TINGKAT KENYAMANAN PENUMPANG PADA INTERIOR KABIN PESAWAT GARUDA INDONESIA KELAS EKONOMIJAKARTA - MAKASSAR DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMI SKRIPSI Oleh: Annisa Febiana Komalasih KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2017 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
148
Embed
TINGKAT KENYAMANAN PENUMPANG PADA INTERIOR KABIN …digilib.isi.ac.id/2941/1/BAB 1.pdf · Pesawat terbang merupakan alat transportasi massal yang sedang popular dan menjadi salah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TINGKAT KENYAMANAN PENUMPANG PADA INTERIOR KABIN PESAWAT GARUDA INDONESIA KELAS EKONOMIJAKARTA -
MAKASSAR DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMI
SKRIPSI
Oleh:
Annisa Febiana Komalasih
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR
JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2017
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
TINGKAT KENYAMANAN PENUMPANG PADA INTERIOR KABIN PESAWAT GARUDA INDONESIA KELAS
EKONOMIJAKARTA - MAKASSAR DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMI
SKRIPSI
Oleh:
Annisa Febiana Komalasih
131 0066 123
Tugas Akhir inidiajukan kepada Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 dalam bidang Desain Interior
ii
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini kupersembahkan untuk :
Keluargaku, Kedua Orangtua dan Adikku
Sahabat-sahabatku dan
Orang-orang yang selalu tulus dengan cintanya…
iii
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
MOTTO
Selangkah menjadi lebih baik, menjadi lebih tinggi, menjadi lebih dewasa dan
tetaplah menunduk karena menatap keatas akan membuat kita lupa akan
indahnya dunia dan nikmatnya hidup yang diberikan tuhan.
You only live once, but if you do it right, once is enough. –Mae West-
Bersyukurlah dengan apa yang kita punya sekarang, karena orang lain belum
tentu mempunyai apa yang kita miliki.
iv
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Pertama-tama tidak ada salahnya untuk memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT, yang karena limpahan berkah, rahmat dan nikmatnya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir Karya Tulis ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh insan di ala mini yang
senantiasa berjuang menegakkan ajaran beliau.
Bagian yang tidak terlupakan dalam penulisan ini adalah kesempatan untuk
menyampaikan rasa terima kasih penulis kepada orang-orang yang telah berperan di
dalamnya. Dalam penyusunan Karya Tulis ini tentunya tidak terlepas dari kesulitan-
kesulitan dan masalah, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
maka semua hal tersebut dapat teratasi. Untuk itu pada kesempatan ini disampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Dosen Pembimbing I, BapakSetya Budi Astanto, SSn., M.Sn. atas kesempatan
dan dukungannya.
2. Dosen Pembimbing II, Bapak Anom Wibisono, SSn., M.Sc. atas waktu,
Diakses penulis pada tanggal 4 Mei 2017, jam 20.35 WIB) duduk adalah
posisi tubuh dimana berat badan dipindahkan ke area penudukung terutama
pada bagian ischial tuberosities panggul dan jaringan lunak lainnya yang
bertujuan untuk menghilangkan berat badan dari kaki dan mempertahankan
postur tubuh yang stabil sehingga otot tidak terlibat langsung dengan
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
42
pekerjaan dan tubuh pun dapat sedikit bersantai. Dalam mendesain sebuah
kursi terdapat beberapa kriteria yaitu,
a. Tinggi kursi
b. Kedalaman kursi
c. Kontur kursi
d. Bantalan kursi
e. Lebar tempat duduk
f. Sudut kursi
g. Sandaran tangan
h. Sandaran punggung
Dalam buku Gerhard Silber dan Christope Then dalam bukunya
Preventive Biomechanics Optimizing Support System for the Human Body
in the Lying and Sitting Position (2013 : 275-285), selain keamanan dan
juga harga yang ekonomis penumpang juga menuntut kenyamanan pada
kursi. Hal ini sudah dibuktikan bahwa perjalanan pada jarak jauh tubuh
akan terganggu apabila postur tubuh tidak didukung secara tepat. Dari
sudut pandang ergonomi, kendaraan bukan hanya sarana transportasi atau
barang konsumen tetapi juga tempat kerja. Oleh karena itu, desain untuk
kendaraan memiliki peraturan tertentu yang harus diterapkan pada interior
kendaraan. Peraturan tentang desain posisi duduk telah dikembangkan oleh
Helbig dan Jürgens (1977) dan dicatat dalam karya referensi untuk
standarisasi (DIN 33 408).
Kursi pada pesawat memiliki kriteria tertentu, yaitu salah satunya
harus dapat bertahan terhadap api lebih lama dari pada kursi pada
umumnya. Terdapat dua system yang dalam pembuatan sebuah kursi
pesawat, yaitu seat system with foam core and leather covering serta seat
system with surface fabric lining and leather cover.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
43
Gambar 9. Seat system with foam core and leather covering (a) Bahan kain kursi (b)
Uji tarik sampel kain dalam satu arah (c) uji tekanan pada material leather cover (Sumber: Gerhard Silber, 2013)
Gambar 10. Seat system with surface fabric lining and leather cover (a) Skenario uji coba indentor menggunakan bahan kain yang sudah dikencangkan dengan plat
dan tanpa leather cover (b) dan (c) simulasi posisi indentor (Sumber: Gerhard Silber, 2013)
Gambar 11. (a) Car seat A DAIMLER E-Class (b) car seat (c) airplane seat A with
foam core (Recaro Aircraft) dan (d) airplane seat B with fabric lining (Recaro Aircraft) (Sumber: Gerhard Silber, 2013)
Gambar 12. Body airplane seat system (a) male model and (b) female model and body posture (c) upright
position and in (d) reclined position (Sumber: Gerhard Silber, 2013)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
44
Gambar 13. Gambar Ilustrasi Variasi Tempat Duduk Pesawat Kelas Ekonomi (Sumber:
http://www.nytimes.com/interactive/ Diakses penulis pada tanggal 13 Juni 2017, jam 21.35 WIB)
Gambar 14. Berbagai Macam Posisi Bersandar ketika Berada di Pesawat (Sumber :
http://americanergonomics.com/ Diakses penulis pada tanggal 3 Juni 2017, jam 20.41 WIB )
Gambar 15. Dimensions Angle (Sumber : https://pierreehmann.wordpress.com/ Diakses penulis
pada tanggal 3 Juni 2017, jam 20.30 WIB)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
45
b. Meja
Menurut Francis. D. K. Ching dalam bukunya Interior Design
Illustrated (1996 :579 - 594) meja pada dasarnya adalah permukaan
horizontal yang ditopang di atas lantai dan dipakai untuk makan,
bekerja, menyimpan dan memajang yang memiliki ciri-ciri dan
aturan kekuatan dan stabilitas untuk menopang barang atau hal mana
meja dipakai, ukuran, raut dan tinggi dari atas lantai harus tepat
untuk pemakaian yang dimaksud, dibuat dari bahan yang awet dan
penopang meja harus jauh dari kaki dan lutut pemakai dengan jarak
yang tidak kurang dari 20,3 cm (jarak penopang meja ke permukaan
alas duduk). Meja juga harus memiliki ciri-ciri tersebut:
1) Kuat dan stabil untuk menopang benda-benda yang
digunakan.
2) Ukuran, bentuk dan tingginya dari lantai harus sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
3) Hasil konstruksi dari material-material yang awet/kuat.
Permukaan daun meja dapat ditopang dengan kaki meja, kuda-
kuda, dasar meja yang solid atau kabinet. Daun meja ini juga dapat
dibuat berengsel ke luar atau kebawah dari rak yang menempel di
dinding kemudian ditopang dengan kaki lipat atau penopang lainnya.
c. Tempat Penyimpanan (storage)
Menurut Francis. D. K. Ching dalam bukunya Interior Design
Illustrated (1996 : 612) menyediakan tempat penyimpanan yang
mencukupi dan didesain secara tepat pada ruang yang terbatas atau
dimana penampilan kerapian diinginkan, hal-hal berikut ini perlu
diperhatikan:
1) Kenyamanan, tempat kenyamanan yang seperti apa yang
diinginkan, ukuran dan bentuk benda-benda yang akan
disimpan, serta frekuensi pemakainya.
2) Aksesibilitas, dimana dibutuhkan tempat penyimpanan.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
46
3) Perupaan, apakah barang-batang tersebut akan dipajang atau
disembunyikan.
Penyimpanan harus diletakkan di tempat yang diperlukan.
Sejauh mana kita dapat menjangkaunya sambil duduk, berdiri atau
berlutut menentukan cara mencapai tempat penyimpanan. Tempat
penyimpanan dari benda yang sering digunakan harus mudah dicapai
sementara penyimpanan untuk benda-benda yang jarang digunakan
dapat disembunyikan.
D. Sistem Dasar Kenyaman Pesawat Terbang
Menurut Peter Vink dan Klaus Brauer dalam bukunya Aircraft Interior
Comfort and Design (CRC Press, United State of America, 2011 : 9-12) dalam
dasar penciptaan kualitas kenyamanan terhadap penumpang pesawat
pengidentifikasian masalah terdiri atas beberapa bagian seperti:
1. History (Sejarah)
Sejarah mempengaruhi pengalaman. Hal ini penting bagi para
desainer produk. Interior harus memiliki setidaknya tingkat kenyamanan
standar. Kursi kantor yang tidak dapat disesuaikan akan dialami oleh para
pekerja kantor di Belanda karena hampir setiap pekerja kantor di Belanda
mengalaminya. Seorang manusia gua tidak akan memiliki masalah ini.
Tentu saja, ini hanya sebuah hipotesis karena pendapat manusia gua
sekarang sulit diverifikasi dalam percobaan. Kami selalu mengevaluasi
penampilan dan gaya produk dengan masa lalu sebagai referensi, dan kami
selalu mengevaluasi layanan yang terkait dengan pengalaman masa lalu.
