Top Banner

of 59

Thesummary of Block XIII (Psychiatry)

Jan 08, 2016

Download

Documents

MAteri kuliah kedokteran tentang ilmu psikiatri (belum selesai)
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 2

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ................................................................................................................................................... 2

    INTRODUCTION : MENTAL DISORDERS CAUSES, CLASIFICATION, PPDGJ ..................... 3

    GANGGUAN TIDUR: INSOMNIA ......................................................................................................... 5

    GANGGUAN PSIKOTIK ......................................................................................................................... 12

    GANGGUAN MENTAL ORGANIK..................................................................................................... 23

    PSIKOFARMAKA ..................................................................................................................................... 26

    EFEK SAMPING OBAT ........................................................................................................................... 33

    GANGGUAN KEPRIBADIAN ............................................................................................................... 36

    GANGGUAN CEMAS ............................................................................................................................. 43

  • 3

    INTRODUCTION : MENTAL DISORDERS CAUSES, CLASIFICATION, PPDGJ

    WARIH ANDAN PUSPITOSARI

    Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi

    tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, dan mempunyai

    sikap positif terhadap diri dan orang lain. Ciri suatu jiwa yang sehat:

    Menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya

    Mampu menghadapi stress kehidupan secara wajar

    Mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya

    Menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya

    Merasa nyaman bersama dengan orang lain

    Sedangkan gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, perasaan, atau tingkah laku,

    sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari (fungsi

    pekerjaan dan sosial dari orang tersebut). Dalam PPDGJ digunakan istilah gangguan

    jiwa atau gangguan mental (mental disorder), bukan penyakit jiwa (mental

    disease/mental illness).

    Konsep gangguan jiwa dalam PPDGJ III merujuk pada DSM-IV:

    1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa:

    o Sindrom atau pola perilaku

    o Sindrom atau pola psikologik

    2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress)

    3. Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas (disability) dalam aktivitas

    kehidupan sehari-hari.

    Gangguan jiwa bisa terjadi disebabkan adanya stressor organik (misalnya alzheimer)

    yang disebut Gangguan Mental Organik (GMO) atau bisa juga disebabkan adanya

    stressor psikososial yang disebut Gangguan Mental Non Organik (GMNO). Meskipun

    demikian, penyebab gangguan jiwa bersifat multifaktorial.

    Faktor genetik

    Faktor biologis (neurotransmitter dan hormon)

    Faktor psikologis

  • 4

    Dari tiga faktor tsb, bisa dirumuskan kembali 2 faktor yang berperan pada terjadinya

    gangguan jiwa, yaitu

    Faktor predisposisi: faktor-faktor yang apabila dimiliki akan membuat

    seseorang menjadi rentan terhadap gangguan jiwa, misalnya pola asuh

    ketika kecil, tipe kepribadian tertentu.

    Faktor presipitasi: faktor pencetus gangguan jiwa, misalnya kehilangan

    orang yang dicintai, bencana alam.

    Hal ini yang menjelaskan mengapa setiap orang akan memiliki respon yang berbeda

    pada suatu stressor yang sama. Tergantung seberapa besar faktor predisposisi yang

    dimiliki orang tsb.

    Gangguan jiwa secara garis besar digolongkan menjadi 2, yaitu:

    Non Psikotik Psikotik

    Bentuk pikiran realistik Bentuk pikiran tidak realistik, adanya

    waham, halusinasi, dan perilaku kacau

    Fungsi masih baik Deteriorasi (penurunan fungsi yang

    terlihat jelas)

    Insight baik Insight buruk

    Contoh gangguan non psikotik:

    Gangguan suasana perasaan/afek/mood (depresi dan manik)

    Gangguan neurotik (cemas)

    Sindrom perilaku karena penyakit fisik

    Gangguan impuls

    Gangguan sex

    Gangguan perkembangan psikologi

    Gangguan perilaku dan emosional onset masa kanak dan remaja

    Contoh gangguan psikotik:

    Skizofrenia

    Psikotik akut dan sementara

    Gangguan waham menetap

    Gangguan mental organik (mungkin memberikan gambaran psikotik)

    Skizoafektif

    Gangguan afektif (manik/depresi) berat dengan gejala psikotik

  • 5

    GANGGUAN TIDUR: INSOMNIA IDA ROCHMAWATI

    Gangguan tidur adalah:

    kesukaran dalam memulai tidur atau mempertahankan keadaan tidur

    (Sadock (2007),

    kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kuantitas dan atau kualitas, yang

    berlangsung untuk satu kurun waktu tertentu (PPDGJ III)

    kesulitan mulai atau mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak dalam

    dan berlangsung selama 1 bulan/lebih (DSM IV)

    Meskipun kasus terbanyak gangguan tidur adalah insomnia, tetapi ada berbagai

    gangguan tidur lain yang juga perlu diketahui:

    Hypersomnia non organik: rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari

    Somnambulisme (sleepwalking): episode bangun dari tempat tidur, terus

    berjalan-jalan, dengan relatif tidak memberikan respon terhadap upaya

    orang lain untuk berkomunikasi (kesadaran berubah)

    Night terror: terbangun dari tidur dengan diikuti anxietas yang hebat

    Nightmare: mimpi buruk hingga menyebabkan penderitaan yang cukup

    berat

    Pada BAB ini, gangguan tidur yang akan dibahas lebih mendalam adalah insomnia.

    Klasifikasi insomnia:

    Berdasarkan penyebab:

    o Insomnia primer: bila penyebabnya tidak berhubungan dengan

    gangguan mental atau faktor organik (termasuk insomnia non

    organik)

    o Insomnia sekunder: bila penyebabnya berhubungan dengan

    gangguan mental atau faktor organik.

    Sindrom Insomnia Psikis, misalnya insomnia pada

    gangguan bipolar dan anxietas

    Sindroma Insomnia Organik, misalnya pada

    hyperthyroidism

    Sindrom Insomnia Situasional, misalnya pada gangguan

    penyesuaian

  • 6

    Sindrom Insomnia Penyerta, yaitu insomnia yang terjadi

    bersamaan dengan gangguan fisik, tetapi sebenarnya

    secara patofisiologi tidak berkaitan

    Berdasarkan onset:

    o Transient insomnia: telah berlangsung selama beberapa hari

    o Short term insomnia: telah berlangsung selama 1-3 minggu

    o Chronic insomnia: telah berlangsung selama lebih dari 3 minggu

    Transient dan short term insomnia berhubungan erat dengan faktor

    presipitasi, misalnya adanya stresor sosial yang baru-baru ini terjadi,

    sedangkan chronic insomnia biasanya bersifat kompleks dan hubungannya

    dengan suatu faktor presipitasi tidak jelas.

    Berdasarkan bentuknya:

    o Difficulty In Initiating Sleep (DIS) atau Sleep Onset Insomnia: sulit

    masuk tidur

    o Difficulty In Maintaining Sleep (DMS) atau Sleep Maintenance

    Insomnia: bisa tidur, tapi sering terbangun

    o Early Morning Waking, Without Further Sleep (EMW) atau Sleep

    Onset Insomnia: terbangun di tengah malam, lalu dan sulit tidur

    lagi

    Patofisiologi insomnia

    Adanya lesi maupun degenerasi thalamus akan menyebabkan insomnia. Pada

    thalamus terdapat nucleus yang disebut nuclei raphe yang memproduksi

    neurotransmitter utama di sistem saraf pusat yang berhubungan dengan proses

    tidur, yaitu serotonin. Turunnya serotonin akan menyebabkan insomnia.

    Selain itu, terganggunya sekresi melatonin dari glandula pineal juga berpengaruh

    pada insomnia. Melatonin adalah hormon yang berperan dalam proses tidur-bangun.

