i TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT GENERIK PADA MASYARAKAT DUSUN JONTRO, DESA GAYAMHARJO, PRAMBANAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Progrsm Studi Farmasi Oleh : Valentina Sri Rahayu Putri NIM : 148114142 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Embed
TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT GENERIK ...viii PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas segala berkat, rahmat dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT GENERIK
PADA MASYARAKAT DUSUN JONTRO, DESA GAYAMHARJO,
PRAMBANAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Progrsm Studi Farmasi
Oleh :
Valentina Sri Rahayu Putri
NIM : 148114142
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HALAMAN JUDUL
TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT GENERIK
PADA MASYARAKAT DUSUN JONTRO, DESA GAYAMHARJO,
PRAMBANAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Progrsm Studi Farmasi
Oleh :
Valentina Sri Rahayu Putri
NIM : 148114142
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”
(Luk 1:37)
“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada
rencana-Mu yang gagal.”
(Ayb 42:2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas segala berkat,
rahmat dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Tingkat Pengetahuan tentang Obat Generik pada Masyarakat Dusun Jontro, Desa
Gayamharjo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Penulisan
skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh
Sarjana Farmasi (S. Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta penulisan
skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. apt. Yustina Sri Hartini, M.Si. selaku Dekan Fakultas farmasi
Universitas Sanata Dharma dan DPA.
2. Ibu Apt. Christine Patramurti selaku Kepala Program Pendidikan Fakultas
Farmasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Ibu Apt. Putu Dyana Christasani M.Sc. selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta kesabaran untuk
mendampingi dan memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan
skripsi.
4. Ibu Apt. Aris Widayati, M.Si., Ph.D. dan Ibu Apt. Dina Christin Ayuning
Putri, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan
saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Respati Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan
penelitian ini.
6. Bapak Marjono selaku kepala Dukuh Dusun Jontro yang telah
memberikan izin dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian ini
7. Masyarakat Dusun Jontro yang telah bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini.
8. Kepada seluruh dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah
memberikan banyak ilmu kepada penulis selama perkuliahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
9. Kepada Bapak Sugianto dan (alm) Ibu Angela, Kakakku Agnessia Betty
Cynthia Dewi, Rosalia Rosdiana dan Adikku Zeno Zevri Wahyu serta
keluarga besar yang telah memberikan semangat dan mendoakan.
10. Sahabat-sahabat kos, kak meita, dechan, kiki, mbak fenita dan mas wawan
yang telah memberikan semangat selama penulisan skripsi.
11. Sahabat-sahabat ku, Novi, Dita, Pety, dan Delia yang selalu menemani dan
memberi semangat.
12. BAA crew Cik Santi, Cik Ari, Ko Jufong, dan mbak Nina. yang selalu
memberikan semangat.
13. Sahabat-sahabat "Cewek Strong", yaitu Christine, Asih, Resti, Debora,
Wita, Tiersa, Ines, dan Feby yang selalu memberikan dukungan dan
semangat.
14. Sahabat-sahabat FSMD 2014 yang telah bersama-sama selama proses
perkuliahan.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
karena keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu penulis menerima kritik
dan saran dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan atas perhatiannya, penulis mengucapkan terimakasih.
Yogyakarta, 22 November 2020
Penulis
Valentina Sri Rahayu Putri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vi
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... vii
PRAKATA .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
ABSTRAK ..................................................................................................... xiv
ABSTRACT ................................................................................................... xv
Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat
diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti.
Pengetahuan masyarakat tentang obat generik masih rendah,karna masih banyak
masyarakat yang menganggap bahwa obat generik adalah obat yang murah dan
memiliki kualitas yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat
pengetahuan tentang obat generik pada masyarakat di Dusun Jontro, Desa
Gayamharjo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian observasional deskriptif
dengan rancangan cross sectional. Variabel penelitian adalah tingkat pengetahuan
tentang obat generik. Responden penelitian ini masyarakat Dusun Jontro, Desa
Gayamharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, yang berusia ≥17 tahun baik laki-
laki maupun perempuan sebanyak 83 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode non random sampling, yaitu accidental sampling.
Instrumen yang digunakan berupa kuesioner, alat tulis dan informed consent.
Analisis data dengan uji distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan tentang obat generik
pada masyarakat Dusun Jontro, Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian besar masuk kategori kurang
(80.7%). Tingkat pengetahuan responden tentang definisi obat generik, manfaat
obat generik, regulasi obat generik, dan penggolongan obat generik sebagian besar
masuk kategori kurang dengan persentase berturut-turut sebesar 92.8%, 71%,
72.3%, 80.7%.
Kata kunci: Tingkat pengetahuan, Obat Generik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRACT
Generic drugs are drugs that have expired patents, so it can be produced by
all pharmaceutical companies without paying royalties. Public knowledge of
generic drugs is still low, because many people still consider that generic drugs
are cheap and have low quality. The purpose of this research is to know the level
of knowledge about generic drugs in the community in Jontro Hamlet,
Gayamharjo Village, Prambanan, Sleman, Special Region of Yogyakarta.
This research is included in a type of descriptive observational research
with cross sectional design. The research variable is the level of knowledge about
generik drugs. Respondents to this study were people of Jontro Hamlet,
Gayamharjo Village, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, who were ≥17 years old
both male and female as many as 83 people. Sampling technique using non
random sampling method, namely accidental sampling. Instruments used in the
form of questionnaires, stationery and informed consent. Analyze data with
frequency distribution test.