Itu berarti desainer produk harus tahu sejarah kelompok sasaran. Di kelas
bisnis, penumpang terbiasa dengan minuman selamat datang dan tempat
duduk yang bisa disesuaikan di berbagai posisi. Maskapai penerbangan
yang tidak menawarkan layanan ini memiliki peringkat kenyamanan yang
signifikan dalam penelitian kami di antara 10.032 pelancong yang
dibandingkan dengan maskapai lainnya. Banyak penelitian sekarang
dilakukan mengenai kursi yang menyesuaikan diri dengan posisi
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
47
kenyamanan yang paling ideal. Pada akhir 2008, Dr. Zenk melakukan
eksperimen dengan kursi cerdas di mobil BMW, dan subjek tes memberi
mereka peringkat tinggi (Zenk, 20086). Temuan baru lainnya adalah
orang-orang suka melipat kakinya keatas ketika sedang menonton. Pada
tahun 2008, desainer industri Rosmalen dkk. (2009)7 menguji kursi santai
baru berdasarkan prinsip ini dan tentu saja subjek uji sangat antusias. Jika
fitur ini tersedia di kelas bisnis di beberapa maskapai penerbangan,
penumpang akan memintanya, dan ini akan mempengaruhi penilaian
kenyamanan mereka.
2. State of Mind.
Keadaan pikiran kita juga mempengaruhi apakah kita mengalami
perasaan nyaman atau tidak nyaman. Setelah beberapa jam berjalan atau
berlari sebelum memasuki pintu gerbang, tempat duduk Anda mungkin
lebih nyaman daripada setelah menunggu selama tiga jam di kursi di pintu
6 Zenk, R, Objektivierung des Sitzkomforts und seine automatische Anpassung, PhD thesis, (München: Technical University, 2008), pp 8-11 7 Rosmalen, D. van, L. Groenesteijn, S. Boess, and P. Vink, Seat comfort requirements for watching a screen, Journal of Design Research, 8(1): 87–100, 2009, pp 8-9
Gambar 16. Rosmalen et al. (2009) menemukan ketika seseorang diberikan kebebasan untuk memilih posisi yang paling nyaman ketika menonton, mereka akan lebih sering menaikan kakinya. Digambarkan beberapa posisi yang sering diamati.
1 x 15 x 1 x 20 x 2 x
25 x 3 x 4 x 4 x
5 x 5 x 2 x 10 x
2 fe
et o
n th
e gr
ound
1 fo
ot o
ff th
e gr
ound
2 fe
et o
ff th
e gr
ound
| tv
from
the
side
2 fe
et o
ff th
e gr
ound
| tv
in fr
ont
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
48
gerbang. Jika Anda memiliki janji penting dan harus tiba tepat waktu,
keadaan pikiran Anda di pesawat terbang juga berbeda daripada saat Anda
hanya harus pergi ke hotel dan memiliki kebebasan lebih mengenai waktu
kedatangan. Ini semua memengaruhi pengalaman anda mengenai
kenyamanan. Hal ini juga ditunjukkan pada skor kenyamanan dari 10.032
laporan perjalanan yang dipelajari. Skor kenyamanan rata-rata semua
penerbangan adalah 7, sedangkan skor kenyamanan rata-rata penumpang
yang mengalami penundaan lebih dari empat jam hanya 5,8. Kru yang
kasar lebih banyak mempengaruhi skor. Penumpang pada penerbangan
dimana pilot tidak memberikan informasi dan saat pramugari tidak sopan
terhadap penumpangnya memiliki skor 2,4. Meski tidak memberi
perhatian cukup kepada penumpang mengurangi skor kenyamanan rata-
rata menjadi 3,9. Jadi, emosi, perasaan, dan mood berperan dalam cara
seseorang mengevaluasi sebuah produk.
3. Visual Input.
Masukan visual juga mempengaruhi pengalaman kami.
Informasi visual memainkan peran utama. Ini adalah kesan pertama
kenyamanan. Manusia melihat bentuk, ukuran, glossiness, dan lightness
dari sebuah objek dan membentuk kesan pada seberapa nyamannya kah
hal tersebut. Kesan visual ini bukanlah kualitas objektif, tapi merupakan
konstruksi mental (Nefs, 20088). Misalnya, benda mungkin terlihat datar
saat terbuat dari bahan yang lebih ringan. Penting untuk disadari bahwa
kenyamanan tidak hanya dipengaruhi oleh styling atau penampilan. Warna
memainkan peran juga. Kuijt-Evers (dalam Bronkhorst et al., 20019)
menunjukkan bahwa 49 pekerja kantor yang berpengalaman mengevaluasi
satu dari empat kursi kantor yang kurang sesuai berdasarkan informasi
8 Nefs, H. A. T,. On the visual appearance of objects. In Product experience, eds., (Amsterdam: Elsevier: N. J. Schifferstein and P. Hekkert., 2008) 9-40, pp. 9 9 Bronkhorst, R. E., L. F. M. Kuijt-Evers, R. Cremer, J.W. van Rhijn, F. Krause, M. P. de Looze, and J. Rebel,. Emotion and comfort in cabins, (in Dutch). Report TNO, Hoofddorp: TNO Arbeid. Publ.nr. R2014871/4020054; confidential, 2001, pp. 9
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
49
visual. Satu kursi berwarna coklat dan empat lainnya memiliki warna yang
lebih fresh. Kursi coklat dinilai kurang nyaman, sedangkan bentuk dan
bahannya sama untuk semua kursi. Bertentangan dengan apa yang
diharapkan, kursi ini dievaluasi secara positif setelah menggunakannya
untuk beberapa lama.
4. Smell.
Bau juga mempengaruhi persepsi kita akan kenyamanan. Penulis
yang berbeda (misalnya, Theimer, 198210) melaporkan bahwa aroma
mempengaruhi pengalaman kita dan kebanyakan kita tidak menyadari
efek ini. Ini bahkan mempengaruhi aktivitas seksual, agresi, dan perilaku
teritorial kita. Kita juga sadar akan bau tertentu. Bau mengingatkan kita
akan bahaya. Kami dengan cepat mencium makanan basi atau asap dari
api yang jauh dan menjadi waspada. Menurut Bubb (2008)11, spesialis di
bidang kenyamanan, bau merupakan aspek yang paling mendasar
berpengaruh. Bila tetangga Anda buang angin, Anda akan secara paksa
menggerakkan tubuh Anda untuk menghindari bau, dan merasa nyaman
akan sangat sulit dalam konteks ketidaknyamanan yang terkait dengan
bau. Sama seperti input lainnya, setiap orang akan bereaksi berbeda
terhadap input, namun bau busuk di pesawat terbang akan memiliki
pengaruh signifikan terhadap kenyamanan sebagian besar masyarakat.
Dalam hal ini, informasi tentang bau juga sangat penting.
Distel dan Hudson (2004)12 menunjukkan dalam sebuah
eksperimen bahwa bau produk sehari-hari dialami lebih menyenangkan
saat subjek diberi tahu nama produk yang menyebabkan bau tersebut
daripada saat sumber bau tidak teridentifikasi.
10 Theimer, E. T., ed., Fragrance chemistry: The science of the sense of smell (New York: Academic Press ,1982), pp. 10 11 Bubb, R, Sitting comfort. Paper presented at IQPC aircraft interior innovation. 11 November 2008. Hamburg, 2008, pp. 10 12 Distel, H, and R. Hudson, Judgement of odor intensity in influenced by subjects´ knowl- edge of the odor source. Chemical Senses 29: 199–208, 2004, pp. 10
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
50
5. Noise
Kebisingan adalah jenis masukan yang dapat mempengaruhi
kenyamanan positif atau ketidaknyamanan secara negatif. Kebisingan
mesin saat bekerja di lapangan yang membutuhkan excavator/earth-
moving machine dapat menyebabkan ketidaknyamanan (Vink, 200513),
sementara suara Harley Davidson adalah sejenis musik untuk sebagian
dari kita. Egmond (2008)14 menyatakan bahwa banyak orang
menggunakan isyarat pendengaran secara tidak sadar. Misalnya, bunyi air
mendidih memberitahu kita tentang proses memasak bahwa sudah matang.
Di pesawat terbang, suara bisa membuat kita merasa nyaman. Saat lepas
landas, mesin pesawat akan menimbulkan suara. Namun, menurunkan
daya di ketinggian disaat tengah penerbangan bisa terdengar oleh
penumpang, dan mereka bisa merasa tidak nyaman jika tidak ada
penjelasan mengenai tingkat kebisingan yang berkurang. Menurut
discomfort pyramid Bubb, itu juga bisa mengesampingkan tempat duduk
yang sesuai dengan tubuh Anda (antropometri).
13 Vink, P., ed, Comfort and design (Boca Raton, FL: CRC Press, 2005), pp. 10 14 Egmond, R. van, The experience of product sounds. In Product experience, eds. N. J. Schifferstein and P. Hekkert (Amsterdam: Elsevier, 2008), 69–90, pp. 10
Anthropometry
Climate
Vibrations
Noise
Light
Smell
Gambar 17. Discomfort Pyramid berdasarkan Bubb (2008). Aroma busuk memiliki pengaruh yang sangat besar sehingga mengganggu semua aspek lainnya. Sebenarnya, aroma, cahaya, suara, getaran dan iklim berada pada standar yang cukup tinggi dalam pesawat terbang saat ini. Hal ini menyebabkan antropometri menjadi focus perhatian lebih. Perhatian terhadap antropometri tidaklah penting jika aspek lainnya tidak dapat diterima. Dalam penerbangan komersial, layanan dapat mendapat tingkat diatas antropometri di discomfort pyramid Bubb.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
51
Sampai sekarang, masukan ke tubuh manusia sudah jelas. Untuk
penglihatan, sensor adalah mata kita dan, untuk kebisingan, kita
menggunakan telinga, tapi untuk beberapa masukan, organ penginderaan
tersebar ke seluruh tubuh dan masukan diberikan oleh campuran organ
yang berbeda. Oleh karena itu, dalam model masukan ini digambar
sebagai satu cluster.