    Hormon ini banyak disekresi pada saat gelap. Pemberian melatonin terbukti dapat

    membuat seseorang lebih mudah memulai tidur atau mempertahankan tidur. Oleh

    karena itu, bila sekresi melatonin turun, maka akan menyebabkan insomnia.

    Etiologi terjadinya insomnia:

    Faktor ekstrinsik, misalnya cahaya, kebisingan, higiene, suhu, kelembaban,

    dan perubahan lingkungan sekitar

    Faktor instrinsik, bisa dalam bentuk organik maupun psikologis, misalnya

    depresi, cemas, dan aktivitas mental sebelum tidur

  • 7

    Faktor iatrogenik, misalnya penggunaan obat-obatan maupun makanan

    tertentu yang menghambat proses mengantuk

    Manfaat tidur pada proses biologi:

    Pembentukan sel

    Penyimpanan energi metabolisme

    Termoregulator

    Maturasi neuron

    Perubahan sekresi hormon, misalnya sekresi growth hormone selama fase

    tidur gelombang lambat

    Pengaturan air seni

    Fisiologi Tidur

    Tidur dibagi menjadi 2 fase utama, yaitu:

    NREM (Non Rapid Eyes Movement)

    o Stadium I : peralihan dari keadaan sadar menuju tidur.

    Gelombang otak pada EEG adalah alfa dan theta

    Teori tentang Fungsi Tidur

    Bila diperhatikan, fase tidur REM memiliki pola gelombang otak yang sama

    dengan saat orang terjaga sepenuhnya. Artinya, pada saat tidur REM, otak kita

    tidak istirahat, tetapi justru bekerja sama kerasnya dengan saat kita terjaga.

    Bedanya, saat kita tidur REM, semua impuls aferen dari kelima indera kita

    diblokir untuk sementara, sehingga otak bisa fokus beraktivitas untuk dirinya

    sendiri. Dari konsep ini lalu muncul beberapa teori tentang fungsi tidur, yaitu:

    Memberikan otak waktu untuk mengejar proses biokimia otak yang

    tertinggal akibat banyaknya aktivitas selama orang terjaga.

    Mengganti simpanan energi otak yang banyak terpakai selama orang

    terjaga.

    Memberikan otak waktu untuk memperbaiki kerusakan akibat radikal

    bebas.

    Sumber: Fisiologi Manusia, dari Sel ke Sistem Lauralee Sherwood

  • 8

    o Stadium II : tidur ringan yang ditandai adanya sleep spindle

    dan k-complex pada EEG. Gelombang otak pada EEG adalah delta

    20%

    o Stadium III : peralihan menuju tidur dalam. Gelombang

    otak pada EEG adalah delta 20-50%

    o Stadium IV : tidur dalam (kesadaran sangat turun).

    Gelombang otak pada EEG adalah delta >50%, sehingga disebut

    delta sleep

    REM (Rapid Eyes Movement). Disebut demikian karena pada fase ini mata

    bergerak ke berbagai arah dengan cepat. Gelombang otak pada EEG adalah

    beta, sama seperti ketika orang terjaga.

    Apabila dua fase di atas telah berlalu, maka itu disebut 1 siklus tidur (sekitar 90 menit).

    Sepanjang malam, orang normal akan melalui 4-5 siklus tidur.

    Kebutuhan tidur bersifat individual. Tidak ada batasan minimal waktu tidur seperti

    yang selama ini diketahui umum. Berdasarkan durasi tidurnya, dikenal istilah short

    sleeper (kebutuhan tidur selama sekitar 3-5 jam) dan long sleeper (kebutuhan tidur

    selama sekitar 7-10 jam).

