi olehagama Hindu dan Budha yang sudah mengakar ratusan tahun sebelumnya.”
Sementara itu, agama Kristen dan Katolik yang diperkenalkan oleh bangsa
Kolonial juga dianut oleh sebagian warga, khususnya di wilayah bagian timur
Indonesia. Namun demikian, konversi masyarakat Indonesia ke agama Kristen
dan Katolik tidak sebanyak yang ke agama Islam, khususnya di wilayah Indonesia
bagian Barat dan Tengah. Kedua agama ini (Kristen dan Katolik), dalam
penyebarannya juga bersikap adaptif dan akomodatif terhadap budaya lokal. Hal
ini sebagaimana terlihat dari nama-nama Gereja, seperti: Gereja Kristen Jawa,
Gereja Kristen Pasundan, dan Gereja Kristen Batak Protestan. Dengan kata lain,
dalam penyebaran agama apa pun sering kali terjadi proses penyesuaian dengan
budaya yang telah berkembang sebelumnya.
Jika dalam agama Kristen terdapat penggunaan nama-nama daerah yang
dicantumkan di belakangnya, hal ini tidak ditemui dalam agama Islam. Dalam
16
agama Islam akulturasi terlihat secara jelas dalam tradisi ritual dan upacara
keagamaan yang dilakukan oleh umat Islam. Seperti, upacara pernikahan,
kelahiran, kematian dan lain-lain. Dalam upacara-upacara tersebut terdapat unsur-
unsur budaya lokal dan agama yang saling berkolaborasi. Akulturasi antara Islam
dan budaya lokal tersebut bisa diamati dari upacara keagamaan komunitas Muslim
NU. Wajah Islam yang sedemikian rupa disebut Islam kultural (Donald,1990:45).
Dengan demikian, masyarakat Islam Indonesia paska dan pra kemerdekaan
boleh dikelompokkan ke dalam tiga golongan. Pertama, kelompok yang
mempelajari agama Islam dan berusaha untuk mengamalkan tuntunan-
tuntunannya. Kelompok ini diwakili oleh kelompok tradisionalis Muslim yang
direpresentasikan oleh warga Nahdhiyin (Nahdhatul Ulama’) dan kelompok
modernis Muslim yang diwakili oleh warga Muhammadiyah. Menurut Clivert
Gert, kelompok ini disebut “Santri”. Kedua, masyarakat yang menyatakan diri
sebagai pemeluk Islam tetapi mereka tidak mengetahui banyak tentang Islam serta
tidak menjalankan ajaran Islam sebagaimana yang dilakukan oleh golongan santri.
Di samping itu, mereka lebih dekat dengan ritual “kejawen” yang merupakan
percampuran antara agama Hindu dan Budha dengan agama lokal pada satu sisi,
dan tidak memperlihatkan sebagai sosok Muslim yang taat. Gert menyebutnya
dengan kelompok “Abangan”. Istilah “abangan” ini identik dengan kata abaa
dalam bahasa Arab yang artinya mengabaikan atau membangkang, tidak mau
melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, kelompok
“priyayi”. Kelompok ini, pada umumnya berpikiran “sekuler” dan ada juga yang
menganggap Islam sebagai agama yang kolot, karenanya mereka tidak bangga
dengan agama yang dipeluknya, bahkan malu untuk menyatakan dirinya sebagai
seorang Muslim (Clifford Geertz,1981:1)
Realitas Islam yang berkembang di Indonesia di atas sebagai gambaran
bahwa perlunya kajian yang mendalam. Indonesia yang memiliki penduduk
pemeluk agama Islam terbanyak di dunia akan sangat strategis sebagai rujukan
studi Islam yang berciri khas Indonesia. Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga yang mencerminkan Islam Indonesia dapat dilihat dari misinya yang
berbunyi ‘Tahun 2030 menjadi rujukan studi Islam Indonesia bagi terwujudnya
17
masyarakat damai bermartabat. Adapun misinya adalah (1) menyelenggarakan
pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu keislaman berbasis nilai-nilai
keindonesiaan; (2) menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu
keislaman bagi penguatan nilai keindonesiaan; (3) menyelenggarakan pengabdian
kepada masyarakat berbasis riset bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan; (4)
mengembangkan budaya masyarakat kampus yang mencerminkan nilai-nilai
Islam Indonesia; dan (5) menyelenggarakan pengelolaan pendidikan tinggi yang
profesional dan akuntabel.
