i i TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN MELODI YANG DIADOPSI DARI MUSIK BARAT: KAJIAN KOMPARATIF MELODI, MAKNA TEKS, DAN RESPONS PENDENGAR TESIS Oleh: DISPER ANTONI RICARDO SAMOSIR NIM 127037002 PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
287
Embed
TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN … melodi lagu pop Barat dengan tiga melodi turunan pop Batak Toba. ... budaya musikal Batak di dalam mempertunjukkan ketiga lagu tersebut, baik
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
i
TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN MELODI YANG DIADOPSI DARI MUSIK BARAT:
KAJIAN KOMPARATIF MELODI, MAKNA TEKS, DAN RESPONS PENDENGAR
TESIS
Oleh: DISPER ANTONI RICARDO SAMOSIR
NIM 127037002
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
ii
ii
PESETUJUAN
Judul Tesis : TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN MELODI YANG DIADOPSI DARI MUSIK BARAT: KAJIAN KOMPARATIF MELODI, MAKNA TEKS, DAN RESPONS PENDENGAR
Nama : DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR
Nomor Pokok : 127037002
Program Studi : Magister (S.2) Penciptaan dan Pengkajian Seni
Anggota I : Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si. (….…………………)
Anggota II : Drs. M.Takari, M.Hum., Ph.D. (...……………………)
Anggota III : Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. (……………...………)
iv
iv
ABSTRAK
Tesis magister seni ini bertajuk “Tiga Lagu Populer Batak Toba dengan Melodi yang Diadopsi dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi, Makna Teks, dan Respons Pendengar.” Tujuan penelitian dalam rangka menulis tesis ini, difokuskan kepada tiga masalah utama, yaitu untuk mengkaji: (a) komparatif melodi, (b) makna teks, dan (c) respon pendengar kepada tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Ilmu yang penulis gunakan terutama adalah etnomusikologi dalam konteks multidisiplin ilmu seni.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jenis. Untuk mengkaji komparatif melodi dan makna teks nyanyian penulis menggunakan metode kualitatif. Sementara untuk mengkaji respons pendengar lagu-lagu tersebut, digunakan metode kuantitatif, dengan penyebaran kuesioner kepada 50 responden di Kota Sidikalang, dengan teknik pemilihan smpling kepada individu yang selalu mendengarkan lagu-lagu tersebut. Untuk mengkaji komparatif melodi digunakan teori bobot tangga nada (weighted scale). Selanjutnya untuk mengkaji teks nyanyian digunakan teorui semiotik. Untuk mengkaji respons pendengar digunakan teori behaviorisme yang lazim digunakan dalam disiplin psikologi dan sosiologi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. (a) Dengan melakukan kajian perbandingan terhadap tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat, maka terjadi perubahan dalam bentuk ritme di dalam melodi, yang faktor utamanya adalah karena digunakannya teks yang berbahasa Batak Toba dari yang awalnya berbahasa Inggris. Namun demikian bentuk (form) melodi secara umum adalah sama. Selain itu perbedaan dijumpai bahwa di dalam musik pop Barat kecenderungan mengulang bagian-bagian tertentu menjadi cirri utamanya, sementara dalam tiga lagu pop Batak kurang menggunakan pengulangan bentuk, atau cenderung mengurangi pengulangan. Untuk tangga nada, wilayah nada, nada dasar, interval, kontur, formula melodi, pola-pola kadensa, dapat dikatakan sama antara melodi lagu pop Barat dengan tiga melodi turunan pop Batak Toba. Selain itu dalam pertunjukannya, terutama melalui sarana audiovisual tampak adanya pengaruh budaya musikal Batak di dalam mempertunjukkan ketiga lagu tersebut, baik itu lirik, tata busana, instrumentasi, dan konsep-konsep budaya yang terkandung di dalmnya. Dari sudut makna teks, maka ketiga lagu pop Batak memiliki tema yang baru dibandingkan tema dalam lagu Barat. Teks inilah yang menjadi pembeda utama antara tiga lagu pop Batak yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Respons pendengar adalah menyukai lagu-lagu pop Batak yang melodinya diambil dari musik Barat, terutama karena unsur teks dalam bahasa Batak Toba. Sebahagian responden mengetahui asal-usul musik pop Batak ini dari musik Barat, namun sebahagian yang lainnya tidak mengetahui asal-usul tersebut. Ketika ditanya bagaimana menurut pendapat mereka tentang hak cipta, maka mereka sebahagian besar berpendapat perlu dibuat kebijakan yuridis mengenai karya cipta musik pop ini. Kata kunci: lagu, populer, melodi, komparatif, teks, respons
v
v
ABSTRACT
This arts master thesis entitled as: “Three Toba Batak Popular Songs which Adopted from Western Music: Cmparative Analysis in Melody, the Meaning of Text, and Response of Listeners.” The aims of this research in the context to write this thesis, focused in three problems, to analyzed of: (a) melody comparative, (b) the text meaning, and (c) listener’s response about three popular songs of Toba Bataks music which it’s melody adopted from Western pop culture. I use ethnomusicology discipline in the context of multidiscipline in this thesis.
I use two method in this research. In one side, to analyze melodic comparative and the meaning of text I uses qualitative method. In another hand, to analayze about audience (listener’s) responses, I use quantitative method, which spread the questioners to 50s respondens in Sidikalang Town, which choosing sampling method to respondent who always listening these songs. To analyze of melodic comparative, writer uses weighted scale theory. Then, to analyze song texts, I use semiotic theory. Finally, to analyze about responses of respondent I use behaviourism theory which always use in psichology and sociology disciplines.
The results of this study show the following. (a) By doing a comparative study of the three songs are: melodic popular Batak Toba music adopted from Western music, then there is a change in the form of rhythm in melody, as the main factor is due to the use of Toba Batak language texts of the first English. However, the shape (form) in general is the same melody. In addition it was found that the difference in the Western pop music tendency to repeat certain parts into the main characteristics, while in three pop songs Batak less use repetition of forms, or tends to reduce repetition. For scales, tone region, tone center, intervals, contour, melodic formulas, pattern of cadence, the same can be said of Western pop melodies with three melodic pop derivative Batak Toba. In addition to performances, especially by means of audiovisual looked to the influence of musical culture of Batak in the third showing the song, be it lyrics, fashion, instrumentation, and cultural concepts contained . From the point of the text's meaning, then the third Batak pop song has a new theme song theme in the West compared. Text that is the main differentiator between the three Batak pop songs whose melodies adopted from Western music. Audience response is like pop songs whose melodies Batak taken from Western music, especially because the text element in Toba Batak language. In a proportion of respondents know the origin of this Batak pop music of Western music, but others not know the origin of these. When asked how their opinion about the copyright, then they need to be made largely of the opinion juridical policy regarding copyrighted works of pop music.
abangda Yusuf, Tommy Ketaren, Angga Alkarina, abangda Jamuddin Pasaribu,
Debby, dan abangda Anton Sitepu selaku ketua stambuk. Untuk kakak kelas abangda
Moses Simanjuntak, juga terima kasih kepada Indra Setiawan, Chairul Anwar
Sikumbang dan terima kasih juga kepada keluarga besar penulis serta teman-teman
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebaikannya.
Penulis mengucapkan beribu-ribu maaf bila ada kata yang kurang berkenan,
mohon jangan disimpan di datam hati. Akhir kata, penulis berterima kasih kepada
seluruh pihak yang sudah membantu penlusunan tesis ini. Semoga hasil penelitian dari
tesis ini dapat berguna bagi duuia penelitian seni pada umumnya dan bagi kebudayaan
musikal masyarakat Kota Sidikalang pada khususnya. Terima kasih.
Medan,20 Januari 2015
Penulis,
DISPER ANTONI R SAMOSIR
NIM. 127037002
ix
ix
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
1 . Nama : DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR 2. Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 25 Mei 1983 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Agama : Kristen Protestan 5. Kewarganegaraan : Indonesia 6. Nomor Telephon : 085261313011 7. Alamat : JL. Kiwi Raya no.165 Kel.Kenangan Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang 8. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar (SD Negeri 066667 Medan) Lulus Tahun 1995 2. Sekolah Menengah Pertama ( SMP Negeri 29 Medan ) Lulus Tahun 1998 3. Sekolah Menengah Atas( SMA Negri 18 Medan ) Lulus Tahun 2001 4. Sarjana dari Jurusan Sendratasik (Seni Musik)UNIMED Lulus Tahun 2007 5. Magister (S2) Jurusan Penciptaan dan Pengkajian Seni di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Lulus Tahun 2015
PENGALAMAN KERJA
� Tahun 2007 s/d 2009 • Bekerja di PT.OTO Multi Artha � Tahun 2009 s/d 2011 • Mengajar di SMP Negeri 1 Pegagan Hilir � Tahun 2012 s/d sekarang • Mengajar di SMA Negeri 2 Sidikalang
x
x
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2015
DISPERANTONI R SAMOSIR
NIM. 127037002
xi
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ii HALAMAN PENGESAHAN iii ABSTRACT iv INTISARI v PRAKATA vi RIWAYAT HIDUP ix PERNYATAAN x DAFTAR ISI xi LAMPIRAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 9 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................11 1.4 Tinjauan Pustaka .................................................................12 1.5 Kerangka Konsep …………………………………………18 1.5.1 Lagu …………………………………………….. 18 1.5.2 Melodi ……………………………………………20 1.5.3 Undang-Undang hak Cipta ……………………… 21 1.5.4 Respon …………………………………………... 22 1.6 Landasan Teori ................................................................... 23 1.6.1 Teori Weight Scale ………………………………. 23 1.6.2 Teori Semiotik ........................................................ 25 1.6.3 Teori Belajar Behavioristik .................................... 28 1.6.4 Teori Kebenaran ..................................................... 32 1.7 Metode Transkripsi dan Analisis ........................................ 33 1.8 Metode Penelitian ............................................................... 34 1.9 Sistematika Penulisan ……………………………………. 37 BAB. II GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA, PENYANYI dan KELOMPOK BAND YANG DIKAJI 39 2.1 Adat ......................................................................................39 2.2 Religi: Dari Tradisi ke Agama Kristen .................................43 2.3 Gambaran Umum Kesenian Batak Toba ..............................48 2.4 Musik Vokal dan Instrumental ………….............................51 2.5 Gondang Hasapi ...................................................................55 2.6 Gondang Sabangunan……………………………………....56 2.7 Alat-alat Musik Yang Disajikan Tunggal ……………….....59 2.8 Musik Populer Batak Toba sebagai Ekspresi Modrenisasi....61 2.9.1 Konsep Musik Populer .............................................61 2.9.2 Musik Populer Barat dan Pengaruhnya.....................73 2.9.3 Alat Musik Tiup di Gereja Batak Toba…………….81 2.9.3 Periodesasi Lagu Populer Batak Toba …………..... 85 2.9 Fungsi Sosiobudaya ……………………………………........88
xii
xii
2.10 Gambaran Umum Kota Sidikalang ………………………...93 2.11 Deskripsi Singkat Jack Marpaung, Paniel Panjaitan, dan Kelompok Band Marsada …………………………………. 97
BAB. III ANALISIS KOMPARATIF STRUKTUR MELODI TIGA LAGU POP BATAK DAN BARAT ...........................................................117 3.1 Notasi dan Trranskripsi ........................................................118 3.2 Perbandingan Formula Melodi ……………………………153 3.3 Perbandingan Tangga Nada ……………………………….168 3.4 Perbandingan Nada Dasar.…………………………………173 3.5 Perbandingan Wilayah Nada……………………………….181 3.6 Perbandingan Jumlah Nada………………………………...183 3.7 Perbandingan Interval...........................................................185 3.8 Perbandingan Pola-pola Kadensa…………………………. 188 3.9 Kontur………………………………………………………199 3.10 Perbandingan Garapan Teks ……………………………….200 BAB.IV MAKNA TEKS TIGA LAGU POP BATAK TOBA DAN TIGA LAGU POP BARAT YANG MELODINYA SAMA ……………..205 4.1 Seputar Studi Teks Nyanyian ……………………………...205 4.2 Struktur dan Makna Lagu Ditakko Ho Rohakki ……….......207 4.3 Struktur dan Makna Lagu That’s Why …………………….211 4.4 Perbandingan Teks lagu Ditakko ho Rohakki dan Lagu That’s why …………………………………………………216 4.5 Struktur dan Makna Lagu Lady ……………………………217 4.6 Struktur dan Makna Lagu She’s Gone ……………………..220 4.7 Perbandingan Teks Lagu Ditakko Ho Rohakki dan Lagu She’s Gone ……………………………………………........223 4.8 Struktur dan Makna Lagu Maria ……………………….......223 4.9 Struktur dan Makna Lagu Marian ………………………….226 4.10 Perbandingan Makna Lagu Maria dan Lagu Maria ……......229 BAB.V RESPON PENDENGAR BUDAYA BATAK TOBA STUDI KASUS di SIDIKALANG ……………………………………........232 5.1 Apresiasi……………………………………………………..232 5.2 Respon Terhadap Lagu Ditakko Ho Rohakki dan Lagu Thats Why …………………………………………………………235 5.3 Respon Terhadap Lagu Lady dan Lagu She’s Gone ….........250 5.4 Respon Terhadap Lagu Maria dan Lagu Marian ……….......262 5.5 Respon Umum yang Diperoleh……………………………..276
xiii
xiii
BAB. VI KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………278 6.1 Kesimpulan ………………………………………………...278 6.2 Saran – saran ……………………………………………….282 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...285
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan dan
kegiatan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakannya untuk memahami
dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan
bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian
aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang
terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan
digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana
terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya. Sebagai pengetahuan,
kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, resep-resep, dan petunjuk-
petunjuk untuk memilah (mengkategorisasi) konsep-konsep dan merangkai hasil
pilahan untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan
memahami lingkungan yang dihadapi dan dalam mewujudkan tindakan-tindakan
dalam menghadapi dan memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber dayanya
dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup. Dengan
demikian, pengertian kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan adalah sebagai
pedoman dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Suatu bangsa dalam rangka mempertahankan budayaanya tergantung pada
kebudayaan asing mana yang lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan lebih
kuat. Sebaliknya apabila kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing
2
maka lenyaplah kebudayaan natif dan terjadi budaya jajahan yang sifatnya tiruan.
Pembangunan suatu bangsa dari segi budaya adalah bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, material dan spiritual berdasarkan Pancasila
dalam suatu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu budaya dalam
masyarakat yang modern sekarang ini adalah sarana hiburan, termasuk di dalamnya
musik atau lagu.
Kebudayaan masyarakat seperti sekarang ini, dalam bentuk lagu atau musik
bukan lagi sekedar sarana hiburan yang hanya habis setelah dinikmati tanpa
memberikan dampak apapun bagi pencipta maupun penikmatnya. Lebih dari itu,
musik atau lagu sekarang ini telah mampu menampakkan diri sebagai potensi
ekonomi yang memiliki dampak sosial bahkan politik bagi suatu negara. Dari segi
ekonomi, hak cipta lagu atau musik pada perwujudannya telah kian membuktikan
kemampuannya untuk memberikan berbagai kemungkinan finansial yang tidak
terbatas sifatnya, karena tidak bisa ditentukan berapa banyak yang menggunakan
lagu untuk kepentingan komersil yang bukan merupakan ciptaannya sendiri.
Dalam perkembangannya, bidang lagu atau musik telah menjadi lahan yang
kian subur dan juga menarik minat untuk industri perekaman ataupun untuk show
business. Bagi setiap orang yang berkecimpung dalam dunia ini terutama pihak
yang berkaitan langsung dalam dunia permusikan seperti pencipta lagu maupun
pemakai lagu (user), akan mendapat manfaat yang besar sekali, karena bisa
mendatangkan keuntungan secara finansial serta kepopuleran.
Hal yang menarik penulis dalam membahas kebudayaan dan lagu yakni
tentang makna lirik lagu (bahasa Batak Toba dan bahasa Inggris) dalam dua versi
yang berbeda, dimana penulis dalam melakukan pekerjaan baik itu dalam
3
perjalanan menuju lokasi kerja bahkan di wilayah lokasi kerja penulis sering
mendengar lagu dalam bahasa Batak Toba yang tenar dan di minati masyarakat di
lokasi kerja penulis tersebut. Lokasi kerja penulis merupakan daerah yang masih
kental dengan budayanya yakni daerah Kabupaten Dairi tepatnya lokasi di kota
Sidikalang yang bahasa masyarakatnya merupakan bahasa daerah mayoritas bahasa
Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, dan daerah Sidikalang
juga memiliki komposisi penduduk yang multietnik.
Lagu dalam bahasa Batak Toba tersebut menjadi tenar dan dianggap lagu
masa kini pada masyarakat sekitar lokasi kerja penulis, padahal jauh sebelumnya
melodi lagu tersebut sudah sangat lama sekali didengar penulis namun liriknya
dalam bahasa Inggris, dan kebanyakan dari masyarakat tidak mengetahui asal-usul
keberadaan lagu-lagu yang tenar dalam bahasa Batak Toba tersebut, mereka
menganggap lagu pop Batak Toba tersebut diciptakan oleh penyanyinya ataupun
orang Batak Toba walaupun terciptanya lagupopular Batak Toba tersebut awal
mulanya sebenarnya berasal dari lagu dalam bahasa Inggris. Namun lirik lagu
tersebut selain berbeda bahasa berbeda juga makna nya dikarenakan penyanyi atau
pencipta lagu populer Batak Toba tersebut mengubah keseluruhan lirik yang asal-
usul lagu tersebut berasal dari lagu dalam bahasa Inggris.
Toleransi musikal yang tercipta antara pendengar maupun penikmat lagu
dengan penyanyi serta pencipta lagu pop Batak Toba tersebut dimana penyajian
lagu pop Batak kemungkinan disajian menarik dengan menyesuaikan gaya hidup
suku Batak Toba sehingga orang Batak Toba yang dalam hal ini sebagai pendengar
gampang menerima lagu tersebut dan mungkin tidak mempersalahkan asal usul
lagu tersebut meskipun awal nya lagu itu berasal dari lagu barat dan juga kebiasan
4
suku Batak Toba gampang menerima lagu asalkan birama 4/4 baik itu lagu
nusantara maupun lagu mancanegara. Perkembangan makna mencakup segala hal
tentang makna yang berkembang, baik berubah maupun bergeser.
Di dalam hal ini perkembangan meliputi segala hal tentang perubahan makna
baik yang meluas, menyempit, atau yang bergeser maknanya. Bahasa mengalami
perubahan dirasakan oleh setiap orang, dan salah satu aspek dari perkembangan
makna (perubahan arti) yang menjadi objek telaah semantik historis. Perkembangan
bahasa sejalan dengan perkembangan penuturnya sebagai pemakai bahasa. Kita
ketahui bahwa penggunaan bahasa diwujudkan dalam kata-kata dan kalimat.
Pemakai bahasa yang menggunakan kata-kata dan kalimat, pemakai itu pula yang
menambah, mengurangi atau mengubah kata-kata atau kalimat. Jadi, perubahan
bahasa merupakan gejala yang terjadi di dalam suatu bahasa akibat dari pemakaian
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Adapun beberapa lagu-lagu Batak Toba tersebut, di antaranya adalah: (1) lagu
dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack Marpaung (melodinya mirip lagu
That’s Why dengan penyanyi Michael Learn To Rock ); (2) lagu dengan judul Lady
penyanyinya Paniel Panjaitan (melodinya mirip lagu dengan judul She’s Gone
dengan penyanyi Steelheart); dan (3) lagu dengan judul Maria penyanyinya
vokalis Marsada Band (melodi lagunya mirip dengan lagu Marian penyanyi The
Cats).
Kontak dengan kebudayaan daerah dengan budaya lain dapat menyebabkan
manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru
yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru seperti lagu-lagu Batak tersebut
dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing
5
dengan budaya sendiri. Makna kata dapat mengalami perubahan akibat tanggapan
pemakai bahasa. Perubahan tersebut cenderung ke hal-hal yang menyenangkan atau
ke hal-hal yang sebaliknya, tidak menyenangkan. Kata yang cenderung maknanya
ke arah yang baik disebut amelioratif, sedangkan yang cenderung ke hal-hal yang
tidak menyenangkan (negatif) disebut peyoratif. Perubahan menyangkut mengenai
bahasa sebagai kode, dimana sesuai dengansalah satu sifatnya yang dinamis, dan
sebagi akibat persentuhan dengan kode-kodelain. Maka, bahasa itu berubah.
Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobitas penutur,sebagai akibat dari
perpindahan penutur atau para penutur itu sendiri yangmenyebabkan terjadinya
pergeseran itu. Sedangkan pemertahanan bahasa lebihmenyangkut masalah sikap
atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetapmenggunakan bahasa tersebut di
tengah-tengah bahasa-bahasa lainnya.
Dari segi sosial, hak cipta lagu mampu memberikan citra baik ke dalam
maupun ke luar. Ke dalam hak cipta lagu memberikan status sosial tertentu kepada
pemilik atau pemegang hak ciptanya dari lagu tersebut, sedangkan ke luar hak cipta
lagu memberikan cermin atas sikap dan apresiasi masyarakat terhadap karya cipta
lagu serta penciptanya sendiri. Begitu pula secara politis masalah ini memberikan
cermin terutama bagi pemerintah yaitu tentang seberapa jauh upaya-upaya yang
telah dilakukan dalam membina dan menata kehidupan masyarakatnya. Cermin
seperti ini pada gilirannya akan berlaku ke luar.
Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan
memperkaya kebudayaan yang ada. Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak
sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan adanya lagu-lagu batak yang
merupakan lagu tiruan dari asal lagu tersebut berasal dari budaya luar ( bahasa
6
inggris) akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap
mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk
berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk
menghasilkan karya-karya lain.
Hal penting dari Lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack
Marpaung (mirip lagu Thats Why penyanyi Michael Learn To Rock ), lagu dengan
judul Lady penyanyinya Paniel Panjaitan (mirip Lagu dengan judul She’s Gone
penyanyi Steelheart), lagu dengan judul Maria penyanyinya Marsada Band (mirip
Lagu dengan judul Marian penyanyi The Cats),yang perlu diteliti adalah perubahan
makna lirik lagu secara musikal tetapi menjadi sangat kompleks ketika ia
digunakan untuk kepentingan komersil selain musik belaka. Dimana kehidupan
masyarakat kebudayaan lokal sangat besar memberikan pengaruh ketenaran lagu
tersebut.
Untuk mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan ketenaran lagu dalam
bahasa Batak tersebut pada Penciptaan lagu dalam dunia musik populer Batak Toba
mengalami ketenaran dimata masyarakat dengan lagu-lagu pop Batak Toba yang
tertulis diatas, tingkat kesadaran akan sebuah kemampuan dalam menciptakan
melodi ataupun lirik lagu merupakan hal yang prioritas dimiliki seorang pencipta.
Selain itu tidak tertutup kemungkinan respons pendengar sangat memberikan
pengaruh yang besar terhadap karya-karya musik populer Batak Toba yang ada,
dimana pendengar juga harusnya memiliki kemampuan dalam musik
dan`perbendaharaan lagu-lagu mancanegara maupun musik lokal yang dalam hal
7
ini lagu populer Batak Toba sehingga pendengar terbiasa akan mengingat melodi-
melodi lagu yang diperdengarkan. Selain itu juga penyimpangan sosial tentang
lagu-lagu yang dalam hal ini dikaitkan dengan hak cipta atau melanggar hukum
merupakan tindak pidana, dapat merupakan pencemaran terjadinya perubahan
sosial budaya.
Latar belakang tersebut di atas, sangat relevan untuk dikaji secara
etnomusikologis sebagai bidang keilmuan yang penulis geluti selama empat tahun
terakhir ini. Apa yang dimaksud etnomusikologi itu adalah seperti diuraikan berikut
ini.
Ethnomusicology is the study of music in its cultural context. Ethnomusicologists approach music as a social process in order to understand not only what music is but why it is: what music means to its practitioners and audiences, and how those meanings are conveyed
Ethnomusicology is highly interdisciplinary. Individuals working in the field may have training in music, cultural anthropology, folklore, performance studies, dance, cultural studies, gender studies, race or ethnic studies, area studies, or other fields in the humanities and social sciences. Yet all ethnomusicologists share a coherent foundation in the following approaches and methods: 1) Taking a global approach to music (regardless of area of origin, style, or genre). 2) Understanding music as social practice (viewing music as a human activity that is shaped by its cultural context). 3) Engaging in ethnographic fieldwork (participating in and observing the music being studied, frequently gaining facility in another music tradition as a performer or theorist), and historical research.
Ethnomusicologists are active in a variety of spheres. As researchers, they study music from any part of the world and investigate its connections to all elements of social life. As educators, they teach courses in musics of the world, popular music, the cultural study of music, and a range of more specialized classes (e.g., sacred music traditions, music and politics, disciplinary approaches and methods). Ethnomusicologists also play a role in public culture. Partnering with the music communities that they study, ethnomusicologists may promote and document music traditions or participate in projects that involve cultural policy, conflict resolution, medicine, arts programming, or community music. Ethnomusicologists may work with museums, cultural festivals, recording labels, and other institutions that promote the appreciation of the world’s musics (http://www.ethnomusicology.
8
org/?page=whatisethnomusicology).
Dari kutipan dalam situs web etnomusikologi.org tersebut, maka dapat
dipahami bahwa etnomusikologi adalah studi musik dalam konteks budayanya.
Etnomusikolog biasanya melakukan pendekatan musik sebagai proses sosial untuk
memahami tidak hanya apa musik tapi mengapa: apa artinya praktik musik dan
khalayak, dan bagaimana makna yang disampaikan musik tersebut.
Etnomusikologi sangat interdisipliner. Para ilmuwan yang bekerja di
lapangan etnomusikologi ini mungkin saja berasal dari pelatihan musik, atau
ilmuwan antropologi budaya, cerita rakyat, kajian pertunjukan, tari, studi budaya,
studi gender, stuis ras atau etnik, studi kawasan, atau bidang lainnya di bidang
ilmu-ilmu humaniora dan sosial. Namun semua etnomusikolog berbagi landasan
yang koheren dalam pendekatan dan metodenya, seperti berikut: (1) Mengambil
pendekatan global untuk musik (terlepas dari daerah asal, gaya, atau genre). (2)
Memahami musik sebagai praktik sosial (melihat musik sebagai aktivitas manusia
yang dibentuk oleh konteks budaya). (3) Melakukan penelitian lapangan etnografi
(berpartisipasi aktif dalam mengamati musik yang sedang dipelajari, mengkaji
tradisi musik baik sebagai pemain atau ahli teori sekeligus), dan penelitian sejarah
musik.
Etnomusikolog aktif dalam berbagai bidang. Sebagai peneliti, mereka belajar
musik dari setiap bagian di dunia ini dan menyelidiki koneksi ke semua elemen
kehidupan sosial. Sebagai pendidik, mereka mengajar kursus musik dunia, musik
populer, studi budaya musik, dan berbagai kelas yang lebih khusus (misalnya,
tradisi musik sakral, musik dan politik, mengajarkan pendekatan disiplin ilmu dan
9
metode). Etnomusikolog juga berperan dalam budaya masyarakat. Bermitra dengan
komunitas musik yang mereka pelajari, etnomusikolog dapat mempromosikan dan
mendokumentasikan musik tradisi atau berpartisipasi dalam proyek-proyek yang
melibatkan kebijakan budaya, penyelesaian konflik, pengobatan, pemrograman
seni, atau komunitas musik. Etnomusikolog dapat bekerja pada museum, festival
budaya, rekaman label, dan lembaga lain yang mempromosikan apresiasi musik
dunia. Dengan demikian, kerja keilmuan yang penulis lakukan adalah sesuai
dengan uraian mengenai apa itu etnomusikologi seperti tersebut di atas.
1.2 Pokok Masalah
Agar lebih mengarahkan focus kajian di dalam konteks penelitian ini, maka
penulis mengajukan tiga pokok masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur tiga melodi lagu populer Batak Toba dan perbandingannya
dengan struktur tiga lagu lagu populer dari musik Barat sebagai sumbernya?
2. Makna seperti apakah yang dikandung di dalam enam lagu pada musik populer
Batak Toba dan Barat?
3. Bagaimana respons pendengar terhadap karya-karya musik populer Batak Toba
yang ada dan menjadi tenar di masyarakat yang melodinya diadopsi dari music
Barat?
Untuk pokok masalah yang pertama, yang akan penulis bandingkan adalah
struktur melodi, mencakup aspek-aspek seperti: tangga nada, wilayah nada, nada
dasar, pola-pola kadensa, formula melodi, kontur, distribusi interval, dan jumlah
10
nada-nada yang digunakan. Asumsi penulis adalah dengan berubahnya teks yang
digunakan dari bentuk awal yaitu teks nyanyian berbahasa Inggris menjadi teks
berbahasa Batak Toba, maka di sana sini akan terjadi perubahan nada-nada
terutama dikaitkan dengan dimensi waktunya. Ini menarik untuk membandingkan
sejauh apa perubahan yang terjadi.
Untuk pokok masalah kedua, yaitu makna seperti apa yang terdapat dalam
keenam lagu tersebut, yaitu tiga berbahasa Batak Toba dan tiga berbahasa Inggris
sebagai sumber asalnya, maka aspek yang dikaji melalui pendekatan semiotik
adalah mencakup makna denotatif (sebenarnya) dan makna konotatif (makna-
makna selain makna sebenarnya, yang dikaitkan dengan aspek kebudayaan dan
sosial. Dalam mengkaji masalah ini, maka unsur-unsur yang dikaji meliputi baris,
distribusi suku kata, penggunaan kata-kata, hubungan kata, bait, dan seterusnya.
Untuk pokok masalah ketiga, yaitu bagaimana respons pendengar terhadap
fenomena lagu pada musik populer Batak Toba yang menggunakan melodi lagu
music Barat, maka focus kajian diarahkan kepada sejauh apa tanggapan pendengar
lagu-lagu ini. Di antara respons yang akan diuraikan adalah bagaimana
pengetahuan pendengar terhadap fenomena ini. Selain itu juga adalah bagaimana
respons mereka ini dalam mengapresiasi musik populer Batak yang mereka
dengarkan tersebut.
11
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
a. Mengkaji bagaimana struktur tiga melodi lagu populer Batak Toba dan
perbandingannya dengan struktur tiga lagu lagu populer dari music Barat
sebagai sumbernya.
b. Mengkaji makna seperti apakah yang dikandung di dalam enam lagu musik
popular Batak Toba dan Barat.
c. Mengkaji bagaimana respons pendengar terhadap karya-karya musik populer
Batak Toba yang ada dan menjadi tenar di masyarakat
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Untuk dijadikan sumber informasi keilmuan khususnya ilmu-ilmu musik,
terutama persebaran musik dalam konteks buidaya popular dan globalisasi.
b. Sebagai bentuk pemenuhan kewajiban dalam rangka menyelesaikan studi pada
Program Studi Magister Penciptaan dan pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara Medan.
c. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pedoman dalam kajian seni.
d. Untuk dapat menjadi sumber pengetahuan bagi penciptaan dan kekaryaan di
bidang seni musik, khususnya terhadap para pencipta lagu-lagu populer Batak
Toba.
12
e. Tesis ini juga dapat dijadikan sebagai sumber permodelan untuk melakukan
kebijakan yang tepat bagi industri musik popular baik di peringkat daerah,
nasional, maupun global.
1.4 Tinjauan Pustaka
Penelitian ini diperkuat dengan buku-buku, di antaranya sejarah yang
berhubungan dengan lagu tersebut sebagai sebuah folksong,posmodernisme, teori
musik, teori-teori sosial, teori quantum, semiotika, hermeneutika, filsafat, dan
buku-buku lain yang relevan dan menunjang penulisan tesis ini. Berikut ini
beberapa buku yang sudah penulis dapatkan.
1. Folklor Indonesia karangan James Danandjaja (1986). Buku ini memuat
tentang folklor yang ada di Indonesia. Folklor Indonesia disajikan dalam
bentuk hakikat folklor, penelitian folklor di Indonesia, bentuk-bentuk folklor
Indonesia, folklor sebagai lisan, dan folklor bukan lisan. Penulis memfokuskan
perhatian pada folklor Indonesia yang berupa nyanyian rakyat yang tertulis
dalam buku ini untuk referensi tesis
2. Teori Interpretasi, Memahami Teks, Penafsiran, dan Metodologinya karangan
Paul Ricoeur (2012). Buku ini menekankan pentingnya interpretasi untuk dapat
memahami realitas dengan segala kompleksitasnya. Buku ini juga membantu
kita untuk menjelajahi makna bahasa dengan seperangkat teori interpretasi
yang terangkum dalam filsafat wacana.
3. Posmodernisme karangan Kevin O’Donnell (2013). Buku ini di antaranya
memuat tentang etika dan politik. Dituliskan dalam buku ini, Derrida
13
menegaskan bahwa metode dekonstruksinya merupakan kegiatan cinta, yang
mendorong keluar kebenaran yang jujur dan mengakui posisi yang berbeda-
beda. Mengapa kita harus percaya hanya pada apa yang dikatakan untuk kita
percaya, atau bertindak seperti yang dikatakan pada kita. Marilah kita sadar
dan melihat dengan jelas.
Buku-buku semiotika yang penulis gunakan dalam referensi penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut.
4. Semiotika Komunikasi karangan Alex Sobur (2004). Buku ini menyajikan cara
memahami semiotika, pokok dan tokoh semiotika, aplikasi semiotika
komunikasi, komunikasi dengan simbol-simbol, ideologi dan mitologi, kata-
kata dan makna, serta hubungan antara manusia, bahasa, dan komunikasi.
5. Serba-Serbi Semiotika karangan Panuti Sudjiman dan Art van Zoest (1991).
Buku ini berisi ulasan-ulasan tentang apa itu semiotika terutaam yang
digunakan di dalam disiplin ilmu linguistik dan sastra.
