TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PERPANJANGAN SEWA KOS SEBELUM JATUH TEMPO (Studi Kasus di Rumah Kos Graha Putri Nagoya Kec. Sukarame Bandar Lampung) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam Ilmu Syari’ah Oleh : DIYAN PUSPITASARI NPM : 1521030044 Program Studi :Muamalah FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1440 H / 2019 M
105
Embed
TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG SISTEM PEMBAYARAN ...repository.radenintan.ac.id/6861/1/SKRIPSI DIYAN.pdf · bandar lampung dan bagaimana tinjauan hukum Islam tentang sistem pembayaran
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG SISTEM PEMBAYARAN
PERPANJANGAN SEWA KOS SEBELUM JATUH TEMPO
(Studi Kasus di Rumah Kos Graha Putri Nagoya Kec. Sukarame Bandar
Lampung)
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam Ilmu Syari’ah
Oleh :
DIYAN PUSPITASARI
NPM : 1521030044
Program Studi :Muamalah
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1440 H / 2019 M
TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG SISTEM PEMBAYARAN
PERPANJANGAN SEWA KOS SEBELUM JATUH TEMPO
(Studi kasus di Rumah Kos Graha Putri Nagoya Kecamatan Sukarame
Bandar Lampung)
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat-
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam Ilmu
Syariah
Oleh:
Diyan Puspitasari
NPM: 1521030044
Program Studi: Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Pembimbing I : Dr. Drs. H. M. Wagianto, SH., M,H.
Pembimbing II : Relit Nur Edi, S.Ag., M. Kom. I.
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1440 H / 2019 M
ABSTRAK
Sewa- menyewa Kos sudah sangat lazim dilakukan di kalangan masyarakat.
Ini merupakan salah satu bisnis yang sangat menguntungkan dan menjanjikan,
karena jumlah permintaan rumah kos semakin meningkat dan memberikan
penghasilan rutin jangka panjang. Namun dalam pelaksanaanya terkadang tidak
sesuai dengan ketentuan perjanjian kontrak yang telah disepakati, tidak jarang
para pemilik kos meminta perpanjangan uang sewa sebelum jatuh tempo terhadap
penyewa, seperti yang terjadi di Kosan Graha Putri Nagoya di kecamatan
Sukarame Bandar Lampung. Pemilik rumah kos Graha Putri Nagoya meminta
perpanjangan uang sewa terlalu dini, tanpa ada perjanjian sebelumnya dengan
alasan, antara lain: bisnis sewa - menyewa ini merupakan satu satunya sumber
pendapatan bagi pemilik kos dan persaingan dari bisnis ini semakin kompleks.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana praktik sistem
pembayaran perpanjangan uang sewa kos graha putri nagoya kecamatan sukarame
bandar lampung dan bagaimana tinjauan hukum Islam tentang sistem pembayaran
perpanjangan uang sewa kos graha putri nagoya kecamatan sukarame bandar
lampung. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengkaji praktik perjanjian
perpanjangan sewa kos sebelum jatuh tempo di Rumah Kos Graha Putri Nagoya
Kec. Sukarame Bandar Lampung dan untuk mengetahui tinjauan hukum islam
terhadap perjanjian perpanjangan sewa kos sebelum jatuh tempo di Rumah Kos
Graha Putri Nagoya Kec. Sukarame Bandar Lampung.
Adapun metode penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research),
yang bersifat deskriptif analisis, diperkaya dengan data kepustakaan. Penelitian
lapangan dilakukan untuk menghimpun data lapangan tentang perjanjian
perpanjangan sewa kos sebelum jatuh tempo. Sumber data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data melalui wawancara
(interview), observasi (pengamatan), dokumentasi. Dalam pengolahan datanya
dilakukan melalui, editing, klasifikasi,interprestasi, sistemating.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa praktik sistem
pembayaran perpanjangan sewa kos sebelum jatuh tempo di Rumah Kos Graha
Putri Nagoya Kec. Sukarame Bandar Lampung ialah pada perjanjian awal tidak
menyebutkan jumlah besaran persentase yang harus dibayar dan waktu
pengosongan kos, namun dalam praktiknya bagi penyewa yang ingin
memperpanjang sewa kos diwajibkan membayar uang muka sebesar 30% dari
harga pokok dan bagi mereka yang tidak memperpanjang sewa kos diharuskan
mengosongkan kamar kos tersebut dua bulan sebelum jatuh tempo. Ketentuan
yang diterapkan oleh pemilik kos graha putri nagoya tersebut belum sesuai
menurut hukum Islam khususnya pada akad perjanjiannya dimana ketentuan
tentang jumlah persentase dan waktu pengosongan kamar kos yang tidak
disebutkan diawal perjanjian Tinjauan hukum Islam tentang sistem perpanjangan
sewa-menyewa kos Graha Putri Nagoya adalah menyalahi hukum Islam
mengingat syarat akadnya tidak dipenuhi sebagai syarat akad dalam hukum Islam
maka hukumnya tidak boleh.