Dari visi dan misi itu diperlukan komunikasi untuk sampai pada tujuan (1)
mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, trampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa; (2) menghasilkan lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan dan
atau teknologi yang berbasis ilmu keislaman untuk memenuhi kepentingan
nasional dan peningkatan daya saing bangsa; (3) menghasilkan ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui penelitian yang mempertahankan dan menerapkan nilai-
nilai keislaman agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban
dan kesejahteraan umat manusia; dan (4) mewujudkan pengabdian kepada
masyarakat berbasis ilmu keislaman dan karya penelitian yang bermanfaat dalam
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka
mewujudkan masyarakat damai bermartabat.
Dalam hal pencapaian suatu tujuan diperlukan suatu perencanaan dan
tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya, secara umum bisa dikatakan bahwa
visi dan misi adalah suatu konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan
sesuai dengan apa yang direncanakan untuk mencapai suatu tujuan.
Pengelolaan suatu sistem lembaga atau badan dengan penerapan manajemen
kualitas memerlukan suatu pedoman kerja yang memberikan pengarahan atas
hasil kerja atau tujuan aktivitas yang diharapkan, secara kuantitas maupun
kualitas. Pengarahan ini akan memberikan orientasi yang seragam bagi setiap
elemen atau subsistem dalam lembaga tersebut sehingga terbentuk kesatuan kerja
yang efektif dan kompak dalam usaha lembaga menuju hasil kerja yang
18
diharapkan. Setiap elemen subsistem, pimpinan, dan anggotanya mengetahui
dengan jelas arah pengembangan lembaga tempat kerjanya. Berdasarkan
pemikiran yang demikian itulah maka penelitian yang berjudul Tinjauan
Komunikasi Organisasi Islam Indonesia Sebagai Paradigma Unifying Umbrella
Keilmuan IAIN Salatiga sangat penting dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses komunikasi organisasi dilingkungan civitas IAIN
Salatiga?
2. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk mewujudkan kampus
berparadigma Islam Indonesia di IAIN Salatiga?
3. Apa sajakah yang menjadi kendala dalam mewujudkan visi-misi IAIN
Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi organisasi di
lingkungan civitas IAIN Salatiga?
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan untuk mewujudkan
kampus berparadigma Islam Indonesia di IAIN Salatiga?
3. Untuk mengetahui apa sajakah yang menjadi kendala dalam mewujudkan
visi-misi IAIN Salatiga?
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, adapun manfaat
penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Diharapkan dapat berguna untuk membangun, memperkuat, dan
menyempurnakan teori yang sudah ada.
b. Diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuandibidang akademik
19
dan sumber ilmu di dalam mengkaji komunikasi organisasi serta
paradigma keilmuan Islam yang berkembang di Indonesia.
2. Manfaat praktis
a. Diharapkan dapat menjadi wacana terutama bagi lembaga IAIN
Salatiga dalam mewujudkan paradigma Islam Indonesia.
b. Bagi lembaga IAIN Salatiga dalam mewujudkan paradigma Islam
Indonesia.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Komunikasi Organisasi
Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization,
mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan
pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A System
Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen
mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur
formal dari tugas-tugas dan wewenang.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi
(Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya
berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang
harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa
pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang
disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada
anggotanya secara individual.
Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005) mengidentifikasi tiga komunikasi
organisasi. Pertama, fungsi perintah berkenaan dengan anggota-anggota
organisasi mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima,
menafsirkan, dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah
koordinasi di antara sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi tersebut.
Kedua, fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan
anggota-anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan
personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan
mempengaruhi kinerja pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara, sebagai
misal, kepuasan kerja dan aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam
hirarkhi organisasional dan tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya dalam
21
hubungan antarpersona yang baik lebih terasa dalam pekerjaan ketika seseorang
merasa bahwa banyak hubungan yang perlu dilakukan tidak dipilih, tetapi
diharuskan oleh lingkungan organisasi, sehingga hubungan menjadi kurang stabil,
lebih memacu konflik, kurang ditaati, dan sebagainya. Ketiga, fungsi manajemen
ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam
keadaan yang sangat ambigu.
Misalnya, motivasi berganda muncul karena pilihan yang diambil akan
mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian juga diri sendiri; tujuan
organisasi tidak jelas dan konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut
mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi
ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu
dengan lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang
membutuhkan perolehan informasi bersama.
