Top Banner
TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO The Acts of Speech in Javanese Advertisement on The Radio oleh/by Suryo Handono Balai Bahasa Jawa Tengah Jalan Elang Raya, Mangunharjo, Tembalang, Semarang Telepon 024-76744357 Faksimile. 024-76744358 [email protected] ABSTRAK Iklan sebagai salah satu bentuk komunikasi memunyai peran penting untuk memperkenalkan suatu produk kepada masyarakat. Tuturan iklan merupakan fenomena menarik untuk diteliti dari berbagai aspek pragmatik, salah satunya adalah tindak tutur. Penelitian ini mengkaji tindak tutur pada wacana iklan berbahasa Jawa di radio. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif ini memaparkan bentuk tindak tutur dan konteks tuturan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio. Strategi yang digunakan adalah analisis isi. Berdasarkan analisis isi diperoleh hasil bahwa bentuk tuturan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio meliputi tindak tutur representatif, direktif, ekpresif, komisif, dan deklaratif. Tindak tutur representatif digunakan dalam konteks memberi tahu, menyatakan, mengakui, melaporkan, menjelaskan, menyebutkan, dan memberikan kesaksian. Tindak tutur direktif digunakan dalam konteks menyuruh, mengajak, mengimbau, menyarankan, dan mengingatkan. Tindak tutur ekspresif digunakan sebagai evaluasi dalam konteks memuji, mengkritik, dan mengeluh. Tindak tutur komisif digunakan hanya dalam konteks memastikan. Tindak tutur deklaratif digunakan dalam konteks melarang, menegaskan, dan meyakinkan. Kata kunci: tindak tutur, konteks, iklan, bahasa Jawa, radio ABSTRACT Advertising as one form of communication has an important role to introduce a product to the community. Advertising is an interesting phenomenon to be examined from various aspects of pragmatic, one of which is the act of speech. This study examines the acts of speech on the discourse of Javanese advertisement on the radio. This descriptive qualitative research describes the form of speech acts and the context of speech in the discourse of Javanese ad on the radio. The strategy used is content analysis. Based on the content analysis, it is found that the form of speech in the Javanese language advertising discourse in the radio includes the act of representative speech, directive, expressive, commissive, and declarative. Representative speech acts are used in the context of notifying, declaring, acknowledging, reporting, explaining, mentioning, and giving testimony. The directive speech acts are used in the context of commanding, referring, appealing, suggesting, and reminding. Expressive speech acts are used as evaluation in the context of praising, criticizing, and complaining. Commissive speech acts are used only in the context of making sure. Declarative speech acts are used in the context of prohibiting, asserting, and reassuring. Keywords: speech acts, context, advertisement, Javanese, radio
20

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

Mar 22, 2022

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

The Acts of Speech in Javanese Advertisement on The Radio

oleh/by

Suryo Handono Balai Bahasa Jawa Tengah

Jalan Elang Raya, Mangunharjo, Tembalang, Semarang

Telepon 024-76744357 Faksimile. 024-76744358

[email protected]

ABSTRAK

Iklan sebagai salah satu bentuk komunikasi memunyai peran penting untuk memperkenalkan

suatu produk kepada masyarakat. Tuturan iklan merupakan fenomena menarik untuk diteliti dari

berbagai aspek pragmatik, salah satunya adalah tindak tutur. Penelitian ini mengkaji tindak tutur

pada wacana iklan berbahasa Jawa di radio. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif ini

memaparkan bentuk tindak tutur dan konteks tuturan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di

radio. Strategi yang digunakan adalah analisis isi. Berdasarkan analisis isi diperoleh hasil bahwa

bentuk tuturan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio meliputi tindak tutur representatif,

direktif, ekpresif, komisif, dan deklaratif. Tindak tutur representatif digunakan dalam konteks

memberi tahu, menyatakan, mengakui, melaporkan, menjelaskan, menyebutkan, dan

memberikan kesaksian. Tindak tutur direktif digunakan dalam konteks menyuruh, mengajak,

mengimbau, menyarankan, dan mengingatkan. Tindak tutur ekspresif digunakan sebagai

evaluasi dalam konteks memuji, mengkritik, dan mengeluh. Tindak tutur komisif digunakan

hanya dalam konteks memastikan. Tindak tutur deklaratif digunakan dalam konteks melarang,

menegaskan, dan meyakinkan.

Kata kunci: tindak tutur, konteks, iklan, bahasa Jawa, radio

ABSTRACT

Advertising as one form of communication has an important role to introduce a product to the

community. Advertising is an interesting phenomenon to be examined from various aspects of

pragmatic, one of which is the act of speech. This study examines the acts of speech on the

discourse of Javanese advertisement on the radio. This descriptive qualitative research

describes the form of speech acts and the context of speech in the discourse of Javanese ad on

the radio. The strategy used is content analysis. Based on the content analysis, it is found that

the form of speech in the Javanese language advertising discourse in the radio includes the act

of representative speech, directive, expressive, commissive, and declarative. Representative

speech acts are used in the context of notifying, declaring, acknowledging, reporting,

explaining, mentioning, and giving testimony. The directive speech acts are used in the context

of commanding, referring, appealing, suggesting, and reminding. Expressive speech acts are

used as evaluation in the context of praising, criticizing, and complaining. Commissive speech

acts are used only in the context of making sure. Declarative speech acts are used in the context

of prohibiting, asserting, and reassuring.

Keywords: speech acts, context, advertisement, Javanese, radio

Page 2: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

2

PENDAHULUAN

Iklan adalah pesan atau berita yang

disampaikan untuk memberitahukan

produk dan atau jasa kepada masyarakat

atau khalayak ramai. Sebagai salah satu

bentuk komunikasi, iklan harus hangat

dan jelas karena memunyai peran

penting untuk memengaruhi masyarakat

agar mau membeli, memakai, atau

memiliki suatu produk berupa barang

atau jasa. Untuk itu, diperlukan

perhatian khusus untuk menyajikan

iklan yang terkini dan sesuai dengan

konteks perhatian masyarakat sesuai

dengan sasaran iklan. Beragam bentuk

iklan menarik dan kreatif yang tersaji di

media cetak dan media elektronik

memunculkan fenomena tersendiri

sehingga dapat menimbulkan gaya

hidup baru bagi masyarakat. Fenomena

tersebut dapat dipahami apabila dilihat

dalam perspektif ideologi iklan. Hal itu

dapat diartikan sebagai usaha pengiklan

untuk selalu menonjolkan keunggulan

produk yang diiklankan.

Iklan merupakan salah satu wujud

wacana yang menarik. Selain sarat

informasi, iklan juga memuat unsur

persuasif yang sangat tinggi, yaitu

membujuk atau menggiring orang untuk

mengambil tindakan yang menguntung-

kan pihak pembuat iklan dan menarik

perhatian pembaca iklan agar memiliki

atau memenuhi permintaan pemasang

iklan. Karena lebih mementingkan

aspek persuasif, bahasa yang digunakan

pun bersifat persuasif dengan tingkat

perlokusioner yang tinggi.

Tuturan iklan merupakan feno-

mena menarik untuk diteliti dari

berbagai aspek pragmatik, salah satunya

adalah tindak tutur. Tindak tutur

merupakan pijakan mendasar dalam

kajian pragmatik (Rustono, 1999, hlm.

31). Tindak tutur menjadi dasar analisis

aspek pragmatik yang lain seperti

praanggapan, perikutan, implikatur

percakapan, prinsip kerja sama, dan

prinsip kesantunan. Oleh karena itu,

penelitian ini difokuskan pada tindak

tutur, yaitu tindak tutur dalam iklan

berbahasa Jawa di radio di Jawa

Tengah.

Penelitian pragmatik wacana iklan

sebenarnya sudah dilakukan oleh para

peneliti, seperti Ulfah (2003), Harahap

(2008), Indriani (2012), Elmira (2013),

Alfani (2014), dan Nissa (2014). Hasil

penelitian tersebut lebih memfokuskan

pada wacana iklan tertulis dan televisi.

Iklan radio, khususnya yang berbahasa

Jawa, belum diteliti. Oleh karena itu,

penelitian ini relevan dilakukan untuk

menjawab permasalahan bagaimanakah

bentuk tindak tutur dan konteks tuturan

dalam wacana iklan berbahasa Jawa di

radio.

Ketika mendengar ujaran penutur,

mitra tutur tidak hanya berusaha

memahami makna ujaran itu, tetapi juga

makna yang dikehendaki penutur.

Untuk memahami makna tersebut, mitra

tutur perlu memperhatikan konteks yang

ada. Dengan pemahaman itu,

komunikasi akan berjalan lancar. Jika

konteks tuturan tidak dipahami, akan

terjadi kesalahpahaman sehingga

komunikasi tidak akan berjalan lancar.

Pragmatik berkaitan dengan

konteks, yaitu hal-hal yang berkaitan

dengan lingkungan fisik dan sosial

sebuah tuturan maupun latar belakang

pengetahuan bersama penutur dan mitra

tutur yang membantu mitra tutur

menafsirkan makna tuturan (Nadar,

2009, hlm. 6). Aspek-aspek lingkungan

fisik dan sosial itu disebut sebagai unsur

di luar bahasa yang dikaji dalam

pragmatik. Menurut Nababan (1987:

2),pragmatik memiliki dua pengertian.

Pertama, kajian dari hubungan antara

bahasa dan konteks yang mendasari

Page 3: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

3

penjelasan pengertian bahasa.