6. Temperature and Humidity
Suhu dan kelembaban juga berhubungan dengan (ketidak)
kenyamanan. Kondisi udara, suhu kantor, draft, dan kelembaban sering
dikaitkan dengan kenyamanan. Iklim yang menyenangkan seringkali tidak
diperhatikan, namun suhu tinggi atau rendah menarik perhatian dan
ketidaknyamanan dirasakan. Menurut Carrier®, salah satu produsen
sistem kualitas udara dalam ruangan terbesar, kualitas udara dalam
ruangan adalah alasan terpenting mengapa kontrak sewa kantor tidak
diperpanjang (www.carrier.com). Ini tentu bukan sumber yang obyektif,
tapi ini sangat penting. Banyak penelitian menunjukkan bahwa memiliki
kontrol terhadap iklim Anda sendiri mempengaruhi kenyamanan Anda
(Lee dan Brandt, 200515; Bordass dan Leaman, 199716). Dalam survei
kami di antara 10.032 penumpang, iklim tidak sering disebut-sebut
sebagai masalah penumpang (kurang dari 5 persen). Ini menunjukkan
bahwa pesawat terbang saat ini cukup dilengkapi untuk memberikan iklim
yang dapat diterima. Jika masalah tersebut disebutkan dalam laporan
perjalanan, terkadang masalah ini dipecahkan oleh awak kabin. Petugas
penerbangan bersedia menyesuaikan suhu. Namun, dalam beberapa kasus,
penumpang merasa bahwa mereka tidak dianggap serius. Keluhan mereka
tidak ditangani atau mereka tidak mendapatkan informasi mengapa suhu
15 Lee, S. Y., and J. L. Brand, Effects of control over office workspace on perceptions of the work environment and work outcomes, Journal of Environmental Psychology 25: 323–333, 2005, pp. 11 16 Bordass, W., and A. Leaman, Strategic issue in briefing, design, and operation future buildings and their services. Strategic considerations for designers and clients. Building Research and Information 25 (4): 190–195, 1997, pp. 11
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
52
tidak disesuaikan. Udara kering juga disebutkan terutama dalam
penerbangan jangka panjang. Dalam kasus tersebut, penumpang
menunjukkan bahwa mata, hidung, atau mulut mereka terasa kering dan
membuat napas terasa kurang menyenangkan. Namun, iklim memang
mempengaruhi skor kenyamanan secara negatif jika terjadi cold draft,
pramugari yang tidak mau menyesuaikan suhu (atau tidak menyebutkan
alasan mengapa tidak disesuaikan), suhu tinggi, udara kering, atau kaki
dingin.
7. Pressure and Touch
Studi yang berbeda menunjukkan hubungan antara tekanan dan
ketidaknyamanan (Goossens, 199817; Goossens, Teeuw, dan Snijders,
200518). Untuk merasakan tekanan, kita memiliki sensor yang terletak di
kulit kita. Umumnya, distribusi tekanan antara kursi atau pegangan yang
lebih baik dan tubuh manusia menyebabkan kurang nyaman. Survei
literatur (Looze, Kuijt-Evers, dan Dieën, 200319) menunjukkan bahwa,
dari semua metode pengukuran objektif, kepastian memiliki hubungan
yang paling jelas dengan ketidaknyamanan. Di daerah ini Goossens,
Teeuw, dan Snijders (2005), Mergl (2006)20, dan Zenk (2008) telah
melakukan beberapa pekerjaan yang mengesankan. Goossens dan
rekannya menunjukkan bahwa para peserta dapat merasakan perbedaan
kecil dalam tekanan di pantat mereka dan bisa menerjemahkan ini menjadi
ketidaknyamanan. Mergl membuat peta tekanan tubuh manusia untuk
distribusi tekanan kursi yang ideal. Distribusi tekanan yang ideal ini
menghasilkan tingkat kenyamanan yang tinggi. Selain tekanan, kami juga
mempunyai satuhal lagi yaitu sentuhan. Tekstur pegangan memiliki
17 Goossens, R. H. M, Measuring factors of discomfort in office chairs. In Global ergonomics,ed. P. A. Scott. Proceedings of the Ergonomics Conference (Amsterdam: Elsevier Science, 1998), pp. 11 18 Goossens, R. H. M., R. Teeuw, and C. J. Snijders, Sensitivity for pressure difference on the ischial tuberosity. Ergonomics, 48(7): 895–902, 2005, pp. 11 19 Looze, M. P. de, L. F. M. Kuijt-Evers, and J. H. van Dieën, Sitting comfort and discom- fort and the relationships with objective measures. Ergonomics 46: 985–997, 2003, pp. 11 20 Mergl, C, Entwicklung eines verfahrens zur optimierung des sitzkomforts auf auto- mobilsitzen, PhD disser (München: Technical University, 2006), pp. 11
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
53
pengaruh pada perasaan nyaman. Sonneveld (2007)21, dalam tesis PhD-
nya, menjelaskan bagaimana perasaan kita terhadap perasaan ini selama
proses perancangan.
8. Posture and Movements
Postur dan gerakan yang ditentukan oleh produk juga dapat
menyebabkan ketidaknyamanan. Dalam jangka panjang, ketidaknyamanan
bahkan bisa mengakibatkan gangguan muskuloskeletal (Hamberg,
200822). Dalam survei kondisi kerja Eropa keempat (Parent-Thirion et al.,
200723), masalah kesehatan yang paling sering dilaporkan adalah
gangguan muskuloskeletal (sakit punggung dan nyeri otot). Nyeri
punggung ditemukan pada sepertiga dari seluruh pekerja Eropa dan nyeri
leher / bahu ditemukan di hampir seperempat pekerja Eropa. Dengan
demikian, masalahnya cukup signifikan untuk mendapat perhatian. hal ini
merupakan kesempatan bagi desainer produk untuk mengurangi kesalahan
muskuloskeletal. Menetapkan pengurangan ketidaknyamanan dalam
eksperimen selama proses perancangan diperlukan untuk mencegah cedera
muskuloskeletal juga. Jika Anda menggunakan metode yang tepat untuk
mengukur ketidaknyamanan postural lokal, Anda bahkan dapat
memprediksi keluhan yang akan tercipta (Hamberg, 2008). Pendapat yang
mendapatkan dukungan di kalangan ilmuwan adalah bahwa duduk sendiri
bukanlah faktor risiko untuk keluhan punggung. Nordin (2005)24 membuat
gambaran umum dari semua penelitian epidemiologi berkualitas tinggi
yang mempelajari hubungan antara rasa sakit duduk dan punggung, dan
dia sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada bukti adanya hubungan. Ada
21 Sonneveld, M, Aesthetics of tactual experience. PhD thesis (Delft, The Netherlands: Technical University, 2007), pp. 12 22 Hamberg-van Reenen, H, Physical capacity and work related musculoskeletal symp- toms. Proefschrift, (Amsterdam: Vrije Universiteit, 2008), pp 12 23 Parent-Thirion, A., H. F. Macías, J. Hurley, and G. Vermeylen, Fourth European Working Conditions Survey. The European Foundation for the Improvement of Living and Working Conditions, Dublin, 2007, pp. 12 24 Nordin, M, Zusammenhang zwischen Sitzen und arbeitsbedingten Rückenschmerzen In Ergomechanics, ed. H. J. Wilke, (10–35). (Aachen, Germany: Shaker Verlag, 2005), pp. 12
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
54
beberapa bukti untuk hubungan antara keluhan punggung dan duduk
dalam postur yang dibatasi atau di antara keluhan belakang dan duduk
dalam kombinasi dengan getaran, tapi karena duduk sendiri tidak ada
bukti. Untuk menghindari penerapan postur tubuh yang dibatasi, penting
bagi pesawat terbang untuk membuat variasi dalam postur tubuh yang
mungkin.
Gambar 18.The Comfort Input/Output Schema (Sumber: Peter Vink, 2011)
E. Penerapan Aspek Ergonomi Tempat Duduk Pesawat
Menurut Sritomo W. dalam bukunya Human Factor Engineering atau
Human Engineering ( 1995:56 ) istilah ergonomi berarti adalah aturan kerja
yang diterapkan pada proses kerja antara manusia dan alat kerjadimana alat
kerja dapat membantu kenyamanan (kondisi alamiah dari posisiorang dalam
melakukan pekerjaannya, misalnya duduk dengan kondisi tepat, tidak terlalu
tinggi atau terlalu rendah, tangan dan punggung ada sandaran yang
menopang) danefektifitas bagi orang yang berhubungan langsung terhadap
media yang ada.
Perkembangan ergonomi mulai berkembang disiplin ilmu tentang
perancangan terhadap peralatan dan fasilitas kerja yang berdasarkan kondisi
fisiologi, yang dikenaldengan Human Factor Engineering atau Human
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
55
Engineering. Menurut Sritomo W definisi ergonomi yang disebut
sebagai“human factor” yaitu :
1. Penekanan pada keberadaan manusia dan interaksinya dengan produk,
perlengkapan, fasilitas, prosedur dan lingkungan kerjanya.
2. Tujuan “human factor” yaitu :
a. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja, termasuk didalamnya
usaha memaksimalkan keselamatan kerja dan meningkatkan
produktifitas kerja.
b. Untuk meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan termasuk
pengembangan keselamatan kerja pengurangan kelelahan dan
ketegangan kerja, peningkatan kenyamanan dan kepuasan kerja
serta pengembangan akulitas hidup.
Desain fasilitas kerja yang ergonomis seperti penelitian yang
dilakukan Peter Vink, untuk desain kursi adalah penelitian pada kursi
penumpang kereta yang ergonomis adalah dilakukan melalui tahap-tahap
fenomena dasar ergonomis, meliputi : ukuran anthropometri penumpang,
warna ruangan kabin kereta dan denyut nadi, pengukuran kalori responden
antara yang menggunakan kursi lama dengan kursi penumpang yang
ergonomis. Salah satu tolak ukur kursi penumpang tidak ergonomis adalah
denyut nadi lebih tinggi dan pengeluaran kalori dari dalam tubuh responden
duduk di kursi tidak ergonomis lebih banyak, sehingga cepat lelah.Jika
dibandingkan dengan responden yang duduk di kursi penumpang ergonomis,
kondisinya kalori lebih kecil dan denyut nadi cenderung stabil sehinga duduk
di kursi ergonomis jauh lebih nyaman.Hal ini juga merupakan percobaan yang
dilakukan untuk mencari desain kursi yang ergonomis dan nyaman untuk
penumpang pesawat.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
56
Gambar 19. Contoh Penelitian Tentang Kursi Ergonomis Kereta Api, bagian kiri adalah kondisi tidak ergonomis tanpa sandaran kepala dan bagian kanan adalah kursi ergonomis dengan sandaran kepala,
tulang belakang serta posisi kaki yang rilek ( Sumber : Peter Vink,2007)
Gambar 20.Tabel Mengenai Kekerasan dan Space untuk Mencapai Kenyamanan Tempat Duduk
Berdasarkan Petunjuk Boeing (Sumber: Peter Vink, 2011)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
57
Gambar 21. Ilustrasi Posisi Duduk Yang Tepat Terhadap Struktur Tulang (Sumber: sit appropriate
bone structure, 2009)
Gambar 22. Standarisasi Dimensi Tempat Duduk Secara Umum ( Sumber :General Purpose
Chair, Julius Panero, Zelnik, Human Dimension and Interior Spaces, 1979)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
58
Gambar 23. Standarisasi Dimensi dan Sudut Tempat Duduk Secara Umum (Sumber :Julius Panero,
Zelnik, Human Dimension and Interior Spaces, 1979)
Gambar 24.The Boeing Guidelines for Seat Comfort (Sumber: Peter Vink, 2011)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
59
Gambar 25. Ilustrasi Posisi dan Bentuk Tempat Duduk Transportasi Umum yang Tepat (sumber : http://image//fit seating public transportation Diakses penulis pada tanggal 3 Juni
2017, jam 21.22 WIB)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
60
Gambar 26. Contoh Beberapa Bentuk Bagasi Pesawat dan Cara Membukanya Ke bawah
(atas) dan Ke atas (bawah) (sumber: www.google.com/dimension/cabin/luggage/room Diakses penulis pada tanggal 1 Mei 2017, jam 23.09 WIB)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
