Page 1
1
Tingkat Kesuburan Perairan Kampung Bugis Kelurahan Tanjung Uban
Utara Kabupaten Bintan
Reny Marlina¹, Winny Retna Melani2, Febrianti Lestari
3
e-mail: [email protected]
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Perairan Kampung Bugis merupakan perairan yang berada di Kelurahan
Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan. Perairan Kampung Bugis ini, memiliki
ekosistem padang lamun yang cukup luas yang berpotensi menghasilkan nutrien
dari serasah daunya, terdapat aktivitas antropogenik dan juga terdapat perairan
rawa-rawa yang mengalir menuju lepas Pantai tentunya akan berpengaruh
terhadap kesuburan suatu perairan. Kesuburan suatu perairan dipengaruhi oleh
unsur hara (nitrat dan fosfat), klorofil-a, serta variabel fisika kimia perairan.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2017 diperairan Kampung Bugis,
yang bertujuan untuk mengetahui kadar nutrien (nitrat & fosfat), klorofil-a dan
tingkat kesuburan perairan Kampung Bugis. Berdasarkan hasil penelitian
konsentrasi nitrat 2,797 mg/l, fosfat 0,010 mg/l dan klorofil-a 5µg/l. Tingkat
kesuburan perairan Kampung Bugis berdasarkan nilai indeks TRIX yaitu 4,76.
Keberadaan nilai nutrien (nitrat & fosfat) dan klorofil-a menunjukan status
kesuburan perairan dalam katergori mesotrofik atau sedang.
Kata kunci: Nutrien, Klorofil-a, Kesuburan Perairan, Bintan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesuburan perairan dapat menentukan produktivitas suatu perairan, apabila
perairan subur maka produktivitas akan tinggi dan sebaliknya apabila perairan
tidak subur maka produktivitas menjadi rendah. Perairan yang subur ditandai
dengan ketersediaan unsur hara yang cukup, unsur hara dimanfaatkan oleh
produsen primer seperti fitoplankton dan tumbuhan air. Biota laut sangat
memerlukan oksigen dan unsur hara sebagai unsur utama untuk keberlangsungan
Page 2
2
hidupnya. Keberadaan unsur hara sangat penting bagi tingkat kesuburan suatu
perairan, hal ini dikarena besarnya kandungan unsur hara khususnya nitrat (NO3)
dan fosfat (PO4) akan memengaruhi populasi biota-biota laut, (Amalia 2010).
Kampung Bugis merupakan salah satu Kampung yang berda di Kelurahan
Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan. Menurut Marbun (2017), perairan
Kampung Bugis memiliki kerapatan lamun agak rapat sehingga dapat
menghasilkan nutrien secara alami dari serasah daunnya. di perairan ini juga
terdapat aliran rawa-rawa yang mengalir menuju lepas pantai. Selain itu perairan
Kampung Bugis juga terdapat berbagai aktivitas antropogenik seperti; aktivitas
nelayan, aktivitas rumah tangga dan rekreasi, yang juga secara tidak lansung
berpotensi menyumbang masukan nutrien atau unsur hara diperairan. Penelitian
mengenai tingkat kesuburan perairan di Kampung Bugis belum pernah dilakukan
untuk itu penulis ingin melakukan penelitian mengenai tingkat kesuburan
perairan Kampung Bugis untuk melihat kondisi terkini kesuburan perairan
Kampung Bugis Kelurahan Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui kadar nutrien dan klorofil-a di perairan Kampung Bugis
Kelurahan Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan.
2. Mengetahui tingkat kesuburan perairan Kampung Bugis Kelurahan Tanjung
Uban Utara Kabupaten Bintan.
