TINGKAT KEPUASAN PESERTA DIDIK TERHADAP PELAYANAN PROSES PEMBELAJARAN DI SMK AVERUS Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Rizky Nurmeida Sobari 1110018200037 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
120
Embed
TINGKAT KEPUASAN PESERTA DIDIK TERHADAP · PDF filependidik dan tenaga kependidikan turut ... Bapak dan Ibu dosen Fakultas ... dan menanamkan etos kerja yang akan menjadi penolong
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TINGKAT KEPUASAN PESERTA DIDIK TERHADAP
PELAYANAN PROSES PEMBELAJARAN
DI SMK AVERUS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Rizky Nurmeida Sobari
1110018200037
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
v
ABSTRAK
Rizky Nurmeida Sobari (NIM: 1110018200037). Tingkat Kepuasan PesertaDidik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus. SkripsiProgram Strata Satu (S-1), Program Studi Manajemen Pendidikan, FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tingkat
kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran di SMK Averus.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
dengan teknik survei untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta didik terhadap
pelayanan proses pembelajaran. Teknik pengambilan sampel yaitu random
sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk
pilihan yang menggunakan skala likert dengan 5 alternatif pilihan jawaban dan
sebagai data pembanding menggunakan wawancara, dengan mewawancarai 1
guru pelajaran, 1 guru BK, dan 1 pembina OSIS. Hasil yang ditemukan dalam
penelitian ini bahwa peserta didik merasa puas terhadap pelayanan proses
pembelajaran.
Berikut rekomendasi yang dapat diberikan agar pelayanan proses
pembelajaran di sekolah dapat berjalan maksimal. Pertama, menyediakan kotak
saran. Kedua, kepala sekolah harus memberikan kesan mendalam. Ketiga,
pendidik dan tenaga kependidikan turut memberikan pelayanan yang terbaik.
Keempat, sarana dan prasaranan yang menunjang kegiatan pelayanan proses
pembelajaran di SMK Averus.
Kata kunci: tingkat kepuasan peserta didik, pelayanan proses pembelajaran.
vi
ABSTRACT
Rizky Nurmeida Sobari (NIM: 1110018200037). Tingkat Kepuasan PesertaDidik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus. SkripsiProgram Strata Satu (S-1), Program Studi Manajemen Pendidikan, FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta 2014.
This research aims to identify and describe the level of satisfaction in the
learning process service at SMK Averus. Methods used by the author in this
research are descriptive analysis method with survey techniques to determine the
level of satisfaction with learning process service. Sampling technique that
random samples. Research instrument used was a questionnaire with form options
using a likert scale with 5 answer choices and alternatives as comparative data
using interviews and observation, with interviewe is 1 teacher lessons, 1 teacher
counseling, and 1 building OSIS. Result found un this study is the students are not
satisfied with the service learning process organized by the school. Research
results is students were satisfied of learning process service.
The are recommendations can be given so that the service learing process
can run up. First, provide a suggestion box. Second, the principal must give the
impression of depth. Third, teachers and also provide a good service. Fourth,
facilities and infrastructure that support the learning process of service at SMK
Averus.
Key word: the level of satisfaction of learners, service learning.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, anugerah dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini berisi tentang penelitian yang mengangkat tema Tingkat Kepuasan
Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di SMK Averus.
Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, beserta staf.
2. Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd., selaku Ketua Prodi Manajemen Pendidikan,
beserta staf.
3. Drs. H. Mu’arif SAM., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
4. Drs. H. Fathi Ismail, M.M., dosen Penasehat Akademik.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi
Manajemen Pendidikan.
6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan
pelayanannya dengan prima.
7. Kepala SMK Averus, Bapak H. A. Syarif, A. M. M,Pd., beserta dewan guru,
staf dan jajarannya yang memperkenankan penulis melakukan penelitian di
sekolah.
8. Ayahanda Didin Sobari (alm) dan Ibunda tercinta Mamah Entin Yohana, juga
Om Edi Kusmayadi yang telah memberikan banyak dukungan materi dan non
materi, yang tak dapat tergantikan hingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan studi ini.
9. Teteh, Dede, A adi, Abang Ghassa dan seluruh keluarga penulis yang
memberikan dorongan moral bagi penulis.
viii
10. Teman-teman Beloved MP-a, terkhusus kepada Silvia Khairunnisa, Jeani
Kartika, Evita Mawirianti, Faiz Biamrillah, Yusuf Amrulah, Sholahudin
Misbah, Irfan Ardian, Mardiyah, Nurull Aini Efendi serta the last name
Muhammad Nur Gunawan yang telah membantu menghilangkan kepenatan
dan memberikan dukungan saat penulis telah lelah untuk mengerjakan skripsi
ini.
Atas segala jerih payah dan kebaikan mereka selama ini, semoga Allah
membalasnya dengan balasan yang berlipat ganda. Amin.
Pada akhirnya, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis, dan umumnya bagi semua pembaca. Penulis sadar betul dalam
pembuatan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap
adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan dan
kemajuan penulis kedepan.
Jakarta, Oktober 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH .................................................i
3 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Erlanggan, 2009),Edisi 13, Jilid 2, h. 65
9
seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.4 Melalui proses pelayanan
yang berkesinambungan dengan melibatkan aktivitas orang lain,
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang ingin menjadi tujuan.
Dari beberapa definisi pelayanan di atas, pelayanan adalah suatu
kegiatan yang bersifat tidak berwujud, dan diberikan dari pihak produsen
kepada pihak konsumen dengan menggunakan fasilitas yang ada
sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan harapan dari konsumen.
Meskipun pelayanan memiliki sifat tidak berwujud, namun perlu adanya
standariasi pelayanan agar pelayanan yang dimenciptakan keseragaman
pelayanan.
Pelayanan merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak lama
oleh organisasi yang bergerak di bidang jasa. Dalam dunia pendidikan
yang juga merupakan bidang jasa, pelayanan diartikan proses perbaikan
mutu pendidikan. Dewasa ini, perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan sudah sangat maju, untuk itu sekolah dituntut untuk
melakukan perbaikan guna menyiapkan lulusan yang berkompeten sesuai
kebutuhan di masa yang akan datang dan dapat bersaing dengan yang
lain. Bukan hal yang mudah untuk mencetak lulusan yang berkompeten,
peserta didik perlu ditempa dengan proses pembelajaran yang baik
sehingga dapat sesuai dengan harapan.
“Kata pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction” yangbanyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistic, yang menempatkan peserta didik sebagai sumber darikegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi olehperkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudahpeserta didik mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macammedia seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio,dan lain sebagainya sehingga semua itu mendorong terjadinyaperubahan peran guru dalam mengelola proses belajar mengajar,dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitatordalam belajar mengajar”.5
4 A. S. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),h. 27
5 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Jakarta: Kencana, 2005), cet. 1, h. 78
10
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pembelajaran yang
mempunyai kata dasar “ajar” memiliki arti petunjuk yang diberikan
kepada orang supaya diketahui (diturut), sedangkan pembelajaran itu
sendiri memiliki arti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar.6
Menurut Hamzah B. Uno hakikat pembelajaran memiliki
perancangan atau perencanaan sebagai upaya untuk membelajarkan
peserta didik.7 Hal ini mengindikasikan adanya unsur kesengajaan dalam
proses pembelajaran, dan proses pembelajaran yang baik memiliki
perencanaan matang agar peserta didik yang dibelajarkan mendapatkan
tujuan dari proses pembelajaran.
Menurut Kokom Komalasari pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar
yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien.8 Pembalajaran sebagai suatu
sistem, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pada proses
evaluasi
Dari pendapat yang telah diuraikan di atas, pembelajaran
merupakan kegiatan terencana dalam bidang pendidikan dengan
menggunakan berbagai macam media dan sumber pelajaran agar dapat
mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien dengan peserta didik
sebagai subjeknya.
Beberapa definisi di atas tentang dua suku kata yaitu pelayanan
dan pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pelayanan pembelajaran
adalah proses menyiapkan kebutuhan peserta didik dari pihak sekolah
melalui aktivitas-aktivitas dalam dunia pendidikan yang menggunakan
berbagai fasilitas sekolah guna untuk meningkatkan kemampuannya
6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. cit, Cet Ke- III, h. 177 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet. 10, h. 2.8 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010),
cet. 1, h. 3
11
secara kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga dapat mencapai tujuan
sekolah secara efektif dan efisien.
Saat ini sekolah sebagai lembaga perndidikan formal yang
berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, sangat
penting memperhatikan pelayanan proses pembelajaran, karena
pelayanan proses pembelajaran sangat mempengaruhi kualitas lulusan di
sekolah tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, yang
meliputi: standar isi, proses, kompetensi, pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasaranan, pengelolaan, pembiayaan,
dan penilaian pendidikan.
Dalam pelayanan proses pembalajaran, banyak aspek yang perlu
diperhatikan, salah satunya adalah adanya tujuan yang ingin dicapai.
Pelayanan proses pembelajaran yang baik sudah tentu mempunyai tujuan.
Para ahli yang telah merumuskan tujaun tersebut, yang pada intinya
merujuk pada idealisme pembelajaran.
2. Tujuan Pelayanan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan
pembelajaran yang memberikan arah terhadap semua kegiatan dan bahan
yang disajikan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan
maksimal. Pada intinya, tujuan pembelajaran adalah tercapainya
perubahan perilaku atau kompetensi pada peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.9
Tujuan pembelajaran tidak melulu harus dengan penguasaan
materi, akan tetapi proses perubahan tingkah laku. Artinya dengan
adanya pelayanan proses pembelajaran peserta didik diharapkan dapat
merubah perilakunya ke arah yang lebih baik. Tujuan pelayanan proses
pembelajaran ini sifatnya tidak baku, dapat disesuaikan dengan
kemampuan sekolah, lingkungan dan sasaran pasar yang akan dituju. Bila
9 Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih, Kurikulum & PembelajaranKompetensi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), cet. 1, h. 105
12
disebutkan secara spesifik, tujuan dari pelayanan proses pembelajaran
yaitu untuk mengetahui:
a. Perbedaan hasil belajar yang akan diperoleh oleh peserta didik.b. Perbedaan hasil belajar pada pelaksanaan pembelajaran antara
peserta didik yang memiliki kecenderungan cara berpikirdivergen dan yang konvergen.
c. Pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan caraberpikir peserta didik terhadap hasil belajarnya di sekolah.10
Pada dasarnya, tujuan dari pelayanan proses pembelajaran
merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan berbanding lurus dengan tujuan dari proses pembelajaran.
Ketika proses pembelajaran mencapai tujuannya, maka disitulah adanya
peningkatan kualitas peserta didik yang berdampak pada peningkatan
kualitas pendidikan.
Ketika tujuan pelayanan proses pembelajaran tercapai, maka
sekolah dianggap telah berhasil mengoptimalkan seluruh komponen yang
dimilikinya, seluruh anggota sekolah menjalankan dengan baik fungsi-
fungsinya. Banyak keuntungan yang akan diraih oleh seluruh anggota
sekolah ketika tujuan dari pelayanan proses pembelajaran dapat
terpenuhi, salah satunya adalah berdampak pada citra atau penilaian yang
baik bagi sekolah tersebut. Jika penilaian dari pihak luar terhadap sekolah
baik, tentu ini akan menjadi keuntungan bagi pihak sekolah karena akan
ada banyak calon peserta didik yang berminat untuk bersekolah atau
lembaga pendidikan tersebut.