The results showed the level of knowledge about generic drugs in the
people of Jontro Hamlet, Gayamharjo Village, Prambanan Sub-District, Sleman,
Special Region of Yogyakarta is mostly in the category of less (80.7%).
Respondents' knowledge levels of generik drug definitions, generic drug benefits,
generic drug regulation, and generic drug classification were largely in the
category of less with consecutive percentages of 92.8%, 71%, 72.3%,80.7%.
Keywords : Knowledge, Generic Drugs
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
1. PENDAHULUAN
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Menteri
Kesehatan RI, 2016). Obat generik adalah obat dengan nama resmi International
Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau
buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Kemenkes RI,
2010). Menurut Kemenkes RI tahun 2012 obat generik adalah obat yang telah
habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi
tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik
bermerek dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan merek
kandungan zat aktifnya. Mutu obat generik tidak berbeda dengan obat paten
karena bahan bakunya sama.
Menurut Kemenkes (2014) penggunaan obat generik berlogo saat ini
mencapai 60-70%, hal ini didukung oleh program pemerintah tentang penggunaan
obat generik bagi pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mengacu pada
Formularium Nasional (Fornas). Pemerintah berharap agar penggunaan obat
generik dapat dibudayakan karena obat generik berkhasiat baik dengan harga yang
ekonomis (Kemenkes RI, 2012 b).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2013 menunjukan tingkat
pengetahuan masyarakat tentang obat generik secara nasional hanya 31,9% dan di
Kota Yogyakarta sebesar 51,4% masyarakat mengatakan mengetahui tentang obat
generik namun yang memiliki pengetahuan yang benar tentang obat generik hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
17,1%. Sebanyak 82,3% masyarakat mempunyai persepsi bahwa obat generik
adalah obat murah, 71,9% merupakan obat program pemerintah dan 42,9%
mempersepsikan obat generik berkhasiat sama dengan obat bermerek. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa masih kurangnya pengetahuan tentang obat generik
di masyarkat, sedangkan untuk penggunaannya semakin banyak, hal ini terlihat
dari penggunaan obat generik berlogo meningkat 60-70% menurut Kemenkes
tahun 2014.
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti dapat diketahui bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
tentang obat generik. Penelitian tersebut diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Mohtar (2014), dari penelitian ini diketahui bahwa hanya 26%
yang memiliki pengetahuan baik tentang obat generik pada masyarakat di
Kecamatan Magetan. Penelitan lainnya dilakukan oleh Morison,et al., (2015), dari
penelitian ini terdapat 53,5% dari masyarakat di Kota Singkawang yang memiliki
pengetahuan kurang memadai tentang obat generik.
Penelitian ini berfokus pada masyarakat pedesaan, dimana Dusun Jontro
termasuk daerah pedesaan yang masih jauh dari fasilitas kesehatan sehingga akses
masyarakat untuk mendapat informasi tentang obat tidak terlalu banyak.
Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan
tentang obat generik pada masyarakat di Dusun Jontro, Desa Gayamharjo,
Prambanan, Sleman, Daerah IstimewaYogyakarta.
2. METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian dan Variabel Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian observasional deskriptif
dan menggunakan rancangan cross sectional. Variabel penelitian adalah tingkat
pengetahuan masyarakat Dusun Jontro, Desa Gayamharjo, Prambanan, Sleman,
Yogyakarta terhadap obat generik. Variabel pengacau tidak terkendali dalam
penelitian ini adalah informasi yang telah didapatkan oleh responden terkait obat
generik melalui media informasi, penyuluhan, atau media yang lain selain
pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Dusun Jontro, Desa
Gayamharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, yang berusia ≥17 tahun baik laki-
laki maupun perempuan. Kriteria inklusi di dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang tinggal di Dusun Jontro, Desa Gayamharjo, Prambanan, Sleman,
Yogyakarta, pria dan wanita, bersedia menandatangani informed consent. Kriteria
eksklusi penelitian ini adalah subjek yang memiliki latar belakang pendidikan di
bidang kesehatan.
Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu menggunakan
metode non random sampling, yaitu accidental sampling yang sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan
rumus Solvin
Keterangan : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi (296 orang)
d = derajat kepercayaan (10%)
Untuk mengantisipasi adanya responden yang tidak memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi maka jumlah sampel ditambah 10%, sehingga jumlah sampel
minimal adalah 83 orang. Jumlah subyek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 83 orang.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, alat
tulis dan informed consent. Kuesioner ini terbagi menjadi dua bagian yang
meliputi: 1) pernyataan yang berisi identitas diri responden, yang meliputi nama,
tingkat pendidikan, usia dan pekerjaan; 2) pernyataan untuk mengukur tingkat
pengetahuan masyarakat tentang obat generik.
Telah dilakukan uji validitas, reliabilitas dan pemahaman bahasa pada
kuisioner yang digunakan. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan uji
validitas konten oleh Expert Judgment yang di tampilkan pada lampiran 3. Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pemahaman bahasa dilakukan kepada 5 orang responden yang memiliki
karakteristik yang mirip dengan responden sebenarnya di Dusun Jontro. Terdapat
beberapa kata yang ditandai oleh responden yaitu obat paten dan obat generik
namun peneliti tidak mengganti kata tersebut karena tingkat pengetahuan tentang
obat generik merupakan hal yang ingin diukur dalam penelitian ini. Uji realibilitas
dilakukan pada responden sebanyak 30 orang yang memiliki karakteristik yang
mirip dengan responden sebenarnya di Dusun Jontro. Data reliabilitas dianalisis
menggunakan uji alpha cronbach dan didapatkan hasil yaitu 0,732, maka
pernyataan-pernyataan dalam kuesioner tersebut telah reliabel dan dilampirkan
dalam lampiran 5.