Selanjutnya, perlu diuraikan dimensi-dimensi komunikasi dalam kehidupan
organisasi sebagai berikut. Pertama, komunikasi internal. Komunikasi internal
organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi
yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan
dengan bawahan, antara sesama bawahan, dan sebagainya. Proses komunikasi
internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok.
Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder
(menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi
dua: (1) komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah
ke atas atau komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada
pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi,
petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, dan lain-lain kepada bawahannya.
Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-
pengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan; dan (2) komunikasi horizontal atau
lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan,
manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian
yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini
memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini
22
membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan
yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.
Kedua, komunikasi eksternal. Komunikasi eksternal organisasi adalah
komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada
organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan
masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan
hanyalah terbatas pada hal-hal yang dianggap sangat penting saja. Komunikasi
eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik: (1) komunikasi dari organisasi
kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif,
yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan,
setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk,
seperti: majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato
radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers; dan (2)
komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada
organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi
yang dilakukan oleh organisasi.
Komunikasi organisasi adalah komunikasi antarpribadi atau komunikasi
kelompok yang bersifat terstruktur yang dilakukan oleh pribadi atau kelompok
dalam satu organisasi. Jalur komunikasi organisasi ada tiga yakni: jalur vertikal
(atas-bawah, bawah-atas), jalur horizontal (antara unit atau satuan kerja yang
sederajat), jalur diagonal (komunikasi lintas unit/satuan kerja). Organisasi
merupakan wadah yang mempekerjakan karyawan yang berasal dari berbagai latar
belakang pendidikan, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, dan kebudayaan
yang berbeda-beda (Liliweri, 2007:22).
1. Pengertian Komunikasi
Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu melakukan hubungan dengan
sesamanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan tersebut akan
terjadi apabila didasari dengan adanya komunikasi. Sehubungan dengan itu,
Komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Tetapi arti
penting komunikasi akan dirasakan apabila manusia mengetahui apa
23
sebenarnya komunikasi dan bagaimana proses penyampaianya, sehingga
berlangsung secara efektif.
Pada hakikatnya, komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia,
yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
Dalam bahasa komunikasi, “pernyataan dinamakan pesan (message),
orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator),
sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan
(communicate)”. Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan (Effendy, 2003:28).
Untuk memperjelas pengertian komunikasi di dalam penelitian ini, maka
penulis uraikan pengertian komunikasi menurut beberapa ahli. Pengertian
komunikasi dapat dilihat dari asal katanya, seperti yang dikemukakan oleh
Willbur Schramm dalam Effendy, yaitu :
Kata komunikasi berasal dari perkataan “communication”, dan
perkataan ini berasal dari perkataan latin communis yang artinya sama, dalam
arti kata sama makna mengenai sesuatu hal. Jadi, komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003:30).
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan, apabila seseorang mengerti
tentang sesuatu yang disampaikan orang lain kepadanya, maka komunikasi
berlangsung dan hubungan diantara keduanya bersifat komunikatif, tetapi
sebaliknya jika pesan yang disampaikan tidak dimengerti oleh sasaran, maka
komunikasi tidak berlangsung dan hubungan yang terjadi tidak komunikatif.
Edward Depari dalam Widjaja (2000:13), mendefinisikan komunikasi
sebagai “ proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan
melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan
ditujukan kepada penerima pesan”.
Menurut Shanon dan Weaver dalam Wiryanto, komunikasi adalah :
“bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja
atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi
24
juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi” (Wiryanto, 2004:7).
Sedangkan menurut Effendy, pengertian komunikasi adalah sebagai berikut :
Proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermaknasebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, kepercayaan, harapan,himbauan dan sebagainya. Yang dilakukan sekarang kepada orang lain,baik langsung secara tatap muka, maupun tak langsung melalui mediadengan tujuan mengubah sikap, pandangan, dan perilaku (Effendy,1989:60).
Dari pengertian di atas, jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah
orang, dimana seseorang menyampaikan sesuatu pada orang lain dan
komunikasi ini merupakan konsekuensi dari hubungan sosial.