Nina Rahmayanti juga mengemukakan pendapatnya mengenai
keuntungan yang akan diraih ketika tujuan dalam pelayanan proses
pembelajaran dapat tercapai, yaitu:
a. Mencegah berpalingnya pelanggan dan membangun
kesetiaan pelanggan atau customer loyality
b. Memberikan rasa puas dan kepercayaan pada konsumen
10 Sri Minarti, Manajemen Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 177-178
13
c. Tetap menjaga dan merawat (maintance) agar pelanggan
merasa diperhatikan dan dipentingkan segala kebutuhannya
atau harapannya11
Ini artinya, sekolah mendapatkan banyak keuntungan ketika
pelayanan proses pembelajaran dapat tercapai, peserta didik atau
masyarakat yang menggunakan pelayanan jasa di sekolah akan
menimbulkan rasa kesetiaan, dan kepercayaan. Selain itu, ketika
kesetiaan dan kepercayaan peserta didik terhadap pelayanan sekolah
menimbulkan nilai baik bagi citra sekolah. peserta didik/masyrakat yang
merasa puas akan pelayanan yang diberikan oleh sekolah secara tidak
langsung akan menjadi salles dengan menceritakan kelebihan yang
dimiliki oleh sekolah.
3. Macam-macam Pelayanan Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotorik, menunjukkan adanya aktivitas akademik. Pelayanan
proses pembelajaran modern tidak baku pada proses pembelajaran di
kelas, yang terbatas oleh ruang dan waktu, seluruh ruang di lingkungan
sekolah dapat dijadikan tempat untuk pelayanan proses pembelajaran,
karena peningkatan kemampuan yang diinginkan peserta didik bukan
hanya pada aspek kognitif.
Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kurikulum.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum erat kaitannya
dengan proses pembelajaran yang sama-sama bertujuan untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Dalam dunia pendidikan formal, kegiatan
Dari berbagai uraian tentang pelayanan dan pembelajaran, maka
yang dimaksud dengan pelayanan proses pembelajaran adalah suatu
17
kegiatan yang bersifat tidak berwujud, dan diberikan dari pihak sekolah
kepada pihak peserta didik dengan menggunakan fasilitas yang ada
sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan harapan dari peserta didik
untuk meningkatkan kemapuan yang dimiliki dengan menggunakan
kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kokurikuler. Kegiatan-
kegiatan tersebut pada intinya adalah bertujuan untuk meningkatkan
potensi yang dimiliki peserta didik, hanya saja terdapat perbedaan pada
aspek antara lain (1) sifat kegiatan; (2) waktu pelaksanaan; (3) sasaran
dan tujuan program; (4) teknis pelaksanaan dan; (5) evaluasi dan
kriteria keberhasilan.
Bila dilihat dari sifat kegiatan, kegitan intrakurikuler merupakan
kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap peserta didik. Kegiatan
intrakurikuler bersifat mengikat. Program kurikuler berisi berbagai
kemampuan dasar dan kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta
didik di suatu tingkat sekolah (lembaga pendidikan). Oleh karenanya
maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh pencapaian peserta didik
pada tujuan kegiatan kurikuler ini.
Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang sangat erat sekali dan
menunjang serta membantu kegiatan intrakurikuler biasanya
dilaksanakan di luar jadwal intrakurikuler dengan maksud agar peserta
didik lebih memahami dan memperdalam materi yang ada di
intrakurikuler, biasanya kegiatan ini berupa penugasan atau pekerjaan
rumah ataupun tindakan lainnya yang berhubungan dengan materi
intrakurikuler yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Sehingga
kegiatan ini memiliki sifat yang wajib untuk diikuti oleh peserta didik.
Sebaliknya, kegiatan ektrakurikuler lebih bersifat sebagai
kegiatan penunjang untuk mencapai program kegiatan kurikuler serta
untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas. Sebagai kegiatan
penunjang, maka kegiatan ekstrakurikuler sifatnya lebih luwes dan
tidak terlalu mengikat. Keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan
18
ekstrakurikuler yang diprogramkan lebih bergantung pada bakat, minat,
dan kebutuhan peserta didik itu sendiri.
Apabila ditinjau dari waktu pelaksanaan, Kegiatan intrakurikuler
memiliki waktu pasti dan tetap, dilaksanakan sekolah secara terus-
menerus setiap hari sesuai dengan kalender akademik. Untuk kegiatan
kokurikuler dilakukan di luar jadwal kegiatan proses belajar mengajar.
Sedangkan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sangat
bergantung pada sekolah yang bersangkutan, lebih bersifat fleksibel dan
dinamis.
Dilihat dari unsur sasaran dan tujuan, sebagai kegiatan inti
persekolahan yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik. Kegiatan
intrakurikuler dan kokurikuler berhubungan dengan kegiatan untuk
menumbuhkan kemampuan akademik peserta didik, sementara kegiatan
ekstrakurikuler lebih menumbuhkan pengembangan aspek-aspek lain
seperti pengembangan minat, bakat, kepribadian, dan kemampuan
sebagai makhluk sosial, juga tentu saja sebagai pembantu pencapaian
tujuan kegiatan kurikuler.
Demikian pula pada teknis pelaksanaan, terdapat perbedaan pada
kegiatan-kegiatan tersebut. Teknis pelaksanaan kegiatan intrakurikuler,
sebagai kegiatan inti persekolahan, sangatlah ketat dan teratur, dengan
struktur program yang pasti sesuai kalender akademik, kegiatan
kurikuler berada di bawah tanggung jawab guru bidang studi atau guru
kelas. Walaupun kegiatan kokurikuler memiliki kesamaan tanggung
jawab yaitu di bawah guru bidang studi, tetapi kegiatan kokurikuler
tidak masuk dalam struktur program yang pasti sesuai kalender
akademik. Sementara itu kegiatan ekstrakurikuler, penanggung
jawabnya dapat guru kelas, guru bidang studi yang mungkin lebih
bersifat kerjasama, sesuai dengan keahlian para guru tersebut untuk
bidang-bidang tertentu. Bahkan tak jarang sekolah mempekerjakan
tenaga dari luar untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler, di mana
19
tenaga luar tersebut memiliki keahlian-keahlian khusus yang
diprogramkan pada kegiatan ekstrakurikuler.
Perbedaan yang terakhir ada pada evaluasi dan kriteria
keberhasilan, pada aspek ini, kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler
memiliki kesamaan. Keberhasilan kegiatan intrakurikuler dan
kokurikuler ditentukan oleh keberhasilan peserta didik dalam
menguasai kompetensi yang sesuai dengan kurikulum yang
diberlakukan oleh sekolah, untuk melihat keberhasilan kegiatan tersebut
dan cara mengevaluasinya ditentukan dengan menggunakan tes. Pada
kegiatan ekstrakurikuler, kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh
proses dan keikutsertaan dalam kegiatan itu. Analisis dan evaluasi
keberhasilan dilakukan secara kualitatif.
B. Kepuasan Terhadap Pelayanan Pembelajaran
1. Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan sudah menjadi tujuan dari adanya pelayanan
dan konsep yang sentral dari manajemen pemasaran, terutama dalam
konteks organisasi profit. Tak jauh halnya dengan organisasi profit,
organisasi non-profit seperti sekolahpun memiliki tujuan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan agar pelanggan merasa puas. kendati
demikian, kepuasan pelanggan memiliki kontribusi yang krusial pada
sejumlah aspek, seperti meningkatkan loyalitas pelanggan, meningkatkan
reputasi sekolah dan menarik minat masyrarakat. Agar kepuasan
pelanggan dapat diraih, maka harus dipahami terlebih dahulu makna dari
kepuasan pelanggan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kepuasan mempunyai
kata dasar “puas” yang berarti merasa senang (lega, gembira, kenyang,
dsb karena sudah terpenuhi hasrat hatinya), sedangkan kata kepuasan
itu sendiri memiliki arti perihal (yang bersifat) puas; kesenangan;
20
kelegaan dsb.16 Maknanya rasa puas seseorang akan timbul ketika suatu
hasratnya terpenuhi.
Richard L. Oliver menyatakan kepuasan pelanggan adalah
“perasaan senang atau kecewa yang didapatkan seseorang dari
membandingkan antara kinerja (atau hasil) produk yang dipersepsikan
dengan ekspektasinya”.17 perasaan kecewa akan muncul ketika harapan
peserta didik tidak sesuai dengan kenyataan yang diterimanya.
Menurut Newstrom & Davis kepuasan juga diartikan sebagai
perasaan senang atau tidak senang yang relatif.18 Reaksi yang berbeda
akan ditunjukkan oleh pelanggan ketika telah menggunakan pelayanan
jasa, tergantung pada kebutuhan dan harapan. Perasaan senang akan
muncul apabila kebutuhan dan harapannya telah terpenuhi, atau bahkan
sebaliknya, akan menimbulkan perasaan tidak senang ketika harapan
dan kebutuhannya tidak terpenuhi.
Kepuasan pelanggan menurut Richard F. Gerson adalah persepsi
pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui.19
Pelanggan sebagai penikmat jasa, akan memberikan penilaiannya
terhadap pelayanan yang dirasakan ketika harapannya telah terpenuhi.
Day sebagaimana dikutip oleh Fandy Tjiptono mengemukakan
kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma
kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang disarankan setelah
pemakaian.20 Peserta didik akan merespon harapannya terhadap
pelayanan dan kinerja dari proses pelayanan yang menimbulkan tingkat
kepuasan.
Engel, et al. yang dikutip oleh Fandy Tjiptono juga
mendefinisikan tentang kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purnabeli
16 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. cit, Cet Ke- III, h. 90217 Zulkarnain, Ilmu Menjual, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 12118 Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Peserta didik (Bogor: Graha
Indonesia, 2010), h 3219 Richard F. Gerson, Mengukur Kepuasan Pelanggan, (Jakarta: PPM, 2001), h. 320 Fandy Tjiptono, Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi Offset, 1998), h. 102
21
di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau
melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila
hasil (outcome) tidak memenuhi harapan.21 Rasa puas atau tidak puas
akan muncul ketika pelanggan atau peserta didik mengevaluasi
pelayanan setelah membeli pelayanan tersebut apakah memuaskan
harapan atau tidak.
Philip Kotler, kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya
terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.22
Kepuasan peserta didik ada pada harapannya, harapan peserta didik
terhadap pelayanan sekolah yang terpenuhi akan berdampak pada
munculnya rasa senang atau puas, dan sebaliknya bila harapan peserta
didik terhadap pelayanan proses pembelajaran di sekolah tidak
terpenuhi maka yang muncul adalah rasa kecewa.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan merupakan perasaan senang atau tidak senang yang timbul
ketika pelanggan telah menggunakan produk atau jasa tertentu dan akan
berbanding lurus dengan pengorbanan yang dilakukan.
Kepuasan pelanggan merupakan orientasi dari organisasi yang
bergerak di bidang jasa, sama halnya seperti sekolah yang produknya
berbentuk jasa. Bila berbicara sekolah, pelanggan yang dibicarakan
adalah peserta didik. Peserta didik merupakan pelanggan yang
merasakan langsung bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pihak
sekolah.
Menurut ketentuan umum Undang-undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
21 Ibid22 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (Jakarta: PT Prenhallindo, 1980), h. 36
22
tertentu.23 Peserta didik merupakan subjek pendidikan yang ingin
meningkatkan kemampuan yang dimiliki melalui proses pendidikan
yang ditempuh melalui pendidikan formal, informal atau non-formal
dengan tingkatan mulai dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi.
Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem
pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan,
sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional (Oemar Hamalik, Kurikulum dan pembelajaran).24
Peserta didik akan mendapatkan proses pembelajaran di sekolah untuk
peningkatan kualitasnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Uraian di atas memiliki makna bahwa kepuasan peserta didik
adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik, baik sikap
positif maupun sikap negatif atas adanya kesesuaian antara harapan
mereka terhadap pelayanan proses pembelajaran yang diterimanya. Jika
pelayanan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
peserta didik, maka peserta didik akan puas dan merasa senang, begitu
juga sebaliknya, jika pelayanan proses pembelajaran tidak sesuai
dengan harapan peserta didik, maka peserta didik akan merasa tidak
puas dan kecewa.
