Page 1
V ANALISA DATA
1. PERHITUNGAN WAKTU BAKU
Pada data awal, berdasarkan perhitungan kecukupan data, diketahui
bahvva beberapa data yang mempunyai variasi vvaktu operasi yang cukup
besar. Contoh dari data yang mempunyai variasi besar adalah proses
pembersihan mesin. Hal ini dapat terjadi karena bila pembersihan
dilakukan di antara dua proses yang memerlukan warna tinta sama maka
tidak perlu dilakukan pembersihan secara teliti. Sedangkan bila
pembersihan dilakukan di antara dua proses yang memerlukan warna tinta
yang berbeda, atau sangat jauh berbeda, maka diperlukan pembersihan
yang benar-benar teliti agar tidak mempengaruhi warna cetakan.
Variasi yang cukup besar pada beberapa proses hams diusahakan
untuk dihilangkan. Variasi besar ini terjadi pada waktu kerja:
a. Proof
Variasi besar pada operasi ini sulit dihilangkan karena melibatkan
pihak luar. yaitu kepuasan dan waktu pelanggan. Oleh karena itu. proof
dianggap sebagai suatu proses kerja yang melompat (tidak
berhubungan) antara penyelesaian desain dan mulai kegiatan cetak
sehingga tidak perlu dicari waktu bakunya.
Page 2
b. Pengeringan plat
Variasi besar pada operasi ini disebabkan karena waktu operasi tidak
distandarkan, sehingga operator pun mengeringkan plat dengan
pertimbangan waktu yang subyektif. Untuk itu maka pengambilan data
diulang dengan melakukan standarisasi kriteria keringnya sebuah plat,
yaitu hingga plat tidak tampak dan tidak terasa basah. Dengan
demikian variasi dapat dikurangi.
c. Pemilihan plat cetak Toko dan Soma
Variasi besar pada operasi ini disebabkan karena sukamya mencari plat
yang dimaksud dengan cepat. Untuk itu maka pengambilan data
diulang pada saat Percetakan telah melakukan perbaikan proses
pencarian plat. Dengan demikian variasi dapat dikurangi.
d. Pembersihan sebelum dan sesudah cetak pada mesin cetak Toko dan
Solna
Variasi besar pada operasi ini disebabkan karena untuk proses yang
membutuhkan vvarna yang berbeda dari warna yang dipakai dalam
proses cetak sebelumnya pembersihan harus dilakukan dengan lebih
teliti daripada bila vvama proses bam sama dengan warna proses
sebelumnya. Untuk itu elemen kerja dipisah menjadi pembersihan
sebelum dan sesudah cetak pada mesin cetak Toko dan Solna untuk
tinta antar cetak yang sama dan untuk tinta antar cetak yang berbeda.
e. Percobaan cetak Toko dan Solna
Variasi besar pada operasi ini disebabkan karena adanya subyektifitas
operator. Selain itu juga adanya perbedaan waktu yang tidak selalu
Page 3
sama yang dibutuhkan untuk menghilangkan tinta hingga benar-benar
bersih.
Setelah dilakukan pemisahan dan pengambilan data tambahan, maka tidak
terdapat lagi kekurangan data, kecuali pada elemen proof yang masih
membutuhkan data tambahan dalam jumlah besar. Data yang telah diuji
kecukupan tersebut kemudian diuji kenormalan dan keseragaman, dengan
hasil semua data kerja untuk tiap elemen normal dan seragam.
Selanjutnya dilakukan perhitungan allowance. Hasil perhitungan
kelonggaran menunjukkan bahwa tidak terlalu banyak dibutuhkan
kelonggaran untuk elemen-elemen kerja di percetakan. Hal ini teijadi karena
pekerjaan yang dilakukan mempunyai vvaktu yang singkat sehingga tidak
banyak kelonggaran yang diperlukan oleh pekerja. Kelonggaran seperti
kelelahan dan kebutuhan pribadi dapat dipenuhi pada saat pekerjaan telah
selesai (pada waktu antara pengerjaan pesartan).