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS SYARI’AH
Jln. Letkol H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung, Telp (0721) 703289
PERSETUJUAN
Tim pembimbing telah membimbing dan mengoreksi skripsi
Saudara:
Nama Mahasiswa :Diyan Puspitasari
NPM :1521030044
Program Studi :Mua’malah
Fakultas :Syari’ah
Judul Skripsi :Tinjauan Hukum Islam tentang Sistem Pembayaran
Perpanjangan Sewa Kos Sebelum Jatuh Tempo (Studi
Kasus di Rumah Kos Graha Putri Nagoya Kec. Sukarame
Bandar Lampung
MENYETUJUI
Untuk di munaqasyahkan dan dipertahankan dalam sidang
Munaqasyah Fakultas Syari’ah Uin Raden Intan Lampung
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Drs. H. M. Wagianto, SH., M,H. Relit Nur Edi, S.Ag., M. Kom. I.
NIP. 196201111994031001 NIP. 196901051998031003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Mu’amalah
Dr. H. A. Khumedi Ja’far, S.Ag. M.H.
NIP. 19720826003121002
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS SYARIAH
Alamat: Jl. Letkol H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung, Tlp. (0721) 703289
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perjanjian Sepihak
Tentang Perpanjangan Sewa Kos Sebelum Jatuh Tempo (Studi Kasus di
Rumah Kos Graha Putri Nagoya Kecamatan Sukarame Bandar Lampung” disusun
oleh, Diyan Puspitasari, Npm: 1521030044 Program studi Muamalah, Telah
diujikan dalam sidang Munaqosyah di Fakultas Syariah UIN Raden Intan pada
Hari/Tanggal: Rabu/ 27 Maret 2019
Tim Penguji
Ketua : Eko Hidayat, S.Sos., M.H. (..............................)
Sekertaris : Hervin Yoki Pradikta, M.H.I. (..............................)
Penguji I : Dr. H. A. Khumaidi Ja’far, S.Ag. M.H. (..............................)
Penguji II : Dr. Drs. H. M. Wagianto, S.H., M.H. (..............................)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Syariah
Dr. Alamsyah, S.Ag., M. Ag
NIP.197009011997031002
MOTTO
...
1
Artinya: “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.”
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami
beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yangtelah mereka kerjakan.” (QS an-Nahl:(16) :97)2
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Semarang: Raja Publishing, 2011)
h. 106. 2 Ibid., h. 278.
PERSEMBAHAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Tiada kata lain yang terucap kepada-Mu ya Rabbi, selain kata syukur dan
terimakasih atas rahmat-Mu, karunia dan kesempatan yang telah engkau berikan
kepadaku untuk mempersembahkan sesuatu kepada orang-orang yang sangat
kucintai. Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Kepada Orang tuaku Alm. Bapak Mujirin dan Ibu Marmi serta Bapak
Munari yang telah mendidik, membesarkan, memotivasi, membimbing,
mengarahkan dan senantiasa berdo’a, tabah, sabar dan segenap jasa-
jasanya yang tak terbilang demi keberhasilan cita-citaku.
2. Almamaterku tercinta UIN Raden Intan Lampung.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap Diyan Puspitasari. Dilahirkan pada tanggal 23 Desember
1997 di Desa Rejodadi, Kecamatan Buay Madang Timur, Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur (OKU TIMUR). Putri pertama dari buah perkawinan
pasangan Bapak Mujirin dan Ibu marmi.
Pendidikan dasar dimulai dari Sekolah Dasar Negri 1 Rejodadi (SDN 1 )
Rejodadi, pada tahun 2009. Melanjutkan pendidikan menengah pertama pada
SMP N 1 BMT tamat pada tahun 2012, melanjutkan pada pendidikan jenjang
menengah keatas pada SMA N I Belitang selesai pada tahun 2015, pada tahun
yang sama melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan tinggi, pada
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, mengambil program
Satudi Muamalah pada Fakultas Syariah.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-
Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk, sehingga skripsi dengan
judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perjanjian Sepihak Tentang Perpanjangan
Sewa Kos Sebelum Jatuh Tempo (Studi Kasus di Rumah Kos Graha Putri Nagoya
Kec. Sukarame Bandar Lampung)” dapat diselesaikan. Salawat serta saran
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan pengikut-pengikut
yang setia.
Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada
program Srata Satu (SI) Jurusan Mua’malah Fakultas Syariah UIN Raden Intan
Lampung guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) dalam bidang ilmu
syariah.
Atas bantuan semua pihak dalam penyelesaian skripsi ini, taklupa
dihaturkan terimakasih sedalam-dalamnya. Secara rinci diungkapkan terimakasih
itu disampaikan kepada:
1. Dr. Alamsyah, S.Ag, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Raden
Intan Lampung yang senantiasa tanggap terhadap kesulitan-kesulitan
mahasiswa.
2. Dr. H. A. Khumedi Ja’far, S.Ag. M.H. dan Khoirudin, M. S.I. Selaku ketua
jurusan dan sekertaris jurusan Mu’amalah.
3. Dr. Drs. H. M. Wagianto, SH., M,H. dan Relit Nur Edi, S.Ag., M. Kom. I.
yang masing-masing selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan, dan
memotivasi hingga skripsi ini selesai.
4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung yang telah
memberikan pelajaran dan pengajaran sehingga dapat mencapai akhir
perjalanan di kampus UIN Raden Intan Lampung.
5. Kepala dan Karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Universitas yang
telah memberikan informasi, data, referensi, dan lain-lain.
6. Segenap guruku di SDN, SMP dan SMA yang telah mengajar dengan penuh
kasih sayang.
7. Bapak, Ibu, Adik saya Delya Arumsari dan keluarga besar tercinta yang
selalu memberikan suport, terimakasih atas segala pengorbanan yang telah
dilakukan.
8. Bapak Sairi, S.sos dan Ibu Nurjanawati selaku pemilik Kos Graha Putri
Nagoya serta para Penyewa kos sebagai narasumber yang telah bersedia
meluangkan waktu dan memberikan data-data yang penyusun butuhkan
dalam penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat Sahabat Tersayang Dewi Tri Agustina, Annisa Dwi Safitri, Siti
B. Sistem Sewa Menyewa Kos Graha Putri Nagoya, Kec. Sukarame
Bandar Lampung ................................................................................... 65
BAB IV ANALISIS DATA
A. Sistem Pembayaran Perpanjangan Uang Sewa Kos Graha Putri
Nagoya kecamatan Sukarame Bandar Lampung .................................. 76
B. Tinjauan hukum Islam tentang Sistem Pembayaran Perpanjangan
Uang Sewa Kos GrahaPutri Nagoya kecamatan Sukarame Bandar
Lampung ............................................................................................... 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 102
B. Saran .................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 104
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Guna untuk lebih mengetahui dan mempermudah dalam mengerjakan skripsi
sebelum dijelaskan secara rinci tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Perjanjian Sepihak tentang Perpanjangan Sewa Kos Sebelum Jatuh Tempo (studi
kasus di rumah kos Graha Putri Nagoya kecamatan Sukarame, Bandar Lampung),
maka terlebih dahulu penulis akan memberikan penjelasan secara singkat
beberapa kata yang berkaitan dengan maksud judul skipsi ini, istilah-istilah yang
perlu dijelaskan itu antara lain:
1. Tinjauan, adalah hasil meninjau1; pandangan; pendapat (sesudah
menyelidiki, mempelajari dan sebagainya).
2. Hukum Islam, menurut ulama Ushul Fiqh adalah seperangkat ketentuan
berlandaskan wahyu Allah SWT dan sunnah rasul tentang tingkah laku
manusia mukallaf yang diakui dan diyakini masyarakat untuk semua hal
bagi beragama Islam.2
3. Perjanjian, adalah persetujuan dengan mana dua pihak atau lebih saling
mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal yang bersifat kebendaan
dibidang harta kekayaan.3
1Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008 ), h. 1470. 2Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet-1, h. 5. 3Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia (Bandung: PT Citra Adiya Bakti,
2014) , cet. V, h. 290.
2
Sepihak, adalah satu pihak (sisi); sebelah; sebelah pihak.4 Pengertian
perjanjian sepihak adalah persetujuan dengan mana dilakukan secara
sepihak untuk melaksanakan suatu hal yang bersifat kebendaan dibidang
harta kekayaan.
4. Sewa-menyewa, adalah perjanjian dimana pihak yang menyewakan
mengikatkan diri untuk memberikan kepada pihak penyewa kenikmatan
atas suatu benda selama wakti tertentu dengan pembayaran harga sewa
tertentu.5
5. Kos atau kata lainnya adalah Indekos6 yakni, tinggal dirumah orang lain
dengan atau tanpa makan (dengan membayar setiap bulan).7
6. Jatuh tempo, batas waktu pembayaran atau penerimaan sesuatu dengan
yang telah ditetapkan.8
Berdasarkan pengertian uraian kata-kata pada paragraf sebelumnya dalam
judul skripsi ini bisa disimpulkan sebagai upaya pengkajian hukum Islam pada
sistem perjanjian sepihak tentang perpanjangan sewa kos sebelum jatuh tempo di
rumah kos Graha Putri Nagoya Sukarame Bandar Lampung.