Komunikasi menurut Effendy meliputi lima komponen, yaitu : (1)
komunikator (pembawa pesan), (2) message (pesan atau berita), (3) channel
(media atau sarana), (4) komunikan (penerima berita), dan (5) efek (Effendy,
2007:6). Maksud dari kelima komponen komunikasi di atas menurut Effendy,
sebagai berikut :
b. Komunikator (pembawa pesan)
Komunikator, yaitu pemrakarsa komunikasi (pembawa berita) bisa
individu, keluarga, maupun kelompok yang mengambil inisiatif dalam
menyampaikan gerakan komunikasi. Komunikasi ini berlangsung antar
individu atau kelompok lain yang menjadi sasaranya. Komunikator dapat
juga berarti tempat berasalnya sumber komunikasi.
c. Message (pesan atau berita)
Message (pesan) adalah berita yang disampaikan oleh komunikator
melalui lambang-lambang, pembicaraan gerakan dan sebagainya.
Message bisa berupa gerakan, sinar, suara, lambaian tangan, kibaran
bendera atau tanda-tanda lain, dengan interpretasi yang tepat akan arti
dan makna tertentu.
d. Channel (media atau sarana)
Channel (saluran) adalah, sarana tempat berlalunya pesan yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, saluran tersebut
meliputi: (1) pendengaran (lambang berupa suara), (2) penglihatan
25
(lambang berupa sinar, pantulan, atau lambing), (3) penciuman (lambang
berupa wangi-wangian/bau-bauan), (4) rabaan (lambang berupa
rangsangan rabaan). Jadi, secara keseluruhansaluran bisa berupa radio,
televisi, telephon, koran, majalah, dan lain-lain.
e. Komunikan (penerima berita)
Komunikan adalah objek atau sasaran dari kegiatan komunikasi atau
orang yang menerima pesan atau lambang. Dapat berupa individu,
keluarga, maupun masyarakat.
f. Efek
Efek adalah tanggapan, seperangkat reaksi komunikasi setelah menerima
pesan.
2. Tujuan Komunikasi
Setiap komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan. Tujuan
komunikasi menurut Effendy, adalah (1) perubahan sikap (attitude change),
(2) perubahan pendapat (opinion change), (3) perubahan perilaku (behaviour
change), dan (4) perubahan sosial (social change) (Effendy, 2007:8).
Selanjutnya untuk mencapai tujuan tersebut itu, maka sebalumnya
harus diteliti, apa yang menjadi tujuan dilakukanya komunikasi itu. Tujuan
komunikasi menurut Widjaja adalah: (1) Apakah kita ingin menjelaskan
sesuatu kepada orang lain. Ini dimaksudkan, apakah kita menginginkan
orang lain mengerti dan memahami apa yang kita maksud. (2) Apakah kita
ingin agar orang lain menerima dan mendukung gagasan kita. Dalam hal ini
tentunya cara penyampaian akan berbeda dengan cara yang dilakukan untuk
menyampaikan informasi atau pernyataan saja. (3) Apakah kita ingin agar
orang lain mengerjakan sesuatu atau agar mereka mau bertindak (Widjaja,
2000:67).
3. Proses Komunikasi
Komunikasi tidak pernah terlepas dari sebuah proses, oleh karena itu
apakah pesan dapat tersampaikan atau tidak tergantung dari proses
komunikasi yang terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Ruslan bahwa:
26
“Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-
pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada
penerima pesan sebagai komunikan tersebut bertujuan (feed back) untuk
mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah
pihak” (Ruslan, 2006:81).
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yaitu :
a. Proses komunikasi secara primer
Yaitu proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara
langsung dapat menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak
digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Hal ini jelas karena
bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang
lain (apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini baik mengenai hal
atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan pada waktu
yang lalu yang akan datang).
b. Proses komunikasi secara sekunder
Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan alatatau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Seseorang komunikator
menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasi karena
komunikasi sebagai sasaranya berada ditempat yang relatif jauh dan
komunikan yang banyak. Surat, telephon, surat kabar, majalah, radio,
televisi, film, dan masih banyak lagi media kedua yang sering
digunakan dalam komunikasi.
4. Fungsi-fungsi Komunikasi
Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Effendy mengemukakan
bahwa fungsi komunikasi adalah :
a) Menginformasikan (to inform)
27
Adalah memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
peristiwa yang terjadi. Ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain,
serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.
b) Mendidik (to educated)
Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan
komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada
orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu
pengetahuan.
c) Menghibur (to entertain)
Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan
komunikasi, pendidikan, dan mempengaruhi juga berfungsi untuk
menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.
d) Mempengaruhi (to influence)
Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang
berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran
komunikasi dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah
laku komunikasi sesuai dengan yang diharapkan (Effendy, 2003:55).
5. Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi menurut Redding dan Sanborn dalam
Muhammad mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah “pengiriman
dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks” (Muhammad,
2007:65). Menurut Katz dan Kahn dalam Muhammad mendefinisikan
komunikasi organisasi bahwa : “merupakan arus informasi, pertukaran arus
informasi dan pemindahan arti didalam suatu organisasi” (Muhammad,
2007:65).
Komunikasi organisasi menurut Mulyana adalah “suatu disiplin studi
yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat” (Mulyana,
2006:31). Sedangkan menurut Goldhaber dalam Muhammad mendefinisikan
komunikasi organisasi adalah “proses menciptakan dan saling menukar
pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain
untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah”
28
(Muhammad, 2007:67). Komunikasi organisasi dapat bersifat formal dan
informal komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya
berupa cara kerja didalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan
yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan,
pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal
adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada
organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
6. Unsur-Unsur Dasar Organisasi
Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi dapat diringkas
menjadi lima kategori besar yaitu :
a) Anggota organisasi
Dipusat organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan
organisasi. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan pemikiran yang
meliputi konsep-konsep, penggunaan bahasa, pemecahan masalah,
dan pembentukan gagasan.
b) Pekerjaan dalam organisasi
Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi terdiri dari tugas-tugas
formal dan informal. Tugas-tugas ini menghasilkan produk dan
memberikan pelayanan organisasi.
c) Struktur organisasi
Struktur organisasi merujuk kepada hubungan-hubungan antara tugas-
tugas yang dilaksanakan oleh anggota organisasi.
d) Pedoman organisasi
Adalah serangkaian pernyataan yang mempengaruhi, mengendalikan,
dan memberi arahan bagi anggota organisasi dalam mengambil
keputusan dan tindakan (Mulyana, 2006:151-153).
7. Elemen Organisasi
Organisasi adalah sangat bervariasi ada yang sederhana dan ada pula
yang sangat kompleks, maka dalam sebuah organisasi terdapat elemen dasar
dari organisasi yang saling berkaitan satu sama lainya.
29
a) Struktur sosial
Adalah pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan
didalam suatu organisasi.
b) Partisipan
Adalah individu-individu yang memberikan kontribusi kepada
organisasi.
c) Tujuan
Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan sangat
kontroversial dalam mempelajari organisasi. Menurut para ahli tujuan
sangat diperlukan dalam memahami organisasi serta tujuan
merupakan suatu titik sentral petunjuk dalam menganalisis organisasi.
d) Teknologi
Adalah penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin dan juga
pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan.
e) Lingkungan
Setiap organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi,
kebudayaan dan lingkungan sosial, terhadap dimana organisasi
tersebut harus menyesuaikan diri (Muhammad, 2007:25-28).
8. Karakteristik Organisasi
Tiap organisasi mempunyai karakteristik yang umum, diantara
karakteristik tersebut adalah bersifat dinamis, memerlukan informasi,
mempunyai tujuan dan struktur.
a) Dinamis
Organisasi sebagai suatu system terbuka terus-menerus mengalami
perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari
lingkunganya dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan yang selalu berubah tersebut, bersifat dinamis adalah
perubahan pasaran yaitu hasil produksi atau pelayanan.
b) Memerlukan informasi
30
Semua organisasi memerlukan informasi untuk hidup. Tanpa
informasi organisasi tidak dapat jalan. Dengan adanya informasi
bahan mentah dapat diolah menjadi hasil produksi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Untuk mendapatkan informasi tersebut
adalah melalui proses komunikasi.
c) Mempunyai tujuan
Organisasi adalah merupakan kelompok orang yang bekerjasama
untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu setiap organisasi
harus mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Tujuan organisasi hendaknya
dihayati oleh seluruh anggota organisasi sehingga setiap anggota dapat
diharapkan mendukung pencapaian tujuan organisasi melalui
partisipasi mereka secara individual.
d) Terstruktur
Organisasi dalam usaha mencapai tujuanya biasanya membuat aturan-
aturan, undang-undang dan hierarki hubungan dalam organisasi.hal ini
dinamakan struktur organisasi. Struktur menjadikan organisasi
membakukan prosedur kerja dan mengkhususkan tugas yang
berhubungan dengan proses produksi (Muhammad, 2007:29-30).