Tata Cara Penelitian
Pengumpulan data dilakukan setelah memperoleh persetujuan Ethical
Clearance dengan nomor: 067.3/FIKES/PL/II/2020 dari Komisi Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta. Calon
responden yang telah bersedia mengikuti penelitian, diminta untuk mengisi dan
menandatangani informed consent yang telah diberi penjelasan mengenai tujuan
penelitian, hak dan kewajiban responden, serta kerahasiaan identitas sebagai
responden. Pengambilan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada responden di Dusun Jontro, Desa Gayamharjo, Prambanan, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta selama bulan Maret tahun 2020.
Analisis Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis univariat secara
deskriptif dengan menghitung persentase untuk menggambarkan karakteristik
responden, yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan pekerjaan
yang ditampilkan dalam bentuk tabel. Data tingkat pengetahuan obat generik
diperoleh menggunakan kuesioner yang telah diisi lengkap oleh responden. Data
yang diperoleh kemudian dikoding dan dimasukan ke dalam worksheet excel
sesuai dengan jawaban dari setiap responden, data dihitung berdasarkan jumlah
jawaban yang benar. Hasil yang diperoleh masing-masing responden akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dihitung menggunakan alat hitung komputer yang menggunakan analisis distribusi
frekuensi. Menurut Notoadmojo (2012) pengetahuan seseorang dapat diketahui
atau diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu tingkat
pengetahuan:
1. Baik bila skor atau nilai 76 – 100 %
2. Cukup bila skor atau nilai 56 – < 76 %
3. Kurang bila skor atau nilai < 56 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Karakteristik
Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 83 orang.
Karakteristik responden ditunjukkan pada tabel I.
Tabel I. Karakteristik responden
Karakteristik Responden Frekuensi %
Jenis Kelamin
Perempuan 54 65.1
Laki-laki 29 34.9
Rentang Usia
17-26 9 10.8
27-36 13 15.7
37-46 21 25.3
47-56 12 14.5
>56 28 33.7
Pendidikan Terakhir
TIDAK SEKOLAH 10 12.0
SD 23 27.7
SMP 22 26.5
SMA/SMK 27 32.6
S1 1 1.2
Pekerjaan
Karyawan 3 3.6
Pedagang/Wirausaha 5 6.0
IRT 29 34.9
Petani 14 16.9
Buruh 27 32.5
Pelajar 2 2.4
Sopir 1 1.2
Guru 1 1.2
Tukang 1 1.2
Total 83 100.0
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan dalam tabel I,
krakteristik jenis kelamin dari 83 responden yang paling banyak yaitu
perempuan sebanyak 54 orang (65,1%). Kelompok usia yang paling banyak
menjadi responden adalah kelompok usia >56 sebanyak 28 orang (33,7%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dan memiliki pendidikan terakhir SMA/SMK sebanyak 27 orang atau
32,6%. Berdasarkan pekerjaan paling banyak ibu rumah tangga sebanyak 29
orang atau 34,9%.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman
tahun 2018 jumlah penduduk laki-laki Kecamatan Prambanan sebanyak
26.268 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 26.882 jiwa.
Menurut data yang di dapatkan dari kantor desa Gayamharjo pada tahun
2019 jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.422 jiwa dan perempuan 2.552
jiwa, sehingga dalam penelitian ini responden yang diperoleh juga sebagian
besar adalah perempuan.
b. Tingkat pengetahuan tentang Obat Generik
Tabel II. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Obat Generik
Kategori Frekuensi Persentase
Kurang 67 80.7
Cukup 15 18.1
Baik 1 1.2
Total 83 100
Sebanyak 83 responden bersedia mengisi kuesioner dalam
penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80,7% (67
orang) responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai obat
generik. Sebanyak 18,1% (15 orang) memiliki tingkat pengetahuan yang
cukup dan hanya 1,20% (1 orang) yang memiliki tingkat pengetahuan baik
tentang obat generik.
Obat generik banyak dinilai sebagai obat dengan kualitas rendah.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor
utama yang membuat obat generik kurang dimanfaatkan (Nur Alim, 2013 ).
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia dan International Non-Propietary Names (INN) dari
World Health Organization (WHO) untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya. Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari monografi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
sediaan-sediaan obat yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat
tunggal.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Morrison, 2015 tentang
Analisis Tingkat Pengetahuan dan Persepsi Masyarakat Kota Singkawang
terhadap Obat Generik menunjukkan bahwa sebanyak 76 responden 53,5%
memiliki pengetahuan yang kurang. Penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati 2016 yang berjudul gambaran tingkat pengetahuan masyarakat
tentang obat generik di desa dirgahayu Kecamatan Pulau Laut Utara
Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan memiliki pengetahuan yang baik
hanya 16 orang (8,2%), sebanyak 118 orang (60,5%) cukup dan sebanyak
61 orang (31,3%) memiliki pengetahuan yang kurang.