B. Alasan Memilih Judul
1. Alasan objektif
a. Sewa-menyewa merupakan kegiatan bisnis yang banyak diminati
masyarakat karena bisnis ini salah satu bisnis dengan pendapatan
jangka panjang, selain sebagai bisnis yang sangat menjajikan bagi
4 Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit., h. 1071 5 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., h. 345 6 Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit., h.736 7 Ibid., h. 531 8 Ibid., h.570
3
penyewa, sewa-menyewa rumah kos juga sudah menjadi kebutuhan
pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia terutama bagi para
mahasiswa perantauan yang membutuhkan tempat tinggal sementara.
b. Dalam penerapan sistem pengupahan atau pembayaran sewa sangat
beragam dalam masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masing-
masing pemilik objek sewa. Penerapannya terkadang
mengesampingkan hak dari penyewa sehingga tidak ada
keseimbangan antara hak dan kewajiban.
2. Alasan subjektif
a. Berlandaskan dimensi yang dikaji tentang sistem perjanjian
perpanjangan sewa kos Graha Putri Nagoya, maka sangat
memungkinkan untuk diteliti.
b. Dilihat dari segi kebahasaan, judul skripsi ini sesuai dengan disiplin
ilmu yang penulis pelajari di bidang Muamalah Fakultas Syari‟ah
UIN Raden Intan Lampung .
C. Latar Belakang
Sewa-menyewa merupakan suatu bentuk transaksi antara dua pihak yang
berakad guna meringankan salah satu pihak atau meringankan keduanya.
Tindakan atau transaksi ini telah jelas dalam islam, adapun dasar disyariatkannya
telah dijelaskan didalam Al-Quran dan Hadis, sesuai dengan firman Allah Swt:
… ...9
9 QS. At-Talaq (65) ayat 6
4
Artinya: “Jika mereka telah menyusukan anakmu, maka berilah upah mereka (At-
Thalaq:6)10
Hadis Nabi riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasa'i dari Sa`d Ibn Abi Waqqash,
dengan teks Abu Daud, ia berkata:
واقي من الزرع وما سعد بالماء اهنا ف ن هانا رسول كنا نكري األرض با على لسة.11 اللو صلى اللو عليو وسلم عن ذلك وأمرنا أن نكري ها بذىب وأ فض
Artinya: “Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil tanaman yang
tumbuh pada parit dan tempat yang teraliri air; maka Rasulullah
melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami
menyewakan tanah itu dengan emas atau perak (uang)."12
Rukun dan syarat sewa-menyewa dalam Islam salah satunya adalah mu‟jir
dan musta‟jir, yaitu orang yang melakukan akad sewa-menyewa atau upah-
mengupah. Mu‟jir adalah orang yang memberikan upah dan yang menyewakan,
musta‟jir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu dan yang
menyewa sesuatu, disyaratkan pada mu‟jir dan musta‟jir adalah baligh, berakal,
cakap, melakukan tasharruf (mengendalikan harta) dan saling meridhai. Allah
Swt berfiman;
13
10 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah (Semarang: Raja Publishing, 2011),
h. 559. 11 Imam Nasaiy, Sunan Nasaiy, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h. 271. 12 Muhammad Nashiruddin Al Albani yang diterjemahkan oleh Ahmad Yoswaji, Shahih
“Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan
mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti
tertentu.”54
3) Menurut ulama Malikiyah dan Hanabilah, ijarah adalah:
a. ةمعلومةبعوض تليكمنافعشيءمباحةمد“Pemilikan terhadap manfaat sesuatu yang dibolehkan sampai waktu
tertentu dengan adanya ganti” 55
52 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13 (Pena Pundi Aksara :Jakarta, 2006), h .203. 53 Wahbah az-Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Juz. 4 (Libanon: Dar al-Fikri,
1984), h.732. 54
Muhammad al-Khathib al-Syarbayniy, Mughniy al-Muhtaj (Beirut: Dar al-Fikr, {tt}.),
Juz II, h. 332.
35
4) Menurut Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar et.al, ijarah
adalah transaksi atas suatu manfaat yang mubah atas suatu barang
tertentu atau yang dijelaskan sifatnya dalam tanggungan dalam waktu
terentu, atau transaksi atas suatu pekerjaan yang diketahui dengan upah
yang diketahui pula.