Pada perhitungan performance, didapatkan bahwa kebanyakan vvakm kerja
pegawai percetakan melebihi waktu baku yang telah ditetapkan. Ini berarti
kecepatan kerja, keahlian. dan usaha pegawai percetakan cukup tinggi.
2. PERHITUNGAN KAPASITAS
Berdasarkan utilization index terlihat bahwa penggunaan mesin cetak
untuk pekerjaan cetak bemilai sangat rendah. Hal ini dapat terjadi karena
waktu set up yang sangat besar bila dibandingkan dengan waktu pengerjaan
Page 4
cetak. Kecuali itu dapat juga disebabkan kurangnya pesanan yang hams
dikerjakan.
Efisiensi kerja mesin sendiri bernilai tinggi. Waktu pengerjaan cetak
bahkan dapat lebih cepat daripada waktu standar. Berdasarkan kedua hal
tersebut, maka kapasitas kerja di Percetakan kurang jauh dari kapasitas jam
kerja yang tersedia diartikan karena kebanyakan waktu kerja diliabiskan untuk
melakukan kegiatan set up cetak dan perawatan. Untuk mengoptimalkan
waktu kerja, maka hams diatur agar pengerjaan pesanan dapat dilakukan
dengan waktu set up yang minimal. Misalnya menyatukan pesanan yang
mempunyai wama sama untuk dicetak sehingga tidak membuang waktu
membersihkan mesin cetak.
Selain itu kelebihan kapasitas juga dikarenakan kurangnya pesanan yang
masuk seliingga tidak banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Mengingat
kondisi ini maka untuk memaksimalkan kapasitas produksi pihak manajemen
dapat memperbanyak pesanan untuk dikerjakan.
Untuk pelaksanaan masa depan, maka perhitungan kapasitas dapat
dilakukan dengan cara:
a. Melakukan pencatatan waktu mesin digunakan untuk mencetak.
b. Menghitung utilization index.
c. Menghitung efficiency index.
d. Menghitung kapasitas.
Page 5
PERHITUNGAN JUMLAH JAM KERJA
Dari perhitungan jumlah jam kerja terlihat bahvva terdapat ketimpangan
pemakaian tenaga kerja. Di satu sisi acta karyawan yang harus terus bekerja
karena mesinnya beroperasi terus, tetapi di sisi lain ada karyawan yang
menganggur karena mesinnya tidak beroperasi. Bila digunakan strategi
mempekerjakan satu karyawan untuk dua operasi, bila kedua tnesin yang
dipegangnya harus beroperasi, maka kegiatan produksi akan terganggu karena
karyawan akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu lebih baik bila
Percetakan berusaha mencari lebili banyak pesanan untuk dikerjakan.
PENJADUALAN
Dari hasil perhitungan terlihat beberapa perbedaan antara vvaktu
pengerjaan yang direncanakan dengan waktu yang sebenarnya. Hal ini dapat
terjadi karena waktu pengerjaan dapat lebih cepat atau lebih lambat
dibandingkan dengan waktu standar.
Pada prakteknya bila terjadi penyisipan pekerjaan, suatu operasi dapat
dipotong di tengah jalan untuk pekerjaan sisipan tersebut untuk diteruskan
kembali, terutama bila pesanan tersebut bersifat dari VVTP. Selain itu
pembuatan plat kertas dapat terjadi ditunggu sampai menumpuk beberapa
lembar yang harus dikerjakan baru dibawa ke pembuat plat. Bila ini terjadi.
maka penjadualan yang dilakukan haiiis menyesuaikan, yang berarti waktu
pengerjaan operasi berikutnya menjadi mundur.
Page 6
~l
5. INVENTOPJ
Berdasarkan hasil perhitungan, maka untiik pengaturan persediaan bahan
baku kertas. pembelian dilakukan setiap kali jumlah persediaan sama dengan
atau kurang dari reorder point sebanyak jumlah yang ditentukan dengan EOQ.