    Berdasarkan stadium yang dilewati, tidur dibagi menjadi 3, yaitu:

    Tidur ringan : melewati stadium 1 dan 2

    Tidur dalam : melewati stadium 3 dan 4

    Tidur dangkal : melewati stadium REM (terjadi mimpi)

    Perbedaan fase NREM dan REM:

    Karakteristik NREM REM

    Aktivitas neuron, suhu,

    dan metabolisme otak

    Menurun Meningkat

    Aktivitas simpatis Menurun Meningkat

    Aktivitas parasimpatis Meningkat Menurun

    Genitalia - Ereksi dan pembesaran

    klitoris

    Neurotransmitter yang terlibat pada proses tidur:

    Serotonin Meningkatkan hypnotic effect, tidur delta, dan

    menghambat neuron kolinergik

    Norepinephrine

    (neuron noradrenergic)

    Menghambat tidur REM

    Acetylcholine Menghambat sinkronisasi EEG kortikal

  • 9

    (neuron kolinergik)

    Dopamin Mediasi efek bangun

    GABA Memperkuat efek hipnotik

    Adenosine Memicu tidur

    Interleukin Memicu tidur gelombang lambat (NREM)

    Prostaglandin Meningkatkan waktu tidur

    Terapi Insomnia

    Terapi Gizi

    Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung zat berikut:

    Magnesium Muscle relaxant

    Kalsium Calming effect

    Vitamin B kompleks Mendorong tercapainya kondisi istirahat

    Karbohidrat kompleks Memacu serotonin

    Vitamin B3 Memacu serotonin

    Hindari makanan dan minuman yang mengandung zat berikut:

    Bumbu menyengat, kafein, makanan

    berpengawet

    Memacu adrenalin dan reaksi stimulan

    lainnya

    Karbohidrat sederhana

    Depresi dan Durasi REM

    Pada awal depresi, seseorang akan sering terbangun karena mimpi buruk,

    sehingga frekuensi REM sleep dalam satu kali tidur akan berkurang (normalnya

    4x REM sleep). Berkurangnya frekuensi REM sleep ini akan membuat tubuh

    berusaha mengkompensasi dengan cara memperpanjang durasi REM sleep.

    Lama-kelamaan, REM sleep akhirnya bisa dikompensasi dengan ditambah

    durasinya, tetapi efek sampingnya adalah durasi delta sleep menjadi berkurang.

    Inilah yang menyebabkan sensasi tidur tidak pulas.

    Obat anti-depresi (trisklik dan tetrasiklik) menekan durasi REM sleep dan

    memperpanjang durasi delta sleep, sehingga pasien bisa tidur nyaman, tidak

    diganggu mimpi buruk. Bila obat mendadak dihentikan, akan terjadi REM

    rebound dimana pasien akan mengalami mimpi-mimpi buruk lagi.

  • 10

    Makanan berprotein tinggi Mencegah produksi serotonin

    Tiramin (keju, coklat, bayam, tomat) Merangsang sekresi norepinephrine

    Terapi psikofarmaka

    Beberapa obat antiinsomnia:

    Benzodiazepine Short Acting, digunakan untuk initial insomnia (sulit masuk

    ke dalam tidur), misalnya pada gangguan anxientas.

    Heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik), digunakan untuk

    delayed insomnia (bangun saat dini hari, kemudian sulit untuk tidur

    kembali), misalnya pada gangguan depresi.

    Phenobarbital atau Benzodiazepine Long Acting, digunakan untuk broken

    insomnia (sering terbangun dari tidur), misalnya pada gangguan stres

    psikosial dan depresi.

    Indikasi obat antiinsomnia:

    Transient insomnia

    Short term insomnia

    Pengaturan dosis: dosis tunggal, diminum 15-30 sebelum tidur. Dosis awal

    dinaikkan secara bertahap sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai

    1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off. Penggunaan lebih dari 2 minggu

    dapat menimbulkan perubahan sleep EEG yang menetap sekitar 6 bulan berikutnya.

  • 11

    Dinamika Penghentian Obat

    Beberapa pertimbangan berkaitan dengan penghentian obat antiinsomnia:

    Gejala-gejala pasien dapat muncul kembali

    Pasien dapat mengalami gejala putus obat, yang secara umum terjadi

    dalam waktu beberapa hari setelah penghentian obat. Gejala putus

    obat akan hilang pada minggu kedua atau ketiga setelah penghentian

    obat atau dapat dihindari dari awal dengan cara pengurangan dosis

    yang baik

    Penghentian tiba-tiba dari dosis yang relatif tinggi dapat menyebabkan

    konvulsi (kejang), sehingga penghentian tiba-tiba tidak

    direkomendasikan.