Pengertian bahasa menunjuk pada fakta

bahwa untuk mengerti suatu ungkapan

atau ujaran bahasa diperlukan

pengetahuan di luar makna kata dan

hubungannya dengan konteks

pemakaiannya. Kedua, kajian tentang

kemampuan pemakai bahasa

mengaitkan kalimat dengan konteks

yang sesuai.

Pragmatik mengkaji makna

kalimat yang dituturkan oleh penutur

sesuai dengan konteks dan situasi.

Kridalaksana (1993:177) menyatakan

bahwa pragmatik adalah ilmu yang

menyelidiki pertuturan, konteksnya, dan

maknanya. Sementara itu, Leech

(1993:9) menyatakan bahwa pragmatik

adalah studi tentang makna dalam

hubungannya dengan situasi ujar.

Berdasarkan pendapat tersebut,

pragmatik menekankan pada makna dan

situasi ujar. Pragmatik tidak dapat lepas

dari bahasa dan konteks. Jadi,

pragmatik merupakan bidang yang

mengkaji kemampuan penutur

menyesuaikan kalimat yang dituturkan

sesuai dengan konteksnya sehingga

komunikasi berjalan lancar.

Leech (1993:5—6) menyatakan

bahwa pragmatik mempelajari maksud

tuturan, yaitu untuk apa tuturan itu

dilakukan dan apa maksudnya serta

mengaitkan dengan siapa berbicara

kepada siapa, di mana, dan bagaimana.

Tindak tutur merupakan entitas yang

bersifat sentral di dalam pragmatik dan

merupakan dasar bagi analisis topik-

topik lain, seperti praanggapan,

perikutan, implikatur percakapan,

prinsip kerja sama, dan prinsip

kesantunan (Wijana, 1996:46).

Ibrahim (1993:106)

mengungkapkan bahwa sebagian

tuturan bukanlah pernyataan tentang

sesuatu, tetapi merupakan tindakan.

Menuturkan sesuatu dapat disebut

sebagai tindakan atau aktivitas karena

sebuah tuturan selalu memiliki maksud

tertentu. Maksud itulah yang

menimbulkan pengaruh tertentu

terhadap orang lain, seperti halnya

mencubit atau memukul. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa tindak

tutur adalah aktivitas menuturkan

sesuatu dengan maksud tertentu. Sejalan

dengan itu, Rustono (1999:24)

mengemukakan bahwa aktivitas

menuturkan sesuatu dengan maksud

tertentu merupakan tindak tutur karena

berpengaruh terhadap orang lain yang

mendengarkan sehingga menimbulkan

respons dan terjadilah peristiwa

komunikasi. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa tindak tutur adalah

suatu tindakan bertutur yang memiliki

maksud tertentu yang dapat

diungkapkan secara eksplisit maupun

implisit. Tindak tutur yang memiliki

maksud tertentu tersebut tidak dapat

dipisahkan dari konsep situasi tutur.

Konsep tersebut memperjelas

pengertian tindak tutur sebagai suatu

tindakan yang menghasilkan tuturan

sebagai produk tindak tutur.

Austin dan Searle membagi

tuturan menjadi tiga jenis, yaitu tindak

lokusioner, ilokusioner, dan perlokusi-

oner atau biasa disebut dengan lokusi,

ilokusi dan perlokusi. Tindak tutur

lokusi adalah tindak tutur untuk

menyatakan sesuatu. Dalam tindak tutur

ini dihasilkan serangkaian bunyi bahasa

yang berarti sesuatu (Ibrahim, 1993,

hlm. 15). Tindak tutur lokusi

merupakan tindak tutur yang relatif

paling mudah diidentifikasi karena

dapat dilakukan tanpa menyertakan

konteks tuturan (Wijana, 1996:17—18).

Dalam tindak lokusi fungsi tuturannya

tidak dipermasalahkan karena

maknanya terdapat dalam kalimat yang

Page 4: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

4

dituturkan. Tindak tutur ini merupakan

tindak tutur yang paling mudah

diidentifikasi karena tidak

mengikutsertakan maksud.

Berdasarkan kategori gramatikal,

bentuk tindak tutur lokusi dibedakan

menjadi tiga, yaitu (1) pernyataan

(deklaratif) yang berfungsi

memberitahukan sesuatu kepada orang

lain agar menaruh perhatian, (2)

pertanyaan (interogatif) yang berfungsi

untuk menanyakan sesuatu sehingga

pendengar memberikan jawaban atas

pertanyaan yang diajukan, dan (3)

perintah (imperatif) yang memiliki

maksud agar pendengar memberikan

tanggapan berupa tindakan atau

perbuatan yang diminta.

Tindak ilokusi merupakan tindak

tutur yang mengandung maksud dan

daya tuturan. Tindak ilokusi tidak

mudah diidentifikasi karena berkaitan

dengan siapa bertutur kepada siapa,

kapan, dan di mana tindak tutur itu

dilakukan dan sebagainya. Tindak

ilokusi ini merupakan bagian yang

penting dalam memahami tindak tutur

(Wijana, 1996:). Untuk mempermudah

identifikasi, ada beberapa verba yang

menandai tindak tutur ilokusi, antara

lain melaporkan, mengumumkan,

bertanya, menyaran-kan, berterima

kasih, mengusulkan, mengakui,

mengucapkan selamat, berjanji, dan

mendesak (Rustono, 1999:38).

Sejalan dengan pendapat tersebut,

Cummings (2007:9) menyatakan bahwa

tindak ilokusi adalah ujaran-ujaran yang

memiliki daya tertentu, seperti memberi

tahu, memerintah, mengingatkan, dan

melaksanakan. Tindak tutur ilokusi

biasanya diidentifikasikan dengan

kalimat perfomatif yang eksplisit.

Tindak tutur ini biasanya berkenaan

dengan pemberian izin, mengucapkan

terima kasih, menyuruh, menawarkan,

menjanjikan, dan sebagainya (Chaer

dan Leonie, 2010:53).

Nababan (1987:18) menyatakan

bahwa ilokusi adalah pengucapan suatu

pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan.

Menurut Wijana (1996:18) ilokusi

adalah penuturan yang digunakan untuk

melakukan sesuatu. Sementara itu,

Chaer dan Leonie (2010, hlm. 54)

berpendapat bahwa ilokusi adalah

pernyataan, tawaran, janji dan lain-lain

dalam pengujaran. Berdasarakan

pendapat tersebut, dapat disimpulkan

bahwa ilokusi adalah tindak bahasa

yang dibatasi oleh konvensi sosial,

misalnya menyapa, menuduh,

mengakui, dan memberi salam. Dengan

demikian, tindak ilokusi tidak hanya

berfungsi untuk menginformasikan

sesuatu, tetapi juga mengacu untuk

melakukan sesuatu.

Searle (Leech, 1993:165)

mengelompokkan tindak ilokusi

menjadi lima jenis, yaitu (1) asertif

yang mengikat penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan, misalnya

menyatakan, menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim; (2) direktif

yang dimaksudkan untuk memengaruhi

agar mitra tutur melakukan tindakan,

seperti memesan, memerintah,

memohon, menasihati, dan merekomen-

dasi; (3) ekspresif yang berfungsi untuk

menyatakan atau menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap suatu

keadaan, seperti berterima kasih,

memberi selamat, meminta maaf,

menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa; (4) komisif yang

berfungsi untuk menyatakan janji atau

penawaran, seperti berjanji, bersumpah,

dan menawarkan sesuatu; dan (5)

deklaratif yang menghubungkan isi

tuturan dengan kenyataannya, seperti

berpasrah, memecat, membaptis,

Page 5: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

5

memberi nama, mengangkat,

mengucilkan, dan meng-hukum.

Tuturan yang diucapkan oleh

penutur sering memiliki efek atau

pengaruh bagi yang mendengarkannya.

Efek atau daya pengaruh ini dapat

terjadi karena disengaja ataupun tidak

disengaja oleh penutur. Efek yang

dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu

itulah yang disebut tindak perlokusi.

Rustono (1999, hlm. 38)

menyatakan bahwa perlokusi adalah

tindak tutur yang pengujarannya

dimaksudkan untuk memengaruhi mitra

tutur. Sementara itu, Tarigan (1984,

hlm. 35) menyatakan bahwa ujaran

yang diucapkan penutur bukan hanya

peristiwa ujar yang terjadi dengan

sendirinya, tetapi merupakan ujaran

yang mengandung maksud dan tujuan

tertentu yang dirancang untuk

menghasilkan efek, pengaruh, atau

akibat terhadap lingkungan mitra tutur.

Pada sisi lain, Chaer dan Leonie (2010,

hlm. 70) berpendapat bahwa perlokusi

berhubungan dengan sikap dan perilaku

nonlinguistik .

Searle (1976, hlm. 59-82)

mengklasifikasi tindak tutur menjadi

lima, yaitu representatif, direktif,

komisif, ekspresif, dan deklaratif.

Tindak tutur representatif mengikat

penuturnya terhadap kebenaran ujaran.