Misalnya pada ETVS 70 gr, bila persediaan tinggal 7 rim Percetakan harus
melakukan pembelian lagi sebanyak 9 rim.
Berdasarkan pembicaraan dengan piliak manajemen, disetujui service level
sebesar 90%, yang berarti persediaan bahan baku harus mampu mencukupi
90% permintaan setiap siklus persediaan. Namun setelah dilakukan
perhitungan, maka terdapat beberapa item bahan baku yang tidak dapat
mencapai service level sebesar 90% karena dalam pembeliannya harus
memenuhi jumlah beli tertentu (tidak bisa dibeli dalam jumlah sedikit), yaitu:
- Samson -> 80%
- Duplex -> 85%
- Elegant -> 65%
- Options -> 75%
Untuk memudahkan pengontrolan persediaan, maka dapat digunakan form
kontrol persediaan. Dalam form ini dicanrumkan:
1. Jenis bahan baku, untuk mengetahui bahan baku apa yang dihitung
persediaannya.
2. Tanggal, untuk mengetahui kapan penggunaan bahan baku, yang
selanjutnya dapat digunakan untuk data referensi perhitungan EOQ dan
ROP baru. Tanggal digunakan pula untuk pencatatan pembelian bahan
baku.
Page 7
5
3. Jumlah persediaan yang acta, digunakan untuk mengontrol jumlah
persediaan yang ada, sehingga dapat mengetahui kapan jumlah persediaan
soma dengan atau kurang dari ROP.
4. Jumlah yang dipakai dalam produksi atau dijual, digunakan untuk
mengetahui jumlah penggunaan bahan baku, yang selanjutnya dapat
digunakan untuk data referensi perhitungan EOQ dan ROP baru.
5. Jumlah yang dibeli, digunakan untuk mengontrol jumlah pembelian agar
sama dengan EOQ sehingga pembelian dapat dilakukan dengan optimum.
6. Biaya, digunakan untuk perhitungan EOQ bam.
7. Catatan-catatan pembantu lain seperti misalnya satuan beli, satuan pakai,
nilai EOQ dan ROP untuk membantu pencatatan.
Tabel5.1
Contoh Form Kontrol Persediaan
EOQ = 9 rim Form kontrol persediaan
Jenis bahan baku : HVS 70 gr Satuan beli: rim Tgl. beli 17-2-1999
24-2-1999
Tgl. Pakai
18-2-1999 19-2-1999 20-2-1999
24-2-1999
Jumlah beli 4500
4500
Jumlah pakai
2500 1000 500
500
ROP = 7 rim = 3500 lbr Satuan pakai: lembar
Jumlah sisa 4500 2000 1000 500 5000 4500
Harga beli 130000
127000
Dengan mencatat tanggal beli dan jumlah pemakaian, maka dapat diperoleh
rata-rata pemakaian per bulan. Data ini selanjutnya dapat dipakai untuk
membuat EOQ baru.
Page 8
Untuk membantu perhitungan MRP, maka perlu dibuat cara pengukuran
kebutuhan bahan cat. GOM, etching, dan bahan-bahan kimia lain untuk dapat
mengetahui dengan tepat kebutuhan bahan-bahan tersebut setiap kali proses
produksi. Perlu diingat bahvva pemakaian bahan-bahan kimia tersebut
mempunyai sifat:
- Pemakaian tergantung subyektifitas operator. Misalnya pemakaian beasin
dan minyak tanah untuk membersihkan mesin. Banyaknya bensin dan
minyak tanah tergantung seberapa kotor kondisi mesin dan subyektifitas
dalam jumlah pemakaian bensin dan minyak tanah untuk membersihkan.
- Pemakaian pada kebanyakan bahan kimia sarigat sedikit jumlahnya.
misalnya GOM dan etching sehingga tidak dapat diukur dengan tepat.