Page 3
3
BAHAN DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
Tabel 1. Daftar alat dan bahan yang digunakan dilapangan
No Alat dan Bahan Kegunaan
1 Van dorn Water Sampler Mengambil sampel air
2 GPS Menentukan posisi titik sampling
3 Botol sampel Menyimpan sampel air
4 Ice box Wadah penyimpanan sampel air
sebelum dianalisis
5 Hand Refraktometer Mengukur Salinitas
6 Multitester Model YK2005WA Mengukur pH, suhu dan DO
7 Tisu dan Aquades Membersihkan dan Mengeringkan alat
8 Alat Tulis, Kamera Digital Mencatat keterangan smpel dan
Dokumentasi
9 Perahu / Sampan Alat transportasi pengambilan sampel
10 Alumunium foil Membungkus botol sampel
11 Secchi disk Mengukur kecerahan
Tabel 2. Daftar alat dan bahan yang digunakan dilaboratorium
No Alat dan Bahan Kegunaan
1 Sampel air Bahan untuk analisis klorofil-a, nitrat dan
fosfat
2 Kertas saring milipore 0,45 µm Menyaring air sampel klorofil-a
3 Aquades Membersihkan alat
4 Centrifuge 54-30 Menganedapkan kertas saring
5 Aseton 90 % Melarutkan kertas saring (klorofil-a)
6 Spektrofotometer (Spektro UV-1800
Spectrophotometer)
Mengukur biomassa klorofil-a
7 Peralatan Glass (tabung reaksi, pipet
dan lain-lain)
Membantu proses analisis klorofil-a
8 Vacuum Pump Membatu proses penyaringan sampel
2.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu
dengan melakukan pengamatan langsung kelapangan terhadap kondisi Perairan
Kampung Bugis Kelurahan Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap parameter yang diamati.
Sedangkan data sekunder diambil dari berbagai instansi yang terkait dengan
Page 4
4
penelitian seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, dan Kantor Kelurahan Tanjung
Uban Utara.
2.3 Penentuan Titik Sampling
Penentuan titik sampling dalam penelitian ini menggunakan metode random
sampling atau metode acak. Pengambilan sampel diambil sebanyak 30 titik secara
acak menggunakan software Ar.Gis 10.3 tahun 2014. Penggunaan metode acak ini
diambil karena perairannya yang cendrung homogen atau memiliki sifat dan
karakteristik yang sama dan diharapkan dapat mewakili wilayah kajian, sehingga
data yang terambil mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan
perairan di Kampung Bugis. Data diambil di Google Earth tahun 2016 dan RBI
Skala 1:11.000. Adapun 30 titik koordinat sampling dapat dilihat pada gambar 1
dibawah ini:
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Page 5
5
2.4 Prosedur Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel air untuk klorofil-a di ambil pada kedalaman secchi yaitu
kedalaman yang masih dapat ditembus cahaya matahari dengan menggunakan
Van Dorn water sampler yang berukuran 3 liter, kemudian masukan sampel air
kedalam botol sampel yang telah dibungkus menggunakan Alumunium foil. Air
sampel klorofil-a yang terambil sebnyak 30 sampel tadi kemudian dikomposit
dengan cara mencampur air sampel tersebut kedalam sebuah wadah kemudian
diaduk dan di analisis di laboratorium sebanyak dua kali pengulangan.
Pengambilan sampel air nitrat dan fosfat diambil menggunakan Van Dorn
water sampler dengan cara menurunkan Van Dorn water sampler secara
perlahan sampai keperairan dasar, jangan sampai mengenai substrat kemudian
tarik kembali Van Dorn water sampler kepermukaan dengan keadaan tertutup
dan masukan sampel air kedalam botol sampel yang berukuran 500 ml yang
telah dibungkus menggunakan Alumunium foil, kemudian sampel air yang telah
terambil dimasukan di dalam ice box.
2.5 Analisis Data
Perhitungan tingkat kesuburan suatu perairan menggunakan metode TRIX atau
trophic index menurut Vollenweider et al. (1998), metode ini dapat
menggambarkan tingkat kesuburan suatu perairan dengan menggunakan empat
variabel yaitu klorofil-a, oksigen terlarut jenuh (DO saturasi), mineral nitrogen
(nitrat) dan Fosfor (fosfat). Analisis nitrat dan fosfat dilakukan di Laboratorium
Penguji Balai Perikanan Budidaya Laut Batam dan klorofil-a dilakukan di
laboratoriun Falkutas Ilmu Kelautan dan Perikanan UMRAH.
Page 6
6
Pengukuran DO dilakukan secara langsung dilapangan dengan menggunakan
Multitester Model YK2005WA. Hasil pengukuran keempat parameter akan
digunakan dalam perhitungan trophic index (TRIX) menurut Vollenweider et al.