5) Menurut Muhammad Rawas Qalaji, sebagaimana dikutip oleh
Muhammad Syafi‟i Antonio, ijarah adalah akad pemindahan hak guna
atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu
sendiri.56
6) Menurut Sayyid Sabiq, ijarah adalah suatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian.57
7) Menurut fatwa DSN-MUI, ijarah adalah akad pemindahan hak
guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.58
8) Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi syariah, ijarah adalah sewa
barang dengan jangka waktu tertentu dengan pembayaran.59
9) Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
ijarah adalah akad penyediaan dana dalam rangka memindah hak guna
55Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Juz 3 (Libanon: Dar al–Fikri, 1983), h. 198. 56 Mardani, Hukum Perikatan Syariah Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.
195. 57 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012),
h. 99. 58 Fatwa DSN-MUI No. 09/ DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah 59 Pasal 20 ayat (9) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
36
atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.60
10) Menurut UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara, ijarah adalah akad yang satu pihak bertindak sendiri atau
melalui wakilnya menyewakan hak suatu aset kepada pihak lain
berdasarkan harga sewa dan periode sewa yang disepakati.61
Jadi ijârah, ialah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.62 Dari
beberapa pengertian secara terminologi dalam uraian pada alenia
sebelumnya dapat dipahami bahwa:
1) Akad ijarah adalah akad transaksi pemindahan hak guna atas suatu
barang atau jasa keterampilan tertentu melalui pembayaran upah
secara profesional;
2) Akad Ijarah tidak berakibat pada pemindahan kepemilikan atas barang
atau jasa keterampilan tertentu
3) Akad ijarah ditentukan untuk masa tertentu dan tujuan tertentu dari
barang atau jasa yang diterima. 63
60 Penjelasan Pasal 19 huruf f UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah 61 Pasal 1 ayat (6) UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
62Ruslan Abdul Ghofur, Konstruksi Akad Dalam Pengembangan Produk Perbankan
Syariah Di Indonesia, Al-„Adalah, Vol. XII, No. 1 (2015), h. 505. (On-line), tersedia di
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adalah/article/view/203/372 (15 nOvember 2018, pukul
08.12), dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
63 Syamsul Hilal, “Urgensi Ijarah dalam Prilaku Ekonomi Masyarakat”, Asas, Vol. V,
No. 1, Januari 2013. (On-line), tersedia di
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/asas/article/view/1692/1413 (18 November 2018, pukul
13.05), dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya.”71
Ayat-ayat ini berkisah tentang perjalanan Nabi Musa As bertemu
dengan putri Nabi Ishaq, salah seorang putrinya meminta Nabi Musa As
untuk di sewa tenaganya guna mengembala domba. Kemudian Nabi Ishaq
mengatakan bahwa Nabi Musa As mampu mengangkat batu yang hanya
bisa diangkat oleh sepuluh orang, dan mengatakan “karna sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil bekerja (pada kita) ialah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya. Cara ini menggambarkan proses penyewaan
jasa sesorang dan bagaimana pembiayaan upah itu dilakukan.22
b. Berdasarkan Hadis
Hadis adalah segala sesuatau yang diberitakan dari Nabi SAW., baik
berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi.72 Hadis
adalah sumber kedua setelah Al- Qur‟an, d alam Hadis juga disebutkan
mengenai dasar hukum sewa-menyewa (ijarah) antara lain:
1) Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi saw bersabda:
وسلم: أعطوا األجيرأجره عن عبداهلل بن عمر, قال:قال رسولهلل صلى الله عليه
.73ق بل أن يجف عرقه
71 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, Op.Cit. h. 388. 72 M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: CV Pustaka Setia), h.