Oleh karena itu disusun prosedur dan form untuk mendatakan jumlah
pemakaian bahan-bahan kimia sebagai berikut:
1. Ketika sebuah kemasan bahan kimia hendak dipakai/dibuka, maka
operator harus menuliskan tanggal pembukaan kemasan.
2. Selanjufnya dilakukan pencatatan berapa banyak unit produksi yang
diliasilkan per pemakaian bahan kimia tersebut.
3. Setelah bahan kimia habis, maka dihitung rata-rata pemakaian per unit
untuk satuan bahan kimia tersebut.
4. Rata-rata tersebut kemudian dibuat rata-rata lagi dengan rata-rata
pemakaian kemasan berikutnya, dan demikian seterusnya. Nilai rata-rata
total yang terus diperbarui ini kemudian dipergunakan untuk menghitung
EOQ dan MRP.
Page 9
77
Tabel 5.2
Contoh Form Persediaan Bahan Kimia
Nama bahan:
Tanggal dibuka:
No. Jumlah produksi (untuk
cat, Gom, dan etching)
Tanggal habis:
Kali digunakan untuk
pembersihan warna beda
(untuk minyak dan
bensin)
Kali digunakan untuk
pembersihan warna
sama (untuk minyak dan
bensin)
6. PENGENDALIANKUALITAS PRODUK
Berdasarkan perhitungan jumlah kecacatan dan diagram pareto, maka kita
dapatkan bahvva pada mesin cetak Toko, ploi merupakan jenis kecacatan yang
paling besar. Berdasarkan aturan 80/20, maka ploi dan blohor adalah
kecacatan yang mempunyai pengaruh pada 80% kecacatan. Maka kedua cacat
ini harus diperhatikan untuk mesin Toko. Sedangkan pada mesin Solna, cacat
yang harus diperhatikan adalah bercak, hlobor dan miring.
Dengan menggunakan diagram tulang ikan, diketahui penyebab kecacatan
ploi, blobor, bercak dan miring, sehingga dapat dilakukan tindakan
pencegahan cacat.
Page 10
_x
6.1 Rancangan Pengendalian Kualitas Produk Cetakan
Rancangan ini dibuat untuk mendata jumlah kecacatan, mengetahui
kecacatan yang paling besar, mengetahui penyebab kecacatan yang terjadi,
dan melakukan tindakan pencegah terjadinya kecacatan, dan mengurangi
jumlah kecacatan. Dalam rancangan ini pengendalian kualitas dibagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap pra cetak dan tahap cetak.
Pengendalian kualitas pada tahap pra cetak
1. Penerima pesanan mencatat dengan jelas apa yang diinginkan oleh
pelanggan, bila perlu dengan bantuan gambar.
2. Pada saat cetak proof, petugas setting menyesuaikan dengan keinginan
pelanggan hingga benar-benar tepat. Selain itu petugas setting harus
cennat memperhatikan bagian-bagian yang mungkin salah
tulis/gambar/peletakan dan bagian-bagian yang memungkinkan hasil
cetak tidak jelas.
3. Pada saat plat selesai dibuat, perlu diteliti apakah ada kesalahan pola.
Perlu diteliti pula kemungkinan pola yang mengakibatkan hasil
cetakan tidak jelas.
Pengendalian kualitas pada tahap cetak
Pengendalian kualitas ini dilaksanakan dalam langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Petugas finishing mengambil produk cetakan selama proses cetak.
Petugas finishing harus segera memisahkan dan menghitung produk
cetakan yang cacat serta memberitahukan pada petugas cetak, agar
petugas cetak dapat memproduksi kekurangan produk karena cacat.
Page 11
79
Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa petugas finishing bukan
petugas cetak. Hal ini harus dilakukan agar petugas finishing dapat
segera melakukan pengecekan produk sementara petugas cetak tetap
berkonsentrasi pada proses cetak, sehingga tidak terjadi kecacatan
akibat petugas cetak kurang mengontrol setelan mesin dan hasil cetak.