Yang termasuk tuturan ini adalah

tuturan yang memberikan pernyataan,

seperti menyatakan, menuntut,

mengakui, melaporkan, menunjukkan,

menyebutkan, memberikan kesaksian,

dan berspekulasi. Tindak tutur direktif

memungkinkan penutur meminta mitra

tutur melakukan tindakan yang

disebutkan dalam tuturan itu. Tuturan

memaksa, memohon, menyarankan,

mengajak, meminta, menyuruh,

menagih, mendesak, menyarankan,

memerintah, memberi aba-aba dan

menantang termasuk ke dalam tindak

tutur ini. Tindak tutur ekspresif adalah

tuturan yang dapat diartikan sebagai

evaluasi tentang hal yang disebutkan di

dalam tuturan. Tuturan memuji,

mengucapkan terima kasih, mengkritik,

mengeluh, menyalahkan, mengucapkan

selamat, menyanjung termasuk dalam

tindak tutur ekspresif. Kemudian, tindak

tutur komisif mengikat penutur untuk

melaksanakan apa yang disebutkan di

dalam tuturan, seperti berjanji, ber-

sumpah, dan menyanggupi. Tindak tutur

deklaratif dimaksudkan untuk

menciptakan hal (status, keadaan, dan

sebagainya) yang baru. Tuturan-tuturan

dengan maksud mengesahkan,

memutuskan, membatalkan, melarang,

mengizinkan, mengabulkan,

mengangkat, menolong, mengampuni,

memaaf-kan termasuk tindak tutur

deklaratif.

Penelitian ini bersifat deskriptif

kualitatif dengan strategi analisis isi

(content analysis), yaitu teknik

penelitian yang memanfaatkan

seperangkat prosedur untuk menarik

simpulan yang sahih (Peer dan Mary

Nesbitt, 2004). Data penelitian berupa

ujaran dalam wacana iklan berbahasa

Jawa di radio. Sumber data dalam

penelitian ini adalah iklan berbahasa

Jawa di radio swasta niaga di Jawa

Tengah yang disiarkan pada bulan April

sampai dengan Juni 2016. Karena

keterbatasan iklan berbahasa Jawa di

radio, sumber data penelitian ini tidak

dibatasi pada iklan dan radio tertentu.

Penyediaan data dilakukan dengan

teknik simak, rekam, dan catat

(Sudaryanto, 2015:204—206).

Analisis yang digunakan adalah

analisis kualitatif yang bersifat induktif,

yaitu analisis berdasarkan data yang

diperoleh. Data dianalisis, dibanding-

kan, dan dipadukan membentuk suatu

Page 6: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

6

kajian yang sistematis, padu, dan utuh

(Sutopo, 2002:69—70). Penelitian

kualitatif ini mengedepankan analisis

induktif dengan menghadirkan uraian-

uraian mengenai bentuk tindak tutur

diikuti dengan uraian pemaknaan

konteks tuturan. Selanjutnya,

pembahasan mengerucut dan

mengkristal ke perumusan-perumusan

singkat padat dan simpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tindak Tutur Representatif

Tindak tutur representatif adalah tindak

tutur yang mengikat penutur atas

kebenaran tuturannya. Yang termasuk

tindak tutur representatif dalam wacana

iklan berbahasa Jawa di radio adalah

tuturan dengan konteks memberi tahu,

menyatakan, mengakui, melaporkan,

menjelaskan, menyebutkan, dan

memberikan kesaksian.

Dengan tindak tutur representatif

penutur mempresentasikan apa yang ia

maksudkan. Tindak tutur tersebut

terdapat pada data berikut ini.

Data 1 Iklan Teh Cap Dandang

Mila leres, Mbah, Teh Cap

Dandang panci teh pilihan, arum,

sedhep, kenthel, tur manteb ta. Teh

Cap Dandang menika produksi

Perusahaan Teh Kartini saking

Pekalongan ingkang sampun

kawentar tehipun.

„Memang benar, Mbah, Teh Cap

Dangang memang teh pilihan,

harum, sedap, kental, lagi pula

mantap. Teh Cap Dandang itu

diproduksi oleh Perusahaan Teh

Kartini dari Pekalongan yang sudah

terkenal tehnya.‟

Data (1) merupakan tindak tutur

representatif dengan konteks memberi

tahu. Penutur memberi tahu dan

meyakinkan mitra tutur bahwa Teh

Dandang benar-benar merupakan teh

pilihan, harum, sedap, kental, dan

mantap rasanya. Selain itu, penutur juga

memberi tahu bahwa Teh Dandang itu

diproduksi oleh Perusahaan Teh Kartini

dari Pekalongan. Informasi tersebut

disampaikan untuk meyakinkan

pendengar bahwa Teh Dandang layak

untuk dipilih. Untuk menguatkan

keyakinan mitra tutur memilih teh itu,

penutur juga memberitahukan bahwa

Perusahaan Teh Kartini Pekalongan

sudah terkenal dengan hasil olahan

tehnya. Dengan demikian, mitra tutur

diharapkan tidak ragu memilih dan

mengonsumsi Teh Dandang.

Tindak tutur representatif dengan

konteks menyatakan memungkinkan

penutur mengatakan, mengemukakan,

atau mempermaklumkan perasaan atau

maksud hatinya. Tindak tutur tersebut

terdapat pada data berikut ini.

Data 2 Iklan Tolak Angin Komplit

Bapak : Adhuh bune awakku kok padha

pegel kabeh.

„Aduh, Bu, badanku pegal-pegal

semua.‟

Ibu : Niki lho, Pakne, jamu Tolak Angin

Komplit, obat herbal kangge masuk

angin, mendhakake weteng

kembung, weteng lara, nglegakake

tenggorokan, njaga kasarasan

awak sarta apik diunjuk nalika

perjalanan, awak sayah lan kurang

turu. Obat iki didamel saka bahan

alami, kayata minyak adas, kayu

ules, godhong cengkeh, meniran,

jahe, lan madu. Ayo pakne diunjuk

saniki supados enggal waras.

„Ini lho, Pak, jamu Tolak Angin

Komplit, obat herbal untuk masuk

angin, menyembuhkan perut

kembung, perut sakit, melegakan

tenggorokan, menjaga kebugaran

badan dan baik diminum ketika

perjalanan jauh, badan capek dan

kurang tidur. Obat ini dibuat dari

Page 7: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

7

bahan alami, seperti minyak adas,

kayu ules, daun cengkih, meniran,

jahe, dan madu. Ayo, Pak, diminum

sekarang supaya cepat sembuh.

Pada data (2) terdapat tindak tutur

representatif menyatakan, yaitu tuturan

Ibu “Niki lho, Pakne, ... Ayo pakne

diunjuk saniki supados enggal waras.”

Pada tuturan itu Ibu menyatakan bahwa

jamu Tolak Angin Komplit merupakan

obat herbal untuk masuk angin yang

juga dapat menyembuhkan perut

kembung, perut sakit, melegakan

tenggorokan, menjaga kebugaran badan,

badan capek, dan kurang tidur. Obat itu

baik diminum ketika perjalanan jauh.

Selain itu, obat tersebut dibuat dari

bahan alami, seperti minyak adas, kayu

ules, daun cengkih, meniran, jahe, dan

madu. Tuturan Ibu tersebut merupakan

respons terhadap keluhan Bapak bahwa

badannya pegal semuanya yang juga

menggunakan tindak tutur representatif

menyatakan, “Adhuh bune awakku kok

padha pegel kabeh.”

Tindak tutur representatif

mengakui memungkinkan penutur

mengakui kebenaran atau ketidak-

benaran sesuatu. Tindak tutur tersebut

terdapat pada data berikut ini.

Data 3 Iklan Teh Pendawa

Bapak : Hem, wis ra malih malah tambah

manteb, wangi, rasane cles banget.

„Hem, sudah tidak berubah justru

bertambah mantap, wangi, rasanya

cles sekali.”

Anak : Wonten napa, Pak. Kok ngendikan

piyambak?

„Ada apa, Pak. Kok bicara sendiri?‟

Bapak : Iki, Nok, sing jenenge Teh

Pendawa. Ora biyen ora saiki,

rasane ki ora malih, malah tambah

manteb.

„Ini, Nok, yang namanya Teh

Pendawa. Tidak dahulu tidak

sekarang, rasanya tidak berubah,

justru tambah mantap.‟

Pada data (3) terdapat tindak tutur

representatif mengakui, yang tecermin

pada tuturan Bapak, baik tuturan

pertama maupun kedua. Pada tuturan

pertama ia mengungkapkan pengakuan

pada diri sendiri bahwa Teh Pendawa

tidak berubah kualitasnya dan justru

tambah mantap, wangi, dan cles

rasanya. Pada tuturan kedua ia

mengemukakan pengakuan kepada

mitra tuturnya (anak) bahwa dari dahulu

sampai sekarang rasa Teh Pendawa

tidak berubah, tetapi justru semakin

mantap. Melalui tuturan tersebut,

pengiklan meyakinkan pendengar

bahwa Teh Pendawa layak dipilih dan

dinikmati karena rasanya sangat nikmat.

Tindak tutur representatif juga

digunakan dalam konteks melaporkan.

Konteks melaporkan ini hampir sama

dengan konteks memberi tahu, seperti

data berikut ini.

Data 4 Iklan Poldamik

Ibu : Adhuh, Pak, sirahku kari separo.

„Aduh, Pak, kepalaku tinggal

sebelah.‟

Bapak : Lha sing separo meneh neng

ngendi?

„Lha yang sebelah lagi ke mana?

Ibu : Lara.

„Sakit.‟

Bapak : Oalah, sakit kepala sebelah kuwi.

Iku merga migren.

„Oalah, sakit kepala sebelah itu. Itu

karena migren.‟

Ibu : Adhuh, sing penting obate. Aku wis

nyoba obat sakit kepala biasa,

nanging kumat maneh, kumat

maneh.