9. Fungsi Organisasi
Organisasi mempunyai beberapa fungsi di antaranya adalah sebagai
berikut :
a) Memenuhi kebutuhan pokok organisasi
Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam
rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Misalnya semua
organisasi cenderung memerlukan gedung sebagai tempat
beroprasinya organisasi, uang untuk modal untuk biaya pekerja dan
penyediaan bahan mentah atau fasilitas yang diperlukan dalam
pelaksanaan.
b) Mengembangkan tugas dan tanggung jawab
Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis
tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan
31
standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar
masyarakat dimana organisasi itu berada. Standar ini memberikan
organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukanoleh anggota
organisasi, baik itu ada hubungannya denganproduk yang mereka buat
maupun tidak.
c) Memproduksi barang
Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau orang
sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai
produknya masing-masing, para ahli dan pimpinan organisasi banyak
menggunakan waktunya untuk memikirkan peningkatan dan
penyempurnaan hasli produksinya. Efektivitas proses produksi banyak
bergantung kepada ketepatan informasi, oleh sebab itu informasi juga
tergantung kepada keterampilan berkomunikasi.
d) Mempengaruhi dan dipengaruhi orang
Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang
membimbing, mengelola, mengarahkan dan menyebabkan
pertumbuhan organisasi. Orang sebagai anggota organisasi maupun
sebagai pemakai jasa organisasi, dipengaruhi oleh organisasi,
suksesnya suatu organisasi tergantung kepada kemampuan dan
kualitas anggotanya dalam melakukan aktivitas organisasi
(Muhammad, 2007:32-34).
B. Islam
1. Pengertian Islam
Secara bahasa kata Islam berasal dari bahasa Arab yang diambil dari
kata “salima” yang mempunyai arti “selamat”. Dari kata “salima” tersebut
maka terbetuk kata “aslama” yang memiliki arti “menyerah, tunduk, patuh,
dan taat”. Kata “aslama” menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti
yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan
“aslama” atau masuk Islam dinamakan muslim. Berarti orang itu telah
menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt.
dengan melakukan “aslama” maka orang terjamin keselamatannya di dunia
32
dan di akhirat. Selanjutnya dari dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat,
dan berserah diri kepada Allah swt. dalam upaya mencari keselamatan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal itu dilakukan atas kesadaran dan
kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai
panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan
telah menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.
Adapun pengertian Islam dari segi istilah, banyak para ahli yang
mendefinisikannya; di antaranya Harun Nasution. Ia mengatakan bahwa Islam
menurut istilah (Islam sebagai agama) adalah agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad saw.
sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan
hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan
manusia. Sementara itu Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam
adalah agama perdamaian; dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan
kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata bahwa agama
Islam selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai
agama seluruh Nabi Allah, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an, melainkan
pula pada segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya pada
undang-undang Allah.
Di kalangan masyarakat Barat, Islam sering diidentikkan dengan istilah
Muhammadanism dan Muhammedan. Peristilahan ini timbul karena pada
umumnya agama di luar Islam namanya disandarkan pada nama pendirinya. Di
Persia misalnya ada agama Zoroaster. Agama ini disandarkan pada nama
pendirinya, Zarathustra (w.583 SM). Agama lainnya, misalnya agama Budha,
agama ini dinisbahkan kepada tokoh pendirinya, Sidharta Gautama Budha
(lahir 560 SM). Demikian pula nama agama Yahudi yang disandarkan pada
orang-orang Yahudi (Jews) yang berasal dari negara Juda (Judea) atau Yahuda.
Penyebutan istilah Muhammadanism dan Muhammedan untuk agama
Islam, bukan saja tidak tepat, akan tetapi secara prinsip hal itu merupakan
kesalahan besar. Istilah tersebut bisa mengandung arti bahwa Islam adalah
33
paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad, sebagaimana
perkataan agama Budha yang mengandung arti agama yang dibangun oleh
Sidharta Gautama Budha atau paham yang berasal dari Sidharta Gautama.
Analogi nama dengan agama-agama lainnya tidaklah mungkin bagi Islam.