15. 73 Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid al-Qazuwaini wa Majah, Sunnah Ibn Majah, juz 7
(kairo: Mawqi‟ Wizarah al-Auqaf al-Mishiriyah, t.th), h. 398, hadis ke-2537
42
Artinya: “Dari Abdullah bin Umar, ia berkata bahwa Rasulullah
SAW pernah bersabda, “Berikanlah upah pekerja sebelum
keringatnya kering” (HR. Ibnu Madjah).74
2) Hadis Riwayat Bukhari:
هما قال :احتجم النبي صلى اللو عليو وأوسلم عن ابن عباس رضي اللو عن ام أجره75 عطى الج
Artinya:“Dari Ibnu Abbas r.a. Nabi saw. Berbekam dan beliau
memberikan kepada tukang bekam itu upahnya.” (HR. Al-
Bukhari).76
3) Hadis Nabi riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasa‟i dari Sa‟d Ibn Abi
Waqqash, dengan teks Abu Daud, ia berkata: واقي من الزرع وما سعد بالماء اهنا ف ن هانا رسول نكري األرض با على لسة.77 كنا اللو صلى اللو عليو وسلم عن ذلك وأمرنا أن نكري ها بذىب وأ فض
Artinya: “Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil
tanaman yang tumbuh pada parit dan tempat yang teraliri air; maka
Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan
memerintahkan agar kami menyewakan tanah itu dengan emas atau
perak (uang)."78
74 Muhammad Nashiruddin Al Albani yang diterjemahkan oleh H. Iqbal dan H. Mukhlis
BM, Shahih Sunan Ibnu Majah (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h. 421. 75 Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah alJa'fai, Shahih Bukhori,
Juz VIII, Maktabah Syamilah Isdaar, Beirut, 2004, h. 11. 76 Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Terjemah Sahih Bukhari 77 Imam Nasaiy, Sunan Nasaiy, Dar al-Fikr, Beirut, 1994, h. 27.1 78 Muhammad Nashiruddin Al Albani yang diterjemahkan oleh Ahmad Yoswaji, Shahih
Sunan An-Nasa‟i, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004)
43
c. Ijma‟
Ulama telah sepakat tentang kebolehan melakukan akad sewa-menyewa.
Para ulama sepakat bahwa ijarah itu dibolehkan dan tidak ada seorang ulama
pun yang membantah kesepakatan (ijma) ini. Jelaslah bahwa Allah SWT telah
mensyariatkan ijarah ini yang tujuannya untuk kemaslahatan umat, dan tidak
ada larangan untuk melakukan kegiatan ijarah. Jadi, berdasarkan al-Qur‟an,
Sunnah (hadis) dan ijma‟ tersebut di atas dapat ditegaskan bahwa hukum
ijarah atau sewa-menyewa boleh dilakukan dalam islam jika kegiatan tersebut
sesuai dengan syara‟. 79
d. Fatwa Dewan Nasional
Fatwa Dewan Nasional No. 09/DSN-MUI/IV/2000 Tanggal 13 April 2000
yang menetapkan bahwa,
Pertama: Rukun dan Syarat Ijarah:
1) Sighat ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah
pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk
lain.
2) Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa dan
1) Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
2) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan
dalam kontrak.
3) Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak
diharamkan).
4) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan
syari‟ah.
5) Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk
menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan
sengketa.
6) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka
waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.
7) Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah
kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan
harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam Ijarah.
8) Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari
jenis yang sama dengan obyek kontrak.
9) Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat
diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.80
Ketiga : Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah
1) Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:
a) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.
80 Ibid.
45
b) Menanggung biaya pemeliharaan barang.
c) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
2) Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:
a) Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak. 81
b) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak
materiil).
c) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima
manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan
tersebut.
Keempat : Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syari‟ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.82
3. Rukun dan Syarat Sewa-Menyewa dalam Hukum Islam
a. Rukun sewa-menyewa (ijarah)
Rukun adalah hal penting yang harus ada pada sebuah akad atau transaksi.
Tanpa rukun suatu akad atau transaksi tidak sah, seperti yang telah dijelaskan
Abdul Karim Zaidan dalam bukunya “al-Waiju fi Ushul Fiqh” bahwa rukun
adalah bagian dari hakikat sesuatu atau zatnya.83
Dalam melaksanakan suatu
81 Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/VI/2000 Pembiayaan Ijarah, Op.Cit. 82 Ibid. 83 Abdul Karim Zaidan, al-Waizu fi Ushul Fiqh, (Beirut: al-Risalah, 1998), Cet. Ke 7,
h. 59
46
perjanjian terdapat rukun dan syarat yang mesti dipenuhi, dan jika rukun dan
syarat tersebut tidak terpenuhi maka perjanjian itu tidak sah hukumnya atau
batal. Sama halnya dengan sewa-menyewa (ijarah) harus memenuhi rukun dan
syaratnya. Rukun dan syarat sewa-menyewa (ijarah) telah diatur dalam
hukum Islam. Menurut ulama Hanafiyah rukun ijarah itu hanya satu, yaitu ijab
(ungkapan menyewakan dan qabul) persetujuan terhadap sewa-menyewa).
Akan tetapi jumhur ulama mengatakan bahwa rukun ijarah84
itu ada empat,
yakni, sebagai berikut:
1) „Aqid (orang yang berakad) yang terdiri dari mu‟jir dan musta‟jir.
Mu‟jir adalah yang yeng menyewakan, musta‟jir adalah orang yang
menyewa sesuatu.
2) Shighat (ijab kabul) berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang
berakad baik secara verbal atau dalam bentuk lain, atau akad perjanjian
antara mu‟jir dan musta‟jir.