Banyak hal yang dapat menimbulkan ketidakpuasan peserta
didik, diantaranya yaitu ketidaksuaian antara harapan peserta didik
tentang pelayanan pembelajaran yang diberikan oleh sekolah dengan
kenyataan yang dialami; pelayanan pendidikan yang tidak memuaskan;
personil sekolah yang kurang menyenangkan; suasana dan kondisi fisik
bangunan yang kurang mendukung; serta lingkungan sekolah yang
kurang menunjang untuk proses pembelajaran; ekstrakulikuler sekolah
yang kurang menarik minat peserta didik; hingga pada rendahnya
prestasi yang diraih oleh peserta didik
23 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2011), h. 5
didik, peluang membuat keputusan, bangunan sekolah, komunikasi, dan
teman-teman sekolah26. Perencanaan yang baik hingga pada evaluasi
yang baik pula, sangat dibutuhkan untuk menimbulkan kepuasan
peserta didik apabila hal-hal sekolah berorientasi terhadap kepuasan
peserta didik.
2. Harapan Pelanggan
Harapan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) berasal
dari kata harap yang artinya mohon; minta; hendaklah, sedangkan
harapan itu sendiri mempunyai arti "sesuatu yang diharapkan" atau
"keinginan supaya menjadi kenyataan"27. Jadi harapan peserta didik
adalah sesuatu yang diinginkan peserta didik supaya menjadi nyata.
25 Rambat Lupiyoadi – A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: SalembaEmpat, 2009), h. 192
26 Popi Sopiatin, op. cit., h. 3427 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. cit, Cet Ke- III, h. 388
24
Harapan peserta didik terbentuk karena adanya pengalaman akan
pelayanan sekolah yang sebelumnya, nasihat teman dan orang tua serta.
Jika pihak sekolah memberikan harapan terlalu tinggi, pelanggan akan
merasa sangat kecewa ketika harapannya tidak terpenuhi, sebaliknya
jika sekolah memberikan harapan terlalu rendah, maka para pelanggan
tidak akan tertarik.
Harapan setiap peserta didik tentunya berbeda, hal ini didasari
akan adanya faktor budaya, lingkungan, dan tingkat sosial keluarga,
misalnya bagi peserta didik yang berasal dari keluarga dengan tingkat
sosial tinggi, tentunya mempunyai harapan untuk bisa melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, lain halnya ketika peserta didik
yang berasal dari tingkat sosial keluargnya kurang tinggi akan
mempunyai harapan bahwa sekolah dapat memberikan kehidupan yang
lebih sejahtera dimasa yang akan datang. Jadi dengan adanya
pemenuhan harapan-harapan dari peserta didik, maka peserta didik akan
merasa puas terhadap sekolah.
Kepuasan peserta didik itu sendiri, akan memberikan beberapa
manfaat, diantaranya (Fandy Tjiptono, 1994):
a. Hubungan antara perusahaan/sekolah dengan parapelanggannya menjadi harmonis
b. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulangc. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggand. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang
menguntungkan bagi perusahaan/sekolahe. Reputasi perusahaan/sekolah menjadi baik di mata
pelangganf. Laba yang diperoleh dapat meningkat28
Peserta didik tentunya ingin mendapatkan kepuasan atas
pelayanan yang diberikan oleh sekolah, harapan tersebut akan
berbanding lurus dengan apa yang telah dikorbankan. Salah satu
contohnya seperti biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh orang tua
peserta didik cukup mahal, maka harapan kepuasan yang diinginkan
oleh mereka pun akan tinggi.
28 Fandy Tjiptono, loc. cit.,
25
Kaitan antara kepuasan pelanggan dan kesetiaan pelanggan
bersifat proporsional, bila kepuasan pelanggan diberi peringkat skala
satu sampai dengan lima, pada level satu atau bisa dikatakan bahwa
kepuasan yang dirasakan oleh peserta didik rendah, maka para
pelanggan cenderung menjauhi perusahaan dan menyebarkan cerita
jelek tentang perusahaan tersebut. Namun jika kepuasan pelanggan
berada pada level lima, maka pelanggan akan membeli ulang dan
bahkan menyebarkan pujian tentang perusahaan.
Harapan peserta didik tidak hanya menguntungkan peserta didik
itu sendiri, melainkan juga pihak sekolah selaku organisasi penyedia
jasa, dari harapan yang muncul akan menimbulkan penilaian terhadap
sekolah, penilaian itu bisa berbentuk kritik atau saran, yang nantinya
akan dijadikan bahan pertimbangan oleh pihak sekolah dalam
menentukan kebijakan di masa yang akan datang.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
Peserta didik akan merasa puas terhadap pelayanan proses
pembelajaran di sekolah ketika kebutuhan dan keingiannya terpenuhi,
maka berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
peserta didik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan peserta didik
serupa halnya sasaran yang digunakan dalam meningkatkan kepuasan.
Menurut Freddy Rangkuti, ada 7 faktor yang mempengaruhi
kepuasan pelanggan, yaitu: a) Nilai; b) Daya saing; c) Persepsi
pelanggan; d) Harga; e) Citra; f) Tahap pelayanan; g) Momen
pelayanan; h) Tingkat kepentingan pelanggan.29 Bila dijabarkan
keterkaitannya dengan pelayanan pembelajaran di sekolah adalah
sebagai berikut:
a) Nilai. merupakan pengkajian secara menyeluruh manfaat dari
suatu produk, yang didasari oleh persepsi pelanggan setelah.
29 Freddy Rangkuti, Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan &Analisis Kasus PLN – JP, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 30-35
26
Peserta didik sebagai penikmat jasa pelayanan proses
pembelajaran di sekolah mengharapkan manafaat atau nilai
setalah mendapatkan pelayanan sekolah, ketika peserta didik
telah dilayani oleh sekolah belum tentu jasa tersebut bernilai
bagi pelanggan itu, semakin bernilai suatu produk, semakin
bertambahlah kebutuhan pelanggan yang dapat dipenuhi oleh
produk tersebut.
b) Daya saing, pelayanan proses pembelajaran di sekolah harus
bisa bersaing dengan produk jasa lain agar menarik minat
pelanggan. Agar dapat bersaing, sekolah harus memiliki
keunikan dibandingkan dengan produk lain yang sejenis.
c) Persepsi pelanggan, ini berkaitan dengan pengalaman
pelayanan proses pembelajaran yang telah diterima oleh
peserta didik, ketika peserta didik sebagai pelanggan memiliki
persepsi yang tinggi akan pelayanan yang akan diterimanya,
maka semakin tinggi pula pengorbanan yang akan diberikan.
d) Harga, biasanya harga yang murah namun pelayanan yang baik
maka akan memberikan kepuasan yang tinggi bagi pelanggan
atau peserta didik.
e) Citra, citra yang buruk akan mudah menimbulkan persepsi
buruk terhadap pelayanan proses pembelajaran, begitupun
sebaliknya jika citra pelayanan proses pembelajaran yang baik
akan mudah dimaafkan oleh peserta didik atas suatu kesalahan,
meskipun tidak untuk kesalahan yang selanjutnya.
f) Tahap pelayanan, kepuasan peserta didik pada pelayanan
proses pembelajaran di sekolah akan dirasakan ketika
pelayanan tersebut mencapai tahap-tahap tertentu.
g) Momen pelayanan, yang menimbulkan kepuasan peserta didik
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: pelayanan, proses
pelayanan dan lingkungan fisik di mana pelayanan diberikan.
27
h) Tingkat kepentingan pelanggan, peserta didik yang
mempunyai kepentingan tinggi terhadap pelayanan proses
pembelajaran yang tinggi, maka akan tinggi pula pelayanan
yang harus diberikan oleh pihak sekolah.
Menurut Ririn Tri Ratnasari dan Mastuti H. Aksa ada lima
faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, yaitu sebagai berikut:
a) Kualitas produk, b) Kualitas pelayanan, c) Emosional, d) Harga, e)
Biaya.30 Bila diuraikan keterkaitannya dengan pelayanan di sekolah,
adalah sebagai berikut:
a) Kualitas Produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil
mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan
berkualitas sesuai dengan harapan dan kebutuhan.
b) Kualitas Pelayanan, yaitu pelanggan akan merasa puas bila
mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan
yang diharapkan. Pelayanan yang diberikan akan meninggalkan
kesan pada peserta didik yang menerima pelayanan jasa
pendidikan di sekolah, dan akan memberikan hasil atau
kesimpulan terhadap pelayanan yang telah dirasakan.
c) Emosional, yaitu pelanggan akan merasa bangga dan
mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap
dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang
cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk
tetapi sosial atau self esteem yang membuat pelanggan merasa
puas terhadap merek tertentu.
d) Harga, maksudnya adalah pelanggan sekolah atau peserta didik
dan orang tua sesungguhnya tidak akan sungkan untuk
mengeluarkan biaya yang lebih agar mendapatkan pelayanan
prima dari sekolah, namun bila produk yang mempunyai
30 Ririn Tri Ratnasari dan Mastuti H. Aksa, Teori dan Kasus Manajemen Pemasaran,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 117-118
28
kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah
akan memberikan nilai kepuasan yang lebih tinggi kepada
pelanggan.
e) Biaya, yaitu pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya
tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk
mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap
produk atau jasa tersebut. Jumlah biaya bagi konsumsi adalah
sekelompok biaya yang diharapkan pelanggan atau peserta
didik dalam evaluasi menerima dan menggunakan barang atau
jasa tersebut.
Sedangkan menurut Richard F. Gerson kepuasan konsumen
dapat diciptakan melalui 10 sasaran manajemen proaktif. Yaitu: a)
Setiap orang bekerja untuk pelanggan, b) Mengenali pelanggan secara
akrab, c) Membangun mutu dalam produk, d). Mengembangkan gairah
yang digunakan dalam penelitian terhadap pelayanan sekolah, merujuk
pada faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan jasa. Adapun
menurut Berry dan Parasuraman (dalam Alma, 2005) mengemukakan
bahwa ada lima faktor yang menetukan kualitas pelayanan jasa,
diantaranya:
a. Keandalan, berkaitan dengan kemampuan guru dalammemberikan pelayanan proses belajar mengajar yangbermutu sesuai dengan yang dijanjikan, konsisten, sertasekolah mengembangkan kurikulum yang sesuai dengankebutuhan dan harapan peserta didik.
b. Daya tangkap, adalah kesediaan personil sekolahmendengarkan dan mengatasi keluhan peserta didik yangberhubungan dengan masalah sekolah yang menyangkutmasalah belajar-mengajar ataupun masalah pribadi.
c. Kepastian, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (terbitanBalai Pustaka, 2001) pengertiannya adalah keadaan yangpasti. Peserta didik memilih sekolah sebagai tempat untukbelajar dan mengembangkan potensi yang dimilikinyaberdasarkan informasi, baik dari sekolah maupun orang lain,dan juga berdasarkan persepsi dirinya terhadap sekolahtersebut.
32
d. Empati, dalam pemahaman psikologi adalah keadaan mentalyang membuat seseorang merasa dirinya dikeadaan perasaanorang lain. Sikap empati yang menimbulkan kepuasan pesertadidik atas pelayanan yang diberikan salah satu contohnyaadalah personil sekolah (guru, kepala sekolah, dan stafadministrasi) dapat memahami peserta didik dengan caramengindera perasaan peserta didik dan memperhatikankepentingan mereka.
e. Berwujud, pelayanan/jasa tidak dapat dilihat, diraba, dandicium, maka aspek berwujud atau dalam kata lain memilikibentuk fisik merupakan suatu hal yang sangat penting dalammengukur pelayanan, karena peserta didik akanmenggunakan indera penglihatannya untuk menilai kualitassuatu pelayanan sekolah. Yang meliputi: bangunan,kebersihan lingkungan, taman, laboratorium, lapangan danfasilitas fisik lainnya.32
Dari beberapa teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas jasa, dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.Teori
ini digunakan dalam penelitian karena mampu mengakomodasi dan
mewakili obyek-obyek kualitas produk dan kualitas pelayanan dari
produk yang di teliti.
