Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan U ngkapan Indonesia sebagai surga kerupuk bagi dunia rasanya tak berlebihan. Kerupuk adalah salah satu jenis makanan ringan atau makanan pendamping yang menjadi ciri khas Indonesia, dak hanya karena rasanya, namun juga karena jenis dan bentuknya yang sangat beragam dan dak dapat ditemukan di negara lain. Kerupuk terbuat dari adonan tepung dicampur dengan udang atau ikan, setelah dikukus disayat-sayat pis atau dibentuk dengan alat cetak, dijemur agar mudah digoreng (KBBI, 2016). Hampir seap daerah di Indonesia memiliki kerupuk, dan menjadi produk unggulan dengan indikasi geografis tertentu, seper Kerupuk Palembang dan Kerupuk Udang Sidoarjo. Selain menjadi ciri khas suatu daerah, kerupuk Indonesia juga sangat kaya rasa karena terbuat dari berbagai jenis bahan seper udang, berbagai jenis ikan, bawang, sayuran serta kulit sapi atau kerbau. Sebagai produk yang memiliki kekhasan rasa dan asal produk (geografis), pangsa pasar dan nilai jual kerupuk, baik di dalam dan luar negeri terus meningkat. Potensi kerupuk sebagai produk makanan olahan yang dihasilkan oleh perusahaan berskala besar maupun Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini layak untuk mendapat perhaan pemerintah di tengah kinerja perdagangan komodi utama Indonesia yang masih melambat. Kerupuk dak hanya bisa menjadi komodi andalan di pasar makanan olahan dalam negeri, namun juga menjadi pencuri perhaan pasar makanan olahan di luar negeri. Potret Sentra Industri Kerupuk Industri kerupuk tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Indonesia. Salah satu sentra industri kerupuk udang terletak di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur (2016) pengrajin kerupuk udang terdapat di beberapa sentra produksi, antara lain di Desa Selasih, Kecamatan Tulangan; Desa Kedungrejo dan Kedungpandan, Kecamatan Jabon; Desa Ja Kalang, Kecamatan Prambon; serta di Kecamatan Waru. Selain di Sidoarjo, sentra industri kerupuk udang juga banyak terdapat di wilayah Indramayu dan Cirebon Jawa Barat. Sentra industri kerupuk lainnya adalah sentra industri kerupuk kulit sapi atau kerbau yang biasa dikenal dengan kerupuk rambak atau krecek. Industri kerupuk rambak banyak tersebar di berbagai wilayah di Jawa Tengah dan Yogyakarta, seper Kendal, Pa, Tulungagung, Boyolali, Bantul, dan Klaten. Selain kerupuk kulit, kerupuk ikan juga menjadi produk unggulan sebagian besar RENYAHNYA EKSPOR KERUPUK INDONESIA Bukan hanya pangsa pasar dan nilai ekspor kerupuk yang terus meningkat, pasar tujuan ekspor juga semakin bertambah. Pasar ekspor kerupuk udang Sidoarjo Jawa Timur misalnya, saat ini telah menembus 30 negara dan menghasilkan devisa negara senilai Rp 200 miliar per bulan. Tidak hanya perusahaan besar seper PT. Sekar Laut Tbk yang menikma hasil dari ekspor kerupuk ke berbagai negara, namun perusahaan skala kecil atau UMKM juga mulai ikut menikma hasil dari ngginya permintaan Kerupuk Indonesia. Beberapa UMKM kerupuk aneka rasa di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, secara run mengirimkan kerupuk ikan, kerupuk udang, dan kerupuk bawang ke beberapa pengepul yang kemudian mengirimkan produk-produk tersebut ke Arab Saudi (Kompas, 2015). Begitu pula halnya dengan beberapa UMKM kerupuk ikan (kemplang) di Bangka Belitung. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Bangka Belitung (2015) menunjukkan order kerupuk kemplang dari Singapura, Hong Kong dan Qatar mencapai ga ton seap bulannya sehingga masih sulit dipenuhi oleh UMKM di Bangka Belitung. Menurut data Kementerian Perdagangan (2016) tercatat empat perusahaan eksporr untuk kerupuk udang yaitu Zoneindo Global, Media Kreasi Bangka, Candi Jaya Amerta dan Sekar Laut. Sementara itu untuk produk kerupuk lainnya tercatat lima perusahaan eksporr yaitu Zoneindo Global, Tiara Food, Candi Jaya Amerta, Legong Bali dan Camar Indah Lestari. Sebagian besar perusahaan eksporr tersebut memang dak memproduksi kerupuk dan hanya menjadi perusahaan pengekspor saja. Oleh karena itu keberadaan perusahaan-perusahaan eksporr ini dapat dimanfaatkan dan menjadi sarana untuk mendorong UMKM kerupuk ikut mengekspor produk-produknya. Peluang dan Tantangan Ekspor Kerupuk Melihat perkembangan pangsa pasar kerupuk di dalam dan luar negeri, industri kerupuk baik dalam skala UMKM maupun skala besar memiliki peluang untuk berkembang dan menghasilkan devisa ekspor lebih banyak. Peluang untuk mengembangkan industri ini juga didukung oleh ketersediaan bahan baku lokal seper pasokan bahan baku udang dan ikan dari Palembang, Juwana (Pa), Tegal, dan Karangsong (Indramayu) (Kompas, 2016). Selain itu, pangsa pasar di dalam dan luar negeri masih sangat besar dengan jumlah kompetor yang masih sedikit. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengkonsumsi kerupuk sebagai menu pendamping makanan utama maupun sebagai makanan ringan (camilan) juga menjadi peluang dalam mengembangkan pangsa ekspor produk kerupuk. Salah satunya dengan strategi pemasaran kerupuk melalui diaspora Indonesia yang tersebar di seluruh dunia. Gambar 2. Ilustrasi Produk Kerupuk “KROEPOEK WAROENG” Berkualitas Ekspor. Sumber: cahaya-kencana.com (2016) Selain memiliki peluang yang besar, industri kerupuk juga memiliki tantangan. Beberapa tantangan yang dihadapi industri kerupuk adalah permasalahan bahan baku tapioka yang masih impor, peralatan industri skala UMKM yang masih sederhana, preferensi konsumen pada produk makanan olahan yang sehat dan alami, serta kreavitas pengemasan dan pemasaran. Hingga saat ini sebagian besar bahan baku tepung tapioka untuk industri kerupuk masih harus dipenuhi dari impor (Kompas, 2016). Hal ini tentu saja akan mempengaruhi keberlangsungan produksi dan harga jual kerupuk. Dari sisi peralatan produksi, UMKM juga masih sangat mengandalkan dana pemerintah untuk bisa mendapatkan peralatan produksi yang modern. Berbagai tantangan ini perlu mendapat perhaan dan dukungan serius dari pemerintah agar industri kerupuk di dalam negeri bisa benar-benar menjadikan kerupuk sebagai produk khas unggulan yang bercita rasa dan berkualitas internasional serta mampu menjawab permintaan pasar di dalam dan luar negeri. (Primakrisna T.)