(1998). dengan rumus sebagai berikut:
TRIX =
∑
Keterangan :
k = scaling factor (10)
n = jumlah parameter (4)
U = batas atas
L = batas bawah
M = nilai rataan parameter
Menurut Amalia (2010), Scaling factor merupakan ukuran kesuburan (trofik)
0 sampai 10 yang menunjukan semakin besar nilai indeks maka semakin tinggi
tingkat eutrofikasi pada perairan tersebut. nilai rataan parameter adalah nilai
yang didapakan dari hasil pengukuran dan perhitungan. sedangkan nilai oksigen
terlarut jenuh (DO saturasi) merupakan nilai oksigen yang terukur dilapangan
kemudian di konversikan dengan nilai suhu, dan salinitas berdasarkan Tabel 3.
Page 7
7
Tabel 3. Nilai DO saturasi berdasarkan nilai suhu dan salinitas
Oxsol: Oxygen Saturation Concentrations in Fresh and Ocean Water (ml/l)
Temperature Salinity (PSU)
0 5 10 15 20 25 30 32 35
-2 10,84 10,46 10,10 9,74 9,40 9,07 8,75 8,63 8,45
0 10,23 9,88 9,54 9,21 8,90 8,59 8,30 8,18 8,01
2 9,68 9,35 9,04 8,73 8,44 8,15 7,88 7,77 7,61
4 9,17 8,87 8,58 8,29 8,02 7,75 7,49 7,39 7,24
6 8,71 8,43 8,15 7,89 7,63 7,38 7,14 7,05 6,91
8 8,29 8,02 7,77 7,52 7,28 7,04 6,82 6,73 6,60
10 7,90 7,65 7,41 7,18 6,95 6,73 6,52 6,44 6,31
12 7,54 7,31 7,08 6,68 6,65 6,45 6,25 6,17 6,05
14 7,21 6,99 6,78 6,57 6,37 6,18 5,99 5,92 5,81
16 6,91 6,70 6,50 6,31 6,12 5,93 5,75 5,68 5,58
18 6,62 6,43 6,24 6,06 5,88 5,70 5,53 5,47 5,37
20 6,36 6,18 6,00 5,82 5,65 5,49 5,33 5,27 5,17
22 6,12 5,94 5,77 5,61 5,45 5,29 5,14 5,08 4,99
24 5,89 5,72 5,56 5,41 5,25 5,10 4,96 4,90 4,82
26 5,68 5,52 5,37 5,22 5,07 4,93 4,79 4,74 4,66
28 5,48 5,33 5,18 5,04 4,90 4,77 4,63 4,58 4,51
30 5,29 5,15 5,01 4,87 4,74 4,61 4,49 4,44 4,36
32 5,11 4,98 4,84 4,71 4,59 4,46 4,34 4,30 4,23
Sumber : SBE ( 2011)
Untuk mendapatkan nilai DO saturasi perlu memperhatikan nilai suhu dan
salinitas, setelah di ketahui nilai DO saturasi dari tabel selanjutnya dikali dengan
1,42903. Menurut Vollenweider et al. (1998), nilai saturasi DO yang di dapat
digunakan untuk penentuan persen saturasi (% saturasi), dengan rumusan
sebagai berikut:
% DO saturasi =
Nilai yang digunakan dalam perhitungan TRIX adalah aD%O (Oksigen
sebagai nilai deviasi absolut (%) dari oksigen saturasi) yang dihitung
menggunakan rumus Vollenweider et al. (1998), sebagai berikut:
Page 8
8
aD%O = ǀ 100 - %saturasi ǀ
Batas atas dan batas bawah dari masing-masing parameter yang dimaksud
dalam perhitungan TRIX dapat dicari melalui nilai rataan ± 2,5 standar deviasi
(Vollenweider et al. 1998). Setelah semua nilai parameter didapatkan kemudian
dimasukkan kedalam rumusan perhitungan TRIX, dan di sesuaikan dengan
klasifikasi indeks kesuburan pada Tabel 4.