Meskipun setiap persepsi peserta didik terhadap konsep
kepuasan tidak dapat disamaratakan, tetapi sekolah masih bisa
menggunakan faktor-faktor penentu kualitas jasa sebagai indikator
kepuasan peserta didik, agar pelayanan yang diberikan tidak berbeda
kepada setiap peserta didik, dan juga dapat memudahkan apabila
sekolah akan mengevaluasi kepuasan peserta didik terhadap pelayanan
sekolah.
C. Kerangka Berpikir
Kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses pembelajaran di
sekolah terindikasi ketika harapan peserta didik dapat terpenuhi, peserta didik
tentu saja mengharapkan bahwa ketika menggunakan pelayanan jasa sekolah,
32 Popi Sopiatin, op. cit, h. 40-42
33
ia akan memiliki peningkatan dalam kemampuan baik dari sisi pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan yang diberikan oleh pihak sekolah.
Peningkatan kemampuan yang dimiliki peserta didik, sudah pasti
didapatkan ketika peserta didik menggunakan pelayanan dalam proses
pembelajaran, banyak yang harus diperhatikan oleh pihak sekolah dalam
memberikan pelayanan proses pembelajaran, misalnya keandalan pendidik
dalam memberikan materi, metode-metode pembelajaran yang digunakan,
hasil evaluasi belajar peserta didik, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan proses pembelajaran. Hal ini tidak semudah yang
dibayangkan, banyak faktor-faktor penghambat dalam mencapai tujuan
kepuasan peserta didik. Namun jika sekolah memfokuskan masalah kepuasan
peserta didik dengan serius, bukan tidak mungkin kepuasan peserta didik
dapat tercapai.
Tercapainya kepuasan akan memberikan penilaian yang baik dari
peserta didik kepada pihak sekolah yang artinya akan memberikan
keuntungan bagi semua pihak yang terlibat. Jika sekolah berorientasi pada
kepusan pelanggan, pihak sekolah harus berbenah diri dalam meningkatkan
kepercaya pelanggan, meningkatkan daya tangkap yang baik agar tidak
mengulangi kesalahan, cepat dan tanggap menangani keluhan, dan
memberikan kepastian dalam pelayanan dan berempati pada masalah yang
dialami oleh peserta didik serta lebih meningkatkan fasilitas sekolah.
Untuk memperjelas kerangka berpikir, maka dibuatkan gambar 2.1
kerangka pemikiran sebagai berikut:
34
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
INPUT PROSES
OUTPUT
FEED BACK
KEADAAN NYATA
1. Pelayanan dalam prosespembelajaran yangbelum efektif
2. Jam belajar yang padatsehingga berkurangnyawaktu berkunjung keperpustakaan
3. Pelayanan yang kurangramah dari tenagaadministrasi
4. Tenaga pendidik dalambidang pelayananbimbingan dan konselingyang kurangberkompeten
5. Layanan khusus berupakantin sekolah yangtidak cukup untukmenampung jumlahpeserta didik
6. Saran atau keluhanpeserta didik belumdigunakan sebagai alatevaluasi pelayanan diSekolah
y = skor yang diperoleh dari subjek seluruh item∑ = Jumlah skor dalam distribusi X∑ = Jumlah skor dalam distribusi Y∑ 2= Jumlah skor kuadrat pada masing-masing skor X∑ 2 = Jumlah skor kuadrat pada masing-masing skor YN = Jumlah responden
Koefisien validitas dianggap valid jika rhitung>ttabel pada a = 1%
Sebelum angket disebarkan kepada peserta didik yang
berjumlah 115 orang, terlebih dahulu angket diujicobakan kepada
peserta didik yang berjumlah 25 orang untuk diuji validitasnya.
Setelah dihitung dengan menggunakan perangkat lunak
Microsoft excel, hasil uji coba angket kepada 25 responden dengan 40
item soal, memiliki tingkat validitas sebanyak 26 item soal yang sudah
mewakili setiap indikator, sedangkan 14 item soal yang dinyatakan
tidak valid, pertanyaannya dihapus. Angket yang telah diujicobakan
kepada peserta didik, disebarkan kembali yang validnya saja kepada
115 responden di SMK Averus. (lihat lampiran 7).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk memenuhi syarat bagi validitas
tes, sebelum menghitung reliabilitas instrumen seluruh item, pada
umumnya untuk menghitung reliabilitas instrumen terlebih dahulu
menghitung varians seluruh item dengan menggunakan rumus varians.
40
Varians Butir (Si2) =∑x² (∑ )²
N
Varians Total (St2) = ∑x² (∑ )²
N
Sedangkan untuk menghitung reliabilitas instrumen semua
item menggunakan rumus Alpha
rumus Alpha r11 = 1 − ∑Keterangan:
∑x2 = Jumlah skor kuadrat pada masing-masing skor X
r11 = Koefisien reliabilitas tes
N = Banyaknya butir item
1 = Bilangan konstan
∑ Si2 = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
Si2 = Varian skor dari tiap-tiap butir item
St2 = Varian total
(lihat lampiran 8)
b. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data digunakan untuk memberikan keterangan data
yang telah dikumpulkan agar semua data dapat dipahami dengan baik, data
yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan deskriptif
anaisis. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau
gambaran variabel yang diteiti berdasarkan tanggapan responden. Untuk
itu digunakan rumus:
P = FN x 100%
Keterangan:
P : Angka Prosentase
F : Frekuensi Jawaban
N : Jumlah Responden
41
c. Teknik Interpretasi Data
Untuk memberikan interpretasi data atas niai rata-rata yang
diperoleh, digunakan pesoman untuk interpretasi data sebagai berikut:
1) Sangat Puas, jika total nilai berada pada interval 84,1% ─100%
2) Puas, jika total nilai berada pada interval 68,01%─84,00%
3) Cukup Puas, jika total nilai berada pada interval 52,01%─68,00%
4) Tidak Puas, jika total nilai berada pada interval 36,01%─52,00%
5) Sangat Tidak Puas, jika total nilai berada pada interval 20,00%
─36%4
Untuk menentukan prosentase, digunakan penghitungan sederhana
dengan langkah-langkah berikut:
a. Menentukan nilai harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan
mengalikan jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi.
b. Menghitung nilai skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata
sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.
c. Menentukan kategori dengan rumus:
P = NSNHX 100%G. Instrumen Penelitian
1. Defini konseptual
Secara konseptual kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses
pembelajaran adalah keadaan dimana terpenuhinya harapan dan kebutuhan
tentang pelayanan proses pembelajaran yang diinginkan oleh peserta didik
akan layanan yang diberikan oleh pihak sekolah meliputi pelayanan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
2. Definisi operasional
Secara operasional yang dimaksud dengan kepuasan peserta didk
adalah skor yang dirasakan responden dalam menjawab pelayanan proses
pembelajaran yang diberikan oleh pihak sekolah dengan skala 1, 2, 3, 4, 5
4 Umi Narimawati, dkk, Penulisan Karya Ilmiah, (Bekasi: Genesis, 2010), h. 46.
42
sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan pada kriteria-kriteria
pelayanan proses pembelajaran yang termuat dalam 3 dimensi dan terbagi
menjadi 10 indikator.
3. Kisi-kisi instrumen
a. Kisi-Kisi AngketTabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket
Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah
Pelayanan
Intrakurikuler
1. Kemahiran guru dalam
menyampaikan materi
2. Ketepatan waktu pelayanan
yang telah dijadwalkan
3. Penggunaan media
pembelajar
4. Jenis evaluasi yang dilakukan
5. Memperhatikan kebutuhan
peserta didik
1, 2, 3, 4, 5, 6
7, 8
9, 10
11,12
13,14
6
2
2
2
2
Pelayanan
Kokurikuler
1. Kesesuaian penugasan
dengan materi yang telah
disampaikan
2. Kemudahan dalam pelayanan
bimbingan dan konseling
3. Evaluasi yang dilakukan
15
16, 17
18
1
2
1
Pelayanan
Ekstrakurikuler
1. Kehandalan tenaga
pelatih/pembina.
2. Jenis-jenis kegiatan yang
diselenggarakan sekolah.
19, 20, 21, 22
23, 24, 25, 26
4
4
Jumlah 26
43
b. Pedoman wawancaraTabel 3.5
Kisi-kisi Pedoman WawancaraNo. Dimensi Pertanyaan
1.
Pelayanan
intrakurikuler
1. Macam-macam jenis pelayanan intrakurikuler di
sekolah.
2. Bagaimana pelayanan intrakurikuler di sekolah
dilakukan dengan bukti fisik, keandalan, daya
tangkap, jaminan, dan empati.
3. Kendala dalam memberikan pelayanan intrakurikuler
di sekolah.
4. Solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala
pelayanan intrakurikuler di sekolah
2.
Pelayanan
kokurikuler
1. Macam-macam jenis pelayanan kokurikuler di
sekolah.
2. Bagaimana pelayanan kokurikuler di sekolah
dilakukan dengan bukti fisik, keandalan, daya
tangkap, jaminan, dan empati.
3. Kendala dalam memberikan pelayanan kokurikuler
di sekolah.
4. Solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala
pelayanan kokurikuler di sekolah
3.
Pelayanan
ekstrakurikuler
1. Macam-macam jenis pelayanan ekstrakurikuler di
sekolah.
2. Bagaimana pelayanan ekstrakurikuler di sekolah
dilakukan dengan bukti fisik, keandalan, daya
tangkap, jaminan, dan empati.
3. Kendala dalam memberikan pelayanan
ekstrakurikuler di sekolah.
44
4. Solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala
pelayanan ekstrakurikuler di sekolah
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMK Averus
SMK Averus berdiri sejak tahun 1992 di bawah naungan yayasan
Averus Jaya. Berdirinya SMK Averus adalah perwujudan dari guru-guru
idealis yang ingin memiliki lembaga pendidikan yang lebih baik. Hal ini
dilatarbelakangi oleh rasa kecewa guru-guru tersebut terhadap manajemen
sekolah yang sebelumnya, di mana tidak adanya perhatian dan kepedulian
pemilik sekolah kepada guru-guru dalam masalah kesejahteraan dan
penggajian. 15 guru pendiri SMK Averus, yaitu: Effendi HK, S.H, M.H, H.
Djunaidi Abdillah, H. Marzuki Halim, H. Satiri Ahmad, H. Mursalim,
Muslim, S.H, Drs. H.A. Syarif A. Muthalib, M.Pd, Drs. H. M. Yusuf AB,
M.M, Abdurrahman, H. Barhalim, Muhdi Yasin, Drs. Hasanudin, Drs.
Usman, Ahmad Sajadi, Hasbah, S.E.
Perubahan nama SMK Averus, didasari oleh peraturan pemerintah saat
itu yang mengharuskan penyelenggaran pendidikan kejuruan tingkat
menengah mengubah nama dari SMEA menjadi SMK. Nama Averus
diambil dari nama cendikiawan muslim yang cerdas dan rajin membaca
yakni Ibnu Rusydi, nama beliau dipanggil oleh orang barat yaitu Averus,
maka dipilih lah nama tersebut yang bertujuan agar sekolah yang nantinya
akan melahirkan cendikiawan Islam yang cerdas dan rajin membaca.
Berlokasi di Bintaro, dengan memiliki dua kejuruan yaitu akuntansi dan
penjualan.1
Pada tahun 2001, SMEA Averus berpindah lokasi ke Jln. Ciputat Raya
No.11. Pondok Pinang─Jakarta Selatan dan berganti naman menjadi SMK
1 Wawancara dengan Kepala SMK Averus
46
Averus. Perkembangan SMK Averus di rasa sangat signifikan dari waktu ke
waktu, ini terlihat ketika SMK Averus menambahkan program kejuruannya,
sehingga menjadi akuntansi, penjualan dan perkantoran. Dan dengan jumlah
murid yang terus bertambah dari tahun ke tahun, namun pengurangan siswa
di SMK Averus terjadi ketika diberlakukannya kurikulum 2013 yang mana
mengharuskan sekolah memaksimalkan jam belajar siswa dan melarang
sekolah untuk membuka kelas siang. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan
pihak sekolah, terbukti karena kini SMK Averus memiliki akreditasi A
dalam setiap jurusannya, artinya SMK Averus bisa memberikan pelayanan
yang baik dan dapat memberikan kepuasan bagi setiap siswanya.