Menurut Normandewi (2012), perbedaan jenis kelamin mungkin
membentuk persepsi yang berbeda sehingga mempengaruhi sikap dan
pengetahuan yang berbeda juga antara laki-laki dan perempuan. Hal ini
memang menjadi perdebatan apakah laki-laki dan perempuan berbeda
dalam bagaimana jalan mereka membuat keputusan etis dan kognitif. Pada
penelitian ini yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik adalah
perempuan. Namun menurut Suwaryo (2017), beberapa literatur juga belum
ada yang menjelaskan bahwa laki-laki atau perempuan memiliki tingkat
pengetahuan atau secara kognitif yang berbeda. Realita yang ada,
perempuan memang lebih rajin, tekun dan teliti ketika diberi tugas atau
mengerjakan sesuatu, tetapi hal ini tidak menjelaskan dan menunjukkan
bahwa dengan sikap seperti itu maka perempuan memiliki tingkat
pengetahuan atau kognitif lebih baik.
Wawan dan Dewi (2011), dengan bertambahnya usia seseorang
akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental), pada aspek
psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang akan semakin matang dan
dewasa. Semakin bertambah umur seseorang, seharusnya semakin banyak
pengetahuan yang di dapat dan taraf berfikir seseorang semakin matang.
Namun dalam penelitian ini, usia tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan responden karena masih terdapat faktor-faktor lain yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mempengaruhi pengetahuan seseorang, salah satunya adalah pendidikan.
Dimana pendidikan terakhir masih banyak yang dibawah SMA/SMK.
Menurut Wawan dan Dewi (2011), Pendidikan berarti bimbingan
yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu
hal. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula
mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan
yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang dengan tingkat pendidikan
yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan semakin lebih mudah
menerima informasi dari pada yang berpendidikan rendah. Dalam penelitian
responden yang paling banyak memiliki pendidikan terakhir SMA/SMK
(32,6%) namun yang berpendidikan terakhir lebih rendah dari SMA/SMK
masih cukup banyak. Sehingga lebih banyak pula masyarakat yang memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai obat generik.
Menurut Wawan dan Dewi (2011), lingkungan pekerjaan dapat
menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Jenis-jenis pekerjaan dapat
memberikan pengetahuan yang luas bagi seseorang, semakin tinggi taraf
pekerjaan seseorang semakin luas pengetahuan atau sebaliknya. Karena
dengan bekerja dapat mempengaruhi pengetahuan, hal ini disebabkan
karena dalam bekerja terjadi interaksi antar manusia sehingga ada
kemungkinan untuk bertambahnya pengetahuan. Responden dalam
penelitian ini sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga dan buruh,
dimana pengetahuan yang didapat tentang obat generik juga kurang karna
kurangnya interaksi dengan orang lain. Penelitian dilakukan di daerah
pedesaan, dimana ketersediaan sumber untuk mendapatkan informasi yang
masih terbatas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Pada penelitian ini pernyataan yang dipakai untuk mengukur
tingkat pengetahuan responden tentang obat generik dibagi menjadi 4
dimensi. Dimensi I adalah definisi obat generik, dimensi II adalah manfaat
obat generik, dimensi III adalah regulasi obat generik, dan dimensi IV
adalah penggolongan obat generik
1) Tingkat Pengetahuan tentang Definisi obat generik
Untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang definisi obat
generik digunakan 4 pernyataan yaitu pada nomor 2, 6, 10, dan 19.
Pernyataan nomor 2 tentang “nama obat generik sesuai dengan yang
ditetapkan dalam program kesehatan nasional”. Jumlah responden yang
menjawab benar sebanyak 37 orang (45%). Hasil distribusi frekuensi
dimensi tingkat pengetahuan tentang definisi obat generik sebagai berikut:
Tabel III. Tingkat Pengetahuan Tentang Definisi Obat Generik
Kategori Frekuensi Persen
Kurang 77 92.8
Cukup 5 6
Baik 1 1.2
Total 83 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 92,8% (77 orang)
responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang definisi obat
generik. Sebanyak 6% (5 orang) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup
dan hanya 1,20% (1 orang) yang memiliki tingkat pengetahuan baik
tentang definisi obat generik. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar
mempunyai pengetahuan yang kurang tentang definisi obat generik.
Menurut BPOM pada tahun 2017 obat generik adalah obat
dengan nama sesuai international nonproprietary names modified yang
ditetapkan badan kesehatan dunia (World Health Organization) atau nama
yang ditetapkan dalam program kesehatan nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Secara rinci hasil jawaban responden untuk tiap-tiap butir
pernyataan dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar I. Jumlah Responden Menjawab Benar pada Dimensi Definisi Obat
Generik
Pernyataan nomor 2 tentang “nama obat generik sesuai dengan
yang ditetapkan dalam program kesehatan nasional”. Jumlah responden
yang menjawab benar sebanyak 37 orang (45%). Nama generik adalah
nama umum atau nama resmi yang biasa digunakan dan dikenal di seluruh
dunia, tujuan pemberian nama generik untuk memberikan pengertian yang
sama pada semua orang terhadap kandungan suatu zat berkhasiat (obat)
dengan namanya, sehingga mudah untuk membedakan banyak zat dengan
jelas. (Staf Pengajar Farmakologi UNSRI, 2008).
Pernyataan nomor 6 tentang “Obat yang belum habis masa
patennya disebut obat generik”. Jumlah responden yang menjawab Benar
sebanyak 11 orang (13%). Pernyataan nomor 10 tentang “Obat generik
adalah obat yang pertama kali ditemukan dan dipatenkan oleh
37
11 11 13
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Pernyataan no 2 Pernyataan no 6 Pernyataan no 10 Pernyataan no 19
Jumlah Responden Menjawab Benar pada Dimensi Definisi
Keterangan :
Pernyataan no 2 : Nama obat generik sesuai dengan yang ditetapkan dalam program
kesehatan nasional.