Tabel 4. Penggolongan rentang nilai TRIX
Skala TRIX Status kualitas air Tingkat eutrofikasi
0-4 Tinggi Rendah
4-5 Baik Sedang
5-6 Buruk Tinggi
6-10 Miskin Sangat tinggi
Sumber: Alves et al. (2013)
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Parameter Kualitas Air Kampung Bugis
Tabel 5. Hasil Pengukuran Variabel Fisika Kimia Perairan Kampung Bugis
Variabel Nilai Rata-Rata Baku Mutu*
Suhu (°C) 28,5 ± 0,89 28-30
Salinitas (‰) 32 ± 0,67 33-34
DO (mg/l) 6,5 ± 0,56 >5
Kecerahan (m) 3 Lamun>3
pH 7,75 ± 0,10 7-8-5
Ket(*): Baku Mutu Air laut Untuk Biota Laut KepMen LH No. 51 Th. 2004.
Hasil pengamatan pengukuran nilai suhu adalah 28,5°C. ‰. Berdasarkan
KEPMEN LH No. 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut,
kondisi suhu masih tergolong normal dengan cuaca yang terlihat cerah. Perubahan
suhu sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air.
Meningkatnya suhu diperairan akan mengakibatkan meningkatnya kecepatan
Page 9
9
metabolisme dan respirasi organisme air dan akan mengakibatkan peningkatan
konsumsi oksigen.
Hasil pengukuran salinitas pada saat pengamatan adalah 32‰. Berdasarkan
KEPMEN LH No. 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut, hasil
pengukuran salinitas masih tergolong normal untuk air laut. Salinitas dapat
dipengaruhi pasokan air tawar dari sungai dan aktivitas manusia, semakin tinggi
suhu maka akan semakin tinggi pula salinitas suatu perairan, (Effendi 2003).
Hasil pengamatan nilai DO adalah 6,5mg/L. Berdasarkan KEPMEN LH No.
51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut, kadar DO hasil
pengamatan masih tergolong normal dan sesuai untuk kehidupan biota laut (>5).
Tinggi rendahnya kadar DO di perairan sangat dipengaruhi oleh suhu, karena suhu
yang tinggi diperairan akan mengakibatkan terjadinya kompotisi oksigen.
Berdasarkan hasil pengamatan nilai kecerahan yang diukur adalah 3 meter pada
kedalaman antara 1,47-3,4 meter. Kecerahan perairan termasuk kedalam perairan
yang masih baik sesuai dengan baku mutu yaitu >3. Hal ini menunjukkan bahwa
intensitas matahari yang masuk ke dalam perairan cukup tinggi. Kondisi ini
memperlihatkan bahwa perairan memiliki kandungan bahan organik terlarut yang
rendah dan kondisi perairan yang landai dengan kedalaman rata-rata 3 meter
memungkinkan salah satu penyebab kecerahan menjadi 100%.
Hasil pengukuran nilai pH adalah 7,75. Berdasarkan KEPMEN LH No.
51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut, kadar pH tersebut
tergolong normal dan bagus untuk kehidupan biota laut karena masih sesuai
dengan baku mutu air laut untuk biota laut yaitu 7-8-5. Perubahan nilai pH air laut
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas biologis. Jika nilai pH di laut
Page 10
10
bersifat asam berarti kandungan oksigen terlarut rendah. Hal ini akan
memengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik
di perairan, (Asmara 2005).
3.2 Kadar Nutrien dan Klorofil-a di Perairan Kampung Bugis
Tabel 6. Hasil Pengukuran Nutrien (Nitrat & Fosfat) di Perairan
Hasil Pengukuran Baku Mutu*
Nitrat (NO3) 2,797 mg/l 0,008 mg/l
Fosfat (PO4) 0,010 mg/l 0,015 mg/l
Ket(*): Baku Mutu Air laut Untuk Biota Laut KepMen LH No. 51 Th. 2004.