„Aduh, yang penting obatnya. Saya

sudah mencoba obat sakit kepala

biasa, tetapi kambuh lagi, kambuh

lagi.‟

Bapak : Lha, ora usah panik, ngombe wae

Poldamik!

„Lha, tidak usah panik, minum saja

Poldamik!‟

Page 8: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

8

Narator: Poldamik, obat sakit kepala

sebelah sing pertama tanpa resep

dokter. Poldamik marasake sakit

kepala sebelah kanthi tepat lan

bener. Poldamik wis sumadia ing

apotek lan toko obat sacelak

Panjenengan.

„Poldamik, obat sakit kepala

sebelah yang pertama tanpa resep

dokter. Poldamik menyembuhkan

sakit kepala sebelah dengan tepat

dan benar. Poldamik sudah tersedia

di apotek dan toko obat di dekat

Anda.‟

Tuturan Ibu, Adhuh, Pak, sirahku

kari separo „Aduh, Pak, kepalaku

tinggal sebelah.‟, merupakan tindak

tutur representatif melaporkan, yaitu

memberi tahu Bapak bahwa ia sakit

kepala sebelah. Karena sakit kepala itu

memang benar dialaminya sendiri,

tuturan Ibu tersebut dapat dikatakan

sebagai melaporkan keadaan dirinya.

Selain tuturan Ibu, tuturan narator juga

merupakan tindak tutur representatif

dalam konteks melaporkan. Pada

tuturan itu Narator melaporkan kepada

para pendengar bahwa Poldamik

merupakan obat sakit kepala yang

pertama dapat dibeli tanpa resep dokter.

Poldamik menyembuhkan sakit kepala

sebelah dengan tepat dan benar. Narator

juga melaporkan bahwa Poldamik sudah

tersedia di apotek dan toko obat di dekat

tempat tinggal pendengar.

Tindak tutur representatif dengan

konteks menjelaskan memungkinkan

penutur mempresentasikan sesuatu

dengan cara menguraikan secara jelas,

seperti data berikut ini.

Data 5 Iklan Pengobatan Alternatif Haji

Zulkifli Hasan

Haji Zulkifli Hasan ngobati maneka

penyakit, kados ta tumor kan-

dhungan, kanker payudhara, hernia,

ambeien, lemah syahwat, ginjal,

kencing batu, asma, paru-paru, TBC.

Haji Zulkifli Hasan ngginakaken tiga

metodhe penyembuhan terapi ilmiah

dibantu ngginakaken ramuan sinse

dikombinasi ramuan arak Tiongkok,

Pakistan, lan India. Ampuh ugi

ngobati dhiabetes, amandhel,

reumatik, lumpuh, dharah tinggi,

mah, eksim, usus buntu, sifilis,

keputihan, lan sanes-sanesipun tanpa

operasi.

„Haji Zulkifli Hasan mengobati

bermacam-macam penyakit, seperti

tumor kandungan, kanker payudara,

hernia, ambeien, lemah syahwat,

ginjal, kencing batu, asma, paru-paru,

TBC. Haji Zulkifli Hasan

menggunakan tiga metode

penyembuhan terapi ilmiah dibantu

menggunakan ramuan sinse

dikombinasi ramuan arak Tiongkok,

Pakistan, dan India. Ampuh juga

mengobati diabetes, amandel,

reumatik, lumpuh, darah tinggi, mag,

eksim, usus buntu, sifilis, keputihan,

dan lain-lainnya tanpa operasi.‟

Tuturan narator tersebut

merupakan tindak tutur representatif

dalam konteks menjelaskan. Narator

menjelaskan keampuhan Haji Zulkifli

Hasan yang dapat mengobati berbagai

macam penyakit tanpa operasi. Dalam

melakukan pengobatan, Haji Zulkifli

Hasan menggunakan tiga metode

penyembuhan terapi ilmiah yang

dipadukan dengan penggunaan ramuan

dari sinse dan dikombinasikan dengan

ramuan arak Tiongkok, Pakistan, dan

India. Dengan tuturan representatif

menjelaskan tersebut, penutur berharap

mitra tutur percaya dan memanfaatkan

jasa Haji Zulkifli Hasan dalam

mengatasi penyakit yang dideritanya.

Tindak tutur representatif juga

memungkinkan penutur mempresentasi-

kan maksud dengan menyebutkan apa,

mengapa, dan bagaimana, seperti pada

data berikut ini.

Page 9: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

9

Data 6 Iklan Tolak Angin Komplit

Bapak : Apa iku, Bune? „Apa itu, Bu?‟

Ibu : Niki lho, Pakne, jamu Tolak Angin

Komplit, obat herbal kangge masuk

angin, mendhakake weteng

kembung, weteng lara, nglegakake

tenggorokan, njaga kasarasan

awak sarta apik diunjuk nalika

perjalanan, awak sayah lan kurang

turu. Obat iki didamel saka bahan

alami, kayata minyak adas, kayu

ules, godhong cengkeh, meniran,

jahe, lan madu. Ayo pakne diunjuk

saniki supados enggal waras.

„Ini lho, Pak, jamu Tolak Angin

Komplit, obat herbal untuk masuk

angin, menyembuhkan perut

kembung, perut sakit, melegakan

tenggorokan, menjaga kebugaran

badan dan baik diminum ketika

perjalanan jauh, badan capek dan

kurang tidur. Obat ini dibuat dari

bahan alami, seperti minyak adas,

kayu ules, daun cengkih, meniran,

jahe, dan madu. Ayo, Pak, diminum

sekarang supaya cepat sembuh.‟

Bapak : Wah enak tenan, Bune. Awak krasa

seger buger kaya lebar dipijeti wae.

„Wah, benar-benar enak, Bu. Badan

terasa segar bugar seperti habis

dipijit saja.‟

Tuturan Ibu pada iklan tersebut

mempresentasikan sebuah obat dengan

menyebutkan nama, mengapa harus

memilih obat itu, dan bagaimana obat

itu dibuat. Dengan jelas Ibu

menyebutkan nama obat yang dimaksud

adalah Tolak Angin Komplit. Obat

herbal itu harus dipilih karena

berkhasiat untuk mengobati masuk

angin, menyembuhkan perut kembung,

perut sakit, melegakan tenggorokan,

menjaga kebugaran badan dan baik

diminum ketika perjalanan jauh, badan

capek dan kurang tidur. Kemudian,

disampaikan juga bahwa obat herbal itu

dibuat dari bahan alami, seperti minyak

adas, kayu ules, daun cengkih, meniran,

jahe, dan madu. Tuturan tersebut

merupakan respons atau jawaban dari

pertanyaan mitra tutur (Bapak) yang

ingin mengetahui sesuatu yang akan

diberikan kepadanya.

Tindak tutur representatif juga

memungkinkan penutur memberi

kesaksian atas sesuatu. Tindak tutur

tersebut terlihat pada data berikut ini.

Data 7 Iklan Tolak Angin Komplit

Bapak : Wah enak tenan, Bune. Awak krasa

seger buger kaya lebar dipijeti wae.

„Wah, benar-benar enak, Bu. Badan

terasa segar bugar seperti habis

dipijit saja.‟

Ibu : Bener ta omongku? Awak dadi

seger buger amarga ngunjuk Tolak

Angin Komplit. „Benar kan kataku?

Badan jadi segar bugar karena

minum Tolak Angin Komplit.‟

Tindak tutur representatif dalam

konteks memberi kesaksian terdapat

pada tuturan Bapak. Tuturan itu

memberi kesaksian atas manfaat dan

efek yang timbul setelah minum Tolak

Angin Komplit. Kesaksian itu dikuatkan

melalui respons ibu. Melalui tuturan

kesaksian itu, pengiklan berharap

pendengar yakin dan tergerak untuk

menggunakan obat Tolak Angin

Komplit.

Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif memungkinkan

penutur memaksa, memohon, meminta,

menyuruh, mengajak, mendesak,

memerintah, melarang, dan memberi

aba-aba agar mitra tutur melakukan

tindakan yang disebutkan di dalam

tuturan itu. Tindak tutur direktif dalam

wacana iklan berbahasa Jawa di radio

digunakan dalam konteks menyuruh,

mengajak, mengimbau, menyarankan,

dan mengingatkan.

Tindak tutur direktif dalam

konteks menyuruh memungkinkan

Page 10: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

10

penutur menyuruh mitra tutur

melakukan tindakan yang dimaksudkan,

seperti pada data berikut ini.

Data 8 Iklan Antangin JRG

Ndang ngunjuk sakdurunge masuk

angin dadi flu! „Segera minum

sebelum masuk angin menjadi flu!‟

Data (8) merupakan tindak tutur

direktif dalam konteks menyuruh mitra

tutur untuk melakukan tindakan sesuai

dengan yang dimaksudkannya. Tuturan

tersebut menyuruh untuk segera minum

Antangin sebelum masuk angin yang

dideritanya bertambah parah menjadi

flu. Konteks menyuruh pada data itu

ditandai dengan penggunaan frasa

ndang ngunjuk „segera minum‟.

Tindak tutur direktif dalam

konteks mengajak memungkinkan

penutur menganjurkan mitra tutur

melakukan tindakan sesuai dengan yang

dimaksudkannya, seperti pada data

berikut ini.