    Kesulitan pemberhentian obat seringkali disebabkan oleh psychological

    dependence (habituasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan

    tidur dapat ditanggulangi.

    Kemungkinan yang muncul pada waktu penghentian obat:

    Rebound, yaitu gejala tiba-tiba muncul, bahkan bisa lebih parah dari

    sebelumnya

    Relaps, yaitu peningkatan simptom yang muncul 3-4 minggu setelah

    medikasi dihentikan

    Obat golongan Benzodiazepine tidak menyebabkan REM supression &

    rebound

  • 12

    GANGGUAN PSIKOTIK WILDAN

    Definisi psikotik adalah ketidakmampuan untuk membedakan khayalan dengan

    kenyataan, terkadang disertai dengan pembentukan realitas baru. Ciri utama adanya

    gangguan psikotik adalah munculnya waham dan psikotik.

    Waham adalah kepercayaan yang salah, didasarkan pada kesimpulan yang salah

    tentang realitas, dipertahankan, dan tidak dapat dikoreksi dengan akal sehat.

    Beberapa contoh waham:

    Waham nihilistik: kepercayaan bahwa dirinya, orang lain, dan seluruh dunia

    sebenarnya tidak ada

    Waham somatik: kepercayaan salah yang melibatkan fungsi tubuh,

    contohnya kepercayaan bahwa otaknya membusuk

    Waham kejar/paranoid: kepercayaan yang salah pada seseorang yang

    merasa dirinya dicurigai atau dikejar

    Waham kebesaran: kepercayaan yang salah tentang identitas atau kekuatan

    dirinya yang terlalu dilebih-lebihkan

  • 13

    Waham kendali atau dalam PPDGJ diklasifikasikan sebagai waham bizarre:

    o Penarikan pikiran: waham bahwa pikirannya diambil oleh sesuatu

    dari luar

    o Insersi pikiran: waham bahwa suatu pemikiran ditanamkan ke

    dalam otaknya oleh sesuatu dari luar

    o Siar pikir: waham bahwa pikirannya dapat didengar oleh orang lain

    o Kendali pikir: waham bahwa pikirannya dapat dikendalikan oleh

    sesuatu dari luar

    Halusinasi adalah persepsi sensorik palsu dimana tidak adanya impuls dari luar

    dipersepsikan ada. Beberapa contoh halusinasi:

    Halusinasi auditorik: persepsi palsu yang melibatkan pendengaran

    Halusinasi visual: persepsi palsu yang melibatkan penglihatan

    Halusinasi olfactory: persepsi palsu yang melibatkan penghidu

    Halusinasi gustatory: persepsi palsu yang melibatkan pengecap

    Halusinasi taktil: persepsi palsu yang melibatkan sensasi sentuhan

    Stadium intensitas halusinasi:

    Stadium 1: comforting, halusinasi secara umum memberikan sensasi

    menyenangkan

    Stadium 2: condemning, halusinasi secara umum mulai mengganggu,

    sehingga pasien tidak menyukai halusinasinya

    Stadium 3: controlling, halusinasi menjadi sangat kuat dan menguasai

    pasien

    Stadium 4: conquering, halusinasi telah menguasai pasien sepenuhnya,

    dipercaya pasien, sehingga terkadang memunculkan waham

    SKIZOFRENIA

    Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling umum. Prevalensi sama pada

    laki-laki dan wanita. Onset lebih awal pada laki-laki. Usia puncak awitan adalah 15-25

    tahun untuk laki-laki dan 25-35 tahun untuk wanita. Penyebab umum kematian

    adalah bunuh diri karena depresi.