3.2.1 Nitrat (NO3)
Hasil pengukuran kadar nitrat pada perairan Kampung Bugis adalah 2,797
mg/l. Nilai tersebut apabila dibandingkan dengan Baku Mutu Air Laut untuk
Biota Laut tergolong tinggi dengan nilai melebihi Baku Mutu Air Laut yaitu
0,008 mg/l. Tingginya kadar nitrat di perairan Kampung Bugis Bintan di duga
disebabkan karena adanya saluran air rawa yang bermuara di perairan tersebut,
sebagaimana dijelaskan Zulfia dan Aisyah (2013), bahwa unsur hara (nutrien)
yang terjadi dapat disebabkan oleh pembusukan gulma air di rawa itu sendiri dan
oleh tumpukan erosi dari daerah hulu. Apalagi pada saat sebelum melakukan
penelitian terjadi hujan lebat yang memungkinkan tumpukan erosi dari hulu
terbawa oleh aliran air menuju laut. Mengingat sifat nitrat yang mudah terlarut
dalam air kiranya hal ini sesuai dengan kaidah alamiah bahwa kecenderungan
tingginya nilai nitrat terjadi pada perairan yang dekat dengan daratan.
Menurut Marbun (2017), perairan Kampung Bugis ini memiliki kategori
lamun agak rapat yang di duga dapat menunjang kesuburan perairan akan unsur
hara melalui serasah daun lamunnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riniatsih
Page 11
11
(2016), yang menyatakan bahwa serasah lamun yang luruh di dasar perairan
sebagai detritus mengalami proses dekomposisi oleh bakteri pengurai. Proses
dekomposisi ini akan menghasilkan nutrien terlarut di perairan yang kemudian
akan dimanfaatkan kembali oleh lamun untuk proses produksi.
Selain itu tinggi rendahnya kadar nitrat juga dapat di pengaruhi oleh nilai DO
dan pH di perairan. Kadar oksigen yang ditemukan selama penelitian yaitu 6,5
mg/l tergolong normal. Nilai DO yang ditemukan ini termasuk cukup tinggi
sehingga baik untuk kehidupan biota laut. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Asmara (2005), yang menyatakan bahwa pada saat kadar oksigen rendah,
keseimbangan bergerak menuju amoniak, sedangkan pada saat kadar Oksigen
tinggi keseimbangan bergerak menuju Nitrat. Nilai pH yang ditemukan termasuk
normal untuk air laut yaitu 7,75 (Tabel 10). Menurut Ati et al.(2016), nilai derajat
keasaman juga dapat memengaruhi nitrat karena dapat membantu proses
nitrifikasi. Nitrifikasi merupakan proses oksidasi amoniak menjadi nitrit dan
kemudian menjadi nitrat, dengan demikian nitrat merupakan hasil akhir dari
oksidasi nitrogen dalam air laut.
Berdasarkan gambar pola sebaran nitrat terlihat bahwa sumber nitrat di
perairan Kampung Bugis ini tersebar merata diperairan. Keterangan kandungan
nitrat dari yang tertinggi ke rendah dapat dilihat bedasarkan warna yang ada di
peta tersebut. Warna biru menunjukan kandungan nitrat tertinggi yang di temukan
pada saat penelitian dan hijau kecoklatan menunjukan kandungan nitrat terendah
yang ditemukan di perairan Kampung Bugis Kelurahan Tanjung Uban Utara
Kabupaten Bintan. Untuk lebih jelas sumber nitrat di perairan Kampung Bugis
dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini:
Page 12
12
Gambar 2. Peta Pola Sebaran Nitrat
3.2.2 Fosfat (PO4)
Berdasarkan hasil pengamatan kadar fosfat di perairan Kampung Bugis Bintan
adalah 0,010 mg/l. Jika dibandingkan dengan Baku Mutu Air Laut untuk Biota
Laut (0,015 mg/l) nilai tersebut termasuk rendah. Rendahnya konsentrasi fosfat di
duga karena memang masukan fosfat diperairan sedikit dan mungkin karna tidak
adanya masukan dari limbah daratan terutama limbah domestik atau limbah
rumah tangga seperti diterjen sehingga pasokan fosfat masih bersifat alamiah.
Kadar fosfat yang ditemukan sangat berbeda dengan kadar nitrat, kadar nitrat
yang didapat termasuk tinggi sedangkan fosfat termasuk rendah, hal ini sesuai
dengan pernyataan Effendi (2003), yang menyatakan perbedaan status trofik
berdasarkan kandungan nitrat dan fosfat di suatu perairan adalah umum terjadi.