Pernyataan no 6 : Obat yang belum habis masa patennya disebut obat generik.
Pernyataan no 10 : Obat generik adalah obat yang pertama kali ditemukan dan dipatenkan oleh penemunya.
Pernyataan no 19 : Obat generik dapat di produksi oleh perusahaan farmasi tanpa membayar
uang jasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
penemunya”. Jumlah responden yang menjawab benar sebanyak 11 orang
(13%). Pernyataan no 19 tentang “Obat generik dapat di produksi oleh
perusahaan farmasi tanpa membayar uang jasa”. Jumlah responden yang
menjawab benar sebanyak 13 orang (15,6%).
Menurut BPOM tahun 2017 obat generik merupakan obat yang
sudah habis masa patennya. Oleh sebab itu obat generik dapat diproduksi
oleh hampir seluruh perusahaan farmasi yang ada tanpa harus membayar
royalti. Pengertian dari obat generik adalah obat dengan nama sesuai
international nonproprietary names modified yang ditetapkan badan
kesehatan dunia (World Health Organization) atau nama yang ditetapkan
dalam program kesehatan nasional. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) paten adalah hak yang diberikan pemerintah kepada seseorang
atas suatu penemuan untuk digunakan sendiri dan melindunginya dari
peniruan, jadi obat paten adalah obat baru yang diproduksi serta dipasarkan
oleh sebuah perusahaan farmasi yang sudah memiliki hak paten terhadap
produksi obat baru tersebut (Dinkes Kalbar,2018)
Manfaat masyarakat mengetahui tentang definisi obat generik
adalah masyarakat bisa membedakan obat generik dan obat paten sehingga
masyarakat bisa menentukan pilihan obat yang akan di beli, namun pada
dimensi definisi obat generik ini masih banyak responden yang belum
paham tentang definisi obat generik dan juga perbedaannya dengan obat
paten. Dari hasil yang ditemukan di lapangan setelah pengambilan data,
sebagian besar responden masih bertanya tentang obat generik dan obat
paten. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya edukasi dan
diperlukan peran pemerintah untuk melakukan sosialisasi secara luas
tentang obat generik.
2) Tingkat pengetahuan tentang Manfaat obat generik
Untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang manfaat obat
generik digunakan 5 pernyataan yaitu pada nomor 4, 7, 8, 14 dan 16. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
distribusi frekuensi dimensi tingkat pengetahuan tentang definisi obat
generik sebagai berikut
Tabel IV. Tingkat Pengetahuan Tentang Manfat Obat Generik
Kategori Frekuensi Persen
Kurang 59 71
Cukup 13 15.7
Baik 11 13.3
Total 83 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 71% (59 orang)
responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang manfaat
obat generik. Sebesar 15,7% (13 orang) memiliki tingkat pengetahuan
yang cukup dan sebesar 13,3% (11 orang) yang memiliki tingkat
pengetahuan baik tentang manfaat obat generik. Berdasarkan hasil
penelitian sebagian besar mempunyai pengetahuan yang kurang tentang
manfaat obat generik.
Menurut Widodo (2004) manfaat obat generik secara umum
adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, segi ekonomis obat generik
dapat dijangkau masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah dan
dari segi kualitas obat generik memiliki mutu atau khasiat yang sama
dengan obat yang bermerek dagang ataupun obat paten.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Secara rinci hasil jawaban responden untuk tiap-tiap butir
pernyataan dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar II. Grafik Jumlah Responden Menjawab Benar pada Dimensi Manfaat
Obat Generik
Untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang manfaat obat
generik digunakan 5 pernyataan yaitu pada nomor 4, 7, 8, 14 dan 16.
Pernyataan nomor 4 tentang, “Obat generik lebih ekonomis dibandingkan
dengan obat paten”. Jumlah responden yang menjawab benar pada
pernyataan nomor 4 sebanyak 36 orang (43,3%). Pernyataan nomor 8
tentang “obat generik merupakan obat yang mahal” Jumlah responden
yang menjawab benar pada pernyataan nomor 8 sebanyak 37 orang
(44,5%). Obat generik memang lebih ekonomis dibandingkan dengan obat
paten karena obat paten memerlukan biaya yang lebih untuk riset
penemuan, penelitian dan uji klinis yang dilakukan sehingga obat generik
lebih mudah untuk dijangkau masyarakat ekonomi menengah kebawah
(Kemenkes RI, 2012).