6. Semiotic for Beginners karangan Paul Cobley dan Litza Jansz (2002). Buku ini
berisi tentang identifikasi para ahli semiotika yang terkemuka dan karya-karya
mereka. Semiotika dalam buku ini dipaparkan dengan konsep-konsep
sederhana yang sebelumnya merupakan istilah-istilah yang pelik. Buku ini
penulis jadikan sebagai pijakan untuk memepelajari betapa pentingnya tanda-
tanda dan sistem penandaan bagi keberadaan manusia.
7. Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan Matinya Makna karangan
Yasraf Amir Piliang (2012). Buku ini lebih banyak menyoroti semiotika dan
post-modernisme, dalam konteks aliran pemikiran, yang juga dihubungkan
14
dengan perkembangan teori-teori dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama
ilmu-ilmu budaya.
8. Dimensi Mistik, Musik, dan Bunyi karangan Hazrat Inayat Khan (2002). Buku
ini memaparkan tentang sifat gaib musik yang jernih menjadi sebuah musik
klasik modern, yang tidak hanya dicintai oleh mereka yang berminat dengan
Sufisme tetapi oleh berbagai jenis musik. Menurut Khan: ”Lidah yang
menyentuh berbagai titik di mulut, dan terbuka, serta tertutupnya bibir dengan
berbagai cara, menghasilkan berbagai bunyi. Pengelompokan bunyi
menjadikan kata-kata menyampaikan makna yang berbeda dalam berbagai cara
ekspresi mereka. Secara berangsur-angsur ini menjelmakan musik menjadi
bahasa, tapi bahasa tidak pernah bisa membebaskan dirinya dari musik. Sebuah
bahasa, betapapun sederhananya, tidak bisa bertahan tanpa musik di dalamnya;
musik memberinya ekspresi konkret. Karena alasan ini, sebuah bahasa asing
jarang diucapkan dengan sempurna; kata-kata dipelajari, tapi musik tidak
dikuasai”.
9. Teori Budaya karangan David Kaplan dan Robert A. Manners (2002). Buku ini
pada pada bab ketiga (Tipe-tipe Teori Budaya) sub bab ketujuh memuat
tentang ideologi. Kaplan menggunakan istilah ideologi dengan pengertian
yang netral dan tak bersifat menilai baik-buruk. Dalam sub bab kesembilan
Kaplan mengungkapkan, bahwa karena sifatnya yang subjektif itu ideologi
tidak dapat kita ketahui melalui pangamatan langsung. Ideologi harus
disimpulkan dari sesuatu bentuk perilaku, yakni dari apa kata orang atau dari
pengamatan atas orang-orang yang berinteraksi dalam berbagai sistem sosial.
15
10. Seri buku Nusa Jawa:Silang Budaya karangan Denys Lombard (2005),jilid1
Batas-Batas Pembaratan, Jilid 2 Jaringan Asia, dan jilid 3 Warisan Kerajaan-
Kerajaan Konsentris. Buku-buku ini memuat sejarah Indonesia dengan
mengambil Jawa sebagai fokus kajian silang budaya.Salah satu bagian tulisan
dari buku ini membicarakan pengaruh Barat di bidang estetika dan persoalan
seniuntuk seni serta seni untuk rakyat. Bagian lain ada juga membicarakan
tentang ideologi-ideologi termasuk tantang Partai Komunis Indonesia.
11. Quantum Seni karangan M. Dwi Marianto (2006). Buku ini memuat paparan
tentang apa itu quantum seni. Sebagai adaptasi dari teori fisika, perspektif
quantum dijadikan metode untuk memahami karya seni. Sebagaimana halnya
foton dalam teori fisika quantum, demikian juga halnya karya seni dipandang
sebagai dualitas dari partikel-gelombang. Marianto juga menyoroti
hermeneutika dan semiotika sebagai cara untuk memahami segala sesuatu yang
melesat, melesak, berbunyi, terungkap, tertulis, tertuang, tersandang, dsb. yang
merupakan tanda-tanda yang bisa dianyam dan diartikan
Selanjutnya buku-buku filsafat yang penulis jadikan referensi adalah:
12. Alam Pikiran Yunani karangan Mohammad Hatta (1986). Dari buku ini penulis
mengambil beberapa pemahaman tentang logika, terutama logika yang berakar
dari ilmu-ilmu pengetahuan Yunani.
13. Estetika: Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan dari Yunani sampai Zen
Buddhisme karangan Matius Ali (2004). Buku ini membahas apa itu
keindahan, menyelidiki prinsip-prinsip landasan seni dan pengalaman
seniyakni penciptaan seni, penilaian atau refleksi atas karya seni. Buku ini juga
(4) jumlah masing-masing nada, (5) interval, (6) pola kadens, (7) formula melodi
dan (8) kontur. Teori ini pada dasarnya melihat struktur ruang dalam musik dengan
menggunakan ukuran-ukuran tertentu.
Dengan melalui perspektif disiplin etnomusikologi tersebut dapat dijabarkan
bahwa yang dimaksud dengan melodi adalah rangkaian nada-nada yang
membentuk sebuah bentuk musik yang disusun oleh formula-formulanya baik itu
frase maupun nmotif melodi. Kemudian yang dimaksud dengan nada dasar adalah
sebagai nada pusat (tonal center) bagi sebuah komposisi lagu atau nyanyian.
Selanjutnya wilayah nada adalah jarak yang dapat diukur dengan satuan langkah
atau laras maupun cent dalam konteks ilmu musik.
Seterusnya yang dimaksud dengan nada adalah bunyi yang dikaitkan dengan
music dan biasanya mengacu sebagai materi dasar pembentuk melodi. Setelah itu,
yang dimaksud dengan interval adalah ukuran jarak antara nmada yang satu dengan
nada yang lainnya, yang biasa diukur dengan sebutan seperti prima murni, sekunde
mayor, ters minor, dan seterusnya. Setelah itu, pola kadens adalah bahagian ujung-
ujung frase melodi dan juga termasuk yang paling ujung melodi tersebut. Kemudian
yang dimaksud dengan formula melodi adalah rumusan yang menjadi dasar
pembentukan melodi, baik iru bentuk, frase, maupun motif. Terakhir kali, kontur
adalah garis lintasan melodi, yang dapat dideskripsikan dalam bentuk-bentuk
seperti pendulum, berjenjang, setengah lingkaran, dan lain-lain. Teori inilah yang
penulis gunakan untuk melakukan analisis komparatif terhadap keenam lagu yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
25
1.6.2 Teori Semiotik
Semiotika adalah ilmu (juga teori) tentang tanda-tanda. Ilmu ini
berpandangan bahwa fenomena sosial dan budaya pada dasarnya merupakan tanda-
tanda. Semiotika mengkaji sistem-sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi
yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti.
Dua tokoh penting perintis ilmu semiotika modern, yaitu Charles Sanders
Peirce (1839-l9l4 ) dan Ferdinand de Saussure (1857-1813) mengemukakan
beberapa pendapat mereka mengenai semiotika. Saussure menampilkan semiotika
dengan membawa latar belakang ciri-ciri linguistik yang diistilahkan dengan
semiologi, sedangkan Peirce menampilkan latar belakang logika yang diistilahkan
dengan semiotika. Peirce mendudukkan semiotika pada berbagai kajian ilmiah
(lihat Zoest 1993:l-2).
Dalam penelitian ini, konsep semiotika yang digunakan adalah konsep yang
didasarkan pada pemikiran Saussure yang dikembangkan oleh Riffaterre. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa konsep semiotika yang dikembangkan oleh
Riffaterre, penulis anggap tepat untuk diterapkan dalam penelitian ini. Konsep dan
teori yang digunakan Riffaterre lebih mengkhusus pada pemaknaan puisi secara
semiotika, sehingga lebih memberikan ruang untuk interpretasi makna yang akan
dilakukan dalam penelitian ini. Untuk puisi, secara semiotika Riffaterre dalam
bukunya Semiotics of Poetry (1978) mengemukakan empat hal pokok sebagai
langkah pemroduksian makna.
26
(1) Hal pertama adalah bahwa puisi merupakan aktivitas bahasa yang
berbeda dengan pemakaian bahasa pada umumnya. Puisi memiliki bahasa yang
dapat menyatakan beberapa konsep secara tidak langsung. Dalam puisi,
ketidaklangsungan ekspresi menduduki posisi yang utama, Ketidaklangsungan
ekspresi yang dimaksud disebabkan oleh adanya penggantian arti (displacing of
meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating
of meaning). Riffaterre (1978:2) menyatakan bahwa penggantian arti disebabkan
oleh penggunaan metafora dan metonimi, serta bahasa kiasan yang lain.
Penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal, yaifu ambiguitas (ketaksaan),
kontradiksi, dan nonsens. Penciptaan arti diciptakan melalui enjambement,
homologue, dan tipografi.
(2) Hal kedua adalah pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik.
Pembacaan heuristik adalah pembacaan pada taraf mimesis atau pembacaan yang
didasarkan konvensi bahasa. Karena bahasa memiliki arti referensial, pembaca
harus memiliki kompetensi linguistik agar dapat menangkap arti (meaning).
Kompetensi linguistik yang dimiliki oleh pembaca itu berfungsi sebagai sarana
untuk memahami beberapa hal yang disebut sebagai ungramatikal
(ketidakgramatikalan teks). Pembacaan ini juga disebut dengan pembacaan
semiotika pada tataran pertama. Dalam pembacaan pada tataran ini, masih banyak
arti yang beraneka ragam, makna yang tidak utuh, dan ketakgramatikalan. Untuk
itu, pembacaan pada tataran ini masih perlu dilanjutkan ke pembacaan tahap kedua.
Pembacaan tataran kedua yang dimaksud adalah pembacaan hermeneutik. Pada
pembacaan ini, akan terlihat hal-hal yang semula tidak gramatikal menjadi
himpunan kata-kata yang ekuivalen (Riffaterre,1978:54).
27
(3) Hal ketiga adalah penentuan matriks dan model. Dalam hal ini, matriks
dapat dimengerti sebagai konsep abstrak yang tidak pernah teraktualisasi. Konsep
ini dapat dalam satu kata atau frase. Meskipun demikian, kata atau frase yang
dimaksud tidak pemah muncul dalam teks puisi yang bersangkutan, tetapi yang
muncul adalah aktualisasinya. Aktualisasi pertama dari matriks adalah model.
Model ini dapat berupa kata atau kalimat tertentu. Berdasarkan hubungan ini, dapat
dikatakan bahwa matriks merupakan motor penggerak derivasi tekstual, sedangkan
model menjadi pembatas derivasi itu (Riffaterre,1978:19-21).
(4) Hal keempat adalah prinsip intertekstual. Prinsip intertekstual adalah
prinsip hubungan antar teks sajak. Sebenarnya hal itu berangkat dari asumsi bahwa
karya sasta termasuk puisi, tidak lahir dari kekosongan budaya. Dalam keadaan
seperti ini, sebuah sajak merupakan responss atau tanggapan terhadap karya-karya
sebelumnya. Tanggapan tersebut dapat berupa penyimpangao atau penerusan
tradisi. Dalam hal ini, mau tidak mau terjadi proses transformasi teks.
Mentransformasikan adalah memindahkan sesuatu dalam bentuk atau wujud lain
yang pada hakikatnya sama (Pradopo, 1994:25). Dalam proses tersebut dikenal
adanya istilah hipogram. Riffaterre (1978:2) mendefinisikan hipogram adalah teks
yang menjadi latar atau dasar penciptaan teks lain. Dalam praktiknya, hipogram
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hipogram potensial dan hipogram aktual.
Hipograrn potensial yang dapat ditelusuri dalam bahasa bersifat hipotesis, seperti
yang terdapat dalam matriks, sedangkan hipogram aktual bersifat nyata atau
eksplisit.
Keempat hal pokok tersebut di atas yang dikemukakan oleh Riffaterre
sebagai langkah pemroduksian makna, tiga di antaranya akan digunakan sebagai
28
acuan untuk mengungkap makna yang terkandung dalam lagu-lagu pop Batak Toba
dan tiga lagu pop Barat yang merupakan asal dari ketiga melodi lagu pop Batak
tersebut. Lewat tanda-tanda yang terdapat dalam mantra itu, maka proses
pemaknaan akan dilakukan.
Dengan bertotak pada kerangka teori di atas, dapat dikatakan bahwa untuk
dapat memahami hakikat makna dari lagu-lagu Batak Toba dan lagu-lagu budaya
Barat perlu dilakukan interpretasi semiotika. Interpretasi ini selanjutnya akan
mempertimbangkan dan menerapkan dua sisi pandang. Sisi pertama adalah cara
pandang masyarakatnya sebagai pengamal dan penghayat lagu-lagu ini dalam
budaya mereka.1 Sisi kedua adalah perlunya penafsiran berdasarkan kaidah-kaidah
saintifik terhadap lagu-lagu tersebut. Dua titik pandang ini menghasilkan suatu
sintesa keilmuan yang tentu berdasar kepada empirisme, logika, pembuktian,
penelaahan, tafsiran, dan hasil yang diperoleh dari penelitian lapangan (field work).
1.6.3 Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi
melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
(respons) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah
1Dalam dunia ilmu pengetahuan, pendekatan seperti ini lazim disebutdengan pendekatan
emik. Artinya adalah bahwa penelitian yang dilakukan lebih menumpukan perhatian kepada pendapat-pendapat informan kunci dalam rangka memahami makna-makna yang terkandung di dalam kebudayaan yang diteliti dalam konteks kerja ilmiah. Namun demikian, seorang peneliti tidaklah harus sepenuhnya berdasarkan kepada penjelasan yang diperoleh dari para informan kunci. Seorang peneliti diharapkan lebih jauh menafsirkan sumber data berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang diperoleh dari kinerjanya sebagai ilmuwan. Tentu saja penafsiran ini bisa berbeda-beda antara seorang peneliti dengan peneliti lainnya, yang pasti akan dilatarbelakangi oleh pengalaman keimlmuannya. Pendekatan kedua ini lazim disebut sebagai pendekatan etik.
29
lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi
penyebab belajar. Sedangkan responss adalah akibat atau dampak, berupa reaksi
fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-respons).
Teori behavioristik memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
obyektif.
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu
A. Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949), Thorndike berprofesi
sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari
Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar
doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain:
Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal
Intelligence (1911), A Teacher’s Word Book (1921), Your City (1939), dan Human
Nature and The Social Order (1940).
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respons (R ).
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respons dari
adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari
eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui
30
bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan responss, perlu adanya
kemampuan untuk memilih responss yang tepat serta melalui usaha –usaha atau
percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.
Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and
connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh
karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan
teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan
Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan
tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi
pendidikan.
Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai
berikut: 1. Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme
memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut
akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk
asosiasi (koneksi) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.
Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka
ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas
dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan. Prinsip pertama teori
koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi antara kesan
panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang
atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung
mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit
akan menghasilkan prestasi memuaskan.
31
Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan
bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak
akan melakukan tindakan lain. Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak,
tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia
akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan
ketidakpuasannya. Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan
bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia
akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan
ketidakpuasannya.
2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku
diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip
law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan
tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila
koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan
bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi
pelajaran akan semakin dikuasai.
3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respons cenderung
diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya
tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya
koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat
menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya,
suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan
tidak akan diulangi.
32
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat
menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah
dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis
gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan
PR akan membentuk sikapnya.
Selain itu untuk menambah perspektif keilmuan ini, dalam rangka mengkaji
keberadaan lagu-lagu populer Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik
Barat, maka penulis menggunakan teori kebenaran. Artinya adalah alasan
kebenaran apa yang menjadi eksisnyalagu-lagu populer Batak Toba seperti itu.
1.6.4 Teori Kebenaran
Teori dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah
berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan
filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah William James (1842-
1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis
(Jujun, 1990:57) Pragmatisme menantang segala otoritanianisme, intelektualisme
dan rasionalisme. Bagi mereka ujian kebenaran adalah manfaat (utility),
kemungkinan dikerjakan (workability) atau akibat yang memuaskan (Titus,
1987:241), Sehingga dapat dikatakan bahwa pragmatisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar
dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan
pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi
hidup praktis (Hadiwijono, 1980:130) dalam kehidupan manusia. Kriteria
pragmatisme juga dipergunakan oleh ilmuan dalam menentukan kebenaran ilmiah
33
dalam prespektif waktu. Secara historis pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap
benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan dengan masalah
seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis selama pernyataan itu fungsional dan
mempunyai kegunaan maka pernyataan itu dianggap benar, sekiranya pernyataan
itu tidak lagi bersifat demikian, disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang
menghasilkan pernyataan baru, maka pernyataan itu ditinggalkan (Jujun, 1990:59),
demikian seterusnya. Tetapi kriteria kebenaran cenderung menekankan satu atau
lebih dati tiga pendekatan (1) yang benar adalah yang memuaskan keinginan kita,
(2) yang benar adalah yang dapat dibuktikan dengan eksperimen, (3) yang benar
adalah yang membantu dalam perjuangan hidup biologis. Oleh karena teori- teori
kebenaran (koresponsden, koherensi, dan pragmatisme) itu lebih bersifat saling
menyempurnakan daripada saling bertentangan, maka teori tersebut dapat
digabungkan dalam suatu definisi tentang kebenaran. kebenaran adalah persesuaian
yang setia dari pertimbangan dan ide kita kepada fakta pengalaman atau kepada
alam seperti adanya
1.7 Metode Transkripsi dan Analisis
Dalam proses transkripsi penulis berpedoman pada pendapat Nettl (1991:23)
yang mengatakan ada dua pendekatan yang bisa digunakan untuk mendeskripsikan
musik, yaitu : (1) kita dapat menganalisa dan mendeskripsikan musik dari apa yang
kita dengar, (2) kita dapat menuliskan bunyi musik itu dalam tulisan sehingga dapat
mendeskripsikan tulisan itu.
Dalam hal notasi penulis mengacu pada pendapat Seeger (1958:184-195)
yang membedakan dua notasi ditinjau dari tujuannya, yaitu: notasi perskriptif dan
34
notasi deskriptif. Notasi perskriptif yaitu notasi yang hanya menuliskan garis besar
dari bunyi. Notasi ini merupakan pedoman bagaimana musik itu dapat di wujudkan
oleh pemain musik. Notasi deskriptif adalah laporan yang disertai dengan lengkap
tentang bagaimana sebenarnya suatu komposisi musik diwujudkan.
1.8 Metode Penelitian
Penelitian ini direncanakan sebagai riset pustaka dan metode lapangan
(wawancara dan pengamatan). Dalam penelitian inidigunakan metode kualitatif
kuantitatif. Lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack Marpaung
(mirip lagu That’s Why penyanyi Michael Learn To Rock), lagu dengan judul Lady
penyanyinya Paniel Panjaitan (mirip Lagu dengan judul She’s Gone penyanyi
Steelheart),lagu dengan judul Maria penyanyinya Marsada Band (mirip lagu dengan
judul Marian penyanyi The Cats). Masih dari lagu yang sama melodinya akan
tetapi makna lirik berbeda dan versi yang berbeda (asli dan tiruan),dapat digali atau
diperoleh pengetahuan tentang apa, siapa, di mana, untuk apa, mengapa, kapan,
bagaimana, dan sebagainya. sesuatu itu terhubung atau berhubung kait dengan lagu
tersebut.
Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan metode penelitian
kualitatif dan kuantitatif adalah seperti yang dikemukakan oleh (Sumanto, 1995),
sebagai berikut.
1. Metode penelitian kualitatif, adalah metode yang lebih menekankan
pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat
permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka
35
menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis), yaitu mengkaji
masalah secara kasus per kasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu
masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari
metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam
terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori
substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.
Dalam rangka penelitian yang penulis lakukan ini, metode penelitian
kualitatif digunakan untuk mengkaji struktur melodi tiga lagu musik pop Batak
yang melodinya diadopsi dari music Barat, serta makna-makan teks yang
terkandung di dalam lagu-lagu tersebut. Dalam penelitian ini, penulis melakukan
wawancara kepada para pencipta lirik lagu dan juga berbagai ahli bahasa dan sastra
Batak Toba, yang tujuan utamanya mendalami makna-makna lagu tersebut.
Kemuidna, agak berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis, yang biasanya hnaya
memilih satu jenis metode saja, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pula metode kuantitatif, terutama untuk mengkaji respons para pendengar lagu-lagu
popular Batak yang melodinya diadopsi dari music Barat tersebut. Untuk itu perl;u
dijelaskan sepintas apa itu metode kuantitatif, dan bagaiman penulis
mengoperasikannya dalam penelitian ini.
2. Metode penelitian kuantitatif, dalah metode yang lebih menekankan pada
aspek pengukuran secara objektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat
melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan ke dalam beberapa
komponen masalah, variable dan indicator. Setiap variabel yang ditentukan diukur
dengan memberikan symbol-simbol angka yang berbeda-beda sesuai dengan
kategori informasi yang berkaitan dengan variabel tersebut. Dengan menggunakan
36
symbol-simbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik
dapat dilakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum
di dalam suatu parameter.
Tujuan utama dati metode kuantitatif ini ialah menjelaskan suatu masalah
tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran
yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang diperkirakan akan
berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu
metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku di dalam statistika
induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap
keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut sample
dalam penelitian kuantitatif.
Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari
populasi atau sering disebut “data”. Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang
dapat diprediksikan ke tingkat realitas dengan menggunakan metode kuantitatif
tertentu. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan
fakta dan menguji teori-teori yang timbul.
Dalam rangka penelitian ini, untuk menganalisis realitas sosial yang terjadi
di dalam masyarakat, khususnya di Sidikalang, maka pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan difokuskan kepada bagaimana para responden melakukan umpan balik
setelah mendengar lagu-lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari music
pop Barat. Respon tersebut mencakup bagaimana apresiasi responden yang
mencakup lirik, melodi, iringan, tampilan audiovisual, teks, dan aspek-aspek
sejenis. Seterusnya apakah para responden mengetahui bahwa tiga lagu pop Batak
Toba itu berasal dari melodi music pop Barat? Bagaimana respons mereka terhadap
37
kenyataan sosial dan budaya yang seperti ini. Ituilah inti permasalahan respons
yang dikaji dalam penelitian ini.
1.9 Sistematika Penulisan
Penelitian ini direncanakan terdiri dari lima bab. Bab I terdiri dari
Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
Setersunya Bab II berupa Gambaran Umum Kebudayaan Musik Batak
Toba: Tradisi dan Modernisasi. Bab II ini memfokuskan kajian aspek hostoris yang
melatarbelakangi budaya musik populer Batak Toba yang melodinya diadopsi dari
kebudayaan Barat. Aspek religi terutama agama Kristen menjadi faktor
penghubung dua budaya ini.
Stersunya Bab III bertajuk Analisis Komparatif Struktur Melodi Tiga Lagu
Pop Barat dan Batak Toba. Bab ini mengkhususkan kajian terhadap struktur melodi
tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari melodi musik pop Barat.
Tujuan utmanya adalah seberapa jaug perkembangan dan perubahan yang terjadi
setelah diolah kembali oleh para pemusik Batak Toba.
Bab IV berjudul Makna Teks Tiga Lagu Pop Barat dan Batak Toba yang
bermelodi sama. Pada bab ini focus kajian dilakukan terhadap teks-teks yang
digunakan dalam masing-masing lagu. Kajian iniuntuk menjawab apakah lagu pop
Batak Toba memiliki tema yang sama atau berubah temanya disbanding dengan
lagu asalnya dalam budaya musik pop Barat.
38
Bab V berjudul Respons Pendengar dalam Budaya Batak Toba. Bagian ini
mengkaji langsung bagaimana tanggapan, apresiasi, rekasi dari para pendengar
ketika mendengarkan lagu-lagu Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik
pop Barat tersebut.
Bab VI adalah Kesimpulan dan Saran, yang merupakan bahagian penutup
dari tulisan berbentuk tesis ini.
39
BAB II
GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA, PENYANYI,
DAN KELOMPOK BAND YANG DIKAJI
Apa yang dapat dilihat dan diamati mengenai lagu-lagu populer dalam
kebudayaan Batak Toba, yang sebahagiannya mengadopsi lagu-lagu dari budaya
musik pop daerah lain, nasional, bahkan global, khususnya musik Barat, tidaklah
terjadi begitu saja, namun memiliki sejarah yang panjang. Dalam hal ini perubahan
dan kontinuitas berjalan bersama di dalam kebudayaan Batak Toba. Perubahan
yang terjadi selain dari faktor internal, juga faktor eksternal berupa adopsi lagu-lagu
dengan melodi yang seudah umum dikenal, dan dipandang sebagai bahagian dari
identitas orang Batak dalam konteks globalisasi. Namun demikian, secara inovatif,
para pencipta dan penyanyi membuat lirik lagunya yang khas Batak Toba. Untuk
mengetahui, semua proses ini, alangkah baiknya dilihat terlebih dahulu bagaimana
budaya tradisi Batak Toba, dan kemudian bagaiman proses modernisasinya,
terutama yang berkait erat dengan musik populer Batak Toba yang melodinya
diadopsi dari kebudayaan musik pop Barat.
2.1 Adat
Salah satu pendukung budaya tradisi Batak Toba, adalah apa yang disebut
dengan adat. Di dalam kebudayaan Batak Toba, adat merupakan warisan yang
diperoleh dari leluhurnya—dan wajib dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Secara
kultural, adat dalam masyarakat Batak Toba ini menjadi pedoman kepada setiap
individu dan kelompok, dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya. Di dalam
40
adat terdapat unsur hukum, aturan, norma, nilai, dan tata cara yang mengatur
tentang hubungan manusia dan manusia, baik secara individu maupun kelompok.
Dalam persepsi budaya masyarakat Batak Toba, adat merupakan pemberian
Debata Mulajadi Na Bolon1 yang harus dituruti oleh makhluk penciptan-Nya,
dengan tujuan aman, damai, sentosa seluruh alam ini. Adat tersebut menjadi hukum
(yang tidak tertulis) bagi setiap orang yang memberikan pengetahuan tentang cara
kehidupan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, menurut
standar kebudayaan Batak Toba.
Selain itu, adat merupakan kebiasaan (hasomalan) yang dapat diartikan
sebagai aturan-aturan yang dibiasakan (yang berdimensi ide dan perilaku
sekaligus). Pengertian lain dari istilah adat ini adalah kebiasaan di suatu tempat
atau yang terdapat pada suatu kelompok marga (klen) yang diturunkan dari orang-
orang tua dan diwariskan secara turun temurun, berupa pesan tentang aturan dan
hukum yang tidak boleh diabaikan atau dilupakan. Seterusnya, hukum adat yang
merupakan pemberian dari Debata Mulajadi Na Bolon sebagai perintah yang harus
dituruti oleh segenap warga masyarakat Batak Toba, dimulai dari kebiasaan adat
yang dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat. Dampaknya adalah tertanam
suatu kepercayaan pada setiap individu dalam masyarakat Batak Toba terhadap
1Dalam sistem religi tradisi masyarakat Batak Toba Lama, Debata Mula Jadi Na Bolon dipercayai memiliki kekuasaan di atas langit yang mencakup jiwa dan roh yaitu: tondi, sahala, dan begu. Yang dimaksud tondi dalam system kepercayaan ini, adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan. Oleh karena itu tondi memberikan nyawa kepada manusia. Tondi didapat sejak seseorang janin berada di dalam kandungan ibundanya. Jikalau tondi meninggalkan badan (raga) seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal dunia. Maka ketika tondi meninggalkan raga seseorang, dalam budaya Batak Toba selalu diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon (roh jahat) yang menawannya. Kemudian termonilogi sahala dapat diartikan sebagai jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Seterusnya, istilah sahala sama dengan kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula. Begu adalah tondi orang telah meninggal yang perilakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
41
hukum adat tersebut. Orang-orang Batak Toba meyakini bahwa jikalau adat
sebagai warisan utama itu diikuti dan dilaksanakan, maka orang tersebut dipercayai
akan mendapat berkah, sedangkan orang yang tidak peduli dengan adat tersebut
akan mendapat bala, berupa hukum tersirat maupun yang tersurat.
Selanjutnmya, secara teologis, adat adalah bentuk keseluruhan suatu sistem
religi suku. Adat tersebut merangkum, meresapi, dan menentukan eksistensi suku
atau bangsa dengan cara bagaimanapun. Kemudian, adat menghubungkan orang
yang hidup dan kasat mata atau kelihatan dengan orang yang mati yang tidak
kelihatan; selain itu adat mengatur tata tertib sosial untuk desa atau kelompok desa
sebagai persekutuan hukum, persekutuan produksi, dan persekutuan religi. Selain
itu, adat mempertahankan daya hidup mitos, di mana kekuatannya terdapat pada
nomisme, yaitu sikap hukum yang alamiah dan tujuannya ialah untuk pencapaian
kelanggengan dan keselarasan antara alam makrokosmos dan mikrokosmos. Di
dalam keseluruhan aspek yang berkait dengan adat ini, dunia binatang dan tumbuh-
tumbuhan diintegrasikan sepenuhnya sama seperti dunia alam dan angkasa. Adat
mepunyai corak bermotif sebab ia mempunyai dasar dalam mitos yang merupakan
konsep suatu bangsa untuk memahami dirinya. Oleh karena itu, adat merupakan
bagian lahiriah serta pengembangan mitos dalam kehidupan bersama dan
penerapannya dalam segala seluk belukn kehidupan (Pasaribu, 1986:61).
Adat memiliki asal-usul keilahian (ketuhanan) begitu pula merupakan
seperangkat norma yang diturunkan dari nenek moyang, yang berulang-ulang atau
yang teratur datang kembali. Selepas itu kembali menjadi suatu kebiasaan atau hal
yang biasa (Schreiner, 1994:18). Pola-pola kehidupan yang Nampak dan dapat
diamati dalam bentuk pergaulan sehari-hari, pembangunan rumah, upacara
42
perkawinan, upacara kematian, semuanya dipelihara, dilaksanakan dan diatur
berdasarkan adat (ibid, 1994:20).
Budaya Batak Toba merupakan sebuah bentuk gagasan yang diwarisi
masyarakat pemiliknya dengan membuat perilaku terhadap nilai-nilai budaya.
Konsep masyarakat Batak Toba tentang kehidupan manusia, adalah bahwa
kehidupannya selalu terkait dan diatur oleh nilai-nilai adat. Adat adalah bagian dari
kewajiban yang harus ditaati dan dijalankan. Di dalam praktik pelaksanaan adat
Batak Toba, realitas di lapangan menunjukkan terdapat empat (4) katagori adat.
Yang pertama, masyarakat Batak Toba mempunyai sistem hubungan adat
tersendiri. Menunjukkan bahwa setiap komunitas mempunyai tipologi adat masing-
masing. Perlakuan masyarakat pedesaan terhadap adat lebih intensif dan merekat, di
sisi lain masyarakat Batak Toba yang tinggal di perkotaan relatif lebih
individualistis dalam konteks menyikapi adat Batak. Perilaku ini muncul akibat
pengaruh lingkungan yang membentuk pola pikir, di samping unsur teknologi yang
mempengaruhi adat tersebut.
Yang kedua, adat yang diyakini sebagai norma yang mengatur hubungan
antar manusia Batak Toba, dipengaruhi oleh aturan dan norma yang sudah berlaku
dalam masyarakatnya. Peraturan perundang-undangan dan hukum religi yang
banyak mengatur kehidupan normatif masyarakat secara rinci, memperkecil
peranan adat dalam mengatur norma sosial dan kehidupan bermasyarakatnya.
Selaras pula dengan aturan perundang-undangan dan hukum religi yang sudah
membudaya, sering juga dipandang dan dianggap sebagai bagian dari adat istiadat
Batak Toba sendiri.
43
Ketiga, Pola hubungan antar manusia dalam kelompok masyarakat Batak
Toba berubah secara terus menerus. Oleh karena itu, maka pelaksanaan adatnya
juga mengalami perubahan sesuai kebutuhan tanpa melihat sisi ruang dan waktu.
Keempat, pandangan dan nilai yang diberikan terhadap adat itu juga
mengalami perubahan, akibat dari pengaruh teknologi dalam penyebaranluasan
informasi. Hal itu tampak dalam praktek adat yang dilakukan oleh masyarakat
pendukungnya.
Adat ini juga mengarahkan bagaimana orang-orang Batak Toba dalam
menciptakan, mengkreasikan, menggubah, dan mempraktikkan kesenian-
keseniannya termasuk dalam nyanyian. Kemudian aspek-aspek adat yang
mentradisi ini diteruskan ke dalam konteks musik populer Batak Toba, termasuk
juga bagaimana mengadopsi musik-musik dunia dalam kebudayaan Batak Toba itu
sendiri. Bagaimanapun, peran adat tetap berlanjut baik secara tradisi atau di era
modernisasi dan globalisasi sekarang ini.
2.2 Religi: Dari Tradisi ke Agama Kristen
Apa yang terjadi dalam musik popular Batak Toba dengan fenomena adopsi
beberapa lagu dari budaya dunia, khususnya peradaban Eropa, sebenarnya adalah
ekspresi dari kontinuitas dan perubahan dari system religi yang dianut masyarakat
Batak Toba. Awalnya mereka menganut religi tradisi, dengan berpusat pada
penyembahan kepada Tuhan yang disebut Debata Mulajadi Nabolon, yang
kemudian secara berangsur-angsur berpindah kepada sistem religi baru yaitu
Kristen Protestan, terutama yang dibawa oleh zending Jerman, dimotori oleh
Ingwer Ludwig Nommensen. Kontinuitas dan perubahan sistem religi ini, menurut
44
penulis juga menjadi daya dorong bagi tumbuh dan berkembangnya kebudayaan
musik populer Batak Toba, yang di dalamnya mengandung unsur musik tradisi dan
juga musik Barat. Oleh karena itu perlu di sini diuraikan secara umum mengenai
sistem religi tradisi dan kemudian peralihannya ke Kristen Protestan.
Menurut sistem kepercayaan orang-orang Batak Toba dalam mitologinya,
persoalan kehidupan selalu ada sangkut pautnya dengan ketuhanan yang dipercaya
sebagai karya dari Mula Jadi Nabolon. Mite yang mirip dengan mitologi dalam
kepercayaan Hindu dalam cerita turun temurun masyarakat Batak Toba ini, yaitu
adanya tiga oknum dewa masing-masing Batara Guru, Soripada, dan Mangala
Bulan sebagai aspek dari Mulajadi Nabolon yang memiliki otoritas di bumi untuk
mengatur kehidupan manusia (Situmorang, 2009:21).