Berdasarkan keterangan tersebut, Islam menurut istilah mengacu kepada
agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah swt, bukan berasal
dari manusia/Nabi Muhammad saw. Posisi Nabi dalam agama Islam diakui
sebagai orang yang ditugasi Allah untuk menyebarkan ajaran Islam tersebut
kepada umat manusia. Dalam proses penyebaran agama Islam, nabi terlibat
dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan tata cara ibadahnya.
Keterlibatan nabi ini pun berada dalam bimbingan wahyu Allah swt. Dengan
demikian, secara istilah, Islam adalah nama agama yang berasal dari Allah swt.
Nama Islam tersebut memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama
lainnya. Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu,
golongan tertentu, atau negeri tertentu. Kata Islam adalah nama yang diberikan
oleh Allah swt. Hal itu dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat Al Qur’an yang
diturunkan Allah swt. Selanjutnya, dilihat dari segi misi ajarannya, Islam
adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama dari seluruh Nabi dan Rasul
yang pernah diutus oleh Allah swt. pada berbagai kelompok manusia dan
berbagai bangsa yang ada di dunia ini. Islam adalah agama Nabi Adam, Nabi
Ibrahim, Nabi Yakub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Isa, Nabi
Muhammad saw. Dengan kata lain, seluruh Nabi dan Rasul beragama Islam
dan mengemban risalah menyampaikan Islam. Hal itu dapat dipahami dari
ayat-ayat yang terdapat di dalam Al Qur’an yang menegaskan bahwa para Nabi
tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah. Artinya Islam secara
bahasa berarti tunduk, patuh, dan damai. Sedangkan menurut istilah, Islam
adalah nama agama yang diturunkan Allah untuk membimbing manusia ke
jalan yang benar dan sesuai fitrah kemanusiaan. Islam diturunkan bukan
kepada Nabi Muhammad saja, tetapi diturunkan pula kepada seluruh nabi dan
rasul. Sesungguhnya seluruh nabi dan rasul mengajarkan Islam kepada
umatnya. Al Qur’an menyatakan bahwa:
34
Artinya: Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi (Q.S. Al Imron: 85).
Islam adalah ketundukan kepada Allah yang telah menciptakan alam
semesta, kemudian menetapkan manusia sebagai hamba-Nya yang paling
besar perannya di muka bumi. Manusia berinteraksi dengan sesamanya,
dengan alam semesta di sekitarnya, kemudian berusaha mencari jalan untuk
kembali kepada Penciptanya. Tatkala salah berinteraksi dengan Allah,
kebanyakan manusia beranggapan alam sebagai Tuhannya sehingga mereka
menyembah sesuatu dari alam. Ada yang menduga-duga sehingga banyak di
antara mereka yang tersesat. Ajaran yang benar adalah ikhlas berserah diri
kepada Pencipta alam yang kepada-Nya alam tunduk patuh berserah diri.
(QS. 4:125). Maka, Islam identik dengan ketundukan kepada sunnatullah
yang terdapat di alam semesta (tidak tertulis) maupun Kitabullah yang tertulis
(Alquran).
Islam adalah wahyu Allah dengan kasih sayang-Nya, Allah menurunkan
Ad-Dien (aturan hidup) kepada manusia. Tujuanya agar manusia hidup
teratur dan menemukan jalan yang benar menuju Tuhannya. Aturan itu
meliputi seluruh bidang kehidupan: politik, hukum, sosial, budaya, dan
sebagainya. Dengan demikian, manusia akan tenteram dan damai, hidup
rukun dan bahagia dengan sesamanya dalam naungan ridha Tuhannya (Q.S.
Al-Baqarah: 38). Oleh karena kebijaksanaan-Nya, Allah tidak menurunkan
banyak agama. Dia hanya menurunkan Islam. Agama selain Islam tidak
diakui di sisi Allah dan akan merugikan penganutnya di akhirat nanti.
Sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya Ad-Dien yang diridhai di sisi
Allah hanyalah Islam.” (QS. 3:19) Sebab, Islam merupakan satu-satunya
35
agama yang bersandar kepada wahyu Allah secara murni. Artinya, seluruh
sumber nilai dari nilai agama ini adalah wahyu yang Allah turunkan kepada
para Rasul-Nya terdahulu. Dengan kata lain, setiap Nabi adalah muslim dan
mengajak kepada ajaran Islam. Ada pun agama-agama yang lain seperti
Yahudi dan Nasrani adalah penyimpangan dari ajaran wahyu yang dibawa
oleh para nabi tersebut.