Pada saat ini, SMK Averus memiliki 18 ruang kelas dengan 740
siswa, dibimbing oleh 45 orang guru dan dibantu 11 karyawan. Setiap
lembaga pendidikan pasti memiliki visi, yaitu gambaran masa depan yang
diinginkan oleh sekolah, agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin
kelangsungan hidup dan perkembangannya. Gambaran tersebut harus
berdasarkan yuridis, yaitu undang-undang pendidikan dan sejumlah
peraturan pemerintah yang berlaku guna tujuan ketercapaian tujuan
pendidikan nasional sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan yang
bersangkutan.
Sedangkan misi adalah tindakan untuk mewujudkan visi tersebut.
Karena visi harus mengakomodasi semua kelompok kepentingan yang
terkait dengan sekolah, maka misi juga dapat diartikan sebagai tindakan
untuk memenuhi kepentingan masing-masing kelompok yang terkait dengan
sekolah. Visi yang dijalankan SMK Averus Pondok Pinang adalah: “SMK
Averus membentuk peserta didik yang beriman, bertaqwa, berakhlak
mulia, profesional dan memiliki jiwa wirausaha serta mampu
berkompetisi global”
47
Misi yang dijalankan sebagai berikut:
1. Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa
2. Menghasilkan lulusan yang berkarakter baik
3. Mendidik dan melatih peserta didik sesuai dengan kebutuhan dunia
kerja
4. Menghasilkan lulusan yang berkompetensi sesuai bidang keahliam
5. Meningkatkan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri dalam
rangka penempatan kerja.
SMK Averus memiliki perkembangan yang cukup signifikan dalam
kurun waktu 3 tahun terakhitr, berbagai prestasi telah didapat, terutama
dalam bidang non akademik. (lihat lampiran 4). Perkembangan ini tentunya
dipengaruhi dari kepemimpinan yang telah berganti selama beberapa dekade,
diantaranya:
1) Drs. Abdul Rahman Muhammad 1992 - 2000
2) Drs. H. A. Syarif Abdul Muthalib, M.Pd 2000 – sekarang
2. Sarana dan Prasarana SMK AverusBila dilihat di SMK Averus sendiri, sarana dan prasarana yang
digunakan untuk pelayanan proses belajar mengajar sudah cukup baik,
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik tanpa mengalami
hambatan. (lihat lampiran 1)
3. Keadaan Guru SMK AverusGuru-guru di SMK Averus terdiri dari 45 orang, terdiri dari 21 orang
guru pria dan 24 orang guru wanita. Guru-guru di averus ini ulusan dari
perguruan tinggi negeri maupun swasta yang mengajar sesuai dengan
keahlian yang dimiliki. (lihat lampiran 2)
48
4. Keadaan Staf dan Karyawan SMK AverusUntuk membantu kelancaran administrasi sekolah, staf dan karyawan
SMK Averus berjumlah 11 orang, terdiri dari 8 orang laki-laki dan 3 orang
perempuan. Staf di SMK Averus memiliki beberapa bagian, tiap-tiap bagian
sudah dibagi dan ada yang mengerjakan tugasnya masing-masing. (lihat
lampiran 3)
5. Kurikulum SMK Averus
SMK Averus selalu mengikuti peraturan pendidikan nasional
mengenai kurikulum, sesuai dengan peraturan yang terbaru, SMK Averus
pun menerapkan kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajarnya. Hal ini
dilakukan agar peserta didik menjadi beriman, bertaqwa, berakhlak mulia,
profesional dan memiliki jiwa wirausaha serta mampu berkompetisi global.
6. Struktur OrganisasiSMK Averus Pondok Pinang dipimpim oleh seorang kepala sekolah
dan dibantu oleh 4 (empat) orang wakil kepala sekolah yang masing-masing
meliputi:
a. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan
b. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum
c. Wakil kepala sekolah bidang sapras
d. Wakil kepala sekolah bidang dunia usaha/dunia industry (DUDI)
Selain itu, dibantu oleh ketua program keahlian serta kepala tata
usaha dan sejumlah staf dan karyawannya. (lihat lampiran 5)
B. Deskripsi, Analisis dan Interpretasi Data
Untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta didik terhadap pelayanan
proses pembelajaran di SMK Averus yang dibagi dalam tiga dimensi, yaitu
pelayanan intrakurikuler, pelayanan kokurikuer, dan peayanan ekstrakurikuler,
penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data, yakni melalui
angket, wawancara dan observasi. Adapun hasil penelitian sebagai berikut:
49
1. Pelayanan Intrakurikuler
Setelah dilakukan observasi dan wawancara, pelayanan intrakurikuler
di SMK Averus samahalnya pada lembaga pendidikan formal lainnya,
pelayanan intrakurikuler dilakukan ketika di dalam ruang kelas, dimulai dari
pukul 7:00 WIB sampai 14:20 WIB untuk hari senin s/d rabu, dan untuk hari
kamis s/d jumat dimuali dari 7:00 WIB sampai 15:00 dengan durasi waktu
setiap jam pelajaran adalah 45 menit.
Setelah bel mata pelajaran pertama, guru-guru baru berjalan ke kelas
masing-masing, terkadang juga ada guru yang tidak bergegas langsung masuk
kelas karena harus menyeesaikan tugas yang lain.
Bila kondisi di dalam ruang kelas, meskipun sudah dilakukan piket
kelas oleh siswa, siswa diperintahkan untuk membersihkan kembali ruang
kelas mereka agar terasa nyaman, dan bangku-bangku juga meja, baik itu
meja guru atau meja siswa dirapihkan. Setelah guru merasa kelas sudah cukup
nyaman dan efektif untuk memulai pembelajaran, maka siswa-siswa
dipersilahkan untuk duduk di bangku masing-masing.
Tanpa harus diperintah, biasanya para siswa tahu bahwasannya setiap
proses pembelajaran akan dimulai, diharuskan untuk berdoa bersama. Setelah
itu, kehadiran siswa setiap harinya diabsen oleh guru, setiap guru akan
mencatat kehadiran siswa dalam absen kelas dan absen milik pribadi, dan
mencatata kegiatan serta materi apa saja yang disampaikan pada sat
pertemuan tersebut dalam buku agenda kelas dan buku agenda milik pribadi.
Awal kegiatan pelayanan pembelajaran mengacu pada kegiatan
pembelajaran sebelumnya, apabila pada pertemuan sebelumnya guru
memberikan tugas kepada siswa, biasanya tugas dikumpulkan pada awal
pembelajaran untuk dilakukan pengoreksian bersama agar siswa memahami
materi yang disampaikan sebelumnya. Jika tidak diberikan tugas pada
pertemuan sebelumnya, maka guru melakukan apersepsi untuk menarik fokus
siswa pada materi yang akan disampaikan.
50
Kegiatan inti pembelajaran biasanya dilakukan hanya dengan
memberikan materi dengan metode ceramah, metode ini dianggap paling
efektif, sebab melihat latar belakang siswa di sekolah sebelumnya dan sisi
psikologis siswa yang lebih banyak cenderung kurang bersemangat dalam
mengikuti proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran cenderung
pasif dan satu arah. Pada mata pelajaran tertentu, siswa diharuskan menghapal
beberapa kosa kata, seperti mata pelajaran bahasa asing. Tetapi tidak sedikit
juga guru yang menerapkan pembelajaran aktif dalam kelas, melakukan
permainan pembelajaran agar menarik minat belajar siswa kemudian
memberikan reward serta punishment, sehingga meningkatkan semangat
belajar siswa. Hal ini dipengaruhi materi apa yang akan disampaikan.
Media pembelajaran yang digunakan guru-guru cukup beragam,
penggunaan LCD, dan membuat power point sudah banyak dilakukan guru-
guru dan memang sudah difasilitasi oleh sekolah, praktik-praktik dalam mata
pelajaran tertentupun sering diberikan di dalam ruang kelas, di luar ruang
kelas maupun di dalam ruang laboratorium, sebagian guru ada yang
memfasilitasi lebih para siswa, contohnya dengan penggunaan speaker untuk
pelajaran yang membutuhkan audio dan audio visual.
Penggunaan bahasa guru saat mengajar dinilai sudah baik, guru
mencontohkan bagaimana cara berbicara yang baik dan benar. Keluhan siswa
saat proses pembelajaran menjadi bahan pertimbangan guru selanjutnya dalam
penyampaian materi. Siswa juga sering dipersilahkan mengutarakan
pendapatnya dan bertanya jika memang terdapat materi-materi yang kurang
dipahami.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru memberikan pertanyaan
terkait, menyimpulkan, dan memberikan tugas sesuai dengan materi yang
telah disampaikan. Dan pelayanan yang terakhir dalam pelayanan
intrakurikuler adalah evaluasi, evaluasi lebih sering menggunakan tes yang
diadakan setiap selesai selesai bab atau disebut dengan ulangan harian,
51
kemudian ada ulangan tengah semester, dan yang terakhir ulangan akhir
semester. Namun ada juga guru yang memberikan penilaian pada sisi afektif
serta psikomotorik siswa dalam buku agenda pribadi. Kegitan remedial
mempunyai jadwal yang dilakukan di akhir semester seletah UAS untuk
mempersingkat waktu. (lihat lampiran 9)
Data yang terkumpul dari hasil angket yang telah disebar kepada 115
responden di SMK Averus akan diolah dengan tujuan untuk memberikan
penjelasan. Untuk memudahkan menganalisa data, hasil pengolahan penelitian
ini akan dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
a) Kemahiran guru dalam menyampaikan materi
Tabel 4.1
Motivasi yang diberikan guru dalam setiap proses pembelajaran
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
1. Sangat puas 21 18,26
Puas 51 44,35
Cukup puas 41 35,65
Tidak puas 1 0,87
Sangat tidak puas 1 0,87
Jumlah (N) 115 100
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa secara umum tingkat
motivasi yang diberikan guru dalam setiap proses pembelajaran dirasa
puas oleh peserta didik. Ini terlihat ketika prosentase dan frekuensi dari
alternatif jawaban puas menunjukkan angka yang paling tinggi, yaitu
44,35% dan 51 responden/peserta didik yang merasa puas.
52
Tabel 4.2
Semangat guru dalam kegiatan pembelajaran
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
2. Sangat puas 25 21,74
Puas 43 37,39
Cukup puas 35 30,43
Tidak puas 11 9,57
Sangat tidak puas 1 0,87
Jumlah (N) 115 100
Dari tabel di atas, diketahui bahwa semangat guru dalam kegiatan
pembelajaran dirasa puas oleh responden/peserta didik, terlihat jelas ketika
alternatif jawaban puas memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan
alternatif jawaban yang lainnya, yaitu mendapatkan 43 responden yang
memberikan skor puas dan mendapat 37,39%.
Tabel 4.3
Kesesuaian metode belajar yang digunakan dengan materi pelajaran
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
3. Sangat puas 16 13,91
Puas 48 41,74
Cukup puas 40 34,78
Tidak puas 10 8,70
Sangat tidak puas 1 0,87
Jumlah (N) 115 100
Prosentase di atas menunjukkan bahwa 41,74% peserta didik
menjawab puas, ini artinya metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran sudah sesuai dengan materi pelajaran. Sedangkan 34,78%
peserta didik menjawab cukup puas.