Dalam beberapa literature budaya, konsep mitologi ini berbeda dengan
konsep yang diungkapkan oleh Sitor Situmorang tentang “tri tunggal” Dewa orang
Batak. Dalam tulisan lain, Tampubolon menyebut ketiga Dewa tersebut bukanlah
implisit dari jelmaan Mula Jadi Nabolon, melainkan tiga dewa yang berdiri secara
Debata Mulajadi Nabolon diyakini sebagai pencipta alam semesta alam
yang besar (Nabolon), dan menciptakan dewa-dewa yang lebih rendah. Debata Asi-
asi sebagai dewa yang menurunkan berkat dan kasih melalui oknum perantara (roh
leluhur, roh penghuni suatu tempat). Batara Guru berarti maha guru yang memberi
ilmu pengetahuan, ilmu-ilmu gaib, pengobatan dan penangkalan roh-roh jahat.
(Tampubolon, 1978:9-10).
45
Mitologi Batak Toba pada umumnya disampaikan melalui cerita dari mulut
ke mulut (tradisi lisan), biasanya pemberitaan seperti ini sukar untuk dipercaya. Hal
ini terbukti dari banyaknya beredar cerita-cerita dongeng di kalangan suku Batak
Toba. Selanjutnya, Warneck mengemukakan bahwa hampir semua suku bangsa di
dunia memiliki dongeng, yang tidak memiliki hubungan satu sama lain. Masing-
masing berdiri sendiri (Hutauruk, 2006:8)2
Ajaran religi Batak Toba yang terdapat dalam mitologi ini, diperjelas oleh
Batara Sangti, yang menyebutkan ketiga dewa (sama dengan versi Situmorang)
sebagai pemilik otoritas kedewaan dengan konsep pekerjaan ketiga dewa tersebut
mengatur tata kehidupan manusia. Dalam legenda Siboru Deak (Deang) Parujar
dalam tonggo-tonggo (doa) yang disampaikan pada Mula Jadi Nabolon disebutkan
sebagai Debata Natolu, Natolu Suhu, Naopat Harajaon. Batara Sangti menguraikan
pekerjaan dan tugas keempat oleh Debata Asi-asi yaitu menolong manusia dengan
bersusah payah dan berkorban. Dewa ini berfungsi sebagai: naso pinele jala naso
sinomba (yang tidak disaji dan tidak disembah) sebagai tugas keempat dimaksud
dari na opat harajaon (Sangti, 1977:279). 2Dongeng ini masuk ke dalam sebuah kajian yang disebut secrita rakyat atau folklor. Danandjaya (1994:3) mengemukakan Sembilan ciri folklor yaitu: (1) Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan. (2) Folkor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif atau dalam bentuk standar dalam waktu yang lama minimal dua generasi. (3) Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman sehingga oleh proses lupa folklore mudah mengalami perubahan. (4) Folklor bersifat anonim, nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi. (5) Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat bisanya selalu mempergunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas hari.” (6) Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat misalnya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam. (7) Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan ligika umum. Ciri folkor ini berlaku bagi folklor lisan dan sebagain lisan. (8) Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak ada sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya. (9) Folklor umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga sering terlihat kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folklor merupakan proteksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.
46
Dari beberapa versi cerita lisan yang terdapat kehidupan orang Batak Toba
dapat disimpulkan, bahwa orang Batak Toba pada zaman keberhalaan sudah
mempercayai adanya Tuhan yang satu yang disebut Mulajadi Na Bolon yang
menjadi sumber dari segala yang ada. Orang Batak kala itu percaya ada kekuatan
besar Debata yang menjadikan langit dan bumi dan segala isinya. Ia juga
memelihara kehidupan secara terus menerus. Debata Mulajadi Na Bolon adalah
sebagai Tuhan yang tidak bermula dan tidak berakhir. Dia adalah awal dari semua
yang ada. Kepercayaan terhadap dewa-dewa ini, kemudian berubah menjadi
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, seiring datangnya agama Kristen
Protestan ke Tano Batak, yang dibawa oleh Ingwer Ludwig Nommensen.
Ben M. Pasaribu mengatakan tentang konsep menyatunya antara agama dan
adat pada masyarakat Batak Toba sebagai berikut.
... dalam masyarakat Batak Toba, yang mayoritas beragama Kristen dan Katolik, terdapat beberapa organisasi agamaniah yang berdasar kepada sistem kepercayaan Batak asli, yang dijalankan menurut persepsi dari pendiri-pendiri oraganisasi-organisasi tersebut dan beberapa persentuhan dengan agama wahyu. Hubungan antara organisasi agamaniah yang tradisi dengan organisasi gereja Kristen merupakan suatu hubungan yang bervariasi sekali, tergantung kepada perkembangan situasi masa yang mempengaruhi persepsi Kristen terhadap unsur kebudayaan tersebut. ... Sehingga selain gereja Kristen Protestan yang menghadirkan acara margondang dalam beberapa peristiwa gereja, gereja Katolik juga mengadakan suatu misa yang didasari oleh beberapa sekwen-sekwen dalam acara margondang dari organisasi agamaniah tersebut. Misalnya, Gondang Elek-elek sebagai kyre, daupa sebagai evangelium, Gondang Santi sebagai offertorium, Tortor Ulubalang sebagai agnus dei, Gondang Puji-Pujian sebagai sanctus dan sebagainya (Ben M. Pasaribu 1986:53-54).
Etnik Batak Toba adalah salah satu etnik natif Sumatera Utara, yang daerah
kebudayaannya berada di seputar danau Toba, yang kini adalah sebagai salah satu
47
pusat industri pariwisata di Indonesia. Etnik Batak Toba pada masa sekarang ini
daerah budayanya meliputi empat Kabupaten di Sumatera Utara, yaitu Kabupaten:
(a) Tapanuli Utara, (b) Toba Samosir, (c) Samosir, dan (d) Humbang Hasundutan.
Mereka memiliki berbagai kesenian, seperti sastra, tari (tortor), musik (gondang),
dan rupa (gorga), dan lain-lain.
Masyarakat Batak Toba ini sejak abad ke-19 telah berinteraksi secara pesat
dengan peradaban Eropa dan agama Kristen Protetan khususnya dari organisasi
Reinische Mission Gesselschaft (RMG) yang kemudian berubah menjadi Verenigte
Evangelische Mission (VEM).
Penyebaran agama Kristen, awalnya dimulai oleh Pendeta Burton dan Ward
dari Gereja Baptis Inggeris tahun 1824. Kedua pendeta ini mencoba
memperkenalkan Injil di kawasan Silindung (sekitar Tarutung sekarang).
Kehadiran mereka tidak diterima oleh masyarakat Batak Toba. Kemudian tahun
1834 Kongsi Zending Boston Amerika Serikat, mengirimkan dua orang pendeta,
yaitu Munson dan Lymann. Kedua misionaris ini dibunuh oleh penduduk di bawah
pimpinan Raja Panggalamei, di Lobupining, sekitar Tarutung, pada bulan Juli 1834.
Tahun 1849, Kongsi Bibel Nederland mengirim ahli bahasa Dr. H.N. van der Tuuk
untuk menyelidiki budaya Batak. Ia menyusun Kamus Batak-Belanda, dan
menyalin sebahagian isi Alkitab ke bahasa Batak. Tujuan utama Kongsi Bibel
Nederland ini adalah merintis penginjilan ke Tanah Batak melalui budaya. Tahun
1859, Jemaat Ermelo Belanda dipimpin oleh Ds. Witeveen mengirim pendeta muda
G. Van Asselt ke Tapanuli Selatan. Ia tinggal di Sipirok sambil bekerja di
perkebunan Belanda. Kemudian disusul oleh para pendeta dari Rheinische Mission
Gesellschaft (RMG), pada masa sekarang menjadi Verenigte Evangelische Mission
48
(VEM), dipimpin Dr. Fabri. Penginjilan sampai saat ini berjalan lambat.
Kemudian tahun 1862 datanglah pendeta RMG, yang kemudian diterima oleh
masyarakat Batak Toba, yaitu Dr. Ingwer Ludwig Nommensen. Di bawah
pimpinannya misi penginjilan terjadi dengan pesat. Sampai dekade-dekade awal
abad kedua puluh, sebagian besar etnik Batak Toba telah menganut agama Kristen
Protestan. Berdasarkan rapat pendeta pada 3 Februari 1903, penginjilan diperluas
ke daerah Simalungun dan Karo, dan ternyata berhasil dengan baik (Nestor Rico
Tambunan 1996:58-60).
2.3 Gambaran Umum Kesenian Batak Toba
Kesenian yang ada dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba di antaranya
adalah: sastra, tortor (tari), gorga (rupa), dan gondang (musik).
(1) Seni sastra yang terdapat dalam budaya Batak Toba merupakan ekspresi
dari mitologi-mitologi, pelipur lara, norma-norma sosial, dan lainnya, yang muncul
sesuai dengan alam pikiran manusianya yang menjadi bahan teladan dalam
kehidupan. Oleh karena itu sastra ini berdasar kepada konsep budaya masyarakat
Batak Toba pada umumnya. Di antara seni sastra Batak Toba itu adalah sebagai
berikut: (a) tabas-tabas, yaitu semacam doa yang diucapkan oleh datu atau dukun;
(b) tudosan, yaitu perumpamaan suatu benda terhadap kehidupan, dengan
membandingkan pada perasaan hati; (c) turi-turian, yaitu cerita yang berbentuk
legenda, misalnya legenda Siboru Deak Parujar, Tunggal Panaluan, dan lainnya; (d)
umpama, yaitu sejenis pantun yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial
dan keteladanan; (e) umpasa yaitu penyajian sastra yang bermakna sebagai ucapan
syukur atau berkat, dan mengandung unsur pantun; (f) andung-andung yaitu
49
penyajian untuk meratapi jenazah orang yang dikasihi; (g) huling-hulingan atau
hutinsa yaitu penyajian sastra yang berbentuk teka-teki, jika ia berbentuk teka-teki
cerita maka disebut dengan torhan-torhanan.
(2) Seni tortor dalam kebudayaan Batak Toba merupakan gambaran dari
kehidupan, yaitu tentang tubuh manusia, norma-norma, penyembahan, dan lainnya.
Secara etimologis, tortor berasal dari kata martortor (bergetar), yaitu dari suara
getaran rumah adat. Rumah adat Batak Toba tidak dipaku dengan paku dari besi,
tetapi diikat dengan rotan. Jadi kalau berjalan di dalam rumah sambil menghentak-
hentak akan kedengaran getaran (martortor) kayu (M. Hutasoit 1976:15).
M. Hutasoit (1976:15-22) dalam bukunya yang bertajuk Gondang dohot
Tortor Batak, membagi tortor ke dalam dua bagian besar: (1) Tortor Hatopan, yaitu
tortor umum yang ditandai dengan karakteristik semua gerakan penari adalah sama.
Gerakan tortor ini telah diketahui orang ramai. Tortor Hatopan in dibagi dua: (a)
Tortor Hatopan Baoa (tortor yang dilakukan oleh kaum pria saja), (b) Tortor
Hatopan Boru (tortor yang dilakukan oleh kaum wanita saja); (2) Tortor
Hapunjungan, yaitu tortor khusus yang tidak semua orang bebas menarikannya,
karena sudah ditentukan kelas-kelasnya. Misalnya Tortor Naposo adalah khusus
untuk muda-mudi, Tortor Raja khusus untuk raja atau orang yang diagungkan.
Tortor Hapunjungan terbagi dua: (a) Tortor Hapunjungan Baoa adalah jenis teraian
lelaki, yang terdiri dari Tortor: Naposo, Nasiar-siaran; Situan Natorop, Mejan,
Raja, Dalan, Sibaran, Joa-joa, Monsak, dan Hoda-hoda; (b) Tortor Hapunjungan
Boru adalah jenis tarian wanita, yang terdiri dari Tortor: Naposo, Soripada, Siboru,
Sibaran, Haro-haro, Siar-siaran, Sihutur Sanggul, Tumba, dan lainnya.
50
Dalam budaya Batak Toba terdapat seni gorga. Mengenai seni gorga ini,
Baginda Sirait (1980:17) menjelaskan bahwa bermula adalah seorang raja yang
kaya mencari dukun untuk mengobati anak kesayangannya. Sudah banyak dukun
dan datu yang mencoba mengobati tetapi tidak ada yang berhasil. Dengan tidak
diduga datanglah seorang tua (natua-tua) memberikan tafsir berupa kaji diri, bahwa
penyakit anak itu akan sembuh kalau roh jahat yang menguasai anak yang sakit itu
diusir. Untuk mengusir roh jahat itu maka dibawalah si anak ke rumah. Mula-mula
di atas tanah dibuat gambar yang berbentuk raksasa dan untuk menimpa garis-
garisnya maka dipotonglah ayam sambil menumpahkan darah ayam itu mingikuti
garis raksasa tadi. Melalui sembahyang dan menghadirkan gambar tadi maka
sembuhlah penyakit si anak. Atas permintaan raja maka dipanggillah tukang untuk
memahatkan gambar seperti gambar pengobatan tadi di atas pintu rumahnya.
Lebih lanjut B. Sirait mengemukakan bahwa pada umumnya gorga yang
terdapat di Batak Toba adalah mengandung nilai-nilai spiritual dan estetika tinggi.
Jenis gorga dibagi dalam dua bagian besar yang dibedakan dengan warnanya: (a)
gorga silinggom adalah gorga yang didominasi warna hitam, (b) gorga sipalang
atau sigara ni api didominasi warna merah. Menurut garisnya terdiri dari gorga: (a)
si tompi yaitu lambang ikatan kekeluargaan, (b) dalihan na tolu melambangkan
ulu paung berupa raksasa setengah manuasia dan setengah hewan melambangkan
keperkasaan untuk menjaga setan-setan dari luar kampung, (q) singa-singa
melambangkan keadilan hukum dan kebenaran, (r) boraspati (cecak)
melambangkan kekuatan pelindung manusia dari bahaya dan memebri tuah serta
harta kekayaan kepada manusia; (s) susu (payudara wanita) melambangkan
kesuburan (B. Sirait 1980:18-36).
2.4 Musik Vokal dan Instrumental
Budaya musikal masyarakat Batak Toba tercakup dalam dua bahagian
besar, yaitu musik vokal dan musik alat musiktal. Musik vokal pada masyarakat
Batak Toba disebut dengan ende. Dalam musik vokal tradisional,
pengklasifikasiannya ditentukan oleh kegunaan dan tujuan lagu tersebut yang dapat
dilihat berdasarkan liriknya. Ben Pasaribu membuat pembagian terhadap musik
vokal tradisional Batak Toba dalam delapan bagian, yaitu :
1. Ende mandideng, merupakan musik vokal yang fungsinya adalah untuk
menidurkan anak (lullaby).
2. Ende sipaingot, merupakan musik vokal yang berisi pesan kepada putrinya yang
akan melangsungkan pernikahan. Biasanya dinyanyikan pada waktu senggang
saat menjelang pernikahan.
52
3. Ende pargaulan, adalah musik vokal yang secara umum merupakan “solo
chorus”, dan dinyanyikan oleh kaum muda-mudi dan daam waktu senggang,
biasanya malam hari.
4. Ende tumba, adalah musik vokal yang khusus dinyanyikan sebagai pengiring
tarian hiburan (tumba). Penyanyinya sekaligus menari dengan melompat-lompat
dan berpegangan tangan sambil bergerak melingkar. Biasanya ende tumba ini
dilakukan oleh para muda-mudi atau remaja di alaman (halaman kampung) pada
malam terang bulan.
5. Ende sibaran, adalah musik vokal yang menggambarkan cetusan penderitaan
seseorang yang berkepanjangan. Penyanyinya adalah orang yang menderita
tersebut, dan biasanya dinyanyikan di tempat yang sepi.
6. Ende pasu-pasuan, adalah musik vokal yang berkaitan dengan pemberkatan, dan
berisi lirik-lirik tentang kekuasaan yang abadi dari Yang Maha Kuasa. Biasanya
dinyanyikan oleh para orang tua kepada keturunannya.
7. Ende hata, adalah musik vokal berupa lirik yang diimbuhi ritem yang disajikan
secara monoton, seperti metric speech. Liriknya berupa rangkaian pantun dengan
bentuk pola “aa bb” yang memiliki jumlah suku kata yang sama. Biasanya
dimainkan oleh kumpulan anak-anak yang dipimipin oleh seseorang yang lebih
dewasa atau orang tua.
8. Ende andung, adalah musik vokal yang bercerita tentang riwayat hidup
seseorang yang telah meninggal, yang disajikn pada saat atau setelah
disemayamkan. Dalam ende andung alunan melodi biasanya muncul secara
spontan sehingga penyanyinya haruslah penyanyi yang cepat tanggap dan
53
terampil dalam sastra yang menguasai beberapa motif-motif lagu yang penting
untuk jenis nyanyian ini.
Demikian juga Hutasoit yang dikutip oleh Ritha Ony membagi kelompok
musik vokal menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Ende namarhadohoan, yaitu musik vokal yang diyanyikan untuk acara-acara
namarhadodoan (resmi)
2. Ende siriakon, yaitu musik vokal yang dinyanyikan oleh masyarakat Batak
Toba dalam kegiatan sehari-hari.
3. Ende sibaran, yaitu musik vokal yang dinyanyikan dalam kaitannya dengan
berbagai peristiwa kesedihan atau dukacita (Ben Pasaribu, 1986:27-28)
Tetapi apabila dikaji lebih rinci dari banyaknya jenis musik vokal pada
masyarakat Batak Toba, maka dibuat pengklasifikasian yang lebih mendetail
terhadap nyanyian-nyanyian tersebut sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Berikut ini adalah pembagian jenis musik vokal Batak Toba oleh Jan Harold
Brunvand yang dikutip oleh Ritha Ony (1983:13). Jenis musik vokal tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Nyanyian kelonan (lullaby), yakni musik vokal yang mempunyai irama
halus, tenang, berulang-ulang, ditambah dengan kata-kata kasih sayang
sehingga dapat membangkitkan rasa kantuk bagi sianak yang
mendengarkan. Contoh: mandideng.
2. Nyanyian kerja (work song), yaitu musik vokal yang mempunyai irama dan
kata-kata yang bersifat menggugah semangat,sehingga dapat menimbulkan
rasa gairah untuk bekerja. Contoh : luga-luga solu.
54
3. Nyanyian permainan (play song), yakni musik vokal yang mempunyai irama
gembira serta kata-kata yang lucu dan selalu dikaitkan dengan permainan.
Contoh : sampele-sampele.
4. Nyanyian yang bersifat kerohanian atau keagamaan, yaitu musik vokal yang
teksnya berhubungan dengan kitab Injil, legenda-legenda keagamaan, atau
pelajaran-pelajaran keagamaan. Contoh : metmet ahu on
5. Nyanyian nasehat, yaitu musik vokal yang liriknya berisi nasehat tentang
bagaimana pola bertingkah laku yang baik. Contoh : siboruadi.
6. Nyanyian mengenai hubungan berpacaran dan pernikahan, yaitu musik vokal
yang liriknya biasanya mengungkapkan kebiasaan muda-mudi yang sedang
bercinta dan akan melanjutkan ke jenjang pernikahan. Contoh : madekdek
ma gambiri.
Musik instrumental masyarakat Batak Toba dibagi menjadi dua kategori
berdasarkan bentuk penyajiannya, yakni ada yang lazim digunakan dalam bentuk
ensambel, dan ada yang disajikan dalam bentuk permainan tunggal baik dalam
kaitannya dengan upacara adat, religi atau kepercayaan, maupun sebagai hiburan.
Secara umum, pada masyarakat Batak Toba terdapat dua ensambel musik
tradisional, yakni: gondang hasapi dan gondang sabangunan. Selain dalam bentuk
ensambel, ada juga alat musik yang disajikan secara tunggal.
55
2.5 Gondang Hasapi
Komposisi alat musik pada gondang hasapi terdiri dari alat-alat musik, yang
dapat diuraikan seperti berikut ini:
1. Hasapi ende (plucked lute), atau kadang kala disebut dengan hasapi inang
atau hasapi taganing, yaitu sejenis sebuah lute berleher pendek yang
dimainkan dengan cara dipetik dan memiliki dua buah senar. Alat musik ini
merupakan pembawa melodi dan dianggap sebagai alat musik utama dalam
ensambel gondang hasapi.
2. Hasapi doal (plucked lute), alat musik ini sama bentuknya dengan hasapi
ende, perbedaannya hanya terletak pada peranan musikalnya yakni hasapi
doal berfungsi sebagai pembawa ritem konstan.
3. Sarune etek (shawn), yakni sejenis alat tiup berlidah tunggal (single reed)
yang juga berfungsi sebagai pembawa melodi. Alat musik ini tergolong ke
dalam kelompok aerophone yang memiliki lima lobang nada (empat di atas
dan satu di bawah),dan dimainkan dengan cara mangombus marsiulak hosa
(meniup secara sirkular tanpa berhenti) yang dalam istilah musiknya disebut
dengan circular breathing.
4. Garantung (xylophone), yaitu alat musik berbilah yang terbuat dari kayu dan
umumnya memiliki lima buah bilah nada. Selain berperan sebagai pembawa
melodi, juga berperan sebagai pembawa ritem pada lagu-lagu tertentu.
Dimainkan dengan cara mamalu.3
3Mamalu dapat diartikan dengan memukul, memainkan atau membunyikan. Contoh mamalu hasapi (membuyikan hasapi), mamalu garantung (membunyikan garantung) dan lain-lain. Palu-palu merupakan alat pemukul berupa stik yang digunakan untuk memukul alat musik.
56
5. Hesek, yaitu sejenis alat perkusi yang terbuat dari plat besi atau botol kaca
yang berperan sebagai pembawa tempo atau ketukan dasar.
Gondang hasapi dianggap sebagai bentuk ensambel musik yang kecil.
Penggunaannya terbatas pada ruang yang lebih kecil dan tertutup, dimainkan oleh
lima orang walaupun jumlah pemusik ini dapat juga bervariasi. Jika mengacu pada
praktek pertunjukan gondang hasapi di komunitas parmalim4, sarune etek
kadangkala bisa terdiri dari dua alat yang masing-masing dimainkan oleh satu orang
pemain. Begitu juga dengan jumlah orang yang memainkan hasapi ende atau pun
hasapi doal. Dengan kata lain, jumlah pemusik keseluruhan dalam gondang hasapi
yang terdapat pada kelompok parmalim bisa mencapai enam hingga delapan orang.5
2.6 Gondang Sabangunan
Ensambel gondang sabangunan mempunyai beberapa istilah yang sering
digunakan oleh masyarakat Batak Toba, yakni ogung sabangunan atau gondang
bolon. Komposisi alat-alat musiknya adalah seperti uraian berikut ini:
1. Sarune bolon (shawm, oboe), yaitu sejenis alat tiup berlidah ganda (double reed)
yang berperan sebagai pembawa melodi dan dimainkan dengan cara mangombus
marsiulak hosa. Alat musik ini tergolong kepada kelompok aerophone.
2. Taganing (single headed drum), yaitu seperangkat gendang bernada bermuka
satu yang tersusun atas lima buah gendang, yang berfungsi sebagai pembawa
melodi dan juga pembawa ritem variabel untuk lagu atau repertoar tertentu.
Kelima gendang tersebut dibedakan sesuai dengan namanya masing-masing, 4Sebuah aliran kepercayaan tradisional/agama suku Batak Toba yang berkembang di Huta Tinggi, Laguboti, Sumatera Utara. 5Dikutip dari buku yang berjudul Gondang Batak Toba oleh Ritha Ony dan Irwansyah Harahap.
57
yakni odap-odap, paiduani odap, painonga, paiduani ting-ting, dan ting-ting.
Alat musik ini tergolong ke dalam kelompok membranophone.
3. Gordang bolon (single headed drum), yakni sebuah gendang-bas bermuka satu
yang ukurannya lebih besar dari taganing, yang berperan sebagai pembawa
ritem konstan dan ritem variabel. Insrumen juga sering disebut sebagai bass dari
ensambel gondang sabangunan. Klasifikasi alat musik ini termasuk kepada
kelompok membranophone.
4. Ogung (gong), yaitu seperangkat gong yang terdiri dari empat buah dengan
ukuran yang berbeda-beda. Keempat buah gong tersebut diberi nama oloan,
ihutan, doal, dan panggora. Masing-masing ogung sudah memiliki ritem
tertentu dan dimainkan terus menerus secara konstan/tidak berubah-ubah. Alat
musik ini tergolong kepada kelompok idiophone.
5. Hesek, yaitu sejenis alat perkusi berupa plat besi, botol, atau benda lainnya yang
dapat menghasilkan bunyi tajam untuk dijadikan sebagai pembawa tempo. Alat
musik ini tergolong kepada idiophone.
6. Odap (double headed drum), yakni sejenis gendang kecil bermuka dua (dua sisi
selaput gendang) yang berperan sebagai pembawa ritem variabel. Alat musik ini
biasanya hanya dimainkan pada lagu atau repertoar tertentu. Alat musik ini
tergolong kepada kelompok membranophone.
Gondang sabangunan pada zaman dahulu digunakan untuk setiap upacara
yang berhubungan dengan adat ataupun religius. Gondang sabangunan berperan
sebagai media untuk menghubungkan manusia dengan penciptanya (secara vertikal)
dan menghubungkan manusia dengan sesama (secara horizontal).
58
Penggunaan odap dalam ensambel gondang sabangunan jarang ditemukan
saat ini. Beberapa musisi tradisional Batak seperti Marsius Sitohang, Guntur
Sitohang, dan S.Sinurat mengatakan bahwa penggunaan alat ini sangat terbatas dan
hanya diperuntukkan dalam upacara-upacara tertentu, dan biasanya hanya
parmalim yang masih tetap melestarikan alat musik tersebut. Namun, berkaitan
dengan peran dan bunyi musikalnya, pada zaman sekarang ini teknik permainan
odap sudah banyak ditransformasikan oleh taganing yang juga mampu berperan
sebagai pembawa ritem variabel. Mungkin hal ini juga menjadi salah satu faktor
yang mengakibatkan odap sudah semakin jarang dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Ensambel gondang sabangunan pada umumnya dimainkan oleh tujuh
orang, yakni satu orang memainkan sarune bolon, satu orang memainkan taganing
dan odap, satu orang memainkan gordang bolon, satu orang memainkan ogung
oloan dan ihutan, satu orang memainkan ogung doal, satu orang memainkan ogung
panggora, dan satu orang memainkan hesek. Namun, formasi dan jumlah pemusik
ini sedikit berbeda dengan apa yang terdapat di dalam upacara parmalim. Dalam
konteks tersebut, umumnya pemusik berjumlah delapan orang, dimana alat musik
ogung oloan dan ihutan masing-masing dimainkan oleh satu orang. Kadang-kadang
juga bisa ditemukan pemain sarune bolon berjumlah dua orang pada beberapa
upacara parmalim tertentu. Pada masyarakat Batak Toba secara umum di luar
parmalim, formasi pemusik dalam formasi ensambel semacam ini jarang terjadi
pada kebanyakan pertunjukan gondang sabangunan.
59
2.7 Alat-alat Musik yang Disajikan Tunggal
Di dalam kebudayaan Batak Toba, dahulu kala alat musik (alat musik)
tunggal diartikan sebagai alat musik yang dimainkan secara tunggal dan tidak boleh
digabungkan ke dalam ensambel gondang hasapi maupun gondang sabangunan,
sebab pada dasarnya sudah ditetapkan berbagai alat musik tertentu yang boleh
dimainkan ke dalam kedua ensambel tersebut. Dalam hal ini, penggunaannya hanya
dikaitkan ke dalam kedua ensambel tersebut karena berdasarkan sejarah, dahulu
hanya ada dua ensambel dalam musik adat masyarakat Batak Toba yakni gondang
hasapi dan gondang sabangunan.
Alat musik tunggal biasanya hanya digunakan pada waktu senggang untuk
mengisi kekosongan atau menghibur diri. Alat musik ini juga tidak pernah
dimainkan dalam upacara-upacara adat yang bersifat ritual layaknya alat musik-
intrumen yang ada pada ensambel gondang sabangunan atau gondang hasapi.
Namun jika diartikan secara lebih luas dan terkait perkembangan berbagai musik
Batak Toba pada masa kini, alat musik tunggal pada dasarnya bukan hanya alat
musik yang tidak boleh dimainkan bersama dengan ensambel gondang hasapi
maupun gondang sabangunan saja, melainkan juga pada berbagai ensambel atau
format musik yang lain.
Selain sulim, ada berbagai intrumen Batak Toba yang termasuk ke dalam
alat musik tunggal seperti uraian berikut ini:
1. Saga-saga (jew’s harp) yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara
menggetarkan lidah alat musikt tersebut dengan bantuan hentakan tangan dan
rongga mulut berperan sebagai resonator. Alat musik ini tergolong ke dalam
keompok ideophone.
60
2. Jenggong (jew’s harp) yang terbuat dari logam dan mempunyai konsep yang
sama dengan saga-saga. Juga termasuk ke dalam kelompok ideophone.
3. Talatoit (transverse flute), sering juga disebut dengan salohat atau tulila, yaitu
alat musik yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara meniup dari
samping. Mempunyai empat lobang nada yakni dua di sisi kiri dan dua di sisi
kanan, sedangkan lobang tiupan berada di tengah. Alat musik diklasifikasikan ke
dalam kelompok aerophone.
4. Sordam (up blown flute) yang terbuat dari bambu, dan dimainkan dengan cara
meniup dari ujungnya dengan meletakkan bibir pada ujung alat musik yang
diposisikan secara diagonal. Alat musik ini memiliki lima lobang nada, yakni
empat di bagian atas dan satu di bagian bawah, sedangkan lobang tiupan berada
pada ujung atas nya. Alat musik ini juga termasuk ke dalam kelompok
aerophone.
5. Tanggetang (bamboo ideochord), yaitu alat musik yang terbuat dari batang
bambu besar dan memiliki senar yang dibentuk dari badan bambu itu sendiri dan
badan bambu tersebut berperan sebagai resonator. Prinsip pembuatan, cara
memainkan dan karakter bunyi alat musik ini hampir sama dengan keteng-keteng
yang ada pada masyarakat Batak Karo, dimana alat musik ini bersifat ritmis dan
gaya permainannya seakan mengimitasikan karakter bunyi ogung (gong Batak
Toba). Alat musik ini termasuk kelompok yang dipadukan antara ideophone
dengan chordophone sehingga disebut dengan ideochordophone
6. Mengmung juga merupakan alat musik sejenis ideochordophone yang mirip
dengan tanggetang, hanya saja senarnya terbuat dari rotan dan peti kayu
dijadikan sebagai resonator.
61
Dari keseluruhan intrumen tunggal yang ada pada masyarakat Batak Toba,
sulim adalah alat musik yang masih tetap eksis dan paling sering digunakan hingga
pada saat ini. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sulim merupakan alat musik
tiup yang lebih kompleks dengan frekuensi nada serta jangkauan nada yang lebih
luas dibandingkan alat musik tunggal yang lainnya, sehingga berbagai jenis lagu
atau repertoar dapat dimainkan pada alat musik tersebut.
Sementara alat musik tunggal yang lain sudah sangat jarang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari bahkan ada orang yang mengatakan bahwa beberapa
di antaranya sudah hampir punah keberadaannya seperti saga-saga, jenggong,
tanggetang dan mengmung. Sebab pada umumnya, keempat alat musik ini sudah
sangat jarang kelihatan atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan
mungkin hanya satu dua orang yang masih melestarikan alat musik ini, dan itu pun
kemungkinan jika siempunya masih hidup atau alat musik tarsebut masih tetap
diwariskan secara turun temurun.
2.8 Musik Populer Batak Toba sebagai Ekspresi Modernisasi
2.8.1 Konsep musik populer
Konsep budaya populer (popular culture) dan seni populer (art culture)
digunakan dengan secara meluas di Barat selaras dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sistem pendidikan populer, meluasnya kapitalisme, dan
peristiwa proses modernisasi dan urbanisasi. Budaya populer memberikan
pengertian yang sama dengan budaya massa (Gans, 1974:10). Konsep budaya
massa berasal dari bahasa Jerman masse dan kultur. Masse ialah golongan rakyat
(nonaristokrasi) yang tidak berpendidikan, yang merujuk juga pada istilah lower-
62
middle class atau kelas pekerja yang miskin. Kultur juga bermakna sebagai budaya
tinggi, yang tidak saja melingkupi seni, musik, kesusastraan, dan penghasilan
simbolis lain yang diminati oleh golongan elit yang berpendidikan dalam
masyarakat, tetapi juga corak pemikiran dan perasaan golongan itu yang dikatakan
golongan yang berbudaya. Jadi, budaya massa adalah hasil simbolis yang diminati
golongan mayoritas berbudaya itu. Ada pula para pengkaji yang menganggap
penggunaan istilah budaya massa adalah lebih tepat dari budaya populer karena
dikatakan penghasilan unsur-unsur budaya seperti itu ialah untuk masyarakat ramai
(Donald, 1968:12). Konsep budaya massa dipergunakan karena hubungan dengan
pengeluaran unsur-unsur budaya secara besar-besaran (massive scale),
penggunaannya pula adalah meluas dan bagi kepentingan masyarakat manusia
(Lohisse, 1973:17).
Munculnya budaya populer mempunyai sejarah perkembangan tersendiri.
Perubahan politik feodal ke arah demokrasi, perkembangan teknologi, dan usaha
perdagangan sistem kapitalis menjadi titik tolak munculnya budaya populer ini.
Menurut Donald sistem politik demokrasi dan pelajaran yang semakin meluas
meruntuhkan monopoli golongan kelas atas terhadap unsur budaya (Donald
1968:12). Perkembangan teknologi yang lebih baik dapat mengeluarkan bentuk
hiburan dengan harga murah. Ia berpendapat teknologi modern seperti piringan
hitam dan film sesuai bagi pengeluaran dan penyebaran hiburan yang meluas. Jadi
usaha menawarkan hiburan menjadi lapangan bisnis yang menguntungkan.