Data 9 Iklan Puyer Cap 19

Bapak-bapak lan Ibu-ibu boten

sisah bingung menawi sirah ngelu,

gerah waja, linu ing otot lan

sendhi, utawi sakit bulanan,

sumangga ngunjuk Puyer Obat

Sakit Kepala Cap 19. Menawi

putra-putri Panjenengan sakit

benter, Puyer Cap 19 ugi saget

ngandhapaken benter. Pramila

saupami Panjenengan keganggu

amargi sirah ngelu, sumangga

ngunjuk Puyer Obat Sakit Kepala

Cap 19.

„Bapak-bapak dan Ibu-ibu tidak

perlu bingung jika kepala pusing,

sakit gigi, linu di otot dan sendi,

atau sakit bulanan, silakan minum

Puyer Obat Sakit Kepala Cap 19.

Jika putra-putri Anda sakit panas

(demam), Puyer Cap 19 juga dapat

menurunkan panas. Oleh karena itu,

seandainya terganggu karena kepala

pusing, silakan minum Puyer Obat

Sakit Kepala Cap 19.‟

Pada data (9) terdapat tindak

tutur direktif mengajak, sumangga

ngunjuk Puyer Obat Sakit Kepala Cap

19. Tuturan itu mengajak pendengar

melakukan tindakan yang

dimaksudkannya, yaitu minum Puyer

Obat Sakit Kepala Cap 19. Konteks

mengajak pada tuturan tersebut ditandai

dengan kata sumangga yang dapat

diartikan sebagai „silakan‟ atau „mari‟.

Tindak tutur direktif dalam

konteks mengimbau memungkinkan

penutur menyerukan permintaan kepada

mitra tutur untuk melakukan tindakan

yang dimaksudkannya. Tindak tutur itu

tampak pada data berikut ini.

Data 10 Iklan Parameks

Pria : Adhuh, aja nganti sampeyan

ngrasakke ngelu sing kaya ngene.

Sirah rasane kaya pecah-pecaha.

„Aduh, jangan sampai Anda

merasakan sakit kepala seperti ini.

Kepala rasanya seperti pecah

saja.‟

Narator: Menawi Panjenengan boten kiyat

ngraosaken ngelu ingkang

mekaten, ngunjuk kemawon

Parameks. Parameks kanthi

formula efektif saged ngicalaken

raos ngelu Panjenengan. „Jika

Anda tidak kuat merasakan sakit

kepala yang seperti itu, minum

saja Parameks. Parameks dengan

formula efektif dapat

menghilangkan rasa pusing

Anda.‟

Pada data (10), tindak tutur

direktif mengimbau terdapat pada

tuturan Menawi Panjenengan boten

kiyat ngraosaken ngelu ingkang

mekaten, ngunjuk kemawon Parameks.

Tuturan itu dimaksudkan untuk

mengimbau pendengar agar melakukan

tindakan yang diminta dalam tuturan,

Page 11: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

11

yaitu minum Parameks. Konteks

mengimbau pada tuturan itu ditandai

oleh frasa ngunjuk kemawon.

Tindak tutur direktif dalam

konteks menyarankan memungkinkan

penutur menyampaikan pendapat untuk

dipertimbangkan dalam menentukan

tindakan selanjutnya. Penggunaan

tindak tutur direktif menyarankan itu

terdapat pada data berikut ini.

Data 11 Iklan Jamu Komplit 51

Ibu : Apa meneh, Pak? Mumpung isih

neng kene. „Apa lagi, Pak?

Senyampang masih di sini.‟

Bapak : Sik, sik, sik, Bu. Iki rokok, sabun,

gula, kopi uwis. Jamu Enak

Tenan. „Sebentar, sebentar,

sebentar, Bu. Ini rokok, sabun,

gula, kopi sudah. Jamu Enak

Tenan.‟

Ibu : Jamu Enak Tenan? Wadhuh,

Bapak ki kuna, ketinggalan

jaman. Saiki ganti, Pak. Jamu 51,

jamu susu siap sedhuh.

„Jamu Enak Tenan? Aduh, Bapak

itu kuno, ketinggalan zaman.

Sekarang sudah ganti, Pak. Jamu

51, jamu susu siap seduh.‟

Bapak : Ana susune pa, Bu?

„Apa ada susunya, Bu?‟

Ibu : U, Bapak ki. Pokoke luwih

lengkap, tidak hanya susu. Ini lo

dilihat, ada madu, telur, gingseng,

kunyit asem, lan pil energi. „U,

Bapak, Pokoknya lebih lengkap,

tidak hanya susu. Ini lo dilihat,

ada madu, telur, gingseng, kunyit

asem, dan pil energi.‟

Narator: Sampun sembarangan ngunjuk

jamu komplit. Kula aturi nyobi

Jamu Komplit 51. Jamu susu siap

sedhuh ingkang nikmat lan seger.

„Jangan sembarang minum jamu

komplit. Saya persilakan mencoba

Jamu Kompit 51. Jamu susu siap

seduh yang nikmat dan segar.‟

Data (11) menunjukkan adanya

tindak tutur direktif dalam konteks

menyarankan. Tindak tutur tersebut

tecermin pada tuturan narator, Kula

aturi nyobi Jamu Komplit 51. Konteks

menyarankan pata tuturan itu ditandai

dengan penggunaan frasa kula aturi

nyobi. Tindak tutur direktif

menyarankan itu diujarkan untuk

memengaruhi sikap pendengar dalam

melakukan tindakan sesuai dengan apa

yang dikemukakan pada tindak tutur

dialog antara Ibu dan Bapak di sebuah

tempat belanja, yaitu mencoba minum

Jamu Komplit 51.

Tindak tutur direktif dalam

konteks mengingatkan memungkinkan

penutur mengingatkan pendengar agar

sadar untuk melakukan tindakan sesuai

dengan maksud penutur. Penggunaan

tindak tutur tersebut tampak pada data

berikut ini.

Data 12 Iklan Srong Pass

Ibu : Wingi-wingi kono sing kepenak

terus. Yen ora piye, ta. Ya wis

ning aja lali obat kuat Srong Pass

Kapsul. Ben mengko bengi padha

penake. „Kemarin-kemarin situ

yang enak terus. Jika tidak

bagaimana ta. Ya sudah, tetapi

jangan lupa obat kuat Srong Pass

Kapsul. Biar nanti malam sama

enaknya.‟

Narator: Srong Pass Kapsul obat kuat

terbuat dari ramuan pasak bumi

dari Kalimantan dan gingseng asli

Korea. Mengobati sakit pinggang,

menambah kekuatan dan daya

tahan pria.

Ibu : Mas, sida pijetan ora?

„Mas, jadi saling pijat apa tidak?‟

Bapak : Ya sida, wong wis ngombe Srong

Pass Kapsul. „Ya, jadi, wong

sudah minum Srong Pass Kapsul.‟

Narator: Minumlah setiap hari Srong Pass

Kapsul obat khusus untuk pria.

Page 12: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

12

Pada data (12) terdapat tindak

tutur direktif mengingatkan, yaitu

tuturan Ya wis ning aja lali obat kuat

Srong Pass Kapsul. „Ya sudah, tetapi

jangan lupa obat kuat Srong Pass

Kapsul‟. Tuturan itu diujarkan oleh Ibu

untuk mengingatkan suami agar selalu

minum obat kuat khusus pria Srong

Pass Kapsul. Tuturan itu juga

dimaksudkan agar pendengar pria juga

melakukan tindakan yang sama.

Konteks mengingatkan pada tuturan itu

ditandai dengan penggunaan frasa ning

aja lali „tetapi jangan lupa‟.

Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif adalah tindak

tutur yang dimaksudkan penuturnya

agar ujarannya diartikan sebagai

evaluasi tentang hal yang disebutkan di

dalam tuturan. Tindak tutur ekspresif ini

disebut juga sebagai tindak tutur

evaluatif. Dalam wacana iklan

berbahasa Jawa di radio terdapat tindak

tutur ekspresif dalam konteks memuji,

mengkritik, dan mengeluh.

Tindak tutur ekspresif memuji

memungkinkan penutur menyampaikan

kekaguman atau penghargaan pada

sesuatu yang dianggap baik, indah,

gagah berani, unggul dan sebagainya.

Penggunaan tindak tutur tersebut

tampak pada data berikut ini.

Data 13 Iklan Antangin JRG

Narator: Edan tenan, bareng ajeg ngombe

Antangin JRG awak seger,

kembung ya ra tau, males ya

ilang. Jebul saiki ana sing wujud

sirup. Praktis ta.

„Gila benar, sesudah rutin minum

Antangin JRG badan segar,

kembung juga tidak pernah, malas

juga hilang. Ternyata sekarang

ada yang berbentuk sirup. Praktis

kan?‟

Data 14 Iklan Minyak Param Cap Scorpio

Narator: Minyak Param Cap Scorpio

gambar kalajengking minyak

gosok sing panase paling manteb,

manjur kagem ngilangake pegel

linu, encok, lan rematik. Cocok

kanggo olahragawan utawa

pekerja berat. Minyak Param Cap

Scorpio gambar kalajengking siji-

sijine minyak parem sing awet

panase.

„Minyak Param Cap Scorpio

gambar kalajengking minyak

gosok yang panasnya paling

mantap, manjur untuk

menghilangkan pegal linu, encok,

dan rematik. Cocok untuk

olahragawan atau pekerja berat.

Minyak Param Cap Scorpio

gambar kalajengking satu-satunya

minyak param yang awet

panasnya.