3) Mauqud „alaih yakni barang atau benda yang disewakan.
4) Ujrah adalah upah atau imbalan sebagai bayaran (uang sewa).85
b. Syarat sewa menyewa (ijarah)
Sebagai sebuah transaksi umum, ijarah baru dianggap sah apabila telah
memenuhi rukun dan syaratnya, sebagaimana yang berlaku secara umumdalam
transaksi lainnya86
. Adapun syarat syarat akad ijarah sebagai berikut:
84 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gramedia Pratama, 2007), h. 231 85 Rahchmad Syafe‟i, Fiqh Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), h. 178. 86 Nasrun Haroen, Op.Cit. h. 231-232
47
1) Disyaratkan pada Aqid (mu‟jir dan musta‟jir) adalah baligh, berakal,
cakap melakukan tasharruf (mengendalikan harta), dan saling meridhai.87
Syarat ini didasarkan pada firman Allah SWT:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sama- suka”.88
Bagi Aqid (orang yang berakad ijarah) juga disyaratkan mengetahui
manfaat barang yang diakadkan dengan sempurna sehingga dapat
mencegah terjadinya perselisihan.89
2) Disyaratkan pada Shighat (ijab kabul) adalah :
a) Akad (perjanjian) wajib dilaksanakan sebelum barang yang disewa itu
dimanfaatkan atau dipergunakan.
b) Ijab kabul itu tidak disangkut pautkan dengan urusan lain yaitu antara
penyewa dan yang menyewakan.
c) Dalam Akad atau ijab kabul patut ditentukan waktu sewanya, apakah
seminggu atau sebulan atau setahun, dan seterusnya.
d) Shighat, disyaratkan berkesesuaian dan menyatunya majelis akad.
Maka akad ijarah tidak sah apabila antara ijab dan kabul tidak
87 Hendi Suhendi, Op.Cit. h. 117. 88 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, Op.Cit. h. 83.
48
berkesesuaian, seperti tidak berkesesuaian antara objek akad atau
batas waktu.90
3) Disyaratkan pada mauqud „alaih (benda yang disewakan) adalah:
a) Objek yang disewakan harus dapat dimanfaatkan kegunaanya.
b) Barang yang disewakan harus diketahui jenis, kadar dan sifatnya.
c) Barang yang disewakan disyaratkan kekal „ain (zat)-nya hingga
waktu yang telah ditentukan menurut perjanjian dalam akad.
d) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan
syariah.91
e) Objek yang disewakan dapat diserah terimakan baik manfaat maupun
bendanya.
f) Diketahui jelas ukuran dan batas waktu ijarah oleh kedua belah pihak
agar terhindar dari peselisihan.
g) Benda dan Manfaat dari objek yang disewakan harus sesuatu yang
diperbolehkan agama (mutaqawimmah).
h) Perbuatan yang diupahkan bukan perbuatan yang fardhu atau
diwajibkan kepada mu‟jir (penyewa), seperti shalat, puasa, haji,
imamah sholat, azan dan iqamah.92
90 Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 155. 91 Ibid. h. 247. 92 Rozalinda, Fikih Syariah Ekonomi (Pripsip dan Implementasinya Pada Sektor
Keuangan Syariah) (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2016), h. 132.
49
4) Disyaratkan pada ujrah (upah) adalah:
a) Upah/imbalan berupa benda yang diketahui yang dibolehkan
memanfaatkannya (mal mutaqawwim). Dalam hadis Nabi SAW
dijelaskan:
Artinya: Dari Abu Hurairah dan Abu Said keduanya berkata: “siapa
yang melakukan upah mengupah maka hendaklah ia
ketahui upahnya.”
b) Upah/ imbalan tidak disyaratkan dari jenis yang diakadkan. Misalnya
sewa rumah dengan sebuah rumah. Upah mengerjakan sawah dengan
sebidang sawah. Syarat seperti ini sama dengan riba.
c) Bisa membawa manfaat yang jelas. Seperti menempati rumah,
melayani seseorang mengajarkan suatu ilmu, dan lain sebagainya.93
d) Tidak berkurang nilainya berupa harta tetap yang dapat diketahui.
e) Kelenturan (fexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat
diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.94
5. Hukum Sewa-Menyewa
Hukum ijarah sahih adalah tetapnya kemanfaatan bagi penyewa dan
tetapnya upah bagi pekerja atau orang yang menyewa, sebab ijarah termasuk
jual-beli pertukaran, hanya saja dengan kemanfaatan.