Budaya populer bukanlah sebuah fenomena baru, ia merupakan kontinuitas
dari budaya rakyat yang menjadi milik rakyat. Seni rakyat (folk art) adalah hasil
budaya ekspresif rakyat yang disesuaikan dengan kehendak golongan mereka,
63
berbeda dari budaya populer yang disebut sebagai imposed from above (Donald,
1968:13). Orang-orang yang ahli dalam lapangan tertentu, seperti artis-artis
menerima bayaran dari pihak penyelenggara. Penyelenggara bertujuan mencari
untung dan menggunakan bahan budaya sebagai barang dagangan. Penonton
merupakan pengguna sementara unsur-unsur budaya menjadi barang pengguna.
Penawaran unsur-unsur budaya seperti itu senantiasa berubah-ubah bergantung
kepada perubahan citarasa pengguna.
Seni rakyat pada mulanya terpisah dari budaya tinggi (hoc cultuur) tetapi
kemudian budaya populer memainkan peranan penting dalam menyambungkan
antara dua budaya itu (Donald, 1968:13). Perkembangan budaya populer Barat
bukanlah masalah baru tetapi paling tidak telah muncul abad ke-17 (Lowenthal,
1961:14-28). Persoalan dan perdebatan ahli-ahli agama yang menganggap bahwa
hiburan yang bertujuan melarikan individu dari kenyataan merusakkan dan
membawa keburukan kepada moral anggota masyarakat, bertentangan dengan ahli-
ahli filsafat yang menganggap hiburan sebagai kepentingan dasar sebagaimana
kepentingan dasar lainnya yang mempunyai fungsi tertentu dalam kehidupan
masyarakat.
Budaya populer dikatakan bersifat seragam atau homogen karena
pengeluarannya yang besar-besaran dan tidak statis. Apa yang dianggap budaya
tinggi pada masa lalu adalah hak milik golongan elit yang bertujuan menyampaikan
nilai dan menggunakan unsur budaya untuk menyebarkan pengajaran kepada
khalayak ramai. Golongan elit menggunakan unsur-unsur budaya untuk
mengukuhkan kedudukan mereka. Sementara itu budaya populer tersebar kepada
64
masyarakat awam dan menentukan the image of a centripetal force rather than a
centrifugal force (Lohisse, 1973:35).
Konsep budaya populer meliputi aktivitas-aktivitas yang diminati orang
ramai yang bertujuan memberi hiburan, seperti musik, film, buku, dan lainnya yang
selalu dikaitkan dengan apa yang disalurkan melalui media massa (Winston,
1973:54). Budaya populer atau budaya massa ini boleh dilihat melalui sifat-
sifatnya yang tersebar secara meluas dan dapat menarik perhatian kelas pekerja
industri, dan produksinya dibuat secara besar-besaran (Quail, 1969:22).
Budaya populer memegang peranan penting dalam menaikkan citra budaya.
Munculnya budaya populer yang boleh dikatakan sebagai sebuah revolusi dalam
perkembangan budaya telah dapat merapatkan jurang pemisah antara golongan elit
dan rakyat biasa (Donald, 1968:15). Munculnya budaya populer kadang-kadang
menimbulkan kekeliruan. Rosenberg menerangkan beberapa kekeliruan atau
anggapan orang ramai yangkurang tepat tentang budaya populer. Orang selalu
mengaitkan kemunculan budaya populer dengan kapitalisme, yang berawal di
Amerika Serikat, dan berasal dari sistem politik demokrasi (Rosenberg 1960:11).
Anggapan seperti itu tidak disetujui Rosenberg karena ia percaya bahwa pengaruh
perkembangan teknologi pertumbuhan budaya populer adalah besar sekali.
Perkembangan ekonomi dan perkembangan politik tidak dapat dianggap sebagai
akibat langsung sebagaimana yang berlaku dalam revolusi industri yang
berkembang di Eropa abad ke-19.
Masyarakat umumlah yang menentukan nilai dan selera atau kehendak
masyarakat (Gans, 1974:12). Selera masyarakat umum ini penting dalam
menentukan corak budaya populer, misalnya dalam menentukan tema, pertunjukan,
65
dan sejenisnya. Nilai anggota masyarakat adalah manifestasi terhadap bentuk
budaya populer dalam suatu zaman.
Proses urbanisasi merupakan faktor penting dalam pertumbuhan budaya
populer. Setelah bergulirnya revolusi industri di Barat pada abad ke-19, banyak
golongan petani pindah dan bekerja di kota sebagai pusat industri. Golongan ini,
yang dijuluki proletariat dan petty bourgeois, belajar membaca dan menulis dengan
tujuan memperbaiki kedudukan dan menambahkan keahlian mereka dalam
pekerjaan baru serta menyesuaikan diri dengan kehidupan kota. Hiburan diperlukan
untuk mengisi masa lapang mereka. Untuk itu di pasar dimunculkan bahan-bahan
erstz culture atau kitsch yang dapat memenuhi masa lapang, dan mengurangi
keletihan mereka setelah bekerja. Kitsch adalah hasil revolusi industri yang
menyebabkan rakyat mengalami proses urbanisasi dan perkembangan sistem
pendidikan (Howe, 1960:497).
Pertumbuhan budaya populer berkaitan dengan aspek seni yang
menimbulkan pula konsep seni populer. Seni populer adalah kontinuitas dari seni
tradisional. Seni populer, seperti musik, tari, dan teater disalurkan melalui media
massa hingga menyebabkan orang menganggap media massa juga sebagai seni
populer. Media massa bukanlah seni, tetapi alat komunikasi yang bisa
mempengaruhi pertumbuhan seni. Media massa menyiarkan penerangan tetapi
dilakukan dalam bentuk hiburan untuk masyarakat ramai. Konsep seni populer
muncul selaras dengan pertumbuhan budaya populer abad ke-19 (Bigsby, 1973:16).
Seni populer dalam keadaan tertentu mengambil alih seni tradisional dengan
berbagai cara: ada yang muncul sebagai tiruan dan kontinuitas dari seni tradisional,
ada pula yang muncul dalam bentuk baru. Seni rakyat juga menjadi seni populer
66
dalam konteksnya tersendiri (Kaplan, 1967:317). Kadang-kadang bentuk seni
populer disesuaikan dengan kesadaran dan kehendak masyarakat umum. Seperti
halnya dalam musik populer Batak Toba yang menjadi kajian dalam tulisan ini.
Dengan perkembangan sistem komunikasi, seni dapat tersebar dengan
meluas dan diminati. Oleh sebab itu sebagian pihak menganggap nilainya turut
jatuh, citarasa umum dianggap mediocre, dan norma kitsch diterima. Namun jika
kita menganalisis keadaan baru yang mendatangkan kesan kepada seni, kita tidak
dapat membuktikan bahwa dengan meluasnya peminat atau penonton nilai sebuah
budaya semakin berkurang. Ada pula orang yang menganggap bahwa nilai seni itu
tinggi apabila penghasilannya sedikit (Duvignand, 1972: 130).
Musik populer Batak Toba tampaknya mengikuti konsep-konsep seperti
yang telah diuraikan di atas. Musik populer Batak Toba umumnya mengikuti
format ensambel band yang ada pada budaya musik Barat, namun elemen-elemen
tradisional Batak Toba juga menjiwainya. Musik populer Batak Toba adalah
bagian dari kebudayaan massa (cultural mass) Batak Toba, yang dibentuk oleh
golongan rakyat dalam budaya Batak Toba.
Selain itu, terjadinya pergantian sistem politik feodal ke arah demokrasi,
perkembangan teknologi, dan usaha perdagangan sistem kapitalis menjadi titik
tolak munculnya budaya musik populer Batak Toba ini. Awalnya masyarakat
Batak Toba menganut sistem feodalisme terutama saat kekuasaan politik tradisional
sistem kerajaan yang mengatur ekonomi rakyat, terutama yang paling jelas adalah
pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, dimana para tengkulak menguasai
bisnis pertanian dan perikanan yang mengatur kehidupan rakyat Batak Toba.
Kemudian setelah merdeka, mulailah beralih ke sistem demokrasi Pancasila, rakyat
67
memiliki hak untuk berpolitik dan mengatur sendiri kehidupannya. Demikian pula
dengan sistem perdagangan bebas turut menumbuhkembangkan kebudayaan massa,
termasuk musik populer Batak Toba. Mereka sudah melakukan distribusi kaset
rekaman dalam industri yang diatur oleh sistem liberalisme.
Budaya musik populer Batak Toba pula merupakan kontinuitas dari budaya
rakyat yang menjadi milik rakyat. Hal ini dapat dibuktikannya berbagai elemen
musik rakyat atau tradisi rakyat tetap dilanjutkan dalam musik populer Batak Toba.
Yang jelas adalah penggunaan teks-teks berbahasa Batak Toba yang mengikuti
tradisi seni sastra Batak Toba, begitu pula berbagai konsep musik gondang yang
ditransformasikan ke dalam musik populer Batak Toba, juga teknik bermainnya,
judul lagu, dan lain-lainnya, yang bukan suatu kreativitas yang terputus dari
tradisinya.
Budaya populer dikatakan bersifat seragam atau homogen karena
pengeluarannya yang besar-besaran dan tidak statis. Kenyataan ini dapat dilihat
dari sistem produksi budaya musik populer Batak Toba yang biasanya dilakukan
secara besar-besaran melalui bentuk kaset tape, video compact disk, compact disk,
dan lainnya.
Seni populer dalam keadaan tertentu, mengambil alih seni tradisional dengan
berbagai cara: ada yang muncul sebagai tiruan dan kontinuitas dari seni tradisional,
ada pula yang muncul dalam bentuk baru. Hal ini juga berlaku dalam musik
populer Batak Toba. Ada yang mengambil unsur musik tradisional, tetapi tak
jarang pula muncul dalam bentuk baru (kreativitas), umumnya setelah adanya
persinggungan dengan budaya musik Barat, beragai elemen baru ini masuk ke
dalam musik populer Batak Toba.
68
Dengan perkembangan sistem komunikasi, seni dapat tersebar dengan meluas
dan diminati. Setelah ditemukannya media komunikasi seperti radio, televisi, dan
internet, maka seni musik populer Batak Toba meluas persebarannya. Sampai kini,
bahkan seni ini diminati baik oleh masyarakat Batak Toba sebagai pendukungnya,
maupun masyarakat bukan Batak Toba yang juga turut mendukung keberadaannya
atau minimal sebagai peminat musik populer Batak Toba. Demikian sekilas konsep
musik populer secara umum dan musik populer Batak Toba secara khusus.
Selanjutnya kita uraikan secara umum musik populer Barat dan pengaruhnya bagi
musik populer Batak Toba.
Kemudian selaras dengan perkembangan teknologi, budaya musik populer
Barat juga masuk ke Indonesia, termasuk Batak Toba. Mereka dengan didasari oleh
pengalaman kultural sebelumnya dengan antusias mencipta lagu-lagu (musik)
populer Batak Toba, dengan berbagai kreativitas dan akulturasinya dengan budaya
Barat. Pada paruh pertama abad ke-20, muncullah berbagai komponis ternama dari
etnik Batak Toba ini, bahkan beberapa di antaranya adalah komponis lagu-lagu
nasional Indonesia, di antaranya adalah Cornel Simanjuntak, di samping itu ada
Ismail Hutajulu, Nahum Situmorang, Tilhang Gultom, dan lain-lainnya. Selepas
itu muncul pula berbagai komponis musik populer Batak Toba seperti Sidik
Sitompul (S. Dis), Buntora Situmorang. Sementara itu muncul pula berbagai
kelompok musik populer Batak Toba seperti: Trio Ambisi, Trio Amsisi, Trio
Lasidos, Panjaitan Bersaudara, Nainggolan Sisters, dan lain-lain. Dalam
pertunjukannya, mereka melakukan akulturasi antara budaya Barat dan Batak Toba,
yang diadun sedemikian rupa menjadi budaya populer. Musik populer Batak Toba
itu berkembang dengan masuknya pengaruh budaya asing dan berinteraksi dengan
69
budaya Batak Toba. Awalnya musik populer Batak Toba dipengaruhi oleh musik
gereja, yang dapat ditelusuri melalui penggunaan tangga nada diatonis (diatonic
scale) nampak di dalam melodi-melodi yang diciptakan dan digunakan dalam
berbagai peristiwa budaya.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, masyarakat dan para pemusik
Batak Toba banyak mendengar berbagai jenis irama, dengan media utamanya
adalah radio, tape recorder, video compact disk, dan televisi. Karena seringnya
mendengar musik dalam berbagai irama, para pemusik mendapatkan wawasan
secara musikal, alhasil timbul keinginan para pemusik membuat sesuatu yang baru
di dalam musik populer Batak Toba yang membawa musik Batak Toba itu kepada
perkembangan-perkembangan.
Menurut Panggabean (1994:30-39) musik Batak Toba dapat dibuat
penggolongannya kepada empat masa, yaitu: (a) tradisi, (b) transisi, (c)
modernisasi, dan (d) konstilasi. Masa tradisi merupakan corak asli dari musik Batak
Toba secara melodis, karena belum ada variasi-variasi dalam melodi yang
dipengaruhi tradisi asing. Apabila dibandingkan dengan struktur harmoni musik
Barat, lagu-lagu pada masa tradisi ini terasa lebih spesifik disebabkan oleh wilayah
nada bagi melodi yang dihasilkan oleh alat musik dan tangga nada diatonis belum
digunakan.
Masa transisi dalam lagu-lagu Batak Toba terjadi perkembangan dengan
adanya perubahan gaya. Hal ini disebabkan masuknya pengaruh gereja, yaitu lagu-
lagu di dalam gereja mengiringi saat kebaktian adalah menggunakan harmoni
Barat, walaupun lirik lagunya dalam bahasa Batak Toba. Sistem harmoni Barat itu
dibawa oleh para misionaris ke dalam gereja Batak. Pengaruh gereja tersebut
70
sangat kuat di dalam lagu-lagu populer Batak Toba, hal ini dapat dilihat pada
wilayah nada yang sudah berkembang pada masa ini apabila dibandingkan dengan
masa sebelumnya.
Masa modernisasi merupakan masa perkembangan musik Batak Toba yang
semakin maju. Salah satu faktor penyebabnya adalah semakin majunya teknologi
termasuk media massa seperti radio dan piringan hitam. Hadirnya radio siaran
yang resmi berdiri tanggal 16 Juli 1925 di Batavia (sekarang Jakarta), sangat
menunjang perkembangan musik di tanah air termasuk musik populer Batak Toba.
Musik populer Batak Toba mulai diperde-ngarkan di radio pada mulanya direkam
pada bentuk piringan hitam. (Panggabean, 1994:34).
Sejak maraknya musik populer dalam berbagai irama pada siaran radio,
masyarakat dan pemusik Batak Toba sering mendengar berbagai macam irama
seperti: chacha, jazz, rumba, waltz, tango, seriosa, dan lain-lain. Hal ini
merupakan faktor pendorong bagi pemusik Batak Toba untuk membuat musik
Batak Toba menjadi sesuatu yang baru, dan mencoba membuat musik Batak Toba
dengan berbagai irama seperti tersebut di atas.
Masa konstelasi merupakan sebuah hasil interaksi antara corak gaya
sebelumnya dengan gaya baru, corak yang sedang ada pada masa ini dalam musik
populer secara umum). Masa ini muncul sejumlah pemusik baru yang mencoba
memunculkan dan membuat lebih baru dari masa sebelumnya. Masa ini dapat
dikatakan suatu trend baru dalam blantika musik populer Batak Toba, dikarenakan
pada masa sebelumnya ada lagu-lagu yang diciptakan komponis Batak Toba saat
ini, penggarapannya digabung secara tradisi dan teknologi modern. Misalnya lagu
Sinanggar Tullo digarap oleh Andolin Sibuea ke dalam irama remix akan tetapi
71
menggunakan alat musik tradisional seperti sulim Batak dan taganing (drum chime)
dipadukan dengan alat alat musik modern (berasal dari kebudayaan Barat) seperti
seperangkat alat band dan program keyboard synthesizer. O Tano Batak lagu ini
digarap oleh Vicky Sianipar dengan bentuk rock dan dimasukkan unsur-unsur
orkestra Barat.
Selain lagu-lagu lama digarap dengan bentuk komposisi baru muncul juga
lagu-lagu baru di mana sistem penggarapannya mengadopsi beberapa elemen,
estetika, harmoni dan juga alat musik sehingga munculnya suatu rasa baru yang
lebih dinamis salah satunya alat musik saksofon, hal seperti ini dinamakan
perpaduan antara beberapa kebudayaan atau cultural contact. Pengambilan elemen-
elemen budaya asing dan mencoba menggabungkan dengan budaya sendiri
sehingga terjadi suatu interaksi yang menghasilkan model baru dan rasa yang lebih
dinamis.
Masyarakat Batak Toba umumnya memiliki rasa musikalitas dalam
kehidupannya, yang dalam penciptaan musik baru tanpa perlu terlalau jauh
meninggalkan tradisi nenek moyangnya. Orang Batak Toba umumnya terkenal
memiliki suara yang baik, yang dapat dilihat melalui kebiasaannya yang hobi
bernyanyi pada saat-saat berkumpul dan juga dalam mengadakan upacara-upacara
adat Batak, selalu menghadirkan musik. Misalnya pada upacara kematian,
perkawinan, dan lainnya. Dalam pengertian yang luas musik vokal Batak Toba
memiliki berbagai fungsi sosial, baik yang sifatnya sekuler, maupun ritual. Hal ini
juga dideskripsikan oleh Hilman Situmorang (1988:151): “Rap adong do kesenian
marende dohot marandung di halak Batak, alai gumondang ma ummalo marende
sian na malo mangandung.” Artinya adalah bahwa kesenian menyanyi dan
72
bersenandung bersamaan kelahirannya pada masyarakat Batak Toba, tetapi lebih
banyak orang yang lebih pandai menyanyi dari pada bersenandung (mangandung).
Remy Silado atau Yapi Tambayong (1992), seorang kritikus musik ternama
Indonesia juga memberikan pandangannya terhadap rasa musikalitas orang Batak
Toba.
Sederet nama para komposer dan pemusik yang berasal dari Batak Toba, yaitu Amir Pasaribu, Cornel Simanjuntak, Liberty Manik, E.L. Pohan, Tilhang Gultom, Nahum Situmorang, dan Nortir Simanungkalit. Ini membuktikan bahwa orang Batak Toba memiliki musikalitas yang baik. Bahkan setiap orang dari masyarakat tersebut memiliki kemampuan bernyanyi dan sangat respek terhadap musik.
Musik alat musiktal Batak Toba secara ensambel dapat dibagi dua yaitu: (a)
ensambel gondang sabangunan, dan (b) ensambel gondang hasapi atau uning-
uningan. Ensambel gondang sabangunan terdiri dari alat musik: (a) taganing,
terdiri dari lima gendang satu sisi berbentuk konis dan pembawa melodi (drum
chime) dan satu gordang juga gendang satu sisi berbentuk konis membawa ritmik,
satu sarune bolon (shwm), empat gong yang disebut ogung (oloan, ihutan,
panggora, dan doal), serta satu simbal yang disebut hesek. Alat-alat musik
pembawa melodi adalah taganing dan sarune bolon, pembawa ritme konstan adalah
ogung dan hesek, pembawa ritme variatif adalah gordang.
Gondang hasapi adalah ensambel musik tradisional Batak Toba yang terdiri
dari alat-alat musik: garantung (wooden xylophone), sulim (side blown flute),
Irama lainnya adalah tango, yaitu yang digunakan untukmengiringi tarian
tango dari Amerika Selatan, tepatnya di pinggiran kota Buenos Aires, Argentina.
Berkembang ke seluruh penjuru Amerika tahun 1910, mungkin dibawa oleh budak-
budak negro asal Afrika. Contohnya dalam musik populer Batak Toba, pada lagu-
lagu: Anak Sasada Tading Manetek, Di Jou Au Mulak Tu Rura Silindung, Malala
Rohangki, dan lainnya.
Chacha adalah irama musik iringan tariyang populer tahun 1950-an, berasal
dari Amerika Latin dan dikenalkan oleh Perez Prado. Irama dansa ini menjadi topik
penting dalam pembahasan kebudayaan Indonesia jaman Sukarno. Contohnya
dalam musik populer Batak pada lagu: Sai Ga Ma Ho, Sai Tudia Ho Marhuta, dan
Situmorang Nabonggal.
Bolero sebagai irama iringan tari, merupakan ritme dasar drum dalam
bentuk sajian cressendo. Tekniknya mirip seperti kebanyakan lagu tarian rakyat
80
Spanyol, yang dilakukan alat musik tiup bukan vokal. Dengan birama 3/4 yang
biasa dihiasi dengan bunyi kastanet oleh komponis Perancis M. Ravel. Contoh
irama ini pada musik populer Batak Toba adalah pada lagu: Dao Pe Ho
Marhutasada dan Holong Ni Roham Do Sinta-sinta Di Au.
Irama lainnya adalah samba, yang berasal dari Afrika dibawa ke Brasilia,
dengan banyak variasi meter dupel dan berciri khas kunci-kunci mayor.
Merupakan irama dan tarian nasional yang diperlombakan tahunan pada perayaan
karnaval. Berbirama dua dengan gerak-gerak singkopatik dan tempo moderato.
Contohnya pada musik populer Batak adalah pada lagu: Tumbarudekdek dan
Nungga Tarhirim.
Irama berikutnya adalah wals (waltz), yaitu irama pengiring tari dalam
birama 3, yang mulai dibawa pada akhir abad ke-18. Kepesatan perkembangnnya
pada abad ke-19 berada di tangan komponis-komponis Wina, Austria seperti Joseph
Warner ataupun Johann Strauss. Contoh irama ini pada musik populer Batak Toba
adalah pada lagu: Lisoi, Nasonang Do Hita Nadua, Untte Malau.
Bossanova adalah termasuk irama jazz khas Amerika Latin, yang biasa juga
digunakan mengiringi tari. Disebut juga dansa asmara (the dance of love), irama ini
termasuk paling digemari pada dasawarsa 1960-an. Sebuah lagu populer yang
dikenal luas di Indonesia, dinyanyikan Judy Garland berjudul Blame it on
Bossanova. Di dalam musik populer Batak Toba contohnya pada lagu Lontung
Sisia Marina. Selain itu, modernisasi juga terjadi di dalam musik tiup Batak Toba,
seperti uraian berikut ini.
81
2.8.3 Alat musik Tiup di gereja Batak Toba
Tahun 1862 seorang misionaris Kristen Protestan Ingwer Ludwig
Nommensen datang ke Tanah Batak Toba dengan pengetahuan tentang masyarakat
dan kebudayaan Batak Toba. Nommensen menyebarkan agama Kristen Protestan
dengan sangat berani kepada masyarakat Toba, dengan resiko nyawa yang harus
ditanggungnya. Berkat kegigihannya ini, maka berdirilah sebuah gereja yang
pertama di Tanah Batak yakni Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
Seiring dengan penyebaran agama Kristen Protestan, para misionaris turut
membangun sarana-sarana seperti pendidikan dengan membuka sekolah, kesehatan
dengan membuka rumah sakit dan balai pengobatan maupun membangun sarana
transportasi. Hal ini mendorong berakarnya agama Kristen di dalam budaya
masyarakat Batak Toba. Perubahan itu selaras dengan konsep hidup orang Batak
Toba di dunia, yaitu mencari hamoraon (kekayaan), hagabeon (memiliki keturunan
yang berhasil), dan hasangapon (kemuliaan atau kehormatan).
Kebaktian menjadi bagian dari masyarakat Batak Toba Kristen. Perhatian
masyarakat terhadap eksistensi gereja juga didorong oleh pengetahuan tambahan
terhadap pengenalan musik-musik gereja yang berasal dari Eropa. Setiap acara
kebaktian gereja mereka dikenalkan lagu-lagu melalui notasi Barat. Bersamaan
dengan itu para misionaris memperkenalkan alat-alat musik seperti: trumpet,
saksofon alto, saksofon tenor, trombon, dan sausafon. Alat musik tersebut dipakai
untuk mengiringi nyanyian-nyanyian gereja pada saat upacara.
Para misionaris juga mengajarkan bagaimana cara memainkan alat musik
tersebut kepada sekelompok warga jemaat yang dianggap sungguh-sungguh
mengikuti ajaran agama Kristen dan mempunyai minat dan perhatian yang tinggi
82
untuk bermain musik. Mereka diajar mengenal notasi musik yang ada. Melalui
proses belajar yang cukup lama, akhirnya beberapa warga jemaat mahir
memainkan ensambel musik tiup tersebut.
Pengetahuan tentang alat-alat musik organ dan brass sama sekali masih baru
bagi masyarakat Batak Toba, demikian juga tentang musik gereja yang bertangga
nada diatonik. Alat musik musik brass yang pertama hanya terdiri dari sebuah
trumpet, yang digunakan untuk mengiringi kebaktian di gereja yang dimainkan oleh
Berausgegeben von D. Johansen Ruhlo, putra Nommensen sendiri, mengingat saat
itu belum ada warga jemaaat Batak Toba yang dapat memainkannya.
Perkembangan agama Kristen Protestan semakin lama semakin pesat dan
pertunjukan solo trumpet tidak sanggup lagi mengimbangi tikat intensitas paduan
suara jemaat, sehingga ditambahlah trumpet tersebut menjadi empat buah. Untuk
itu Johansen terpaksa harus mengajari beberapa warga untuk memainkannya, juga
mengajarkan notasi balok khususnya yang tertuang dalam Buku Logu, buku
nyanyian pokok gereja HKBP (Tampubolon, 1999:44).
Setelah penjajahan berakhir tahun 1943, para zending Jerman juga
meninggalkan Tanah Batak, namun aktivitas kerohanian tetap berjalan. Para
pendeta yang telah diajar kerohanian dan pengenalan musik oleh para misionaris
mengambil alih kepemimpinan gereja.
Pada saat pendudukan Jepang ini, selain digunakan untuk kegiatan gereja,
brass band juga digunakan mengiringi kegiatan-kegiatan para militer Jepang yang
hendak berperang, seperti saat pemberangkatan tentara yang hendak berperang.
Menurut keterangan para informan, alat musik yang digunakan bukan milik gereja
tetapi dibawa oleh para tentara Jepang dari negerinya.
83
Pada saat pasar malam di sekitar Balige, pemerintah Jepang
mempergelarkan brass band sebagai hiburan. Para pemain musik brass band yang
terlibat diberi honorarium oleh pihak pemerintah Jepang. Kalau awalnya
penggunaan brass band adalah untuk kegiatan agama Kristen di gereja, maka saat
penjajahan Jepang diperluas menjadi bagian dari hiburan. Demikian sekilas
masuknya alat musik saksofon dan lainnya dalam HKBP. Selain itu, di
Simalungun juga terjadi hal sama, khususnya di Gereja Kristen Protestan
Simalungun (GKPS).
Kenyataan yang dijumpai dalam melagukan nyanyian gereja dipengaruhi oleh
nyanyian rakyat Simalungun, khususnya bagi orang-orang Simalungun di pedesaan
tidaklah dapat dipungkiri. Namun tidak perlu menyalahkan atau mengatakan
bahwa nyanyian yang mereka lagukan tidak benar. Sering terdengar isu,
kebanyakan dari beberapa kalangan pendeta yang pernah bertugas di daerah
pedesaan, bahwa melagukan nyanyian gereja banyak salahnya. Terkadang, para
pendeta itu tidak dapat mengikuti nyanyian jemaatnya. Suatu ketika tahun 1988
ketika mengikuti kebaktian bagi para anggota partarompet (peniup trumpet) GKPS,
seorang penginjil, P.P. Luther Purba, membuat suatu ilustrasi dalam khotbahnya
mengenai cara bernyanyi anggota jemaat GKPS Marbun Lokkung dan sekitarnya
yang tidak bersungguh-sungguh. Temponya tidak sesuai dengan jiwa lagunya.
Misalnya lagu-lagu puji-pujian dinyanyikan lambat tidak gembira, seharusnya cepat
dan gembira. Melodinya banyak yang diubah. Singkat kata ia menghendaki kalau
melagukan nyanyian gereja haruslah benar sesuai dengan tuntutan lagu itu sendiri.
Apa yang dituntutkannya itu tidaklah mesti demikian. Kita harus lihat latar
belakang kebudayaan musik dan latar belakang cara belajar nyanyian gereja
84
tersebut. Mereka melagukan nyanyian gereja itu memang sungguh-sungguh dari
lubuk hatinya dengan tujuan memuji Tuhan. Mereka merasa menyanyi sesuai
dengan kebiasaan yang mengungkapkan rasa emosionalnya dengan sungguh-
sungguh.
Sekitar tahun 1960-an, seorang pendeta Jerman yang bernama J. Depperman
telah banyak mengamati dan memperhatikan kehidupan musik di daerah
Simalungun. Akhirnya ia memutuskan suatu gagasan untuk mengadakan alat musik
tiup (trumpet) bagi para jemaat, yang berasal dari bantuan RMG/VEM. Trumpet
ini diberikan kepada para jemaat yang dianggap tepat sekali gus memberikan
pelatihan cara memainkan alat musik tersebut. Sekurangnya 60 buah trumpet
diberikan kepada para jemaat dengan perincian minimal 10 buah setiap kelompok.
Adapun para jemaat yang memiliki grup trumpet tersebut antara lain: GKPS Jalan
Sudirman Pematang Siantar, GKPS Pematang Raya, GKPS Saribu Dolok, GKPS
Tebing Tinggi, GKPS Teladan Medan, dan GKPS Bangun Purba. Trumpet ini
digunakan pada waktu ibadah mengiringi nyanyian gereja. Sebagai penyegaran
dilakukan latihan. Di samping itu secara beramai-ramai bergabung mengiringi
nyanyian-nyanyian ketika adanya pesta-pesta gereja yang besar (Setia Dermawan
Purba, 1994:203-205).
Kalau kita lihat dari peristiwa di HKBP dan GKPS, tampaknya adalah
keinginan para pengurus gereja untuk membawa para jemaatnya bernyanyi (berdoa)
dengan menggunakan nada-nada yang tepat menurut standar musik Barat. Selain
itu adalah memberikan ciri khas bagi gereja Protestan di kawasan ini. Dengan
demikian adanya alat-alat musik tiup dalam gereja adalah hasil dukungan gereja,
termasuk juga penggunaannya dalam musik populer Batak. Bagaimanapun gereja
85
memberi sumbangan penting terjadinya hubungan budaya antara budaya Batak
Toba dengan budaya Barat. Demikian pula yang terjadi di dalam musik pop.
Tidaklah mengherankan jikalau para komposer dan seniman musik Batak Toba
sebahagian hasil-hasil karya mereka “mengadopsi” musik-musik Barat, baik berupa
ciptaan yang baru dengan gaya seperti musik Barat, atau melodinya diadopsi dan
kemudian dibuatkan teksnya dalam bahasa Batak Toba. Inilah fenomena yang
terjadi di dalam musik populer Batak Toba.
2.8.4 Periodesasi lagu populer Batak Toba
Menurut Panggabean (1994:30-39) musik Batak Toba dapat dibuat
penggolongannya kepada empat masa, yaitu: (a) tradisi, (b) transisi, (c)
modernisasi, dan (d) konstilasi.
2.8.4.1 Masa tradisi
Masa tradisi merupakan corak asli dari musik Batak Toba secara melodis,
karena belum ada variasi-variasi dalam melodi yang dipengaruhi tradisi asing.
Apabila dibandingkan dengan struktur harmoni Barat, lagu-lagu pada masa tradisi
ini terasa lebih spesifik disebabkan oleh wilayah nada bagi melodi yang dihasilkan
oleh alat musik dan tangga nada diatonis belum digunakan.
2.8.4.2 Masa transisi
Masa transisi dalam lagu-lagu Batak Toba terjadi perkembangan dengan
adanya perubahan gaya. Hal ini disebabkan masuknya pengaruh gereja, yang mana
lagu-lagu di dalam gereja mengiringi saat kebaktian adalah menggunakan harmoni
Barat, walaupun lirik lagunya dalam bahasa Batak Toba. Sistem harmoni Barat itu
86
dibawa oleh para misionaris ke dalam gereja Batak. Pengaruh gereja tersebut
sangat kuat di dalam lagu-lagu populer Batak Toba, hal ini dapat dilihat pada
wilayah nada yang sudah berkembang pada masa ini apabila dibandingkan dengan
masa sebelumnya. Masa transisi ini komponis yang paling berpengaruh adalah
Tilhang Gultom, seorang pelopor Opera Batak yang banyak menciptakan lagu-lagu
Batak untuk pertunjukan Opera Batak, sekitar dasawarsa 1920 sampai 1930-an.
2.8.4.3 Masa modernisasi
Masa modernisasi merupakan masa perkembangan musik Batak Toba yang
semakin maju. Salah satu faktor penyebabnya adalah semakin majunya teknologi
termasuk media massa seperti radio dan piringan hitam. Hadirnya radio siaran
yang resmi berdiri tanggal 16 Juli 1925 di Batavia (sekarang Jakarta), sangat
menunjang perkembangan musik di tanah air termasuk musik populer Batak Toba.
Musik populer Batak Toba mulai diperdengarkan di radio pada mulanya direkam
pada bentuk piringan hitam. Orang pertama yang merekam musik populer Batak
Toba adalah Romulus Lumban Tobing (ayah Gordon Tobing). Lagu-lagu Batak
mulai diperdengarkan di radio pada tanggal 10 Januari 1939 yang dimainkan oleh
Hard Batak Hawaiian Tapanuli dipimpin oleh F. Toenggoel Hutabarat
(Panggabean, 1994:34).