36
19
37
22 19
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Pernyataan no 4 Pernyataan no 7 Pernyataan no 8 Pernyataan no 14 Pernyataan no 16
Jumlah Responden Menjawab Benar pada Dimensi Manfaat
Obat Generik
Keterangan :
Pernyataan no 4 : Obat generik lebih ekonomis dibandingkan dengan obat paten
Pernyataan no 7 : Obat paten lebih bermutu dari pada obat generik
Pernyataan no 8 : Obat generik merupakan obat yang mahal
Pernyataan no 14 : Obat generik dan obat bermerek memiliki kandungan obat yang sama Pernyataan no 16 : Obat generik memiliki khasiat yang sama dengan obat paten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Pernyataan no 7 tentang,”Obat paten lebih bermutu dibandingkan
obat generik”.Jumlah responden yang menjawab benar pada pernyataan
nomor 7 sebanyak 19 orang (22,9%). Pernyataan no 14 tentang “obat
generik dan obat bermerek memiliki kandungan obat yang sama”. Jumlah
responden yang menjawab benar sebanyak 22 orang (26,5%). Pernyataan
nomor 16 tentang “obat generik memiliki khasiat yang sama dengan obat
paten”. Jumlah responden yang menjawab benar sebanyak 19 orang
(22,9%) dalam peraturan BPOM nomor 24 tahun 2017 dikatakan bahwa
obat generik dan obat bermerek mengandung zat aktif dengan komposisi
kekuatan, bentuk sediaan, rute pemberian, dan indikasi yang sama serta
sudah disetujui di Indonesia. Obat generik dan obat paten memiliki mutu
yang sama karena obat yang mendapat izin edar harus memenuhi kriteria
mutu sesuai dengan standar yang ditetapkan termasuk proses produksi
sesuai dengan CPOB.
Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis
yang lengkap, jumlah yang cukup dan terjamin khasiat, aman, dan
bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah salah satu
sasaran yang harus dicapai ( Menkes, 2012 ). Pada dimensi manfaat obat
generik masih banyak responden yang belum mengetahui manfaat dari
obat generik hal ini dapat dilihat dari hasil pengisian kuesioner dimana
hanya 11 (13,3%) yang memiliki pengetahuan baik, dan berdasarkan hasil
yang ditemukan dilapangan setelah dilakukan pengisian kuesioner masih
banyak responden yang menganggap obat generik merupakan obat yang
murah sehingga mutu dan khasiat yang dimiliki oleh obat generik juga
rendah. Masih kurangnya informasi tentang obat generik ini sehingga
diperlukan peran dari petugas kesehatan terutama apoteker untuk
memberikan informasi tentang obat generik dengan sehingga pengetahuan
masyarakat tentang obat generik dapat meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
3) Tingkat pengetahuan tentang Regulasi obat generik
Untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang regulasi obat
generik digunakan 5 pernyataan yaitupada nomor 3, 9, 12, 13,15 dan 17.
Hasil distribusi frekuensi dimensi tingkat pengetahuan tentang regulasi
obat generik sebagai berikut
Tabel V. Tingkat Pengetahuan Tentang Regulasi Obat Generik
Kategori Frekuensi Persen
Kurang 60 72.3
Cukup 10 12
Baik 13 15.7
Total 83 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 72,3% (60 orang)
responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang regulasi
obat generik. Sebesar 12% (10 orang) memiliki tingkat pengetahuan yang
cukup dan sebesar 15,7% (13 orang) yang memiliki tingkat pengetahuan
baik tentang regulasi obat generik. Berdasarkan hasil penelitian sebagian
besar mempunyai pengetahuan yang kurang tentang regulasi obat generik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Secara rinci hasil jawaban responden untuk tiap-tiap butir
pernyataan dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar III. Jumlah Responden Menjawab Benar pada Dimensi Regulasi Obat
Generik
Pernyataan nomor 3 tentang “obat generik tersedia untuk pasien
rawat jalan dan rawat inap” Jumlah responden yang menjawab benar pada
pernyataan nomor 3 sebanyak 40 orang (48,2%). Pernyataan nomor 15
tentang “rumah sakit umum dan puskesmas tidak diwajibkan untuk
menyediakan obat generik sebagai kebutuhan pasien”. Jumlah responden
yang menjawab benar pada pernyataan nomor 15 sebanyak 27 orang
(32,5%). Pernyataan nomor 17 tentang “obat generik tersedia di rumah
sakit umum dan puskesmas.”. Jumlah responden yang menjawab benar
pada pernyataan nomor 15 sebanyak 42 orang (50,6%). Distribusi dan
penyediaan obat generik di unit-unit pelayanan kesehatan. Rumah sakit
40
26 27 26 27
42
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Pernyataan no 3Pernyataan no 9 Pernyataan no12
Pernyataan no13
Pernyataan no15
Pernyataan no17
Jumlah Responden Menjawab Benar pada Dimensi Regulasi
Obat Generik
Keterangan :
Pernyataan no 3 : Obat generik tersedia untuk pasien rawat jalan dan rawat inap
Pernyataan no 9 : Kebijakan obat generik bukan untuk mengendalikan harga obat
Pernyataan no 12 : Distribusi dan penyediaan obat generik sesuai dengan Cara Distribusi Obat
yang Baik (CDOB) Pernyataan no 13 : Mutu obat generik tidak perlu dikendalikan dengan ketat
Pernyataan no 15 : Rumah sakit umum dan puskesmas tidak diwajibkan untuk menyediakan
obat generik sebagai kebutuhan pasien
Pernyataan no 17 : Obat generik tersedia di rumah sakit umum dan puskesmas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
umum dan puskesmas diwajibkan untuk menyediakan obat generik
sebagai kebutuhan pasien (Fajarwati, 2010).
Pernyataan nomor 9 tentang “kebijakan obat generik bukan untuk
mengendalikan harga obat” Jumlah responden yang menjawab benar pada
pernyataan nomor 9 sebanyak 26 orang (31,3%) benar jika kebijakan obat
generik bukan untuk mengendalikan harga obat.