2. Bila pesanan cetak terdiri dari dua lembar bolak-batik, maka petugas
cetak harus menggunakan kertas bekas hingga setelan sudah tepat
Kertas hasil cetakan pertama yang disediakan untuk percobaan
diusahakan sekecil mungkin. maksimum 2% jumlah total pesanan.
Angka ini diperoleh dengan pertirnbangan minimasi jumlah cetakan
pertama yang terbuang.
3. Petugas finishing melaporkan jumlah dan jenis kecacatan yang terjadi
dalam suatu proses, dengan menggunakan form pengendalian kualitas
yang terlampir.
4. Form ini diberikan pada petugas administrasi untuk dimasukkan data
statistic dan dibuat diagram paretho pada setiap hari Jumat. Dari
diagram ini akan diketahui kecacatan apa yang paling besar.
Pembuatan diagram paretho pada setiap hari Jumat dimaksudkan agar
penyebab kecacatan yang disebabkan oleh mesin dapat diperbaiki atau
diperiksa oleh petugas cetak pada hari Sabtu, yang merupakan hari
perawatan mesin secara menyeluruh.
5. Pembuatan diagram pareto, dengan langkah-langkah seperti yang
tercantum pada teori dasar.
Page 12
so
6. Menganalisa diagram pareto. Dari diagram dapat terlihat kecacatan
yang mempunyai persentase terbesar. Kecacatan inilah yang hams
diutamakan untuk diperhatikan dituninkan tiiigkat kecacatannya.
7. Selanjutnya dengan diagram tulang ikan terlampir, piliak pimpinan dan
petugas cetak dapat mengetahui penyebab kecacatan, dan mengadakan
perbaikan yang diperlukan. Melakukan evaluasi peningkatan kuatitas
dengan cara:
a. Data jumlah kecacatan setiap minggu dibandingkan. Misalnya
jumlah kecacatan dari jenis cacat tidak tercerak pada minggu 1 =
35 unit produk, pada minggu 2 = 30 unit produk dan pada minggu
3 = 33 unit produk.
b. Pimpinan juga mendata setiap kegiatan peningkatan kualitas yang
dilakukan setiap minggu; kapan mulai dilakukan, untuk mengatasi
penyebab kecacatan apa, dan kegiatan peningkatan kualitas apa
yang dilakukan.
c. Jumlah kecacatan tersebut digambar dalam grafik. Dari grafik
dapat dilihat apakah jumlah kecacatan mengalami kenaikan atau
penurunan ataupun tetap. Setiap kegiatan peningkatan kualitas
dapat dicocokkan dengan grafik ini untuk mengetahui manfaat
kegiatan peningkatan kualitas tersebut.
d. Produk dapat dikatakan mengalami peningkatan kualitas bila
terjadi penurunan kecacatan selama 8 minggu. Penetapan ini
didasarkan pada salah satu sifat peta kendah statistis yang
menyatakan bila terjadi titik-titik sampel yang berjalan di atas/di
Page 13
81
bawah garis tengah sebanyak 8 titik maka dapat diartikan terjadi
pergeseran rata-rata. Dalam hal ini rata-rata yang dimaksud adalah
rata-rata jumlah cacat.
Form pengendalian kualitas
Pada form pengendalian kualitas dicantumkan:
1. Nomor proses. Dengan mengetahui nomor proses, maka bahan baku
dan jumlah pesanan dapat diketahui pada form penerimaan.
Pengetahuan akan bahan baku diperlukan untuk mencek apakah
kecacatan disebabkan oleh sifat bahan baku (misalnya bahan baku
tipis). Sedangkan jumlah pesanan diperlukan untuk mengetahui berapa
persen tingkat kecacatan yang terjadi.
2. Mesin yang digunakan. Berguna untuk mengetahui kecenderungan
kecacatan pada m mesin-mesin yang dipakai.