  • 14

    PATOFISIOLOGI

    Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan AAAAspek spek spek spek NNNNeurobiologieurobiologieurobiologieurobiologi Gangguan psikotik terjadi akibat adanya lesi pada area frontal, temporal, dan sistem

    limbik di otak, serta disregulasi pada beberapa neurotransmitter otak. Salah satu

    neurotransmitter otak yang sering dikaitkan dengan skizofrenia adalah dopamin. VTA

    (ventral tegmental area) yang berfungsi memproduksi dopamin otak akan

    mensekresikan dopamin dalam jumlah besar. Dopamin itu sendiri bersifat

    ekshibitorik, yang artinya cenderung bersifat memacu. Ketika dopamin dalam jumlah

    besar menuju ke:

    Sistem limbik sebagai pusat emosi terjadi ketidakstabilan emosi,

    sehingga mudah mengamuk, mudah tertawa sendiri (euphoria), mudah

    depresi

    Area frontal sebagai pusat kognitif terjadi waham

    Area temporal sebagai pusat pendengaran terjadi halusinasi auditorik

    Area oksipital sebagai pusat penglihatan terjadi halusinasi visual

    Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan Aspek OAspek OAspek OAspek Organikrganikrganikrganik Penurunan fungsi otak yang disebabkan infeksi virus, toksin, trauma, dan

    penyakit metabolisme

    Termasuk pada saat perinatal, bila fetus mengalami kekurangan oksigen

    selama proses melahirkan atau bila ibu mengalami malnutrisi selama

    trimester awal kehamilan, akan menyebabkan ketidaksesuaian

    pertumbuhan otak janin

    Defisiensi vitamin B kompleks dan vitamin C yang parah akan menyebabkan

    skizofrenia.

    MANIFESTASI KLINIS

    Gejala Gejala Gejala Gejala Bleulers 4 AsBleulers 4 AsBleulers 4 AsBleulers 4 As Gejala skizofrenia dirumuskan dalam sekumpulan gejala yang disebut Bleulers 4 As,

    yaitu:

    Affective disturbance: ketidakmampuan untuk menunjukkan respon emosional

    yang sesuai

    Autistic thinking: ketidakmampuan untuk menghubungkan pemikirannya sendiri

    dengan orang lain atau lingkungan

  • 15

    Ambivalence: ketidaksesuaian emosi, tingkah laku, pemikiran, atau hasrat terhadap

    orang, benda, atau situasi yang sama

    Looseness of Association: ketidakmampuan untuk berpikir secara logis

    Gejala Positif dan NegatifGejala Positif dan NegatifGejala Positif dan NegatifGejala Positif dan Negatif Manifestasi klinis dari skizofrenia terbagi menjadi 3, yaitu positive symptoms

    (produktif), negative symptoms (defisit), dan disorganized symptoms.

    Positive symptoms:

    Waham

    Halusinasi

    Agitasi atau manik

    Tingkah laku dan pakaian yang aneh

    Memusuhi disertai tingkah laku agresif

    Kecurigaan

    Secara umum, perilakunya berubah menjadi berlebihan dibandingkan

    biasanya

    Negative symptoms:

    Secara umum, perilakunya berubah menjadi berkurang dibandingkan

    biasanya

    Anergia (lesu, seperti kekurangan energi)

    Anhedonia (kehilangan hasrat untuk melakukan sesuatu yang biasanya

    disukai)

    Emosi dan afek menumpul, atau bahkan datar

    Kekurangan motivasi

    Menarik diri (pasif, apatis, tidak mau kontak mata)

    Penurunan kemampuan berpikir abstrak

    Alogia (kurangnya spontanitas dalam pembicaraan)

    Disorganized symptoms:

    Penurunan kognitif disertai bingung

    Pembicaraan inkoheren dan kacau

    Adanya gerakan berulang-ulang yang berirama, misalnya berjalan mondar-

    mandir

    Penurunan konsentrasi dan perhatian

    Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Umum Skizofrenia Umum Skizofrenia Umum Skizofrenia Umum Skizofrenia berdasarkan PPDGJberdasarkan PPDGJberdasarkan PPDGJberdasarkan PPDGJ----IIIIIIIIIIII Harus ada minimal satu gejala berikut yang sangat jelas:

  • 16

    Thought echo: isi pikirannya sendiri yang bergema di dalam kepalanya

    Thought insertion or withdrawal: isi pikiran asing dari luar masuk (insertion)

    ke dalam pikirannya atau isi pikirannya diambil (withdrawal) keluar oleh

    sesuatu

    Thought broadcasting: merasa isi pikirannya tersiar ke luar, sehingga orang

    lain mengetahuinya

    Delusion of control: waham dirinya dikendalikan oleh sesuatu dari luar

    Delusion of influence: waham dirinya dipengaruhi oleh kekuatan tertentu

    dari luar

    Delusion of passivity: waham dirinya tidak berdaya terhadap suatu kekuatan

    dari luar yang secara jelas merujuk pada anggota gerak tertentu

    Delusion of perception: waham dirinya mendapatkan pengalaman inderawi

    yang tak wajar, tetapi bermakna sangat khas bagi penderitanya, biasanya

    bersifat mistik atau mukjizat

    Halusinasi auditorik dalam bentuk apapun

    Waham menetap jenis lain yang menurut budaya setempat tidak wajar dan

    mustahil. Misalnya mampu mengendalikan cuaca.

    Harus ada minimal dua gejala berikut yang sangat jelas:

    Halusinasi menetap dari indera apa saja

    Arus pikiran terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi), sehingga

    berakibat pembicaraan tidak relevan dan inkoheren

    Perilaku katatonik, seperti stupor, negativism, mutisme

    Ada gejala-gejala negatif

    Gejala-gejala tsb di atas harus telah berlangsung selama satu bulan atau lebih dan

    harus ada penurunan mutu secara keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi.

    KLASIFIKASI DAN KRITERIA DIAGNOSIS

    Skizofrenia Paranoid (F20.0)Skizofrenia Paranoid (F20.0)Skizofrenia Paranoid (F20.0)Skizofrenia Paranoid (F20.0) Kriteria diagnosis:

    Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

    Terdapat halusinasi atau waham berikut yang menonjol:

    o Suara halusinasi mengancam atau memberi perintah pasien. Atau

    halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal, seperti suara peluit,

    mendengung, bunyi tawa

    o Halusinasi visual mungkin ada, tetapi jarang menonjol

  • 17

    o Waham, khususnya waham dikendalikan dan dipengaruhi, serta

    ada keyakinan dikejar-kejar yang bentuknya beraneka ragam

    Skizofrenia Skizofrenia Skizofrenia Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)Hebefrenik (F20.1)Hebefrenik (F20.1)Hebefrenik (F20.1) Skizofrenia yang berhubungan dengan afek dan emosi.

    Kriteria diagnosis:

    Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

    Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja

    atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)

    Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang

    menyendiri (solitary)

    Untuk diagnosis hebefrenik yang meyakinkan umumnya diperlukan

    pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan, untuk memastikan bahwa

    gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan:

    o Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat

    diramalkan, mannerisme, ada kecenderungan untuk selalu

    menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan

    hampa perasaan

    o afek pasien dangkal (shallow) dan tidak sesuai (inapropriate),

    sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri

    (self satisfied), senyum sendiri, sikap tinggi hati, tertawa

    menyeringai, mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau,

    keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang

    o Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan inkoheren

    o Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan gangguan proses pikir

    umumnya menonjol

    o Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak

    menonjol

    Skizofrenia Katatonik (F20.2)Skizofrenia Katatonik (F20.2)Skizofrenia Katatonik (F20.2)Skizofrenia Katatonik (F20.2) Skizofrenia yang berhubungan dengan psikomotor.