Pernyataan nomor 12 tentang “distribusi dan penyediaan obat
generik sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB).” Jumlah
responden yang menjawab benar pada pernyataan nomor 12 sebanyak 27
orang (32,5%) artinya benar jika distribusi dan penyediaan obat generik
sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Produksi obat
generik dengan Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB). Produksi
dilakukan oleh produsen yang memenuhi syarat CPOB dan disesuaikan
dengan kebutuhan akan obat generik dalam pelayanan kesehatan
(Fajarwati, 2010).
Pernyataan nomor 13 tentang “mutu obat generik tidak perlu
dikendalikan dengan ketat.”. Jumlah responden yang menjawab benar
pada pernyataan nomor 13 sebanyak 26 orang (31,1%). Kebijakan obat
generik adalah salah satu kebijakan untuk mengendalikan harga obat, di
mana obat dipasarkan dengan nama bahan aktifnya. Agar upaya
pemanfaatan obat generik ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan,
maka kebijakan tersebut mencakup komponen pengendalian mutu obat
generik secara ketat (Fajarwati, 2010).
Pada dimensi regulasi obat generik pernyataan nomor 3 dan 17
sebanyak 48% dan 50,6% responden yang menjawab benar, hal ini
menandakan bahwa masyarakat mengetahui tentang ketersediaan obat
generik di unit pelayanan kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan karena
masyarakat memiliki pengalaman dalam mengakses obat-obat generik saat
memeriksakan diri ke Puskesmas atau Rumah Sakit milik Pemerintah.
Namun masih banyak (70,2%) pula yang memiliki pengetahuan kurang
tentang regulasi obat generik terutama tentang mutu dan penyediaan obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
generik. Pemerintah bekerjasama dengan unit pelayanan kesehatan seperti
puskesmas dapat mengedukasi masyarakat secara periodik sehingga
pemahaman masyarakat tentang obat generik semakin meningkat.
4) Tingkat Pengetahuan tentang Penggolongan Obat Generik
Untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang penggolongan obat
generik digunakan 5 pernyataan yaitu pada nomor 1, 5, 11, 18, dan 20.
Hasil distribusi frekuensi dimensi tingkat pengetahuan tentang
penggolongan obat generik sebagai berikut
Tabel VI. Tingkat Pengetahuan Tentang Penggolongan Obat Generik
Kategori Frekuensi Persen
Kurang 67 80.7
Cukup 10 12
Baik 6 7.3
Total 83 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80,7% (67 orang)
responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang
penggolongan obat generik. Sebesar 12% (10 orang) memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup dan sebesar 7,3% (6 orang) yang memiliki
tingkat pengetahuan baik tentang penggolongan obat generik. Berdasarkan
hasil penelitian sebagian besar mempunyai pengetahuan yang kurang
tentang penggolongan obat generik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Secara rinci hasil jawaban responden untuk tiap-tiap butir
pernyataan dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar IV. Jumlah Responden Menjawab Benar pada Dimensi Penggolongan
Obat Generik
Pernyataan nomor 1 tentang “Cataflam®, Paracetamol®,
Amoxicillin® dikategorikan sebagai obat generik” Jumlah responden
yang menjawab benar pada pernyataan nomor 1 sebanyak 8 orang (9,6%)
artinya hanya sebgian kecil responden yang menjawab benar tentang
Cataflam®,Paracetamol®, Amoxicillin® dikategorikan sebagai obat
generik. Obat Generik bermerek dagang dipasarkan dengan merek dagang
yang ditentukan oleh masing - masing produsennya dan telah disetujui
oleh BPOM. Tanda dari obat jenis ini adalah di bungkusannya terdapat
huruf r besar di dalam lingkaran, contoh Cataflam®,Paracetamol®,
Amoxicillin®. Umumnya harga produk ini lebih murah dibandingkan
harga obat patennya (Zakaria, 2010).
8
40
21 20
36
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Pernyataan no 1 Pernyataan no 5 Pernyataan no 11 Pertanyaan no 18 Pernyataan no 20
Jumlah Responden Menjawab Benar pada Dimensi
Penggolongan Obat Generik
Keterangan :
Pernyataan no 1 : Cataflam®, Paracetamol®, Amoxicillin® dikategorikan sebagai obat
generik.
Pernyataan no 5 : Gambar dibawah merupakan logo obat generik
Pernyataan no 11 : Obat generik bermerek dinamai berdasarkan keinginan produsen.
Pernyataan no 18 : Obat Generik Berlogo dipasarkan tidak menggunakan nama zat aktif.
Pernyataan no 20 : Parasetamol, Asetosal, Ibuprofen, dikategorikan sebagai obat generik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Pernyataan nomor 5 tentang “Gambar dibawah merupakan logo
obat generik ” Jumlah responden yang menjawab benar pada
pernyataan nomor 5 sebanyak 40 orang (48,2%) artinya yang menjawab
benar tentang logo obat generik. Logo obat generik berlogo lingkaran
dengan garis hijau horizontal tebal tipis dan bertuliskan GENERIK di
tengah – tengahnya. Logo tersebut berarti bahwa obat tersebut telah teruji
kualitas, keamanan, dan khasiatnya. Sedangkan untuk garis putih
horizontal menunjukkan bahwa obat generik di peruntukan bagi seluruh
lapisan masyarakat.(Nadifah, 2013).