53
Tabel 4.4
Pemberian waktu tunggu dalam waktu jeda kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
4. Sangat puas 16 13,91
Puas 35 30,43
Cukup puas 51 44,35
Tidak puas 12 10.43
Sangat tidak puas 1 0,87
Jumlah (N) 115 100
Pada tabel di atas, nilai yang tertinggi dimiliki oleh alternatif
jawaban cukup puas, yaitu sebesar 44,35%. Ini menunjukkan adanya
belum maksimal pelayanan terhadap pemberian waktu tunggu dalam
waktu jeda untuk menjawab pertanyaan.
Tabel 4.5
Kemampuan guru dalam menciptakan kelas yang kondusif sehingga
siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
5. Sangat puas 18 15,65
Puas 49 42,61
Cukup puas 28 24,35
Tidak puas 15 13,04
Sangat tidak puas 5 4,35
Jumlah (N) 115 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam
menciptakan kelas yang kondusif sehingga peserta didik dalam berperan
54
aktif dalam proses pembelajaran di kelas memiliki nilai yang puas karena
mendapatkan prosentase yang paling tinggi yaitu 42,61%.
Tabel 4.6
Kepedulian guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar di
kelas
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
6. Sangat puas 21 18,26
Puas 57 49,57
Cukup puas 31 26,96
Tidak puas 5 4,35
Sangat tidak puas 1 0,87
Jumlah (N) 115 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa kepedulian guru terhadap siswa
yang mengalami kesulitan belajar di dalam kelas dirasa puas oleh
responden/peserta didik, hal ini terlihat ketika prosentase yang didapatkan
oleh alternatif jawaban puas lebih unggul dibandingkan dengan alternatif
jawaban yang lain, yaitu 49,57%
b) ketepatan waktu pelayanan yang telah dijadwalkan
Tabel 4.7
Kedisiplinan guru terkait dengan waktu masuk kelas
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
7. Sangat puas 14 12,17
Puas 28 24,35
Cukup puas 47 40,87
Tidak puas 23 20,00
Sangat tidak puas 3 2,61
55
Jumlah (N) 115 100
Pada tabel di atas, 40,87% atau sekitar 47 responden/peserta didik
menjawab cukup puas terhadap pelayanan kedisiplinan guru terkait waktu
masuk kelas.
Tabel 4.8
Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan kalender akademik
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
8. Sangat puas 20 17,39
Puas 32 27,83
Cukup puas 53 46,09
Tidak puas 10 8,70
Sangat tidak puas 0 0
Jumlah (N) 115 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa 53 peserta didik/responden
memilih alternatif jawaban cukup puas dalam pertanyaan kesesuaian
kegiatan pembelajaran dengan kalender akademik.
c) Penggunaan media pembelajaran
Tabel 4.9
Kelengkapan media pembelajaran di sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
9. Sangat puas 25 21,74
Puas 40 34,78
Cukup puas 29 25,22
Tidak puas 17 14,78
Sangat tidak puas 4 3,48
Jumlah (N) 115 100
56
Prosentase di atas menunjukkan bahwa 34,78% peserta didik
merasa kelengkapan media pembelajaran di sekolah sudah puas. sekolah
berhasil memberikan pelayanan tersebut dengan baik.
Tabel 4.10
Perawatan dan pengadaan media pembelajaran di sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
10. Sangat puas 11 9,57
Puas 49 42,61
Cukup puas 38 33,04
Tidak puas 13 11,30
Sangat tidak puas 4 3,48
Jumlah (N) 115 100
Dari tabel di atas dilihat bahwa 42,61% peserta didik/responden
merasakan puas terhadap perawatan dan pengadaan media pembelajaran
di sekolah. Perawatan dan pengadaan media pembelajaran di sekolah telah
dilakukan baik oleh sekolah sehingga dinilai puas oleh peserta didik.
d) Jenis evaluasi yang dilakukan
Tabel 4.11
Keberagaman cara mengevaluasi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
11. Sangat puas 14 12,17
Puas 40 34,78
Cukup puas 58 50,43
Tidak puas 1 0,87
Sangat tidak puas 2 1,74
Jumlah (N) 115 100
57
Tabel di atas menunjukkan bahwa peserta didik/responden
merasakan cukup puas dalam menentukan perasaanya menjawab
pertanyaan tentang keberagaman cara mengevalasi, hal ini terihat jelas
ketika prosentase alternatif jawaban cukup puas mengungguli pilihan
alternatif jawaban yang lainnya yaitu sebanyak 50,43%.
Tabel 4.12
Catatan/komentar guru terhadap hasil evaluasi/tes/tugas
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
12. Sangat puas 14 12,17
Puas 47 40,87
Cukup puas 40 34,78
Tidak puas 12 10,43
Sangat tidak puas 2 1,74
Jumlah (N) 115 100
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa 40,87% peserta
didik/responden menyatakan puas terhadap catatan/komentar guru
terhadap hasil evauasi/tes/tugas, ini artinya bahwa setiap tugas/tes yang
dikerjakan oleh peserta didik mendapatkan kritik atau saran yang dapat
dijadikan bahan perbaikan oleh peserta didik.
e) Memperhatikan kebutuhan peserta didik
Tabel 4.13
Kesesuaian pelayanan yang diberikan oleh sekolah dengan kebutuhan
siswa
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
10. Sangat puas 11 9,57
Puas 40 34,78
58
Cukup puas 47 40,87
Tidak puas 13 11,30
Sangat tidak puas 4 3,48
Jumlah (N) 115 100
Tabel di atas melihatkan bahwa 40,87% peserta didik/responden
menjawab cukup puas dalam memberikan jawaban pertanyaan tentang
kesesuaian pelayanan yang diberikan oleh sekolah dengan kebutuhan
siswa.
Tabel 4.14
Sikap sekolah dalam menanggapi keluhan siswa
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
14. Sangat puas 15 13,04
Puas 34 29,57
Cukup puas 39 33,91
Tidak puas 21 18,26
Sangat tidak puas 6 5,22
Jumlah (N) 115 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa 33,91% peserta didik/responden
menjawab cukup puas dalam merasakan pelayanan sikap sekolah dalam
menanggapi keluhan siswa. Namun keraguan peserta didik dalam
menjawab pertanyaan tersebut ditunjang dengan jawaban puas sebanyak
29,57%.
Dimensi intrakurikuer memiliki 5 indikator, diantaranya: kemahiran
guru dalam menyampaikan materi, ketepatan waktu pelayanan yang telah
dijadwalkan, penggunaan media pembelajaran, jenis evaluasi yang dilakukan
dan memperhatikan kebutuhan peserta didik. Dimensi ini terdiri dari 14
59
soal/item yang kemudian dihitung menggunakan nilai harapan sebagai
berikut:
Tabel 4.15
Interpretasi Data Dimensi Intrakurikuler
Indikator SkorNH
(Nilai Harapan)
NS
(Niai
Skor)
x
100%Kategori
Kemahiran guru
dalam
menyampaikan
materi
2513 5 x 6 = 30
2513115 =
21,85
21,8530 x
100%
= 72,
83%
Puas
Ketepatan
waktu
pelayanan yang
telah
dijadwalkan
779 5 x 2 = 10779115 =
6,77
6,7710 x
100% =
67,7%
Cukup
puas
Penggunaan
media
pembelajar
805 5 x 2 = 10 805115 = 7
710 x
100% =
70%
Puas
Jenis evaluasi
yang dilakukan812 5 x 2 = 10
812115 =
7,06
7,0610 x
100% =
70,6%
Puas
Memperhatikan
kebutuhan
peserta didik
762 5 x 2 = 10762115 =
6,63
6,6310 x
100% =
66,3%
Cukup
puas
Jumlah 5671 70 = , x Puas
60
49,31 100% =
70,44%
Tabel di atas menginterpretasikan setiap indikator dalam dimensi
intrakurikuler. Indikator kemampuan guru dalam menyampaikan materi
memiliki 6 item soal dan memperoleh nilai prosentase 83% berada pada
kriteria puas, artinya guru-guru di SMK Averus dapat dinyatakan berhasil
dalam pelayanan proses pembelajaran. Pada indikator ketepatan waktu
peayanan yang telah dijadwalkan memiliki 2 item soal dan mendapatkan
prosentase sebanyak 67,7% yang berada dalam kategori cukup puas.
Kemudian indikator penggunaan media pembelajaran memiliki 2 item soal
dan mendapatkan 70% prosentase nilai yang artinya berada dalam kategori
puas. Selain itu pada indikator jenis evaluasi yang dilakukan memiliki 2 item
soal dan memperoleh 70,6% yang juga dapat dikatakan dalam kategori puas.
Dan indikator terakhir dalam dimensi ini adalah memperhatikan kebutuhan
peserta didik, indikator ini memiliki 2 item soal dan memperoleh prosentase
nilai sebanyak 66,3%, artinya indikator ini pun memiliki kategori cukup puas.
Bila dihitung secara keseluruhan dengan cara yang sama, dimensi
intrakurikuler mendapatkan nilai prosentase 70,44%, dan berada dalam
kategori puas.
2. Pelayanan Kokurikuler
Pelayanan kokurikuler di SMK Averus terdiri dari Penugasan, BK,
perpustakaan dan pembinaan bela negara. yang dibina oleh 3 guru BK, 1
orang guru sebagai pustakawan dan pada penugasan tergantu pada guru mata
pelajaran masing-masing.
61
Untuk penugasan, tidak dilakukan observasi karena keterbatasan dan
banyaknya kendala yang dihadapi penulis, seperti banyaknya siswa, kendala
biaya, serta keterbatsan waktu.
Kegiatan BK dibimbing oleh 3 guru BK dengan background yang
sesuai. Pelayanan dilakukan hanya ketika siswa mempunyai masalah,
pelayanan konsultasi yang diberikan guru BK sangat fleksibel, tidak terbatas
pada waktu dan tempat. waktu konsultasi di sediakan guru BK bisa kapan
saja selama dalam waktu yang wajar, dan tempat konsultasi pun tidak dibatasi,
pelayanan konsultasi bisa langsung mendatangi guru BK di ruang BK atau di
ruang guru. Pelayanan konsultasi juga bisa dilakukan melalui media, (HP,
internet, dll).
Kegiatan pencegahan masalah yang disediakan sekolah, biasanya
diadakan kerjasama dengan pihak polisi dan BNN. Hal ini dilakukan agar
adanya efek jera sekaligus teguran hebat bagi siswa yang melakukan
pelanggaran tata tertib sekolah, misalnya siswa kedapatan membawa narkoba,
senjata tajam, atau siswa terlibat tauran.
Perpustakaan adalah sarana penunjang kegiatan pembelajaran siswa,
seharusnya perpustakaan bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya, namun
perpustakaan di SMK Averus pemanfaatannya kurang maksimal,
penyebabnya adalah kurangnya minat baca dan minat berkunjung siswa
sehingga guru pengelola perpustakaan merasa tidak perlu membuka
perpustakaan setiap waktu, koleksi perpustakaan di SMK Averus terbilang
cukup lengkap dan dapat menunjang proses pembelajaran. Program bela
negara tidak memiliki kegiatan apapun, tidak ada guru pembina, tidak ada
tugas yang jelas, manfaat hingga tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan ini
pun tidak ada( lihat lampiran 10).
62
Untuk memudahkan menganalisa data, hasil pengolahan penelitian ini
akan dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
a) Kesesuaian penugasan dengan materi yang telah disampaikan
Tabel 4.16
Kesesuaian pemberian tugas dengan materi yang diajarkan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
15. Sangat puas 13 11,30
Puas 54 46,96
Cukup puas 42 36,52
Tidak puas 5 4,35
Sangat tidak puas 1 0,87
Jumlah (N) 115 100
Tabel di atas melihatkan bahwa 46,96% peserta didik menjawab
puas terhadap kesesuaian pemberian tugas dengan materi yang diajarkan.