Adapun hukum Ijarah rusak, menurut ulama Hanafiyah, jika penyewa telah
mendapatkan manfaat tetapi orang yang menyewakan atau yang bekerja dibayar
lebih kecil dari kesepakatan pada waktu akad . Ini bila kerusakan tersebut terjadi
93 Mardani, Op.Cit. h. 154-155.
50
pada syarat. Akan tetapi, jika kerusakan disebabkan penyewa tidak
memberitahukan jenis pekerjaan perjanjiannya, upah harus diberikan semestinya.
Jafar dan ulama Syafi‟iyah berpendapat bahwa ijarah fasid sama dengan jual
beli fasid, yakni harus dibayar sesuai dengan nilai atau ukuran yang dicapai oleh
barang sewaan.95
6. Macam-Macam Sewa-Menyewa dalam Hukum Islam
Dilihat dari aspek objeknya. Akad Ijarah dibedakan oleh para ulama fiqh
menjadi dua macam yaitu, yang bersifat pekerjaan (jasa) dan yang bersifat
manfaat.
a. Sewa-Menyewa (Ijarah) yang berhubungan dengan sewa jasa, yiatu
mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang
disewa, Ijarah seperti ini menurut para ulama fiqh, hukumnya boleh
apabila jenis pekerjaan itu jelas seperti buruh bangunan, tukang jahit,
buruh pabrik, dan tukang sepatu. Ijarah yang seperti ini ada yang bersifat
pribadi seperti menggaji seorang pembantu rumah tangga, dan yang
bersifat serikat seperti tukang sepatu, buruh pabrik dan tukang jahit.96
Pihak yang mempekerjakan disebut musta‟jir, pihak pekerja disebut ajir,
upah yang dibeyarkan disebut ujrah.
b. Sewa-Menyewa (Ijarah) yang berhubungan dengan sewa aset atau
properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti
tertentukepada orang lain dengan imbalam biaya sewa. Bentuk Ijarah ini
mirip dengan leasing (sewa) dibisnis konvensional. Pihak yang menyewa
95 Rachmat Syafe‟i, Op.Cit, h. 131 96 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah(Jakarta: Gramedia Pratama, 2007), h. 236
51
lease disebut musta‟jir, pihak yang menyewakan (leasor) disebut
mu‟jir/muajir. Sedangkan biaya sewa disebut ujrah. Secara skematis sewa-
menyewa pada bentuk ini dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Ijarah biasa adalah transaksi sewa-menyewa barang tanpa alih
kepemilikan diakhir periode. 97
2) Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) adalah transaksi sewa beli dengan
perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa diakhir
periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan objek
sewa.
7. Kewajiban Pihak Penyewa dan Pihak yang Menyewakan
a. Kewajiban Penyewa Barang:
1) Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak.
2) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak
materiil).
3) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima
manfaat dalam menjaganya, ia tida pertanggung jawab atas kerusakan
tersebut.
b. Kewajiban Pihak yang Menyewakan
1) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.
2) Menanggung biaya pemeliharaan barang.
97 Ascarya, Op.Cit., h. 99-100.
52
3) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.98
8. Pembayaran Upah Sewa dalam Hukum Islam
Jika ijarah itu suatu pekerjaan, maka kewajiban pembayaran upahnya pada
waktu berakhirnya pekerjaan. Bila tidak ada pekerjaan lain, jika akad sudah
berlangsung dan tidak disyaratkan mengenai pembayaran dan tidak ada ketentuan
penangguhnya, menurut Abu Hanifah wajib diserahkan upahnya secara berangsur
sesuai dengan manfaat yang diterimanya. Menurut imam Syafi‟i dan Ahmad,
sesungguhnya ia berhak dengan akad itu sendiri. Jika mu‟jir menyerahkan zat
benda yang disewa kepada musta‟jir, ia berhak menerima bayarannya karena
penyewa (musta‟jir) sudah menerima kegunaan.
Hak menerima upah bagi musta‟jir adalah sebagai berikut.99
a. Ketika pekerjaan selesai dikerjakan, beralasan kepada hadis yang
Artinya: “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering” (HR.
Ibnu Majah).101
b. Jika menyewa barang, uang sewaan dibayar ketika akad sewa, kecuali bila
dalam akad ditentukan lain, manfaat barang yang diijarahkan mengalir
selama penyewaan mengalir selama penyewaan berlangsung.102
98 Pasal 20 ayat (9) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah 99 Hendi Suhendi, Op.Cit. h. 121. 100 Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid al-Qazuwaini wa Majah, Sunnah Ibn Majah, juz
7 (kairo: Mawqi‟ Wizarah al-Auqaf al-Mishiriyah, t.th), h. 398, hadis ke-2537 101 Muhammad Nashiruddin Al Albani yang diterjemahkan oleh H. Iqbal dan H. Mukhlis