TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 | B_35 Penataan dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah sebagai Destinasi Wisata Kota Kasus: Kawasan Waduk Pusong Kota Lhokseumawe Nova Purnama Lisa Laboratorium Perencanaan dan Perancangan Kota, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh. Abstrak Kawasan Waduk Posung yang dibangun pada tahun 2010 tidak hanya berfungsi sebagai flood controle saja. Sebagai kawasan lahan basah sangat potensial. Kondisi saat ini kawasan waduk Pusong menjadi semakinbanyak didatangi pengunjung seiring dengan perkembangan Kota Lhokseumawe yang kian berkembang pesat sebagai pusat perdagangan. pemerintah setempat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lhokseumawe 2011-2031 merencanakan pengembangan pada kawasan waduk Pusong sebagai kawasan lahan basah buatan tersebut menjadi destinasi wisata kota tepian air. Beberapa pengembang an pada kaw asan waduk Pusong telah dilaksanakan seperti penataan akses sirkulasi dengan membangun jalan lintas waduk. Namun pengembangan tersebut belum mengatasi permasalahan pada kawasan secara keseluruhan dan arahan pengembangannya hanya menitikberatkan pada fungsi komersial, bukan terhadap fungsi ruang publik. Sehingga diperlukan arahan dan pengembangan baru terhadap kawasan sesuai dengan rencana pemerintah untuk mengembangkannya menjadi kawasan destinasi wisata waduk. Metoda penelitian Terapan, Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengangkat konsep Placemaking, dimana Placemaking adalah proses mengubah ruang/ spacemenjadi tempat/ place. Kata-kunci: Kawasan waduk, lahan basah, Placemaking, destinasi wisata PengantarKawasan Waduk Pusong berada di kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Waduk Pusong ini berjarak sekitar 2 kilometer dari pusat kota Lhokseumawe, dan berbatasan dengan Pusong Lama dan Mongeudong. Kawasan ini dahulu merupakan daerah aliran sungai Kreung Cunda, yang merupakan aliran air laut yang memisah- kan daratan Lhokseumawe dengan daratan Pu- lau Sumatera. Waduk Pusong di bangun di lahan seluasan ±60 Ha. Pada umumnya sungai me- miliki hubungan yang sangat signifikan seiring dengan sejarah berdirinya serta terbentuknya sebuah wilayah kota. Dalam Kajian perkem- bangan kota-kota di Asia Tenggara khususnya lingkup studi kota-kota sungai di pantai timur pulau Sumatera, hal ini digambarkan oleh (Marsden, 1999 dalam Pedia dan William) bah- wa pada mulanya struktur kota yang terbentuk pada kawasan sungai diawali dari akses berupa alan yang harus dilalui dari area pantai-pantai pada bagian utara Pulau Sumatera. Tentu saja karaktek lahan kawasan seperti ini adalah karakteristik dari kawasan lahan basah. Lahan basah (wetland) adalah wilayah-wilayah dimana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Lahan basah terdiri dari 2 jenis yaitu lahan basah alamiah dan lahan basah buatan. Pada kasus ini Waduk Pusong merupakan kawasan lahan basah buatan, keberadaannya sangat potensial seba- gai keberlanjutan wilayah kota dan diharapkan dapat dimanfaat secara optimal serta dikelola oleh manusia agar bermanfaat bagi kesejah- teraan masyarakat.
6
Embed
TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7/23/2019 TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota
Penataan dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah sebagaiDestinasi Wisata KotaKasus: Kawasan Waduk Pusong Kota Lhokseumawe
Nova Purnama Lisa
Laboratorium Perencanaan dan Perancangan Kota, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh.
Abstrak
Kawasan Waduk Posung yang dibangun pada tahun 2010 tidak hanya berfungsi sebagai flood
controle saja. Sebagai kawasan lahan basah sangat potensial. Kondisi saat ini kawasan waduk
Pusong menjadi semakinbanyak didatangi pengunjung seiring dengan perkembangan Kota
Lhokseumawe yang kian berkembang pesat sebagai pusat perdagangan. pemerintah setempat
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lhokseumawe 2011-2031 merencanakanpengembangan pada kawasan waduk Pusong sebagai kawasan lahan basah buatan tersebut menjadi
destinasi wisata kota tepian air. Beberapa pengembangan pada kawasan waduk Pusong telah
dilaksanakan seperti penataan akses sirkulasi dengan membangun jalan lintas waduk. Namun
pengembangan tersebut belum mengatasi permasalahan pada kawasan secara keseluruhan dan
arahan pengembangannya hanya menitikberatkan pada fungsi komersial, bukan terhadap fungsi
ruang publik. Sehingga diperlukan arahan dan pengembangan baru terhadap kawasan sesuai
dengan rencana pemerintah untuk mengembangkannya menjadi kawasan destinasi wisata waduk.
Metoda penelitian Terapan, Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengangkat konsep
Placemaking, dimana Placemaking adalah proses mengubah ruang/space menjadi tempat/place .