Ini berarti sebelum tugas-tugas diberikan, guru telah membahas materi
tersebut di kelas secara bersama.
b) Kemudahan dalam pelayanan bimbingan dan konseling
Tabel 4.17
Kemudahan bimbingan dan konseling di luar jadwal bimbingan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
16. Sangat puas 14 12,17
Puas 27 23,48
Cukup puas 51 44,35
Tidak puas 21 18,26
Sangat tidak puas 2 1,74
Jumlah (N) 115 100
63
44, 35% atau sekitar 51 responden/peserta didik menjawab
kemudahan bimbingan dan konseling di luar jadwal bimbingan memiliki
prosentase paling tinggi pada alternatif jawaban cukup puas.
Tabel 4.18
Keramahan guru BK dalam memberikan layanan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
17. Sangat puas 23 20,00
Puas 34 29,57
Cukup puas 39 33,91
Tidak puas 13 11,30
Sangat tidak puas 6 5,22
Jumlah (N) 115 100
Gambaran tabel di atas mengungkapkan para peserta didik merasa
cukup puas tentang keramahan guru BK dalam memberikan layanan,
dapat dilihat ketika alternatif jawaban cukup puas mendapatkan
prosentase paling tinggi yaitu 33,91%.
c) Evaluasi yang dilakukan
Tabel 4.19
Pemberian umpan balik terhadap siswa
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
18. Sangat puas 14 12,17
Puas 40 34,78
Cukup puas 54 46,96
Tidak puas 6 5,22
Sangat tidak puas 1 0,87
Jumlah (N) 115 100
64
Pemberian umpan balik terhadap siswa memperlihatkan
prosentase alternatif jawaban cukup puas tertinggi yaitu 46,96%,
sedangkan 34,78% peserta didik menjawab puas. Maka, pelayanan ini
terlihat lebih condong pada sifat puas peserta didik.
Dimensi kokurikuler memiliki 3 indikator, diantaranya: kesesuaian
penugasan dengan materi yang telah disampaikan, kemudahan dalam
pelayanan bimbingan dan konseling. Dan evaluasi yang dilakukan. Dimensi
ini terdiri dari 4 soal/item yang kemudian dihitung menggunakan nilai harapan
sebagai berikut:
Tabel 4.20
Interpretasi Data Pelayanan Kokurikuler
Indikator SkorNH
(Nilai Harapan)
NS
(Niai
Skor)
x
100%Kategori
Kesesuaian
penugasan
dengan materi
yang telah
disampaikan
405 5 x 1 = 5
405115 =
3,52
3,525 x
100%
= 70,4%
Puas
Kemudahan
dalam
pelayanan
bimbingan dan
konseling
775 5 x 2= 10230115 =
6,74
6,7410 x
100% =
67,4%
Cukup
puas
Evaluasi yang
dilakukan418 5 x 1 = 5
418115 =
3,63
3,635 x
100% =
72,6%
Puas
65
Jumlah 1588 20=
13,82
, x
100% =
69,05%
Puas
Pada tabel di atas menginterpretasikan setiap indikator pada dimensi
kokurikuler. Indikator kesesuaian penugasan dengan materi yang telah
disampaikan memiliki 1 item soal dan mendapatkan nilai prosentase sebesar
70% sehingga berada daam kategori puas. Selanjutnya pada indikator
kemudahan dalam pelayanan bimbingan dan konseling memiliki 2 item soal
dan meraih prosentase sebesar 67,4%, indikator ini pun dikategorikan cukup
puas. Serta indikator terakhir dalam dimensi kokurikuler adalah evaluasi yang
dilakukan, memiliki 1 item soal dan mendapatkan 72,6% sehingga berada
dalam kategori puas. Kemudian apabila dihitung keseluruhan, dimensi
kokurikuler memiliki 4 item soal dan mendapatkan nilai prosentase sebanyak
69,05% sehingga dimensi ini berada dalam kategori puas.
3. Pelayanan Ekstrakurikuler
Jenis ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh SMK Averus adalah
futsal, bola basket, pencak silat, pecinta alam, bola voly, rohis, marawis dan
hadrah, pramuka, dan paskibra.
Kegiatan pelayanan ekstrakurikuler yang diberikan sekolah dinilai baik
untuk meningkatkan kemampuan siswa, hal terbukti bahwa banyaknya
prestasi yang telah diraih dari berbagai kegiatan.
Prestasi-prestasi yang diraih, tentu saja terdapat campur tangan pelatih
yang handal, meskipun terkadang pelatih yang didatangkan hanya alumni, hal
ini tidak melunturkan prestasi-prestasi yang diraih, pelatih yang didatangkan
memberikan latihan fisik, permainan dan teori agar ekstrakurikuler yang
66
dilakukan lebih bermanfaat. Di luar jam latihan, para siswa menganggap
pelatih tidak hanya dianggap sebagai pelatih saja namun juga sering dijadikan
teman berbagi dalam menyelesaikan masalah pribadi. Selain itu, sarana dan
prasarana dinilai menunjang ekstrakurikuler, sekolah menjadikan keluhan
siswa sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, dan pihak
sekolah sangat memfasilitasi para siswanya yang akan melakukan kegiatan
ekstrakurikuler. (lihat lampiran 11)
Untuk memudahkan menganalisa data, hasil pengolahan penelitian ini
akan dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
a) Tenaga pelatih/pembina yang handal
Tabel 4.21
Keahlian Pembina/pelatih dengan ekstrakurikuler yang dibinanya
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
19. Sangat puas 22 19,13
Puas 34 29,57
Cukup puas 41 35,65
Tidak puas 14 12,17
Sangat tidak puas 4 3,48
Jumlah (N) 115 100
Pada tabel di atas, 35,65% peserta didik merasa cukup puas dalam
menjawab pertanyaan keahlian pembina/pelatih dengan ekstrakurikuler
yang dibinanya.
Tabel 4.22
Keterampilan Pembina/pelatih ekstrakurikuler
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
20. Sangat puas 15 13,04
Puas 41 35,65
Cukup puas 42 36,52
67
Tidak puas 13 11,30
Sangat tidak puas 4 3,48
Jumlah (N) 115 100
Keterampilan pembina/pelatih ekstrakurikuler memiliki prosentase
yang menarik, selisih 1 peserta didik saja yang menjawab cukup puas
dengan puas, prosentase yang diraih oleh alternatif jawaban cukup puas
mengungguli dari pada aternatif jawaban puas, yaitu 36,52% dengan
35,65%.
Tabel 4.23
Kemampuan Pembina/pelatih
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
21. Sangat puas 19 16,52
Puas 41 35,65
Cukup puas 44 38,26
Tidak puas 8 6,96
Sangat tidak puas 3 2,61
Jumlah (N) 115 100
Kemampuan pembina/pelatih dijawab peserta didik dengan
aternatif jawaban tertinggi yaitu Cckup puas, prosentase yang didapat
oleh alternatif jawaban cukup puas sebanyak 38,26%, peserta didik
merasa biasa saja dalam menjawab pertanyaan ini. Dan berbeda sedikit
dengan alternatif jawaban puas yang memiliki 35,65% peserta
didik/responden.
68
Tabel 4.24
Keramahan pemina/pelatih
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
22. Sangat puas 16 13,91
Puas 50 43,48
Cukup puas 40 34,78
Tidak puas 9 7,83
Sangat tidak puas 0 0
Jumlah (N) 115 100
Keramahan pembina/pelatih memiliki tingkat puas yang paling
tinggi yaitu 43,48%, artinya pembina/pelatih ekstrakurikuler memiliki
tingkat keramahan yang baik, hal ini akan berdampak pada kerajinan
peserta didik dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan peningkatan
kemampuan non-akademis peserta didik.
b) Jenis-jenis kegiatan yang diselenggarakan sekolah
Tabel 4.25
Daya tarik ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh pihak sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
23. Sangat puas 11 9,57
Puas 42 36,52
Cukup puas 41 35,65
Tidak puas 13 11,30
Sangat tidak puas 8 6,96
Jumlah (N) 115 100
Tabel ini memperlihatkan prosentase yang menarik antara
alternatif jawaban puas dengan cukup puas. Alternatif jawaban puas
memiki prosentase sebanyak 36,52% dan alternatif jawaban cukup puas
69
memiliki prosentase sebanyak 35,65% sebagian besar peserta didik
menjawab puas akan daya tarik ekstrakurikuler yang diselenggarakan di
sekolah, namun masih banyak juga peserta didik yang cukup puas atau
biasa saja dalam menjawab soal pelayanan di atas.
Tabel 4.26
Ekstrakurikuer yang diselenggarakan oleh sekolah menarik minat
siswa
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
24. Sangat puas 14 11,30
Puas 36 31,30
Cukup puas 40 34,78
Tidak puas 17 14,78
Sangat tidak puas 9 7,83
Jumlah (N) 115 100
Ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah menarik minat
siswa dengan prosentase alternatif jawaban cukup puas paling tinggi yaitu
34,78%. Peserta didik merasa biasa saja dalam menjawab pertanyaan di
atas, diikuti oleh peserta didik yang menjawab soal di atas dengan
aternatif jawaban puas sebanyak 31,30%.
Tabel 4.27
Kesesuaian ekstrakurikuler dengan minat siswa
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
25. Sangat puas 15 13,04
Puas 32 27,83
Cukup puas 46 40,00
Tidak puas 19 16,52
70
Sangat tidak puas 3 2,61
Jumlah (N) 115 100
Pada tabel di atas, 40,00% peserta didik menjawab cukup puas
dalam pertanyaan kesesuaian ekstrakurikuler dengan minat siswa. Bisa
jadi banyak peserta didik yang tidak mengikuti ekstrakurikuler sehingga
mereka tidak merasakan apapun dalam menjawab soal di atas.
Tabel 4.28
Kemampuan ekstrakurikuler mengembangkan minat dan bakat
siswa
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
26. Sangat puas 23 20,00
Puas 47 40,87
Cukup puas 29 25,22
Tidak puas 11 9,57
Sangat tidak puas 5 4,35
Jumlah (N) 115 100
40,87% atau sekitar 47 peserta didik menyatakan bahwa
kemampuan ekstrakurikuler mengembangkan minat dan bakat siswa
adalah puas. Ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah dirasa mampu
mengembangkan minat dan bakat peserta didik, tentu ini menjadi poin
lebih untuk sekolah ketika mampu meningkatkan kemampuan peserta
didik di luar sisi akademis.
Dimensi eksrakurikuer memiliki 2 indikator, diantaranya: tenaga
pelatih/pembina yang handal dan jenis-jenis kegiatan yang diselenggarakan
sekolah. Dimensi ini terdiri dari 8 soal/item yang kemudian dihitung
menggunakan nilai harapan sebagai berikut:
71
Tabel 4.29
Interpretasi Data Pelayanan Ekstrakurikuler
Indikator SkorNH
(NilaiHarapan)
NS
(Niai
Skor)
x
100%Kategori
Tenaga
pelatih/pembina
yang handal.
1624 5 x 4 = 20
1624115 =
14,12
14,1220 x
100%
= 70,6%
Puas
Jenis-jenis
kegiatan yang
diselenggarakan
sekolah
1551 5 x 4 = 20
230115 =
13,49
13,4920 x
100% =
67,45%
Cukup
puas
Jumlah 3175 40=
27,61
, x
100% =
69,03%
Puas
Pada tabel di atas menginterpretasikan setiap indikator pada dimensi
ekstrakurikuler. Indikator tenaga pelatih/pembina yang handal memiliki 4
item soal dan mendapatkan nilai prosentase sebesar 70,6% sehingga berada
dalam kategori puas. Dan pada indikator jenis-jenis kegiatan yang
diselenggarakan sekolah memiliki 4 item soal dan meraih prosentase sebesar
67,45%, indikator ini pun dikategorikan cukup puas. Kemudian apabila
dihitung secara keseluruhan, dimensi ekstrakurikuler memiliki 8 item soal dan
mendapat 69,03% sehingga dimensi ini dapat dikategorikan puas.