Bapak : Wah, jan enak lan entheng

rasane. Bune ki jan bojoku sing

puinter tenan. „Wah, benar-benar

enak dan ringan rasanya. Ibu ini

memang istriku yang benar-benar

pandai.‟

Ibu : Berkat Minyak Param Cap

Scorpio, Pakne. „Berkat Minyak

Param Cap Scorpio, Pak.‟

Data 15 Iklan Salon Aries

Bapak : Jan elok temenan putrane Pak

Hadi ana ing resepsi Minggu

wingi, Nok. „Benar-benar elok

anaknya Pak Hadi di resepsi

Minggu kemarin, Nok.‟

Ibu : Apane sing elok, Pak? „Apanya

yang elok, Pak?‟

Bapak : Piye le ora? Dhasar dedeg

piadege ya cukup, didandani

modhel Solo, wis pantes banget.

Jan, ketok anggun, mriyaneni

pisan, nganti kaya ratu lan raja

ngono kok, Nok. „Bagaimana

tidak. Dasar tinggi badannya ya

cukup, dirias model Solo, tentu

pantas sekali. Benar-benar

kelihatan anggun, berwibawa lagi,

Page 13: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

13

seperti ratu dan raja begitu kok,

Nok.‟

Ibu : Bapak nek wis ngendika karo

ngelem wis ta. Ning nggih

saemper kok, Pak. Wong dandane

lan sing maesi mawon saking

nggene Aries kok, pun menthi sae.

„Bapak jika sudah berbicara

sambil memuji pastilah. Tetapi

memang benar kok, Pak.

Dandanan dan yang merias aja

dari Aries kok, sudah pasti bagus.‟

Data (13), (14), dan (15) tersebut

memperlihatkan tindak tutur ekspresif

dalam konteks memuji. Pada contoh

(13), iklan Antangin JRG, tuturan

ekspresif dalam konteks memuji

ditandai oleh penggunaan frasa edan

tenan „gila benar‟. Frasa edan tenan

digunakan penutur untuk menyatakan

ekspresi keheranan dan kepuasannya

sekaligus pujian terhadap khasiat

Antangin JRG. Pujian terhadap produk

tersebut sebenarnya digunakan oleh

pengiklan untuk memengaruhi pikiran

pendengar agar ikut mengonsumsi

Antangi JRG. Kemudian, pada contoh

(14), iklan Minyak Param Cap Scorpio,

tindak tutur ekspresif dalam konteks

memuji diwujudkan melalui tuturan

Bapak, Wah, jan enak lan entheng

rasane. Bune ki jan bojoku sing puinter

tenan. „Wah, benar-benar enak dan

ringan rasanya. Ibu ini memang istriku

yang benar-benar pandai.‟ Tuturan

ekspresif dalam konteks memuji pada

iklan tersebut ditandai oleh penggunaan

kalimat wah, jan enak lan entheng

rasane. Tuturan berupa kalimat itu

digunakan penutur untuk menyatakan

ekspresi kepuasannya sekaligus pujian

terhadap khasiat Minyak Param Cap

Scorpio yang telah dirasakannya. Pujian

itu dimaksudkan oleh pengiklan untuk

memengaruhi sikap pendengar untuk

mengikuti atau melakukan tindakan

seperti tokoh Bapak pada iklan tersebut,

yaitu menggunakan Minyak Param Cap

Scorpio. Selanjutnya, pada contoh (15),

iklan Salon Aries, tuturan ekspresif

dalam konteks memuji ditandai oleh

penggunaan frasa jan elok tenan „benar-

benar elok‟. Tuturan itu digunakan

untuk menyatakan kekagumannya

terhadap penampilan seseorang yang

dirias oleh Salon Aries. Secara tidak

langsung, pujian itu ditujukan kepada

Salon Aries. Melalui pujian terhadap

salon tersebut, pengiklan berusaha

mengarahkan pendengar untuk

menggunakan jasa rias dari Salon Aries.

Tindak tutur ekpresif mengkritik

memungkinkan penutur menyatakan

pendapat atau tanggapan terhadap

sesuatu tindakan atau karya orang lain

dengan disertai pertimbangan baik atau

buruk. Tindak tutur tersebut dapat

dicermati pada data berikut ini.

Data 16 Iklan Sabun Claudia

Orang 1: Ala ... wis adus kok ora nganggo

body lotion. Mengko kulite besisik

lo. Liyane padha nganggo body

lotion.„Ala ... sudah mandi kok

tidak memakai body lotion. Nanti

kulitnya bersisik lo. Orang lain

semua memakai body lotion.‟

Orang 2: Ya ben, liyane arep nganggo body

lotion. Huh ... boros. Wong aku

wis nganggo sabun Claudia je,

dadi ora nganggo apa mau, body

lotion. Ala ... lha mbok nggo tuku

sabun Claudia meneh. „Biarlah,

orang lain memakai body lotion.

Huh ... boros. Saya sudah

memakai sabun Claudia, jadi

tidak memakai apa tadi, body

lotion. Ala ... lebih baik untuk

membeli sabun Claudia lagi.‟

Pada data tersebut terdapat tuturan

ekspresif mengkritik, yaitu tuturan

orang pertama, Ala ... wis adus kok ora

Page 14: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

14

nganggo body lotion. Mengko kulite

besisik lo. Tuturan itu diujarkan kepada

orang kedua yang tidak menggunakan

body lotion setelah mandi, padahal

orang lain menggunakan. Tuturan

ekspresif mengkritik itu ditandai dengan

penggunaan kata kok yang berfungsi

menekankan atau menguatkan maksud.

Contoh lain tindak tutur ekspresif

dalam konteks mengkritik terdapat pada

data iklan Jamu Jempol berikut ini.

Data 17 Iklan Jamu Jempol

Ibu : Kok kanan kiri jempol, kanan kiri

jempol. „Kok kanan kiri jempol,

kanan kiri jempol.‟

Bapak : O, iku mono bapak-bapak sing

rondha dha ngombe Jamu

Jempol. „O, itu bapak-bapak yang

ronda semua minum Jamu

Jempol.‟

Ibu : Oalah, apa pancen bener ta kuwi?

„Oalah, apa memang benar itu?‟

Bapak : Ealah, genah ... kasiyate bubar

mbok sabeti ngono kok. „Ealah,

jelas ... khasiatnya habis kamu

cambuki begitu kok.‟

Ibu : Ealah, Pakne jebul bakdane

ngunjuk Jamu Jempol ta?

„Ealah, Bapak ternyata habis

minum Jamu Jempol ta?‟

Bapak : Ha ya jelas ta, Bune. „Ha ya jelas,

Bu.‟

Ibu : E, Pakne. „E, Bapak.‟

Narator : Jamu Jempol sing lebih hebat

dari jamu lainnya mengandung

madu ekstra gingseng, obat kuat

bagi pria dan wanita. Jamu

Jempol jamu paling jos dan

paling oke. Jamu Jempol tersedia

dalam bentuk pil dan tablet.

„Jamu Jempol yang lebih hebat

dari jamu lainnya mengandung

madu ekstra gingseng, obat kuat

bagi pria dan wanita. Jamu

Jempol jamu paling jos dan paling

oke. Jamu Jempol tersedia dalam

bentuk pil dan tablet.‟

Tindak tutur ekspresif mengkritik

pada data (17) terdapat pada tuturan ibu,

Kok kanan kiri jempol, kanan kiri

jempol. Tuturan ekspresif mengkritik

pada iklan jamu Jempol itu ditandai

dengan penggunaan kata kok untuk

menekankan atau menguatkan maksud

penutur, yaitu mengkritisi tuturan yang

didengarnya dari bapak-bapak yang

melaksanakan ronda malam.

Tindak tutur ekspresif dengan

konteks mengeluh memungkinkan

penutur menyatakan kekecewaannya

terhadap sesuatu, baik itu keadaan,

tindakan, maupun sikap. Tindak tutur

ekspresif mengeluh pada wacana iklan

berbahasa Jawa di radio didominasi

oleh iklan obat. Hal itu dapat dicermati

pada data berikut ini.

Data 18 Iklan Procold

Adhuh, Dhik. Iki lo sirahku cekot-

cekot, mumet, met, met. „Aduh, Dik.

Ini lho kepalaku cekot-cekot, pusing,

sing, sing.‟

Data 19 Iklan Poldamik

Adhuh, Pak, sirahku kari separo.

„Aduh, Pak, kepalaku tinggal

sebelah.‟

Data 20 Iklan Sanaflu

Wah, sengsara ya nek kenek flu.

Irung meler lan buntet. Aku flu.

„Wah, sengsara ya jika kena flu.

Hidung meler dan tersumbat. Aku

flu.‟

Data 21 Iklan Teh Cap Dandang

Ealah, duwe putu wolu wae kok ora

ana sing nyenengake mbahne ta ya.

Kamangka senengane mbahne ki

mung wedang teh nasgithel, panas

legi kenthel. Haning bocah jaman

saiki ki milih teh ora ana sing becus,

wis endi sing kurang sedhep, kurang

kenthel. „Ealah, punya cucu delapan

saja kok tidak ada yang

Page 15: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

15

menyenangkan kakeknya. Padahal,

kesukaan kakeknya hanya minuman

teh nasgithel, panas manis kental.