BAB III
DATA LAPANGAN
A. PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
1. Pengertian dan Latar Belakang Berdirinya PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk.
Sejarah penerbangan komersial Indonesia dimulai saat bangsa
Indonesia sedang mempertahankan kemerdekaannya. Penerbangan
komersial pertama menggunakan pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi
RI 001 dari Calcutta ke Rangoon dan diberi nama “Indonesian Airways”
dilakukan pada 26 Januari 1949. Pada tahun yang sama, 28 Desember
1949, pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-DPD dan
sudah dicat dengan logo “Garuda Indonesian Airways”, terbang dari
Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Inilah
penerbangan yang pertama kali dengan nama Garuda Indonesian
Airways. . Nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Soekarno dimana
nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair
terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel,
die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya, “Saya
Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas
kepulauan Anda”.
Sepanjang tahun 1980-an, Garuda Indonesia melakukan
revitalisasi dan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan
armadanya. Hal ini mendorong perusahaan untuk mengembangkan
program pelatihan yang komprehensif untuk awak kabin dan awak darat
Garuda Indonesia dan mendirikan fasilitas pelatihan khusus di Jakarta
Barat dengan nama Garuda Indonesia Training Center.Armada Garuda
Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami revitalisasidan
61
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
62
restrukturisasi besar-besarandi sepanjang tahun 1980-an. Hal ini menuntut
Perusahaan merancang pelatihan yang menyeluruh bagi karyawannya dan
mendorong Perusahaan mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda
Indonesia Training Center di Jakarta Barat.
Memasuki tahun 2000-an seiring dengan upaya pengembangan
usaha, di awal tahun 2005, Garuda Indonesia memiliki tim manajemen
baru, yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa depan
Perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi
ulang dan restrukturisasi Perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan
meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, membangun kembali
kekuatan keuangan yang mencakup keberhasilan Perusahaan dalam
menyelesaikan restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para
karyawan dalam memahami pelanggan, dan yang terpenting memperbarui
dan membangkitkan semangat karyawan Garuda Indonesia.
Penyelesaian seluruh restrukturisasi utang Perusahaan
mengantarkan Garuda Indonesia siap untuk mencatatkan sahamnya ke
publik pada 11 Februari 2011. Perusahaan resmi menjadi perusahaan
publik setelah penawaran umum perdana atas 6.335.738.000 saham
Perusahaan kepada masyarakat. Saham tersebut telah dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia pada tanggal 11 Februari 2011 dengan kode GIAA.
Salah satu tonggak sejarah penting ini dilakukan setelah Perusahaan
menyelesaikan transformasi bisnisnya melalu kerja keras serta dedikasi
berbagai pihak. Per 31 Desember 2013, struktur kepemilikan saham
Garuda Indonesia sebagai emiten dan Perusahaan publik adalah Negara
Republik Indonesia (69,14%), karyawan (0,4%), investor domestik
(24,34%), dan investor internasional (6,12%).
Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, Garuda Indonesia
memiliki 5 (lima) Entitas Anak yang fokus pada produk/jasa pendukung
bisnis Perusahaan induk, yaitu PT Abacus Distribution Systems
Indonesia, PT Aero Wisata, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia,
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
63
PT Aero Systems Indonesia, dan PT Citilink Indonesia. Dalam menjalani
kegiatan operasionalnya, Perusahaan didukung oleh 7.861 orang
karyawan, termasuk 2.010 orang siswa yang tersebar di Kantor Pusat dan
Kantor Cabang.
Garuda Indonesia, pada Januari 2015, mengoperasikan 134
pesawat yang terdiri dari 2 pesawat Boeing 747-400, 11 pesawat Airbus
A330-300, 11 pesawat Airbus A330-200, 5 pesawat Boeing 737 Classic
(seri 300/500), 76 pesawat Boeing 737-800NG, 15 pesawat CRJ1000
NextGen, 8 pesawat ATR72-600, 6 pesawat Boeing 777-300ER, dan 30
pesawat Citilink yang terdiri dari 24 pesawat Airbus A320-200, 5 pesawat
Boeing 737-300 serta 1 pesawat Boeing 737-400.
Menghadirkan standar baru kualitas layanan dalam industri air
travel, Garuda Indonesia saat ini melayani penerbangan ke 64 destinasi
pilihan yang terdiri dari 44 kota di area domestik dan 20 kota di area
internasional.
Selain melayani penerbangan di rute-rute tujuan yang
dioperasikan, saat ini Garuda Indonesia juga melaksanakan perjanjian
“code share” dengan 14 maskapai internasional.
Selain itu, pada tanggal 5 Maret 2014, Garuda Indonesia secara
resmi bergabung dengan aliansi global, SkyTeam, sebagai bagian dari
program perluasan jaringan internasionalnya. Dengan bergabung bersama
SkyTeam, penumpang Garuda Indonesia kini dapat terbang ke 1.064
tujuan di 178 negara yang dilayani oleh semua maskapai anggota
SkyTeam dengan lebih dari 15.700 penerbangan per hari dan akses ke
564 lounge di seluruh dunia.
Sebagai bagian dari upaya Perusahaan untuk terus meningkatkan
layanan kepada pengguna jasa, Garuda Indonesia memperkenalkan
layanan khas “Garuda Indonesia Experience”, yang menghadirkan
kerahmahtamahan, budaya, dan segala hal terbaik dari Indonesia melalui
kelima panca indera, yaitu sight, sound, taste, scent, dan touch, untuk
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
64
diimplementasikan dalam layanan pre-journey, pre-flight, in-flight, post-
flight, dan post-journey.
Garuda Indonesia juga merupakan salah satu maskapai yang
terdaftar sebagai IATA Operational Safety Audit (IOSA) Operator dan
menerapkan standar kemanan dan keselamatan yang setara dengan
maskapai internasional besar anggota IATA lainnya. Garuda Indonesia
menerima sertifikat IOSA pada tahun 2008 lalu. Dikutip dari
profile/about/index.page? diakses penulis pada tanggal 1 Mei 2017, jam
22.35 WIB).
Gambar 27. Tabel Ringkasan Peristiwa Penting PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Hingga
Jumlah Armada dan KotaTtujuan. (Sumber: https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate-partners/company-profile/ Diakses penulis pada tanggal Mei 1 2017, jam 22.35 WIB)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
65
a. Arti Logo
Gambar 28. Gambar Logo PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk (Sumber: https://www.garuda-
indonesia.com/ Diakses penulis pada tanggal April 24 2017, jam 14.32 WIB)
Kepala Garuda melambangkan Lambang Negara Republik Indonesia
Lima bulu sayap melambangkan Pancasila
Warna biru melambangkan langit angkasa
b. Visi dan Misi
a) Visi Perusahaan :
To be a suistainable airline company through customer-oriental
services and growth in profit.
b). Misi Perusahaan :
To maximize shareholder return through strong revenue
growth, cost leadership in full service operations, and group synergy
while providing the highest value to customers through excellent
Indonesian hospitality. Dikutip dari (https://www.garuda-
Salah satu armada yang digunakan untuk rute domestic Jakarta –
Makassar adalah pesawat jenis Airbus A330-200 dan Boeing 737-800NG.
a. Airbus A330-200
Gambar 30. Keterangan dan seat plan Airbus A330-200 (Sumber : https://www.garuda-
indonesia.com/ Diakses penulis pada tanggal April 22 2017, jam 22.29 WIB)
Airbus A330-200 merupakan pesawat yang cukup besar,
dengan 36 seat untuk kelas bisnis dan 186 seat untuk kelas ekonomi
sehingga mampu mambawa sebanyak 222 penumpang dalam sekali
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
68
penerbangan. Seat untuk kelas bisnis masing-masing terdiri dari 2 seat
yang bersebelahan (2-2-2), sedangkan untuk kelas ekonomi terdiri dari
2 seat bagian kanan, 4 seat pada bagian tengah dan 2 seat pada bagian
kiri (2-4-2) sehingga terdapat 2 lorong (aisle) untuk mempermudah
akses bergerak didalam kabin pesawat.
b. Boeing 737-800NG
Gambar 31. Keterangan dan seat plan Boeing 737-800NG (Sumber: https://www.garuda-
indonesia.co/ Diakses penulis pada tanggal April 22 2017, jam 22.30 WIB)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
69
Boeing 737-800NG merupakan pesawat yang dapat
menampung 12 penumpang kelas bisnis dan 144 penumpang kelas
ekonomi, sehingga dalam sekali penerbangan pesawat ini dapat
menampung 156 penumpang. Seat plan untuk kelas bisnis Boeing 737-
800NG terdiri dari 2 kursi yang bersebelahan 2 disisi kanan dan 2
disisi kiri yang dipisahkan dengan lorong (aisle), untuk seat plan kelas
ekonomi terdiri dari 3 seat disisi kanan dan 3 disisi kiri yang
dipisahkan oleh lorong (aisle). Pesawat Boeing 737-800NG ini biasa
digunakan untuk penerbangan jarak dekat maupun regional.