Sejak maraknya musik populer dalam berbagai irama pada siaran radio,
masyarakat dan pemusik Batak Toba sering mendengar berbagai macam irama
seperti: chacha, jazz, rumba, waltz, tango, seriosa, dan lain-lain. Hal ini
merupakan faktor pendorong bagi pemusik Batak Toba untuk membuat musik
Batak Toba menjadi sesuatu yang baru, dan mencoba membuat musik Batak Toba
87
dengan berbagai irama seperti yang tertera di atas salah satu contoh adalah lagu
yang berjudul Lissoi. Lagu ini digarap oleh Nahum Situmorang dalam irama waltz
dengan metrum 3/4. Pemusik pelopor pada masa ini adalah Nahum Situmorang,
Sidik Sitompul, Ismail Hutajulu, Marihot Hutabarat, dan Cornel Simanjuntak.
2.8.4.4 Masa konstelasi
Masa konstelasi merupakan sebuah hasil interaksi antara corak gaya
sebelumnya dengan gaya baru, corak yang sedang ada pada masa ini dalam musik
populer secara umum). Masa ini muncul sejumlah pemusik baru yang mencoba
memunculkan dan membuat lebih baru dari masa sebelumnya seperti Andolin
Sibuea, Poster Sihotang, Tagor Tampubolon dan yang paling baru adalah Vicky
Sianipar. Masa ini dapat dikatakan suatu trend baru dalam blantika musik populer
Batak Toba, dikarenakan pada masa sebelumnya ada lagu-lagu yang diciptakan
komponis Batak Toba saat ini, penggarapannya digabung secara tradisi dan
teknologi modern. Misalnya lagu Sinanggar Tullo digarap oleh Andolin Sibuea ke
dalam irama remix akan tetapi menggunakan alat musik tradisional seperti sulim
Batak dan taganing (drum chime) dipadukan dengan alat alat musik modern
(berasal dari kebudayaan Barat) seperti seperangkat alat band dan program
keyboard synthesizer. O Tano Batak lagu ini digarap oleh Vicky Sianipar dengan
bentuk rock dan dimasukkan unsur-unsur orkestra Barat.
Selain lagu-lagu lama digarap dengan bentuk komposisi baru muncul juga
lagu-lagu baru di mana sistem penggarapannya mengadopsi beberapa elemen,
estetika, harmoni dan juga alat musik sehingga munculnya suatu rasa baru yang
lebih dinamis salah satunya alat musik saksofon, hal seperti ini dinamakan
88
perpaduan antara beberapa kebudayaan atau cultural contact. Pengambilan elemen-
elemen budaya asing dan mencoba menggabungkan dengan budaya sendiri
sehingga terjadi suatu interaksi yang menghasilkan model baru dan rasa yang lebih
dinamis. Dalam musik populer Batak Toba, alat musik saksofon fungsi utamanya
adalah membawa melodi antara frase-frase vokal yang kosong.
2.9 Fungsi sosiobudaya
Di dalam antropologi, teori fungsi didasarkan kepada teori belajar (learning
theory). Proses belajar adalah ulangan-ulangan dari reaksi-reaksi organisme
terhadap gejala-gejala dari luar dirinya sedemikian rupa, sehingga salah satu
kebutuhan nalurinya dapat dipuaskan. Teori ini sering juga disebut teori S-D-R
(stimulus-drive-reaction). Teori ini pada prinsipnya menyatakan bahwa segala
aktivitas kebudayaan sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dan
kebutuhan-kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya,
misalnya: kesenian timbul karena pada mulanya manusia hendak memuaskan
kebutuhan nalurinya akan keindahan; ilmu pengetahuan timbul karena kebutuhan
naluri manusia untuk selalu ingin tahu. Dalam konteks seni musik popular
Batak Toba, seni ini muncul karena berbagai kebutuhan dalam budaya Batak Toba.
Di dalam teori antropologi, ada dua aliran fungsionalisme, yaitu aliran
Malinowski, yang mengemukakan fungsi timbul karena kebutuhan biologis
manusia. Yang kedua adalah aliran Radcliffe-Brown yang mengemukakan bahwa
fungsi berkaitan dengan struktur sosial masyarakat. Bahwa struktur sosial itu
hidup terus sedangkan individu-individu dapat berganti setiap waktu. Radcliffe-
Brown yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu
89
masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi adalah sumbangan dari suatu bagian
aktivitas terhadap aktivitas secara keseluruhan di dalam sistem sosial
masyarakatnya, untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal
(Radcliffe-Brown 1951:181).
By the definition here offered 'function' is the contribution which a partial activity makes of the total activity of which it is a part. Tha function of a particular social usage is the contribution of it makes to the total social life as the functioning of the total social system. Such a view implies that a social system ... has a certain kind of unity, which we may speak of as functional unity. We may define it as a condition in which all parts of the social system work together with a sufficient degree of harmony or internal consistency, i.e., without producing persistent conflicts which can neither be resolved not regulated.
Fungsi menunjukkan proses kehidupan sosial atau aktivitas komunikasi bagi
kelangsungan hidup struktur sosial yang mewadahinya dalam sebuah sistem.
Sebaliknya, suatu proses kehidupan sosial atau aktivitas suatu masyarakat
(comunity) dapat dikatakan tidak fungsional apabila aktivitas tersebut tidak mampu
lagi memberikan sumbangan bagi sistem sosialnya. Dalam keadaan ini, kesenian
dalam kehidupan sosial dalam penelitian ini musik popular Batak Toba, dapat
dipandang sebagai bagian dari proses kehidupan sosial yang berperan bagi
kelangsungan kehidupan budaya masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara.
Untuk mengamati suatu genre seni tentu saja tidak bisa dilepaskan dari
keberadaan masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini Malinowski, seorang tokoh
antropolgi dalam bidang fungsionalisme, menyatakan bahwa fungsi bukan hanya
sekedar hubungan praktis tetapi juga bersifat integratif, dalam arti mempunyai
fungsi hubungan dengan lingkungan alam yang berkaitan dengan
kompleksitasnya (Malinowski, 1987:165-171).
90
Soedarsono yang melihat fungsi seni terutama dari hubungan praktis dan
integratifnya, merreduksinya menjadi tiga fungsi utama, yaitu: (1) untuk
kepentingan sosial atau sarana upacara; (2) sebagai ungkapan perasaan pribadi
yang dapat menghibur diri; dan (3) sebagai penyajian estetis.
Menurut Merriam musik dipergunakan dalam situasi tertentu yang menjadi
bagian darinya, fungsi ini dapat atau tidak dapat menjadi fungsi yang lebih dalam.
Dia memberikan contoh, jika seseorang menggunakan nyanyian untuk
kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu dapat dianalisis sebagai kontinuitas dan
kesinambungan kelompok biologis (keturunan). Mekanismenya adalah seperti
penari, pembaca doa, ritual yang diorganisasikan, dan kegiatan-kegiatan
seremonial. "Penggunaan" menunjukkan situasi musik dipakai dalam kegiatan
manusia; sedangkan "fungsi" memperhatiakn pada sebab yang ditimbulkan oleh
pemakaiannya, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari apa yang
dilayaninya.
Berkaitan dengan musik popular Batak Toba, penggunaannya adalah untuk
memeriahkan suasana pesta perkawinan; memeriahkan suasana pesta rakyat
misalnya Pesta Rakyat Danau Toba, untuk mengiringi upacara kematian (baik saur
matua atau tidak), untuk mencari pencaharian, untuk memeriahkan suatu
kegiatan seperti: seminar, lokakarya, peresmian gedung, kepentingan pariwisata,
pendidikan, pengiring wisuda, dan lainnya, terutama yang berkaitan dengan
identitas budaya Batak Toba.
Contoh kasus, adalah pesta perkawinan Bupati Tapanuli Utara Periode 1990-an
yaitu Pak Sinaga, yang mengundang pemusik Booster Latin yang menyanyikan
lagu-lagu Batak Toba. Pesta perkawinan ini dilangsungkan di Hotel Danau Toba
91
Internasional. Di luar masyarakat Batak Toba, musik populer Batak ini juga
disenangi oleh masyarakat etnik lainnya di Sumatera Utara. Misalnya saja ketika
puteri Bapak Drs. Akmal Hasibuan, Direktur Utama Perusahaan Terbatas
Perkebunan Nusantara (PTPN) III, tahun 2004 ini, melangsungkan acara
perkawinan, ia mengundang dua penyanyi populer Batak Toba dari ibukota Jakarta,
yaitu Jack Marpaung dan Ucok Amigos, mereka menyanyikan lagu-lagu Batak
Toba seperti Tao Toba, Sitogol, Surat Narara, dan lain-lainnya. Namun dalam
konteks ini Drs. Akmal Hasibuan juga mengundang beberapa pemusik Melayu atau
dangdut Sumatera Utara. Dengan demikian musik populer Batak Toba difungsikan
dalam pesta perkawinan.
Di Sumatera Utara musik populer Batak Toba ini tetap eksis karena
terutama kegunaannya untuk memeriahkan suasana pesta orang-orang di kedai-
kedai minuman (baik yang tidak mengandung alkohol ataupun yang
mengandung alkohol) dan makanan. Fungsinya dalam konteks ini adalah
menghibur pengunjung lewat satu genre seni hiburan--dalam bentuknya menyanyi
sambil menari secara berpasangan atau berkaraoke. Kegiatan seperti ini misalnya
saja seperti yang dilakukan di hotel-hotel di Kota Parapat, yang mengadakan
hiburan-hiburan setiap malam.
Untuk kegiatan-kegiatan seperti seminar, lokakarya, peresmian gedung,
pariwisata biasanya hanya disajikan beberapa lagu populer Batak Toba saja,
terutama yang telah dikenal luas, baik masyarakat Batak maupun di luarnya.
Fungsi lainnya musik populer Batak Toba adalah untuk kepentingan bisnis,
baik dalam tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Fungsi ini berkaitan erat
dengan konsep perdagangan bebas dunia, yang menganut sistem pasar terbuka atau
92
lazimnya disebut liberalisasi. Keadaan ini sangat menguntungkan fihak-fihak yang
memiliki modal besar. Mereka inilah yang siap mengatur dan mendistribusikan
polarisasi musik populer seluruh Dunia, tak terkecuali musik populer Batak Toba.
Sistem semikian ini dikelola dalam konteks kapitalisame dunia. Tujuan utamanya
untuk mencari untung yang sebesar-besarnya, dengan modal sekecil-kecilnya.
Dalam konteks ini, musik populer Batak Toba umumnya diterbitkan dan diedarkan
dari Jakarta, sedangkan prosesnya bias di Jakarta atau bias pula di Kota Medan atau
kota-kota lainnya di Sumatera Utara.
Fungsi lainnya musik populer Batak Toba adalah sebagai ekspresi identitas
kultural masyarakat Batak Toba atau masyarakat Batak lainnya. Hal ini terasa jelas
bahwa setiap kegiatan yang berkaitan dengan unsure budaya Batak Toba, selalu
menyertakan genre musik populer ini, terutama mereka yang berada di perkotaan.
Bahwa musik populer dianggap sebagai simbol dari status modern dan sekali gus
tradisi budaya yang menjadi identitas masyarakat Batak Toba itu sendiri. Modern
dalam pengertian terbuka, toleran, mengambil unsur asing yang dianggp menjadi
kebanggaan, tanpa harus hilang jati dirinya.
Fungsi lain musik populer Batak Toba adalah untuk membina kerukunan
antara sub masyarakat Batak. Dalam masyarakat Batak, yang terdiri dari beberapa
sub, seperti: Mandailing-Angkola, Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Pakpak-
Dairi. Selain mereka memiliki berbagai perbedaan, mereka juga memiliki berbagai
kesamaan, yang diantaranya diekspresikan dalam budaya musik populer Batak atau
Tapanuli. Dalam lagu-lagu ini sering juga selain lagu populer Batak dicipta lagu-
lagu populer sub Batak lainnya. Hal ini menunjunkkan solidaritas di antara mereka.
93
Fungsi lainnya musik populer Batak Toba menurut peneliti adalah untuk
kesinambungan kebudayaan. Masyarakat Batak Toba menyadari akan masa depan
budaya mereka. Di saat yang sama globalisasi ataupun internasionalisasi begitu
gencarnya masuk ke dalam kebudayan mereka. Selain itu, untuk menghindar atau
melakukan puritanisasi juga tidak mungkin. Salah satu upayanya adalah
menciptakan musik populer dan juga melakukan kontinuitas budaya tradisinya,
yang terbentuk dalam musik populer Batak Toba. Dengan demikian fungsi musik
populer Batak Toba sangat berkaitan erat dengan eksistensi kebudayaan Batak
Toba.
2.10 Gambaran Umum Kota Sidikalang
Sidikalang adalah nama sebuah kecamatan di kabupaten Dairi, Sumatera
Utara. Sidikalang yang juga merupakan ibukota Kabupaten Dairi ini secara
Geografis berada di barat laut Provinsi Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar
191.625 Ha atau sekitar 2,67% dari luas keseluruhan provinsi Sumatera Utara
(71.680.000 Ha). Kabupaten Dairi secara administratif terdiri dari 15 kecamatan,
dengan 145 kelurahan. Jika ditinjau dari aspek Topografis Kecamatan Sidikalang
yang berada di ketinggian 1.066 m dpl tersebut terdiri dari gunung-gunung dan
bukit-bukit dengan kemiringan yang bervariasi. Keadaan lingkungan yang masih
cukup alami dan Udara yang sejuk serta jumlah penduduk yang masih seimbang
dengan luas wilayahnya, menjadikan Sidikalang sebagai daerah yang relatif
nyaman untuk dihuni. Bagi penduduk di Kabupaten Dairi, Sidikalang merupakan
kota pusat perdagangan,pendidikan, kesehatan,dan pelayanan umum lainnya.
94
Sidikalang yang merupakan salah satu kecamatan, dan sekaligus sebagai
ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten, terdiri dari 11 kelurahan, yaitu: (1)
Sidiangkat, (2) Batang Beruh, (3) Bintang Hulu, (4) Kalang Simbara, (5) Bintang, (6)
Kalang, (7) Kota Sidikalang, (8) Belang Malum, (9) Kuta Gambir, (10) Huta Rakjat, dan
(11) Bintang Mersada.
Kelurahan yang paling banyak penduduknya adalah Kelurahan Kota
Sidikalang. Penduduk asli Kabupaten Dairi umumnya adalah Etnis Pakpak atau
lebih umum dikenal dengan sebutan Pakpak Dairi. Juga banyak dihuni etnis
pendatang lain seperti Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, suku Minang,
dan suku Jawa.
Keadaan Topografinya yang terdiri dari pegunungan dan perbukitan serta
udara yang sangat sejuk menjadi salah satu faktor penentu mayoritas pekerjaan
masyarakat Dairi pada umumnya yang kini adalah petani. Beberapa komoditas
pertanian unggulan dari Kab. Dairi antara lain yaitu Nilam, Kemenyan, Jagung,
Kopi, Umbi-Umbian, Sayur-mayur, Pisang, Nangka, Kentang. Jika ditinjau dari
segi Geografisnya, tanaman buah-buahan seperti buah terong Belanda, markisa,
nenas, semangka, apel, jeruk, strowberry juga dikembangkan di daerah ini. Durian
juga sangat cocok dikembangkan di daerah ini, rasa dan aroma durian yang berasal
dari daerah ini punya ciri khas dibanding durian yang berasal dari daerah lain.
Sayangnya untuk durian tidak dijumpai sepanjang waktu karena
Pembudidayaannya yang masih tradisional mengakibatkan durian tidak bisa
dijumpai di sepanjang tahun, masa pemanenan masih musiman. Musim durian
biasanya sekitar bulan Desember sampai bulan Januari.
95
Selain potensi pertanian, beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Daerah
Kabupaten Dairi juga sedang mengembangkan potensi pertambangan sejenis Timah
Hitah dan Bijih Seng Zinc and Lead yang di kelola oleh Perusahaan PT. Dairi
Prima Mineral anak perusahaan Bumi Resources.
Salah satu komoditas unggulan yang terkenal dari Sidikalang adalah kopi. Kopi
sidikalang sangat terkenal akan kenikmatan cita rasanya, bukan hanya di dalam
negeri saja tetapi hampir seluruh pecinta kopi Dunia mengakuinya. Kopi Sidikalang
juga telah mampu bersaing dengan Kopi Brazil, yaitu salah satu kopi terbaik di
Dunia. Luas Keseluruhan Perkebunan kopi Robusta Kabupaten Dairi adalah 14.117
Ha dengan produksi 6.770,33 ton/tahun sedangkan pertanaman kopi Arabika seluas
5.771,5 Ha dengan produksi 2.639,05 ton/tahun.
Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri
(Pachouli oil) sebagai bahan dasar pembuat parfum. Jenis Tanaman ini telah cukup
lama di budidayakan oleh penduduk di Kabupaten Dairi.
Kentang Sidikalang, Luas perkebunan kentang Kabupaten Dairi pada tahun
2009 adalah seluas 239 Ha. Pekebunan tersebut terpusat di Kecamatan Parbuluan.
Produktivitas rata-rata kentang di Kabupaten Dairi adalah 182 Kw/Ha. Luas
perkebunan kentang tersebut diperkirakan dari tahun ketahun akan terus meningkat,
demikian pula hasil produksinya.
Selain itu disidikalang juga ada satu jenis buah yang sangat terkenal yaitu buah
tiung yang dalam bahasa Indonesia dikatakan Terong Belanda. Buah ini sangat
berkasiat sebagai menambah darah, serta memperlancar peredaran darah. Buah ini
kalau belum matang rasanya asam tetapi kalau sudah matang rasanya sangat manis
dan empuk.
96
Beberapa SMA, SMK, STM, di Kecamatan Sidikalang- Kabupaten Dairi: SMP
Negeri 1 Sidikalang, SMP Negeri 2 Sidikalang, SMP Negeri 3 Sidikalang, SMP
Lagu Lady dalam bahasa Batak Toba ini, secara struktural disusun oleh 11
baris teks, termasuk di dalamnya adalah bahagian refrain lagu. Teks yang
menyusun lagu ini terdieri dari kosa-kosa kata dalam bahwa Batak Toba berupa:
kata dasar, kata kerja, kata ganti orang, kata sifat, kata keterangan, kata keadaan,
dan lain-lainnya. Kata-kata ini disusun sedemikian rupa menjadi larik-larik atau
baris-baris teks. Kemudian baris ini menyusun bentuk teks secara keseluruhan.
Namun yang menarik secara struktural, lagu ini menggunakan judul Lady, dan pada
beberapa barisnya juga menggunakan kata Lady ini yang mengingatkan dan
langsung mengasosikan para pendengar kepada lagu She’s Gone yang sama bentuk
melodinya secara umum, dan juga menggunakan ulangan-ulangan kata dsengan
gaya repetisi untuk kata Lady juga. Dengan demikian selain mengadopsi melodinya
lagu Lady versi musik populer Batak Toba ini juga mengadopsi istilah Lady dalam
bahasa Inggris ke dalam teks Toba.
Tema yang diusung lagu ini adalah kepergian sang kekasih dari kehidupan
asmara (cinta) sang penyanyi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sang
penyanyi dalam konteks membina hubungan asmaranya itu. Namun bagaimanapun,
sang penyanyi masih sangat mengharapkan kehadiran kekasihnya tersebut di dalam
205
kehidupan cintanya yang suci dan abadi. Ada penyesalan yang diungkapkan oleh
sang penyanyi terhadap kekasihnya tersebut, dan ia meminta maaf.
Dimulai dari sang kekasih pergi dari kehidupan sang penyanyi, akibat dari
perbuatan penyanyi yang tak bagus (pambahenan hina so ture). Dampak kepergian
sang kekasih ini adalah menimbulkan rasa rindu berupa ungkapan sang penyanyi
sebenarnya tidak dapat berpisah jauh dengan kekasih pujaan hatinya yang
dibuatnye menderita selama ini. Sang penyanyi pun merasa tidak tenteram
sebagaimana ketika sang pujaan hati masih bersamanya, hilanglah semua keadaan
yang telah dirajut bersama ini. Sang penyanyi pun menyesali (manolsoli) semua
kelakuakn salah yang dibuatnya kepada sang kekasih selama ini, ia meminta maaf
atas segala kesalahannya tersebut.
Selanjutnya sang penyanyi masih terus mengharapkan cinta kekasihnya
yang disebut sebagai Lady, dengan ungkapan perhatikanlah diriku kasih, hati dan
cintaku hanya kepadamu, maafkanlah aku. Demikian rintihan hati yang
diekspresikan melalui nyanyian oleh sang penyanyi.
Tema ini juga mengusung cerita yang kausal, yaitu ada sebab dan akibat
dalam konteks hubungan percintaan antara dua anak Adam di dunia ini. Pertama
adalah terjalinnya hubungan cinta penyanyi dengan sang Lady. Dalam
perjalanannya, sang penyanyi selalu membuat kesalahan-kesalahan yang disengaja.
Akibatnya sang kekasih pergi menjauh dari dirinya. Dalam saat kepergian sang
kekasih ini timbullah penyesalan sang p[enyanyi atas khilaf dan salahnya selama
ini. Ia pun meminta maaf kepada kekasihnya. Namun bagaimana pun, cintanya
hanyalah kepada sang kekasih hati. Ia masih berharap dan menunggu kedatangan
206
kembali sang kekasih hati yang disia-siakannya selama ini. Itulah rintihan hati sang
penyanyi.
4.6 Struktur dan Makna Lagu She’s Gone
Dari transkripsi teks nyanyiannya, lagu She’s Gone ini memiliki struktur
seperti yang terurai berikut ini, beserta terjemahannya dalam bahasa nasional
Indonesia.
(1) She’s gone out of my life
Kamu pergi dari hidupku
(2) I was wrong, I’m to blame
Aku yang salah, aku selalu salah
(3) I was so untrue, I can’t live without her love
Aku tak benar, hidupku hampa tanpa cintanya
(4) In my life, there’s just an empty space
Di hidupku, tersisa ruang hampa
(5) All my dreams are lost, I’m wasting away
Semua impianku hilang, aku terjatuh
(6) Forgive me, girl …
Maafkanku, gadis …..
Reffrain:
207
(7) Lady, won’t you save me, my heart belongs to you
Gadis, jagalah aku, hatiku milikmu
(8) Lady, can you forget me, for all I’ve done to you
Gadis, maafkanaku, atas semua kesalahanku
(9) Lady, oh lady …
Gadis, oh gadis …
(10) She’s gone, out of my life
Kamu pergi, dari hidupku
(11) Oh, she’s gone, I find it so hard to go on
Oh, kamu pergi, ku kehilangan arah
(12) I really miss that girl, my love
Ku merindukanmu gadis, cintaku
(13) Come back in to my arms, I’m so alone
Datanglah kepadaku, aku sendirian
(14) I’m begging you, I’m down on my kness
Aku mohon, aku berlutut
(15) Forgive me, girl..
Maafkan aku, gadis..
Secara struktural lagu She’s Gone seperti terurai di atas, disusun oleh kosa-
kosa kata yang lazim dan umum digunakan dalam bahasa Inggris. Kata-kata yang
digunakan di dalam lagu ini selain umum juga memiliki unsur-unsur puitisnya
sendiri. Kata-kata yang menyusun lagu ini terdiri dari kata dasar, verbal, kata ganti,
kata keadaan, dan lain-lainnya. Untuk menguatkan efek puitisnya, lagu ini
208
menggunakan kata-kata pelesapan yang umum digunakan dalam bahasa Inggris,
seperti can’t pelesapan dari kata can not; I’m dari kata I am; She’s dari kata She is.
Begitu juga pemilihan kata dalam konteks puitis ini muncul dalam diksi kata:
empty space (ruang hampa); drems (impian), dan sejenisnya. Itulah yang mau
cicapai oleh teks nyanyian lagu ini.
Tiap baris teks terdiri dari tiga sampai sembilan kata. Seluruhnya terdiri dari
15 baris teks yang jalin menjalin membentuk sebuah keutuhan teks yang bernas.
Pada lagu ini bait demi baitnya bercerita dengan gaya yang puitis sekali. Walau
demikian kosa-kosa katanya adalah kosa kata umum yang dijumpai dan digunakan
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat berbahasa Inggris, dan tidak sulit untuk
memahami makna-maknanya.
Dimulai dari kepergian sang kekasih dari kehidupan asmaranya, karena
kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi. Selanjutnya sang penyanyi tersebut
juga sadar atas segala kesalahan yang dibuatnya kepada sang kekasih hati
pujaannya. Ia akan menjadi hampa tanpa cinta sang kekasih di dunia ini. Semua
impiannya dalam cinta sirna pula. Di dalam penyesalannya tersebut ia pun meminta
maaf kepada kekasih hatinya yang telah pergi meninggalkan dirinya.
Selanjutnya ia memohon ikepada kekasihnya untuk kembali kepadanya
dengan cara menjaga hatinya seperti yang dilakukan selama ini, dan secara repetitif
meminta maaf atas segala kesalahannya. Di akhir lagu ini, sang penyanyi bermohon
kepada kekasihnya untuk kembali lagi, sembari minta maaf.
209
4.7 Perbandingan Teks Lagu Lady dan He’s Gone
Di dalam kedua lagu ini, tampak jelas hubungan tema garapan yang sama
dan cerita yang sama pula. Selain itu, kesamaan lainnya adalah pada penggunaan
judul lagu Lady yang merujuk kepada kosa kata repetitif yang terdapat di dalam
lagu She’s Gone.
Tema keduanya sama yaitu seorang kekasih (perempuan) meninggalkan
pujaan hatinya (sang penyanyi). Respons ini adalah akibat dari kesalahan-kesalahan
yang dilakukan oleh sang penyanyi selama ini dalam mrangka merajut cinta dan
kasih sebagai dua sejoli Anak Adam di dunia ini. Ketika sang kekasih pergi
meninggalkan sang penyanyi, di sinilah dimulainya penyesalan dan munculnya rasa
rindu dan kehilangan terhadap kekasih yang sebenarnya amat dicintainya. Oleh
karena itu sang penyanyi berharap sangat agar sang keasih kembali kepadanya,
sembari emminta maaf yang sebesar-besarnya.
Apa yang dapat dikaji dalam kenyataan ini, lagu Lady dalam musik pop
Batak Toba, selain mengadopsi melodi lagu She’s Gone juga sekaligus mengadopsi
tema lagu She’s Gone tersebut. Bisa dikatakan bahwa lagu Lady Batak Toba adalah
“terjemahan tema langsung” dari teks lagu She’s Gone. Ini juga memperkuat kesan
bahwa lagu Lady memang berasal dari lagu She’s Gone.
4.8 Struktur dan Makna Lagu Maria
Berdasarkan strukturnya, lagu Maria yang terdapat di dalam kebudayaan
musik populer Batak Toba, yang ditranskripsi dari album lagunya, adalah seperti
yang terurai di bawah ini (beserta terjemahan masing-masing barisnya di dalm
bahasa Indoensia).
210
(1) Nang pe naung muli ho ito hasian
Walaupun kamu sudah menikah kekasihku
(2) Nang pe dao ho sian au
Walaupun kau jauh dariku
(3) Anggo roha hu sai hot doi tu ho
Tapi perasaanku selalu hanya untukmu
(4) Sahat rodi na lao mate au
Sampai akhir hayatku
(5) Manghirim au diharorom hasian
Aku berharap kedatanganmu kekasihku
(6) Manghirim au dijanjimi
Berharap aku akan janjimu
(7) Nungnga martaon au paima ima ho
Sudah bertahun-tahun aku menunggumu
(8) Surat sabikbik pe so ro
Tak ada selembar surat pun yang datang
(9) Sai holan na marsak au ito
Hanya malas-malasan aku sayang
(10) Sipata sai ro do tu nipikku bohi mi
Terkadang wajahmu sering hadir di mimpiku
(11) Maria taringot au naung salpui
211
Maria, teringat aku waktu dulu
(12) Maria sega nai pikkiran hi marningot ho
Maria, sangat hancur pikiranku mengingat dirimu
(13) Maria didia ho
Maria di manakah engkau
(14) Sai …
Usai …
.
Secara struktural lagu Maria dalam bahasa Batak Toba tersebut dibangun oleh
baris-baris teks sebanyak empat belas larik. Kesmua barisnya disusun oleh kata-
kata yang lazim digunakan dalam komunikasi pada masyarakat Batak Toba.
Adapun kata-kata dalam bahasa Batak Toba yang digunakan di dalam lagu ini di
antaranya adalah: kata ganti orang, nama yaitu Maria, kata kerja, kata keadaan, kata
keterangan waktu, kata sifat, dan lain-lainnya. Diksi yang digunakan di dalam lagu
ini sepenuhnya adalah bahasa Batak Toba.
Tema yang termuat di dalam lagu ini, adalah bercerita tentang cinta abadi
penyanyi kepada kekasihnya, yang sekarang ini dalam kenyataannya telah menikah
dan membentuk rumah tangganya dengan orang lain. Cinta it uterus akan abadi
sampai akhir hayat sang penyanyi.
Setersunya, walaupun sang kekasih telah menikah dengan orang lain, sang
penyanyi masih mengharapkan datangnya sang kekasih ke dalam kehidupannya
walau sebentar saja, seperti yang pernah dijanjikan oleh kekasihnya tersebut.
Sebuah pengharapan yang semestinya tidak perlu diwujudkan sebagai seorang
manusia yang percaya kepada takdir Tuhan. Namun sebagai manusia biasa rasa
212
rindu itu selalu bergelayut di dalam diri sang penyanyi. Harapan kekasih datng pun
walau selembar surat sudah dapat mengobati rindu sebenarnya.
Karena kerinduan akan hadirnya sang kekasih, maka tiada gairah hidup sang
penyanyi, ia hanya malas-malasan saja. Ia pun selalu terbayang-bayang wajah sang
kekasihnya tersebut, terutama di dalam mimpi.
Ia pun mencurahkan rasa cintanya tersebut dengan memanggil pujaan hati,
Maria. Ia teringat kepada masa lampaunya ketika ia merajut kenangan manis
dengan Maria. Namun kenangan itu membuat dirinya hancur lebur. Selain itu ia
pun mengalami kerinduan yang luar biasa dengan menyebut dan bertanya di
manakah gerangan engkau Maria.
Teks yang dibangun dalam lagu Maria dalam budaya musik populer Batak
ini, tetap bertema cinta. Lebih tepatnya adalah jodoh yang ditentukan Tuhan, adalah
kekasih hati nikah dengan orang lain. Namun kerinduan terus bergelayut di dalam
kehidupannya. Ia memastikan bahwa cintanya adalah abadi untuk sang kekasih.
Namun sebagai manusia ia tidak dapat menepis rasa rindu tersebut. Demikian
makna yang disampaikan oleh teks nyanyian ini.
4.9 Struktur dan Makna Lagu Marian
Secara struktural, lagu Marian yang berbahasa Inggris dan dinyanyian oleh
kelompok musik The Cats ini, berdasarkan transkripsi teks lagu, selengkapnya
adalah sebagai berikut (disertai terjemahan bahasa Indonesia, dari baris ke
barisnya).
213
(1) Here are the roses that I brought you, my love?
Ini adalah mawar yang aku bawa untuk kamu, cintaku
(2) Where are the poems that I wrote?
Dimana puisi-puisi, yang saya tulis?
(3) You cast your eyes down when I watch you, my love
Kamu membuang matamu ke bawah ketika saya mengamati anda, cinta ku
(4) Have I been to long on the road?
Saya telah lama di jalan?
Reffrain:
(5) I came back to find a stranger in tears
Aku datang kembali untuk menemukan, orang asing menangis
(6) She was once the girl I used to know, for some years
Dia adalah gadis yang saya kenal, dalam beberapa tahun
(7) Marian, tell me you still care for me
Marian, katakan padaku kamu masih peduli untukku
(8) Marian, remember how good those days used to be
Marian, ingatkah seberapa baik kisah dulu
(9) Marian, for don't you retreat
Marian, akhirnya tidak dipungkiri kamu mundur
(10) What kind of music fills your head now my love?
Jenis musik apa menpengaruhi pikiran kamu sekarang cintaku?
(11) What kind of place became your mind?
Apa yang menjadi pikiran kamu?
(12) You tried to find out 'bout your feelings my love
214
Kamu mencoba untuk menyadari bahwa perasaanmu mencintaiku
(13) Were you ever thinking of mine?
Apakah kamu pernah mengingat aku?
Kembali reffrain:
(14) Marian, tell me you still care for me
Marian, katakan kamu masih peduli padaku
(15) Marian, remember how good those days used to be
Marian, ingatkah seberapa baik kisah dulu
Struktur lagu Marian dalam bahasa Inggris ini dibentuk oleh lima belas
baris teks. Kelima belas baris teks tersebut disusun oleh berbagai jenis kata seperti:
nama orang yaitu Marian, kata kerja, kata ganti orang, kata kerja, kata sifat,
keterangan waktu, dan lain-lainnya.
Diksi yang digunakan di dalam lagu ini juga menggunakan unsur puitis,
seperti penggunaan persamaan bunyi (rima) di ujung-ujung baris, demikian pula
gaya bahasa (seperti gaya babahasa repetitif, metafora, dan lainnya). Bunga mawar
(roses) yang digunakan di dalam lagu ini juga secara semiotic adalah simbol dari
cinta yang abadi selamanya, serta cinta yang suci seseorang kepada pujaan hatinya.
Selanjutnya, tema yang diusung di dalam nyanyian ini adalah cinta yang
hilang dan dilupakan. Diawali dengan percintaan dua orang kekasih yang memadu
cinta dan kasihnya. Kemudian pergilah sang pujaan hati tanpa tahu alasannya apa.
Kemudian sang penyanyi mengingatkan tentang memori cinta di masa lampau
tersebut. Kenapa sang kekasih yaitu Marian melupakan segalanya tentang cinta
yang pernah mereka rajut. Sang penyanyi pun bertanya ada apa dengan kekasihnya
215
ini. Sang penyanyi masih berharap agar kekasihnya ini merajut cinta kembali
seperti di waktu dahulu ketika mereka merajut cinta bersama.
4.10 Perbandingan Teks Lagu Maria dan Marian
Meskipun sama-sama mengusung tentang cinta, namun kedua lagu ini
sebenarnya mengusung tema yang agak berbeda. Lagu Maria dalam bahasa Batak
Toba lebih menonjolkan kisah cinta di masa lalu yang indah, namun sang kekasih
sudah menikah dengan orang lain, tinggallah sang penyanyi kesendirian di dalam
kerinduannya kepada sang kekasih. Lagu Marian dalam bahasa Inggris temanya
adalah mengingatkan sang kekasih akan indahnya cinta yang mereka rajut di masa
dahulu, yang ini hendak dihilangkan dari memori sang kekasih. Sang penyanyi
berharap kenangan indah itu diulang kembali.