Hal tersebut disebabkan oleh sifat nitrat yang mudah terlarut dalam air dan lebih
Page 13
13
stabil sementara keberadaan fosfat biasanyare latif kecil. Keberadaan kadar fofat
diperairan KampungBugis dapat di lihat pada gambar 3 dibawah ini:
Gambar 3. Peta Pola Sebaran Fosfat
Berdasarkan gambar pola sebaran fosfat terlihat bahwa sumber fosfat di perairan
Kampung Bugis ini terdapat tiga titik kumpulan yang diduga merupakan sumber
fosfat, ketiga titik kumpulan ini merupakan tempat aliran rawa-rawa yang masuk ke
perairan. Kandungan Fosfat yang tertinggi ke-rendah dapat dilihat bedasarkan
warna yang ada di peta. Warna biru tua menunjukan kandungan fosfat tertinggi dan
hijau kecoklatan menunjukan kandungan fosfat terendah yang ditemukan di
perairan Kampung Bugis Kelurahan Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan.
Page 14
14
3.3 Klorofil-a
Tabel 7. Klasifikasi status trofik berdasarkan konsentrasi klorofil-a
Hasil Klorofil-a (µg/l) Tingkat Kesuburan
5µg/l
<2 Oligotrofik
2-6 Mesotrofik
6-20 Eutrofik
>20 Hipertrofik
Sumber: Hakanson & Bryann (2008) in Marlian et al. (2015)
Tinggi rendahnya kandungan klorfil-a di dipengaruhi oleh keberadaan nutrien
di dalamnya terutama nitrat dan fosfat. Menurut Isnaini et al. (2015) nutrien yang
lebih mempengaruhi jumlah klorofil-a di perairan laut adalah nitrat. Semakin
tinggi kandungan nitrat pada suatu perairan maka semakin tinggi pula klorofil-a
pada perairan tersebut. Nilai rata-rata kadar nitrat yang di temukan dalam
penelitian ini termasuk tinggi yaitu 2,797 mg/l sehingga tinggi pula kandungan
klorofi-a yang di temukan yaitu 5µg/l, namun status kedua parameter ini masih
tergolong dalam mesotrofik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sihombing et al.
(2013), bahwa semakin tinggi kandungan nitrat maka kandungan fitoplankton
akan semakin tinggi. Keeratan hubungan antara klorofil-a dengan nitrat diduga
karena susunan molekul senyawa kimia dari klorofil-a mengandung unsur N
didalamnya.
Selain itu nilai kecerahan juga mempengaruhi tinggi rendahnya klorofil-a
yang terukur, nilai kecerahan yang terukur selama pengamatan termasuk tinggi
yaitu 3 m pada kedalaman raat-rata 3 m. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irawati
(2014), yang menyatakan tinggi-rendahnya konsentrasi klorofil-a tidak hanya
dipengaruhi oleh keberadaan nutrien yang tinggi, namun juga oleh kecerahan
yang tinggi. Hal ini berhubungan dengan proses fotosintesis fitoplankton sebagai
penyusun biomassa fitoplankton (klorofil-a), di mana kecerahan tinggi akan
Page 15
15
mempengaruhi intensitas cahaya matahari yang merupakan sumber energi bagi
fitoplankton untuk berfotosintesis.
3.4 Tingkat Kesuburan Perairan Kampung Bugis
Tabel 8. Hasil dan Penggolongan rentang nilai TRIX
Hasil Keterangan
Skala TRIX Status kualitas air Tingkat eutrofikasi
4,76
0-4 Tinggi Rendah
4-5 Baik Sedang
5-6 Buruk Tinggi
6-10 Miskin Sangat tinggi
Sumber: Alves et al. (2013)
Status trofik yang ditunjukkan berdasarkan kadar nutrien (nitrat dan fofat)
serta konsentrasi klorofil-a selama penelitian menunjukan status trofik sedang
atau dalam tingkat mesotrofik, status kesuburan perairan ini di duga dipengaruhi
oleh kadar nutrien dan klorofil-a yang diperoleh selama pengamatan. Hal ini
sesuai dengan pernyataaan Alves et al. (2013), yang menyatakan Tingkat
kesuburan suatu perairan ditentukan berdasarkan konsentrasi klorofil-a dan
pasokan nutrien di perairan. Status kesuburan perairan mesotrofik ini memiliki
kualitas air yang baik, berdasarkan hasil penelitian data kualitas perairan yang
terukur sperti: suhu, DO, pH, salinitas dan kecerahan semuanya masih tergolong
normal berdasarkan Baku Mutu KepMen LH No.51 Th.2004, sehingga baik pula
untuk kehidupan biota didalamya.
