TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD TABARRU’ DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Jurusan Mu’amalah Oleh ROKHANINGSIH 2103104 FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
76
Embed
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD TABARRU’ DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · Bagaimana pelaksanaan akad tabarru’ di PT. Asuransi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD TABARRU’
DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SEMARANG
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Jurusan Mu’amalah
Oleh
ROKHANINGSIH 2103104
FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2008
ii
ABSTRAK
Akad yang mendasari kontrak asuransi kerugian syari'ah adalah akad tabarru’. Dalam akad ini, pihak pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu dalam bentuk kontribusi atau premi tanpa ada keinginan untuk menerima apapun dari orang yang menerima kontribusi atau premi tersebut. Dalam konteks akad asuransi syari’ah, tabarru’ bermaksud memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu di antara sesama peserta takaful (asuransi syariah) apabila di antara mereka yang mendapat musibah.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji: 1. Bagaimana pelaksanaan akad tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang. 2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Pengumpulan data menggunakan interview, dokumentasi dan observasi. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif analisis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan akad tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang, bertujuan untuk kebaikan dan tolong menolong bukan semata-mata untuk tujuan komersial. Dana ini diberikan peserta dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu di antara sesama peserta takaful yang mendapat musibah. Dana klaim diambil dari rekening dana tabarru’ yang dipotongkan dari rekening tabungan peserta sesuai kesepakatan.
Menurut hukum Islam, pelaksanaan akad tabarru’ di PT Asuransi Takaful Keluarga Semarang, tidak mengandung unsur gharar, maisir dan riba. Sebab pelaksanaan akad tabarru’ di PT Asuransi Takaful Keluarga Semarang telah memenuhi persyaratan di antaranya jumlah premi, jangka waktu, akad, bagi hasil, sumber klaim jelas, serta atas kesepakatan kedua belah pihak (penanggung dan tertanggung). Di samping itu, pada zaman sekarang ini akad tabarru’ sangat dibutuhkan masyarakat untuk saling membantu sesama manusia khususnya umat muslim.
iii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi
materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain
atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak
berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang
dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 15 Januari 2008 Penulis, ROKHANINGSIH NIM : 2103104
iv
M O T T O
مثل الذين ينفقون أموالهم في سبيل الله آمثل حبة أنبتت سبع سنابل في آل سنبلة مائة حبة والله يضاعف لمن
)261: البقرة (يشاء والله واسع عليم
Artinya: ”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir:
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Qs. Al-Baqarah : 261).
v
PERSEMBAHAN
Skripsi “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang” penulis persembahkan kepada :
Puji syukur kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat, rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Keluargaku (ayahanda Edy Warsito dan Ibunda Sayini) tercinta, yang telah melahirkan, membesarkan, yang tidak pernah lelah dengan do’anya serta yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, perhatian yang tulus dan tak henti-hentinya memberikan restu dan doa serta motivasi kepada penulis.
Kakak dan adikku tercinta (Mas Rochmat, Mbak April dan adikku Wahyuningsih, Roni Hidayat) yang selalu memberikan semangat.
Teman-teman kost Jelita, terima kasih teman kalian yang telah memberiku warna berbeda dalam hidupku selalu ada dalam liku maupun dukaku.
Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2003 (Iim, Oka, Meni, Atic, Zenab, Pipin) terima kasih kawan kaliah yang telah memberi semangat dan membuat dalam menyelesaikan skripsi.
vi
KATA PENGANTAR
بــسـم اهللا الرحــمـن الرحــيـم
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun
skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad
Tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang”
Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S.1) dalam jurusan Mu’amalah di Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang Jawa Tengah.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad saw, keluarga, sahabat-sahabat serta orang-orang mukmin yang
senantiasa setia jadi pengikutnya.
Selanjutnya dengan segenap kerendahan hati dan penuh kesadaran, penulis
sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, sudah sepatutnya penulis menyampaikan rasa terima kasih tak
terhingga kepada :
1. Drs. H. Muhyiddin, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Drs. Maksun, M.Ag dan Drs. Wahab Zaenuri, M.M. selaku pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam materi skripsi ini.
vii
3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syari'ah yang telah mencurahkan ilmunya
selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo
Semarang.
4. Segenap pegawai perpustakaan Fakultas Syari'ah dan IAIN Walisongo atas
pelayanan yang diberikan dalam peminjaman buku.
5. Bapak Kusman Shobari selaku kepala kantor Cabang PT. Asuransi Takaful
Keluarga Semarang beserta staff yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk mengadakan riset di tempatnya.
6. Bapak Abdurrahman sebagai staff keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga
Semarang, yang dengan ikhlas dan sabar membimbing penulis dalam
penyusunan skrpsi.
7. Ayah dan bunda tercinta, yang senantiasa memberikan motivasi baik secara
moril maupun materiil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Mas dan Mbak serta adikku tercinta yang selalu memberi motivasi, bimbingan
dan arahan kepada penulis, kebaikan kalian tidak akan pernah penulis lupakan
sepanjang hidup.
9. Keluarga besar Bapak Junaidi dan Ibu Miati yang selalu sabar menggantikan
orang tua selama penulis menyelesaikan perkuliahan.
10. Temah-teman kost Jelita yang selalu menjadi sahabat setia dalam suka
Jumhur ulama mendefinisikan tabarru’ dengan “Akad yang
mengakibatkan pemilikan harta tanpa ganti rugi yang dilakukan seseorang
dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela”
Niat tabarru’ dana kebajikan dalam akad asuransi syari'ah adalah
alternatif yang sah yang dibenarkan oleh syara’ dalam melepaskan diri dari
praktek gharar yang diharamkan oleh Allah swt. Dalam al-Qur'an kata
tabarru’ tidak ditemukan. Akan tetapi, tabarru’ dalam arti dana kebajikan dari
kata al-birr “:kebajikan” dapat ditemukan dalam al-Qur'an :10
ليس البر أن تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من ءامن بالله واليوم الآخر والملائكة والكتاب والنبيين وءاتى المال على
اآين وابن السبيل والسائلين وفي حبه ذوي القربى واليتامى والمسالرقاب وأقام الصلاة وءاتى الزآاة والموفون بعهدهم إذا عاهدوا والصابرين في البأساء والضراء وحين البأس أولئك الذين صدقوا
)177: البقرة (لمتقون وأولئك هم اArtinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Qs. Al-Baqarah : 177).11
Tabarru’ dalam makna hibah atau pemberian, dapat kita lihat dalam
firman Allah :
10Muhammad Syakir Sula, op. cit., hlm. 35 11Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: Kumudaskoro Grafindo,
1994, hlm. 43
17
)4: النساء ... (فإن طبن لكم عن شيء منه نفسا فكلوه...Artinya : “….Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari
maskawin itu dengan senang hati maka makanlah (ambillah) pemberian itu…” (Qs. An-Nisa : 4)
Menurut jumhur ulama ayat di atas menunjukkan (hukum) adanya
anjuran untuk saling membantu antar sesama manusia. Oleh sebab itu, Islam
sangat menganjurkan seseorang yang mempunyai kelebihan harta untuk
menghibahkannya kepada saudara-saudaranya yang memerlukan.
Dalam konteks akad dalam asuransi syari'ah, tabarru’ bermaksud
memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu
di antara sesama peserta takaful (asuransi syari'ah) apabila ada di antaranya
yang mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan diambil dari rekening
dana tabarru’ yang sudah diniatkan oleh semua peserta ketika akan menjadi
peserta asuransi syari'ah untuk kepentingan dana kebajikan atau dana tolong-
menolong, karena itu dalam akad tabarru’, pihak yang memberikan dengan
ikhlas memberikan sesuatu tanpa ada keinginan untuk menerima apapun dari
orang yang menerima, kecuali kebaikan dari Allah swt.12
Hal ini berbeda dengan akad mu’awadhah dalam asuransi
(konvensional) di mana pihak yang memberikan sesuatu kepada orang lain
berhak menerima penggantian dari pihak yang diberinya.
Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan
tujuan kebaikan dan tolong menolong bukan semata untuk tujuan komersial.
Dalam akad tabarru’ “hibah”, peserta memberikan hibah yang akan
12Muhammad Syakir Sula, op. cit., hlm. 36
18
digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan
perusahaan hanya bertindak sebagai pengelola.
Mendermakan sebagian harta dengan tujuan untuk membantu
seseorang dalam menghadapi kesusahan sangat dianjurkan dalam agama
Islam. Penderma (mutabarri’) yang ikhlas akan mendapat ganjaran pahala
yang sangat besar, sebagaimana firman Allah swt dalam al-Qur'an ; 13.
بل في آل مثل الذين ينفقون أموالهم في سبيل الله آمثل حبة أنبتت سبع سنا
)261: البقرة (سنبلة مائة حبة والله يضاعف لمن يشاء والله واسع عليم
Artinya: ”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Qs. Al-Baqarah : 261).14
Allah swt memudahkan daan melapangkan jalan bagi orang-orang
yang senantiasaa menafkahkan sebagian hartanya dijalan Allah.
فأما من أعطى واتقى ، وصدق بالحسنى ، فسنيسره لليسرى ، وأما -5: الليل (من بخل واستغنى ، وآذب بالحسنى ، فسنيسره للعسرى
10( Artinya : Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta
mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. (Qs. Al-Lail : 5-10).15
sebagai cara yang disyariatkan Islam untuk mewujudkan ta’awun dan
tadhamun dalam akad tabarru’. Orang yang menolong dan berderma
(mutabarri’) tidak berniat mencari keuntungan dan tidak menuntut
“pengganti” sebagai imbalan dari apa yang telah ia berikan. Karena itulah,
akad-akad tabarru’ ini dibolehkan. Hukumnya dibolehkan karena jika
barang/sesuatu yang di-tabarru’-kan hilang atau rusak di tangan orang yang
diberi derma tersebut (dengan sebab gharar atau jahalah atau sebab lainnya)
maka tidak akan merugikan dirinya. Karena orang yang menerima
pemberian/derma tersebut tidak memberikan pengganti sebagai imbalan
derma yang diterimanya. Contoh misal jika si A diberi sepatu, tetapi sepatu
tersebut belum jelas (gharar misalnya) atau sepatunya rusak atau kekecilan
atau juga sepatunya hilang. maka, ia (si A) tidak merasa rugi sama sekali,
karena ia tidak memberikan pengganti sepatu tersebut. Berbeda dengan akad-
akad mu’awwadah, jika barang yang di-mu’awwadah-kan hilang di tangan
orang yang menerimanya, maka ia akan mengalami kerugian karena ia harus
membayar penggantinya.16
C. Jenis-Jenis Akad Tabarru’
Pada dasarnya, akad tabarru’ ini adalah memberikan sesuatu (giving
something) atau meminjamkan sesuatu (lending something). Dengan demikian
16Muhammad Syakir Sula, op. cit., hlm. 37-38
20
ada 3 (tiga) jenis akad tabarru’ yaitu : (a) Meminjamkan uang (lending), (b)
Meminjamkan jasa kita (lending yourself), dan (c) Memberikan sesuatu
(giving something).
1. Meminjamkan Uang (Lending)
Akad meminjamkan uang ini ada beberapa macam lagi jenisnya,
setidaknya ada 3 (tiga) jenis yaitu sebagai berikut :
a. Bila pinjaman ini diberikan tanpa mengharapkan apapun, selain
mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu maka
bentuk meminjamkan uang seperti ini disebut dengan qard
b. Jika dalam meminjamkan uang ini di pemberi pinjaman mensyaratkan
suatu jaminan dalam bentuk atau jumlah tertentu, maka bentuk
pemberian pinjaman seperti ini disebut dengan rahn.
c. Suatu bentuk pemberian pinjaman uang, dimana tujuannya adalah
untuk mengambil alih piutang dari pihak lain. Bentuk pemberian
pinjaman uang dengan maksud seperti ini disebut hiwalah.17
2. Meminjamkan Jasa (Lending Yourself)
Seperti akad meminjamkan uang, akad meminjamkan jasa juga
terbagi menjadi 3 jenis. Bila kita meminjamkan “diri kita” (yakni jasa
keahlian/ketrampilan) saat ini untuk melakukan sesuatu atas nama orang
lain, maka hal ini disebut wakalah. Karena kita melakukan sesuatu atas
nama orang yang kita bantu tersebut. Maka sebenarnya kita menjadi wakil
orang itu. Itu sebabnya akad ini diberi nama wakalah.
17Adiwarman aswar Karim, op. cit., hlm. 69
21
Selanjutnya, bila akad wakalah ini kita rinci tugasnya, yakni bila
kita menawarkan jasa kita untuk menjadi wakil seseorang, dengan tugas
menyediakan jasa custody (penitipan, pemeliharaan), maka bentuk
peminjaman jasa seperti ini disebut akad wadi’ah.
3. Memberikan Sesuatu (Giving Something)
Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah akad-akad sebagai
berikut : hibah, wakaf, shadaqah, hadiah, dan lain-lain. dalam semua akad-
akad tersebut si pelaku memberikan sesuatu kepada orang lain. bila
penggunaan untuk kepentingan umum dan agama, maka akadnya
dinamakan wakaf objek wakaf ini tidak boleh diperjualbelikan begitu
dinyatakan sebagai aset wakaf. Sedangkan hibah dan hadiah adalah
pemberian sesuatu secara sukarela kepada orang lain.
Begitu akad tabarru’ sudah disepakati, maka akad tersebut tidak
boleh diubah akad tijarah kecuali ada kesepakatan dari kedua belah pihak
untuk mengingatkan diri dalam akad tijarah tersebut.18
D. Penerapan Akad tabarru’ pada Asuransi Syari'ah
Asuransi merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kegiatan asuransi di
Indonesia sudah lama dilakukan. Sedangkan kegiatan asuransi yang berdasar
pada hukum Islam belum lama berkembang di Indonesia. Untuk itu, kegiatan
asuransi syari'ah masih berdasar pada peraturan perundang-undangan yang
18 Ibid. hlm. 70
22
selama ini berlaku sepanjang peraturan mengenai asuransi syari'ah ini belum
dibuat.
Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) adalah
salah satu lembaga yang diakui oleh pemerintah untuk memberikan pedoman
dalam pelaksanaan produk-produk syari'ah di lembaga-lembaga keuangan
syari'ah termasuk asuransi syari'ah.19
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung.20
Konsep asuransi takaful bersendikan pada asas saling membantu atau
gotong royong dan kerjasama untuk saling membantu serta saling melindungi
dengan penuh rasa tanggung jawab apabila ada peserta yang tertimpa
musibah. Asuransi takaful adalah asuransi yang di dalamnya terdapat
kekhususan operasional. Kekhususan sistem operasionalnya asuransi takaful
terletak pada dua bidang, yaitu :
1. Adanya arahan terhadap investasi dari dana yang terkumpul ke sektor-
sektor investasi yang tidak bertentangan dengan syari'ah Islam
2. Adanya porsi bagi hasil yang dapat diterima oleh peserta
asuransi/tertanggung.21
Adapun prinsip-prinsip utama dalam asuransi syari'ah adalah
ta’awanu’ ala al-birr wa al-taqwa (tolong-menolonglah kamu sekalian dalam
kebaikan dan takwa) dan al-tamin (rasa aman). Prinsip ini menjadikan para
19Gemala Dewi, et.al., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cet.-1, Jakarta: Prenada Media,
2005, hlm. 170 20Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI dan
Takaful) di Indonesia, Cet. Ke-1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 165 21Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, Yogyakarta: Salemba
emban Patria, 2002, hlm. 109
23
anggota atau peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan
lainnya saling menjamin dan menanggung resiko.
Hal ini disebabkan transaksi yang dibuat dalam asuransi takaful adalah
akad takaful (saling menanggung) bukan akad tadabuli (saling menukar) yang
selama ini digunakan oleh asuransi konvensional, yaitu pertukaran
pembayaran premi dengan yang pertanggungan.
Para pakar ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syari'ah
atau asuransi takaful ditegakkan atas tiga prinsip utama, yaitu :
1. Saling bertanggungjawab, yang berarti para peserta asuransi takaful
memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk membantu dan menolong
peserta lain yang mengalami musibah atau kerugian dengan niat ikhlas,
karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah.
Rasa tanggung jawab terhadap sesama merupakan kewajiban setiap
muslim. Rasa tanggung jawab ini tentu lahir dari sifat saling menyayangi,
mencintai, saling membantu dan merasa mementingkan kebersamaan
untuk mendapatkan kemakmuran bersama dalam mewujudkan masyarakat
yang beriman, takwa dan harmonis.
2. Saling bekerja sama atau saling membantu yang berarti di antara peserta
asuransi takaful yang satu dengan lainnya saling bekerja sama dan saling
tolong menolong dalam mengatasi kesulitan yang dialami karena sebab
musibah yang diderita.
3. Saling melindungi penderitaan satu sama lain, yang berarti bahwa para
peserta asuransi takaful akan berperan sebagai pelindung bagi peserta lain
24
yang mengalami gangguan keselamatan berupa musibah yang
dideritanya.22
Niat yang ikhlas karena Allah untuk membantu sesama yang
mengalami penderitaan karena musibah, merupakan landasan awal dalam
asuransi takaful. Premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi takaful
harus didasarkan kepada kerjasama tolong-menolong, tabarru’ (sedekah),
sesuai dengan perintah Allah dan untuk mendapat keridhaan-Nya hanya
prinsip asuransi takaful adalah penghayatan semangat saling bertanggung
jawab, kerja sama dan perlindungan dalam kegiatan-kegiatan sosial menuju
tercapainya kesejahteraan umat dan persatuan masyarakat.23
Akad tabarru’ yaitu akad yang didasarkan atas pemberian dan
pertolongan dari satu pihak kepada pihak yang lain. Akad tabarru’ merupakan
bagian dari tabaddul haq (pemindahan hak). Walaupun pada dasarnya akad
tabarru’ hanya searah dan tidak disertai dengan imbalan, tetapi ada kesamaan
prinsip dasar di dalamnya, yaitu adanya nilai pemberian yang didasarkan atas
prinsip tolong-menolong dengan melibatkan perusahaan asuransi sebagai
lembaga pengelola dana.
Dengan akad tabarru’ berarti peserta asuransi telah melakukan
persetujuan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi (sebagai lembaga
pengelola) untuk menyerahkan pembayaran sejumlah dana (premi) ke
perusahaan agar dikelola dan dimanfaatkan untuk membantu peserta lain yang
22Gemala dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari'ah di
kebetulan mengalami kerugian. Akad tabarru’ ini mempunyai tujuan utama
yaitu terwujudnya kondisi saling tolong-menolong antara peserta asuransi
untuk saling menanggung (takaful) bersama.24
Berdasarkan akad yang disepakati, perusahaan dan peserta mempunyai
hak dan kewajiban yang harus ditunaikan kewajiban tertanggung adalah
membayar uang premi sekaligus di muka atau angsuran secara berkala. Uang
premi yang diterima perusahaan dipisahkan atas rekening tabungan dan
rekening tabarru’. Sementara itu, hak tertanggung di antaranya adalah
mendapatkan uang pertanggungan atau klaim serta bagi hasil jika ada. Dengan
mudah dan cepat, kewajiban perusahaan asuransi adalah memegang amanah
yang diberikan para peserta dalam hal mengatasi resiko yang kemungkinan
mereka alami, perusahaan juga menjalankan kegiatan bisnis dan
mengembangkan dana tabungan yang dikumpulkan sesuai dengan hukum
syari'ah.
Sementara itu dana tabarru’ yang telah diniatkan sebagai dana
kebajikan/derma diperuntukkan bagi keperluan para nasabah yang terkena
musibah.
Hak perusahaan asuransi syari'ah di antaranya menerima premi,
mengumpulkan dan mempergunakannya untuk kegiatan bisnis serta
mendapatkan bagi hasil dari kegiatan usaha yang dijalankan.25
24Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan analisis Historis,
Teoritis, dan Praktis, cet. Ke-2, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm. 140 25Abdullah Amrin, Asuransi Syari'ah: Keberadaan dan Kelebihannya di Tengaj Asuransi
Konvensional, Jakarta: Elex Media Kumputindo, 2006, hlm. 67-68
26
Tentang penerapan umum akad tabarru’ pada asuransi syari'ah.
Asuransi syari'ah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di
antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan tabarru’
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syari'ah.
Asuransi syari'ah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang
dikenal dengan istilah “ta’awun”, yaitu prinsip hidup melindungi dan saling
menolong atas dasar ukhuwah Islamiyah antara sesama anggota peserta
asuransi syari'ah dalam menghadapi malapetaka.
Pada asuransi syari'ah, premi yang dibayarkan peserta adalah berupa
sejumlah dana yang terdiri atas dana tabungan dan tabarru’. Dana tabungan
dianggap sebagai dana titipan dari peserta (life insurance) yang akan diolah
oleh perusahaan dengan mendapatkan alokasi bagi hasil (al-mudharabah).
Dana tabungan dan hasil investasi yang diterima peserta akan dikembalikan
kepada peserta ketika peserta mengajukan klaim baik berupa klaim nilai tunai
maupun klaim manfaat asuransi.
Tabarru’ merupakan infaq/sumbangan peserta yang berupa dana
kebajikan yang diniatkan secara ikhlas jika sewaktu-waktu akan dugunakan
untuk membayar klaim atau manfaat asuransi.26
26Ibid. hlm. 4
27
BAB III
PELAKSANAAN AKAD TABARRU’’
DI PT ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SEMARANG
A. Profil PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang
Indonesia sebagai negara yang bardaulat telah menjadi satu kekuatan
tersendiri bagi perkembangan Islam baik secara kultural maupun secara
struktural (kelembagaan). Sejarah membuktikan, bahwa Islam di Indonesia
mempunyai peranan penting dalam membangun dan mengukir sejarah di
tanah air Indonesia. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia
beragama Islam.1
Di bidang bisnis inilah asuransi semakin berkembang terutama dalam
hal perlindungan terhadap barang-barang pergadangannya. Namun,
perkembangan ini tidak sejalan dengan kesesuaian praktek asuransi terhadap
syari'ah. pada paruh kedua abad ke-20 di beberapa negara Timur Tengah dan
Afrika telah mulai mencoba mempraktekkan asuransi dalam bentuk takaful
yang kemudian berkembang pesat hingga ke negara-negara yang berpenduduk
non muslim sekalipun di Eropa dan Amerika.2
Asuransi takaful Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1994 diprakarsai
oleh Tim Pembentuk Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) yang dipelopori
oleh Yayasan Abdi Bangsa (ICMI), Bank Muamalat Indonesia, Asuransi Jiwa
1AM. Hasan ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam : Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritism, dan Praktis, Cet. Ke-1, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm. 151 2Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada, 2005, hlm. 226-
227
28
Tugu Mandiri, departemen Keuangan, serta para pengusaha muslim Indonesia.
Dan diresmikan dengan SK Menkeu No. Kep. 385/KMK.017/1994. hal ini
didorong lahirnya Bank Muamalat Indonesia, dengan asumsi bahwa Bank
syari'ah membutuhkan lembaga asuransi syari'ah untuk mendukung
permodalan dan memperoleh kepercayaan masyarakat.
Melalui seminar nasional dan studi banding dengan takaful Malaysia,
berdirinya PT. Syarikat Takaful Indonesia (PT. STI) sebagai holding company
pada 24 Pebruari 1994. Anak perusahaannya; PT. Asuransi Takaful Keluarga
(Life Insurance) dan PT. Asuransi Takaful Umum (General Insurance). Izin
operasional PT. Asuransi Takaful Keluarga keluar pada 4 Agustus 1994,
diresmikan Menteri Keuangan Marie Muhammad, 25 Agustus 1994 dan PT.
Asuransi Takaful Umum diresmikan pada 2 Juni 1995 melalui SK Menkeu
lebih baik. Bersamaan dengan itu, semangat solidaritas pun dipupuk melalui
iuran kebajikan (tabarru’) peserta asuransi takaful dan semakin banyak
peserta semakin banyak pula tabarru’nya. Sistem tabarru’ dan bagi hasil
(mudharabah) yang ditetapkan dalam pola operasional asuransi takaful
keluarga semarang mengharuskan adanya transparansi di dalam status dana
dan pengelolaannya. Demikian pula dalam hal kontribusi biaya
pengelolaannya, yang disisihkan sedikit daripremi tahun pertama saja
Ditetapkan dengan jelas dan menjadi bagian dari kesepakatan peserta.
Sejak awal peserta mengetahui dengan jelas komponen premi yang disetorkan,
yaitu tabarru’ (iuran kebajikan), tabungan hak mutlak peserta, dan kontribusi
biaya pengelolaan 30 persen premi tahun pertama. Peserta dapat melihat
perkembangan nilai tunai polis dari waktu ke waktu yakni akumulasi tabungan
dan bagi hasilnya. Ketika peserta bermaksud mengundurkan diri dalam masa
perjanjian Asuransi karena sesuatu hal, nilai tunai yang dapat diterimanya
dapat dihitung nilainya dan jelas sumbernya (berasal dari tabungan dan bagi
hasilnya). Demikian pula perundang-undangan ketika klaim meninggal yang
diterima oleh ahli waris peserta, terdiri dari manfaat asuransi atau santunan
kebajikan (bersumber dari tabarru’-tabarru’ peserta), tabungan yang
disetorkan dan bagi hasil tabungannya itu. Dalam hal investasi, selain
pertimbangan profitabilitas, kesesuaian usaha dengan ketentuan takaful
merupakan faktor penentu keputusan investasi.
51
Di dalam asuransi takaful yang sebenarnya terjadi yakni saling
bertanggungjawab, bantu membantu dan melindungi para peserta sendiri.
Perusahaan asuransi takaful diberi kepercayaan (amanah) oleh para peserta,
mengembangkan dengan jalan halal, memberikan santunan kepada yang
mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian. Berkaitan dengan itu, maka
takaful dapat menawarkan dua jenis pertanggungjawaban yaitu :
1. Takaful keluarga (Asuransi Jiwa)
2. Takaful umum (Asuransi Umum).3
Dalam setiap iuran premi dari seorang peserta yang masuk ke
perusahaan takaful langsung dipecah menjadi dua bagian, yaitu :
1. Rekening peserta, yaitu rekening tabungan peserta
2. Rekening peserta khusus, yaitu uang yang diniatkan sebagai dana
kebajikan (tabarru’) dan digunakan untuk membayar klaim (manfaat
takaful) kepada ahli waris, bila ada peserta yang ditakdirkan meninggal
dunia. Besarnya rekening peserta khusus tergantung pada tingkat usia dan
jangka waktu pertanggungan. Rekening ini besarnya antara 5 sampai 30
persen dari iuran premi, semakin tua usia peserta maka semakin besar
tabarru’nya.4
Mekanisme premi tanpa unsur tabungan dilakukan dengan setiap
premi takaful yang diterima akan dimasukkan ke dalam rekening khusus, yaitu
kumpulan dana yang diniatkan untuk tujuan kebajikan atau tabarru’ guna
3Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer, cet. Ke-1, Yogyakarta: UII
Press, 2000, hlm. 76 4Ibdi., hlm. 77
52
membayar klaim kepada peserta bila terjadi musibah atas harta benda peserta
mengalami kerugian5
Dalam pelaksanaan asuransi akad tabarru’ yang menggunakan prinsip
syari'ah dengan akad tabarru’ yaitu niat tolong menolong pada sesama peserta
apabila ditakdirkan mendapat musibah. Pertolongan tersebut tentunya tidak
tertutup kemungkinan untuk kita atau keluarga apabila Allah SWT
mentakdirkan kita lebih dahulu mendapat musibah. Tabarru’ berasal dari kata
tabarraa yatabarru’ tabarrauan, yang artinya sumbangan atau derma. Orang
yang menyumbang disebut mutabari (dermawan). Niat tabarru’ merupakan
alternatif uang yang sah dan diperkenankan. Tabarru’ bermaksud memberikan
dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain
sesama peserta, ketika di antara mereka ada yang mendapat musibah.
Pelaksanaan akad tabarru di PT Asuransi Takaful Keluarga
Semarang, tampaknya sudah sesuai dengan prinsip syari'at Islam dengan cara
menghilangkan sama sekali kemungkinan terjadinya hal-hal yang dilarang
agama seperti adanya unsur gharar, maisir, dan riba. Sebab usaha asuransi
Takaful Keluarga Semarang dalam prakteknya lebih menekankan kepada
keadilan dengan mengharamkan riba, kemudian menghidupkan kebersamaan
dalam menghadapi resiko usaha.
Tidak adanya gharar bisa dilihat pada adanya kejelasan sumber dana
untuk membayar setiap klaim yang akan diambil dari tabungan khusus
tabarru’, rekening tabungan dan hasil investasi. Maisir atau judi tidak berlaku
5Ibid,., hlm. 79
53
dalam asuransi takaful karena premi yang disetor ke perusahaan bila mana
kontraknya habis atau bila peserta mengundurkan diri tidak hilang.6
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Tabarru’ Di PT
Asuransi Takaful Keluarga Semarang
Asuransi dewasa ini merupakan lembaga besar dan modern yang
sudah diterima keberadaannya oleh masyarakat luas, tak terkecuali di
dalamnya umat Islam.7 Namun di kalangan umat Islam masih terdapat
anggapan bahwa asuransi merupakan usaha yang tidak sejalan dengan ajaran
Islam.
Kehadiran asuransi dalam perekonomian modern sekarang ini amat
diperlukan dalam rangka meringankan resiko kerugian ataupun jaminan di
hari tua. Namun karena dalam prakteknya masih ada hal-hal yang dipandang
menyalahi aturan syara’ atau termasuk subhat, maka di antara fuqaha
mengharapkan dipertahankan asuransi itu tetapi harus disesuaikan dengan
aturan Islam.
Asuransi adalah usaha saling melindungi (takaafulii:تكا فلى ) dan
tolong-menolong (ta’aawunii:تعو نى) diantara sejumlah orang melalui investasi
dalam bentuk asset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan takaful yaitu
tidak mengandung unsur ghoror (meragukan), maisir (perjudian), riba, dzulm
(penganiayaan), riswyah (sogokan) barang haram dan maksiat. Akad yang
6Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, cet. Ke-3, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hlm. 103 7Safiudin Shidiq, Hukum Islam Tentang Berbagai Persoalan Kontemporer, cet. Ke-1,
Takaful pada dasarnya merupakan usaha kerjasama saling melindungi
dan menolong antara anggota masyarakat dalam menghadapi malapetaka dan
bencana.15
Mahluk yang lemah, manusia harus senantiasa sadar bahwa
keberadaannya tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau
sesamanya. Dalam firman Allah SWT. dalam QS. Al-maidah (5): 2
... وانوتعاونوا على البر والتقوى وال تعاونوا على اإلثم والعد...
)2: المائدة (
Artinya : “…tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, janganlah tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan…” (Qs. Al-Ma’idah : 2).16
Ayat ini memuat perintah (amr) tolong menolong antar sesama
manusia. Dalam bisnis asuransi, nilai ini terlihat dalam praktek kerelaan
anggota (nasabah) perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar
digunakan sebagai dana sosial (tabarru’). Dana sosial ini berbentuk rekening
tabarru’ pada perusahaan asuransi dan difungsikan untuk menolong salah
satu anggota (nasabah) yang sedang mengalami musibah (peristiwa).
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, bentuk
kerjasama tersebut telah ditumbuhkembangkan sedemikian rupa menjadi
bentuk-bentuk perusahaan takaful yang profesional.17
15 Abdul Rohman Saleh, et.al., Arbitrase Islam di Indonesia, Jakarta: badan Arbitrase
Muamalat Indonesia, 1994, hlm. 149 16Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: Kumudaskoro Frafindo,
1994, hlm. 107 17Ibid., hlm 150
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di PT Asuransi
Takaful keluarga Semarang tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pelaksanaan Akad Tabarru’’ maka peneliti dapat mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan akad tabarru’ di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang,
bertujuan untuk kebaikan dan tolong menolong bukan semata-mata untuk
tujuan komersial. Dana ini diberikan peserta dengan niat ikhlas untuk
tujuan saling membantu di antara sesama peserta takaful yang mendapat
musibah. Dana klaim diambil dari rekening dana tabarru’ yang
dipotongkan dari rekening tabungan peserta sesuai kesepakatan.
2. Menurut hukum Islam, pelaksanaan akad tabarru’ di PT Asuransi Takaful
Keluarga Semarang, tidak mengandung unsur gharar, maisir dan riba.
Sebab pelaksanaan akad tabarru’ di PT Asuransi Takaful Keluarga
Semarang telah memenuhi persyaratan di antaranya jumlah premi, jangka
waktu, akad, bagi hasil, sumber klaim jelas, serta atas kesepakatan kedua
belah pihak (penanggung dan tertanggung). Di samping itu, pada zaman
sekarang ini akad tabarru’ sangat dibutuhkan masyarakat untuk saling
membantu sesama manusia khususnya umat muslim.
B. SARAN-SARAN
1. Sekarang kehadiran akad tabarru’ mulai dibutuhkan masyarakat untuk
menolong peserta lain yang terkena musibah melalui dana kebajikan yang
dikelola perusahaan asuransi.
2. Asuransi takaful keluarga hendaknya melakukan sosialisasi dan publikasi
terhadap masyarakat agar eksistensi asuransi takaful ini diketahui umat
Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya.
3. Perjanjian asuransi dengan asas ta’awun menuntut agar mental para
tertanggung benar-benar siap. Perjanjian yang dilakukan benar-benar
perjanjian tolong menolong, bukan perjanjian tukar menukar. Dengan
demikian, bukan untung rugi yang dipikirkan, tetapi bagaimana hubungan
tolong-menolong dapat ditegakkan.
4. Setiap perusahaan asuransi wajib memelihara kesehatan perusahaan serta
wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syari'ah dan undang-
undang yang mengatur usaha perasuransian.
5. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan tersebut menteri keuangan
hendaknya melakukan pemeriksaan berkala atau setiap waktu apabila
diperlukan terhadap usaha perasuransian.
C. PENUTUP
Rasa syukur yang dalam penulis panjatkan ke hadirat Allah swt,
karena dengan hidayah dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian dan pembahasan skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap akad Tabarru’ di PT asuransi Takaful Keluarga Semarang”.
Dengan pengalaman ini penulis pada menambah pengetahuan yang sangat
berarti bagi bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi para pembaca pada
umumnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan dan kelengkapan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, AM. Hasan, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam : Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritism, dan Praktis, Cet. Ke-1, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Amrim, Abdullah, Asuransi Syari'ah: Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006.
Mujieb, M. Abdul, et.al., Kamus Istilah fiqh, cet. Ke-1, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.
Qardhawi, Yusuf, Halal Haram Dalam Islam, cet. Ke-1, Surakarta: Era Intermedia, 2000.
Saleh, Abdul Rohman, et.al., Arbitrase Islam di Indonesia, Jakarta: badan Arbitrase Muamalat Indonesia, 1994.
Sevilla, Conseula G., Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Press, 1993.
Shidiq, Safiudin, Hukum Islam Tentang Berbagai Persoalan Kontemporer, cet. Ke-1, Jakarta: Intimedia Cipta Nusantara, 2004.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan syari'ah, cet. Ke-2, Jakarta: Ekonosia, 2004.
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syari'ah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, Cet. Ke-l, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Sumitro, Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI dan Takaful) di Indonesia, Cet. Ke-1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Yanggo Chuzaimah, T., dan A. Hafiz Anshary, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Cet. Ke-3, Jakarta: LSIK.
Wirdyaningsih, et. al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, cet. ke-1, Jakarta, Prenada Media, 2005.
www.takaful.com Laporan tahunan takaful Indonesia, 2007
Ya’qub, Hamzah, Kode Etik Dagang Menurut Islam: Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekoomi, cet. Ke-1, Bandung: Diponegoro, 1984.
Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, cet. Ke-3, Jakarta: Haji Masagung, 1992.
PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang, Wawancara dengan Bapak Abdurrahman, tanggal 15 Agustus 2007
PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang, Brosur Produk Takaful
PT. Asuransi Takaful Semarang, Wawancara Bapak Abdurrahman 12 Juli
Wawancara dengan Bapak Abdurrahman
Wawancara dengan Bapak Kusman Shobari Sebagai Kepala Cabang
Wawancara dengan Bapak Kusman Shohari sebagai Kepala Cabang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rokhaningsih
Tempat/tanggal lahir : Purbalingga, 26 Januari 1983
Alamat asal : Arenan Rt. 02 Rw. II Kecamatan Kaligondang,
Kabupaten Purbalingga
Alamat Kost : Jl. Nusa Indah I No. 45 Ngaliyan Semarang