B. Pesawat Garuda Indonesia Kelas Ekonomi
1. Pengertian Pesawat Garuda Indonesia Kelas Ekonomi
Pesawat kelas ekonomi adalah kelas pesawat di bawah pesawat
kelas bisnis. Jumlah kursi dalam kelas ekonomi pun lebih banyak
ketimbang kelas bisnis dengan seat plan 3-3 untuk pesawat jenis Boeing
737-800 NG dan 2-4-2 untuk pesawat jenis Airbus A330-200.
Garuda Indonesia menggunakan pesawat jenis Airbus A330-200
dan Boeing 737-800NG untuk penerbangan menuju Makassar dimana
tidak hanya kelas ekonomi saja yang berada didalamnya, tetapi juga
terdapat kelas bisnis. Kelas ekonomi berada dibagian tengah hingga
kebelakang, sedangkan bagian depan diperuntukan untuk kelas bisnis.
Dalam seat plan Airbus A330-200 memiliki seat untuk kelas
ekonomi mulai dari seat 21 hingga 45 AC DEFG HK dengan penomoran
didepannya. Seat plan untuk Boeing 737-800NG memiliki seat untuk
kelas ekonominya dari seat 21 hingga 46 ABC HJK dengan penomoran
didepannya misalnya 28E, artinya kursi berada di rows 28 columns E.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
70
Gambar 32. Airbus A330-200 (kiri) dan Boeing 737-800NG (kanan) (Sumber: https://www.garuda-indonesia.com/id/id/garuda-indonesia-experience/fleets/ Diakses penulis pada tanggal April 24 2017,
jam 14.48 WIB)
2. Jenis Pesawat Garuda Indonesia Kelas Ekonomi
a. Airbus A330-200
Airbus A330-200 merupakan salah satu armada yang
digunakan Garuda Indonesia untuk mengepakkan sayapnya lebih baik
lagi. Airbus A330-200 dapat menampung penumpang lebih banyak
dalam sekali penerbangan, yaitu 222 penumpang dengan 36 kelas
bisnis dan 186 kelas ekonomi. Airbus A330-200 digunakan untuk
penerbangan jarak menengah seperti penerbangan domestik salah
satunya adalah ke Makassar.
b. Boeing 737-800NG
Boeing 737-800NG merupakan armada yang digunakan oleh
Garuda Indonesia untuk membawa penumpang dengan jarak
penerbangan yang relatif pendek dan regional. Boeing 737-800NG
milik Garuda Indonesia juga mampu mengangkat penumpang
sebanyak 156 penumpang dalam sekali penerbangan dengan 12 kursi
untuk kelas bisnis dan 144 kursi untuk kelas ekonomi.
C. Pesawat Gaurda Indonesia Airbus A330-200 Kelas Ekonomi
1. Pengertian Pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-200 Kelas
Ekonomi
Airbus A330-200 merupakan salah satu armada yang digunakan
oleh Garuda Indonesia untuk mengepakkan sayapnya lebih tinggi lagi.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
71
Airbus A330-200 digunakan oleh Garuda Indonesia sejak tahun 2009
hingga sekarang, dimana pesawat ini digunakan untuk menempuh
perjalanan jarak menengah salah satunya adalah rute domestik Jakarta –
Makassar.
Airbus A330-200 dapat menampung penumpang sebanyak 222
penumpang dalam satu kali perjalanan dengan 36 kursi untuk kelas bisnis
dan 186 kursi untuk kelas ekonomi. Seat plan untuk Airbus A330-200
terbagi untuk kelas bisnis dan juga ekonomi dan terdapat 2 lorong (aisle)
didalamnya. Untuk kelas ekonomi, seat dimulai nomor 21 hingga 45
dengan columns AC DEFG HK.
Pada kelas ekonomi kursi terbagi menjadi 2 dibagian kiri dengan
kolom A dan C, lalu ditengah terdapat 4 kursi dengan kolom D,E,F dan G,
dan pada bagian kanan terdapat 2 kursi dengan kolom H dan K, sehingga
seat plan untuk kelas ekonomi adalah 2-4-2. Untuk kursi yang mendapat
posisi dekat dengan jendela adalah A dan K, sedangkan kursi yang dekat
dengan lorong (aisle) adalah C, D, G dan H.
Gambar 33. Seat Maps Airbus A330-200 Garuda Indonesia (Sumber:
https://www.garuda-indonesia.com/id/id/garuda-indonesia-experience/fleets/seat-map Diakses penulis pada tanggal Mei 1 2017, jam 22.50 WIB)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
72
Gambar 34. Pesawat Airbus A330-200 Garuda Indonesia (Sumber:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Garuda_Indonesia_Airbus_A330-200_MEL_Zhao.jpg. Diakses penulis pada tanggal April 25 2017, jam 22.18 WIB)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
73
2. Data Pesawat
Gambar 35. Gambar Lay Out Kabin Pesawat Airbus A330-200 Garuda
Indonesia (Sumber:https://www.seatguru.com/airlines/Garuda_Indonesia/Garuda_Indonesia_Airbus_A330-200.php, Diakses penulis pada tanggal April 24 2017, jam 12.11
WIB)
a. Ukuran
Ukuran pesawat Airbus A330-200 adalah P : 58,82 m,
diameter badan : 5,64 M, T : 17,40 M, panjang sayap : 60,3 M, lebar
kabin maks : 5,28 M dan Panjang kabin : 45,0 M.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
74
b. Bahan/material
Lapisan dalam bagian interior dilapisi dengan bahan tahan api
dan isolator anti panas untuk meredam panas sinar matahari dari luar.
Selain itu material untuk interior pesawat dipilih dengan berbagai
faktor seperti ketersediaan bahan, biaya, produktivitas, keseimbangan
dan juga harus memikirkan masalah keamanan dan kesehatan
lingkungan baik itu saat proses hingga kepembuangan sehingga
kemampuan untuk mendaur ulang juga harus dipertimbangkan.
Gambar 36. Material Pada Pesawat Komersial (Sumber : National Materials Advisory Board, 1995:
15)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
75
Gambar 37. Interior Peesawat Airbus A330-200 Garuda Indonesia (Dokumentasi pribadi
Annisa Febiana Komalasih. 2017)
3. Fasilitas Utama Pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-200 Kelas
Ekonomi
a. Tempat duduk/kursi
Kursi untuk kelas ekonomi Airbus A330-200 memiliki seat
plan 2-4-2 AC DEFG HK dan dimulai dari seat 21 hingga 45. Kursi
berisi busa yang dilapisi dengan upholstery berwarna coklat tua dan
coklat muda (caramel) dan terdapat motif daun (flora), selain itu
upholstery juga merupakan bahan yang mudah dibersihkan.
Pada bagian kepala terdapat head rest dengan upholstery
serupa yang ditutupi dengan fabric berwarna turquoise dengan logo
Garuda Indonesia ditengahnya. Rancangan sandaran dengan
kemiringan 105o pada saat kursi tegak dan kursi dapat dimiringkan
kembali kebelakang dengan menekan tombol pada sandaran tangan.
penambahan sistem pengait rolling untuk menggeser sandaran
kedepan/kebelakang.
Pada sisi dalam sandaran tangan terdapat tombol yang
berfungsi sebagai remote untuk layar LCD touchscreen di depannya
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
76
(dapat dilepas), serta terdapat slot untuk menancapkan kabel headset.
Sandaran tangan juga dapat dilipat keatas untuk memudahkan akses.
Gambar 38. Area Duduk Pesawat Airbus A330-200 Garuda Indonesia
Tata kondisional merupakan elemen pendukung ruang yang bisa menjadi
faktor penyeimbang antara elemen fisik dan non fisik (psikologis).Aspek
ergonomi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis manusia yang berpengaruh
secara langsung manupun tidak langsung bagi elemen/benda tehadap manusia/si
pemakai.
1. Pencahayaan
Pada interior pesawat Garuda Indonesia pencahayaan alami di
dapatkan dari pantulan jendela yang terletak di sisi kanan kiri badan pesawat
yang dipengaruhi terhadap sumber cahaya dari luar tergantung waktu
(siang/malam) dan cuaca.
Mereka mengemukakan kondisi cahaya khususnya saat perjalanan
pada jam malam dengan sample pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-200
Jakarta-Makassar keberangkatan pukul 17:45 WIB dan tiba di Makassar pukul
21:05 WIT tidak ada permasalahan yang signifikan. Kondisi lampu
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
112
dinyalakan ketika in flight karena adanya waktu makan, serta melihat aktivitas
penumpang pesawat penerbangan malam yang lebih dari 70% dihabiskan
dengan beristirahat/tidur.
Lampu-lampu dalam kabin pesawat tetap dikondisikan dalam keadaan
hidup sekitar kisaran 50% pada saat siang hari seperti pada sample perjalanan
dari Makassar – Jakarta dengan pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-
800NG dengan jam keberangkat siang hari yaitu pukul 15:15 WIT dan tiba di
Jakarta pukul 16:35 WIB yang dimaksudkan untuk mengantisipasi keadaan
kurangnya cahaya di dalam pesawat saat siang hari, khususnya saat cuaca
mendung, dan pada penerbangan dengan pesawat Boeing 737-800NG
berlangsung terdapat penggunaan lampu berwarna biru pada plafon. Apabila
pesawat sedang take off atau landing, maka lampu akan dimatikan secara
otomatis dan pada penerbangan dengan pesawat Boeing 737-800NG hanya
lampu yang berwarna biru pada plafonlah yang menyala.
Mengacu pada hasil jawaban dan komentar para penumpang tidak ada
masalah yang terlalu mendasar dalam aspek pencahayaan dalam interior
pesawat kelas ekonmi. Mereka mengemukakan kondisi cahaya khususnya saat
perjalanan pesawat malam dengan sample pesawat Garuda Indonesia Airbus
330-200 kelas ekonomi tidak ada permasalahan yang signifikan, melihat
aktivitas penumpang pesawat malam yang lebih dari 70% dihabiskan dengan
beristirahat/tidur.Pada penerbangan Boeing 737-800NG pada siang hari,
penggunaan lampu berwarna biru pada plafon kabin pesawat juga tidak terlalu
berpengaruh terhadap aktivitas dan kondisi mood penumpang.
2. Penghawaan/Sirkulasi
Pada interior kabin pesawat penghawaan di dapatkan dari fungsi
fasilitas Air Conditioner (AC). Penghawaan pada pesawat yang di fasilitasi
oleh Air Conditioner (AC) diletakkan secara tersembunyi di plafon kabin
pesawat, hanya udara dingin yang keluar melalui celah antara dinding kabin
pesawat dan bagasi kabin diatas.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
113
Suhu kabin pesawat ketika berada didarat akan berbeda ketika pesawat
sudah berada di udara (in flight), dan suhu didalam kabin akan menjadi lebih
nyaman ketika berada di udara ketimbang ketika pesawat berada didarat.