Selanjutnya memori indah di masa lampau itu, dalam lagu Maria membuat
dampak terus teringat dan inginnya datang sang kekasih walaupun hanya sepucuk
surat saja untuk pengobat rindu. Namun dampak lainnya adalah sang penyanyi
hanya bermalas-malasan tanpa gairah hidup dan bekerja di dunia ini. Sementara di
dalam lagu Marian kisah cintah dan kenangan indah masa lampau itu perlu
dikenang dan diualng lagi dengan sejuta harapan. Di sini tampak adanya gairah
hidup berdasarkan sejarah biografi masa lampaunya. Itulah titik perbedaan utama di
antara keddua lagu yang berkaitan ini. Titik perbedaan lainnya adalah kalau di
dalam lagu Maria Batak Toba penyanyi menyadari tentang nasibnya yang tidak
berjodoh dengan kekasih hati itu sudah menjadi takdir dalam hidupnya. Jadi ia
sangat meyakini akan takdir Tuhan. Di dalam lagu Marian, hubungan antara cinta,
manusia, dan takdir Tuhan, tidak diungkap di sini.
216
Selain perbedannya ternyata kedua lagu ini memiliki kesamaan, yaitu
kenangan indah tentang cinta di masa lampau. Kenangan itu pastilah tidak dapat
dilupakan oleh kedua anak manusia ini.
Dengan kajian seperti diuraiakn di atas, maka perbandingan struktur, tema,
makna tiga lagu populer Batak Toba dan tiga lagu populer pada musik Barat, dapat
dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1
Perbandingan Struktur, Tema dan makna Tekstual Tiga Lagu Pop Batak
dengan Tiga Lagu Pop Barat
No/Lagu Struktur Tema dan Makna 1A. Ditakko Ho Rohakki 20 larik dengan bahasa
Batak Toba Tema utama lagu ini adalah diawali dengan puji-pujian terhadap kekasih hati, atas pernyataan verbal cintanya kepada penyanyi, yang kemudian diresponss dengan cinta suci pula. Naum kenyataan berikutnya menunjukkan bahwa sang kekasih hati yang memulai api asmara tersebut ternyata hanyalah mencintainya secara tidak sungguh-sungguh atau berpura-pura saja. Ini mengakibatkan sakit hati sang penyanyi.
1B. That’s Way 20 larik memakai baha-sa Inggris
Tema lagu ini juga dibuat berdasarkan hubungan sebab dan akibat (kausal). Pertama kali sang penyanyi dengan kekasihnya memadu cinta, namun tiba-tiba terpancar kesedihan di mata sang kekasih yang tiba-tiba menginginkan jalinan cinta yang selama ini dirajut diputuskan saja. Terkejutlah sang penyanyi, dengan berpikir kritis ala orang Barat, maka ia bertanya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, yaitu selam ini mereka telah membina hubungan asmara, namun karena kekasihnya banyak menuntut dan tuntutna tersebut tidak dapat dikabulkan oleh sang penyanyi, maka kekasihnya memutuskan hubungan asmara ini. Dengan demikian, tetap dalam kultur Barat, ia menghargai hak pribadi kekasihnya yang ingin memutuskan cinta ini. Ia pun mencoba melupakan asmaranya dengan kekasih hatinya tersebut. Tinggallah ia sendiri dan berada di temapt sepi tempat di mana mereka selama ini memadu cinta. Itulah makna yang ngin disampaikan di dalam lagu ini.
217
2A. Lady 11 larik menggunakan bahasa Batak Toba, tetapi menyerap kata Lady yang merujuk kepada lagu She’s Gone
Tema yang diusung lagu ini adalah kepergian sang kekasih dari kehidupan asmara (cinta) sang penyanyi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi dalam konteks membina hubungan asmaranya itu. Namun bagaimanapun, sang penyanyi masih sangat mengharapkan kehadiran kekasihnya tersebut di dalam kehidupan cintanya yang suci dan abadi. Ada penyesalan yang diungkapkan oleh sang penyanyi terhadap kekasihnya tersebut, dan ia meminta maaf.
2B. She’s Gone 15 larik menggunakan kosa-kosa kata dalam bahasa Inggris
Dimulai dari kepergian sang kekasih dari kehidupan asmaranya, karena kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi. Selanjutnya sang penyanyi tersebut juga sadar atas segala kesalahan yang dibuatnya kepada sang kekasih hati pujaannya. Ia akan menjadi hampa tanpa cinta sang kekasih di dunia ini. Semua impiannya dalam cinta sirna pula. Di dalam penyesalannya tersebut ia pun meminta maaf kepada kekasih hatinya yang telah pergi meninggalkan dirinya
3A. Maria 14 larik menggunakan kosa-kosa kata dalam bahasa Batak Toba, dan menyerap kkata Maria yang merujuk langsung kepada lagu Marian.
Tema yang termuat di dalam lagu ini, adalah bercerita tentang cinta abadi penyanyi kepada kekasihnya, yang sekarang ini dalam kenyataannya telah menikah dan membentuk rumah tangganya dengan orang lain. Cinta itu terus akan abadi sampai akhir hayat sang penyanyi.
3B. Marian 15 larik menggunakan kosa-kosa kata dalam bahasa Inggris
tema yang diusung di dalam nyanyian ini adalah cinta yang hilang dan dilupakan. Diawali dengan percintaan dua orang kekasih yang memadu cinta dan kasihnya. Kemudian pergilah sang pujaan hati tanpa tahu alasannya apa. Kemudian sang penyanyi mengingatkan tentang memori cinta di masa lampau tersebut. Kenapa sang kekasih yaitu Marian melupakan segalanya tentang cinta yang pernah mereka rajut. Sang penyanyi pun bertanya ada apa dengan kekasihnya ini. Sang penyanyi masih berharap agar kekasihnya ini merajut cinta kembali seperti di waktu dahulu ketika mereka merajut cinta bersama.
.
218
BAB V
RESPONS PENDENGAR DALAM
BUDAYA BATAK DENGAN KASUS DI SIDIKALANG
5.1 Apresiasi
Menurut pendapat Alwi(2003:62) yang mengatakan bahwa;”apresiasi
adalah kesadaran terhadap nilai seni dan budaya serta penilaian (penghargaan)
terhadap sesuatu.
Soeharto(1992:4) mengatakan bahwa:”apresiasi adalah usaha atau kegiatan
untuk meningkatkan kecintaan dan penghargaan para peserta terhadap karya-karya
seni dalam suatu bidang tertentu.
Bila dikaitkan dengan musik berarti apresiasi adalah penghargaan terhadap
karya seni musik. Dalam mengapresiasikan karya seni seseorang ikut mengetahui
seluk beluk musik secara mendalam, artinya seseorang tersebut bukan hanya
mendengar secara pintas tetapi lebih jauh sipendengar dapat memberi penilaian
tehadap karya seni musik yang didengar baik dari segi karakter, estetika, ide
maupun gagasan yang terkamdung dalam musik tersebut.
Pada saat mengapresiasikan musik, sipendengar berusaha menyelami cita
rasa dan keindahan yang terkandung dalam musik tersebut. Dalam hal ini apresiasi
menurut jiwa atau perasaaan kedalam ide atau gagsan yang tertuang dalam musik
tersebut serta mampu menbandingakan citarasa keindahan si penciptanya.
Penilaian dalam mengapresiasikan musik umumnya bersifat positif, artinya
sipendengar memndang musik berdasarkan keindahannya (nialai estetisnya). Maka
219
apresiator didalam jiwanya akan timbul rasa penghargaan atau cinta terhadap karya
musik yang diapresiasikannya.
Dari uraian pendapat diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengertian apresiasi adalah suatu penghargaan atau penilaian untuk meningkatkan
kecintaan terhadap karya-karya seni maupun sastra serta jenis karya cipta manusia.
Ada 4 langkah dalam mengapresiasikan musik, yaitu:
a. Pengamatan
Pengamatan adalah suatu rangsangan dari benda/objek yang diamati, apakah
melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, maupun perabaan.
b. Tanggapan
Tanggapan adalah suatu reaksi (respon) terhadap rangsangan yang dating, selain itu
tanggapan terjadi akibat adanya kesan-kesan yang diperoleh dari hasil pengamatan
dan penghayatan yang dalam (interprestasi).
c. Penilaian
Penilaian dalam apresiasi adalah merupakan pertimbangan berdasarkan kaidah-
kaidah yang berlaku. Pertimbangan yang dilakukan berlandaskan pada unsur-unsur
musik seperti: melodi, ritme, harmoni, ekspresif dan syair.
d. Penghargaan
Penghargaan dalam apresiasi adalah merupakan kegiatan akhir dari aktifitas
penilaian terhadap objek yang diapresiasikan. Penghargaan didalam
mengapresiasikan tidaklah melihat objek tersebut dari keburukan atau kesalahan-
kesalahan, melainkan memandang dari positifnya saja.
220
Jelaslah bahwa apresiasi musik adalah merupakan daya individu untuk
mengamati, menghayati, menanggapi, menilai dan menghargai karya seni musik
dari sudut keindahan yang terkandung didalam karya musik tersebut
Dalam bab ini kajian akan berfokus pada masalah respons pendengar
keenam lagu tersebut, yakni tiga dari musik populer Batak Toba dan tiga lagi dari
musik populer Barat, yang memiliki kaitan asal-usul. Untuk mengkaji mengenai
respons pendengar ini, penulis menggunakan teori belajar behavioristik, yang lazim
digunakan di dalam ilmu psikologi, terutama dalam kaitannya dengan aspek sosial
dan pendidikan.
Dalam menerapkan teori ini, penulis menggunakan metode kuantitatif dan
mengkaji respons para responsden melalui kuesioner yang dibagikan. Kuesioner
yang disusun terdiri dari 25 pertanyaan seputar pengetahuan para responsden
terhadap lagu dan penyanyi baik dalam budaya pop Batak Toba maupun budaya
pop Barat sebagai asal-usul melodinya. Setiap kuesioner dibagikan kepada 50
responden (kecuali lagu Ditakko Ho Rohakki dan That’s Why diabgikan kepada 40
responden).
Pertanyaan yang penulis desain bertujuan utama untuk mendapatkan
sejauh mana respons para pendegar lagu-lagu sampel tersebut di atas. Setiap lagu
yang memiliki hubungan, maka dibuat dalam sebuah kuesioner. Jawaban yang
didisain, selain berupa jawaban tertutup, juga disediakan jawaban yang terbuka,
untuk memberikan ruang bagi para responden agar dapat mencurahkan apa
yangdiketahuinya dengan komunikasi tulisan yang terstruktur dan terarah.
221
Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang didisain sedemikian rupa
ini, maka hasilnya dapat dilihat pada uraian-uraian baik berupa kalimat demi
kalimat dan tabel-tabel berikut ini.
5.2 Respons terhadap Lagu Ditakko Do Rohakki dan That’s Way
Untuk lagu Ditakko Do Rohakki nyanyian Jack Marpaung dan hubungannya
dengan lagu That’s Way, disain pertanyaan yang penulis ajukan kepada para
responden adalah sebagai berikut.
1. Tahukah anda lagu yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung dengan judul Ditakko Ho
Rohakki? a. Tahu b. Tidak tahu
2. Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan oleh Jack Marpaung ? a. 2 - 3 tahun b. 3 - 4 tahun c. 1- 2 Tahun
3. I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung? a. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . .
4. I. Jack Marpaung adalah grup band yang menyanyikan lagu dengan judul Ditakko Ho Rahakki, tahukah anda siapa yang menciptakan lagu tersebut? a. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu pencipta lagu Ditakko Ho Rahakki, tuliskanlah nama penciptaya, ...................................
5. Mengertikah anda dengan makna lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan oleh JackMarpaung? a. mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu
6. Apa yang mendasari anda mengerti dengan lagu Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan Jack Marpaung ? a. bahasa liriknya b. Melodi lagu c. Irama lagu
7. Pernahkah anda melihat video klip lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung ? a. pernah b. Tidak pernah
8. Sukakah anda akan tampilan video klip lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung? a. sangat suka b. Tidak suka c. Suka
9. Apa alasan anda memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Ditakko Ho Rohakki
yang dinyanyikan oleh JackMarpaung ? a. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik Toba, serta mencondongkan kehidupan
Batak Toba. b. Lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda c. Penyanyinya berpenampilan menarik d. Alasan lain. Tuliskan....................................................................................................
10. Apa alasan anda tidak suka dengan lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung. a. Tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba b. Tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi c. Penyanyinya kurang menarik penampilannya d. Alasan lain. Tuliskan,
................................................................................................................ 11. Bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan
JackMarpaungadalah bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu Ditakko Ho Rohakki menggunakan bahasa inggris apakah anda mengerti? a. Mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu
12. Tahukah anda lagu That’s Why yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To Rock? a. Tahu b. Tidak tahu
13. Pernahkah anda melihat video klip lagu “That’s Why” yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? a. Pernah b. Tidak pernah
14. Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul That’s Why yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To Rock? a. 1 - 2 tahun b.Lebihdari 2 tahun c. Kurang dari 1 Tahun
15. I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu That’s Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? a. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . . (Apabila anda tidak tahu, anda akan diperdengarkan atau dipertontonkan lagu That’s Why yang dinyanyikan ole Michael Learn To Rock)
16. Mengertikah anda dengan lirik lagu dengan judul That’s Why yang dinyanyikan oleh grup Michael Learn To Rock? a. Mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu
17. Sukakah anda dengan lagu That’s Why yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To Rock? a. Suka b. Kurang suka c. Tidak suka
18. Jika anda sudah mendengar lagu “Ditakko Ho Rohakki” yang dinyanyikan Jack Marpaung dan “That’s Why” yang dinyanyikan Michael Learn To Rock, menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut ? a. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu
19. Menurut anda dimanakah letak kesamaan antara lagu Ditakko Ho Rohakki penyanyi JackMarpaung dengan lagu That’s Why penyanyi Michael Learn To Rock? a. Melodi lirik b. Melodi & lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama c. Total musikalitas
20. Menurut anda samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack MarPaung dengan lagu Thats Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? a. Sama b. Tidak sama c. Tidak tahu
21. Ada kesamaan dalam melodi lirik lagu Ditakko Ho Rohakki dengan lagu Thats Why, menurut anda siapakah yang pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut ? a. Jack Marpaung b. Michael Learn To Rock c. Tidak tahu
22. Teringat pemberitaan media massa akan isu hak cipta, apakah dibolehkan secara bebas mengubah lagu asing di ubah ke dalam lagu bahasa Batak sesuaidengan undang-undang hakcipta yang berlaku di Indonesia? a. Tidak boleh b. Kurang tahu c. Diperbolehkan
23. Seandainya anda mengetahui tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupungambarantentangisidari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. ......................................................................................................................................................................................................................................................................................................
223
............................................................. 24. Bagaimana respons anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia
musik di indonesia ? a. Peduli, mencoba untuk mempelajari dan mengetahui undang-undang hak cipta b. Tidak peduli sama sekali c. Hanya ingin sekedar tahu
25. Menurut pengalaman andaadakah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia musik Indonesia ? a. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu
Berikan alasan anda ..................................................................................................................
Respons atau jawaban 40 responden yang kesemuanya mengembalikan
kuesioner adalah seperti yang terurai pda Tabel 5.1 berikut ini.
224
Tabel 5.1: Sebaran Jawaban dari 40 Responden tentang Lagu Ditakko Do Rohakki
dan That’s Way
RESPONS (JAWABAN) DARI RESPONDEN LAGU DITAKKO HO ROHAKKI OLEH JACK MARPAUNG DAN LAGU THAT'S WHY OLEH MICHAEL LEARN TO ROCK
Tabel 5.2: Persentase Jawaban Responden terhadapLagu Ditakko Do Rohakki
dan That’s Way
JUMLAH JAWABAN
PERSENTASE
A B C D KOSONG
A B C D KOSONG
QUIS
IONE
R
1 26 14 - - -
QUIS
IONE
R
1 65% 35%
2 4 2 27 - 7
2 10% 5% 67,5% 17,5%
3 40 - -
3 100%
4 2 37 - - 1
4 5% 92,5% 2,5%
5 24 14 1 - 1
5 60% 35% 2,5% 2,5%
6 32 3 3 - 2
6 80% 7,5% 7,5% 5%
7 17 23 - - -
7 42,5% 57,5%
8 2 16 16 - 6
8 5% 40% 40% 15%
9 12 4 2 15 7
9 30% 10% 5% 37,5% 17,5%
10 3 5 5 11 16
10 7,5% 12,5% 12,5% 27,5% 40%
11 5 24 10 - 1
11 12,5% 60% 25% 2,5%
12 30 9 - - 1
12 75% 22,5% 2,5%
13 14 24 - - 2
13 35% 60% 5%
14 7 10 16 - 7
14 17,5% 25% 40% 17,5%
15 1 35 - - 4
15 2,5% 87,5% 10%
16 6 22 12 -
16 15% 55% 30%
17 36 2 2 - -
17 90% 5% 5%
18 38 1 1 -
18 95% 2,5% 2,5%
19 16 21 2 - 1
19 40% 52,5% 5% 2,5%
20 38 1 1 -
20 95% 2,5% 2,5%
21 31 9 -
21 77,5% 22,5%
22 22 11 5 - 2
22 55% 27,5% 12,5% 5%
23 √ 34 6
23 √ 85% 15%
24 29 10 - 1
24 72,5% 25%
2,5%
25 26 1 11 - 2
25 65% 2,5% 27,5%
5%
227
Dari jawaban-jawaban para responden itu, maka dapat diketahui fakta
sesungguhnya sebagai berikut. Untuk pertanyaan satu yaitu: tahukah anda lagu
yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung dengan judul Ditakko Ho Rohakki?
Sebanyak 26 orang dari 40 orang responden menyatakan tahu, sisanya 14 orang
tidak tahu. Dengan demikian secara persentase lebih banyak yang mengetahui lagu
ini yaitu sebesar 65 % dibandingkan yang tidak tahu hanya 35 persen saja.
Kemudian untuk pertanyaan kedua, yaitu: Sudah berapa lama anda
mengetahui lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan oleh Jack
Marpaung? Kemudian diberi pilihan jawaban: a. 2 - 3 tahun; b. 3 - 4 tahun, dan c.
1- 2 tahun. Hasil respons mereka adalah, sebahagian besar yaitu 27 responden
(67,5%) memilih telah mengenalnya satu sampai dua tahun saja, berarti mereka
mengenal lagu ini dalam masa yang relative paling singkat dibanding dua jawaban
lainnya. Responden lain yaitu memilih mengenal lagu ini antara dua sampai tiga
tahun yaitu sebanyak 4 orang (10%) saja dari 40 responden. Yang terakhir adalah
responden yang memilih mengenal lagu ini relative lebih lama yaitu antara tiga
sampai empat tahun, yang dipilih oleh sebanyak 2 orang saja (5%) dari keseluruhan
responden.
Kemudian untuk pertanyaan ketiga yaitu: Tahukah anda kapan terciptanya
lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung? Denagn dua jawaban pilihan
tertutup yaitu a. tahu dan b. tidak tahu. Maka hasilnya adalah keseluruhannya yaitu 40
responden (100%) mengetahui bila terciptanya lagu ini. Dengan demikian para pendengar
setia ini paham betul bila awal kali Jack Marpaung mendendangkan dan memasarkan
kasetnya yang berisi lagu tersebut.
228
Selanjutnya untuk pertanyaan keempat yaitu Jack Marpaung adalah salah satu
penyanyi grup band yang menyanyikan lagu dengan judul Ditakko Ho Rahakki, tahukah
anda siapa yang menciptakan lagu tersebut? Dengan jawaban tertutu a. tahu dan b. tidak
tahu. Hasil jawaban responden adalah 37 responden (92,5%) mengetahui penciptanya.
Sementara dua orang (5%) tidak tahu dan satu orang (2,5%) tidak mengisi atau tidak
member responsnya. Dengan demikian tingkat apresiasi responden ini cukup baik
terhadap siapa penciopta lagunya.
Untuk pertanyaan berikutnya yaitu pertanyaan kelima, mengertikah anda
dengan makna lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan oleh Jack
Marpaung? Dengan disediakan tiga jawaban, yaitu mengerti, kurang mengerti, dan
tidak tahu. Respons para responden adalah sebanyak 24 orang (60%) mengerti;
diikuti oleh 14 orang (35%) kurang mengerti, dan sisanya 1 orang (2,5 %) tidak
tahu, dan 1 orang (2,5%) tidak menjawab.
Selanjutnya untuk pertanyaan keenam, yaitu apa yang mendasari anda
mengerti dengan lagu Ditakko Ho Rohakki yang dibawakan Jack Marpaung?
Disediakan jawaban: a. bahasa liriknya, b. melodi lagu, c. irama lagu. Jawaban para
responden adalah mayoritas 32 responden (80%) yang mendasari adalah bahasa
liriknya. Seterusnya masing-masing 3 responden (7,5%) menjawab melodi lagu dan
irama lagu. Yang tidak menjawab adalah dua orang (5%) dari keseluruhan
responden. Dengan demikian, pemahaman atau apresiasi orang terhadap lagu ini
adalah karena factor teks atau lirik.
Untuk pertanyaan ketujuh, yaitu mengenai pernahkah anda melihat video
klip lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan oleh Jack Marpaung?
Kemudian untuk pertanyaan ini disediakan dua jawaban, yaitu pernah dan tidak
229
pernah. Maka 40 responden tersebut melakukan respons jawabannya: 17 orang
(42,5) menyatakan pernah dan 23 orang (57,5%) menyatakan tidak pernah. Dengan
demikian separuh lebih dari responden ini tidak pernah menonton video klip lagu
tersebut.
Kemudian untuk pertanyaan nomor urut delapan, yaitu sukakah anda akan
tampilan video klip lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan JackMarpaung?
Untuk pertanyaan ini disediakan tiga jawaban, yaitu sangat suka, tidak suka, dan
suka. Maka hasilnya empat puluh responden tersebut menentukan jawabannya,
yaitu sebagai berikut. Sebanyak 2 orang (5%) menyatakan sangat suka, disusul 16
responden (40%) menyatakan tidak suka, sebanyak 16 orang (40%) menyatakan
suka dan selebihnya 6 orang (15%) tidak memberikan responsnya.
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor sembilan, yaitu, apa alasan anda
memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Ditakko Ho Rohakki yang
dinyanyikan oleh Jack Marpaung? Untuk pertanyaan ini disediakan tiga jawaban
tertutup dan ditambah satu jawaban tertulis terbuka. Bentuk jawaban tersebut
adalah sebagai berikut: a. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik Toba, serta
mencondongkan kehidupan Batak Toba. b. lirik lagunya menceritakan kisah
kehidupan anda, c. penyanyinya berpenampilan menarik. Pertanyaan yang terbuka
adalah alasan lain, di luar ketiga jawaban tersebut mohon dituliskan. Dalam
menjawab pertanyaan tertutup tersebut, para responden melakukan respons sebagai
berikut. Sebanyak 12 orang (30%) menyatakan menggunakan bahasa, pakaian
alat music Toba serta mencondongkan kehidupan Batak Toba. Berikutnya sebanyak
4 responden (10%) menjawab liik lagunya menceritakan kisah kehidupan
responden. Setelah itu, sebanyak 2 orang (5%) memilihnya karena alas an
230
penyanyinya dalam hal ini Jack Marpaung berpenampilan menarik. Setelah itu
sebanyak 15 orang (37,5%) memilih jawaban terbuka; sedangkan sisanya
sebanyak 7 orang (17,5%) tidak melakukan respons terhadap pertanyaan ini.
Selanjutnya adalah pertanyaan nomor sepuluh, yaitu apa alasan anda
(sebagai responden) tidak suka dengan lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan
oleh Jack Marpaung. Pertanyaan ini diberikan pilihan tertutup yaitu: a. tidak
mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba, b. tampilannya sangat
sederhana nuansa tradisi, c. penyanyinya kurang menarik penampilannya. Diosertai
jawaban terbuka, yaitu alasan lain. Hasil isian kuesioner menunjukkan bahwa
sebanyak 3 orang (7,5%) tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak
Toba. Kemudian sebanyak 5 orang (12,5%) menjawab tampilannya sangat
sederhana dan nuansanya tradisi. Kemudian sebanyak 5 responden (12,5 %)
menjawab penyanyinya kurang menarik penampilannya. Selain itu ada yang
mengisi jawaban terbuka yaitu sebanyak 11 orang (27%) dengan persepsinya
masing-masing. Ada pula sebesar 16 responden (40%) memilih tidak menjawab
pertanyaan ini, sebab ia memang menyukai lagu tersebut, ketika ditanya sebaliknya
pastilah ia tidak meresponsnya.
Untuk pertanyaan kuantitatif nomor sebelas, yaitu bahasa yang digunakan
dalam lirik lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung adalah
bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu Ditakko Ho Rohakki menggunakan
bahasa Inggris apakah anda mengerti? Pertanyaan ini dijawab oleh tiga jawaban
tertutup, yaitu: a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban
responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 5 orang (12,5%) menyatakan
mengerti, seterusnya sebesar 24 responden (60%) menyatakan kurang mengerti.
231
Disusul sebesar 10 orang (25%) menyatakan dengan terus-terang tidak tahu.
Sisanya 1 orang (2,5%) tidak menjawab pertanyaan ini.
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor dua belas, yaitu ahukah anda (sebagai
responden) lagu That’s Way yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To
Rock? Yang disertai jawaban tertutup tahu dan tidak tahu saja. Hasil jawaban
responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 30 (75%) responden menyatakan
tahu. Kemudian sebanyak 9 orang (22,5%) menyatakan tidak tahu, dan sisanya
sebanyak 1 orang (2,5%) tidak menjawab pertanyaan ini. Yang menarik dari sini
adalah mayoritas 75% responden tahu lagu ini dan dinyanyiakn oleh grup band
Eropa Michael Learn To Rock.
Seterusnya didisain pertanyaan ketiga belas yaitu, pernahkah anda melihat
video klip lagu That’s Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? Pertanyaan
ini diberi dua jawaban yaitu pernah dan tidak pernah. Hasil respons dari para
responden adalah
Sebanyak 14 orang (35%) menjawab pernah, disusul 24 responden (60%)
menyatakan tidak pernah. Sisinya yaitu 2 orang (5%) tidak menjawab pertanyaan
ini. Berarti media video klip untuk lagu ini tidak begitu menjadi sarana utama
dalam mengetahui lagu yang dimaksud, bias jadi media lain, seperti televisi, radio,
atau internet.
Kemudian pertanyaan nomor empat belas, yaitu sudah berapa lama anda
(responden) mengetahui lagu dengan judul That’s Why yang dinyanyikan oleh grup
band Michael Learn To Rock? Jawabannya disediakan tiga pilihan yaitu a. 1-2
tahun, b. lebih dari 2 tahun, c. kurang dari satu tahun, serta diperkenankan untuk
tidak menjawab. Hasil yang diperoleh dari pertanyaan ini adalah sebagai berikut.
232
Sebanyak 7 responden (17,5%) menjawab dua tahun. Kemudian sebanyak 10 orang
(25%) menjawab lebih dari dua tahun. Setelah itu 16 responden (40%) menjawab
kurang dari setahun. Di sisi lain sebanyak 7 orang (17,5%) tidak menjawab
pertanyaan ini.
Seterusnya untuk pertanyaan nomor lima belas, yaitu, tahukah anda kapan
terciptanya lagu That’s Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? Jawaban
yang diberikan adalah tahu dan tidak tahu saja. Maka hasil yang diperoleh dari
kuesioner di lapangan adalah sebagai berikut. Hasil respons adalah hanya sebesar
1 orang (2,5%) saja yang tahu, kemudian mayoritas 35 orang (87,5%) tidak tahu,
dan sisanya 4 responden (10%) tidak mejawab pertanyaan ini.
Pertnyaan nomor enam belas adalah mengertikah anda dengan lirik lagu
dengan judul That’s Why yang dinyanyikan oleh grup Michael Learn To Rock?
Jawaban yang disediakan adalah, a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu.
Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 6 responden (15%)
menjawab mengerti, disusul 22 orang (55%) tidak mengerti, dan 12 orang (30%)
menyatakan tidak tahu. Dalam konteks ini semua responden menjawab pertanyaan,
tak seorang pun yang tidak menjawab.
Pertanyaan nomor tujuh belas adalah, sukakah anda dengan lagu That’s
Why yang dinyanyikan oleh grup band Michael Learn To Rock? Pertanyaan ini
disediakan tiga jawaban, yaitu a. suka, b. kurang suka, c. tidak suka (dan boleh saja
tidak menjawab). Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut.
Sebanyak 36 orang (90%) menjawab suka, kemudian 2 orang (5%) kurang suka,
dan 2 orang juga (5%) tidak suka.
233
Selanjutnya pertanyaan nomor delapan belas adalah Jika anda sudah
mendengar lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung dan That’s
Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock, menurut anda adakah kesamaan
lagu tersebut? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. ada, b. tidak ada, c. tidak
tahu. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 38
responden (95%) menyatakan ada kesamaan; kemudian sebanyak 1 orang (2,5%)
menyatakan tidak ada kesamaan antara dua lagu tersebut; dan 1 orang (2,5%)
menjawab tidak tahu.
Untuk pertanyaan nomor sembilan belas, yaitu menurut anda dimanakah
letak kesamaan antara lagu Ditakko Ho Rohakki penyanyi JackMarpaung dengan
lagu That’s Why penyanyi Michael Learn To Rock? Ditentukan pilihan jawaban,
yaitu: a. melodi, b. melodi & lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama
yang sama, c. total musikalitas. Jawaban yang diperoleh dari para responden adalah
sebagai berikut. Sebanyak 16 responden (40 %) menyatakan kesamaan di bidang
melodi. Seterusnya sebanyak 21 orang (53,5%) menyatakan melodi dan lirik
menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama. Seterusnya sebanyak 2
orang (5%) menyatakan kesamaan total musikalitas, serta 1 orang (2,5%) tidak
menjawab pertanyaan ini.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh yaitu, menurut anda sebagai responden,
samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara
lagu Ditakko Ho Rohakki yang dinyanyikan Jack Marpaung dengan lagu That’s
Why yang dinyanyikan Michael Learn To Rock? Disediakan jawaban-jawaban, a.
sama, b. tidak sama, c. tidak tahu. Jawaban yang diperoleh dalam penelitian ini
234
adalah: sebanyak 38 responden (95%) menyatakan sama, kemudian 1 orang (2,5%)
menjawab tidak sama, dan 1 orang (2,5%) menjawab tidak tahu.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh satu yaitu ada kesamaan dalam melodi
lirik lagu Ditakko Ho Rohakki dengan lagu Thats Why, menurut anda siapakah yang
pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut? Disediakan
jawaban: a. Jack Marpaung, b. Michael Learn To Rock, dan c. tidak tahu. Hasil
jawaban atau respons dari para responden adalah sebagai berikut: 0tidak satu
respondenpun yang menjawab Jack marpaung. Ada sebanyak 31 responden
(77,5%) yang menyatakan lagu tersebut pertama kali diciptakan oleh Michael Learn
To Rock, selebihnya 9 orang (22,5%) menjawab tidak tahu. Dari jawaban-jawaban
ini menyiratkan bahwa sebahagain besar responden tahu siapa pencipta sebelanrnya
awal kali lagi ini.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh dua yaitu, teringat pemberitaan media
massa akan isu hak cipta, apakah dibolehkan secara bebas mengubah lagu asing
diubah ke dalam lagu bahasa Batak sesuaidengan undang-undang hakcipta yang
berlaku di Indonesia? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. tidak boleh, b.
kurang tahu, dan c. diperbolehkan. Hasil jawaban responden yang diperoleh dalam
proses penelitian ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 22 responden (55%)
menyatakan tidak boleh. Kemudian sebanyak 11 orang (27,5%) menjawab kurang
tahu, seterusnya 5 orang (15,5%) menyatakan diperbolehkan dan 2 orang (5%)
tidak menjawab pertanyaan ini.
Pertanyaan nomor dua puluh tiga ini adalah, seandainya anda mengetahui
tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupun gambaran tentang
isi dari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. Hasil yang diperoleh dalam
235
penelitian ini sebanyak 34 orang (85%) menuliskan isi tentang undang-undang
tersebut. Sebanyak 6 orang (15 %) tidak mengisi.
Selanjutnya pertanyaan nomor dua puluh empat yaitu bagaimana respons
anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di
indonesia? Disediakan jawaban: a. peduli, mencoba untuk mempelajari dan
mengetahui undang-undang hak cipta, b. idak peduli sama sekali, c. hanya ingin
sekedar tahu. Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 29 orang
(72,5%) menjawab peduli, kemudian 10 orang (25%) menjawab tidak perduli, dan
1 orang (2,5%) menjawab hanya ingin sekedar tahu saja.
Seterusnya pertanyaan terakhir yaitu nomor dua puluh lima, adalah menurut
pengalaman andaad akah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia
musik Indonesia? Jawaban yang disediakan adalah a.ada, b. tidak ada, c. tidak
tahu. Hasil respons yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebanyak 26
responden (65%) menyatakan ada, kemudian sebanyak 1 orang (2,5%) menyatakan
tidak ada; seterusnya 11 orang (27,5%) tidak tahu, dan 2 orang (5%) tidak
menjawab pertanyaan ini. Demikian rerspons 40 responden terhadap 25 pertanyaan
yang didisain untuk membuka tabir di balik fenomena lagu Ditakko Ho Rohakki
bahasa Batak Toba yang melodinya diadopsi dari lagu That’s Why dari budaya
musik populer Eropa. Selanjutnya adalah dilakukan analisis terhadap dua lagu
kedua yang juga memiliki hubungan struktural musikal yaitu lagu Lady Batak Toba
dengan She/s Gone Barat.
236
5.3 Respons terhadap Lagu Lady dan She’s Gone
Untuk lagu Ditakko Do Rohakki nyanyian Jack Marpaung dan hubungannya
dengan lagu That’s Way, disain pertanyaan yang penulis ajukan kepada para
responden adalah sebagai berikut.
1. Tahukah anda lagu yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan dengan judul Lady?
b. Tahu b. Tidak tahu 2. Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Lady yang dibawakan oleh Paniel
Panjaitan? b. 1-2 tahun b. 3 tahun c. Lebihdari 3 tahun
3. I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan? a. Tahu b. Tidak tahu II. Kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . .
4. I. Paniel Panjaitan adalah orang yang menyanyikan lagu dengan judul Lady, tahukah anda siapa yang menciptakan lagu tersebut? b. Tahu b. Tidak tahu II. Kalau anda tahu pencipta Lady, tuliskanlah nama penciptanya ……………………
5. Mengertikah anda dengan makna lagu dengan judul Lady yang dibawakan oleh paniel Panjaitan? a. mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu
6. Apa yang mendasari anda mengerti dengan lagu dan Lady yang dibawakan Paniel Panjaitan? a. bahasa liriknya b. melodi lagu c. irama lagu
7. Pernahkah anda melihat atau mendengarkan klip lagu dengan judul dan Lady yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan ? b. pernah b. Tidak pernah
8. Sukakah anda akan lagu dan Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan ? b. Sangat suka b. Tidak suka c. Suka
9. Apa alasan anda memahami dan menyukai lagu Lady yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan ? e. menggunakan bahasa, serta mencondongkan kehidupan Batak Toba. f. Lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda g. Penyanyinya berpenampilan menarik h. Alasan lain. Tuliskan................................................................................................
10. Apa alasan anda tidak suka dengan lagu lady yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan
e. Tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba f. Tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi g. Penyanyinya kurang menarik penampilannya h. Alasan lain. Tuliskan,
................................................................................................................ 11. Bahasa yang digunakan dalam lirik lagu adalah bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu
lady menggunakan bahasa inggris apakah anda mengerti ? b. Mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu
12. Tahukah anda lagu “She’s Gone” yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart ? b. Tahu b. Tidak tahu
13. Pernahkah anda melihat atau mendengarkan keseluruhan`klip lagu “She’s Gone” yang dinyanyikan Steelheart ?
237
b. Pernah b. Tidak pernah 14. Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul She’s Gone yang dinyanyikan oleh
grup band Steelheart ? b. 1- 3 tahun b. Lebih dari 3 Tahun c. Kurang dari 1 Tahun
15. I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu She’s Gone yang dinyanyikan Steelheart ? a. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . .
16. Mengertikah anda dengan lirik lagu dengan judul She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart ? b. Mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu
17. Sukakah anda dengan lagu She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart ? b. Suka b. Kurang suka c. Tidak suka
18. Jika anda sudah mendengar lagu Lady dan lagu She’s Gone , menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut ? b. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu
19. Menurut anda dimanakah letak kesamaan antara lagu She’s Gone dengan lagu Lady? d. Melodi lirik e. Lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama f. Total musikalitas
20. Menurut anda samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara lagu Lady dengan lagu She’s Gone ? b. Sama b. Tidak sama c. Tidak tahu
21. Ada kesamaan dalam melodi lirik lagu Lady dengan lagu She’s Gone, menurut anda siapakah yang pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut ? b. Paniel Panjaitan b. Steelheart c. Tidak tahu
22. Teringat pemberitaan media massa akan isu hak cipta, apakahdibolehkansecarabebasmengubahlaguasing di ubahkedalamlagubahasabataksesuaidenganundang-undanghakcipta yang berlaku di Indonesia? b. TidahBoleh b. Kurang tahu c. Diperbolehkan
23. Seandainya anda mengetahui tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupungambarantentangisidari pasal atau ayat-ayat dari Undang HakCipta................................................................................................................................................................................................................................................................................
24. Bagaimana respons anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di indonesia ? d. Peduli, mencoba untuk mempelajari dan mengetahui undang-undang hak cipta e. Tidak peduli sama sekali f. Hanya ingin sekedar tahu
25. Menurut pengalaman anda adakah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia musik Indonesia ? b. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu
Berikan alasan anda .................................................................................................................. ..................................................................................................................
Respons atau jawaban 50 responden yang kesemuanya mengembalikan
kuesioner adalah seperti yang terurai pda Tabel 5.3 berikut ini.
238
Tabel 5.3:
Sebaran Jawaban dari 50 Responden tentang Lagu Lady dan She’s Gone
RESPONS DARI PENDENGAR LAGU LADY OLEH PANIEL PANJAITAN DAN LAGU SHE’S GONE OLEH STEELHEART
11 b b b b b b b b b a b b b b b a b b b a b a b b
12 a b b a a a b b a a a b a b b b a b a a a a b b
13 a b b a a a b b b a a b b b b b a b a b a a b b
14 c c c c a c c c c c c c c c c c a c a c c a c c
15 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b
16 c c b b c c b b b a a b b b c a b b b a b a b b
17 a a a a a b b a b b a a a a b a a b a b a a a a
18 a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a
19 c a a b a c a a b b a a b a c b c b a b c b b c
20 a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a
21 b c c a b c b c c b b c b c c c b b a b c b b b
22 c b a b b b a b b b a a b b b a a a a b c a a a
23 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
24 a a a a c c a a c a a a a c a c c a c a a c a a
25 a c a a a c a a a a b a a a a a a a a a c c a a
240
Tabel 5.4: Persentase Jawaban Responden terhadapLagu Lady
dan She’s Gone
JUMLAH JAWABAN
PERSENTASE
A B C D KOSONG
A B C D KOSONG
QUIS
IONE
R
1 45 5
QUIS
IONE
R
1 90% 10%
2 10 11 29
2 20% 22% 58%
3 50
3 100%
4 50
4 100%
5 37 11 2
5 74% 22% 4%
6 39 10 1
6 78% 20% 2%
7 30 20
7 60% 40%
8 4 3 43
8 8% 6% 86%
9 31 8 11
9 62% 16% 22%
10 1 6 3 40
10 2% 12% 6% 80%
11 7 42 1
11 14% 84% 2%
12 34 16
12 68% 32%
13 21 29
13 42% 58%
14 6 3 41
14 12% 6% 82%
15 50
15 100%
16 22 21 7
16 44% 42% 14%
17 39 11
17 78% 22%
18 50
18 100%
19 23 20 7
19 46% 40% 14%
20 49 1
20 98% 2%
21 3 26 21
21 6% 52% 42%
22 23 25 2
22 46% 50% 4%
23 √ 43 no 7
23 Ceklis 86% No Ceklis 14%
24 33 1 16
24 66% 2% 32%
25 38 2 10
25 76% 4% 20%
241
Dari jawaban-jawaban para responden itu, maka dapat diketahui fakta
sesungguhnya sebagai berikut. Untuk pertanyaan satu yaitu: tahukah anda lagu
yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan dengan judul Lady? Sebanyak 45 orang
(90%) dari 50 orang responden menyatakan tahu, sisanya 5 orang (10%) tidak tahu.
Dengan demikian secara persentase lebih banyak yang mengetahui lagu ini
dibandingkan yang tidak tahu.
Kemudian untuk pertanyaan kedua, yaitu: Sudah berapa lama anda
mengetahui lagu dengan judul Lady yang dibawakan oleh Paniel Panjaitan?
Kemudian diberi pilihan jawaban: a. 2 - 3 tahun; b. 3 - 4 tahun, dan c. 1- 2 tahun.
Hasil respons mereka adalah, yaitu 10 responden (20%) memilih telah
mengenalnya satu sampai dua tahun saja. Responden lain yaitu memilih mengenal
lagu ini antara dua sampai tiga tahun yaitu sebanyak 11 orang (22%) saja dari 50
responden. Yang terakhir adalah responden yang memilih mengenal lagu ini relatif
lebih lama yaitu antara tiga sampai empat tahun, yang dipilih oleh sebanyak 29
orang (58%) dari keseluruhan responden.
Kemudian untuk pertanyaan ketiga yaitu: Tahukah anda kapan terciptanya
lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan? Dengan dua jawaban pilihan
tertutup yaitu a. tahu dan b. tidak tahu. Maka hasilnya adalah keseluruhannya yaitu
50 responden (100%) mengetahui bila terciptanya lagu ini. Dengan demikian para
pendengar setia ini paham betul bila awal kali Paniel Panjaitan mendendangkan dan
memasarkan kasetnya yang berisi lagu tersebut.
Selanjutnya untuk pertanyaan keempat yaitu: Paniel Panjaitan adalah orang
yang menyanyikan lagu dengan judul Lady, tahukah anda siapa yang menciptakan
lagu tersebut? Dengan jawaban tertutup a. tahu dan b. tidak tahu. Hasil jawaban
242
responden adalah 50 responden (100%) mengetahui penciptanya. Dengan demikian
tingkat apresiasi responden ini cukup baik terhadap siapa penciopta lagunya.
Untuk pertanyaan berikutnya yaitu pertanyaan kelima, mengertikah anda
dengan makna lagu dengan judul Lady yang dibawakan oleh Paniel Panjaitan?
Dengan disediakan tiga jawaban, yaitu mengerti, kurang mengerti, dan tidak tahu.
Respons para responden adalah sebanyak 27 orang (74%) mengerti; diikuti oleh 11
orang (22%) kurang mengerti, dan sisanya 2 orang (4 %) tidak tahu, dan 1 orang
(2,5%) tidak menjawab.
Selanjutnya untuk pertanyaan keenam, yaitu apa yang mendasari anda
mengerti dengan lagu Lady yang dibawakan Paniel Panjaitan? Disediakan jawaban:
a. bahasa liriknya, b. melodi lagu, c. irama lagu. Jawaban para responden adalah
mayoritas 39 responden (78%) yang mendasari adalah bahasa liriknya. Seterusnya
masing-masing 10 responden (20%) menjawab melodi lagu dan irama lagu. Yang
tidak menjawab adalah satu orang (2%) dari keseluruhan responden. Dengan
demikian, pemahaman atau apresiasi orang terhadap lagu ini adalah karena faktor
teks atau lirik.
Untuk pertanyaan ketujuh, yaitu mengenai pernahkah anda melihat video
klip lagu dengan judul Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan? Kemudian untuk
pertanyaan ini disediakan dua jawaban, yaitu pernah dan tidak pernah. Maka 50
responden tersebut melakukan respons jawabannya: 30 orang (60%) menyatakan
pernah dan 20 orang (40%) menyatakan tidak pernah. Dengan demikian separuh
lebih dari responden ini tidak pernah menonton video klip lagu tersebut.
Seterusnya untuk pertanyaan nomor urut delapan, yaitu sukakah anda akan
tampilan video klip lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan? Untuk
243
pertanyaan ini disediakan tiga jawaban, yaitu sangat suka, tidak suka, dan suka.
Maka hasilnya empat puluh responden tersebut menentukan jawabannya, yaitu
sebagai berikut. Sebanyak 4 orang (8%) menyatakan sangat suka, disusul 3
responden (6%) menyatakan tidak suka, sebanyak 43 orang (86%) menyatakan
suka.
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor sembilan, yaitu, apa alasan anda
memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Lady yang dinyanyikan oleh
Paniel Panjaitan? Untuk menjawab pertanyaan ini disediakan tiga jawaban tertutup
dan ditambah satu jawaban tertulis terbuka. Bentuk jawaban tersebut adalah sebagai
berikut: a. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik Toba, serta mencondongkan
kehidupan Batak Toba. b. lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda, c.
penyanyinya berpenampilan menarik. Pertanyaan yang terbuka adalah alasan lain,
di luar ketiga jawaban tersebut mohon dituliskan. Dalam menjawab pertanyaan
tertutup tersebut, para responden melakukan respons sebagai berikut. Sebanyak 31
orang (62%) menyatakan menggunakan bahasa, pakaian alat musik Toba serta
mencondongkan kehidupan Batak Toba. Berikutnya sebanyak 8 responden (16%)
menjawab liik lagunya menceritakan kisah kehidupan responden. Setelah itu,
sebanyak 11 orang (22%) memilihnya karena alas an penyanyinya dalam hal ini
Jack Marpaung berpenampilan menarik. Setelah itu sebanyak 15 orang (37,5%)
memilih jawaban terbuka; sedangkan sisanya sebanyak 7 orang (17,5%) tidak
melakukan respons terhadap pertanyaan ini.
Setelah itu adalah pertanyaan nomor sepuluh, yaitu apa alasan anda (sebagai
responden) tidak suka dengan lagu Lady yang dinyanyikan oleh Paniel Panjaitan.
Pertanyaan ini diberikan pilihan tertutup yaitu: a. tidak mengerti liriknya yang
244
menggunakan bahasa Batak Toba, b. tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi,
c. penyanyinya kurang menarik penampilannya. Diosertai jawaban terbuka, yaitu
alasan lain. Hasil isian kuesioner menunjukkan bahwa sebanyak 1 orang (2%)
tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba. Kemudian
sebanyak 6 orang (12%) menjawab tampilannya sangat sederhana dan nuansanya
tradisi. Kemudian sebanyak 40 responden (80 %) menjawab penyanyinya kurang
menarik penampilannya.
Untuk pertanyaan kuantitatif berikutnya nomor sebelas, yaitu bahasa yang
digunakan dalam lirik lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan adalah bahasa
Batak Toba, seandainya lirik lagu Lady menggunakan bahasa Inggris apakah anda
mengerti? Pertanyaan ini dijawab oleh tiga jawaban tertutup, yaitu: a. mengerti, b.
kurang mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban responden adalah sebagai berikut.
Sebanyak 7 orang (14%) menyatakan mengerti, seterusnya sebesar 42 responden
(84%) menyatakan kurang mengerti. Disusul sebesar 1 orang (2%) menyatakan
dengan terus-terang tidak tahu.
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor dua belas, yaitu ahukah anda (sebagai
responden) lagu She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart? Yang
disertai jawaban tertutup tahu dan tidak tahu saja. Hasil jawaban responden adalah
sebagai berikut. Sebanyak 34 (68%) responden menyatakan tahu. Kemudian
sebanyak 16 orang (32%) menyatakan tidak tahu. Yang menarik dari sini adalah
mayoritas 75% responden tahu lagu ini dan dinyanyiakn oleh grup band Eropa
Steelheart.
Seterusnya didisain pertanyaan ketiga belas yaitu, pernahkah anda melihat
video klip lagu She’s Gone yang dinyanyikan Steelheart? Pertanyaan ini diberi dua
245
jawaban yaitu pernah dan tidak pernah. Hasil respons dari para responden adalah
sebanyak 21 orang (42%) menjawab pernah, disusul 29 responden (58%)
menyatakan tidak pernah. Berarti media video klip untuk lagu ini tidak begitu
menjadi sarana utama dalam mengetahui lagu yang dimaksud, bias jadi media lain,
seperti televise, radio, atau internet.
Kemudian pertanyaan nomor empat belas, yaitu sudah berapa lama anda
(responden) mengetahui lagu dengan judul She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup
band Steelheart? Jawabannya disediakan tiga pilihan yaitu a. 1-2 tahun, b. lebih dari
2 tahun, c. kurang dari satu tahun, serta diperkenankan untuk tidak menjawab. Hasil
yang diperoleh dari pertanyaan ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 6 responden
(12%) menjawab dua tahun. Kemudian sebanyak 3 orang (6%) menjawab lebih dari
dua tahun. Setelah itu 41 responden (82%) menjawab kurang dari setahun.
Seterusnya untuk pertanyaan nomor lima belas, yaitu, tahukah anda kapan
terciptanya lagu She’s Gone yang dinyanyikan Steelheart? Jawaban yang diberikan
adalah tahu dan tidak tahu saja. Maka hasil yang diperoleh dari kuesioner di
lapangan adalah sebagai berikut. Hasil respons adalah keseluruhan responden
yaitu 50 orang (100%) tidak tahu.
Setersunya pertnyaan nomor enam belas adalah mengertikah anda dengan
lirik lagu dengan judul She’s Gone yang dinyanyikan oleh grup Steelheart?
Jawaban yang disediakan adalah, a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu.
Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 22 responden (44%)
menjawab mengerti, disusul 21 orang (42%) tidak mengerti, dan 7 orang (14%)
menyatakan tidak tahu. Dalam konteks ini semua responden menjawab pertanyaan,
tak seorang pun yang tidak menjawab.
246
Pertanyaan nomor tujuh belas adalah, sukakah anda dengan lagu She’s
Gone yang dinyanyikan oleh grup band Steelheart? Pertanyaan ini disediakan tiga
jawaban, yaitu a. suka, b. kurang suka, c. tidak suka (dan boleh saja tidak
menjawab). Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut. Sebanyak
39 orang (78%) menjawab suka, kemudian 11 orang (22%) kurang suka.
Selanjutnya pertanyaan nomor delapan belas adalah Jika anda sudah
mendengar lagu Lady yang dinyanyikan Paniel Panjaitan dan She’s Gone yang
dinyanyikan Steelheart, menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut? Untuk
pertanyaan ini disediakan jawaban a. ada, b. tidak ada, c. tidak tahu. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden 50 orang
(100%) menyatakan ada kesamaan
Untuk pertanyaan nomor sembilan belas, yaitu menurut anda dimanakah
letak kesamaan antara lagu Lady penyanyi Paniel Panjaitan dengan lagu She’s Gone
penyanyi Steelheart? Ditentukan pilihan jawaban, yaitu: a. melodi, b. melodi & lirik
menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama, c. total musikalitas.
Jawaban yang diperoleh dari para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 23
responden (46 %) menyatakan kesamaan di bidang melodi. Seterusnya sebanyak 20
orang (40%) menyatakan melodi dan lirik menggambarkan bahasa yang sama serta
irama yang sama. Seterusnya sebanyak 7 orang (14%) menyatakan kesamaan total
musikalitas.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh yaitu, menurut anda sebagai responden,
samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara
lagu Lady yang dinyanyikan Paniel panjaitan dengan lagu She’s Gone yang
dinyanyikan Steelheart? Disediakan jawaban-jawaban, a. sama, b. tidak sama, c.
247
tidak tahu. Jawaban yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: sebanyak 49
responden (98%) menyatakan sama, kemudian 1 orang (2%) menjawab tidak sama.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh satu yaitu ada kesamaan dalam melodi
lirik lagu Lady dengan lagu She’s Gone, menurut anda siapakah yang pertama
sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut? Disediakan jawaban: a.
Paniel Panjaitan, b. Steelheart, dan c. tidak tahu. Hasil jawaban atau respons dari
para responden adalah sebagai berikut: 3 orang (6%) menjawab Paniel Panjaitan.
Ada sebanyak 26 responden (52%) yang menyatakan lagu tersebut pertama kali
diciptakan oleh Steelheart, selebihnya 21 orang (42%) menjawab tidak tahu. Dari
jawaban-jawaban ini menyiratkan bahwa sebahagain besar responden tidak tahu
siapa pencipta sebenarnya awal kali lagi ini.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh dua yaitu, teringat pemberitaan media
massa akan isu hak cipta, apakah dibolehkan secara bebas mengubah lagu asing
diubah ke dalam lagu bahasa Batak sesuaidengan undang-undang hak cipta yang
berlaku di Indonesia? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. tidak boleh, b.
kurang tahu, dan c. diperbolehkan. Hasil jawaban responden yang diperoleh dalam
proses penelitian ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 23 responden (46%)
menyatakan tidak boleh. Kemudian sebanyak 25 orang (50%) menjawab kurang
tahu, seterusnya 2 orang (4%) menyatakan diperbolehkan.
Pertanyaan nomor dua puluh tiga ini adalah, seandainya anda mengetahui
tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupun gambaran tentang
isi dari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini sebanyak 33 orang (66%) menuliskan isi tentang undang-undang
tersebut. Sebanyak 7 orang (14 %) tidak mengisi.
248
Selanjutnya pertanyaan nomor dua puluh empat yaitu bagaimana respons
anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di
indonesia? Disediakan jawaban: a. peduli, mencoba untuk mempelajari dan
mengetahui undang-undang hak cipta, b. idak peduli sama sekali, c. hanya ingin
sekedar tahu. Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 33 orang
(66%) menjawab peduli, kemudian 1 orang (2%) menjawab tidak perduli, dan 16
orang (32%) menjawab hanya ingin sekedar tahu saja.
Seterusnya pertanyaan terakhir yaitu nomor dua puluh lima, adalah menurut
pengalaman andaad akah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia
musik Indonesia? Jawaban yang disediakan adalah a.ada, b. tidak ada, c. tidak
tahu. Hasil respons yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebanyak 38
responden (76%) menyatakan ada, kemudian sebanyak 2 orang (4%) menyatakan
tidak ada; seterusnya 10 orang (27,5%) tidak tahu.
Demikian rerspons 50 responden terhadap 25 pertanyaan yang didisain
untuk membuka tabir di balik fenomena lagu Lady bahasa Batak Toba yang
melodinya diadopsi dari lagu She’s Gone dari budaya musik populer Eropa.
Selanjutnya adalah dilakukan analisis terhadap dua lagu kedua yang juga memiliki
hubungan struktural musikal yaitu lagu Maria Batak Toba dengan Marian dalam
musik populer Barat.
5.4 Respons terhadap Lagu Maria dan Marian
Untuk lagu Maria nyanyian Marsada Band dan hubungannya dengan lagu
Marian, disain pertanyaan yang penulis ajukan kepada para responden adalah
sebagai berikut.
249
1. Tahukah anda lagu yang dinyanyikan oleh Marsada Band dengan judul Maria ? c. Tahu b. Tidak tahu
2. Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Maria yang dibawakan oleh Marsada Band ? c. 1- 2 tahun b. 3 tahun c. Lebih dari 3 Tahun
3. I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu Maria yang dinyanyikan Marsada band ? a. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun ...
4. I. Marsada band adalah grup band yang menyanyikan lagu dengan judul Maria, tahukah anda siapa yang menciptakan lagu tersebut ? c. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu pencipta lagu maria, tuliskanlah nama penciptaya, ...................................
5. Mengertikah anda dengan makna lagu dengan judul Maria yang dibawakan oleh Marsada band? a. mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu
6. Apa yang mendasari anda mengerti dengan lagu Maria yang dibawakan Marsada band ? a. bahasa liriknya b. Melodi lagu c. Irama lagu
7. Pernahkah anda melihat video klip lagu dengan judul maria yang dinyanyikan oleh Marsada band ? c. pernah b. Tidak pernah
8. Sukakah anda akan tampilan video klip lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band ? c. sangat suka b. Tidak suka c. Suka
9. Apa alasan anda memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Maria yang dinyanyikan oleh Marasada Band ? i. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik toba, serta mencondongkan kehidupan
Batak Toba. j. Lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda k. Penyanyinya berpenampilan menarik l. Alasan lain. Tuliskan....................................................................................................
.................................................................................................................. 10. Apa alasan anda tidak suka dengan lagu Maria yang dinyanyikan oleh Marsada Band.
i. Tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba j. Tampilannya sangat sederhana nuansa tradisi k. Penyanyinya kurang menarik penampilannya l. Alasan lain. Tuliskan,
................................................................................................................ 11. Bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band adalah
bahasa Batak Toba, seandainya lirik lagu Maria menggunakan bahasa inggris apakah anda mengerti ? c. Mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu
12. Tahukah anda lagu “Mariam” yang dinyanyikan oleh grup band The Cat ? c. Tahu b. Tidak tahu
13. Pernahkah anda melihat video klip lagu “Mariam” yang dinyanyikan The Cat ? c. Pernah b. Tidak pernah
14. Sudah berapa lama anda mengetahui lagu dengan judul Mariam yang dinyanyikan oleh grup band The Cat ? c. 1- 3 tahun b. Lebih dari 3 tahun c. Kurang dari 1 tahun
15. I. Tahukah anda kapan terciptanya lagu Marian yang dinyanyikan The Cat ? a. Tahu b. Tidak tahu II. kalau anda tahu tuliskan tahun terciptanya lagu tersebut. Tahun. . . . (Apabila anda tidak tahu, anda akan diperdengarkan atau dipertontonkan lagu mariam yang dinyanyikan ole The Cat!)
16. Mengertikah anda dengan lirik lagu dengan judul Mariam yang dinyanyikan oleh grup
250
The Cat ? c. Mengerti b. Kurang mengerti c. Tidak tahu
17. Sukakah anda dengan lagu Mariam yang dinyanyikan oleh grup band The Cats ? c. Suka b. Kurang suka c. Tidak suka
18. Jika anda sudah mendengar lagu Maria yang dinyanyikan Marsada band dan lagu Mariam yang dinyanyikan The Cat, menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut ? c. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu
19. Menurut anda dimanakah letak kesamaan antara lagu Maria penyanyi Marsada Band dengan lagu Marian penyanyi The Cats? g. Melodi lirik h. Melodi & lirik menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama i. Total musikalitas
20. Menurut anda samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band dengan lagu Marian yang dinyanyikan The Cats? c. Sama b. Tidak sama c. Tidak tahu
21. Ada kesamaan dalam melodi lirik lagu Maria dengan lagu Marian, menurut anda siapakah yang pertama sekali menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut ? c. Marsada Band b. The Cats c. Tidak tahu
22. Teringat pemberitaan media massa akan isu hak cipta, apakahdibolehkansecarabebasmengubahlaguasing di ubahkedalamlagubahasabataksesuaidenganundang-undanghakcipta yang berlaku di Indonesia? TidahBoleh b. Kurang tahu c. Diperbolehkan
23. Seandainya anda mengetahui tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupungambarantentangisidari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. . . ................................................................................................................................................
24. Bagaimana respons anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di indonesia ? g. Peduli, mencoba untuk mempelajari dan mengetahui undang-undang hak cipta h. Tidak peduli sama sekali i. Hanya ingin sekedar tahu
25. Menurut pengalaman andaadakah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia musik Indonesia ? c. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu
Berikan alasan anda .................................................................................................................. ..................................................................................................................
Respons atau jawaban 50 responden yang kesemuanya mengembalikan
kuesioner adalah seperti yang terurai pda Tabel 5.3 berikut ini.
251
Tabel 5.5:
Sebaran Jawaban dari 50 Responden tentang Lagu Maria dan Marian
RESPONS DARI PENDENGAR LAGU MARIA OLEH MARSADA BAND DAN LAGU MARIAN OLEH THE CATS
11 b b b b b b b c c a b c b c b b b a c b b b c b
12 a a a a b a b b b b b b b b b b b b b b a b a b
13 b a a a b a b b b b b b b b b b b b b b a b a b
14 c c c c c c c c c c c c c c c c c c
15 b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b
16 b b b b b a b b a b b c a c b b c b b b b c b
17 a a a a a a b b b b a a a c b b b a a a b a a a
18 a a c a a a a a a b a a a c a a a a a a a a a a
19 c c a a a a a c b b a a a b a a b a a a b a b a
20 a a c c a a c a a b a a b b c c b a a a a c c
21 c c b b a b a c c b b c b c c b b b b b b a b b
22 b b b b b c b b c b c b b c a b c c c b a c a
23
24 a a c c c a a a a b c c b a a a c a c c a a a
25 a a b a c c a a c c c c a c a a a b a c a b a a
253
Tabel 5.6:
Persentase Jawaban Responden terhadapLagu Maria dan Marian
JUMLAH JAWABAN
PERSENTASE
A B C D KOSONG
A B C D KOSONG
KUES
IONE
R
1 49 1 - - -
KUES
IONE
R
1 98% 2%
2 11 9 28 - 2
2 22% 18% 56% 4%
3 5 43 - - 2
3 10% 86% 4%
4 5 42 - - 3
4 10% 84% 6%
5 33 15 2 - -
5 66% 30% 4%
6 41 4 1 - 4
6 82% 8% 2% 8%
7 37 13 - - -
7 74% 26%
8 15 8 25 - 2
8 30% 16% 50% 4%
9 34 5 - 7 4
9 68% 10% 14% 8%
10 - 4 4 5 37
10 8% 8% 10% 74%
11 4 35 11 - -
11 8% 70% 22%
12 10 40 - - -
12 20% 80%
13 9 41 - - -
13 18% 82%
14 - - 27 - 23
14 54% 46%
15 - 49 - - 1
15 98% 2%
16 4 30 15 - 1
16 8% 60% 30% 2%
17 25 16 9 - -
17 50% 32% 18%
18 43 1 6 - -
18 86% 2% 12%
19 27 12 6 - 5
19 54% 24% 12% 10%
20 24 7 17 - 2
20 48% 14% 34% 2%
21 5 23 22 - -
21 10% 46% 44%
22 11 20 18 - 1
22 22% 40% 36% 2%
23 - - - - 49
23 98%
24 29 2 17 - 2
24 58% 4% 34% 4%
25 32 5 13 - -
25 64% 10% 26%
254
Dari jawaban-jawaban para responden itu, maka dapat diketahui fakta
sesungguhnya sebagai berikut. Untuk pertanyaan satu yaitu: tahukah anda lagu
yang dinyanyikan oleh Marsada band dengan judul Maria? Sebanyak 49 orang dari
50 orang responden menyatakan tahu, sisanya 1 orang tidak tahu. Dengan demikian
secara persentase lebih banyak yang mengetahui lagu ini yaitu sebesar 98 %
dibandingkan yang tidak tahu cuma 2 persen saja.
Kemudian untuk pertanyaan kedua, yaitu: Sudah berapa lama anda
mengetahui lagu dengan judul Maria yang dibawakan oleh Marsada Band?
Kemudian diberi pilihan jawaban: a. 2 - 3 tahun; b. 3 - 4 tahun, dan c. 1- 2 tahun.
Hasil respons para responden ini adalah, sebanyak 28 responden (56 %) memilih
telah mengenalnya satu sampai dua tahun saja, berarti mereka mengenal lagu ini
dalam masa yang relatif paling singkat. Responden lain yaitu memilih mengenal
lagu ini antara dua sampai tiga tahun yaitu sebanyak 11 orang (22%) saja dari 50
responden. Yang terakhir adalah responden yang memilih mengenal lagu ini relatif
lebih lama yaitu antara tiga sampai empat tahun, yang dipilih oleh sebanyak 9 orang
saja (18%) dari keseluruhan responden. Seterusnya 2 orang (4%) tak merespons
pertanyaan kedua ini.
Kemudian untuk pertanyaan ketiga yaitu: Tahukah anda kapan terciptanya
lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band? Dengan dua jawaban pilihan tertutup yaitu
a. tahu dan b. tidak tahu. Maka hasilnya adalah 43 responden (86%) tidak mengetahui bila
terciptanya lagu ini. Sebanyak 5 responden (10%) tahu kapan lagu ini diciptakan.
Sementara di sisi lain, 2 orang (4%) tidak merespon pertanyaan ini.
255
Selanjutnya untuk pertanyaan keempat yaitu Marsada Band adalah salah satu
penyanyi grup band yang menyanyikan lagu dengan judul Maria, tahukah anda siapa yang
menciptakan lagu tersebut? Dengan jawaban tertutup a. tahu dan b. tidak tahu. Hasil
jawaban responden adalah 42 responden (84%) tidak mengetahui penciptanya. Sementara 5
orang (10%) tahu dan 3 orang (6%) tidak mengisi atau tidak memberikan responsnya.
Dengan demikian tingkat apresiasi responden ini mayoritas tidak tahu terhadap
siapa pencipta lagunya.
Untuk pertanyaan berikutnya yaitu pertanyaan kelima, mengertikah anda
dengan makna lagu dengan judul Maria yang dibawakan oleh Marsada Band?
Dengan disediakan tiga jawaban, yaitu mengerti, kurang mengerti, dan tidak tahu.
Respons para responden adalah sebanyak 33 orang (66%) mengerti; diikuti oleh 15
orang (30%) kurang mengerti, dan sisanya 2 orang (4%) tidak tahu.
Selanjutnya untuk pertanyaan keenam, yaitu apa yang mendasari anda
mengerti dengan lagu Maria yang dibawakan oleh Marsada Band? Disediakan
jawaban: a. bahasa liriknya, b. melodi lagu, c. irama lagu. Jawaban para responden
adalah mayoritas 41 responden (82%) yang mendasari adalah bahasa liriknya.
Seterusnya 4 responden (8%) menjawab melodi lagu dan irama lagu, satu orang
(2%) menjawab irama lagu. Yang tidak menjawab adalah 4 orang (8%) dari
keseluruhan responden. Dengan demikian, pemahaman atau apresiasi orang
terhadap lagu ini adalah karena factor teks atau lirik.
Berikutnya untuk pertanyaan ketujuh, yaitu mengenai pernahkah anda
melihat video klip lagu dengan judul Maria yang dinyanyikan oleh Marsada Band?
Kemudian untuk pertanyaan ini disediakan dua jawaban, yaitu pernah dan tidak
pernah. Maka 40 responden tersebut melakukan respons jawabannya: 37 orang
256
(74%) menyatakan pernah dan 13 orang (26%) menyatakan tidak pernah. Dengan
demikian separuh lebih dari responden ini pernah menonton video klip lagu
tersebut.
Kemudian untuk pertanyaan nomor urut delapan, yaitu sukakah anda akan
tampilan video klip lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band? Untuk
pertanyaan ini disediakan tiga jawaban, yaitu sangat suka, tidak suka, dan suka.
Maka hasilnya empat puluh responden tersebut menentukan jawabannya, yaitu
sebagai berikut. Sebanyak 15 orang (30%) menyatakan sangat suka, disusul 8
responden (16%) menyatakan tidak suka, sebanyak 25 orang (50%) menyatakan
suka dan selebihnya 2 orang (4%) tidak memberikan responsnya.
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor sembilan, yaitu, apa alasan anda
memahami dan menyukai tampilan video klip lagu Maria yang dinyanyikan oleh
Jack Marpaung? Untuk pertanyaan ini disediakan tiga jawaban tertutup dan
ditambah satu jawaban tertulis terbuka. Bentuk jawaban tersebut adalah sebagai
berikut: a. menggunakan bahasa, pakaian, alat musik Toba, serta mencondongkan
kehidupan Batak Toba. b. lirik lagunya menceritakan kisah kehidupan anda, c.
penyanyinya berpenampilan menarik. Pertanyaan yang terbuka adalah alasan lain,
di luar ketiga jawaban tersebut mohon dituliskan. Dalam menjawab pertanyaan
tertutup tersebut, para responden melakukan respons sebagai berikut. Sebanyak 34
orang (68%) menyatakan menggunakan bahasa, pakaian alat musik Toba serta
mencondongkan kehidupan Batak Toba. Berikutnya sebanyak 5 responden (10%)
menjawab liik lagunya menceritakan kisah kehidupan responden. Setelah itu
sebanyak 7 orang (14%) memilih jawaban terbuka; sedangkan sisanya sebanyak
4 orang (8%) tidak melakukan respons terhadap pertanyaan ini.
257
Selanjutnya adalah pertanyaan nomor sepuluh, yaitu apa alasan anda
(sebagai responden) tidak suka dengan lagu Maria yang dinyanyikan oleh Marsada
Band. Pertanyaan ini diberikan pilihan tertutup yaitu: a. tidak mengerti liriknya
yang menggunakan bahasa Batak Toba, b. tampilannya sangat sederhana nuansa
tradisi, c. penyanyinya kurang menarik penampilannya. Disertai jawaban terbuka,
yaitu alasan lain. Hasil isian kuesioner menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang
(7,5%) tidak mengerti liriknya yang menggunakan bahasa Batak Toba. Kemudian
sebanyak 4 orang (8%) menjawab tampilannya sangat sederhana dan nuansanya
tradisi. Kemudian sebanyak 4 responden (8 %) menjawab penyanyinya kurang
menarik penampilannya. Selain itu ada yang mengisi jawaban terbuka yaitu
sebanyak 5 orang (10%) dengan persepsinya masing-masing. Ada pula sebesar 37
responden (74%) memilih tidak menjawab pertanyaan ini, sebab ia memang
menyukai lagu tersebut, ketika ditanya sebaliknya pastilah ia tidak meresponsnya.
Untuk pertanyaan kuantitatif nomor sebelas, yaitu bahasa yang digunakan
dalam lirik lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band adalah bahasa Batak Toba,
seandainya lirik lagu Maria menggunakan bahasa Inggris apakah anda mengerti?
Pertanyaan ini dijawab oleh tiga jawaban tertutup, yaitu: a. mengerti, b. kurang
mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban responden adalah sebagai berikut. Sebanyak
4 orang (8%) menyatakan mengerti, seterusnya sebesar 25 responden (50%)
menyatakan kurang mengerti. Disusul sebesar 11 orang (22%) menyatakan dengan
terus-terang tidak tahu.
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor dua belas, yaitu ahukah anda (sebagai
responden) lagu Marian yang dinyanyikan oleh grup band The Cats? Yang disertai
jawaban tertutup tahu dan tidak tahu saja. Hasil jawaban responden adalah sebagai
258
berikut. Sebanyak 9 (18%) responden menyatakan tahu. Kemudian sebanyak 41
orang (82%) menyatakan tidak tahu. Yang menarik dari sini adalah mayoritas 82%
responden tidak tahu lagu ini dan dinyanyiakn oleh grup band Eropa The Cats, jadi
dalam persepsinya kemungkinan besar lagu ini memang lagu Batak yang
penciptanya orang Batak pula.
Seterusnya didisain pertanyaan ketiga belas yaitu, pernahkah anda melihat
video klip lagu Marian yang dinyanyikan grup musik The Cats? Pertanyaan ini
diberi dua jawaban yaitu pernah dan tidak pernah. Hasil respons dari para
responden adalah sebanyak 8 orang (16%) menjawab pernah, disusul 41
responden (82%) menyatakan tidak pernah. Berarti media video klip untuk lagu ini
tidak begitu menjadi sarana utama dalam mengetahui lagu yang dimaksud.
Kemudian pertanyaan nomor empat belas, yaitu sudah berapa lama anda
(responden) mengetahui lagu dengan judul Maria yang dinyanyikan oleh grupThe
Cats? Jawabannya disediakan tiga pilihan yaitu a. 1-2 tahun, b. lebih dari 2 tahun, c.
kurang dari satu tahun, serta diperkenankan untuk tidak menjawab. Hasil yang
diperoleh dari pertanyaan ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 27 responden (54%)
menjawab kurang dari satu tahun. Kemudian sebanyak 23 orang (64%) tidak
menjawab pertanyaan ini.
Seterusnya untuk pertanyaan nomor lima belas, yaitu, tahukah anda kapan
terciptanya lagu Marian yang dinyanyikan The Cats? Jawaban yang diberikan
adalah tahu dan tidak tahu saja. Maka hasil yang diperoleh dari kuesioner di
lapangan adalah sebagai berikut. Hasil respons adalah hanya sebesar 48 orang
(96%) tidak tahu, dan sisanya 1 responden (2%) tidak mejawab pertanyaan ini.
259
Pertanyaan nomor enam belas adalah mengertikah anda dengan lirik lagu
dengan judul Marian yang dinyanyikan oleh grup The Cats? Jawaban yang
disediakan adalah, a. mengerti, b. kurang mengerti, dan c. tidak tahu. Jawaban para
responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 4 responden (8%) menjawab
mengerti, disusul 30 orang (60%) tidak mengerti, dan 15 orang (30%)
menyatakan tidak tahu. Sisanya 1 orang (2%) tidak menjawab pertanyaan ini.
Pertanyaan nomor tujuh belas adalah, sukakah anda dengan lagu Marian
yang dinyanyikan oleh grup band The Cats? Pertanyaan ini disediakan tiga
jawaban, yaitu a. suka, b. kurang suka, c. tidak suka (dan boleh saja tidak
menjawab). Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut. Sebanyak
25 orang (50%) menjawab suka, kemudian 16 orang (32%) kurang suka, dan 8
orang juga (16%) tidak suka.
Selanjutnya pertanyaan nomor delapan belas adalah Jika anda sudah
mendengar lagu Maria yang dinyanyikan Marsada Band dan Marian yang
dinyanyikan The Cats, menurut anda adakah kesamaan lagu tersebut? Untuk
pertanyaan ini disediakan jawaban a. ada, b. tidak ada, c. tidak tahu. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 43 responden (86%)
menyatakan ada kesamaan; kemudian sebanyak 1 orang (2%) menyatakan tidak
ada kesamaan antara dua lagu tersebut; dan 8 orang (16%) menjawab tidak tahu.
Untuk pertanyaan nomor sembilan belas, yaitu menurut anda dimanakah
letak kesamaan antara lagu Maria penyanyi Marsada Band dengan lagu Marian
penyanyi The Cats? Ditentukan pilihan jawaban, yaitu: a. melodi, b. melodi & lirik
menggambarkan bahasa yang sama serta irama yang sama, c. total musikalitas.
Jawaban yang diperoleh dari para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 27
260
responden (54 %) menyatakan kesamaan di bidang melodi. Seterusnya sebanyak 12
orang (24%) menyatakan melodi dan lirik menggambarkan bahasa yang sama serta
irama yang sama. Seterusnya sebanyak 8 orang (16%) menyatakan kesamaan total
musikalitas, serta 5 orang (10%) tidak menjawab pertanyaan ini.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh yaitu, menurut anda sebagai responden,
samakah makna lirik yang terkandung dalam lagu walaupun bahasa berbeda antara
lagu Maria yang dinyanyikan Jack Marpaung dengan lagu Marian yang
dinyanyikan The Cats? Disediakan jawaban-jawaban, a. sama, b. tidak sama, c.
tidak tahu. Jawaban yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: sebanyak 24
responden (48%) menyatakan sama, kemudian 7 orang (14%) menjawab tidak
sama, dan 17 orang (34%) menjawab tidak tahu. Sisanya 2 orang (4%) tidak
menjawab pertanyaan ini.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh satu yaitu ada kesamaan dalam melodi
lirik lagu Maria dengan lagu Marian, menurut anda siapakah yang pertama sekali
menyanyikan atau menciptakan melodi tersebut? Disediakan jawaban: a. Marsada
Band, b. The Cats, dan c. tidak tahu. Hasil jawaban atau respons dari para
responden adalah sebagai berikut: 5 orang (10%) menyatakan Marsada Band. Ada
sebanyak 23 responden (46%) yang menyatakan lagu tersebut pertama kali
dinyanyikan oleh The Cats, selebihnya 22 orang (44%) menjawab tidak tahu. Dari
jawaban-jawaban ini menyiratkan bahwa sebahagain besar responden tahu siapa
pencipta sebenarnya awal kali lagi ini.
Untuk pertanyaan nomor dua puluh dua yaitu, teringat pemberitaan media
massa akan isu hak cipta, apakah dibolehkan secara bebas mengubah lagu asing
diubah ke dalam lagu bahasa Batak sesuaidengan undang-undang hakcipta yang
261
berlaku di Indonesia? Untuk pertanyaan ini disediakan jawaban a. tidak boleh, b.
kurang tahu, dan c. diperbolehkan. Hasil jawaban responden yang diperoleh dalam
proses penelitian ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 11 responden (22%)
menyatakan tidak boleh. Kemudian sebanyak 20 orang (40%) menjawab kurang
tahu, seterusnya 18 orang (36%) menyatakan diperbolehkan dan 1 orang (2%)
tidak menjawab pertanyaan ini.
Pertanyaan nomor dua puluh tiga ini adalah, seandainya anda mengetahui
tentang Undang-undang Hak Cipta, tuliskan sebagian isu ataupun gambaran tentang
isi dari pasal atau ayat-ayat dari Undang Hak Cipta. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini sebanyak 1 orang (2%) menuliskan isi tentang undang-undang
tersebut. Sebanyak 49 orang (90 %) tidak mengisi.
Selanjutnya pertanyaan nomor dua puluh empat yaitu bagaimana respons
anda tentang Undang-undang Hak Cipta hubungannya dengan dunia musik di
indonesia? Disediakan jawaban: a. peduli, mencoba untuk mempelajari dan
mengetahui undang-undang hak cipta, b. idak peduli sama sekali, c. hanya ingin
sekedar tahu. Jawaban para responden adalah sebagai berikut. Sebanyak 29 orang
(58%) menjawab peduli, kemudian 2 orang (4%) menjawab tidak perduli, 11
orang (22%) menjawab hanya ingin sekedar tahu saja, sisanya 2 orang (4%) tidak
menjawab pertanyaan ini.
Seterusnya pertanyaan terakhir yaitu nomor dua puluh lima, adalah menurut
pengalaman anda adakah pengaruh Undang-undang Hak Cipta terhadap dunia
musik Indonesia? Jawaban yang disediakan adalah a.ada, b. tidak ada, c. tidak
tahu. Hasil respons yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebanyak 32
responden (64%) menyatakan ada, kemudian sebanyak 5 orang (10%) menyatakan
262
tidak ada; seterusnya 13 orang (26%) tidak tahu, dan 2 orang. Demikian rerspons
50 responden terhadap 25 pertanyaan yang didisain untuk membuka tabir di balik
fenomena lagu Maria bahasa Batak Toba yang melodinya diadopsi dari lagu
Marian dari budaya musik populer Eropa.
5.5 Respons Umum yang Diperoleh
Dari respons berupa jawaban-jawaban seperti terurai di atas, maka dapat
disimpulkan fenomena respons para responden terhadap ketiga lagu pop Batak yang
melodinya diadopsi dari music pop Barat. Kesimpulan yang pertama adalah bahwa
para responden mengenal dengan baik ketiga lagu pop Batak Toba tersebut, baik
melalui video klip atau media lainnya. Sebahagian responden mengenal lagu-lagu
Batak tersebut memang benar-benar ciptaan para pencipta lagu Batak, namun
sebagian lagi mengetahui bahwa lagu tersebut diadopsi melodinya dari music Barat.
Tingkat pemahaman para responden terhadap melodi lagu-lagu Barat yang
melodinya diadopsi itu pun sangat kurang. Mereka banyak yang tidak mengenal
lagu-lagu Barat yang melodinya diadopsi dalam lagu-lagu pop Batak ini.
Faktor teks lagu sebagai unsur utama dalam mengapresiasi lagu-lagu Batak
Toba bagi para responden. Mereka menganggap bahwa lagu-lagu tersebut memang
bergaya budaya music Batak karena faktor teks ini. Walaupun melodi diadopsi dari
music Barat, namun bagi mereka teksnya adalah teks berbahasa Batak, yang
menganggap bahwa nyanyian ini memang nyanyian Batak. Ditambah lagi di antara
para responden tidak mengetahui asal-usul melodinya. Inilah fenomena yang
menarik yang terjadi di dalam persepsi para responden.
263
Fenomena yang menarik adalah ketika diajukannya pertanyaan tentang hak
cipta. Bahwa para responden ini percaya bahwa hak cipta perlu ditegakkan dalam
konteks industry music pop di tanah air. Undang-undang ini perlu didukung agar
dapat melindungi hasil-hasil karya apapun termasuk karya di bidang music.
264
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah dikaji secara luas mulai dari Bab I sampai Bab V, maka pada Bab
VI ini, penulis akan menyimpulkan beberapa temuan yang diperoleh dari penelitian
berbasis lapangan, dengan menggunakan dua jenis metode penelitian yaitu
kualitatif dan kuantitatif, serta teori-teori seperti: semiotik, weighted scale,
behavioristik, dan lain-lain. Kesimpulan ini dibuat berdasarakan tiga pokok
masalah utama, seperti yang sudah diuraikan di dalam Bab I tesis ini, yaitu: (a)
komparatif struktur melodi, (b) makna teks, dan (c) respons pendengar lagu-lagu
tersebut.
(A) Struktur melodi antara tiga lagu pop Batak yang melodinya diambil
dari tiga lagu pop Barat, bentuk (form)nya secara umum adalah sama. Dalam
persepsi para pencipta lagu Batak Toba, memang yang mereka ciptakan adalah teks
(lirik) lagunya, sedangkan melodi memang mereka adopsi secara penuh dari musik
Barat. Dalam persepsi pencipta lagu-lagu ini, jika mereka menciptakan lirik dengan
mengadopsi lagu yang sudah ada, hal itu sudah merupakan hasil ciptaan.
Walaupun secara umum bentuk melodinya bisa dikatakan sama, namun dari
sisi ritme dan nama dalam melodi terjadi perubahan. Proses terjadinya perubahan
ritme dalam melodi ini, menurut penulis, disebabkan oleh berubahnya teks, yaitu
dari bahasa Inggris menjadi bahasa Batak Toba. Teks menjadi faktor penting
265
terjadinya perubahan-perubahan ritmik dan juga distribusi nada yang digunakan
dalam melodi.
Perbedaan lainnya antara melodi tiga lagu pop Batak dan tiga lagu pop
Barat yang menjadi asal-usulnya, adalah dalam lagu-lagu Barat lebih banyak
dilakukan ulangan-ulangan bentuk melodi. Sementara di dalam lagu pop Batak
Toba ulangan-ulangan itu diusahakan untuk selalu dikurangi (direduksi).
Kemungkinan besar, para pencipta lagu pop Batak Toba menginginkan perbedaan
siklus dengan melodi lagu asalnya dari musik pop Barat. Atau dapat juga
ditafsirkan bahwa para pencipta lagu pop Batak lebih suka hal-hal yang tidak
berulang, tegas, eksplisit, dan langsung.
(B) Teks yang dikandung lagu-lagu pop Batak yang melodinya diadopsi
dari musik pop Barat, temanya adalah berubah dari lagu awalnya. Adapun tema
lagu Ditakko Ho Rohakki, adalah diawali dengan puji-pujian terhadap kekasih hati,
atas pernyataan verbal cintanya kepada penyanyi, yang kemudian diresponss
dengan cinta suci pula. Naum kenyataan berikutnya menunjukkan bahwa sang
kekasih hati yang memulai api asmara tersebut ternyata hanyalah mencintainya
secara tidak sungguh-sungguh atau berpura-pura saja. Ini mengakibatkan sakit hati
sang penyanyi.
Sementara itu dalam lagu asalnya yaitu That’s Way , tema lagu ini juga
dibuat berdasarkan hubungan sebab dan akibat (kausal). Pertama kali sang
penyanyi dengan kekasihnya memadu cinta, namun tiba-tiba terpancar kesedihan di
mata sang kekasih yang tiba-tiba menginginkan jalinan cinta yang selama ini dirajut
diputuskan saja. Terkejutlah sang penyanyi, dengan berpikir kritis ala orang Barat,
maka ia bertanya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, yaitu selam ini mereka
266
telah membina hubungan asmara, namun karena kekasihnya banyak menuntut dan
tuntutna tersebut tidak dapat dikabulkan oleh sang penyanyi, maka kekasihnya
memutuskan hubungan asmara ini. Dengan demikian, tetap dalam kultur Barat, ia
menghargai hak pribadi kekasihnya yang ingin memutuskan cinta ini. Ia pun
mencoba melupakan asmaranya dengan kekasih hatinya tersebut. Tinggallah ia
sendiri dan berada di temapt sepi tempat di mana mereka selama ini memadu cinta.
Itulah makna yang ngin disampaikan di dalam lagu ini.
Pada lagu Lady temanya bisa dikatakan “sama” dengan lagu asalnya She’s
Gone. Tema yang diusung lagu ini adalah kepergian sang kekasih dari kehidupan
asmara (cinta) sang penyanyi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sang
penyanyi dalam konteks membina hubungan asmaranya itu. Namun bagaimanapun,
sang penyanyi masih sangat mengharapkan kehadiran kekasihnya tersebut di dalam
kehidupan cintanya yang suci dan abadi. Ada penyesalan yang diungkapkan oleh
sang penyanyi terhadap kekasihnya tersebut, dan ia meminta maaf.
Pada lagu She’s Gone ceritanya dimulai dari kepergian sang kekasih dari
kehidupan asmaranya, karena kesalahan yang dilakukan oleh sang penyanyi.
Selanjutnya sang penyanyi tersebut juga sadar atas segala kesalahan yang dibuatnya
kepada sang kekasih hati pujaannya. Ia akan menjadi hampa tanpa cinta sang
kekasih di dunia ini. Semua impiannya dalam cinta sirna pula. Di dalam
penyesalannya tersebut ia pun meminta maaf kepada kekasih hatinya yang telah
pergi meninggalkan dirinya.
Pada lagu Maria tema yang termuat di dalam lagu ini, adalah bercerita
tentang cinta abadi penyanyi kepada kekasihnya, yang sekarang ini dalam
267
kenyataannya telah menikah dan membentuk rumah tangganya dengan orang lain.
Cinta itu terus akan abadi sampai akhir hayat sang penyanyi.
Dalam lagu asalnya yaitu Marian tema yang diusung di dalam nyanyian
ini adalah cinta yang hilang dan dilupakan. Diawali dengan percintaan dua orang
kekasih yang memadu cinta dan kasihnya. Kemudian pergilah sang pujaan hati
tanpa tahu alasannya apa. Kemudian sang penyanyi mengingatkan tentang memori
cinta di masa lampau tersebut. Kenapa sang kekasih yaitu Marian melupakan
segalanya tentang cinta yang pernah mereka rajut. Sang penyanyi pun bertanya ada
apa dengan kekasihnya ini. Sang penyanyi masih berharap agar kekasihnya ini
merajut cinta kembali seperti di waktu dahulu ketika mereka merajut cinta bersama.
Dari sisi penggarapan teks, maka jelaslah bahwa unsur inilah yang menjadi
pembeda utama antara lagu-lagu pop dari budaya Barat dengan lagu-lagu pop
turunannya di dalam budaya musik pop Batak Toba. Tema teks berubah, walau ada
juga yang memiliki tema yang sama. Begitu pula diksi dan gaya bahasa dalam teks
lagu pop Batak masih tampak unsur bahasa Batak, seperti rima (persajakan), baris
demi baris seperti dalam puisi tradisi Batak Toba, diksi, gaya bahasa, dan lain-
lainnya.
(C) Respons dari para responden adalah mereka mengetahui ketiga lagu
Batak itu, dengan mendengarkan baik melalui media televisi atau video klip dari
album sang penyanyi. Namun tidak semuanya tahu kalau ketiga lagu tersebut
melodinya diadopsi dari musik pop Barat. Para responden mengapresiasi musik pop
Batak yang melodinya diadopsi dari musik Barat ini, terutama adalh karena liriknya
yang memakai bahasa batak Toba, sehingga identik dengan budaya Batak Toba,
dan dipandang sebagai musik yang dapat mewakili budaya Batak pada umumnya.
268
Sebahagian besar responden kurang tahu kalau melodi ketiga lagu musik
pop Batak tersebut diadopsi melodinya dari musik pop Barat. Para responden hanya
tahu kalau lagu-lagu pop Batak ini memang merupakan ciptaan para pencipta lagu-
lagu Batak, yang memang sangat kreatif dalam mencipta.
Pada saat masuk ke bahagian pertanyaan mengenai lagu-lagu Barat sebagai
asal ketiga lagu musik pop Batak, sebahagian besar di antara responden tidak dapat
mengapresiasi lagu-lagu pop Barat tersebut, karena minimnya pengetahuan mereka
tentang hal itu. Mereka lebih tahu terhadap keberadaan tiga lagu pop Batak
dibandingkan dengan tiga lagu pop Barat sebagai asal-usul melodinya.
6.2 Saran-saran
Dari ulasan-ulasan yang termaktub dalam tesis ini, maka secara keilmuan
dan intelektualitas, perlulah penulis kemukakan saran-saran dalam konteks
penelitian ini. Saran-saran ini penulis harapkan dapat menjadi daya dorong yang
kuat bagi eksistensi dan perkembangan musik populer Batak Toba di tengah-tengah
modernisasi dan globalisasi. Selain itu dapat menjadi sumber wawasan budaya bagi
para pencipta lagu populer Batak Toba, agar melakukan kegiatan yang selaras
dengan budaya, sosial, dan perundang-undangan yang berlaku baik secara daerah,
nasional, dan juga global.
Saran yang pertama adalah bagi para pencipta lagu-lagu Batak Toba, ke
masa depan adalah jika kita mengadopsi musik dari manapun, maka yang perlu
dipertimbangkan adalah untuk juga mengakui asal atau sumber musik yang kita
adopsi itu agar tidak ada yang merasa dirugikan dalam hal ini. Misalnya judul lagu
269
dalam bahasa Batak Toba, dengan melodi asal dari lagu Barat karangan siapa, dan
kemudian pencipta lirik dalam bahasa batak Toba siapa, jika perlu aransemennya
juga oleh siapa. Ini penting untuk dilakukan agar semua orang yang berkontribusi
dalam lagu tersebut terwadahi dan sama-sama diuntungkan baik popularitas
maupun finansial yang berkait dengan hak-haknya.
Saran kedua dari penulis adalah selain mengadopsi melodi dari lagu-lagu
asing ke dalam musik Batak Toba, semestinya bisa juga dilakukan karya-karya
musik dengan gaya atau struktur seperti musik tertentu namun dengan ciptaan
melodi yang baru, tidak penuh mengadopsinya. Ini juga bisa menunjukkan
kreativitas para pencipta lagu. Gaya dalam musik adalah universal, dan gaya ini
bisa saja diolah kembali, sebagai daya motivasi, inovasi, dan kreativitas yang baru.
Ketiga, saran penulis adalah pentingnya bagi setiap pencipta lagu,
pengaransemen, penyanyi, dan produser lagu-lagu populer Batak Toba untuk
mendalami pengetahuannya, terutama yang berkaitan dengan Undang-undang Hak
Cipta, Hak Akan Kekayaan Intelektual (HAKI), perundang-undangan secara
umum, agar dapat mengarahkan dirinya bertindak dan mencipta secara tepat, adil,
bermartabat, dan intelektual.
Saran keempat, adalah perlunya dibentuk persatuan seniman musik Batak
untuk mewadahi mereka dalam sebuah organisasi yang kuat. Organisasi ini
diharapkan akan dapat menjadi tulang punggung kinerja para seniman anggotanya
dalam konteks mencari rezeki yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka. Dengan
terbentuknya organisasi semacam ini, maka setiap anggota akan dapat bertanya,
melakukan pembelaan hak-hak dan kewajiban, dan tentu saja ke arah mana
kebudayaan musik p[opuler Batak Toba ini akan dibawa bersama-sama.
270
Bagaimanapun kekuatan sebuah organisasi itu akan berbeda dengan kekuatan yang
dilakukan secara sendiri-sendiri, apalagi menafikan keberadaan orang lain yang
kinerja, posisi, dan kedudukannya sama dan berkait dengan diri kita. Bagaikan
sebuah sapu pasti lebih kuat menyapu dibandingkan hanya berupa lidi yang
berserakan.
Saran kelima penulis adalah perlunya dibina para pemusik-pemusik
berbakat dari kawasan Batak ini, baik itu sebagai pencipta lagu, pemain alat musik
tertentu, penggubah lagu, komposer, dan lain-lainnya. Pembinaan ini bisa dilakukan
melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah dasar, menengah, sampai ke
perguruan tinggi. Juga bisa dilakukan secara informal di dalam kursus-kursus,
pelatihan-pelatihan, dan sejenisnya. Bagaimanapun kesinambungan kebudayaan
akan lebih baik dilakukan melalui pendidikan (enkulturasi) dari satu generasi dan
generasi lainnya.
Saran keenam, dalam menciptakan lagu-lagu populer Batak Toba,
hendaknya penekanan dan fokus tema lirik bukan hanya pada aspek cinta saja,
tetapi bisa diluaskan lebih dari itu. Misalnya tema-tema cerita rakyat, kemanusiaan,
perdamaian, persatuan dan kesatuan, kehidupan sehari-hari masyarakat, religi,
dongeng, dan lain-lainnya yang mengandung kearifan lokal. Di dalam tema-tema
ini terkandung nilai-nilai filsafat hidup yang universal, sekali gus juga sebagai
kearifan lokal masyarakat Batak.
271
271
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Sejenisnya Ali, Matius, 2004. Estetika: Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan dari Yunani
sampai Zen Buddhisme. Jakarta: Gramedia. Anees, Bambang Q. dan Radea Juli A. Hambali, 2003. Filsafat untuk Umum. Aristoteles, 2004. Nicomachean Ethics. Aritonang, Tetty B., 1990. Musik Tiup dalam Upacara Saur Matua di Kota
Medan: Analisis Gaya Melodi dan Fungsi Sosial. Medan: Skripsi sarjana Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Bigsby, C.W.E., 1975. Superculture, American Popular Culture, and Europe. London: Paul Elek.
Cobley, Paul dam Litza Janis, 2002. Semiotic for Beginners. Cook, Nicholas, 1987. A Guide to Musical Analysis. London dan Melbourne: J.M.
Dent & Sons Limited. Danandjaja, Djames, 1986. Folklor Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia
Press. Duvignand, Jean, 1972. The Sociology of Art. (terjemahan dari The French oleh
Timothy Wilson), Paris: Paladin. Gans, H.J., 1966. “Popular Culture in America: Social Problems in a Mass
Society or Social Asset in a Pluralist Society?” Dalam H.S. Becker (ed.) 1966, Social Problems: A Modern Approach. New York, pp. 540-620.
Hadiwojono, Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yigyakarta: Kanisius. Hatta, Muhammad, 1986. Alam Pikiran Yunani. Hoover, Kenneth R., 1989. Unsur-Unsur pemikiran Ilmiah dalam Ilmu-ilmu
Sosial (terjemahan Hartono Hadikusumo). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Hiroshue, Masashi, 1988. Prophets and Followers in Batak Millenarian
Responses to the Colonial Order: Parmalim, Nasiak Bagi and Parhudamdam, 1890-1930. Canberra: Tesis Doktoral Australian National University.
Kaplan, David dan Robert A. Manners, 2002. Teori Budaya Kaplan, Max, 1975. Leisure: Theory and Policy. New York: Wiley and Sons Inc. Khan, Hazrat Inayat, 2002. Dimensi Mistik, Musik, dan Budaya. Langer, Susanne K., 1953. Problems of Art. New York: Charles Sribner’s Son’s. Lohisse, Jean, 1973. Anonimous Communication, Mass Media in the Modern
World. London: George Allen and Unwin Ltd. Lombard, Dennys, 2005. Nusa Jawa: Silang Budaya. Lorimer, Lawrence T. et al 1995. Grolier Encyclopedia of Knowledge. Vol. 1-20.
Grolier Incorporated, Danburry, Connecticut.
272
272
Lowenthal, Leo, 1961. Literature, Popular Culture, and Society. New York: Pacific Book Publisher.
Lubis, Akhyar Yusuf, 2006. Dekonstruksi Epistemologi Modern. Madsen, Clifford K. dkk. 1975. Research in Music Behavior. New York dan
London: Teachers College Press. Malinowski, 1987. “Teori Fungsional dan Struktural,” dalam Teori Antroplologi I.
Koentjaraningrat (ed.), Jakarta: Universitas Indonesia Press. Malm,William P., 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia. New
Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs; serta terjemahannya dalam bahasa Indonesia, William P. Malm, 1993, Kebudayaan Musik Pasiflk, Timur Tengah, dan Asia, dialihbahasakan oleh Muhammad Takari, Medan: Universitas Sumatera Utara Press.
Marianto, M. Dwi, 2006. Quantum Seni. Merriam, Alan P., 1964. The Anthropology of Music. Chichago: Noerthwestern
University Press. Nasir, 2005. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Nettl, Bruno, 1973. Folk and Traditional of Western Continents, Englewood
Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.O’Donell, Kevin, 2013. Postmodernisme.
Nettl, Bruno, 1992. “Ethnomusicology: Some Definitions, Problems and Directions.” Music in Many Cultures: An Introduction. Elizabeth May (ed.). California: University California Press.
Olsen, Marvin. E. The Process of Social Organization. New Delhi, Bombay, Calcuta : Oxford and IBH Publising Co, 1968
Pasaribu, Amir, 1986. Analisis Musik Indonesia. Jakarta: Pantja Simpati. Pasaribu, Ben M., 1986. Taganing Batak Toba: Suatu Kajian dalam Konteks
Gondang Sabangunan. Skripsi Etnomusikologi Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Pen, Ronald, 1992. Introduction to Music. Piliang, Yasraf Amir, 2012. Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan
Makna-makna Poerwadarminta, W.J.S., 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka. Pradopo, 1994. Kesusastraan Indonesia: Sejarah dan Kritik. Yogyakarta: Gama
media. Purba, Setia Dermawan, 1988. Penggunaan, Fungsi, dan Perkembangan
Nyanyian Rakyat Simalungun bagi Masyarakat Pendukungnya: Studi Kasus di Desa Dolok Mariah Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Jakarta: Tesis S-2 Antropologi Universitas Indonesia.
Quail, Denis Mc, 1969. Toward to Sociology of Mass Communication. London: Collier MacMillan.
273
273
Radcliffe-Brown, A.R., 1952., Structure and Function in Primitive Society. Glencoe: Free Press.
Riffaterre, M., 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press. Ritzer, George dan Barny Smart, 2012. Handbbok Teori Sosial. Rosenberg, Bernard dan David Manning White (eds.), 1960. Mass Culture, The
Popular Art in America. Glencoe, Illinois: The The Free Press. Sadie, Stanley (ed.), 1980. The New Grove Dictionary of Music and Musicians.
vol. 16, New York: MacMillan Publishers. Sangti, Batara. 1977. Sejarah Batak. Balige: Karl Sianipar. Seeger, Anthony. 1987. Why Suya Sing: A Musical Anthropology of Amazonian
People. Cambridge: Cambridge University Press. Silado, Remy, 1983. Menuju Apresiasi Musik. Sobur, Alex, 2004. Semiotika Komunikasi. Stein, leon, 1979. Structure and Style: The Study and Analysis of Musical Form. Sudjiman, Panuti dan Aart Van Zoest (ed..) 1992. Serba-serbi Semiotik. Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Sugiharto, I. Bambang, 2006. Postmodernisme Tantangan Bagi Filsafat. Susantiana, Sukatmi, 2004. Nada-nada Radikal: Perbincangan Para Filsuf
tentang Musik. Sutrisno, Mudji, et al., 1993. Estetika : Filsafat Keindahan, Yogyakarta,
Kanisius. Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta. Sinar Harapan. Sianturi, Rosmaida, 2003. Analisis Gaya Musikal Lagu Populer Batak Toba
dengan Perhatian Khusus pada Lagu-lagu Karya Nahum Situmorang. Medan: Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Sinurat, Horasman, 2001. Perkembangan Musik Brass di Kota Medan dengan Masuknya Unsur Musik Tradisi Batak Toba: Studi Kasus, Kelompok Musik Sopo Nauli. Medan: Skripsi sarjana Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Soedarsono, 1995. “Pendidikan Seni dalam Kaitannya dengan Kepariwisataan.” Makalah Seminar dalam Rangka Penringatan Hari Jadi Jurusan pendidikan Sendratasik ke-10 FPBS IKIP Yogyakarta, 12 Pebruari 1995.
Tambunan, Nestor Rico, 1996. Tambunan, “Dr. I.L. Nommensen: Missionaris Besar, Penguak Kegelapan Tanah Batak,” Kartini, No. 601, Desember 1996.
Tampubolon, Berliana, 1999. Aspek Penggarapan Melodi pada Instrumen Terompet dan Sulim Dalam Ensambel Musik Tiup pada Masyarakat Batak
274
274
Toba di Medan. Medan: Skripsi sarjana Fakultas Kesenian Universitas HKBP Nommensen.
Tarihoran, P. Emerson, 1994. Analisis Perbandingan Sttruktur Repertoar Musik Brass Band dengan Gondang Sabangunan dalam Sipitu Gondang di Medan. Medan: Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
van Zoest, Aart 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang Kita Lakukan. (Diterjemahkan oleh Eni Soekowati). Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
Van Zoest, Aart . 1991. Fiksi dan Non-Fiksi dalam Kajian Semiotika. Jakarta: Intermasa.
Winston, Brain, 1973. The Image of the Media. London: Davis-Pointer. Yuanzhi, Kong, 2005. Sialng Budaya Tiongkok Indonesia. Internet http://www.ethnomusicology. org/?page=whatisethnomusicology). http://id.wikipedia .org/wiki/Lagu. http://www.gobatak.com