Kata-kunci : Kawasan waduk, lahan basah, Placemaking, destinasi wisata
Pengantar
Kawasan Waduk Pusong berada di kecamatan
Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Waduk Pusong
ini berjarak sekitar 2 kilometer dari pusat kota
Lhokseumawe, dan berbatasan dengan Pusong
Lama dan Mongeudong. Kawasan ini dahulu
merupakan daerah aliran sungai Kreung Cunda,yang merupakan aliran air laut yang memisah-
kan daratan Lhokseumawe dengan daratan Pu-
lau Sumatera. Waduk Pusong di bangun di lahan
seluasan ±60 Ha. Pada umumnya sungai me-
miliki hubungan yang sangat signifikan seiring
dengan sejarah berdirinya serta terbentuknya
sebuah wilayah kota. Dalam Kajian perkem-
bangan kota-kota di Asia Tenggara khususnya
lingkup studi kota-kota sungai di pantai timur
pulau Sumatera, hal ini digambarkan oleh
(Marsden, 1999 dalam Pedia dan William) bah-
wa pada mulanya struktur kota yang terbentuk
pada kawasan sungai diawali dari akses berupa
alan yang harus dilalui dari area pantai-pantai
pada bagian utara Pulau Sumatera. Tentu saja
karaktek lahan kawasan seperti ini adalah
karakteristik dari kawasan lahan basah.
Lahan basah (wetland) adalah wilayah-wilayahdimana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat
permanen (menetap) atau musiman. Lahan
basah terdiri dari 2 jenis yaitu lahan basah
alamiah dan lahan basah buatan. Pada kasus ini
Waduk Pusong merupakan kawasan lahan basah
buatan, keberadaannya sangat potensial seba-
gai keberlanjutan wilayah kota dan diharapkan
dapat dimanfaat secara optimal serta dikelola
oleh manusia agar bermanfaat bagi kesejah-
teraan masyarakat.
7/23/2019 TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota
Penataan dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota
B_36 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014
Waduk Pusong yang merupakan kawasan lahan
basah buatan dinilai sebagai destinasi wisata
kota berdasarkan pertimbangan, sebagai
berikut:
1.
Waduk Pusong merupakan akses utamakeluar masuk menuju wilayah kota. Kondisi
tapak yang sangat muda untuk dilalui
2. Letak waduk Pusong berada di lintasan
kreung Cunda/sungai Cunda. Kualitas visual
alam yang disajikan disini sangat berbeda
dengan destinasi wisata di daerah Aceh
lainnya.
3. Keberadaan waduk Pusong ini juga sebagai
Area konservasi smber daya alam melalui
pemanfaatan sumber daya wisata kota seca-
ra berkelanjutan serta menciptakan pence-gahan dampak negatif lingkungan.
Faktor geografis yang menjadikan Kota Lhok-
seumawe sebagai kota pesisir memiliki potensi
pariwisata yang cukup signifikan. Selain itu
keberadaan kawasan waduk Pusong yang
berbatasan langsung dengan laut juga memiliki
potensi sebagai kawasan destinasi wisata kota
tepi air. Sehinga mampu meningkatkan eksis-
tensi dan potensi dari sarana serta prasarana
dalam penataan secara optimal sebagaidestinasi wisata lahan basah.
Penataan kawasan waduk ini sebagai destinasi
wisata kota bertujuan untuk menghasilkan
masterplan serta konsep penataan kawasan
yang menjadi urban contex sebagai fungsi
teknis maupun non teknis.
Kondisi saat ini kawasan waduk Pusong menjadi
semakin ramai didatangi pengunjung seiring
dengan perkembangan Kota Lhokseumawe yangkian berkembang pesat sebagai pusat per-
dagangan. pemerintah setempat dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lhokseumawe
2011-2031 merencanakan pengembangan pada
kawasan waduk Pusong sebagai kawasan lahan
basah buatan tersebut menjadi destinasi wisata
kota tepian air. Beberapa pengembangan pada
kawasan waduk Pusong telah dilaksanakan
seperti penataan akses sirkulasi dengan mem-
bangun jalan lintas waduk. Namun pengem-
bangan tersebut belum mengatasi permasalahanpada kawasan secara keseluruhan dan arahan
pengembangannya hanya menitikberatkan pada
fungsi komersial, bukan terhadap fungsi ruang
publik. Sehingga diperlukan arahan dan
pengembangan baru terhadap kawasan sesuai
dengan rencana pemerintah untuk mengem-
bangkannya menjadi kawasan destinasi wisatawaduk. Pendekatan yang dilakukan adalah
dengan mengangkat konsep Placemaking, dima-
na Placemaking adalah proses mengubah ruang/
space menjadi tempat/place , (Schneeklth dan
Shibley, 1995). Space /ruang yang belum me-
miliki fungsi yang sesuai dan belum memiliki
karakter yang kuat, diarahkan menjadi place/
tempat yang sudah memiliki fungsi yang sesuai
dan karakter yang kuat.