Konidisi Air Conditioner (AC) didalam pesawat sudah diatur suhunya
sehingga kondisi didalam kabin pesawat akan terasa nyaman, tetapi apabila
kondisi diluar sedang cerah dan terik terkadang suhu didalam kabin menjadi
lebih tinggi sehingga suhu didalam kabin akan sedikit lebih panas.
Keadaan suhu dalam pesawat sangat berpengaruh terhadap mood para
penumpang di dalamnya, khususnya pada siang hari.Biasanya suhu bisa
meningkat saat cuaca cerah/terik yang berpengaruh secara langsung terhadap
suhu di dalam kabin pesawat yang dihasilkan dari reaksi material pesawat,
jarak dengan matahari yang semakin dekat dan tanpa adanya pengahalang,
dan sistem sirkulasi udara di dalamnya. Selain itu ketika malam hari atau
kondisi hujan, suhu didalam pesawat juga akan menurun mengingat kondisi
semakin tinggi pesawat terbang maka akan semakin rendah suhu diluar
Mengacu pada hasil jawaban dan komentar para penumpang terhadap
sirkulasi udara dan suhu didalam kabin pesawat selama perjalanan khususnya
pada penerbangan Boeing 737-800NG dengan jam penerbangan siang,
masalah yang mendasar dalam aspek penghawaan dalam interior pesawat
kelas ekonomi adalah selain waktu dan cuaca juga kepadatan penumpang
yang terkadang membuat Air Conditioner (AC) tidak terasa bahkan cenderung
panas.
3. Getaran/ Kebisingan
Tingkat kebisingan dalam transportasi umum, kendaraan bermesin
khususnya pesawat terbang sangatlah bising, untuk tingkat kebisingan
didalam kokpit pesawat sekitar 90-100 desibel, merupakan tingkat kebisingan
kuat yang mempengaruhi kondisi orang didalamnya khususnya dalam
aktivitas interaksi dan komunikasi antara orang satu dengan lainnya
khususnya penumpang pilot dan juga para penumpang.Tetapi kebisingan ini
diredam sedemikian rupa agar kebisingan didalam pesawat berkurang dan
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
114
membuat penumpang semakin nyaman, salah satunya dengan penggunaan
karpet pada lantai kabin pesawat dan juga penggunaan upholstery pada kursi
pesawat.
Getaran yang ditimbulkan dalam pesawat dipengaruhi terhadap
pergerakan pesawat selama penerbangan.Getaran pada pesawat terjadi ketika
pesawat take off, landing dan juga ketika pesawat menembus awan.Getaran
yang dihasilkan dari pergerakan pesawat dapat diserap cukup baik oleh
material dinding, lantai dan plafon sehingga bunyi/kebisingan dapat diredam.
Berikut ini adalah hasil survey penumpang tingkat kenyamanan area
duduk pesawat kelas ekonomi per jenis pesawat. Hasil dalam bentuk
persentase merupakan bentuk kesimpulan dari jawaban 20 questioner dan
wawancara responden penumpang pesawat kelas ekonomi secara keseluruhan
meliputi area duduk pesawat kelas.Variasi tanggapan responden ini ditentukan
berdasarkan distribusi frekuensi yang terlebih dahulu menentukan nilai
interval dengan fomulasi untuk setiap pertanyaan mempunyai 4 (empat)
alternatif jawaban, yaitu sangat nyaman, nyaman, cukup nyaman, tidak
nyaman.
a. Penilaian Responden Terhadap Suasana Didalam Kabin Pesawat Airbus
A330-200
Tabel 1. Penilaian Responden Terhadap Suasana Didalam Kabin Pesawat Airbus 330-200
No. Pertanyaan (Question) Penilaian (Grading)
A B C D
1 Kenyamanan suasana kabin (Cabin's Level of Comfort)
AIRBUS A330-200 10
2 Pencahayaan (Lighting)
AIRBUS A330-200 6 4
3 Cahaya lampu kuning (Yellow Lighting)
AIRBUS A330-200 1 9
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
115
4 Cahaya lampu biru (Blue Lighting)
AIRBUS A330-200 10
5 Warna interior kabin (Cabin's Interior Color)
AIRBUS A330-200 3 7
6 Temperatur (Temperature)
AIRBUS A330-200 2 7 1
7 Aroma (Odor)
AIRBUS A330-200 1 7 2
8 Penempatan iklan (Ad Placement)
AIRBUS A330-200 8 2
9 Kebersihan kabin (Hygiene)
AIRBUS A330-200 10
10 Keramahan Crew (Staff Hospitality)
AIRBUS A330-200 10 Jumlah Skor 43 52 5 Persentase 43% 52% 5%
Dari hasil tabel 1 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang berkaitan
dengan tingkat kenyamanan suasana didalam kabin pesawat “Airbus A330-200”
cenderung “nyaman” karena menunjukan pada nilai total 52 dengan presentase 52%
terhadap penyataan yang ada pada variabel tingkat kenyamanan suasana didalam
kabin pesawat.
Dari sepuluh pertanyaan yang memiliki nilai rata-rata “nyaman”, dengan nilai
tertinggi pada pernyataan mengenai“kebersihan kabin” dan “keramahan crew”
mendapat predikat sangat nyaman, seluruh responden menjawab sangat nyaman dan
nilai terendah pada pernyataan mengenai “aroma” dan "penempatan iklan" dengan
predikat tidak nyaman.
b. Penilaian Responden Terhadap Suasana Didalam Kabin Pesawat Boeing 737-
800NG
Tabel 2.. Penilaian Responden Terhadap Suasana Didalam Kabin Pesawat Boeing 737-800NG
No. Pertanyaan (Question) Penilaian (Grading)
A B C D
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
116
1 Kenyamanan suasana kabin (Cabin's Level of Comfort)
Boeing 737-800NG 9 1
2 Pencahayaan (Lighting)
Boeing 737-800NG 4 6
3 Cahaya lampu kuning (Yellow Lighting)
Boeing 737-800NG 3 7
4 Cahaya lampu biru (Blue Lighting)
Boeing 737-800NG 10
5 Warna interior kabin (Cabin's Interior Color)
Boeing 737-800NG 7 3
6 Temperatur (Temperature)
Boeing 737-800NG 1 5 4
7 Aroma (Odor)
Boeing 737-800NG 2 4 4
8 Penempatan iklan (Ad Placement)
Boeing 737-800NG 10
9 Kebersihan kabin (Hygiene)
Boeing 737-800NG 10
10 Keramahan Crew (Staff Hospitality)
Boeing 737-800NG 10 Jumlah Skor 46 46 8 Persentase 46% 46% 8%
Dari hasil tabel 2 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang berkaitan
dengan tingkat kenyamanan suasana didalam kabin pesawat “Boeing 737-800NG”
memiliki persentase yang sama kuat antara "sangat nyaman" dan "nyaman" karena
menunjukan pada nilai total 46 dengan presentase 46% terhadap penyataan yang ada
pada variabel tingkat kenyamanan suasana didalam kabin pesawat.
Dari sepuluh pertanyaan yang memiliki nilai rata-rata yang samadengan nilai
tertinggi pada pernyataan mengenai “kebersihan kabin” dan “keramahan crew”
mendapat predikat sangat nyaman, seluruh responden menjawab sangat nyaman dan
nilai terendah pada pernyataan mengenai “termperatur” dan "aroma" dengan predikat
tidak nyaman.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
117
c. Penilaian Respoden Terhadap Kenyamanan Kursi Pesawat Airbus A330-200
Tabel 3. Penilaian Respoden Terhadap Kenyamanan Kursi Pesawat Airbus 330-200
No. Pertanyaan(Question) Penilaian (Grading)
A B C D
1 Bahan/material kursi (Seat Material)
AIRBUS A330-200 4 6
2 Bentuk kursi (Seat Shape)
AIRBUS A330-200 8 2
3 Lebar kursi (Seat Widht)
AIRBUS A330-200 6 3 1
4 Keamanan kursi (Seat Safety)
AIRBUS A330-200 1 9
5 Ketinggian dudukan kursi (Seat Height)
AIRBUS A330-200 4 6
6 Ketinggian sandaran kursi (Height of Backrest)
AIRBUS A330-200 5 5
7 Ketinggian sandaran tangan (Height of Armrest)
AIRBUS A330-200 1 9
8 Kemiringan kursi (Seat Tilt)
AIRBUS A330-200 9 1
9 Keempukan kursi (Seat Padding)
AIRBUS A330-200 4 6
10 Jarak lutut (Leg room)
AIRBUS A330-200 6 3 1
11 Letak/posisi meja (Table Position)
AIRBUS A330-200 1 8 1
12 Ukuran meja (Table Size)
AIRBUS A330-200 7 3
13 Letak/posisi tv (IFE) (TV Position)
AIRBUS A330-200 10
14 Ukuran tv (TV Size)
AIRBUS A330-200 10
15 Lumbar support
AIRBUS A330-200 3 5 2
16 Head support
AIRBUS A330-200 4 6
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
118
Jumlah Skor 47 104 9 Persentase 29% 65% 5.60%
Dari hasil tabel 3 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang berkaitan
dengan tingkat kenyamanan kursi pesawat “Airbus A330-200” cenderung “nyaman”
karena menunjukan pada nilai total 104 dengan presentase 65% terhadap penyataan
yang ada pada variabel tingkat kenyamanan kursi pesawat.