3. Tanggal proses. Untuk mengetahui kapan data tersebut diambil,
sehingga dapat dimasukkan pada pengolahan data dengan tepat.
4. Nama operator. Untuk mengetahui apakah operator yang berbeda
menimbulkan perbedaan kualitas.
5. Jenis kecacatan. Berdasarkan pengamatan, terdapat kecacatan yang
uraum terjadi, yaitu kertas tidak tercetak, kertas sobek, ploi, cetakan
miring, cetakan blobor, cetakan tidak jelas, cetakan tidak merata, dan
temoda oli. Jenis kecacatan perlu dituliskan untuk mengetahui
penyebab terjadinya kecacatan.
Page 14
6. Jumlah keeacatan masmg-masing jenis cacat. Diperlukan untuk
mengetahui banyaknya kecacatan untuk tiap jenis cacat, yang akan
dipergunakan untuk pembuafan diagram pareto.
label 5.3
Contoh Form Pengendalian Kualitas
No Proses :
Mesin
Jenis cacat
Kertas tidak
tercetak
Kertas sobek
PJoi
Cetakan miring
Cetakan blobor
Cetakan tidak jelas
Cetakan tidak
merata
Terkena oli
Cetakan berbercak
i Tanggal :
1 Operator : I
Tunis Jumlah
Page 15
7. PERAWATAN MESIN
Dari data terlihat bahwa perawatan mesin cukup baik sehingga tidak
mengakibatkan masalah mutu yang besar. Yang patiit diperhatikan adalah
berkurangnya nilai availability. Kondisi ini timbul karena mesin banyak
menghabiskan waktu untuk set-up produksi.
Perhentian ketika sedang produksi terjadi karena operator harus terus-
menerus mengecek pada saat percobaan agar mesin menghasiikan produk
yang masih dalam batas kendali mutu karena kondisi mesin yang cukup
banyak mengalami keausan (mesin sudah tua). mengharuskan operator harus
sering mengontrol. Data perawatan mesin sendiri tidak cukup lengkap untuk
dapat mengantisipasi kapan sebuah mesin harus diperiksa secara total atau
disiapkan cadangan spare part-nya.
Untuk membantu melakukan pengecekan perawatan yang dilakukan dan
pencatatan kerusakan mesin, maka dibuat form sebagai berikut:
Tabel 5.4
Daftar Pengecekan Perawatan
Mesin :
Yang harus dilakukan
Membersihkan di:
• bodi mesin
• silinder plat
• silinder blanket
Tanda cek
Page 16
• silinder tinta
• blanket
• bak tinta
• meja untuk procluk
• dan meja bahan baku
Mengecek cairan mesin :
• air fountain corrosion (Solna)
• air etching (Toko)
Mengecek pelutnas di:
• penarik kertas (gripper)
• rol tinta
• rol air
• silinder plat
• dan silinder blanket
• daerah sekitar as dan busing
• feeder kertas
• gigi feeder
• pompa oli (Solna)
Mengecek kekencangan di:
• penjepit plat
• penjepit blanket
Mengecek keausan di:
• gigi-gigi mesin
Page 17
85
* rol air
• rol plat
• penghisap kertas
• bagian penyetel kekencangan.
Pengecekan dilakukan setiap kali hendak melakukan kegiatan cetak karena
setiap bagian yang dicek akan mempengaruhi hasil cetakan.
Tabel 5.5
Form Pencatatan Perbaikan Mesin
Mesin:
Unit yang diperbaiki Jenis kerusakan Tanggal perbaikan Tanggal kerusakan
Secara sederhana, rata-rata jangka vvaktu antar perbaikan dan kerusakan
merupakan perkiraan waktu kerusakan unit yang sama.
Sedangkan untuk mencatat bahan-bahan keperluan perawatan mesin.
digunakan form:
Page 18
86
label 5.6
Form Bahan Perawatan Mesin
Nama bahan:
Tanggal dibuka:
No.
Tanggal habis:
Jumlah pemakaian