Islam adalah agama para Nabi dan Rasul, perhatikan kesaksian Alquran
bahwa Nabi Ibrahim adalah muslim, bukan Yahudi atau pun Nasrani. (QS.
2:132) Nabi-nabi lain pun mendakwahkan ajaran Islam kepada manusia.
Mereka mengajarkan agama sebagaimana yang dibawa Nabi Muhammad
saw. Hanya saja, dari segi syariat (hukum dan aturan) belum selengkap yang
diajarkan Nabi Muhammad saw. Akan tetapi, ajaran prinsip-prinsip keimanan
dan akhlaknya sama. Nabi Muhammad saw. datang menyempurnakan ajaran
para Rasul, menghapus syariat yang tidak sesuai dan menggantinya dengan
syariat yang baru. (QS. 3: 84). Menurut pandangan Alquran, agama Nasrani
yang ada sekarang ini adalah penyimpangan dari ajaran Islam yang dibawa
Nabi Isa a.s. Nama agama ini sesuai nama suku yang mengembangkannya.
Isinya jauh dari Kitab Injil yang diajarkan Isa a.s..
Agama Yahudi pun telah menyimpang dari ajaran Islam yang dibawa
Nabi Musa a.s.. Diberi nama dengan nama salah satu Suku Bani Israil,
Yahuda. Kitab Suci Taurat mereka campur aduk dengan pemikiran para
pendeta dan ajarannya ditinggalkan.
Islam adalah hukum-hukum Allah di dalam Alquran dan Sunnah. Orang
yang ingin melihat Islam hendaknya melihat Kitabullah Alquran dan Sunnah
Rasulullah. Keduanya, menjadi sumber nilai dan sumber hukum ajaran Islam.
Islam tidak dapat dilihat pada perilaku penganut-penganutnya, kecuali pada
pribadi Rasulullah saw. dan para sahabat beliau. Nabi Muhammad saw.
bersifat ma’shum (terpelihara dari kesalahan) dalam mengamalkan Islam.
Beliau membangun masyarakat Islam yang terdiri dari para sahabat Nabi
Muhammad saw yang langsung terkontrol perilakunya oleh Allah dan
RasulNya. Jadi, para sahabat Nabi tidaklah ma’shum sebagaimana Nabi,
36
tetapi mereka istimewa karena merupakan pribadi-pribadi didikan langsung
Nabi Muhammad saw. Islam adalah akidah dan ibadah, tanah air dan
penduduk, ruhani dan amal, Alquran dan pedang sebagaimana telah
dibuktikan dalam hidup Nabi, para sahabat, dan para pengikut mereka yang
setia sepanjang zaman.
Islam adalah jalan Allah yang lurus. Islam merupakan satu-satunya
pedoman hidup bagi seorang muslim. Baginya, tidak ada agama lain yang
benar selain Islam. Karena ini merupakan jalan Allah yang lurus yang
diberikan kepada orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah. (QS. 6:153;
45:18).
Islam pembawa keselamatan dunia dan akhirat Sebagaimana sifatnya
yang bermakna selamat sejahtera, Islam menyelamatkan hidup manusia di
dunia dan di akhirat. Keselamatan dunia adalah kebersihan hati dari noda
syirik dan kerusakan jiwa. Sedangkan keselamatan akhirat adalah masuk
surga yang disebut Daarus Salaam. Allah menyeru (manusia) ke Daarus
Salaam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan
yang lurus (Islam). (QS. 10:25)
Dengan prinsip-prinsip di atas, siapa pun dapat memahami kemuliaan
dan keagungan ajaran agama Allah ini. Nabi Muhammad saw. bersabda,
“Islam itu tinggi dan tidak ada kerendahan di dalamnya.” Sebagai ajaran,
Islam tidak terkalahkan oleh agama lain. Maka, setiap muslim wajib meyakini
kelebihan Islam dari agama lain atau ajaran hidup yang lain (QS.5:3).
Ada dua sisi yang dapat digunakan untuk memahami pengertian agama
Islam, yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan. Dari segi kebahasaan, Islam
berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat, sentosa dan damai. Dan kata salima selanjutnya diubah menjadi
bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Senada
dengan pendapat di atas, sumber lain mengatakan Islam berasal dari bahasa
Arab, terambil dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata
itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat
sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat.
37
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini
dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan
batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia,
sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya (Alquran dan Hadits),
tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis
dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan
material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial,
menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas,