Page 1
i
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK
PEMBIAYAAN MITRA USAHA
(Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
SITI JAMILATUN
NIM: 21412012
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
SALATIGA
2016
Page 2
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pegajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan
koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa.
Nama : Siti Jamilatun
NIM : 214-12-012
Judul :TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA
PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA (Studi
Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
Dapat diajukan kepada fakultas syari’ah IAIN Salatiga untuk diajukan
dalam sidang munaqosyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 20 September 2016
Pembimbing,
Dra. Siti Muhtamiroh, M, SI.
NIP: 19681229 199303 2001
Page 3
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYARI’AH
Jl. Nakula-Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga
Website: www.Iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD
MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA
(Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
Oleh:
Siti Jamilatun
NIM : 21412012
Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Kamis, 29 September
2016 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
sarjana dalam hukum Islam.
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang : Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A. : ...............................
Sekretaris Sidang : H. M. Yusuf Khumaini, M.H. :................................
Penguji I : Luthfiana Zahriani, SH., M.H :................................
Penguji II : Farkhani, SH., S.H.I., M.H. :................................
Salatiga, 29 September 2016
Dekan Fakultas Syari’ah
Dra. Siti Zumrotun, M. Ag.
NIP: 19670115 199803 2002
Page 4
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Jamilatun
NIM : 21412012
Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah
Fakultas : Syari’ah
Judul Skripsi : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADA PELAKSANAAN
AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN
MITRA USAHA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang
Salatiga)
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 23 September2016
Yang menyatakan
Siti Jamilatun
NIM: 21412012
Page 5
v
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
...........................
bukan karena kelebihan yang akan membuatmu bersyukur.
Tapi karena kamu bersyukur semua akan terlihat lebih.
Page 6
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta karunia-
Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak dan ibuku tercinta, Bapak Munir Abdullah dan Ibu Muntamah
Ma’sum yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya, do’anya,
serta segala dukungannya dalam setiap langkah-langkahku.
2. Kakak-kakakku (Nor Kholis, Ali Muhtar, Siti Malikhatun, Siti Latifah)
tersayang, yang dukungan serta doanya tak pernah surut mengiringi
perjuanganku.
3. Adikku Umi Hanik yang saya sayangi, terimakasih yang selalu saling
mengingetkan untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu dan
menjalani kehidupan didunia ini.
4. Agung Ridwan yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.
Page 7
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, yang selalu memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “TINJAUAN HUKUM
ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA
PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA (Studi Kasus di BMT Tumang
Cabang Salatiga)”.
Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi agung, Nabi
Akhiruzzaman, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta
pengikutnya yang senantiasa setia dan menjadikannya suri tauladan. Beliaulah
yang membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang, yakni Dinul Islam.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang telah tulus iklas membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, Md, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumratun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN
Salatiga.
Page 8
viii
3. Bapak Ilya Muhsin,S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari’ah
Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selaku memberikan imunya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan
baik.
4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah di
IAIN Salatiga.
5. Ibu Dra. Siti Muhtamirah, M.SI. selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan saran, pengarahan, dan masukan berkaitan penulisan skripsi
sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.
6. Ibu Lutfia Zahriani,M.H, selaku kepala Lab.Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga
7. Bapak Ni’am selaku manager BMT Tumang Cabang Salatiga yang telah
berkenan memberikan izin penelitian di BMT Tumang Cabang Salatiga serta
memberikan informasi berkaitan skripsi.
8. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi
Fakultas Syari’ah yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.
9. Keluarga Besar Pondok Pesantren Edi Mancoro, terutama Romo K.H
Mahfudz Ridwan Lc, yang selaku mendoakan santrinya untuk meraih
keberhasilan dalam menuntut ilmu, baik dalam keadaan apapun maupun di
manapun.
10. Keluarga Besar Ya Bismillah IAIN Salatiga, Bidikmisi dari angkatan 2011-
2015 yang selalu memberikan dorongan serta motivasi agar selalu bersabar
dalam menghadapi setiap masalah.
Page 9
ix
11. Sahabat-sahabatku tercinta seperjuangan Mbak Suci, Mbak Siti, Mbak Anim,
Mbak winda, Mbak Dina, Selfi, Mbak Ama, Fida, Mbak Asya, Mbak Alfi,
Hafsari, Mbak wardah, Dik Mumun, Dik Nisa, Vivi, Dik Dyah, Viky dan
Mbak Fitri yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi.
12. Sahabat-sahabatku Iva Ekowati, Mas’adah, Fitriyatuz Zahroh, Hafsari Ayu,
dan teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2012 di
IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh
pendidikan di IAIN Salatiga.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa
mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya, serta pembaca
pada umumnya. Amin
Salatiga, September 2016
Penulis,
Page 10
x
Abstrak
Jamilatun, Siti. 2016. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad
Murabahah Pada Produk Pembiayaan Mitra Usaha (Studi Kasus
di BMT Tumang Salatiga) Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan S1
Hukum Ekonomi Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Muhtamirah, M.SI.
Kata Kunci: Hukum Islam, Murabahah, BMT, Pembiayaan.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang banyak digunakan oleh
bank-bank syari’ah karena proses dan prakteknya lebih mudah dibandingkan
dengan pembiayaan lainnya. Pada prinsipnya murabahah didasarkan pada 2 (dua)
elemen pokok, yaitu harga beli serta biaya yang terkait dan kesepakatan atas
margin atau keuntungan. Namun semakin maraknya penerapan murabahah
sehingga menuai kritikan terhadap pelaksanaan murabahah, penggunakan akad
wakalah serta penentuan margin.Pokok permasalahan dalam peneltian ini adalah
bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan Mitra Usaha di
BMT Tumang cabang Salatiga dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap
praktek tersebut?
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan emperis.
Adapun teknik pengumpulan data meliputi observasi, interview, dokumentasi,
sedangkan teknik analisisnya adalah analisis deskriptif, yaitu metode yang dipakai
untuk membantu dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat
dalam situasi tertentu serta mengetahui bagaimana mencapai tujuan yang
diinginkan. Data yang diperoleh akan dianalisis dan digambarkan secara
menyeluruh dari fenomena yang terjadi pada akad murabahah pada produk
pembiayaan Mitra Usaha di BMT Tumang cabang Salatiga.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan akad murabahah pada
produk Mitra Usaha belum sesuai dengan hukum Islam, dikarenakan dalam
pelaksanaan akad ada tambahan akad wakalah. Kemudian pihak BMT menjualnya
kepada nasabah ditambah margin keuntungan untuk dibayar nasabah pada jangka
waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan awal. Begitu pula penentuan margin
yang masih terlihat menyandarkan proses yang dilaluinya dengan tingkat suku
bunga secara langsung.
Page 11
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL…………………………………………………
NOTA PEMBIMBING……………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………...
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN………………………………
HALAMAN MOTO……………………………………...…………
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………….…...……
KATA PENGANTAR………………………………………………
ABSTRAK………………………………………………...…………
DAFTAR ISI…………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………
DAFTAR TABEL ………………………………………....................
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………....
B. Rumusan Masalah……………………………………………..
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….....
D. Kegunaan Penelitian…………………………………………..
E. Penegasan Istilah……………………………………………...
F. Tinjauan Pustaka …………………………………………......
G. MetodePenelitian………………………………......…………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xi
xvi
xvii
xviii
1
3
3
4
5
7
10
H. Sistematika Penulisan…………………………………………... 17
Page 12
xii
BAB II: AKAD MURABAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN
MITRA USAHA
A. Tinjauan Umum Akad Murabahah
..………………………...
19
1. Pengertian Murabahah…………………...........………… 19
2. Landasan Hukum Murabahah...............……………... …… 21
3. Rukun dan Syarat Murabahah…………………....……... 22
4. Jenis Murabahah .... ……………....………………........... 24
5. Manfaat Murabahah……………………………………. 25
6. Resiko Murabahah ...................................................…...… 25
B. Tinjauan Umum BMT..…………………………………… 26
1. Pengertian BMT ......................................………...…… 26
2. Prinsip-prinsip BMT....................................…….............. 27
3. Kegiatan BMT………………………………….……… 29
C. Tinjauan Umum Pembiayaan…………………………… 30
1. Pengertian Pembiayaan …………………………...………
2. Jenis-jenis Pembiayaan……………………………………
30
31
3. Jaminan Pembiayaan……………………………...……… 38
4. Prinsip-prinsip Pembiayaan…………………………......… 39
5. Teknik Penyelesaian Pembiayaan Macet…………….......… 41
BAB III PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK
PEMBIAYAAN MITRA USAHA DI BMT TUMANG
A. Profil BMT Tumang……..…………………………………… 44
Page 13
xiii
1. Sejarah BMT Tumang............…………………...………. 44
2. Visi dan Misi BMT Tumang……………………………… 45
3. Keunggulan BMT Tumang ...............……………………… 45
4. Kelengkapan Organisasi...................……………………… 46
5. Struktur Organisasi ....................………………………… 46
6. Kondisi Sumber Daya Insani...............……………………
7. Produk-produk BMT Tumang .............................................
B. Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan
MitraUsaha ...............................................................................
54
56
63
C. Ketentuan Umum Pembiayaan Murabahah pada Produk Mitra
Usaha di BMT Tumang..........................................................
70
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK
PEMBIAYAAN MITRA USAHA DI BMT TUMANG
A. Tinjauan Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada
Produk Pembiayaan Mitra Usaha ………...............................
75
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad
Murabahah Pada Produk Pembiayaan Mitra Usaha di BMT
Tumang……………………………....………………………
81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 95
B. Saran ………………………………………………………..... 96
Daftar Pustaka
Page 14
xiv
Lampiran-lampiran
Page 15
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang 47
Gambar 3.2: Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang Cabang Salatiga 48
Page 16
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Jumlah Pengelola KJKS BMT Tumang Cabang Salatiga 55
Page 17
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Fatwa Dewan Syari’ah No: 04/DSN-MUI/IV/2000
Lampiran II : Akad Pembiayaan Murabahah di BMT Tumang
Lampiran III : Akad Pembiayaan Al-Wakalah di BMT Tumang
Lampiran IV : Kuitansi Pembiayaan, Slip Angsuran, Kuitansi
Lampiran V : Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran VI : Tanda Terima dan Pengambilan Jaminan
Lampiran VII : Brosur BMT Tumang
Lampiran VIII : Riwayat Hidup Penulis
Lampiran IX : Lembar Konsultasi
Lampiran X : Nilai SKK
Page 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) merupakan Lembaga Keuangan
Syari’ah, bukan bank yang berdiri berdasarkan syari’at Islam dan bergerak
dalam upaya memberdayakan umat, serta keuangan non bank yang beroperasi
sesuai dengan prinsip syari’ah. Baitul Maal wat-Tamwil ini bergerak dalam
penggalangan dana masyarakat dalam bentuk simpanan serta menyalurkannya
dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan usaha dengan sistem jual beli, bagi
hasil maupun jasa.
BMT lebih menekankan pada prinsip bagi hasil yang merupakan
landasan utama dalam semua operasinya, baik dalam pengerahan dananya
maupun dalam penyaluran dananya (pembiayaan).Oleh karena itu, jenis-jenis
penghimpunan dana dan pemberian pembiayaan pada bank syari’ah terutama
juga menggunakan prinsip bagi hasil (mudharabah), kerjasama (musyarakah)
dan jual beli. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli bisa dilakukan dengan
akad murabahah, salam, ataupun istishna’.Penyaluran dana dengan prinsip
sewa dengan akad ijarah. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli yang
paling dominan adalah menggunakan akad murabahah (Veithzal Rivai dkk,
2007:768).
Murabahah dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No.04/DSN–
MUI/IV/2000 yaitu menjual sesuatu barang dengan menegaskan harga
Page 19
2
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai laba (Muthaher, 2012:58).
Murabahah dalam fiqih Islam merupakan bentuk jual beli yang tidak
ada hubungannya dengan pembiayaan pada mulanya. Murabahah dalam
Islam berarti jual beli ketika penjual memberitahukan kepada pembeli biaya
perolehan dan keuntungan yang diinginkannya. Namun demikian bentuk jual
beli ini kemudian digunakan oleh perbankan syari’ah dengan menambah
beberapa konsep lain sehingga menjadi bentuk pembiayaan
(Viethzal,2007:779).
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang banyak
digunakan oleh bank-bank syari’ah karena proses dan prakteknya lebih
mudah dibanding dengan pembiayaan lainnya. Pembiayaan murabahah
memiliki karaktersistik tersendiri.Pertama, akad yang digunakan dalam
pembiayaan murabahah adalah akad jual beli. Kedua, barang dagangan harus
tetap dalam tanggungan bank selama transaksi antara bank dan nasabah
belum diselesaikan.Ketiga, keuntungan dalam pembiayaan murabahah
berbentuk margin penjualan yang sudah termasuk harga jual. Keempat,
pembayaran harga barang dilakukan secara tunai maupun cicil. Kelima,
pembiayaan murabahah memungkinkan adanya jaminan(Andria,2007:780).
Dalam pelayanan produk pembiayaan baik untuk keperluan konsumtif,
investasi, maupun produktif hanya menggunakan akad murabahah.Sehingga,
keperluan pembiayaan pada mitra usaha yang sifatnya produktif juga
menggunakan akad murabahah. Karena umumnya pembiayaanmitra usaha
Page 20
3
yang sifatnya produktifitu cenderung menggunakan akad mudharabah
musyarakah.Tapi dalam prakteknya, akad murabahah itu diterapkan pada
produk pembiayaan mitra usahadi BMT Tumang Cabang Salatiga.
Fenomena tersebut diatas mendorong penulis untuk meneliti lebih
lanjut bagaimana pelaksanaan akad murabahah di BMT Tumang Cabang
Salatiga. Sehingga penulis tertarik akan melakukan penelitian dalam sebuah
skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan
Akad Murabahah pada Produk Pembiayaan Mitra Usaha (StudiKasus
di BMT Tumang Cabang Salatiga)”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaanakad murabahah pada produk pembiayaan mitra
usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga?
2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad
murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang
Cabang Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan
mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga
2. Untuk mengetahui tentang pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan
akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang
Cabang Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Page 21
4
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide dan
sumbangan pemikiran yang bernilai ilmiah bagi pengembangan khasanah
dan ilmu pengetahuan.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi BMT Tumang Cabang Salatiga
Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pentingnya
ketegasan hukum Islam dalam masalah-masalah yang terjadi dalam
pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha
diBMT Tumang Cabang Salatiga.
b. Bagi Peneliti
Menambah ilmu pengetahuan serta wawasan dan pembentukan
pola berpikir dalam menganalisa bagaimana pelaksanaan akad
murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang
Cabang Salatiga apakah sudah sesuai hukum Islam atau belum.
c. Bagi Mahasiswa
Memberi wawasan dan pemahaman kepada mahasiswa sebagai
bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.
E. Penegasan Istilah
Page 22
5
1. Hukum Islam
Hukum Islam merupakan khitbah (sabda) pencipta syari’at yang
berkaitan dengan perbuatan orang-orang mukallaf, yang mengandung
suatu tuntutan atau pilihan yang menjadikan sesuatu sebagai sebab,syarat
atau penghalang bagi adanya sesuatu yang lain (Mukhta Yahya dkk, 1986:
121).
Menurut para ahli fiqh hukum Islam disistimatisasikan menjadi dua
bagian besar yaitu ibadat dan muamalat. Tujuan ibadat adalah sebagai
pernyataan syukur kepada Allah dan mendekatkan diri kepadaNya
(taqarrub) serta mengharapkan pahala di hari akhirat. Sedangkan
mu’amalat tujuan pokoknya adalah mewujudkan berbagai kemaslahatan
manusia dalam pergaulan hidupnya di dunia (Zarkowi Soejoeti, 1987:10).
Di kalangan madzhab Hanafi, menyebutkan bahwa urusan agama itu
meliputi keyakinan (al-i’tiqadat), akhlak (al-adab), ibadat, muamalat dan
uqubat. Dua yang pertama bukan bidang fiqh, sedangkan ibadat terdiri
sholat, zakat, puasa, haji. Muamalat meliputi lima pembahasan yakni al-
mu’awadlat al-maliyah (transaksi kebendaan), al- amanat (deposit), al-
ziwaj (perkawinan), al-mukhashamat (perselisihan di pengadilan), al-
tarikat (warisan), uqubat (hukuman) (Zarkowi Soejoeti, 1987:11).
Para fuqaha Imam Syafi’i membagi lapangan fiqh kepada empat
rukun, yaitu al-ibadat, al-mu’amalat, al-ziwaj dan yang berhubungan
dengannya dan al-uqubat. Pembagian demikian ini karena hukum-hukum
syar’i itu ada yang berhubungan dengan urusan ukhrawi yaitu ibadatada
Page 23
6
yang berhubungan dengan urusan duniawi diantaranya yang dimaksudkan
untuk memelihara kelangsungan diri manusia yaitu mu’amalat, yang
berhubungan dengan pemeliharaan kelangsungan jenis di lingkungan
keluarga yaitu ziwajdan yang berhubungan dengannya, dan memelihara
kelangsungan jenis di lingkungan kota yaitu uqubat (Zarkowi Soejoeti,
1987:11-12).
2. Akad (perikatan)
Akad menurut para ahli hukum Islam yaitu pertalian antara ijab dan
qabul yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum
terhadap obyeknya(Gemala dkk,2005:46).
Yang di maksud akad dalam pembahasan ini adalah adanya
kesepakatan antara nasabah dengan BMT Tumang Cabang Salatiga
dimana akad tersebut menimbulkan akibat hukum terhadap obyek yang
diperjanjikan.
3. Murabahah
Murabahah yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty
contracts, karena dalam murabahah ditentukan berupa required rate of
profit nya atau keuntungan yang ingin diperoleh (Karim, 2010:113).
Murabahah yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah suatu
produk yang berupa pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang
Salatiga yang berbentuk pemberian modal usaha dimana BMT Tumang
Page 24
7
Cabang Salatiga sebagai pemberi modal dengan menyatakan harga
ditentukan oleh jangka waktu pembayaran dengan margin keuangan yang
disepakati anatara nasabah BMT Tumang Cabang Salatiga.
4. Pembiayaan Mitra Usaha.
Pembiayaan yang dimaksudkan disini adalah pendanaan yang
dilakukan oleh BMT Tumang Cabang Salatiga kepada nasabah sebagai
pembiayaan mitra usaha. Sedangkan mitra usaha adalah pemberian modal
usaha berupa barang oleh BMT kepada nasabah yang digunakan untuk
modal usaha kerja.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari
penelitian yang ada. Beberapa penelitian terkait yang membahas tentang
murabahah dalam ruang lingkup yang berbeda diantaranya adalah:
Pertama, Atika Emilia Sula (2010) yang berjudul “Reformulasi Akad
Pembiayaan murabahah dengan sistem musyarakah sebagai Inovasi Produk
Perbankan Syari’ah”. Penelitian tersebut tentang konsep pembiayaan
murabahah dengan sistem musyarakah dengan menggabungkan dua skim
pembiayaan dalam transaksi dan operasionalnya tetap menggunakan sistem
murabahah sebagai akad diawal pembiayaan konsumtif tetapi mengubah
model angsuran pembiayaan tersebut dengan sistem musyarakah, yang
semula pengembalian atau angsuran dilakukan dengan pembayaran pokok
pinjaman ditambah margin dari pembiayaan angsuran tesebut dengan sistem
Page 25
8
musyarakah, bahkan dapat dimungkinkan untuk terjadi pemindahan
kepemilikan barang dengan sistem sewa beli (ijarah muntahia bittamlik).
Kedua, Isral Sani (2011) yang berjudul “Pelaksanaan Pembiayaan
Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) Pada Baitul Mal Wa
Tamwil(BMT) Agama Madani Nagari Sungai Pua Kabupaten Agam”.
Penelitian tersebut mengkaji hakdan kewajiban BMT Agam Madani dalam
pelaksanaan pembiayaan prinsip bagi hasil serta bagaimana mekanisme
pembiayaan dan kendala-kendalanya dalam pembiayaan dengan prinsip bagi
hasil. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat
deskriptif. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa dalam pelaksanaan
pembiayaan tersebut ada beberapa kendala dalam pengelolaan usaha adanya
anggota yang belum mampu mengelola usahanya secara baik dan kurangnya
profesionalisme BMT dalam melaksanakan pembiayaan dalam jumlah besar.
Hal yang tak terduga yang menimpa nasabah sehingga tidak bisa
melaksanakan kewajibanya untuk memberikan bagi hasil dari usahanya
karena merugi. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, pihak BMT Agam
lebih berhati-hati dalam memberikan pembiayaan mudharabah kepada
nasabah supaya tidak rugi, selain itu lebih meningkatkan pengontrolan dan
pengawasan terhadap usaha yang dilakukan nasabah, guna menghindari
terjadinya penyalahgunaan dana yang diberikan. Dan diharapkan kepada
pemerintah menyiapkan undang-undang yang secara khusus mengatur tentang
koperasi syari’ah.
Page 26
9
Ketiga, skripsi dari Nur Inayah (2009) yang berjudul “Strategi
Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayaan Murabahah di BMT
Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan tentang
strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan murabahah di
BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan dan
menguraikan data-data yg telah terkumpul yang diperoleh di lapangan. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa dalam penanganan terhadap nasabah yang
pembiayaannya bermasalah pihak BMT menggunakan cara-cara yang lebih
bersifat kekeluargaan seperti melakukan silaturahim, pembinaan
rescheduling, memberi peringatan kemudian sita jaminan.
Keempat, skripsi dari Benny Kurniawan(2001) dengan judul “ Studi
Analisis Tentang Praktek Pembiayaan murabahah di Bank Muamalah
Cabang Semarang (Studi Kasus Pembelian Mesin Cetak Finishing Pada PT
Karya Toha Putra Semarang)”. Dimana dalam praktek murabahah tersebut
merupakan bentuk bisnis dan kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi
jual beli (lading acting) menjadi permindahan hak milik barang(sale
purchase translation). Dalam murabahah ini pihak bank dapat memberikan
atau menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh pengusaha untuk
dijual lagi dan bank minta tambahan harga (cost) atas harga pembelian.
Dengan syarat si pemilik barang harus memberikan informasi kepada pembeli
tentang harga dan keuntungan bersihnya. Selain membahas praktek
murabahah di Bank Muamalah Cabang Semarang, secara umum dalam
Page 27
10
skripsi ini juga dibahas tentang murabahah menurut fatwa Dewan Syari’ah
Nasional (DSN) No.04/GSM-MUI/IV/2000 serta relevansinya dalam praktek
murabahah di Bank Muamalah Cabang Semarang.
Kelima, Skripsi oleh Ahmad Irfan (1999) yang berjudul “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Praktek Wakalah di Bank Syari’ah Mandiri (BSM)
Pekalongan”.Dalam skripsinya dia menjelaskan tentang bentuk wakalah
yang ada di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan. Dari berbagai macam
bentuk wakalah yang ada di perbankan syari’ah, di BSM Pekalongan hanya
bentuk transfer uang saja, jasa transfer yang dilakukan tidak bertentangan
dengan hukum Islam, karena dalam hal ini berlaku akad ijarah dimana wakil
sebagai ajir sedangkan muwakil sebagai musta’jir, dengan demikian pada
prinsipnya wakalah merupakan sebuah akad, maka muwakil dan wakil harus
memenuhi persyaratan kecakapan bertindak secara sempurna.
Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kedekatan
judul dengan judul penelitian yang penulis lakukan. Namun penelitian yang
penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti
lainnya. Letak perbedaannya pada permasalahan yang penulis fokuskan.
Penulis menitikberatkan pada bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada
produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga apakah
sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian& Pendekatan
a. Jenis Penelitian
Page 28
11
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif ini metode yang digunakan
adalah wawancara (observasi) pengamatan dan pemanfaatan dokumen
(Moleong, 2001:6).
Penelitian ini berusaha untuk memahami bagaimana hukum Islam
menganalisis pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan
mitra usaha di BMT Tumang cabang Salatiga. Penelitian kualitatif
dipilih karena dipandang cocok untuk mengekspresikan temuan kasus-
kasus yang berkaitan dengan pelaksanaan akad murabahah pada
produk pembiayaan mitra usaha dengan cara terjun langsung ke
lapangan yaitu di BMT Tumang Cabang Salatiga.
b. Pendekatan
Yang bertujuan untuk mengetahui, bagaimana pelaksanaan akad
murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang
Cabang Salatiga ini menggunakan pendekatanyuridis normatif yaitu
suatu penelitian yang secara deduktif dimulai analisa terhadap pasal-
pasal dalam peraturan perundang-undangan yang megatur terhadap
permasalahan tersebut.
Penggunaan pendekatan ini, dimaksudkan untuk memahami
bagaimana hukum Islam menganalisis pelaksanaan akad
Page 29
12
murabahahpada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang
Cabang Salatiga.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam Penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data di
lapangan dengan menggunakan alat penelitian aktif dalam mengumpulkan
data di lapangan. Selain itu alat yang dijadikan untuk pengumpulan data
bisa berupa dokumen-dokumenyang menunjang keabsahan hasil penelitian
nanti serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya
penelitian, seperti kamera dan alat perekam.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian itu akan
dilakukan. Dalam penelitian yang akan penulis teliti adalah di koperasi
jasa keuangan BMT Tumang Cabang Salatiga.
4. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitian.
1) Responden
Responden adalah orang yang dapat memberikan informasi
tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Dalam
penelitian nanti yang menjadi informan adalah manager
Page 30
13
BMTTumang Cabang Salatiga, para pegawai BMT Tumang Cabang
Salatigadan nasabah BMT Tumang Cabang Salatiga.
2) Dokumen
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data
primer, yaitu dokumen-dokumen berhubungan dengan BMT
Tumang Cabang Salatiga, yang di antaranya adalah struktur
organisasi di BMT Tumang Cabang Salatiga, data-data berupa
keuangan nasabah BMT Tumang Cabang Salatiga, data-data tata
cara dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari
berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama.
Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah
dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil penelitian
sebelumnya yang meneliti hal serupa.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga metode pengumpulan
data :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan secara langsung kepada suatu
obyek yang akan diteliti yang dilakukan dalam waktu singkat (Gorys
Keraf,1994:162).
Page 31
14
Dalam observasi nanti, data yang ingin peneliti peroleh secara
langsung dari BMT Tumang Cabang Salatiga dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi pada obyek
penelitian seperti dengan cara mengamati keadaan sekitar BMT
Tumang Cabang Salatiga proses pelayanan pada nasabah dalam
memberikan pembiayaan, serta fasilitas yang ada di BMT Tumang
Cabang Salatiga tersebut.
b. Interview
Interview yaitu cara memperoleh keterangan atau data dengan
cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak BMT
Tumang Cabang Salatiga dalam hal ini adalah manager BMT Tumang
Cabang Salatiga, pegawai BMT Tumang Cabang Salatiga dan sebagian
nasabah BMT Tumang Cabang Salatigayang telah mengajukan
pembiayaan mitra usaha di BMT tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan, menyusun dan mengelola
dokumen-dokumen tertulis yang terdapat di BMT Tumang Cabang
Salatiga dan kegiatan yang dianggap berguna untuk dijadikan bahan
keterangan yang berhubungan dengan penelitian nanti.
6. Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif
analisis.Analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
Page 32
15
terhadap data primer dan sekunder. Selanjutnya diuraikan dan disimpulkan
dengan memakai metode berfikir induktif yaitu pengambilan kesimpulan
dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan
yang bersifat umum (Sudjana, 1988:7).
Kesimpulan ini ditarik dari fakta atau data khusus berdasarkan
pengamatan di lapangan untuk menilai apakah pelaksanaan akad
murabahah pada produk pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang
Salatiga sudah sesuai denganhukum Islam atau belum.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk
mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa
keabsahan data.
Dalam penelitian nanti, penulis menggunakan pengecekan keabsahan
data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono
(2010:274) triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut:
a. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
b. Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.
Page 33
16
Dalam penelitian nanti, penulis menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik, yaitu dengan membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
8. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian yang akan peneliti teliti nanti akan dilakukan
dengan berbagai tahap yaitu:
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian seperti penulis menentukan topik penelitian,
mencari informasi tentang pelaksanaan akad murabahah pada produk
pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga, pembuatan
proposal penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang
harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung ke lapangan
untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada
informan, melakukan observasi dan dokumentasi.
c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa
cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut
dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada
objek yang akan diteliti.
d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul dan
dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang
Page 34
17
dilakukan penulis selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut
sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian nanti adalah
sebagai berikut;
Bab I Pendahuluan, yang merupakan garis-garis besar pembahasan isi
pokok penelitian yang terdiri atas; latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodelogi penelitian,
dan sistematika penulisan penelitian.
Bab II Kajian Pustaka, meliputi tinjauan umum tentang murabahahyang
meliputi murabahah dalam fiqh muammalah, murabahah dalam DSN MUI
No:04/DSN/MUI/IV/2000 dan murabahah dalam lembaga keuangan syari’ah
dan tinjauan umum tentang BMT (Baitul Maal wat Tamwiil) dan tinjauan
umum tentang pembiayaan murabahah
Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian yaitu mendiskripsikan
tentang pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usahadi
BMT Tumang Cabang Salatiga. Pada bab ini dijelaskan sekilas tentang objek
penelitian seperti sejarah berdirinya, struktur organisasi beserta tugas-
tugasnya, visi dan misi , bidang usaha pemberian modal yang mana harga
ditentukan jangka waktu pembayaran dan karakteristik akad murabahah.
Bab IV Pembahasan yaitu membahas tentang analisis hukum Islam
terhadap pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra
usahadi BMT Tumang Cabang Salatiga. Pada bab ini menguraikan tentang
Page 35
18
jawaban terhadap pokok permasalahan dari penelitian yaitu tentang
pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT
Tumang Cabang Salatiga apakah sudah sesuai dengan hukum Islam atau
belum.
Bab V adalah penutup yang merupakan kesimpulan dan saran-saran
mengenai persoalan yang telahdijabarkan pada bab-bab
sebelumnya.Kemudian pada bagian akhir dari skripsi nanti adalah daftar
pustaka dan lampiran-lampiran.
Page 36
19
BAB II
AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA
A. Tinjauan Umum Akad Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Secara bahasa, murabahah berasal dari kata ribh yang bermakna
tumbuh dan berkembang dalam perniagaan. Dalam istilah syari’ah, konsep
murabahah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda menurut
pendapat para ulama’. Di antaranya, menurut Utsmani, murabahah
merupakan salah satu bentuk jual beli yang mengharuskan penjual
memberikan informasi kepada pembeli tentang biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas (harga pokok pembelian) dan
tambahan profit yang diinginkan yang tercermin dalam harga jual (Ismail,
2012: 91).
Menurut Antonio sebagaimana yang dikutip oleh Osmad Muthaher
(2012: 57) murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Jadi dalam jual beli murabahah
penjual harus memberi tahu kepada pembeli mengenai harga pokok barang
yang ia beli dan menentukan keuntungan sebagai tambahannya.
Sedangkan menurut para fuqaha, murabahah sebagai penjualan
barang seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah
Page 37
20
margin keuntungan yang disepakati. Secara khusus penjual harus memberi
tahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan menyatakan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut (Wiroso, 2005:
13).
Murabahah menekankan adanya pembelian komoditas berdasarkan
permintaan konsumen, dan proses penjualan kepada konsumen dengan
harga jual yang merupakan akumulasi dari biaya beli dan tambahan profit
yang diinginkan.
Dengan demikian, bila terikat dengan pihak bank diwajibkan untuk
menerangkan tentang harga beli dan tambahan keuntungan yang diinginkan
kepada nasabah. Dalam konteks ini, bank tidak meminjamkan uang kepada
nasabah untuk membeli komoditas tertentu. Akan tetapi, pihak banklah yang
berkewajiban untuk membelikan komoditas pesanan nasabah dari pihak
ketiga, dan kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan harga yang
disepakati kedua pihak (Ismail, 2015: 91).
Murabahah berbeda dengan jual beli biasa (musawamah). Dalam jual
beli musawamah terdapat proses tawar menawar (bargaining) antara penjual
dan pembeli untuk menentukan harga jual, penjual juga tidak menyebutkan
harga beli dan keuntungan yang diinginkan. Berbeda dengan murabahah,
harga beli dan margin yang diinginkan harus dijelaskan kepada pembeli
(Ismail, 2015: 91).
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa murabahah
adalah akad jual beli atas suatu barang dengan harga yang disepakati antara
Page 38
21
penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan
sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan
yang diperolehnya.
2. Landasan Hukum Murabahah
Menurut Zuhaili sebagaimana yang dikutip oleh Wiroso (2015:15),
bahwa ketentuan tentang murabahah merupakan suatu jenis jual beli yang
dibolehkan oleh syari’at, dalil kebolehannya adalah sama dengan jual beli
pada umumnya yaitu:
a. Al-Qur’an
Dalam surat An-Nisa’ Allah swt, berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka
diantara kamu,dan janganlah kamu membunuh dirimu,
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”(QS. An-Nisa’(4) :29)
b. Hadis
Menurut Imam Syafi’i diperbolehkannya jual beli dalam kitab al
umm juz 4 halaman 6 berkata bahwa:
فأ صل البع كلا هباح إ را كا ج برضا الوخبا عي الجا ئس اال هر فوا حبا عا
ها كا ى ف هع ها ع رسل , إال ها ع رسل هللا ص م ها ,
ها فا رق ر لك ابحا ,داخل ف الوع ال ع , هللا ص م هحرم بإ ر
بوا صفا هي إ با حت البع ف كخاب هللا
Page 39
22
c. Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
Dewan Syari’ah Nasional menetapkan aturan tentang murabahah
sebagaimana tercantum dalam fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-
MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000.
3. Rukun dan Syarat Murabahah
a. Rukun Murabahah
Murabahah mempunyai beberapa rukun yaitu:
1) Penjual (ba’iu )
2) Pembeli (musytari’ )
3) Barang yang diperjual belikan (mabi’)
4) Harga barang (tsaman )
5) Pernyataan serah terima (ijab qabul ) (Veithzal dkk, 2008: 146-147).
b. Syarat Murabahah
Terdapat delapan syarat terbentuknya akad murabahah, yaitu:
1) Tamyiz
2) Berbilang pihak
3) Pertemuan kehendak atau kesepakatan
4) Kesatuan majlis
5) Obyek ada pada waktu akad (dapat diserahkan)
6) Obyek dapat ditransaksikan
7) Obyek tertentu atau dapat ditentukan.
8) Tidak bertentangan dengan ketentuan syari’ah.
Page 40
23
Dalam jual beli murabahah, menurut Ismail Nawawi sebagaimana
yang dikutip oleh Al-Kasani (220-222) dikatakan sah jika memenuhi
beberapa syarat berikut ini:
1) Mengetahui harga pokok
Akad jual beli ini berdasarkan pada kejelasan informasi
tentang harga beli. Jika harga beli tidak dijelaskan kepada pembeli dan
ia telah meninggalkan majlis maka jual beli dinyatakan akadnya batal.
2) Adanya kejelasan keuntungan (margin)
Hendaknya margin keuntungan juga diketahui oleh pembeli,
karena margin keuntungan tersebut termasuk bagian dari harga,
sedangkan mengetahui harga merupakan syarat sah jual beli.
3) Modal yang digunakan untuk membeli obyek transaksi harus
merupakan barang mitsil, dalam arti terdapat padanannya di pasaran,
alangkah baiknya jika menggunakan uang.
Disamping itu dalam ijab qabul terdapat beberapa syarat yang
harus dipenuhi, menurut Zuhaily (1989: 105-106) sebagai berikut:
1) Adanya kejelasan maksud dari kedua belah pihak
Dalam arti ijab dan qabul yang dilakukan harus bisa
mengekspresikan tujuan dan maksud keduanya dalam bertransaksi.
Penjual mampu memahami apa yang diinginkan oleh pembeli dan
begitu sebaliknya.
2) Adanya kesesuaian antara ijab dan qabul
Page 41
24
Dalam hal obyek transaksi ataupun harga, artinya terdapat
kesamaan di antara keduanya tentang kesepakatan, maksud, dan obyek
transaksi. Jika tidak terdapat kesesuaian maka akad dinyatakan batal.
3) Adanya pertemuan antara ijab dan qabul (berurutan dan bersambung)
Yakni ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis, maksudnya
kedua pihakuntuk membuat kesepakatan, atau pertemuan pembicaraan
dalam satu obyek transaksi.
Di samping syarat-syarat di atas, terdapat juga syarat-syarat khusus,
yaitu:
1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas dari riba
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang yang sesudah pembelian.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya pembelian secara hutang. Secara prinsip, jika
syarat dalam (1) (4) (5) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan
untuk melanjutkan pembelian seperti apa adanya atau kembali kepada
penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual, atau
membatalkan kontrak (Antonio, 2001:102).
4. Jenis Murabahah
Murabahah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Murabahah tanpa pesanan
Page 42
25
Jual beli murabahah dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau
tidak, sehingga penyediaan barang, dilakukan sendiri oleh bank syari’ah
dan dilakukan tidak terkait dengan jual beli murabahah.
b. Murabahah berdasarkan pesanan
Bank syari’ah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual
beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan
barang baru dilakukan jika ada pesanan pada murabahah ini, pengadaan
barang-barang tergantung atau terkait langsung pesanan atau pembelian
barang tersebut.
5. Manfaat Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis, transaksi murabahahmemiliki beberapa
manfaat, murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syari’ah. Salah
satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari
penjual dengan harga jual kepada nasabah dan sistemnya sangat sederhana
(Antonio, 2001:106-107).
6. Resiko Murabahah
1) Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
2) Fluktuasi harga komparatif; ini terjadi bila harga suatu barang di pasar
naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa
mengubah harga jual beli tersebut.
3) Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak nasabah karena
berbagai sebab.
Page 43
26
4) Dijual; karena murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika
kontrak ditandatangani barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas
melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk
menjualnya. Jika terjadi demikian resiko untuk default akan besar
(Antonio, 2001:106-107).
B. Tinjauan Umum BMT (Baitul Maal Wat Tamwiil)
1. Pengertian BMT
BMT merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang
bergerak dalam skala mikro sebagaimana Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
Adapun bank umum merupakan lembaga keuangan makro sedangkan bank
perkreditan rakyat merupakan lembaga keuangan menengah. BMT
merupakan lembaga keuangan mikro yang berlandaskan syari’ah. Selain itu,
BMT juga dapat dikatakan sebagai suatu lembaga swadaya masyarakat
(LSM) yang bergerak di bidang keuangan. Ini disebabkan karena BMT tidak
hanya bergerak dalam pengelolaan modal (uang) saja, tetapi BMT juga
bergerak dalam pengumpulan zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) (Sumiyanto,
2008: 15-16).
Perbedaan BMT dengan bank umum syari’ah (BUS) atau juga bank
perkreditan rakyat syari’ah (BPRS) adalah BUS dan BPRS terikat dengan
peraturan pemerintah di bawah Departemen Keuangan dan juga peraturan
Bank Indonesia (BI). Sedangkan BMT dengan badan hukum koperasi,
secara otomatis di bawah pembinaan Departemen Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah. Ketentuan pengaturan koperasi BMT diatur dengan
Page 44
27
keputusan Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah No 91. Tahun 2004
(Kepmen No. 91/Kep/ M.KUKM/ IX/ 2004) bahwa BMT sebagai Koperasi
Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS), yang mana merupakan koperasi yang
kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan
sesuai pola bagi hasil (syari’ah).
2. Prinsip-prinsip BMT
Prinsip-prinsip BMT sesuai dengan Undang-undang koperasi adalah
sebagai berikut:
a. Koperasi BMT (KJKS) merupakan badan usaha yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum koperasi yang menjadikan sistem
syari’ah sebagai landasan operasional.
b. Tujuan pengembangan koperasi BMT (KJKS) adalah
1) Meningkatkan progam pemberdayaan ekonomi, khususnya di
kalangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui sistem
syari’ah.
2) Mendorong kehidupan ekonomi syari’ah dalam kegiatan usaha
mikro, kecil, dan menengah khususnya dan ekonomi indonesia pada
umumnya.
3) Meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam
kegiatan koperasi BMT (KJKS).
c. Koperasi BMT (KJKS) berfungsi untuk membangun dan
mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota dan
Page 45
28
masyarakat, dan berperan secara aktif mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
d. Keanggotaan koperasi BMT bersifat sukarela dan terbuka, dan dikelola
secara demokratis dan Islami.
e. Substansi anggaran dasar koperasi BMT minimal memuat daftar nama
pendiri, nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan, ketentuan
mengenai keanggotaan, rapat anggot, pengelolaan dan permodalan,
jangka waktu berdiri,pembagian sisa hasil usaha (SHU) dan sanksi.
f. Ketentuan tentang keanggotaan dapat berupa anggota biasa, anggota
luar biasa dan calon anggota. kesemuannya dinyatakan dalam daftar
buku anggota biasa, anggota luar biasa dan calon anggota. Ketentuan
hak dan kewajiban masing-masing dinyatakan dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga.
g. Koperasi BMT (KJKS) wajib menyelenggarakan rapat anggota tahunan
(RAT) minimal satu kali dalam setahun.
h. Masa jabatan pengurus koperasi BMT (KJKS) paling lama 5 (lima)
tahun dan dapat dipilih kembali.
i. Pengawas koperasi BMT (KJKS) harus dipilih dari dan oleh anggota
koperasi BMT (KJKS) dalam rapat anggota.
j. Modal koperasi BMT (KJKS) terdiri dari modal sendiri dan modal
pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan
wajib, dana cadangan, hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal
Page 46
29
dari anggota, koperasi lainnya, bank dan lembaga lainnya, sumber lain
yang sah (Sumiyanto, 2008: 40).
3. Kegiatan BMT
Kegiatan BMT yang utama adalah penghimpunan dana dan
penyaluran dana. KJKS BMT dalam melakukan penghimpunan dana harus
mengacu pada ketentuan yang berlaku, baik perundang-undangan tentang
koperasi maupun ketentuan syari’ah, yakni:
a. KJKS BMT dapat menghimpun dana dari anggota, calon anggota,
koperasi lain dan atau anggotanya dalam bentuk simpanan dan simpanan
berjangka.
b. Simpanan dan simpanan berjangka memungkinkan untuk dikembangkan
yang esensinya tidak menyimpang dari prinsip wadi’ah dan
mudharabah sesuai dengan kepentingan dan manfaat yang diperoleh,
selama tidak bertentangan dengan syari’ah yang berlaku, dan dengan
merujuk pada fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI).
c. Perhitungan bagi hasil untuk simpanan biasa dan simpanan berjangka
sesuai dengan pola bagi hasil (syari’ah) dilakukan dengan sistem
distribusi pendapatan.
d. Distribusi pendapatan diperoleh dari perhitungan saldo rata-rata per-
klasifikasi dana dibagi total saldo rata-rata seluruh klasifikasi dana,
kemudian dikalikan dengan komponen perkiraan pendapatan yang
dibagi lalu dikalikan nisbah bagi hasil masing-masing produk simpanan.
Page 47
30
C. Tinjauan Umum Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2014:82).
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank atau lembaga
keuangan non bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit (Antonio,
2006:160).
Dalam kaitannya dalam perspektif syari’ah, pembiayaan disebut
juga sebagai aktiva produktif. Aktifa produktif adalah penanaman dana
dalam bentuk rupiah atau valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang,
qardh, surat berharga Islam, penempatan, penyertaan modal, penyertaan
modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administrasi
serta sertifikat wadi’ah (Veithzal Rivai dk, 2007: 769 ).
Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan bank
konvensional atau koperasi pada umumnya dengan pembiayaan dengan
prinsip syari’ah adalah terletak pada keuntungan yang ditentukan. Pada
bank konvensional keuntungan yang diperoleh itu melalui bunga,
sedangkan bagi pembiayaan denga prinsip syari’ah berupa imbalan atau
bagi hasil. Perbedaan lainnya juga terdapat pada analisis kredit
Page 48
31
ataupembiayaan yang diberikan pada masing-masing pihak pemberi
pembiayaan.
Perbeaan lainnya terletak pada bisnis yang dibiayai. Dalam syari’ah
terdapat sejumlah batasan dalam hal pemberian pembiayaan pada sektor
wirausaha. Tidak semua proyek atau obyek pembiayaan dapat didanai
melalui bank syari’ah, namun harus sesuai dengan kaidah syari’ah
(Gemala Dewi, 2005:67).
2. Jenis-jenis Pembiayaan
Secara garis besar produk pembiayaan syari’ah terdiri dalam 4
(empat) kategori berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu (Karim,
2007:97-112):
a. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli (ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property).
Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga
atas barang yang dijual, transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan
bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yaitu sebagai
berikut:
1) Pembiayaan Murabahah
Murabahah yang berasal darikata ribhu (keuntungan), adalah
transaksi jual beli dimana bank sebagai penjual, sementara nasabah
sebagai pembeli.Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok
ditambah keuntungan (margin).Jadi Pembiayaan murabahah adalah
Page 49
32
pembiayaan jual beli dimana penyerahan barang dilakukan di awal
akad.Bank menetapkan harga jual barang yaitu harga pokok
perolehan barang ditambah sejumlah margin keuntungan bank.Harga
jual yang telah disepakati di awal akad tidak boleh berubah selama
jangka waktu pembiayaan.
2) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual-
belikan belum ada.Oleh karena itu, barang diserahkan secara
tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai.Bank
bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.
Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini
kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti. Jadi Pembiayaan salam adalah pembiayaan
jual beli dimana yang diperjual belikan belum ada. Pembayaran
barang dilakukan di depan oleh bank namun penyerahan barang
nasabah dilakukan secara tangguh karena memerlukan waktu untuk
proses pengadaan. Lazimnya, setelah barang tersebut diserahkan
kepada bank maka bank akan menjualnya kepada pembeli yang telah
memesan sebelumnya.
3) Pembiayaan Istishna’
Produk istishna’ menyerupai produk salam, akan tetapi dalam
istishna pembayarannya dapat dilakukan beberapa kali (termin)
pembayaran. Skim Istishna dalam bank syari’ah umumnya
Page 50
33
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Jadi,
pembiayaan istishna adalah pembiayaan jual beli yang polanya
sama dengan pembiayaan salam, namun berbeda dalam pola
pembayarannya. Bila salam pembayarannya dilakukan di depan
akad, maka pembayarannya dalam istishna dapat dilakukan secara
bertahap sesuai kesepakatan.
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat, jadi pada
dasarnya prinsip ijarahsama dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya
terletak pada obyek transaksinya.Pada jual beli obyek transaksinya
adalah barang. Sedangkan ijarah obyek transaksinya adalah jasa.
Transaksi ini di bagi berdasarkan 2 (dua) bentuk, yaitu:
1) Ijarah
Ijarah adalah akad sewa-menyewa barang atau jasa antara
pemilik obyek sewa dan penyewa.
2) Ijarah Muntahiya Bittamlik
Ijarah muntahiya bittamlik adalah akad sewa-menyewa barang
atau jasa dimana barang atau jasa yang disewakan dapat dimiliki
oleh penyewa pada akhir masa sewa.
c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syari’ah yang berdasarkan atas prinsip bagi
hasil adalah:
1) Pembiayaan Musyarakah
Page 51
34
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah
(syirkah atau syarikah).Transaksi musyarakah dilandasi adanya
keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki bersama-sama.Semua bentuk usaha yang
melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-
sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud
maupun tidak berwujud. Jadi pembiayaan musyarakah adalah
pembiayaan bagi hasil ketika dua pihak atau lebih pengusaha pemilik
modal atau dana bekerja sebagai mitra usaha membiayai investasi
usaha baru atau yang sudah berjalan.
2) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan.Bentuk ini menegaskan kerjasama
dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan
keahlian dari mudharib.Jadi pembiayaan mudharabah adalah
pembiayaan dimana bank membiayai 100% kebutuhan dana untuk
usaha, sedangkan nasabah bertindak sebagai pelaksana atas usaha
tersebut dan keuntungan yang diperoleh berdasarkan kesepakatan
bersama.
Page 52
35
Jenis-jenis pembiayaan yang ada diperbankan baik bank syari’ah
maupun bank konvensional, secara umum dapat dilihat dalam berbagai
sudut, yaitu: (Laksamana, 2009:38).
a. Pembiayaan Dilihat dari Tujuannya
1) Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan Konsumtif adalah pembiayaan yang diberikan
untuk tujuan konsumtif yang hanya dinikmati oleh pemohon.
2) Pembiayaan Produktif
Pembiayaan Produktif yaitu pembiayaan yang dimanfaatkan
untuk kegiatan produksi yang menghasilkan barang atau jasa.
3) Pembiayaan Perdagangan
Pembiayaan Perdagangan yaitu pembiayaan yang diberikan
untuk pembelian barang sebagai persediaan untuk dijual kembali.
b. Pembiayaan Dilihat dari Jangka Waktunya
1) Pembiayaan Jangka Pendek
Pembiayaan jangka pendek (short term financing) adalah
pembiayaan yang berjangka waktu maksimal 1 (satu) tahun.
2) Pembiayaan Jangka Menengah
Pembiayaan jangka menengah (medium term financing) adalah
pembiayaan yang berjangka waktu 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun.
3) Pembiayaan Jangka Panjang
Page 53
36
Pembiayaan jangka panjang (long term financing) adalah
pembiayaan yang berjangka waktu lebih dari 3 (tiga) tahun.
c. Pembiayaan dilihat dari Penggunaannya
1) Pembiayaan Modal Kerja (Mitra Usaha)
Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan jangka pendek
dan menengah yang digunakan untuk kebutuhan modal kerja bagi
kelancaran usaha, antara lain untuk pembelian bahan baku, biaya
produksi seperti upah tenaga kerja, biaya distribusi, dan sebagainya.
Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah
hasil produksi maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas
atau atau mutu hasil produksi. Untuk keperluan perdagangan atau
peningkatan utility of place dari suatu barang (Antonio, 2001:160).
Dalam melakukan penetapan akad pembiayaan modal kerja
syari’ah, proses analisis yang dilakukan adalah sebaga berikut:
a) Hal pertama yang harus dlihat adalah jenis proyek yag akan
dibiayai tersebut apakah memiliki kontrak atau belum.
b) Jika proyek tersebut memiki kontrak, aktor berikutnya yang harus
dicermati adalah apakah proyek tersebut untuk pembiayaan
konstruksi atau pengadaan barang. Jika untuk pembiayaan
kontruksi, pembiayaan yanglayak adalah pembiayaan istishna’.
Namun jika bukan untuk pembiayaan kontruksi, melainkan
Page 54
37
pengadaan barang maka pembiayaan yang patut diberikan adalah
pembiayaan mudharabah.
c) Jika proyek tersebut bukan untuk pembiayaan kontruksi ataupun
pengadaan barang, maka bank tidak layak untuk memberikan
pembiayaan.
d) Dalam hal proyek tersebut tidak memiliki kontrak, maka faktor
selanjutnya harus dilihat adalah apakah proyek tersebut untuk
pembelian barang atau penyewaan barang.
(1) Jika untuk pembelian barang, maka yang dilihat adalah
apakah barang tersebut berupa ready stock atau good in
proses. Jika ready stock maka pembiayaan yang dapat
diberikan adalah pembiayaan murabahah. Namun jika good
in process, yang harus dilihat lagi adalah apakah proses
barang tersebut memerlukan waktu kurang dari 6 bulan atau
lebih. Jika kurang dari 6 bulan, pembiayaan yang diberikan
adalah pembiayaan salam, jika melebihi 6 bulan pembiayaan
yang diberikan adalah pembiayaan istishna’ .
(2) Jika untuk penyewaan barang, maka pembiayaan yang
diberikan adalah pembiayaan ijarah (Karim, 2007:235-236).
2) Pembiayaan Investasi
Pembiayaan Investasi adalah pembiayaan berjangka menengah
dan panjang untuk melakukan investasi seperti pembelian barang-
barang modal, serta jasa yang dipergunakan untuk rehabilitasi
Page 55
38
maupun ekspansi usaha yang sudah ada dengan pembelian mesin-
mesin dan peralatan, dan pembangunan pabrik.
3) Pembiayaan Multi Guna
Pembiayaan multi guna adalah pembiayaan berjangka pendek
dan menengah bagi perorangan untuk memenuhi berbagai kebutuhan
seperti biaya pendidikan, biaya pernikahan, pembelian aneka
peralatan rumah tangga, dan sebagainya.
3. Jaminan Pembiayaan
a. Jaminan dengan barang-barang berharga(Kasmir, 2004:8081) sperti:
1) Tanah
2) Bangunan
3) Kendaraan bermontor
4) Mesin-mesin peralatan
5) Barang dagangan
6) Tanaman/sawah
7) Dan barang dagang lainnya.
b. Jaminan surat berharga seperti:
1) Sertifikat saham
2) Sertifikat obligasi
3) Sertifikat tanah
4) Sertifikat deposito
5) Promes
6) Wesel
Page 56
39
7) dan surat berharga lainnya.
c. Jaminan orang atau perusahaan
Jaminan yang diberikan oleh seseorang atau perusahaan kepada
bank terhadap fasilitas pembiayaan yang diberikan.
d. Jaminan asuransi
Jaminan asuransi yaitu bank menjaminkan pembiayaan tersebut
kepada pihak asuransi, terutama terhadap fisik obyek kredit, seperti
kendaraan dan gedung. Apabila terjadi kehilangan atau kebakaran,
maka pihak asuransilah yang akan menanggungkannya.
4. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Prinsip pemberian pembiayaan, setelah calon debitur mengajukan
permohonan pembiayaan, untuk menentukan disetujui atau tidaknya,
dapat dilakukan dengan analisis 5C yaitu (Kasmir,2004:91-92):
1) Character
Character adalah sifat atau watak seseorang yang akan diberi
pembiayaan benar- benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin
dari latar belakang pekerjaan si nasabah maupun keadaan
keluarganya.
2) Capacity
Capacity adalah penilaian mengenai kemampuan pemohon
dalam menjalankan usaha dan menghasilkan keuntungan, yang pada
akhirnya mampu membayar kewajiban kepada bank.
3) Capital
Page 57
40
Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan
yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4) Condition
Condition adalah penilian terhadap kondisi ekonomi sekarang
dan untuk di masa yang akan datang sesuai sector masing-masing.
5) Collateral
Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah baik
yang bersifat fisik maupun non fisik.
Sedangkan untuk penilaian pembiayaan, analisis pembiayaan yang
digunakan biasanya adalah dengan metode 7P (Kasmir,1999:105-107)
yaitu:
1) Personality
Personality adalah menilai nasabah dari segi kepribadian atau
tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.
2) Party
Party adalah mengklafikasikan nasabah kedalam klafikasi
tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya.
3) Purpose
Purpose adalah mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
pembiayaan, termasuk pembiayaan yang diinginkan olehnasabah.
Page 58
41
4) Prospect
Prospect adalah menilai usaha nasabah dimasa yang akan
datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau sebaliknya.
5) Payment
Payment adalah ukuran bagaimana cara nasabah
mengembalikan pembiayaan yang telah diambil, atau dari sumber
mana saja dana untuk pengembalian pembiayaan.
6) Profitability
Profitability adalah menganalisis bagaimana kemampuan
nasabah dalam mencari laba.
7) Protection
Protection adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan.
5. Teknik Penyelesaian Pembiayaan Macet
Dalam menganalisis setiap permohonan, kemungkinan pembiayaan
bermasalah pasti ada. Hal ini dapat di sebabkan oleh berbagai pihak
(Kasmir, 2000:109) yaitu:
1) Dari Pihak Bank
Dalam hal ini pihak analisis pembiayaan kurang teliti baik dalam
mengecek dokumen maupun salah dalam melakukan perhitungan
dengan rasio-rasio yang ada.
Page 59
42
2) Dari Pihak Nasabah
Dari pihak nasabah pembiayaan bermasalah dapat terjadi karena
2 (dua) hal sebagai berikut:
a) Adanya unsur kesengajaan, dalam hal ini nasabah sengaja tidak
membayar kewajibannya kepada bank sehingga pembiayaan yang
diberikan dengan sendiri macet.
b) Adanya unsur ketidak sengajaan, dalam hal ini nasabah mau
membayar kewajibannya akan tetapi tidak mampu dikarenakan
usaha yang dibiayai terkena musibah seperti kebakaran.
Sedangkan cara yang digunakan oleh bank untuk menyelesaikan
pembiayaan bermasalah, yaitu dengan restrukturasi pembiayaan, yaitu
upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat
melakukan kewajibannya, hal yang dapat dilakukan antara lain:
1) Penjadualan Kembali (rescheduling)
Penjadualan kembali, yaitu perubahan jadwal pembayaran
kewajiban atau jangka waktu pembiayaan.
2) Persyaratan Kembali (reconditioning)
Persyaratan kembali, yaitu perubahan sebagian atau seluruh
persyaratan pembiayaan yang tidak terbatas hanya pada perubahan
jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya
sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimal saldo.
3) Penataan kembali (restructuring)
Page 60
43
Penataan kembali, yaitu perubahan persyaratan pembiayaan
yang menyangkut:
a) Penambahan dana dari bank
b) Konversi pembiayaan menjadi piutang dan atau sebaliknya
c) Konversi pembiayaan atau piutang menjadi ijarah
Page 61
44
BAB III
PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN
MITRA USAHA DI BMT TUMANG SALATIGA
A. Profil BMT Tumang Salatiga
1. Sejarah Berdirinya BMT Tumang Salatiga.
BMT Tumang merupakan salah satu Koperasi Jasa Keuangan
Syari’ah dengan Badan Hukum No. 242/BH/KDK.I.I.25/IV/1999.
BMT ini didirikan dengan tujuan untuk membantu meningkatkan taraf
hidup masyarakat, khususnya dalam pemberdayaan ekonomi umat.
BMT Tumang ini didirikan pada tanggal 1 Oktober 1998. Sampai saat
ini sudah memiliki 1 Kantor Pusat dan 6 kantor cabang antara lain;
kantor pusat Jl.Boyolali- Magelang km.10, Cepogo, Boyolali, kantor
cabang Jln. Raya Ampel (depan Pasar Ampel), kantor cabang
Kartasura Jln. Ahmad Yani No.83 (depan Pasar Kartasura), kantor
cabang Boyolali Jln. Boyolali- Semarang Km.1 (Barat Terminal
Boyolali–Perum Galaxy Land), kantor cabang Andong Jln. Raya
Kacangan (Barat Pasar Kacangan) Boyolali, kantor cabang Jln.
Sukowati No.9 Salatiga, kantor cabang Jln. Raya Solo-Jogya
Km.21(Selatan Pasar Delanggu) Delanggu, Klaten, kantor cabang Jln.
Boyolali-Magelang Km.18 Selo, Boyolali.
Page 62
45
2. Visi dan Misi BMT Tumang Salatiga
a. Visi BMT Tumang Salatiga
Menjadi Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) yang mandiri,
modern, dan sejahtera.
b. Misi BMT Tumang Salatiga
1) Mewujudkan Lembaga Keuangan Syari’ah mandiri, modern,
amanah, dan sejahtera.
2) Mengembangkan SDM yang tangguh, profesional, dan berdaya
saing tinggi.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendukung operasional BMT.
3. Keunggulan BMT Tumang Salatiga
a. Sistem dan kinerja BMT berpegang pada prinsip dasar yang
berlandaskan Syari’ah.
b. BMT menjauhkan dari sistem riba, maysir, gharar yang
melanggarkan prinsip fiqh alghunmu bil ghurmi (keuntungan
muncul bersama resiko) atau kharaj bi dhaman (hasil muncul
bersama beban) yaitu dengan menerapkan sistem bagi hasil.
c. Dengan menitipkan dana di BMT Tumang InsyaAllah aman,
bermanfaat dan barakah.
d. Pelayanan maksimal, siap mengambil dan mengantar.
4. Kelengkapan Organisasi
a. Nomor badan hukum : 242/BH.KDK. 11.25/IV/1999
Page 63
46
b. Nomor badan hukum PAD : 02/PAD/XIV/I/2001
c. Nomor pokok wajib pajak : 02/014.0381.4-527.000
d. SIUP : 063/11.32/PK/X/2012
e. TDP : 113324600215
f. Jangkauan pelayanan : Wilayah Jawa Tengah
g. Waktu operasional : hari Senin- Jum’at jam 07.30-16.30
WIB
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah gambaran secara skematis mengenai
hubungan-hubungan, kerja sama dari orang-orang dalam rangka
mencapai tujuan. Adapun struktur organisasi pada KJKS “BMT
TUMANG” adalah sebagai berikut:
Page 64
47
RAPAT ANGGOTA
PENGURUS
Gambar 3.1
StrukturOrganisasi KJKS BMT Tumang
Sumber: KJKS BMT TumangCabangSalatiga
PENGAWAS
SYARIAH
PENGAWAS
MANAJEMEN
N
MANAJER
UTAMA
AUDIT
INTERNAL
MANAJER
OPERASIONAL
DIREKTUR
MARKETING
MANAGER
PERSONALIA
MANAGER
KEUANGAN
MANAGER
CABANG
MANAGER
MAAL
Page 65
48
Gambar 3.2
StrukturOrganisasi BMT TumangCabangSalatiga
Sumber: KJKS TumangCabangSalatiga
Perusahaan membutuhkan adanya struktur organisasi yang tepat dan
jelas sebagai dasar untuk menjelaskan aktivitas sehari-hari. Adapun struktur
organisasi yang digunakan pada BMT Tumang adalah struktur organisasi
garis, yaitu struktur yang menunjukan suatu rangkaian dari kekuasaan
perintah dari manajemen ke bawah melalui bermacam-macam bagian
sampai pada tingkat kekuasaan atau tanggung jawab terendah. Adapun
keterangan dari struktur organisasi di atas adalah sebagai berikut:
a. Rapat Anggota
1) Kewenangan : berhak memilih dan memberhentikan pengurus.
MANAJER CABANG
Marketing
Finance
Marketing
Funding
Customer
Service
Back
Office
Teller Security
Page 66
49
2) Tugas : menerima laporan pertanggung jawaban tahunan.
b. Badan Pengurus
1) Kewenangan : mewakili anggota (pendiri), pengurus berwenang untuk
memastikan jalan tidaknya BMT dan membuat kebijakan umum serta
malaksanakan pengawasan pelaksanaan kegiatan BMT sehingga
sesuai dengan tujuan.
2) Tugas :
a) Menyusun kebijakan umum BMT
b) Melakukan pengawasan kegiatan dalam bentuk persetujuan
pembiayaan untuk suatu tujuan tertentu dan melakukan pengawasan
tugas manajemen (pengelolaan).
c) Memberikan persetujuan terhadap produk-produk yang akan
ditawarkan kepada organisasi.
c. Pengawas Syari’ah
1) Kewenangan: memotivasi dan memeriksa kegiatan BMT agar sesuai
dengan kaidah syari’at Islam.
2) Tugas: mengawasi jalannya sirkulasi keuangan apakah menyimpang
dari ajaran syari’ah atau tidak.
d. Pengawasan Manajemen
1) Kewenangan: merekomendasikan akuntan public kepada pengurus.
2) Tugasnya:
Page 67
50
a) Mengawasi jalannya sirkulasi setiap bulan maju tidaknya sirkulasi
keuangan.
b) Menerima laporan tiap bulan untuk mengukur perkembangan BMT
secara berkala.
e. Manajer Utama
Fungsi manajer utama adalah menampung aspirasi, saran, kritik dan
menentukan sikap untuk kemajuan BMT Tumang.
Tugas Manajer Utama adalah :
1) Mangatur dan mengkoordinasi manajer cabang.
2) Menentukan keputusan dalam RAT.
3) Mengkoordinasi kinerja tiap-tiap staf, karyawan karyawati,
manajer cabang dan seluruh yang terlibat pada KJKS BMT
Tumang untuk kemajuan yang lebih baik.
f.Manajer Umum
Fungsi manajer umum adalah memimpin jalannya BMT sehingga
sesuai dengan tujuan dan kebijakan umum yang digariskan oleh pengurus.
Sedangkan tugas dari manajer umum adalah sebagai berikut :
1) Membuat rencana kerja secara periodik, meliputi: rencana pemasaran,
pembiayaan, biaya operasi, dan rencana keuangan.
2) Membuat kebijakan khusus sesuai dengan kebijakan umum yang
digariskan oleh pengurus.
3) Memimpin dan mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan oleh stafnya.
Page 68
51
4) Membuat laporan secara periodik kepada pengurus berupa: laporan
pembiayaan baru, perkembangan pembiayaan, laporan keuangan.
5) Memberikan tanda tangan validasi.
g. Manajer Administrasi
Fungsi manajer adminstrasi adalah menangani administrasi
keuangan, menghitung bagi hasil serta menyusun laporan keuangan.
Tugas dari manajer administrasi adalah :
1) Mengerjakan jurnal buku besar.
2) Menyusun rencana percobaan.
3) Melakukan perhitungan bagi hasil simpanan dan pembiayaan.
h. Manajer Operasional
Fungsi dari manager operasional adalah merencanakan, mengarahkan,
mengontrol serta mengevaluasi seluruh aktivitas di bidang operasional
baik yang berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal yang
dapat meningkatkan profesionalisme BMT khususnya dalam pelayanan
terhadap mitra maupun anggota BMT.
Tugas dari manajer operasional adalah :
1) Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service excellence)
kepada mitra atau anggota BMT.
2) Terevaluasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang ada dalam
operasional BMT.
3) Terarsipnya surat masuk dan keluar serta notulasi rapat manajemen dan
rapat operasional
Page 69
52
i. Divisi Maal
Fungsi dari divisi maal adalah menyalurkan pembiayaan qordhul
hasan dengan bagi hasil untuk masyarakat atau pedagang kecil miskin dan
yang produktif melalui POKUSMA (Kelompok Usaha Masyarakat).
Tugas dari divisi maal adalah :
1) Melakukan survey untuk pengalokasikan dana qordhul hasan.
2) Melakukan pembinaan dan pemberian subsidi untuk ustadz/guru TPA.
3) Memberikan bea siswa untuk anak SD, SMP, dan SMA.
4) Membantu kegiatan sosial keagamaan (mengaji, kajian umum,
pembangunan masjid, dan lain-lain).
5) Memberikan santunan untuk fakir miskin yang dilaksanakan setahun
sekali di bulan ramadhan.
6) Memberikan santunan untuk yatim piatu yang dilaksanakan di bulan
muharom.
7) Membuat bulletin dakwah
8) Melakukan pembinaan kepada ta’mir masjid FOTAMAS (Forum
Ta’mir Masjid)
j. Manajer Cabang
Fungsi dari manajer cabang adalah melaksanakan kegiatan pelayanan
kepada anggota serta melakukan pembinaan agar pembiayaan yang
diberikan tidak macet.
Tugas manajer cabang adalah :
1) Menyusun rencana pembiayaan.
Page 70
53
2) Menerima usulan dan melakukan wawancara analisa biaya.
3) Menganalisa proposal pembiayaan anggota, melakukan administrasi
pembiayaan.
4) Melakukan pembinaan terhadap anggota.
5) Membuat laporan perkembangan pembiayaan.
k. Marketing
Fungsi dari marketing adalah mengusulkan strategi pemasaran untuk
jangka pendek, menengah dan panjang sesuai dengan kebijakan
pemasaran.
Tugas dari marketing adalah :
1) Mempromosikan lembaga serta mencari nasabah baru.
2) Menjalankan tugas lapangan untuk menawarkan produk BMT.
3) Mengatur rute kunjungan harian.
4) Melaporkan kendala-kendala yang dihadapi dilapangan kepada manajer
cabang.
l. Teller
Fungsi dari teller adalah bertindak sebagai penerima uang dan juru
bayar, serta diharuskannya mengetahui semua jenis pekerjaan.
Tugas dari teller adalah :
1) Menerima atau menghitung uang dan membuat bukti penerimaan.
2) Melakukan pembayaran sesuai dengan perintah keluar.
3) Melayani dan membayar pengambilan simpanan.
4) Membuat buku kas harian.
Page 71
54
5) Bertanggung jawab penuh pada asset BMT yaitu uang brankas, surat
jaminan nasabah dan teller room.
6) Melaporkan hasil progres harian
7) Membuat input data, daftar kolektibilitas pembiayaan dan surat akad
pembiayaan.
8) Setiap akhir kerja menghitung uang yang ada dan meminta pemeriksaan
kepada manajer cabang.
6. Kondisi Sumber Daya Insani (SDI)
1. Pengawas Syari’ah
a. Drs.M.Munir Asrori.
b. H.M. Saefudin Zuhri.
c. H.M.Ali Sya’ni, BA.
2. Pengawas Manajemen
a. H. Soeryanto, S.H.
b. Edi Darmasto, SE.Akt.
c. H. Sismanto. S.E.
d. HM. Muchlas, S.H, M.H.
e. Aris Munandar, S.E.
3. Pengurus
a. Ketua : Dwi Rochmiathy, S.Pd, MM.
b. Sekretaris : Rofiq Ridhoni, S.Kep.
c. Bendahara : H.M.Wasil, SE,MM.
d. Anggota : H.Munawar, A.Ma.Pd. dan Nanang Ibrahim, S.T.
Page 72
55
4. Direksi
a. H. Adib Zuhairi, S.Sos, MM : Direktur Utama
b. Joko Sriyanto : Direktur Operasional
c. Harun Santoso, SE, M.Sy : Direktur Marketing
5. Pengelola
Jumlah pengelola sampai dengan bulan Oktober 2015 adalah 125
orang dengan spesifikasi dan distribusi sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Pengelola
No Jabatan / Peran Jumlah Keterangan
1. Direktur Utama 1 Kantor Pusat
2. Direktur Operasional 1 Kantor Pusat
3. Direktur Marketing 1 Kantor Pusat
4. Manajer Personalia 1 Kantor Pusat
5. Manajer Maal 1 Kantor Pusat
6. Manajer Cabang 10 Kantor Cabang
7. Koordinator 3 Kantor Pusat
8. Legal Officer 1 Kantor Pusat
9. Marketing 44 Kantor Cabang
10. Teknologi Informasi 2 Kantor Pusat
11. Teller / CSBO/BO 18 Kantor Pusat dan cabang
12. Staf 7 Kantor Pusat dan Cabang
13. Accounting 1 Kantor pusat dan Cabang
14 Auditor 2 Kantor Pusat
Page 73
56
15 Internal Keamanan 11 Kantor Pusat dan Cabang
16 Office Boy 1 Kantor Pusat dan Cabang
17 Driver 1 Kantor Pusat dan Cabang
18 Magang 19 Kantor Pusat dan Cabang
Jumlah 125
Tabel 3.1
Sumber : Profil KJKS BMT Tumang
7. Produk –Produk BMT Tumang Salatiga
a. Produk Pendanaan (Funding)
1) Simpanan Mudharabah Al muthlaqoh
Simpanan dimana seorang mudharib memberikan
kepercayaan kepada BMT Tumang untuk memanfaatkan dana
yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan produktif,
dapat memberikan manfaat pada anggota yang lain secara halal
dan profesional.
Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT
sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati diawal dan simpanan
ini dapat diambil sewaktu-waktu.
Simpanan Mudharabah Al Muthlaqoh memiliki manfaat
sebagai berikut:
a) Aman, Manfaat, Menguntungkan dan InsyaAllah Barokah.
b) Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuai dengan
ketentuan syari’ah.
Page 74
57
c) Menolong sesama tanpa harus mengurangi keuangan anda.
d) Bebas biaya administrasi.
Syarat Pembukaan Rekening Simpanan Mudharabah Al
Muthlaqoh
a) Menjadi anggota BMT TUMANG
b) Membayar simpanan pokok Rp. 10.000,00 dan simpanan
wajib Rp. 5.000,00
c) Setoran selanjutnya minimal Rp. 1.000,00
d) Mengisi dan menandatangani formulir pembukaan
rekening.
e) Perorangan melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri
lainnya.
f) Lembaga menyerahkan identitas yang ditentukan oleh
KJKS BMT Tumang.
Jenis-jenis Simpanan Mudharabah Al Muthlaqoh
a) Simpanan Mudharabah Biasa (SIMUDAH)
Merupakan simpanan masyarakat yang transaksinya
dapat dilakukan sewaktu-waktu dan mendapat bagi hasil.
Bagi hasil adalah perhitungan pendapatan yang diperoleh
lembaga BMT setiap bulan berjalan berdasarkan nisbah
(ratio) yang disepakati antara penyimpan maupun
penarikannya dapat dilayani di rumah atau tempat usaha
nasabah.
Page 75
58
b) Simpanan Idul Fitri ( SIFITRI)
Merupakan simpanan masyarakat yang dipersiapkan
untuk perayaan Idul Fitri dan mendapatkan bagi hasil.
Simpanan awal Rp. 1.000,-
c) Simpanan Idul Adha /Qur’ban (SIDUL)
Merupakan simpanan masyarakat yang dipersiapkan
untuk membeli hewan qurban dan mendapat bagi hasil.
d) Simpanan Pendidikan (SIDIDIK)
Merupakan simpanan masyarakat yang digunakan
untuk biaya pendidikan dan mendapat bagi hasil. Setoran
awal Rp. 1.000,00 dan selanjutnya minimal Rp. 500,00
Rumus:
Saldo Simpanan Pendapatan Nisbah
Anggota X Bagi Hasil X Hasil
Total Outstanding BMT Anggota
BMT Tumang
Contoh:
Saldo Simpanan = Rp. 1.000.000.00
Outstanding BMT = Rp. 3.488.497.830.48
Pendapatan
Bagi Hasil BMT = Rp. 84.052.287.00
Nisbah Bagi Hasil = 45%
Bagi Hasil Anggota = Rp. 10.842,35
Page 76
59
Atau setara = +/- 1,08 % / bulan atau
12,96 / tahun
2) Simpanan Haji (SIHAJI)
Merupakan Simpanan masyarakat yang dipersiapkan
untuk menunaikan ibadah haji, serta mendapat bagi hasil.
3) Simpanan Menikah ( SIMENIK)
Merupakan simpanan yang menggunakan akad
mudharabah, dipersiapkan untuk perayaan pernikahan dan
mendapat bagi hasil. Pada tabungan ini dapat diambil jika
nasabah akan menikah, biasanya dapat diambil dua bulan
sebelum menikah.
4) SimpananMudharabah Berjangka/Deposito (SIJANGKA)
Merupakan Simpanan berdasarkan kaidah syari’ah
mudharabah muthlaqah, dimana mudharib memberikan
kepercayaan kepada BMT Tumang untuk memanfaatkan dana
yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan secara
produktif, dapat memberikan manfaat pada anggota sesuai
ketentuan syari’ah. Laba dari pembiayaan dibagi antara
anggota dengan BMT sesuai nisbah (bagi hasil) yang
disepakati diawal.
Jumlah setoran minimal Rp. 1.000.000,00 dengan tidak
ada batas maksimal. Jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 dan 12
bulan dan dapat diperpanjang sesuai dengan perjanjian.
Page 77
60
Nisbah Bagi Hasil; jangka 3 bulan 40% , jangka 6 bulan
42,5%, jangka 9 bulan 45%, jangka 12 bulan 50%. Bagi hasil
diberikan setiap bulannya dan dapat diperpanjang secara
otomatis.
Deposito Nisbah Bagi Hasil ZIS BagiHasil
Bersih
1 Bln 35 8,159 204 7,955
3 Bln 40 9,324 233 9,091
6 Bln 42,5 9,907 248 9,659
12 Bln 45 10,490 262 10, 228
Tabel 3.2 Bagi hasil simpanan mudharabah berjangka bulan
Juni.
Contoh perhitungan bagi hasil :
Pak Andi memiliki Simpanan mudharabah berjangka
(Deposit) sebesar Rp. 1.000.000,- dengan jangka waktu 3
bulan kesepakatannya nisbah bagi hasil 40%. Bila total
outstanding pembiayaan BMT (saldo dana BMT yang
dipinjam anggota) adalah Rp. 900.000.000,- dan pendapatan
bagi hasil pembiayaan BMT adalah Rp. 23.000.000,- maka
perhitungan bagi hasil yang akan didapat oleh Pak Andi bulan
tersebut sebesar:
Page 78
61
1.000.000 X 23.000.000 X 40% = 10.222,22
9.000.000.000
Maka jumlah bagi hasil yang diterima bulan tersebut adalah
Rp. 10.222,22
b. Produk Penyaluran Dana
1) Pembiayaan Mudharabah
Merupakan pembiayaan yang dilakukan untuk
membiayai modal yang diperlukan anggota dengan bagi hasil
yang disepakati bersama, dan pengambilan pembiayaan sesuai
jangka waktu yang disepakati (muqayyadah).
Akad kerjasama mudharabah ini dibedakan dalam dua
jenis yakni :
a) Mudhabahah muthlaqah akad ini adalah perjanjian
mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu
(investasi tidak terikat) misalnya dalam ijab si pemilik
modal tidak mensyaratkan kegiatan usaha apa yang harus
dilakukan dan ketentuan-ketentuan lainnya, yang pada
intinya memberikan kebebasan kepada pengelola dana
untuk melakukan pengelolaan investasinya.
b) Mudharabah muqayyadah akad ini mencantumkan
persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi dan
dijalankan oleh si pengelola dana yang berkaitan dengan
tempat usaha, tata cara usaha, dan obyek investasinya
Page 79
62
investas yang terkait. Sebagai pengelola dana
dipersyaratkan dalam kerjasama untuk melakukan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Tidak mencampurkan dana mudharabah yang diterima
dengan dana lainnya.
(2) Tidak melakukan investasi pada kegiatan usaha yang
bersifat sistem jual beli cicilan, tanpa adanya pinjaman dan
atau tanpa jaminan.
(3) Si pengelola dan harus melakukan sendiri kegiatan
usahanya dan tidak diwakilkan kepada pihak ketiga.
2) Pembiayaan Musyarokah
Merupakan pembiayaan yang dilakukan untuk investasi
atau modal kerja dimana BMT dilibatkan dalam manajemen
dengan pembagian keuntungan sesuai nisbah yang disepakati.
3) Pembiayaan Murabahah
Merupakan pembiayaan yang diberikan untuk membeli
barang yang diperlukan anggota, dan anggota membayar di
akhir waktu yang disepakati dan margin mark up yang
disepakati.
Cara pembayaran dan jangka waktu yang disepakati
bersama, dapat secara langsung ataupun secara angsuran.
murabahah dengan pembayaran secara angsuran ini disebut
dengan Bai’ Bitsaman Ajil.
Page 80
63
4) Pembiayaan Ijaroh
Merupakan pembiayaan yang diberikan untuk
pembiayaan sewa barang, rumah dan bangunan, yang
diperlukan anggota/nasabah, dan nasabah membayar harga
pokok sewa barang tersebut dengan kelebihan yang disepakati.
5) Pembiayaan Qordul Hasan
Merupakan pembiayaan lunak yang diberikan kepada
anggota/masyarakat dengan pertimbangan sosial. Di mana
anggota tidak dituntut memberikan tambahan hanya
mengembalikan sebesar pokoknya saja.
B. PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK
PEMBIAYAAN MITRA USAHA (MODAL KERJA)
Pembiayaan modal kerja di BMT Tumang Salatiga adalah
pembiayaan yang menggunakan akad murabahah dalam waktu jangka
pendek dan menengah yang digunakan untuk membantu anggotanya dalam
kebutuhan mitra usaha (modal usaha) bagi kelancaran usaha yang bersifat
produktif berupa pembelian sarana untuk peralatan kerja.
Fasilitas pembiayaan modal kerja dengan sistem mark up
(murabahah), agar masyarakat mempunyai kesempatan yang luas untuk
berusaha sehingga dapat menumbuhkan usaha baru yang akan
meningkatkan pendapatan penduduk. Selama pembiayaan yang diajukan
bertujuan pembelian suatu barang, maka pihak bank akan menggunakan
Page 81
64
akad jual beli. Dalam pembiayaan murabahah yang bertindak sebagai
penjual dan nasabah bertindak sebagai pembeli.
1. Prosedur-prosedur Pembiayaan Murabahah
Syarat-syarat atau prosedur pembiayaan yang harus dipenuhi
oleh nasabah sebagai calon debitur dalam pengajuan permohonan
pembiayaan murabahah pada produk modal usaha yaitu:
a. Prosedur Permohonan Pembiayaan
1) Langkah Pertama
Costumer Service menjelaskan kepada nasabah mengenai
prosedur, mekanisme, persyaratan administrasi dokumentasi
nasabah yang harus dipenuhi mengenai pembiayaan.
Setelah seorang nasabah telah memenuhi persyaratan
administrasi dokumentasi, pihak bank menerima permohonan
pengajuan dan bersama nasabah melakukan negosiasi terkait
nominal jumlah pembiayaan. Dalam proses negosiasi bank selaku
shohibul maal mempunyai hak untuk mengabulkan permohonan
nasabah sesuai nilai jaminan yang disertakan dalam proses
pengajuan. Besar kecilnya pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah tergantung dari besar kecilnya nilai jaminan yang
disertakan.
Page 82
65
2) Langkah Kedua
Calon Debitur:
a) Melengkapi formulir dan menandatangani permohonan
pembiayaan.
b) Melengkapi persyaratan pengajuan pembiayaan, sebagai
berikut:
(1) Syarat umum
(a) Pas photo 3 x 4 = 1 (satu) lembar.
(b) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) calon debitur.
(c) Fotocopy KTP suami atau istri
(d) Fotocopy Kartu Keluarga (KK) /surat nikah.
(e) Fotocopy Buku Tabungan/mutasi tabungan.
(f) Fotocopy slip gaji kalau pegawai.
(g) Fotocopy jaminan
- Untuk jaminan tanah atau rumah: fotocopy sertifikat
rumah, SHM, fotocopy SPPT terakhir dan lunas
PBB
- Untuk jaminan kendaraan bermotor atau mobil:
fotocopy BPKB dan STNK, faktur pembelia dari
dealer atau kwitansi pembelian, jaminan surat
berharga misalnya buku tabungan dan ATM
(2) Syarat tambahan untuk berbadan hukum
(a) Fotocopy SIUP ( Surat Ijin Usaha dan Perdagangan)
Page 83
66
(b) Fotocopy TDP ( Tanda Daftar Peusahaan).
(c) Fotocopy AD/ART
(d) Surat persetujuan dan komisaris atau pemilik.
(3) Surat Kelengkapan Dokumen
(a) Kelengkapan dokumen umum.
(b) Surat persetujuan suami istri apabila sudah menikah.
(c) Surat pernyataan kepemilikan jaminan.
(d) Surat penjamin dari suami atau istri.
(e) Surat kuasa menjual.
(f) Bukti kwitansi pembelian barang atau akad surat
permohonan pembiayaan murabahah.
3) Langkah ketiga.
a) Costumer Service
(1) Memeriksa surat permohonan pembiayaan dan
kelengkapan persyaratannya.
(2) Mencocokan fotocopy berkas pengajuan dengan aslinya
dan memberitahukan calon debitur untuk menunggu
informasi lebih lanjut.
(3) Mencatat permohonan pembiayaan ke dalam buku
permohonan pembiayaan.
(4) Permohonan tersebut diberitahukan kepada manager
untuk diproses lebih lanjut.
Page 84
67
(5) Memasukan file calon debitur tersebut kedalam daftar
proses pembiayaan dan digolongkan dalam angka baru
atau lama.
b) Kepala Cabang:
(1) Menentukan layak atau tidaknya disurvei berdasarkan
berkas-berkas yang ada.
(2) Menentukan petugas survei yang ditunjuk untuk meneliti
domisili dan tempat usaha nasabah.
b. Prosedur Pemeriksaan.
1) Petugas survei melaksanakan pemeriksaan identitas anggota melalui
pihak ketiga baik tetangga, teman, rekan kerja.
2) Berdasarkan identitas tersebut dilakukan pemeriksaan tempat usaha
(analisis usaha) dengan mewawancarai pemohon.
3) Melakukan pemeriksaan terhadap barang jaminan yang akan
dijaminkan.
4) Melakukan penilaian jaminan dan kelayakan usaha.
5) Setelah itu hasil survei tersebut dimuat dalam laporan hasil survei
kepada komite sesuai persetujuan kredit.
c. Persetujuan Pembiayaan
Setelah mendapatkan laporan hasil survei, para petugas
melakukan rapat komite untuk menentukan persetujuan atau penolakan
penyaluran pembiayaan melalui persetujuan atau penolakan
Page 85
68
pembiayaan pada rapat komite dan komite berhak menentukan besarnya
pembiayaan dan waktu pencairan pembiayaan.
d. Realisasi Pembiayaan
Setelah mendapatkan persetujuan penyaluran pembiayaan dari
komite maka:
1) Petugas Pemasaran
Memberitahu kepada anggota tentang waktu dan jumlah
realisasi pembiayaan.
2) Manajer Cabang
(a) Memimpin Pengakad-an dan meminta nasabah menandatangani
perjanjian pembiayaan dan persetuan pembiayaan.
(b) Memberi penjelasan tentang hak-hak dan kewajiban nasabah yang
tercantum dalam akad pembiayaan.
3) Kasir
(a) Memeriksa kelengkapan validasi pada persetujuan pembiayaan.
(b) Menyuruh kepada debitur untuk membayar administrasi sebesar
Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah).
(c) Mempersilahkan calon debitur untuk menandatangani pada slip
pembayaran administrasi dan bermaterai.
(d) Membubuhkan tanda tangan, cap atau stempel dan tanggal
pencairan pada persetujun pembiayaan atau langsung
mencairkan data untuk nasabah (Wawancara dengan Bapak
Page 86
69
Ni’am selaku Manajer BMT Tumang Salatiga pada tanggal19
Juli 2016).
Dengan demikian akad akan dilaksanakan setelah selesai
pengajuan dan negosiasi dan pihak bank mengabulkan permohonan
pengajuan pembiayaan, maka setelah itu proses akad antara kedua belah
pihak.
Produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Salatiga ini
dengan akad murabahah di mana pihak BMT dan nasabah mengikatkan
diri dalam suatu perjanjian baik besar pembiayaan yang diambil, jangka
waktu pembayaran dan angsuran yang disediakan oleh pihak BMT.
Setelah anggota menyetujuinya maka anggota diberikan suatu draft yang
berisi surat perjanjian serta seluruh aspek ketentuan dan legalitas
perjanjian yang diatur dalam draft akad murabahah yang terlampir.
Kemudian anggota dipersilahkan untuk membaca isi akad murabahah
dengan teliti, setelah itu BMT beserta anggota tanda tangan di atas
materai.
Apabila pihak BMT tidak ada waktu untuk memesankan barang
yang diinginkan oleh nasabah maka menggunakan akad tambahan
wakalah dalam transaksi pembiayaan pada produk mitra usaha tersebut
secara terpisah serta beberapa lampiran diantaranya formulir pemesan,
purchase order (surat pemesan), surat tanda terima barang.
Page 87
70
C. Ketentuan Umum Pembiayaan Murabahah pada Produk Mitra
Usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga.
1. Jangka Waktu
Maksimal jangka waktu angsuran pembiayaan di BMT Tumang
Cabang Salatiga paling lama 4 (empat) tahun. Sedangkan jangka
waktu pembiayaan tempo maksimal 3,6, dan 9 bulan. Apabila nasabah
debitur meminta jangka waktu lebih dari jangka waktu maksimal yang
ditetapkan, pihak bank tidak dapat menerimanya.
2. Perhitungan Margin
Penentuan persentase margin untuk pembiayaan murabahah di
BMT Tumang Salatiga:
a. Adanya draf angsuran yang ditawarkan kepada anggota setara 1,7%
perbulan.
b. kalau pembiayaannya kecil maka jarang ada penawaran.
c. Penetapan margin yang yng dilakukan BMT Tumang masih
tergantung pada kebutuhan untuk memperoleh keuntungan riil
sehingga dapat memberikan beban keuntungan yang diberikan
kepada pihak ketiga.
Dari kegiatan pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Salatiga
akan memperoleh pendapatan mark up. Mark up merupakan margin
keuntungan bagi BMT yang disepakati bersama (BMT dan nasabah).
Penentuan besarnya mark up adalah sebagai berikut: dari hasil analisis
Page 88
71
yang disetujui BMT untuk pembiayaan murabahah, oleh bagian
pembiayaan memberikan patokan harga dari barang tersebut berupa
harga pokok ditambah mark up. Patokan besarnya mark up ditentukan
berdasarkan kemampuan nasabah untuk mengasur. Setelah itu patokan
harga jual (harga pokok ditambah mark up) ditawarkan kepada
nasabah untuk selanjutnya disepakati bersama saat akad perjanjian.
contoh yang terjadi di BMT Tumang
“ Pak Wahab berkeinginan untuk membeli sebuah mobil untuk
memudahkan usaha konveksinya.. Untuk merealisasikan keinginannya
itu, Ia mendatangi BMT Tumang dengan membawa daftar harga
mobil sebesar Rp. 40.000.000,00. Permohonannya lalu disetujui oleh
BMT Tumang dan terjadilah akad murabahah dengan kedua belah
pihak.
Dengan harga mobil sebesar Rp. 40.000.000,00 serta biaya-
biaya terkait sebesar Rp. 857.000,00 serta keuntungan margin yang
disepakati dengan pihak BMT Tumang sebesar 1,7 % perbulan. Maka
metode perhitungannya adalah:
Akad Pembiayaan : Murabahah
Harga Pokok Pembelian : Rp. 40.000.000
Biaya-biaya : 1. Biaya Administrasi :Rp.8.000.000
2.Materai 1 buah : Rp. 7 .000
3. Biaya Akad : Rp. 50.000
Page 89
72
Jangka Waktu Pembayaran : 1 tahun (12 bulan)
Margin : 1,7 %
Angsuransi Pokok : Rp. 40.000.000 = Rp.3.333.333,33
12 (bulan)
Margin : 1,7% X Rp. 40.000.000,00
= Rp. 680.000
Rp. 680.000 X 12 = Rp. 8.160.000
Harga Jual : Rp. 48.160.000
3. Rasio Jaminan
Dalam perhitungan jaminan untuk realisasi pembiayaan di BMT
Tumang maksimal sebesar 70 % sampai 80% dari harga pasaran.
Adapun realisasi berdasarkan riwayat nasabah dalam pembiayaan dan
menggunakan produk BMT Tumang Cabang Salatiga. Seperti Ibu
Sutiyem yang menggunakan produk pembiayaan di BMT selama tiga
tahun terakhir. Pada monitoring pembayaran angsuran termasuk
nasabah lancar, sehingga marketing berani memberikan pembiayaan
tanpa jaminan (Wawancara dengan marketing pada 22 Juli 2016).
4. Pembayaran Angsuran
Sistem pembayaran pembiayaan murabahah dilakukan dengan
cara mengangsur pada tiap-tiap bulan pada hari kerja bank. Besarnya
angsuran bersifat tetap, baik angsuran pokok maupun angsuran
margin. Angsuran pertama dibayarkan setelah 1 (satu) bulan terhitung
sejak akad dilangsungkan (realisasi pembiayaan).
Page 90
73
Pembayaran angsuran disesuaikan dengan jadwal dan besarnya
angsuran ditetapkan dalam surat sanggup untuk membayar lunas.
5. Perkembangan Angsuran
BMT Tumang Salatiga sangat memperhatikan angsuran yang
dilakukan oleh nasabah. Bila terjadi kemacetan langsung dapat
ditangani secara profesional. Cara yang dilakukan BMT Tumang
untuk menangani pembiayaan macet sebagai berikut:
a. Pemberian Surat Penagihan
Dilakukan oleh BMT apabila nasabah pembiayaan telah tiga
bulan berturut-turut belum membayarkan angsuran,sehingga
BMT memberikan surat melalui petugas penagihan. Surat
penagihan pertama berisikan pemberitahuan mengenai nominal
tunggakan angsuran pokok dan bagi hasil yang harus dibayar.
b. Pemberian Surat Penagihan ke dua.
c. Melakukan kunjungan ketempat anggota, yang mana tidak hanya
di awal pembiayaan tetapi juga secara berkala.
6. Potongan pembiayaan
Apabila nasabah debitur dapat melaksanakan pelunasan sebelum
jangka waktu pembiayaan berakhir, pihak BMT akan memberikan
potongan atas pelunasan yang dibayar secara cepat oleh debitur,
berupa potongan atas margin yang belum jatuh tempo. Pemberian
potongan pembiayaan murabahah tidak diperjanjikan dalam akad
serta akan diatur sesuai kebijakan Bank oleh Tim Komite Pembiayaan.
Page 91
74
7. Sasaran Pembiayaan Murabahah
Fasilitas pembiayaan murabahah di BMT Tumang diberikan
kepada individu maupun badan usaha yang memerlukan jasa
perbankan untuk diberikan pembiayaan yang akan digunakan untuk
membeli barang-barang modal usaha kendaraan sepeda montor. Untuk
pembiayaan investasi atau barang modal pada badan usaha
dispesifikasikan kedalam beberapa sektor usaha seperti:
a. Dealer sepeda motor/mobil.
b. Kontraktor.
c. Bengkel atau toko sparepart
d. Toko ATK (alat tulis kantor)
e. Toko kelontong
f. Usaha musiman yang pangsa pasarnya jelas dan pasti.
g. Rental mobil.
h. Usaha catering.
i. Usaha batik.
Page 92
75
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD
MURABAHAHPADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA DI BMT
TUMANG SALATIGA
A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk
Pembiayaan Mitra usaha di BMT Tumang Salatiga
Murabahah merupakan akad antara penjual dan pembeli berdasarkan
harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli
dan keuntungan yang diambil oleh penjual pun diberitahukan kepada
pembeli. Secara singkat dipahami bahwa murabahah tersebut jual beli
dengan kesepakatan pemberian keuntungan bagi si penjual dengan
memperhatikan dan memperhitungkan dari modal awal si penjual.
BMT Tumang Cabang Salatiga merupakan salah satu lembaga
keuangan non Bank yang menggunakan prinsip syari’ah menjalankan
konsep murabahah. Akad murabahah pada pembiayaan mitra usaha di
BMT Tumang ini dimulai dari keinginan untuk membantu anggotanya
dalam kebutuhan Mitra Uaha bagi kelancaran usaha yang bersifat
produktif untuk modal usaha.
Akad murabahah di BMT Tumang cabang Salatiga dimulai dengan
keinginan nasabah yang ingin sepeda motor, pupuk untuk tanaman atau
yang lain-lain, kemudian nasabah mengajukan pembiayaan untuk
memperoleh biaya untuk membiayainya. Setelah itu, nasabah dimohon
Page 93
76
untuk mengisi dan pengajuan pembiayaan mitra usaha pada akad
murabahah dengan membawa persyaratan yang harus dipenuhi:
c) Melengkapi formulir dan menandatangani permohonan pembiayaan.
d) Melengkapi persyaratan pengajuan pembiayaan, sebagai berikut:
(h) Pas photo 3 x 4 = 1 (satu) lembar.
(i) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) calon debitur.
(j) Fotocopy KTP suami atau istri
(k) Fotocopy Kartu Keluarga (KK) /surat nikah.
(l) Fotocopy Buku Tabungan/mutasi tabungan.
(m) Fotocopy slip gaji kalau pegawai.
(n) Fotocopy jaminan
1) Untuk jaminan tanah atau rumah
(a) Fotocopy Sertifikat rumah, SHM
(b) Fotocopy SPPT terakhir dan Lunas PBB
2) Untuk jaminan kendaraan bermotor atau mobil:
(a) Fotocopy BPKB dan STNK
(b) Faktur Pembelia dari Dealer atau kwitansi
pembelian.
Page 94
77
3) Agunan Surat berharga misalnya buku tabungan dan
ATM
Setelah data isi lengkap, maka BMT Tumang cabang Salatiga
melakukan survey untuk kelayakan nasabah tersebut apakah nasabah layak
untuk diberikan pembiayaan ataupun tidak, tahap selanjutnya disampaikan
ke komite dan diputuskan apakah layak atau tidak. Apabila dalam
penyurveian nasabah dinyatakan layak untuk mendapat pembiayaan, maka
akan dilakukan akad murabahah.
Dalam akad perjanjian pembiayaan murabahah dijelaskan dari
nomor pasal 1 (satu) sampai pasal 8 (delapan), yaitu ada pihak pertama
selaku BMT Tumang Cabang Salatiga dan pihak kedua selaku orang atau
badan yang menerima pembiayaan secara syari’ah dari pihak pertama.
Selanjutnya dijelaskan pembiayaan murabahah yaitu pembiayaan syari’ah
dalam rangka untuk jual beli barang atau pengadaan barang. Selanjutnya
pada pasal 2 (dua) pihak pertama menjual barangnya kepada pihak kedua
berupa unit kendaraan tipe atau merek apapun atau barang lainnya untuk
keperluan mitra usaha yang diperlukan melalui pembiayaan murabahah.
Pada pasal tiga dan empat dijelaskan tentang atas pengadaan
barang tersebut, maka pihak kedua menyetujui harga, maka piak kedua
secara sah memiliki kewajiban kepada pihak pertama total kewajiban uang
yang harus dibayar. Maksimal jangka waktu angsuran pembiayaan di BMT
Tumang Cabang Salatiga adalah 4 (empat) tahun. Sedangkan jangka waktu
Page 95
78
pembiayaan tempo maksimal 3,6, dan 9 bulan. Apabila nasabah debitur
meninta jangka waktu lebih dari jangka waktu maksimal yang ditetapkan,
pihak bank tidak dapat menerimanya.
Dalam pasal lima dijelaskan pihak pertama setuju untuk
menyediakan pembiayaan murabahah dengan bersedia melampirkan
barang/asset yang berharga yang dijadikan jaminan hak milik secara
fidusia atas barang jaminan kepada pihak kedua. Selanjutnya untuk
mengenai secara detail barang jaminan diatur pada surat dan dokumen lain
yang belum tertera di akad perjanjian, mengenai merek atau tipe nomor
rangka, nomor mesin, tahun dikeluarkannya barang tersebut dan warna
motor sekaligus nomor BPKB motor yang bersangkutan.
BMT Tumang Salatiga sangat memperhatikan angsuran yang
dilakukan oleh nasabah, tapi pada saat wawancara kepada Bapak Ni’am
S.E selaku manager BMT Tumang, apabila pihak ke II telat jatuh tempo
tidak ada ta’ziran atau denda, padahal di akad perjanjian sudah tertera pada
pasal 6 (enam) untuk menangani pembiayaan macet sebagai berikut:
1. Pihak II memberikan kuasa pada pihak pertama untuk mendebet semua
simpanannya apabila pihak II mengalami keterlambatan ansuran, dan
pihak II bersedia untuk membayar kembali simpanan yang telah di-
debet.
Page 96
79
2. Bila pihak ke II lalai membayar/memenuhi kewajibannya sebagaimana
yang telah disepakati bersama, maka segala biaya/ongkos penagihan
dan kuasa pihak I akan ditanggung oleh pihak II.
3. Apabila pihak II lalai memenuhi kewajibannya maka dita’zir atau
denda.
4. Apabila pihak II lebih cepat dari jangka waktu pembiayaan yang telah
disepakati, maka pihak II mendapatkan potongan bagi hasil/mark up.
Sebelum proses penandatanganan perjanjian, pihak manager BMT
Tumang menjelaskan secara terperinci biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang dan keuntungan (margin) kepada nasabah. Akan
tetapi, sering kebanyakan nasabah tidak menginginkan proses yang terlalu
rumit, sehingga pihak manager tidak menjelaskan secara lisan mengenai
harga pokok dan keuntungan (margin) barang yang merupakan obyek
murabahah.
Untuk perhitungan keuntungan pihak BMT Tumang Cabang
Salatiga pihak manager menentukan bahwa draf angsuran yang
ditawarkan kepada anggota setara 1,7 % perbulan. Penentuan margin yang
dilakukan BMT Tumang masih tergantung pada kebutuhan untuk
memperoleh keuntungan riil sehingga dapat memberikan beban
keuntungan yang diberikan kepada pihak ke tiga.
Tingkat keuntungan BMT Tumang Cabang Salatiga berbeda-beda,
tergantung besar pembiayaan, dimana kalau pembiayaan kecil maka jarang
ada penawaran. Dengan asumsi tersebut, maka patokan besarnya mark up
Page 97
80
ditentukan berdasarkan kemampuan nasabah untuk mengasur. Setelah itu
patokan harga jual (harga pokok ditambah mark up) ditawarkan kepada
nasabah untuk selanjutnya disepakati bersama saat akad perjanjian.
Pada bagian akhir akad pembiayaan murabahah terdapat kalimat
“perjanjian ini dibuat dan ditandatangani dengan sebenar-benarnya tanpa
ada unsur paksaan dari pihak manapun”. Hal ini menunjukan bahwa pihak
BMT Tumang dan nasabah dalam melakukan akad perjanjian tersebut
harus saling suka sama suka (ridho).
Dalam pelaksanaan pembiayaan mitra usaha pada akad murabahah
penyampaian mengenai kondisi suatu barang tidak disampaikan secara
detail dan transparan untuk mengetahui apakah ada kerusakan pada barang
yang diperjual belikan. Padahal dalam rukun dan syarat murabahahharus
ada kejelasan mengenai kondisi suatu barang.
Kalaupun BMT Tumang menambahkan akad wakalah apabila
pihak BMT memberikan kuasa dan meyerahkan sejumlah uang kepada
nasabah untuk membeli barang atas nama bank kepada supplier, yang
sesuai dengan draft perjanjian khusus tentang akad wakalah. Dimana pihak
nasabah memilihkan untuk BMT mengenai barang dan spesifikasi harga
dan jangka waktu berlakunya harus sesuai kesepakatan bersama. Akan
tetapi pada praktek pembiayaan murabahah di BMT Tumang terlihat
perbedaan, terutama dalam hal pengadaan barang. Setelah akad dilakukan
antara BMT Tumang dengan nasabah, maka sudah bukan menjadi urusan
BMT Tumang lagi, karena dana yang telah ditransfer ke rekening nasabah
Page 98
81
sudah menjadi tanggungan nasabah untuk membeli barang guna
memperlancarkan usaha nasabahnya.
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada
Pembiayaan Mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga.
Permasalahan jual beli, khususnya bank syari’ah untuk membuat
suatu produk berbasiskan jual beli yang sesuai dengan syari’ah, maka guna
untuk mengawasi produk lembaga keuangan syari’ah agar sesuai al-
Qur’an, hadis, pendapat madzhab serta Dewan Syari’ah Nasional (DSN)
yang merupakan sebuah lembaga yang berada di bawah naungan Majlis
Ulama Indonesia (MUI) yang dijadikan sebagai landasan hukum Islam.
pembiayaan mitra usaha (modal kerja) pada pelaksanaan akad
murabahah di BMT Tumang Cabang Salatiga merupakan upaya yang
dilakukan BMT Tumang dalam rangka membantu nasabah untuk
memperoleh kemudahan dalam menjalankan dan mengembangkan usaha
nasabah serta dapat membantu pihak nasabah untuk meningkatkan jumlah
hasil serta mutu hasil produksi.
Murabahah merupakan konsep jual beli yang sama sekali tidak
ada hubungannya dengan pembiayaan. Namun, bentuk jual beli ini
kemudian digunakan oleh perbankan syari’ah dengan menambah konsep
pembiayaan. Akan tetapi, syarat dan rukun harus benar-benar diperhatikan
agar transaksi tersebut diterima secara syari’ah.
Page 99
82
Pada prinsipnya Transaksi murabahah harus memenuhi persyaratan
yang dijadikan sebagai rukun,yaitu:
1. Adanya orang yang berakad (muaqid)
a. Nasabah (pembeli)
b. BMT Tumang (penjual)
2. Adanya barang atau obyek akad dalam murabahah , yaitu sesuatu yang
dibiayai oleh BMT Tumang Cabang Salatiga berupa kendaraan motor
atau pupuk.
3. Adanya akad atau shiqhot, dalam hal ini tertuang dalam surat
perjanjian pembiayaan murabahah .
4. Ijab qabul, perkataan yang diucapkan oleh penjual dan pembeli (atau
yang mewakili keduanya) dalam mengutarakan kehendaknya berkaitan
dengan akad tersebut.
Untuk mengenai ijab qobul di BMT Tumang Cabang Salatiga
dilakukan dengan surat menyurat yaitu dengan adanya surat perjanjian
akad murabahah yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Dimana
dalam surat tersebut terdapat jumlah pembiayaan yang disetujui, jaminan
dan keuntugan yang disepakati, serta jatuh tempo yang disepakati antara
nasabah dengan BMT Tumang.
Dalam pembiayaan murabahah ini, pemilik dana (bank)
membelikan barang yang diinginkan oleh nasabah yang membutuhkan
pembiayaan tersebut, kemudian bank menjualnya kepada nasabah dengan
penambahan keuntungan (margin) tetap.
Page 100
83
Fenomena tersebut juga terjadi di BMT Tumang Cabang Salatiga
dimana BMT Tumang sebagai pemilik dana membelikan barang sesuai
keinginan nasabah, Kemudian menjualnya ke nasabah dengan penambahan
keuntungan tetap. Sementara itu nasabah mengembalikan utangnya
dikemudian hari secara tunai maupun cicilan. Meskipun begitu, pada
hakikatnya jual beli yang dilakukan secara kredit dapat menimbulkan pada
besaran bunga (riba), sehinggamerujuk pada Fatwa DSN-MUI
No.04/DSN-MUI/IV/2000 ketetapan pertama ayat 1 dinyatakan “Bank
dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba” dan
tertuang dalam firman Allah Q.S al-Baqarah ayat 275:
Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba. Tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
Page 101
84
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya (Q.S. al-Baqarah 275).
Permasalah murabahah klasik itu penjual harus memiliki
persediaan barang sebelum terjadinya akad murabahah . Murabahah di
dalam praktik perbankan syari’ahmerujuk pada Fatwa DSN-MUI
No.04/DSN-MUI/IV/2000 ketetapan pertama ayat 3 (tiga) bahwa “bank
membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya”.Dalam hal ini BMT Tumang bukan sebagai
penjual murni, akan tetapi BMT akan melakukan murabahah apabila
dipastikan nasabah akan membeli barang tersebut. Hal ini dikarenakan
BMT Tumang tidak menyediakan langsung barang yang diminta oleh
nasabah.
Namun, jika dilihat pada perbedaan praktik murabahah yang
melibatkan tiga pihak dengan murabahah klasik yang melibatkan hanya
dua pihak layaknya jual beli dan harus adanya obyek yang dijual belikan
pada umumnya, mungkin perlu adanya kejelasan terhadap dasar hukum
kebolehan murabahah secara mendalam tidak sebatas dalam nash terkait
jual beli. Oleh karena itu digunakan pula dasar hukum berupa ijma dan
kaidah fiqh.
Poin penting yang harus diperhatikan dalam pembiayaan
murabahah yaitu:
1. Penetapan Harga dan mark up dalam murabahah
Dalam pembiayaan murabahah harga barang disini dianalogkan
dengan plafond pembiayaan. Dalam pembiayaan ini, BMT Tumang
Page 102
85
sebagai pemilik dana membelikan barang sesuai keinginan nasabah,
Kemudian menjualnya ke nasabah dengan penambahan keuntungan
tetap. Sementara itu nasabah mengembalikan utangnya dikemudian
hari secara tunai maupun cicilan. Jadi, kalau dilihat dengan
pembayaran secara cicilan dan besar marginnya sama tiap angsuran
pokok .
Para ulama Madzhab berbeda pendapat tentang biaya apa saja
yang dapat dibebankan kepada harga jual barang tersebut. Madzhab
Maliki membolehkan biaya-biaya yang langsung terkait dengan
transaksi jual-beli itu dan biaya-biaya yang tidak langsung terkait
dengan transaksi tersebut, namun memberikan nilai tambah pada
barang itu. Madzhab Syafi’i membolehkan membebankan biaya-biaya
tenaga kerjanya sendiri karena komponen itu masuk pada keuntungan.
Begitu pula biaya-biaya yang tidak menambah nilai barang tidak boleh
dimasukan sebagai komponen biaya-biaya secara umum timbul dalam
suatu transaksi jual beli, namun mereka tidak membolehkan biaya-
biaya yang memang semestinya dikerjakan oleh si penjual.
Dengan demikian, apabila BMT Tumang Cabang Salatiga tidak
mengenakan pembebanan biaya langsung terkait dengan pekerjaan
yang memang semestinya dilakukan penjual maupun biaya langsung
yang berkaitan dengan hal-hal yang berguna, itu berarti BMT Tumang
sudah bertindak benar dan sesuai hukum Islam. Jika BMT Tumang
membebani pembiayaan biaya langsung yang berkaitan dngan
Page 103
86
pekerjaan yang memang semsetinya dilakukan penjual maupun biaya
langsung yang berkaitan dengan hal-hal yang berguna maka hal itu
bertentangan dengan hukum Islam.
Di dalam subtansi fatwa DSN MUI tentang murabahah
dijelaskan bahwa baik harga maupun mark up ditentukan diawal
kesepakat antara bank dan nasabah dan harga benda. Namun, subtansi
pengambilan harga yang tinggi itu terkait dengan adanya diskon saat
transaksi murabahah dengan nasabah secaraberlangsung.
Penetapan mark up 1,7% tidak hanya dilakukan dengan satu kali
angsuran melainkan 12 bulan atau selama waktu angsuran di BMT
Tumang. Hal ini menunjukan bahwa waktu berpengaruh dalam
menetapkan harga jual kepada nasabah, dimana semakin lama kita
membayar angsuran maka semakin tinggi pula angsuran yang harus
dibayar. Akibatnya dapat terjadi perhitungan harga dan mark up
menjadi tidak sesuai dengan syari’ah, karena menetapkan harga dan
mark up yang lebih tinggi, dan memang masih menjadikan pasar uang
berbasis bunga sebagai rujukan perhitungannya dan penentuan
persentase mark upberdasarkan tingkat plafon pembiayaan
murabahah, menjadikan anggota tidak dapat melakukan negosiasi
mark up.
Hal ini tidak ada bedanya dengan praktik kredit di bank
konvensional. Apabila dibandingkan pada penentapan harga yang
dipraktikkan oleh Rasulullah dalam jual beli. Sehingga untuk
Page 104
87
penentuan besar plafon pembiayaan seharusnya didasarkan pada harga
barang bukan pada jenis usaha maupun jaminan yang digunakan BMT
Tumang dan anggota. Maka BMT Tumang dan anggota terlebih
dahulu mengetahui harga pokok barang yang dibutuhkan anggota
sehingg dapat menegosiasikan plafon pembiayaan.
2. Obyek dan Resiko dalam Murabahah
Mengenai obyek murabahah , Ascarya dalam buku akad &
produk bank syari’ah mengatakan bahwa bank harus melakukan
pembelian barang kepada supplier terlebih dahulu sebelum akad jual
beli dengan nasabah dilakukan.
Pendapat Imam Syafi’i tentang jual beli benda itu harus ada di
tempat dan diketahui si pembeli bagusnya atau cacadnya. Dalam kitab
al umm juz 4bahwa:
هي اشخر جا رت بالخا ر فواث قبل اى خخار ف ر رخ قه ى هقاه
ادا باع الرجل السلعت لرجل اسخز رضا الوبع ل ها ب بي رال د
فا ى رض الوبع ل فا لبع جائس اى ارا د الر د اى جعل الرد ال
غر فلس دلك ل اال اى جعل كال برد ا اجازة فخجز الكالت عي
اهر
Artinya: Orang yang membeli budak wanita dengan khiyar, lalu ia
mati sebelum memutuskan khiyarannya (pilihannya), maka
ahli warisnya ysng menggantikannya. Apabila seseorang
menjual barang jualan kepada seseorang dan ia minta
pengecualian kerelaan orang yang dijualkan kepadanya,
untuk dia selama tiga hari. Kalau rela orang yang dijualkan
kepadanya, maka penjualan itu boleh. Kalau orang yang
membeli itu bermaksud mengembalikan, maka boleh baginya
Page 105
88
mengembalikan. Kalau ditetapkan pengembalian itu kepada
orang lain, maka tidak boleh yang demikian. Kecuali
dijadikannya orang itu selaku wakil untuk mengembalikan
atau meneruskan penjualan. Maka bolehlah mewakilkan dari
urusannya itu.
Pemahaman yang diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit dalam kitab
Bulughul Maram tentang jual beli poin ke 22 bahwa:
ابخعج زخا ف الس ق فلوا ): عي ابي عور رض هللا عوا قا ل
اسخجبخ لق رجل فاعطا ب ربحا حسا فا رد ث اى اضرب عل ذ
فقال , الرجل فا خذ ر جل هي خلف بذ را ع فالخفج فا دا زذ بي را بج
فاى رسل هللا ص م , ال حبع حذ ابخعخ حخ ححز ال رحلك
را احوذ (اى حباع السلع حذ حبخا ع حخ حز ا الخجا ر ال رحالن
اللفظ ل صحح ابي حباى الحا كن,اب داد
Artimya: “Dari sahabat Ibnu Umar, ia mengisahkan pada suatu
saat saya membeli minyak di pasar, dan ketika saya
telah selesai membelinya, ada seorang laki-laki yang
menemuiku dan menawar minyak tersebut, kemudian ia
memberiku keuntungan yang cukup banyak, maka
akupun hendak menyalami tangannya (guna menerima
tawaran dari seorang tersebut), tiba-tiba ada seseorang
dari belakangku yang memegang lenganku, maka
akupun menoleh dan ternyata adalah Zaid bin Tsabit,
kemudian ia berkata:”Janganlah engkau jual minyak itu
di tempat engkau membelinya hingga engkau pindahkan
ke tempatmu, karena Rasulullah melarang dari menjual
kembali kembali barang di tempat barang tersebut
dibeli, hingga barang tersebut dipindahkan oleh para
pedagang ke tempat mereka masing-masing.
Para ulama menyebutkan hikmah dari larangan ini, karena
barang yang belum diserah terimakan kepada pembeli bisa saja batal.
Karena suatu sebab, misalnya barang tersebut hamcur atau rusak
Page 106
89
hingga dia telah menjualnya kembali tidak dapat menyerahkan ke
pembeli kedua.
Merujuk pada Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000
ketetapan pertama ayat 9 dinyatakan “jika bank hendak mewakilkan
kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual
beli mrabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi
milik bank”. berarti kalimat “secara prinsip” itu dijabarkan dalam
pembiayaan modal kerja murabahah apabila BMT telah membeli
suatu barang kepada pihak supplier, maka secara prinsip bank telah
membeli suatu barang. Walaupun sudah melakukan pembayaran uang
pembelian barang kepada supplier yang diwakilkan nasabah. namun
bank melakukan pembayaran uang pembelian barang kepada
supplieryang diwakilkan kepada nasabah dengan menggunakan akad
wakalah.
Subtansi tersebut sesuai dengan syarat murabahah baik dalam
fiqh muamalah, hanya saja pada praktiknya berbeda dengan bank
syari’ah dan berbeda dengan fatwa,bisa jadi ketidaksesuaian tersebut
akibat aktor sulitnya bank dalam menyediakan barang karena
keterbatasannya karyawan, BMT Tumang menggunakan tambahan
wakalah dimaksudkan untuk membuktikan bahwa nasabah telah
menerima pembiayaan dari BMT Tumang serta nasabah telah
melakukan transaksi jual beli antara bank engan penjual atau supplier.
Akan tetapi hanya sebagian kecil nasabah yang menerima langsung
Page 107
90
dana pembiayaan dan itu dibatasi dengan syarat-syarat tertentu, dalam
hal ini sebelum pihak BMT Tumang memberikan dana pihak BMT
mempertimbangkan karakter nasabah yang baik dan jujur karena
untuk menghawatirkan terjadinya manajemen resiko.
3. Resiko Barang dalam Murabahah
obyek barang yang belum dimiliki bank ketika transaksi
murabahah dengan nasabah, menjadi resiko yang seharusnya
ditanggung oleh bank, akan tetapi karena barang tidak dimiliki dahulu
menjadi resiko tetap berada pada supplier bukan pada bank. Pada
praktek pembiayaan murabahah di BMT Tumang terlihat perbedaan,
terutama dalam hal pengadaan barang. Setelah akad dilakukan antara
BMT Tumang dengan nasabah, maka sudah bukan menjadi urusan
BMT Tumang lagi, karena dana yang telah ditransfer ke rekening
nasabah sudah menjadi tanggungan nasabah untuk membeli barang
guna memperlancarkan usaha nasabahnya.
Dalam hal ini, misalnya apabila nasabah mengajukan komplain
terhadap barang yang sudah ia beli, nasabah tidak dapat
mengajukannya ke BMT Tumang, akan tetapi mengajukannya ke
pihak supplier atau penjual pertama itu, karena bank hanya sebagai
perantara dan pihak BMT telah memberi kuasa melakukan
pembayaran langsung kepada rekening supplier.
Dalam kitab Qowaid Al-Fiqhiyah bahwa ada suatu kaidah orang
yang berhak mendapatkan keuntungan ialah orang yang punya
Page 108
91
kewajiban menanggung kerugian jika hal itu terjadi. Kaidah ini
berdasarkan hadis Rasulullah SAW:
فا قام عذ ها شا ء . عي عا ئشت ر ض هلل عا اى رجال ابخاع غال ها
فرد عل , فخا صو ال الب ص م , رن جذ ب عبا , هللا اى قن
ا رسل هللا قذ اسخغل غال ه ؟ فقا ل رسل هللا ص م : فقال الرجل,
(را احوذ اب داد الخرهذ ئ حسا الء لبا )الخرا س با لضوا ى :
Artinya: “Dari sahabat Aisyah bahwasanya seorang laki-laki membeli
seorang budak laki-laki. Kemudian budak tersebut tinggal
bersamanya selama beberapa waktu. Suatu hari sang
pembeli mendapatkan adanya cacat pada budak tersebut.
Kemudian pembeli mengadukan penjual budak kepada Nabi
SAW dan nabipun memutuskan agar budak tersebut
dikembalikan. Maka penjual berkata:” Ya Rasul sungguh ia
telah memperkerjakan budakku? maka Rasul bersabda “
Keuntungan adalah imbalan atas kerugian”.
Subtansi fatwa DSN MUINo.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
murabahah tidak menyebutkan tentang resiko akad dalam murabahah
, tetapi Fatwa DSN-MUINo.04/DSN-MUI/IV/2000 dalam poin ke
lima menetapkan bahwa “Bank harus menyampaikan semua hal yang
berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan
secara utang”. Dalam hal ini padahal sangat berpengaruh pada
ketiadaan resiko yang seharusnya dihadapi oleh BMT Tumang yang
mana tidak menjalankan sesuai poin lima bahwa yang menharuskan
kepemilikan akan barang terlebih dahulu itu BMT Tumang, padahal
yang namanya penjual dalam transaksi jual beli itu mengalami untung
dan menanggung resiko kerugian.
Page 109
92
Dalam permasalahan pembayaran angsuran yang merupakan
kewajiban nasabah untuk memenuhi janjinya sebagaimana yang telah
disepakati sebelumnya. Meskipun demikian dalam prakteknya
seringkali ada kelalaian untuk membayar angsuran. Dalam hukum
Islam, perjanjian harus memenuhi akad-akad yang telah disepakati
sebelumnya karena asas janji itu mengikat. Hal ini sesuai dalam
firman Allah QS. al-Maidah ayat 1:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan
haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya.(QS. al-Maidah 1).
4. Jaminan dalam murabahah
Murabahah merupakan jual beli yang berdasarkan kepercayaan
dan saling suka sama suka. Di dalam transaksi murabahah klasik
tidak adanya jaminan, sedangkan dalam perbankan jaminan dijadikan
sesuatu yang harus dipenuhi. Pada dasarnya jaminan bukanlah rukun
atau syarat yang mutlak harus dipenuhi, melainkan sebagai cara untuk
memastikan bahwa tidak ada hak-hak dari pihak BMT yang
dihilangkan. Karena agunan adalah metode orang lain tanpa ijin”.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 161:
Page 110
93
Artinya:”Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal
Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena
mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di
antara mereka itu siksa yang pedih.(QS. An-Nisa’ 161).
Pembolehan jaminan pada jual beli murabahah dapat dikatakan
sebagai jual beli panjar (bay’ al-urban). Disamping itu, kewajiban
adanya jaminan dalam pembiayaan murabahah itu tidak harus
dibebankan kepada mudharib saja, tetapi dapat meminta jaminan
kepada pihak ketiga yang akan menjamin penerima pembiayaan kalau
melakukan kesalahan.
Merujuk pada Fatwa DSN No:04/DSN-MUI/IV/2000 pada
ketetapan ke tiga mengenai aturan dibolehya jaminan. Dalam hal ini
agar nasabah serius dalam pemesanan dan pembayaran. Adanya
jaminan juga dapat menjadi sebuah upaya berjaga-jaga apabila
dikemudian hari terjadi hal yang tidak diinginkan dalam hal nasabah
tidak mampu melunasi hutangnya maka ada gantinya berupa jaminan.
Tapi perlu diingat bahwa, setiap tambahan atas hutang itu dilarang,
karena tambahan tersebut merupakan riba yang diharamkan.
Dari analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dalam
pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di
Page 111
94
BMT Tumang Cabang Salatiga belum memenuhi ketentuan syari’ah. Hal
ini dikarenakan ada beberapa aspek syarat-syarat yang tidak sesuai dengan
hukum Islam, diantaranya pertama, dalam proses penentuan harga jual
murabahah di BMT Tumang masih menyandarkan kepada suku bunga
yang berlaku di pasar. Jadi, secara tidak langsung menjadikan tingkat
suku bunga sebagai landasan perhitungan. Kedua, berkaitan dengan obyek
atau barang yang diperjual-belikan pada pembiayaan mitra usaha di BMT
Tumang Salatiga sangat abstrak atau tidak jelas, hal ini karena proses
transaksi beralih antara nasabah dengan supplier atau pemosok. Sehingga
memungkinkan nasabah apakah benar-benar membelanjakan dan
pembiayaan tersebut untuk membelikan barang atau tidak. Selain itu
adanya pengawasan yang kurang, diantaranya tidak adanya laporan hasil
pembelian barang oleh nasabah. Ketiga, dalam penggunaan jaminan,
hanya sebagai suatu cara untuk memastikan bahwa hak-hak kreditur tidak
dihilangkan dan untuk menghindarkan diri dari memakan harta orang
dengan cara yang bathil.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Page 112
95
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Akad transaksi dalam pembiayaan produk mitra usaha di BMT
Tumang adalah akad murabahah. Akad murabahah yang seharusnya
digunakan untuk transaksi jual beli yang tujuannya bersifat konsumtif
ini digunakan untuk pembiayaan mitra usaha bagi nasabahnya. Di
mana Pihak BMT Tumang memberikan kuasa kepada nasabahnya
untuk membeli barang yang diperlukan bagi usaha nasabah atas nama
bank dengan menggunakan akad tambahan yaitu wakalah. Kemudian
pihak BMT Tumang menjualnya kepada nasabah ditambah margin
keuntungan untuk dibayar nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai
dengan kesepakatan awal perjanjian.
2. Praktek pembiayaan murabahah di BMT Tumang belum sesuai
dengan hukum Islam, hal ini dikarenakan antara lain, pertama dalam
proses penentuan harga jual murabahah di BMT Tumang masih
menyandarkan kepada suku bunga yang berlaku di pasar. Jadi, secara
tidak langsung menjadikan tingkat suku bunga sebagai landasan
perhitungan. Kedua, berkaitan dengan obyek atau barang yang
diperjual-belikan pada pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang
Salatiga sangat abstrak atau tidak jelas, hal ini karena proses transaksi
beralih antara nasabah dengan supplier atau pemosok. Sehingga
memungkinkan nasabah apakah benar-benar membelanjakan dan
pembiayaan tersebut untuk membelikan barang atau tidak. Selain itu
Page 113
96
adanya pengawasan yang kurang, diantaranya tidak adanya laporan
hasil pembelian barang oleh nasabah.Ketiga, dalam penggunaan
jaminan, hanya sebagai suatu cara untuk memastikan bahwa hak-hak
kreditur tidak dihilangkan dan untuk menghindarkan diri dari
memakan harta orang dengan cara yang bathil.
B. Saran
1. Sebaiknya BMT Tumang dalam melakukan kegiatan usahanya harus
memperhatikan aspek hukum Islam, baik itu metode perhitungan
harga jual, keuntungan dalam pembiayaan dan jaminan pembiayaan.
Sehingga dapat mencerminkan nilai syari’ah dalam Lembaga
Keuangan Syari’ah (LKS) ditengah-tengah kita diharapkan mampu
memecahkan segala problem ekonomi umat.
2. Perlu adanya ketegasan dalam pelaksanaan akad murabahahsesuai
dengan ketentuan yaitu hanya dalam jual beli, apabila nasabah ingin
mengajukan pembiayaan mitra usaha pihak BMT hendaknya
menggunakan akad mudharabah atau musyarakah. Apabila diterapkan
pada produk-produk lain yang tidak hanya di dominasi akad
murabahah itu lebih baik.
Page 114
97
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Al-Karim. 2009. Mushaf Syamil Qur’an dan Terjemah. Bandung:
Hilal.
Andria Permata Viehzal, Veithzal Rivai, B. Acct. 2008. Islamic Financial
Management. Jakarta: Rajawali Pers.
, Manajemen Bank Syari’ah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. Jakarta:
Gema Insani.
Arifin, Muhammad. 2009. Riba & Tinjauan Perbankan Syariah. Bogor: CV. Darul
Ilmi.
Ascarya. 2011. Akad & Produk Bank Syari’ah. Jakarta: Rajawali Pers.
Asqilani, Hajar. 2001. Kitab Bulughul Maram. Cairo: Al-Azhar.
Dewi, Gemala, Widyaningsih, & Yeni Salma Barlinti. 2006. Hukum Perikatan
Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah
Karim, Adiwarman. 2009. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Pers.
2010. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT Raja Gravindo
Persada.
Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.
Lubis, Suhrawardi. 2004. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhammad. 2000. Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII
Press.
Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: AMP YKPM
Page 115
98
Muhammad, Rifqi. 2008. Akuntansi Keuangan Syari’ah Konsep dan
Implementasi PSAK Syari’ah. Yogyakarta: P3EI Press.
Mujieb, M Abdul. 1994. Kamus istilah Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Muthaher, Osmad. 2008. Akuntansi Perbankan Syari’ah. Jakarta: Graha Ilmu.
Soejoeti, Zarkowi. 1987. Pengantar Ilmu Fiqh. Semarang: Walisongo Press.
Sudarsono, Heri dan Hendri Yogi Prabowo. 2006. Istilah-istilah Bank dan
Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta.
Sudjana, Nana. 1998. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiyah. Bandung: Sinar
Dunia.
Sumar’in. 2012. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: GRAHA
ILMU.
Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Yogyakarta: PT. ISES
Consulting Indonesia.
Syafi’i, Muhammad Idrus. Kitab Al uum Juz III. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah
Utsman, Sabian. 2014. Metodelogi Penelitian Hukum Progresif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press.
Zuhaily, Wahbah. 1989. Fiqih Islam tujuh diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-
Kattami dkk dalam “al-Islam wa Adilatuhu” jilid IV. Damaskus:
Darul Fikr.
Page 129
112
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Siti Jamilatun
NIM : 214-12-012
Jurusan : Syari’ah
Fakultas : Hukum Ekonomi Syari’ah
No Tanggal Kegiatan Penyelenggara Sebagai Nilai
Jenis SKK: Sertifikat Kegiatan
1 05-07 September
2012
OPAK STAIN Salatiga DEMA STAIN Salatiga Peserta 3
2 08-09 September
2012
OPAK Jurusan Syari’ah
STAIN Salatiga
HMJ Syari’ah STAIN
Salatiga
Peserta 3
3 10 September 2012 Orientasi Dasar Keislaman CEC dan ITTAQO Peserta 2
4 11September 2012 Seminar Entrepreneurship dan
Koperasi
Mapala MITAPASA
dan KSEI STAIN
Salatiga
Peserta
2
5 12 September 2012 Achievment Motivation
Training
JQH dan LDK STAIN
Salatiga
Peserta 2
6 13 September 2012 Library User Education UPT Perpustakaan
STAIN Salatiga
Peserta 2
7 29 September
2012
Urgensi Media dalam
Pergulatan Politik
Seminar Nasional
Oleh LPM Dinamika
Peserta 6
8 03 Oktober 2012 Melalui MTQ tingkatkan
prestasi, syi’arkan akhlak
Qur’ani
JQH STAIN Salatiga Peserta 2
9 13 Oktober 2012 Training Pembuatan Makalah LDK STAIN Salatiga Peserta 3
10 14 Oktober 2012 Satu Malam Meningkatkan
Integritas Mahasiswa Syari’ah
HMJ Syari’ah STAIN
Salatiga
Peserta 2
11 17 Oktober 2012 Musabaqoh Lughoh Arobiyah ITTAQO STAIN Lomba 2
Page 130
113
(MLA) Salatiga Peserta
12 27-28 Oktober
2012
Aktualisasi Bahasa Arab dalam
Menjaga Khazanah Keilmuan
Islam Mutakhir
ITTAQO STAIN
Salatiga
Peserta 3
13 10 November 2012 Dialog Publik dan Silaturrahim
Nasional
PMII Kota Salatiga Peserta 6
14 17-18 November
2012
Penerimaan Anggota Baru JQH JQH STAIN Salatiga Peserta 3
15 29 November 2012 Peran Lembaga Perbankan
Syari’ah dengan adanya
otoritas jasa keuangan
Seminar Nasional
HMJ Syari’ah
Peserta 6
16 1 Desember 2012 Tabligh akbar bertajuk “tafsir
tematik dalam upaya menjawab
persoalan Israel dan palestina
landasan QS.Al-Fath:26-27”
JQH STAIN Salatiga Peserta 2
17 30 April 2013 Perjuangan Kaum Perempuan
dalam Kesetaraan Hukum
Islam di Indonesia
Seminar Nasional oleh
Lembaga Percik
Salatiga
Peserta 8
18 04 Juni 2013 Sharia Economics Festival
“Indonesia Will Grow and
Shine With Sharia Economics”
Seminar Nasional oleh
KSEI STAIN Salatiga
Peserta 8
19 27 Juni 2013 Penyesuaian Harga BBM
Bersubsidi
Seminar Nasional
HMJ Syari’ah
Peserta 8
20 30 Juni 2013 Pesantren Sebagai Wadah
Perkembangan Karakter
Pemuda Islam yang
Berakhlaqul Karimah dan
Bernalar Ilmiah.
Akhirussanah Ma’had
STAIN Salatiga
Panitia 2
21 21 September 2013 Grand Opening UK-UK (Unit
Kegiatan Usaha KSEI)
KSEI STAIN Salatiga Peserta 2
Page 131
114
22 19 - 20 Okober
2013
Diklat Ekonomi Islam “Be
The Generation of Sharia
Economics “
KSEI STAIN Salatiga Peserta 3
23 20 Oktober 2013 Be The Generation of Sharia
Economics
KSEI STAIN Salatiga Peserta 2
24 29-30 November
2013
Pendidikan Anggota Dasar Al
Khidmah Kampus JATENG
2013/2014
AL KHIDMAH Peserta 2
25 25 Januari- 9
Februari 2014
Pyramid English Course Kursus Bhs. Inggris
Basic one in pare
Peserta 3
26 10 Februari – 24
Februari 2014
Pyramid English Course Kursus Bhs. Inggris
Basic two in pare
Peserta 3
27 11 Maret 2014 Certificate of Achievement EGYPT Islamic
Banding and Course
Peserta 2
28 15 Maret 2014 Komitmen Politik Islam dalam
Menata Arah Masa Depan
Bangsa Indonesia
LDMI dan PB HMI Peserta 2
29 23-24 Mei 2014 Pelatihan Advokasi “
Membangun Mahasiswa
Cerdas, Peduli & Sadar
Sebagai Agent Of Change”
HMJ Syari’ah &
Ekonomi Islam STAIN
Salatiga
Peserta 3
30 23 Juni 2014 Kontribusi sebagai Sie
Kebersihan
Ma’had Mahasiswa
STAIN Salatiga
Pengurus 4
31 18-19 Oktober
2014
Perkemahan sabtu minggu
pramuka “MI AL MANAR “
gudep 12.00.12-001-05/12.00.5
Gerakan Pramuka
Kwartir cabang
Tengaran
Panitia 3
32 22-23 November
2014
Diklat Ekonomi Islam (DEI) “
Menciptakan Generasi yang
berpegang Teguh Prinsip
Ekonomi Syari’ah untuk
KSEI STAIN Salatiga Panitia 3
Page 132
115
Kemajuan Perekonomian
Indonesia.
33 30 November
2014
Participant of Training and
TOEFL Tests
Himpunan Mahasiswa
Program studi
Perbankan Syari’ah
STAIN Salatiga
Peserta 3
34 06 - 07 Desember
2014
Pendidikan Anggota Dasar
(PAD) Al KHIDMAH Kampus
Kota Salatiga
AL KHIDMAH Kota
Salatiga
Panitia 3
35 13 Desember 2014 Seminar Regional “
Membangun Karakter
Kepemimpinan KSEI dalam
Akselerasi Pembumian Ajaran
Islam di Bidang Ekonomi”
KSEI STAIN Salatiga Peserta 6
36 04 Juli 2015 Pelatihan Manajemen TPQ
“Mendongeng Cerita Islam dan
Membuat Alat Peraga Edukatif
(APE)
Bidikmisi (Ya
Bismillah )
IAIN Salatiga
Peserta 2
37 29 September 2015 Valuable Participation in the
Talk Show “ Be Scholarship
Hunter of Home Country
(Indonesia) and Abroad
University …”
Bidikmisi (Ya
Bismillah)
IAIN Salatiga
Peserta 2
38 12 Oktober 2015 Edukasi Literasi Keuangan
Bersama OJK “ Literasi
Keuangan Syari’ah dan
Kebijakan Mikroprudensial
dalam Stabilitas Ekonomi”
KSEI IAIN Salatiga Peserta 2
39 13 Oktober 2015 Seminar Nasional “ Peran
Sistem Ekonomi Islam dalam
KSEI IAIN Salatiga Peserta 8
Page 133
116
Meningkatkan Stabilitas
Ekonomi Global dengan
Mensinergikan Sektor Riil dan
Sektor Keuangan”
40 26 Oktober 2015 Musabaqoh Lughoh Al-
Arobiyah “ Siap Melangkah
dan Berkarya dengan bahasa
Arab”
ITTAQO IAIN Salatiga Peserta 2
40 04 November 2015 Seminar Nasional “ Perbankan
Syari’ah di Indonesia: antara
Teori dan Praktik”
HMJ Hukum Ekonomi
Syari’ah
Peserta 8
41 24 Desember 2015 Seminar Motivasi
“Menumbuhkan Semangat
Berprestasi Sebagai Wujud
Pengabdian Bangsa di Era
Global”
Bidikmisi (YA
BISMILLAH)
IAIN Salatiga
Peserta 2
42 07 Maret-12 April
2016
Certificate of Completion
accomplished TOEFL Training
Bidikmisi dan UPTPB
IAIN Salatiga
Peserta 3
43 14 Mei 2016 Khatam Al-Qur’an (juz 30
Bilghoib)
Pengasuh dan
Pengurus PP EDI
MANCORO
Peserta 2
44 14 Mei 2016 Ijazah Belajar Tahap Akhir
“Kulliyatud Dirosah Al
Islamiyah Wal Ijtima’iyah
(KDII)”
KDII Pondok Pesantren
EDI MANCORO
Peserta 2
45 02 Juni 2016 Kuliah Umum Fakultas
Syari’ah IAIN Salatiga “
Gerakan Revivalis Islam
Modern dan Perkembangan
Hukum di Indonesia”
Fakultas Syari’ah IAIN
Salatiga
Peserta 2
46 13 Juni 2016 ESQ Leadership Training- ESQ Character building Peserta 2
Page 134
117
Champion Mentality
Mahasiswa bidikmisi
JUMLAH 156
Salatiga, 10 Agustus 2016
Mengetahui,
Wakil Dekan Fakultas Syari’ah Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama
Dr. ILLYA MUHSIN, M.S.i
NIP. 19790930 2003121001
Page 135
118
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siti Jamilatun
Nim : 21412012
Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 12 November 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Guyangan rt 01 rw 02 Kec. Trangkil Kab. Pati
Riwayat Pendidikan :
1. TK Raudlatul Ulum, lulus tahun 2000
2. MI Raudlatul Ulum, lulus tahun 2006
3. MTs Raudlatul Ulum, lulus tahun 2009
4. MA Raudlatul Ulum, lulus tahun 2012
Pengalaman Organisasi :
1. IKAMARU
2. PMII
3. JQH
4. ITTAQO
5. KSEI
6. AL HIKMAH
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.