Pernyataan nomor 11 tentang “Obat generik bermerek dinamai
berdasarkan keinginan produsen.” Jumlah responden yang menjawab
benar pada pernyataan nomor 11 sebanyak 21 orang (25,3%) artinya yang
menjawab tidak benar bahwa obat generik bermerek dinamai berdasarkan
keinginan produsen. Obat generik berlogo adalah obat generik yang dijual
memakai nama generik obat sebagai merek dagangnya. Contohnya
amoksisilin tetap dijual dengan nama amoksisilin. Yang membedakan
antara amoksisilin produksi perusahaan obat satu dengan yang lain adalah
logo perusahan produsen yang tercantum di kemasan (Kemenkes RI,
2013).
Pernyataan nomor 18 tentang “Obat Generik Berlogo dipasarkan
tidak menggunakan nama zat aktif” Jumlah responden yang menjawab
benar pada pernyataan nomor 18 sebanyak 20 orang (24,1%) artinya yang
menjawab benar bahwa obat Generik Berlogo dipasarkan tidak
menggunakan nama zat aktif. Kebijakan obat generik adalah salah satu
kebijakan untuk mengendalikan harga obat, di mana obat dipasarkan
dengan nama bahan aktifnya (Fajarwati, 2010).
Pernyataan nomor 20 tentang “Parasetamol, Asetosal, Ibuprofen,
dikategorikan sebagai obat generik.” Jumlah responden yang menjawab
benar pada pernyataan nomor 20 sebanyak 36 orang (43,4%) artinya yang
menjawab benar bahwa Parasetamol, Asetosal, Ibuprofen, dikategorikan
sebagai obat generik. Obat Generik bermerek dagang dipasarkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
merek dagang yang ditentukan oleh masing - masing produsennya dan
telah disetujui oleh BPOM. Tanda dari obat jenis ini adalah di
bungkusannya terdapat huruf r besar di dalam lingkaran, contoh
Klorpropamid (Diabenese®), Glipizid (Minidiab®, Glukotrol XL®), dan
Glibenclamid (Daonil®, Euglucon®). Umumnya harga produk ini lebih
murah dibandingkan harga obat patennya (Zakaria, 2010)
Pada dimensi penggolongan obat generik terjadi bias pada
pernyataan no 1 dimana paracetamol dan amoxicillin tidak digunakan
dalam nama dagang sehingga dapat menimbulkan kesalahan persepsi dari
responden dalam menjawab pernyataan tersebut. Secara keseluruhan
dimensi penggolongan obat generik masih banyak yang memiliki
pengetahuan yang kurang hal ini karena masyarakat tinggal di daerah
pedesaan mengalami kesulitan untuk mengakses informasi.
Dari data yang diperoleh tingkat pengetahuan tentang obat generik
pada responden di Dusun Jontro, Desa Gayamharjo, Prambanan, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
tentang obat generik masih sangat kurang yaitu sebanyak 80,72, sebanyak
18,7% memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dan 1,20% saja yang
memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Sehingga pentingnya masyarakat
untuk mengetahui definisi, manfaat, regulasi serta penggolongan obat generik
agar masyarakat bisa membedakan obat generik dan obat paten, masyarakat
juga mengetahui labeling dari obat generik, mengetahui bahwa obat generik
memiliki kualitas, mutu dan keamanan yang baik, serta tahu dimana
masyarakat dapat memperoleh obat generik dengan mudah. Pengetahuan
masyarakat di Dusun Jontro, Desa Gayamharjo, Prambanan, Sleman yang
masih kurang dapat disebabkan karena tingkat pendidikan masyarakat yang
rendah sehingga untuk menangkap ilmu dan pengetahuan juga rendah.
Disamping itu pengetahuan masyarakat tentang obat generik kurang dapat
disebabkan karena masyarakat kurang tertarik untuk belajar pada hal-hal yang
baru dan sulitnya mengakses informasi karena berada di pedesaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Kurangnya sosialisasi dari pemerintah juga dapat menjadi salah satu
penyebab kurangnya pengetahuan tentang obat generik.
c. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah adanya responden yang
tidak bisa membaca dan menulis, sehingga peneliti harus membacakan
pernyataan dalam kuisioner.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan tentang obat generik pada masyarakat dusun Jontro Desa
Gayamharjo Kecamatan Prambanan Sleman sebagian besar masuk dalam
kategori kurang (80,7%).
b. Saran
Berdasarkan hasil temuan di lapangan dan hasil penelitian saran
yang diusulkan adalah memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat
dusun Jontro Desa Gayamharjo Kecamatan Prambanan Kabuten Sleman
tentang obat generik. Edukasi dilakukan dinas kesehatan terkait yang
bekerjasama dengan kepala dusun dengan harapan pengetahuan tentang
obat generik semakin meningkat.
Untuk penelitian selanjutnya bisa mengembangkan lagi kuesioner
yang digunakan dan perlu melakukan penyesuaian terutama pada
pernyataan dan materi yang digunakan agar lebih umum untuk mengukur
tingkat pengetahuan di masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
DAFTAR PUSTAKA
A.Wawan & Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia.Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman (2018). Kecamatan Prambanan Dalam
Angka.
BPOM RI, 2017. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2017 Tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat.
Fajarwati., I. 2010. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Obat Generik di
Kelurahan Bontorannu Kota Makasar [skripsi]. Makassar : Universitas
Hassanudin.
Kemenkes RI, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/068/I/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Kemenkes RI, 2012 a. Farmalkes. [Online] Available at:
http://farmalkes.kemkes.go.id/2012/08/obat-generik/ [Diakses 21 Juli 2020].
Kemenkes RI, 2012 b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
40 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.