Tetapi, anak zaman sekarang ini

memilih teh tidak ada yang bisa,

mana yang kurang sedap, kurang

kental.‟

Data 22 Iklan Minyak Kayu Putih Cap

Scorpio

Angger numpak kendaraan umum

sirahku dadi mumet, wetengku gak

kepenak. „Jika naik kendaraan umum kepalaku jadi pusing, perutku tidak

enak.‟

Kelima data iklan tersebut

merupakan tuturan ekspresif mengeluh,

yaitu mengeluhkan suatu kondisi yang

berkaitan dengan produk obat yang

ditawarkan. Data (18), Adhuh, Dhik. Iki

lo sirahku cekot-cekot, mumet, met, met.

mengeluhkan kondisi seorang yang

terserang sakit kepala. Keluhan itu

ditandai dengan kata adhuh „aduh‟.

Data (19) merupakan tuturan ekspresif

mengeluh atas sakit kepala yang

dideritanya yang juga ditandai dengan

kata adhuh „aduh‟.

Berbeda dengan data (18) dan

(19) yang ditandai dengan kata adhuh,

pada data (20), (21), dan (22) tidak

menggunakan penanda. Keluhan

dinyatakan dalam kalimat atau tuturan

lengkap. Data (20) berisi keluhan

tentang derita orang yang terserang flu.

Keluhan itu disampaikan dalam bentuk

kalimat tanpa ada penanda tertentu.

Data (21) merupakan tuturan ekspresi

keluhan seorang kakek tentang kondisi

cucu yang tidak dapat membahagiakan

kakeknya. Padahal, kesukaan sang

kakek hanyalah minum teh panas,

manis, dan kental. Selain itu, sang

kakek juga mengeluh bahwa anak

sekarang memang tidak mampu

memilih teh. Ekspresi keluhan tersebut

juga dituturkan dalam beberapa kalimat

tanpa penanda tertentu. Kemudian, data

(22) mengekpresikan keluhan penutur

yang selalu mengalami serangan sakit

kepala (pusing) dan perut merasa tidak

enak ketika naik kendaraan umum.

Keluhan itu juga dinyatakan dalam

bentuk satu kalimat tanpa penanda

tertentu pula.

Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur

yang mengikat penutur untuk

melaksanakan apa yang disebutkan di

dalam tuturan. Dalam wacana iklan

berbahasa Jawa di radio hanya

ditemukan tindak tutur komisif dalam

konteks memastikan.

Tindak tutur komisif dalam

konteks memastikan memungkinkan

penutur untuk menyatakan sesuatu yang

berisi kepastian tentang sesuatu. Tindak

tutur komisif memastikan terlihat pada

data berikut ini.

Data 23 (30) Iklan Antangin JRG

Bapak : Adhuh, wetengku kembung, masuk

angin. „Aduh, perutku kembung,

masuk angin.

Ibu : Ngunjuk Antangin. „Minum

Antangin.‟

Bapak : Apa ya ngombe Antangin pendhak

dina, Bu? ’Apa ya minum

Antangin setiap hari, Bu?

Ibu : We, piye ta, Antangin ki ora mung

kanggo ngilangi masuk angin.

Antangin bisa kanggo njaga

kondisi badan, nambahi nafsu

makan, ngilangi kesel, watuk,

lan kembung. „We, bagaimana

sih, Antangin itu tidak hanya

untuk menghilangkan masuk

angin. Antangin dapat juga untuk

menjaga kondisi badan,

menambah nafsu makan,

menghilangkan capai, batuk, dan

perut kembung.‟

Page 16: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

16

Narator (Perempuan)

Antangin JRG aman kaunjuk

pendhak dinten. Ngunjukipun

kalih tablet menawi bibar dhahar.

Kandhungan jahe, royal jeli, lan

gingseng saking JRG ningkataken

kesehataning badhan saengga

langkung seger lan sehat.

Menawi perlu saget kaunjuk

sekawan tablet sepisan. Antangin

JRG aman diminum setiap hari.

Minumnya dua tablet setelah

makan. Kandungan jahe, royal

jeli, dan gingseng dari JRG

meningkatkan kesehatan badan

sehingga lebih segar dan sehat.

Jika perlu, dapat diminum empat

tablet sekali minum.

Data 24 (31) Iklan Jamu Jempol

Ibu : Kok kanan kiri jempol, kanan kiri

jempol. „Kok kanan kiri jempol,

kanan kiri jempol.‟

Bapak : O, iku mono bapak-bapak sing

rondha dha ngombe jamu Jempol.

„O, itu bapak-bapak yang ronda

semua minum jamu Jempol.‟

Ibu : Oalah, apa pancen bener ta kuwi?

„Oalah, apa memang benar itu?‟

Bapak : Ealah, genah ... kasiyate bubar

mbok sabeti ngono kok. „Ealah,

jelas ... khasiatnya habis kamu

cambuki begitu kok.‟

Ibu : Ealah, Pakne jebul bakdane

ngunjuk jamu Jempol ta? „Ealah,

Bapak ternyata baru saja minum

jamu Jempol ta?‟

Pada data (23) dan (24) terdapat

tindak tutur komisif dalam konteks

memastikan, yaitu memastikan

kegunaan atau khasiat produk yang

dikemukakan dalam tuturan. Pada data

(23) tindak tutur komisif memastikan

terdapat pada tuturan ibu, Antangin bisa

kanggo njaga kondisi badan, nambahi

nafsu makan, ngilangi kesel, watuk, lan

kembung. dan tuturan narator, Antangin

JRG aman kaunjuk pendhak dinten. ...

Menawi perlu saget kaunjuk sekawan

tablet sepisan. Pada tuturan ibu,

pengiklan (penutur) memastikan bahwa

Antangin dapat digunakan untuk

menjaga kondisi badan, menambah

nafsu makan, serta menghilangkan

capek, batuk, dan perut kembung.

Kemudian, pada tuturan narator,

pengiklan memastikan bahwa Antangin

aman diminum setiap hari dan jika perlu

dapat diminum empat tablet sekali

minum. Semua itu dipastikan oleh

pengiklan sebagai jaminan produk yang

ditawarkan. Selanjutnya, pada data (24)

tindak tutur komisif memastikan

terdapat pada tuturan Bapak, Ealah,

genah ... kasiyate bubar mbok sabeti

ngono kok. Melalui tuturan itu

pengiklan memastikan bahwa khasiat

produk yang ditawarkan (Jamu Jempol)

benar-benar nyata.

Tindak Tutur Deklaratif

Tindak tutur deklaratif adalah tindak

tutur yang dimaksudkan penuturnya

untuk menciptakan hal (status, keadaan,

dan sebagainya) yang baru. Tindak tutur

deklaratif yang terdapat dalam wacana

iklan berbahasa Jawa di radio adalah

tuturan dengan konteks melarang,

menegaskan, dan meyakinkan.

Tindak tutur deklaratif melarang

memungkinkan penutur menyatakan

atau memerintah mitra tutur agar tidak

melakukan suatu tindakan yang

dituturkan, seperti pada data berikut ini.

Data 25 Iklan Puyer Cap 16

Sakit kepala, ati-ati. Aja ngombe

sembarang puyer, malah marahi

puyeng. Yamung Puyer Cap 16 sing

pasti good, good, good.

„Sakit kepala, hati-hati. Jangan minum

sembarang puyer, justru menyebabkan

puyeng. Hanya Puyer Cap 16 yang

pasti good, good, good.‟

Page 17: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

17

Data (25) merupakan tindak tutur

deklaratif dalam konteks melarang,

yaitu tuturan Aja ngombe sembarang

puyer. Tuturan itu ditandai dengan kata

larangan aja ngombe. Tuturan deklaratif

melarang tersebut diujarkan penutur

untuk menekankan bahwa produk yang

ditawarkan (Puyer Cap 16) dapat

diandalkan khasiatnya untuk

menyembuhkan sakit kepala. Selain itu,

penutur juga menekankan bahwa jika

minum sembarang puyer tidak akan

sembuh sakit kepalanya, tetapi justru

bertambah pusing.

Tindak tutur deklaratif menegas-

kan memungkinkan penutur menerang-

kan atau menjelaskan sesuatu yang

dituturkan. Tuturan tersebut terlihat

pada data berikut ini.

Data 26 (33) Iklan Teh Pendawa

Pramila leres bilih Teh Pendawa lan

Pendawa Lima Pekalongan saestu

pinitados dados pilihanipun

masyarakat enem saha sepuh amargi

raos ingkang sedhep manteb kanthi

raos sekar melathi. Sumangga

dipuncobi nikmatipun raos Teh

Pendawa. Sumadya ing warung-

warung sacelak Panjenengan.

Sampun kesupen mriksani

kedaluwarsa wonten bungkusipun.

Produsen Teh Pendawa lan Pendawa

Lima Pekalongan ngaturaken sugeng

midangetaken atur giyaran kroncong

ing wekdal menika.

„Memang benar bahwa Teh Pendawa

dan Pendawa Lima Pekalongan

benar-benar dipercaya menjadi

pilihan masyarakat muda dan tua

karena rasa yang sedap mantap

dengan rasa bunga melati. Silakan

mencoba nikmatnya rasa Teh

Pendawa.

Tersedia di warung-warung di dekat

Anda. Jangan lupa melihat (tanggal)

kadaluwarsa pada bungkusnya.

Produsen Teh Pendawa lan Pendawa

Lima Pekalongan mengucapkan

selamat mendengarkan siaran

keroncong di waktu ini.‟

Data 27 Iklan Salon Aries

Panci kasinggihan, Salon Aries

kejawi nyawisaken kabetahan salon

komplit, maesi temanten kanthi gaya

menapa kemawon, ugi nyawisaken

ageman dhomas, sinoman, lan

upacara dinteng ageng. Kejawi

menika, Salon Aries ugi nyetak

undhangan, kartu nama, tiket, lan

sanes-sanesipun kanthi cetak offset.