Dalam kasus penelitian ini, waduk Pusongsebagai “space” yang akan dikembangkan
menjadi “place” dengan memiliki fungsi yang
sesuai yakni sebagai destinasi wisata kota, dan
memiliki karakter yang kuat yakni karakter
waterfront (tepi air). Unsur-unsur pembentuk
place (tempat) adalah activity (aktivitas), form
(tempat perwadahan), dan image (citra tempat),
sehingga variabel yang digunakan adalah
activity; aktivitas yang terjadi pada kawasan
yang mengarah pada aspek fungsi sebagai
destinasi wisata kota, serta form dan image
yang merupakan faktor-faktor pembentuk dan
penguat karakter waterfront. Prinsip utama
optimalisasi kawasan waduk Pusong sebagai
destinasi wisata perkotaan tentunya adalah daya
tarik yang dimiliki oleh kawasan tersebut. untuk
menciptakan daya tarik suatu ruang maupun
tempat tentunya diperlukan penataan serta
pemanfaatan yang optimal.
Kuhn, 1993 mengatakan interpretasi merupakan
pemaknaan dan penafsiran, biasa dikenal de-ngan metode hermeneutik, penggunaan metodehermeneutik atau interpretasi dalam studi iniadalah untuk memahami obyek dalam konteksruang dan waktu dimana obyek tersebut berada,terkait didalamnya keseluruhan aspek kondisisosial, ekonomi, budaya (human behavior ),pandangan hidup maupun sejarahnya.
Potensi sumber daya alam memiliki makna keku-
atan serta karakter tersendiri dalam menopang
perkembangan kepariwisataan. Salah satusumber daya alam yang dapat memberikan
7/23/2019 TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota
Menurut Echols & Shadily (2007), yangmenyatakan bahwa “Wisata adalah perjalananyang dilakukan oleh seseorang atau sekelompokorang mengunjungi tempat tertentu secarasukarela dan bersifat sementara dengan tujuanberlibur atau tujuan lainnya bukan untukmencari nafkah”.
Menurut Warpani (2007), yang menyatakan
bahwa Pariwisata adalah berbagai bentukkegiatan wisata sebagai kebutuhan dasar manu-sia yang diwujudkan dalam berbagai macamkegiatatan yang dilakukan oleh wisatawan, di-dukung oleh fasilitas dan pelayanan yangdisediakan oleh masyarakat, pengusaha, danpemerintah.
Destinasi wisata kota berupa kawasan wadukPusong keberadaan dan fungsi didukung olehkebijakan dalam Pedoman Tata ruang WilayahKota (RTRW) kota Lhokseumawe tahun 2011-
2031,yang menetapkan dalam perencanaan tataruang kota yang menghasilkan konsep pengem-bangan pembangunan sector pariwisata sertauntuk menciptakan sistem pariwisata yang
dikelola oleh masyarakat.
Metode
Studi ini dilakukan secara kualitatif denganmemperhatikan hasil studi pada kawasan lahanbasah waduk sebagai destinasi wisata kota.Metode Penelitian yang digunakan merupakanPenelitian Terapan/ Applied research yangmempunyai alasan praktis, keinginan untukmengetahui, bertujuan agar dapat melakukansesuatu yang jauh lebih baik, lebih efektif, danefisien serta terfokus pada problem solvingyang terjadi pada ruang kota (Andranovich,1993)
Penelitian terapan atau applied research dilakukan berkenaan dengan kenyataan-kenya-taan praktis, penerapan, dan pengembangan
ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penel-itian dasar dalam kehidupan nyata. Penelitian
terapan berfungsi untuk mencari solusi tentangmasalah masalah tertentu. Tujuan utamanyaadalah pemecahan masalah sehingga hasilpenelitian dapat dimanfaatkan untuk kepen-tingan manusia baik secara individu ataukelompok.
Metode Pengumpulan Data
a. Data sekunder
Studi kajian pustaka untuk mendapatkankerangka teori yang pada penelitian inimendasarkan pada metode applied research ,teori placemaking yang dikemukakan danmetode hermeneutik.
b. Data primer
Penelitian di lapangan untuk mendapatkan data
fenomena daerah penelitian yang dilakukan
antara lain: Identifikasi terhadap kegiatan
pembangunan infrastruktur penunjang dan
prasarana destinasi wisata pada kawasan waduk
Pusong, observasi; penggalian fenomena la-
pangan obyek penelitian; survey lapangan yang
nantinya diharapkan dapat memenuhi semua
ketentuan yang diberikan untuk mencapai
tujuan studi ini; penga-matan gambar/foto yangmerupakan data visual; pemetaan aktivitas
lingkungan penelitian.
7/23/2019 TI2014 B p035 040 Penataan Dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah Sebagai Destinasi Wisata Kota