Dari enam belas pertanyaan yang memiliki nilai rata-rata “nyaman”, dengan
nilai tertinggi pada pernyataan mengenai “bentuk kursi” mendapat predikat sangat
nyaman, 8 responden menjawab sangat nyaman dan nilai terendah pada pernyataan
mengenai “ukuran meja” dengan predikat tidak nyaman.
d. Penilaian Respoden Terhadap Kenyamanan Kursi Pesawat Boeing 737-
800NG
Tabel 4. Penilaian Respoden Terhadap Kenyamanan Kursi Pesawat Boeing 737-800NG
No. Pertanyaan Penilaian (Grading) (Question) A B C D
1 Bahan/material kursi (Seat Material)
Boeing 737-800NG 4 6
2 Bentuk kursi (Seat Shape)
Boeing 737-800NG 4 6
3 Lebar kursi (Seat Widht)
Boeing 737-800NG 6 4
4 Keamanan kursi (Seat Safety)
Boeing 737-800NG 3 7
5 Ketinggian dudukan kursi (Seat Height)
Boeing 737-800NG 7 3
6 Ketinggian sandaran kursi (Height of Backrest)
Boeing 737-800NG 8 2
7 Ketinggian sandaran tangan (Height of Armrest)
Boeing 737-800NG 5 5
8 Kemiringan kursi (Seat Tilt)
Boeing 737-800NG 1 9 9 Keempukan kursi (Seat Padding)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
119
Boeing 737-800NG 2 8
10 Jarak lutut (Leg room)
Boeing 737-800NG 8 2
11 Letak/posisi meja (Table Position)
Boeing 737-800NG 10
12 Ukuran meja (Table Size)
Boeing 737-800NG 4 6
13 Letak/posisi tv (IFE) (TV Position)
Boeing 737-800NG 2 8
14 Ukuran tv (TV Size)
Boeing 737-800NG 2 8
15 Lumbar support
Boeing 737-800NG 1 4 5
16 Head support
Boeing 737-800NG 1 9 Jumlah Skor 54 95 11 Persentase 33.80% 59% 6.80%
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa jawaban responden yang
berkaitan dengan tingkat kenyamanan kursi pesawat “Boeing 737-800NG”
cenderung “nyaman” karena menunjukan pada nilai total 95 dengan presentase 59%
terhadap penyataan yang ada pada variabel tingkat kenyamanan kursi pesawat.
Dari enam belas pertanyaan yang memiliki nilai rata-rata “nyaman”, dengan
nilai tertinggi pada pernyataan mengenai “ketinggian sandaran kursi” dan "jarak
lutut" mendapat predikat sangat nyaman, masing-masing 8 responden menjawab
sangat nyaman dan nilai terendah pada pernyataan mengenai “ukuran meja” dengan
predikat tidak nyaman.
e. Penilaian Respoden Terhadap Interior Kabin Pesawat Airbus A330-200
Tabel 5. Penilaian Respoden Terhadap Interior Kabin Pesawat Airbus 330-200
No. Pertanyaan (Question) Penilaian (Grading)
A B C D
1 Kenyamanan suasana kabin (Cabin's Level of Comfort)
AIRBUS A330-200 10
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
120
2 Pencahayaan (Lighting)
AIRBUS A330-200 6 4
3 Cahaya lampu kuning (Yellow Lighting)
AIRBUS A330-200 1 9
4 Cahaya lampu biru (Blue Lighting)
AIRBUS A330-200 10
5 Warna interior kabin (Cabin's Interior Color)
AIRBUS A330-200 3 7
6 Temperatur (Temperature)
AIRBUS A330-200 2 7 1
7 Aroma (Odor)
AIRBUS A330-200 1 7 2
8 Penempatan iklan (Ad Placement)
AIRBUS A330-200 8 2
9 Kebersihan kabin (Hygiene)
AIRBUS A330-200 10
10 Keramahan Crew (Staff Hospitality)
AIRBUS A330-200 10
11 Bahan/material kursi (Seat Material)
AIRBUS A330-200 4 6
12 Bentuk kursi (Seat Shape)
AIRBUS A330-200 8 2
13 Lebar kursi (Seat Widht)
AIRBUS A330-200 6 3 1
14 Keamanan kursi (Seat Safety)
AIRBUS A330-200 1 9
15 Ketinggian dudukan kursi (Seat Height)
AIRBUS A330-200 4 6
16 Ketinggian sandaran kursi (Height of Backrest)
AIRBUS A330-200 5 5
17 Ketinggian sandaran tangan (Height of Armrest)
AIRBUS A330-200 1 9
18 Kemiringan kursi (Seat Tilt)
AIRBUS A330-200 9 1
19 Keempukan kursi (Seat Padding)
AIRBUS A330-200 4 6
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
121
20 Jarak lutut (Leg room)
AIRBUS A330-200 6 3 1
21 Letak/posisi meja (Table Position)
AIRBUS A330-200 1 8 1
22 Ukuran meja (Table Size)
AIRBUS A330-200 7 3
23 Letak/posisi tv (IFE) (TV Position)
AIRBUS A330-200 10
24 Ukuran tv (TV Size)
AIRBUS A330-200 10
25 Lumbar support
AIRBUS A330-200 3 5 2
26 Head support
AIRBUS A330-200 4 6 Jumlah Skor 90 156 14 Persentase 35% 60% 5.00%
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa jawaban responden yang
berkaitan dengan tingkat kenyamanan pada kabin pesawat “AIRBUS A330-200”
cenderung “nyaman” karena menunjukan pada nilai total 156 dengan presentase 60%
terhadap penyataan yang ada pada variabel tingkat kenyamanan pada kabin pesawat.
Dari dua puluh enam pertanyaan yang memiliki nilai rata-rata “nyaman”,
dengan nilai tertinggi pada pernyataan mengenai“Kernyamanan suasana kabin”,
“kebersihan kabin”, “keramahan crew” mendapat predikat sangat nyaman, seluruh
responden menjawab sangat nyaman dan nilai terendah pada pernyataan mengenai
“aroma”, “penempatan iklan”, dan “lumbar support” dengan predikat tidak nyaman.
f. Penilaian Respoden Terhadap Interior Kabin Pesawat Boeing 737-800NG
Tabel 6. Penilaian Respoden Terhadap Interior Kabin Pesawat Boeing 737-800NG
No. Pertanyaan (Question) Penilaian (Grading)
A B C D
1 Kenyamanan suasana kabin (Cabin's Level of Comfort)
Boeing 737-800NG 9 1
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
122
2 Pencahayaan (Lighting)
Boeing 737-800NG 4 6
3 Cahaya lampu kuning (Yellow Lighting)
Boeing 737-800NG 3 7
4 Cahaya lampu biru (Blue Lighting)
Boeing 737-800NG 10
5 Warna interior kabin (Cabin's Interior Color)
Boeing 737-800NG 7 3
6 Temperatur (Temperature)
Boeing 737-800NG 1 5 4
7 Aroma (Odor)
Boeing 737-800NG 2 4 4
8 Penempatan iklan (Ad Placement)
Boeing 737-800NG 10
9 Kebersihan kabin (Hygiene)
Boeing 737-800NG 10
10 Keramahan Crew (Staff Hospitality)
Boeing 737-800NG 10
11 Bahan/material kursi (Seat Material)
Boeing 737-800NG 4 6
12 Bentuk kursi (Seat Shape)
Boeing 737-800NG 4 6
13 Lebar kursi (Seat Widht)
Boeing 737-800NG 6 4
14 Keamanan kursi (Seat Safety)
Boeing 737-800NG 3 7
15 Ketinggian dudukan kursi (Seat Height)
Boeing 737-800NG 7 3
16 Ketinggian sandaran kursi (Height of Backrest)
Boeing 737-800NG 8 2
17 Ketinggian sandaran tangan (Height of Armrest)
Boeing 737-800NG 5 5
18 Kemiringan kursi (Seat Tilt)
Boeing 737-800NG 1 9
19 Keempukan kursi (Seat Padding)
Boeing 737-800NG 2 8
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
123
20 Jarak lutut (Leg room)
Boeing 737-800NG 8 2
21 Letak/posisi meja (Table Position)
Boeing 737-800NG 10
22 Ukuran meja (Table Size)
Boeing 737-800NG 4 6
23 Letak/posisi tv (IFE) (TV Position)
Boeing 737-800NG 2 8
24 Ukuran tv (TV Size)
Boeing 737-800NG 2 8
25 Lumbar support
Boeing 737-800NG 1 4 5
26 Head support
Boeing 737-800NG 1 9 Jumlah Skor 100 141 19 Persentase 38.50% 54% 7.30%
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa jawaban responden yang
berkaitan dengan tingkat kenyamanan pada kabin pesawat “Boeing 737-800NG”
cenderung “nyaman” karena menunjukan pada nilai total 141 dengan presentase 54%
terhadap penyataan yang ada pada variabel tingkat kenyamanan pada kabin pesawat.
Dari dua puluh enam pertanyaan yang memiliki nilai rata-rata “nyaman”,
dengan nilai tertinggi pada pernyataan mengenai “kebersihan kabin” dan “keramahan
crew” mendapat predikat sangat nyaman, seluruh responden menjawab sangat
nyaman dan nilai terendah pada pernyataan mengenai “ukuran meja” dengan
predikat tidak nyaman.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data yang telah diperoleh dan analisis yang dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan mengenai tingkat kenyamanan yang meliputi
fasilitas area duduk penumpang pada pesawat Garuda Indonesia kelas
ekonomi yang ditinjau dari aspek ergonomi, sebagai berikut:
1. Evaluasi aspek ergonomi pada area duduk pesawat kelas ekonomi sangat
berperan penting, karena faktor ergonomi merupakan unsur yang
mendasari kriteria terciptanya kenyamanan dan keamanan fungsi produk
terhadap penggunanya khususnya tempat duduk. Tempat duduk yang tepat
dan sesuai akan berpengaruh terhadap efektivitas fungsi tempat duduk itu
sendiri yang mempengaruhi kesehatan dan psikologis penggunanya.
2. Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penumpang Pesawat Garuda Indonesia
Kelas Ekonomi Jakarta - Makassar Ditinjau Dari Aspek Ergonomi
merupakan analisis fasilitas area duduk yang meliputi beberapa elemen,
antara lain :
a. Area Duduk Pesawat Garuda Indonesia Kelas Ekonomi.
Area duduk meliputi fasilitas pengisi di dalamnya, antara lain :
1) Kursi/Tempat Duduk.
Hasil observasi terhadap kondisi tempat duduk pesawat Garuda
Indonesia kelas ekonomi mengatakan bahwa :
a) Lebih dari 50% para penumpang pada penerbangan jam malam
dengan menggunakan pesawat jenis Airbus A330-200
mengalami rasa yang cukup nyaman terhadap posisi duduk
mereka yang berkaitan dengan lumbar support dan juga head
124
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
125
support, sedangkan pada penumpang pesawat jenis Boeing
737-800NG mengalami rasa tidak nyaman pada sandaran kursi
karena saat itu kondisi sangat padat dan banyak penumpang
yang merasa sungkan untuk memundurkan sandaran yang
mengakibatkan menegangnya otot di sekitar punggung hingga
tengkuk leher, dan juga ada beberapa penumpang yang merasa
penumpang didepannya terlalu memundurkan sandaran
punggung sehingga mengurangi space (bergerak, menonton,
membaca, dan lainnya) dan ketika meja digunakan space antara
dada dan perut dengan meja terlalu dekat sehingga penumpang
yang dibelakangnya merasa sesak.
b) Beberapa penumpang mengalami pegal sekitar pantat dan
pinggul (area lumbar)
c) Penumpang sering mengalami tangan (siku) tergelincir pada
sandaran tangan ketika menopang kepala karena material cukup
licin.
2) Meja.
Kebanyakan para penumpang menganggap jarak meja
sudah cukup baik, dan ukuran meja sudah sesuai tetapi bentuk
meja menjadi permasalahan tersendiri. Melihat pada penerbangan
Garuda dimana terdapat fasilitas snack/makan besar yang
membutuhkan space untuk menaruh makanan dan minuman, tetapi
bentuk meja yang memiliki banyak lengkungan membuat space
meja menjadi berkurang, dan mengingat kondisi pesawat ketika
sedang mengudara tidaklah stabil terutama ketika menembus awan
(pesawat akan berguncang) membuat tray makanan bergeser.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
126
3) Bagasi / Storage.
Keadaan bagasi kabin sudah cukup sesuai, ukuran yang ada
sudah sesuai standar namun karena keterbatasan berat dan ukuran
barang yang dapat dibawa penumpang kedalam bagasi kabin, maka
terdapat berat dan ukuran yang wajib di taati semua penumpang
demi kenyamanan dan keamanan penumpang yaitu barang/benda
yang cocok untuk dibawa ke dalam kabin penumpang dengan batas
maksimum; panjang 56 cm, lebar 36 cm atau tebal 23 cm, namun
jumlah dari tiga dimensi tersebut tidak melebihi 115 cm atau berat
7kg.
4). Jendela.
Kondisi jendela tidak ada masalah yang berarti hanya
terkadang apabila letak jendela agak jauh/tidak pas disebelah kursi
(terlalu maju atau tidak mendapat jendela) penumpang akan sedikit
mengeluh karena tidak dapat melihat pemandangan diluar, dan
ukuran serta bentuk sudah sesuai standar pesawat terbang.
b. Tata Kondisional.
Tata kondisional merupakan elemen pendukung ruang yang
bisa menjadi faktor penyeimbang antara elemen fisik dan non fisik
(psikologis). Aspek ergonomi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis
manusia yang berpengaruh secara langsung manupun tidak langsung
bagi elemen/benda tehadap manusia/si pemakai, diantaranya meliputi :
1). Pencahayaan.
Pada interior pesawatGaruda Indonesia pencahayaan alami di
dapatkan dari pantulan jendela yang terletak di sisi kanan kiri
badan pesawatyang dipengaruhi terhadap sumber cahaya dari luar
tergantung waktu (siang/malam) dan cuaca.
Mereka mengemukakan kondisi cahaya khususnya saat perjalanan
pada jam malam dengan sample pesawat Garuda Indonesia Airbus
A330-200 Jakarta-Makassar keberangkatan pukul 17:45 WIB dan
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
127
tiba di Makassar pukul 21:05 WIT tidak ada permasalahan yang
signifikan. Kondisi lampu dinyalakan ketika in flight karena
adanya waktu makan, serta melihat aktivitas penumpang pesawat
penerbangan malam yang lebih dari 70% dihabiskan dengan
beristirahat/tidur.
2). Penghawaan / Sirkulasi.
Suhu rata-rata dalam pesawat saat siang hari saat cuaca
cerah berkisar antara 24-27oC, hal tersebut dirasakan cukup sejuk
dan nyaman terhadap para penumpang khususnya saat pesawat
terbang mengudara pada siang hari ketika cuaca cerah yang bisa
saja suhu bisa lebih tinggi. Tetapi terkadang suhu didalam kabin
pesawat juga bisa diatas 24oC dan membuat beberapa penumpang
merasa kepanasan yang membuat kondisi mood memburuk
terutama ketika kondisi pesawat sedang dalam keadaan padat dan
dalam kondisi penerbangan siang.
Mengacu pada hasil jawaban dan komentar para
penumpang terhadap sirkulasi udara dan suhu didalam kabin
pesawat selama perjalanan, masalah yang mendasar dalam aspek
penghawaan dalam interior pesawat kelas ekonomi adalah selain
waktu dan cuaca juga kepadatan penumpang yang terkadang
membuat Air Conditioner (AC) tidak terasa bahkan cenderung
panas.
3). Getaran / Kebisingan.
Tingkat kebisingan dalam transportasi umum, kendaraan
bermesin khususnya pesawat terbang sangatlah bising, untuk
tingkat kebisingan didalam kokpit pesawat sekitar 90-100 desibel,
merupakan tingkat kebisingan kuat yang mempengaruhi kondisi
orang didalamnya khususnya dalam aktivitas interaksi dan
komunikasi antara orang satu dengan lainnya khususnya
penumpang pilot dan juga para penumpang. Tetapi kebisingan ini
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
128
diredam sedemikian rupa agar kebisingan didalam pesawat
berkurang dan membuat penumpang semakin nyaman, salah
satunya dengan penggunaan karpet pada lantai kabin pesawat dan
juga penggunaan upholstery pada kursi pesawat.
B. Saran.
Guna memenuhi kriteria sistem transportasi pesawat yang baik, selain
penyediaan fasilitas yang ada, faktor kenyamanan dan keamanan merupakan
dasar yang tidak bisa lepas dari aspek perancangan alat transportasi umum
khususnya pesawat, yang menjadi transportasi favorit pilihan masyarakat.
Selain jasa pelayanan, fasilitas utama seperti tempat duduk juga menjadi tolak
ukur kualitas sebuah alat transportasi pesawat yang baik yang mampu
memenuhi kebutuhan para penumpangnya secara tepat.
Untuk fasilitas pesawat kelas ekonomi, beberapa hal yang dapat
dipertimbangkan dalam perancangan selanjutnya antara lain :
1. Bentuk kursi yang mengikuti fungsi yang bisa menampung kebutuhan
penumpang pesawat khususnya kelas ekonomi yang meliputi ukuran yang
sesuai, material yang nyaman, fasilitas pendukung yang ada tampilan dan
maintenance/perawatan.
2. Penambahan lumbar support pada kursi.
3. Pengoptimalan bentuk meja agar sesuai dengan kebutuhan penumpang.
4. Suhu didalam kabin diperhatikan agar tetap nyaman terutama pada siang
hari.
5. Pada bagian kepala diberikan penambahan head support agar kursi
semakin nyaman.
6. Pada bagian sandaran tangan diberikan bahan anti slip agar tangan
penumpang tidak tergelincir, terutama saat penumpang sedang menahan
kepala dengan tangan.
7. Selain jasa pelayanannya, pesawat Garuda Indonesia juga harus
memperhatikan segi maintenance / perawatannya seperti : kebersihan
kabin pesawat, estetika dan retrofit (pembaharuan elemen pendukung
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
129
yang sesuai kondisi) agar selalu dalam kondisi layak dan standard quality
yang baik bagi para penggunanya.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
130
Daftar Pustaka
Abdulgani, dan Akyuwen, Roberto, Ekonomika Penerbangan Belajar dari Restrukturisasi Garuda Indonesia, Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2010
Azis, Rudi. Asrul, Pengantar Sistem dan Perencanaan Transportasi, Yogyakarta: Deepublish, 2014
Ching, Francis D.K.., Interior Design Illustrated, Jakarta: Erlangga, 1996
Darmasetiawan dan Puspakesuma, Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu, Jakarta: Mediakreasi Lokanusa dan Artolite Indah Mediatama dan Grasindo, 1991
Djatmiko, Riswan Dwi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Yogyakarta: Deepublish, 2016
Hakim, Chappy, Believe It or Not Dunia Penerbangan Indonesia, Jakarta: Kompas, 2014
Helander, M, A Guide to the Ergonomics of Manufacturin, Great Britain: Taylor & Francis., 1995
Hill, Mc. Graw, Encyclopedia of Science and Technology 3, New York: McGraw-Hill Professional, 1960
Manuaba, A, Bunga Rumpai Ergonomi Vol. 1, Denpasar: Udayana, 1998
Pamudji, Suptandar, Catatan Kuliah Interior Design II, Jakarta: FT Universitas Trisakti, 1982
Panero, Julius & Martin Zelnik, Dimensi Manusia & Ruang Interior, United States: Erlangga, 1979
Pile, John F., Interior Design, New York: Abrams, 1995
Sayoso, Dono, ”Desain Interior Berdasarkan Kepada Kebutuhan Sosial dan Material Ekologis” dalam: Dimensi Interior, Vol 2/No 2, Desember 2004
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
131
Silber, Gerhard. Then, Christophe, Preventive Biomechanics : Optimizing Support System for the Human Body in the Lying and Sitting Position, London: Springer, 2013
Suma'mur, Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja, Jakarta: Sagung Seto, 2009
Suyatno Satrowinoto, Ir., Meningkatkan Produktifitas Dengan Ergonomi, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1985
Vink, Peter & Klaus Brauer, Aircraft Interior Comfort and Design, United States of America: CRC Press, 2011
Wicaksono, Andie. A & Endah Trisnawati, Teori Interior, Jakarta: Griya Kreasi, 2014
Wignjosoebroto, Sritomo, Ergonomi, Study Gerak dan Waktu Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja, Jakarta: Guna Widya, 2003
YB. Mangunwijaya, Pasal-pasal Pengatur Fisika Bangunan, Jakarta: PT. Gramedia, 1980
http://ergo.human.cornell.edu/dea3250flipbook/dea3250notes/sitting.html "Chair Design and Sitting", Cornell University Ergonomics Web, , (diakses penulis pada tanggal 4 Mei 2017, jam 20.35 WIB)
http//www.kompas.com/kompascetak/0404/30/rumah/998461.htm, 2009 (diakses penulis pada tanggal 24 April 2017, jam 17.26 WIB)
https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate-partners/company-profile/about/index.page?. 2017, (diakses penulis pada tanggal 1 Mei 2017, jam 22.35 WIB)