Sumangga saged dipunbuktekaken.

Rawuh kemawon ing Salon Aries.

„Memang benar, Salon Aries selain

menyediakan kebutuhan salon

komplit, merias temanten dengan

gaya apa saja, juga menyediakan

pakaian domas, sinoman, dan

upacara hari besar. Selain itu, Salon

Aries juga mencetak undangan, kartu

nama, tiket, dan sebagainya dengan

cetak offset. Silakan dapat

dibuktikan. Datang saja ke Salon

Aries.‟

Pada data (26) dan (27) terdapat

tindak tutur deklaratif dalam konteks

menegaskan. Pada tuturan tersebut

penutur menegaskan tentang produk

atau penyedia jasa yang ditawarkan.

Pada data (26) penutur menegaskan

bahwa Teh Pendawa telah menjadi

pilihan kaum muda dan tua karena rasa

yang sedap mantap dengan aroma

bunga melati. Penegasan itu ditandai

dengan frasa pramila leres. Kemudian,

pada data (27) penutur menegaskan

tentang macam jasa yang disediakan

Salon Aries. Selain itu, Salon Aries juga

mencetak undangan, kartu nama, tiket,

dan sebagainya. Penegasan jasa yang

tersedia itu ditandai dengan frasa panci

kasinggihan.

Tindak tutur deklaratif meyakin-

kan memungkinkan penutur untuk

menyatakan sesuatu agar mitra tutur

Page 18: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

18

meyakini apa yang dituturkan. Tuturan

tersebut terlihat pada data berikut ini.

Data 28 Iklan Jamu Enggal Sehat

Pramila leres bilih Jamu Enggal

Sehat produksi Enkasari Jamu

Cilacap manjur mantunaken pegel

linu, asam urat, flu tulang, wasir,

lemah syahwat, liver, lan sesakit

sanesipun. „Memang benar bahwa

Jau Enggal Sehat produksi Enkasari

Jamu Cilacap manjur menyembuhkan

pegal linu, asam urat, flu tulang,

wasir, lemah syahwat, liver, dan

penyakit lainnya.‟

Data 29 (36) Iklan Jamu Dewa Sakti

Pramila leres Jamu Dewa Sakti

ampuh saha manjur mantunaken flu

tulang, rematik, saha sakit pinggang.

Jamu Dewa Sakti kadamel saking

bahan-bahan traddisional Indonesia,

tanpa efek samping. Jamu Dewa

Sakti khusus kanggo flu tulang.

„Memang benar Jamu Dewa Sakti

ampuh dan manjur menyembuh-kan

flu tulang, rematik, dan sakit

pinggang. Jamu Dewa Sakti dibuat

dari bahan-bahan tradisional

Indonesia, tanpa efek samping. Jamu

Dewa Sakti khusus untuk flu tulang.‟

Data (28) dan (29) merupakan

tindak tutur deklaratif meyakinkan,

yaitu meyakinkan mitra tutur

(pendengar) tentang suatu produk yang

ditawarkan. Pada data (28) penutur

(pengiklan) meyakinkan mitra tutur

bahwa Jamu Enggal Sehat benar-benar

dapat menyembuhkan pegal linu, asam

urat, flu tulang, wasir, lemah syahwat,

liver, dan penyakit lainnya. Konteks

meyakinkan pada data tersebut ditandai

dengan frasa manjur mantunaken.

Kemudian, pada data (29) penutur

meyakinkan mitra tutur bahwa Jamu

Dewa Sakti dapat menyembuhkan flu

tulang, rematik, dan sakit pinggang.

Selain itu, penutur juga meyakinkan

bahwa jamu tersebut dibuat dari bahan-

bahan tradisional Indonesia sehingga

tidak ada efek sampingnya. Konteks

meyakinkan pada data tersebut ditandai

dengan frasa ampuh saha manjur.

SIMPULAN

Tindak tutur merupakan tindakan

berujar dengan maksud tertentu secara

eksplisit maupun implisit. Tindakan

berujar tersebut merupakan suatu gejala

individual yang bersifat psikologis yang

keberlangsungannya ditentukan oleh

kemampuan berbahasa peserta tutur

dalam menghadapi situasi tertentu.

Demikian pula dalam wacana iklan

berbahasa Jawa di radio. Tindak tutur

dalam wacana tersebut sangat

ditentukan oleh kemampuan berbahasa

penutur (pengiklan).

Bentuk tuturan dalam wacana

iklan berbahasa Jawa di radio meliputi

tindak tutur representatif, direktif,

ekpresif, komisif, dan deklaratif. Tindak

tutur representatif adalah tindak tutur

yang mengikat penutur terhadap

kebenaran tuturannya. Tindak tutur

representatif digunakan dengan konteks

memberi tahu, menyatakan, mengakui,

melaporkan, menjelaskan, menyebut-

kan, dan memberikan kesaksian. Tindak

tutur direktif adalah tindak tutur yang

memungkinkan penutur memaksa,

memohon, meminta, menyuruh,

mengajak, mendesak, memerintah,

melarang, dan memberi aba-aba agar

mitra tutur melakukan tindakan yang

disebutkan di dalam tuturan. Tindak

tutur tersebut digunakan dalam konteks

menyuruh, mengajak, mengimbau,

menyarankan, dan mengingatkan.

Tindak tutur ekspresif adalah tindak

tutur yang dimaksudkan penutur agar

ujarannya diartikan sebagai evaluasi

tentang hal yang disebutkan di dalam

tuturan. Tindak tutur ekspresif

digunakan dalam konteks memuji,

Page 19: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

19

mengkritik, dan mengeluh. Kemudian,

tindak tutur komisif adalah tindak tutur

yang mengikat penutur untuk

melaksanakan apa yang disebutkan di

dalam tuturan. Dalam wacana iklan

berbahasa Jawa di radio hanya

ditemukan tindak tutur komisif dalam

konteks memastikan. Selanjutnya,

tindak tutur deklaratif adalah tindak

tutur yang dimaksudkan penuturnya

untuk menciptakan hal (status, keadaan,

dan sebagainya) yang baru. Tindak tutur

deklaratif digunakan dalam konteks

melarang, menegaskan, dan meyakin-

kan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfani, F.R. (2014). “Presuppositions in

Green Campaign Stickers Issued

by International Association of

Students in Agriculture and

Related Sciences of Brawijaya

University”. Journal Diglossia.

Malang: Universitas Brawijaya.

(diunduh pada 5 Januari 2016)

Chaer, A. dan Leonie A. (2010).

Sosiolinguistik (hlm. 53, 54, 70).

Jakarta: Rieneka Cipta.

Cummings, L. (2007). Pragmatik,

Sebuah Persektif Multidisipliner

(hlm. 9). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Elmira, A.G. (2013). “Praanggapan

dalam Tuturan Iklan Elektronik di

Koran Suara Merdeka”. Skripsi.

Universitas Negeri Semarang.

Harahap, N. (2008). “Analisis

Pragmatik Wacana Iklan Surat

Kabar”. Tesis. Universitas

Sumatra Utara Medan.

Ibrahim, A.S. (1993). Kajian Tindak

Tutur (hlm. 15, 106). Surabaya:

Usaha Nasional.

Indriani, D. (2012). “Pragmatic

Presupposition on Television

Commercial Utterances (Case

Study on Djarum‟s Brand)”.

Jurnal Humaniora. Semarang:

Universitas Diponegoro. (diunduh

pada 5 Januari 2016).

Kridalaksana, Harimurti. (1993). Kamus

Linguistik (hlm. 177). Jakarta: PT

Gramedia.

Leech, G. (1993). Prinsip-prinsip

Pragmatik. Terjemahan M.D.D.

Oka (hlm. 5—6, 163—65).

Jakarta: Universitas Indonesia.

Nababan, P.W.J. (1987). Pragmatik

Teori dan Penerapannya (hlm. 2,

18). Jakarta: Gramedia.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan

Penelitian Pragmatik (hlm. 6).

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nissa, Q. (2014). “Makna Praanggapan

pada Headline Iklan Majalah

Non-No Edisi Agustus 2010”.

Semarang: Udinus.

http://dinus.ac.id/ (diunduh pada 5

Januari 2016).

Peer, L dan Mary Nesbitt, J. (2004).

Content Analysis Methodology.

http://www.readership.org/new_re

aders/data/content_analysis_meth

odology. pdf diunduh pada 11

Mei 2011.

Rustono. (1999). Pokok-pokok

Pragmatik (hlm. 24, 31, 38).

Semarang: CV IKIP Semarang

Press.

Sudaryanto, (2015). Metode dan Teknik

Analisis Bahasa (hlm. 204-206).

Page 20: TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO

JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017

20

Yogyakarta: Sanata Dharma

University Press.

Sutopo, H.B. (2002). Metodologi

Penelitian Kualitatif (hlm. 69—

70). Surakarta: Sebelas Maret

University Press.

Tarigan, H.G. (1984). Pengajaran

Wacana (hlm. 35). Bandung:

Angkasa.

Ulfah, Maria. (2003). “Wacana Iklan

Produk Kecantikan pada Majalah

Femina Edisi 2002 (Kajian

Pragmatis)”. Skripsi. Universitas

Negeri Semarang.

Wijana, I D.P. (1996). Dasar-

DasarPragmatik (hlm. 17, 18, 19,

46). Yogyakarta: Penerbit Andi

Offset.