Page 16
16
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar nutrien (nitrat & fosfat) dan klorofil-a pada perairan Kampung Bugis
Kelurahan Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan, meliputi kadar nitrat
sebesar 2,797 mg/l, fosfat 0,010 mg/l dan klorofil-a 5µg/l.
2. Tingkat Kesuburan perairan berdasarkan nilai indeks TRIX yaitu 4,76
dengan katergori mesotrofik atau sedang
DAFTAR PUSTAKA
Alves G, Flores-montes M, Gaspar F, Gomes J. 2013. Eutrophication and Water
Quality In A Tropical Brazilian Estuary. Journal of Coastal Research. 65: 7-
12.
Amalia F J. 2010. Pendugaan Status Kesuburan Perairan Danau Lido. Bogor,
Jawa Barat, Melalui Beberapa Pendekatan, 24052228. [Skripsi]. Bogor;
Institut Pertanian Bogor.
Ati R N A, Kepel T L, Kusumaningtyas M A, Mantiri D M H, Hutahaean A A.
2016. Karakteristik dan Potensi Perairan Sebagai Pendukung Pertumbuhan
Lamun di Perairan Teluk Buyat dan Teluk Ratatotok, Sulawesi Utara. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. 23 (1): 342-348.
Asmara A. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi Fisika-
Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan, Yogyakarta: Kanisius. 258 hlm.
Irawati N. 2014. Pendugaan Kesuburan Perairan Berdasarkan Sebaran Nutrien
dan Klorofil-a di Teluk Kendari Sulawesi Tenggara. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo. Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya
Perairan. 194-200.
Isnaini N, Suryanti, Purnomo P W. 2015. Kesuburan Perairan Berdasarkan Nitrat,
Fosfat, dan Klorofil-a di Perairan Ekosistem Terumbu Karang Pulau
Karimunjawa. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.
4(2): 75-81.
Page 17
17
Marbun F. 2017. Asosiasi Gastropoda dengan Lamun di Perairan Kampung Bugis
Kabupaten Bintan. [Skripsi]. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali
Haji Tanjungpinang.
Marlian N, Damar A, Effendi H. 2015. The Horizontal Distribution Clorophyll-a
Fitoplankton as Indicator of the Tropic State in Waters of Meulaboh Bay,
West Aceh. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 20(3): 272–279.
Menteri Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 51 Tahun 2004. 1489-1498.
Riniatsih I. 2016. Distribusi Jenis Lamun dihubungkan dengan Sebaran Nutrien
Perairan di Padang Lamun Teluk Awur Jepara. Jurnal Kelautan Tropis.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. 19(2): 0853-
7291.
[SBE] 2011. Sea-Bird Electronics. SBE 43 Dissolved Oxygen Sensor –
Background Information, Deployment Recommendations, and Cleaning and
Storage. USA.
Sihombing R. F, Aryawati R., Hartoni. 2013. Kandungan Klorofil-a Fitoplankton
di Sekitar Perairan Desa Sungsang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan. Maspari Jurnal. 5(1): 34-39.
Vollenweider R A, Giovanardi F, Montanari G, Rinaldi A. 1998.
Characterization of the Trophic Conditions ff Marine Coastal Waters With
Special Reference to the nw Adriatic Sea: Proposal for a Trophic Scale,
Turbidity and Generalized Water Quality Index. Environmetrics. 9: 329-357.
Zulfia N, Aisyah. 2013. Status trofik Perairan Rawa Pening ditinjau dari
Kandungan Unsur Hara (NO3 dan PO4) Serta Klorofil-a. 5 (3): 189-199.