72
Tabel 4.31
Interpretasi Data Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan
Proses Pembelajaran di SMK Averus
Dimensi SkorNH
(Nilai Harapan)
NS
(Niai Skor)x 100% Kategori
Intrakurikuler 5671 70 5671115 = 49,31
49,3170 x 100%
= 70,44%Puas
Kokurikuler 1588 20 1588115 = 13,8
13,820 x 100% =
69%Puas
Ekstrakurikuler 3175 40 1036115 = 27,61
27,6140 x 100%
= 69,03%Puas
Jumlah 10434 130=
90,73
, x 100%
= 69,79Puas
73
BAB V
PENUTUP
A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian tanggapan peserta didik terhadap pelayanan
proses pembelajaran di sekolah maka ditemukan hasil sebagai berikut:
1. Per Dimensi
Pelayanan proses pembelajaran yang memiliki nilai kepuasan
tertinggi ada pada dimensi intrakurikuler dengan prosentase 70,44% dan
pelayanan yang memiliki nilai kepuasan terendah ada pada dimensi
ekstrakurikuler dengan prosentase 69,03%. Hal yang menarik adalah ketika
pelayanan pada dimensi intrakurikuler memiliki prosentase tertinggi
mengenai kepuasan, tetapi terdapat pula indikator yang memiliki prosentase
nilai tertinggi dan terendah. indikator yang memiliki tingkat kepuasan
tertinggi berada pada indikator kemahiran guru dalam menyampaikan materi
dengan prosentase 83% dan terendah pada indikator memperhatikan
kebutuhan peserta didik dengan prosentase 66,3%.
2. Secara Keseluruhan
Penghitungan sederhana yang dilakukan untuk mengetahui
interpretasi data secara keseluruhan mendapat nilai puas, Maka dapat
disimpulkan bahwa pelayanan intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler dinilai puas oleh peserta didik. Namun dengan akreditasi A
yang dimiliki sekolah, seharusnya nilai yang dirasakan peserta didik adalah
sangat puas, artinya sekolah belum maksimal dalam memberikan pelayanan
proses pembelajaran kepada peserta didik.
74
B. SaranSetelah penulis memahami dan memberikan kesimpulan dari hasil
penelitian mengenai tingkat kepuasan peserta didik terhadap pelayanan proses
pembelajaran di SMK Averus Pondok Pinang, penulis memberikan saran kepada
sekolah sebagai berikut:
1. Menyediakan kotak saran
Selain digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan peserta didik, kotak
saran juga bisa digunakan untuk mengetahui kebutuhan yang diinginkan
peserta didik. Kotak saran disediakan oleh pihak untuk memfasilitasi peserta
didik yang tidak berani dalam menyampaikan keluhan.
2. Kepala sekolah
Secara umum, kepala sekolah harus mampu memberikan kesan mendalam
kepada peserta didik, kesan yang mendalam tidak hanya ketika peserta didik
mendaftar di sekolah tetapi hingga peserta didik menyeesaikan
pendidikannya di sekolah. pihak sekolah sebagai penyedia jasa pendidikan
harus mampu memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap segala
kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler dibandingkan
dengan sekolah lain.
3. Pendidik dan tenaga kependidikan
a) Guru mata pelajaran
Guru mata pelajaran sebagai guru bidang studi harus memberikan
pelayanan sebaik mungkin kepada peserta didik, karena seorang guru
yang menentukan kualitas proses pembelajaran.
b) Guru wali kelas
Seorang wali kelas mempunyai tugas membimbing kelas yang
didampinginya, peserta didik mengharapkan wali kelasnya dapat
membimbing mereka, terutama dalam memajukan kelas mereka
dibandingkan dengan kelas lainnya.
75
c) Guru BK
Banyak peserta didik yang terkadang sulit untuk menceritakan masalah
pribadinya kepada orang lain, termasuk guru BK. Untuk itu, guru BK
harus bisa menjadi tempat yang nyaman bagi peserta didik agar masalah
yang akan terjadi dapat dicegah dan diselesaikan dengan baik.
d) Pelatih/pembina Ekstrakurikuler
Pelatih/pembina ekstrakurikuler merupakan guru bagi peserta didik
dalam meningkatkan kemampuannya di bidang non-akademik,
kemampuan pelatih/pembina ekskul harus bisa maksimal dalam
mengasah minat dan bakat peserta didik.
4. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasaranan merupakan penunjang dari proses pembelajaran di
sekolah, sarana dan prasarana yang baik maka akan sangat membantu dalam
proses pembelajaran di sekolah dan akan memberikan kesan mendalam bagi
peserta didik.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam meningkatkan mutu
pelayanan proses pembelajaran, harus dilakukan semenjak peserta didik
mendaftar di sekolah hingga pendidikannya selesai di sekolah tersebut.
76
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet ke-7,
Edisi Revisi. 2005
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group, Cet ke-3,
2009.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, Cet Ke- III 2005.
Gerson, Richard F. Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PPM, 2001.
Wibowo, Agus. Orang Miskin Harus Sekolah. Media Indonesia: Senin 4 Agustus
2014.
Zulkarnain. Ilmu Menjual. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Lampiran 1
Keadaan Sarana dan Prasarana
SMK Averus Pondok Pinang
No. Nama Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi
1. Bangunan Gedung 2 unit Baik
2. Ruang Kelas 25 buah Baik
3. Ruang Kepala Sekolah 1 buah Baik
4. Ruang Tata Usaha 1 buah Baik
5. Ruang Guru 2 buah Baik
6. Ruang Perpustakaan 1 buah Baik
7. Ruang Kesiswaan (OSIS) 1 buah Baik
8. Ruang Bimbingan dan Konseling 1 buah Baik
9. Ruang Praktik Administrasi
Perkantoran
1 buah Baik
10. Ruang Praktik Penjualan 1 buah Baik
11. Ruang Akuntansi 1 buah Baik
12. Lab Komputer 1 buah Baik
13. Mushola (Guru dan Siswa) 2 buah Cukup baik
14. WC (Guru dan Siswa) 5 buah Cuku baik
15. Lapangan Olahraga 1 buah Baik
16. Aula/Ruang pertemuan 1 buah Baik
17. Gudang 1 buah Baik
18. Ruang Kesehatan 1 buah Baik
19. Kantin 2 buah Cukup baik
Sumber: Data dari Tata Usaha SMK Averus
Lampiran 2
Guru / Staf Pengajar
SMK Averus Pondok Pinang
Tahun 2014/2015
No. NAMA GURUPEND.
TERAKHIRNAMA PERG. TINGGI
1. Drs. H.A. Syarif A.Muthalib, M.Pd
S2- Adm.Pendidikan Univ. PGRI Adi Buana
2. Drs. H. M. Yusuf AB, MM S2-Manajemen Univ. Utama Jagakarsa3. Ahmad Gozali, S.Pd, MM S2-Manajemen STIE Gotong Royong4. Suziana, S.Pd S1-PDU Ekonomi Univ. Eka Sakti5. Dra. Sukamti Ardhoyo,
M.PdS2-Tek.Pendidikan Univ. PGRI Adi Buana
6. Santi Putri Agustina S1- BK STKIP Subang7.
Drs. Benny RiliandiS1/Pend. OlahRaga IKIP PADANG
8. Ahmad Feris, SE, MM S2- Manajemen STIE Gotong Royong9. Halimah Tusa'diah, SE S1- Ekonomi STIE Gotong Royong10. Erawaty, B.Sc S1- Univ. Indra Prasta11. Mardhiyah, S.Pd S1- Bahasa Inggris Univ. M. Yamin Padang12.
Nani Nurahmah, S.PdS1-Pend.Matematika UHAMKA
13.Abdul Aziz, SH, SE
S1-Hukum/Ekonomi UNS / STIE GR
14. Tri Haryanto, SE.S.Pd, MM S2-Manajemen15. Heri Susanto, SE, M.Pd S2-Pend. IPS Univ. Indra Prasta16. Santosa Tiyo Wibowo, SE S1- Ekonomi Univ. Sebelas Maret17. Darwinanta, SE S1- Univ. Mercubuana18. Tuti Suhaeti, S.Pd S1-Matematika Univ. Indra Prasta19. Drs. Lukman Hakim S1-Tarbiyah SITMA Ciputat20. Lies Lestari, SE S1-Ekonomi Univ. Pamulang21. Da'wati, S.Pdi S1-22.
1. Hasbah, SE S1-Ekonomi2. Sainah, S.Kom S1-T. Informatika STT. Telematika3. Ilyas Ahmad S1- Ekonomi STIE Gotong Royong4. Idrus Saputra SMA5. Neneng Wiarsih SMK6. Oka Mawardah S1- Budi Luhur Budi Luhur7. Yodi Amarullah S1- Unindra Unindra8. Dolf Saputra SMA9. Arief Wahidin SMK10. Supriyadi11. M. Lukman SMA
Sumber: Data dari Tata Usaha SMK Averus
Lampiran 4
Prestasi non-akademik yang diraih oleh SMK Averus dalam
kurun waktu 3 tahun terakhir, diantaranya:
1. Juara I Bola Basket Putri 02 SN Tahun 2012
2. PORSENI SMK Nusantara Tahun 2012
3. Juara II Bulu Tangkus Putri O25N Kecamatan Kebayoran Lama
Tahun 2012
4. Juara III Futsal Turnamen Antar SMA-SMK Se-Jabodetabek
Ahmad Dahan CUP 2012
5. Juara III Futsal Menwa UMJ CUP 2013
6. Juara II Turnamen Sepak Bola Rengas (Djarus Super Cup) Tahun
2011
7. Juara II Integral CUP Tingkat SMA Se-Jabodetabek Tahun 2011
8. Juara I Ahmad Dahlan Cup Tahun2011
9. Juara III Bola Basket Olimpiade Olah Raga Dan Seni Nasional
O25N Tahun 2013
10. Juara II Catur Olimpiade Olah Raga Nasional O25N Tingkat Kota
Jaksel Tahun 2014
11. Juara II Futsal Putra Tingkat SMA-SMK Porseni Nusantara CUP
Tahun 2014
12. Juara II Futsal O25N 2014
13. Juara 1 Lomba Catur O25N Tahun 2014
14. Juara III Futsal PORSAN CUP Tahun 2014
15. Juara I Futsal Ahmad Dahlan CUP VI Tahun 2014
16. Juara III Futsa MENWA UMJ CUP Tahun 2013
17. Juara Umum III Lomba Taekwondo Compotition Tahun 2014
18. Juara III Lomba Volly Tahun 2014
Sumber: Data dari Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Lampiran 6
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Dengan Hormat,
Dengan ini saya mengharapkan kesediaan siswa dan siswi untuk
mengisi pertanyaan-pertanyaan ini, yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam rangka penelitian pembuatan skripsi, dengan judul: “Tingkat
Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran di Sekolah”
Kejujuran dan jawaban siswa-siswi dalam pengisian angket ini sangat
diharapkan untuk kelancaran pembuatan skripsi ini. Dalam lembaran angket
ini tidak ada jawaban salah atau benar, tetapi merupakan pendapat atau
kondisi yang dirasakan peserta didik. Jawaban yang telah diberikan tidak
akan mempengaruhi prestasi yang didapatkan siswa/siswi di sekolah, karena
penelitian ini hanya bersifat ilmiah.
Terima kasih atas kesediaan dan waktu yang diberikan untuk pengisian
angket ini.
Petunjuk pengisian:
1. Sebelum menjawab bacalah pertanyaan-pertanyaan ini dengan teliti
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan pada lembaran berikut sesuai
dengan kondisi dan keadaan peserta didik rasakan sejujurnya
3. Ungkapkan perasaan anda terhadap pelayanan proses pembelajaran di
SMK Averus dengan memberikan tanda silang (x)
4. Setiap pertanyaan terdiri dari lima alternative jawaban
5. Selamat mengerjakan
PEDOMAN ANGKET“Tingkat Kepuasan Peserta Didik Terhadap Pelayanan Proses Pembelajaran