    Kriteria diagnosis:

    Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

    Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran

    klinisnya:

    o Stupor (tidak bergerak dan tidak berbicara)

    o Gaduh gelisah

  • 18

    o Menampilkan dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang

    tidak wajar

    o Negativisme (perlawanan tanpa alasan terhadap semua upaya

    orang lain untuk menggerakkan anggota tubuh pasien)

    o Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku)

    o Fleksibilitas cerea (mempertahankan anggota tubuh setelah

    posisinya diatur oleh orang lain)

    o Pengulangan kata-kata dan kalimat

    Pada pasien yang tidak komunikatif, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda

    sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

    Skizofrenia Tak TerincSkizofrenia Tak TerincSkizofrenia Tak TerincSkizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated) (F20.3)i (Undifferentiated) (F20.3)i (Undifferentiated) (F20.3)i (Undifferentiated) (F20.3) Kriteria diagnosis:

    Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia

    Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,

    atau katatonik

    Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-

    skizofrenia

    Depresi PascaDepresi PascaDepresi PascaDepresi Pasca----SSSSkizofrenia (F20.4)kizofrenia (F20.4)kizofrenia (F20.4)kizofrenia (F20.4) Diagnosis baru bisa ditegakkan hanya bila:

    Pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir ini

    Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada, tetapi tidak lagi mendominasi

    Gejala yang menonjol adalah gejala-gejala depresif yang sesuai dengan

    kriteria episode depresif (F32) dan telah ada dalam kurun waktu paling

    sedikit 2 minggu

    Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi Episode

    Depresif (F32).

    Skizofrenia Residual (FSkizofrenia Residual (FSkizofrenia Residual (FSkizofrenia Residual (F20.5)20.5)20.5)20.5) Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi

    semua:

    Gejala negatif

    Ada riwayat minimal satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang

    memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia

    Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun

  • 19

    Tidak terdapat dementia, gangguan organik lain, depresi kronis, atau

    institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut

    Skizofrenia Simplek (F20.6)Skizofrenia Simplek (F20.6)Skizofrenia Simplek (F20.6)Skizofrenia Simplek (F20.6) Diagnosis skizofrenia simplek sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada

    pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari:

    Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat

    halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik

    Disertai dgn perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,

    bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat

    sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial

    PENATALAKSANAAN

    Psikofarmaka berupa antipsikotik:

    o Konvensional, yaitu antagonis reseptor dopamin, generasi 1,

    contohnya Chlorpromazine, Haloperidol

    o Atipikal, yaitu antagonis serotonin dan dopamin, generasi 2,

    contohnya Clozapine, Risperidon

    Terapi Kejang Listrik (ECT)

    Terapi psikologik:

    o Terapi perilaku

    o Terapi berorientasi keluarga

    o Terapi kelompok

    o Terapi individual

    SKIZOAFEKTIF

    Sesuai namanya, skizoafektif merupakan peleburan dari skizofrenia dan gangguan

    afektif. Gangguan afektif yang dimaksud adalah gangguan manik dan gangguan

    depresi.

    Kriteria diagnosis menurut PPDGJ-III: diagnosis skizoafektif hanya dibuat apabila

    gejala-gejala skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada waktu

  • 20

    bersamaan. Atau dalam beberapa beberapa hari yang satu sesudah yang lain dalam

    satu episode penyakit yang sama.

    Kriteria diagnosis menurut DSM-IV:

    1. Periode penyakit secara terus menerus dimana pada suatu waktu terdapat

    episode depresi berat, episode manik, atau episode campuran yang terjadi

    bersama-sama dengan gejala yang memenuhi kriteria skizofrenia.

    2. Selama episode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi paling

    sedikit 2 minggu dalam kekosongan gejala mood yang nyata.

    3. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood merupakan

    bagian utama dari total durasi periode aktif dan residual penyakit.

    4. Gangguan bukan berasal dari efek fisiologis langsung suatu zat atau suatu

    kondisi medis umum.

    Diagnosa banding:

    Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin, dan

    phencyclidine (PCP)

    Pasien dengan epilepsi lobus temporalis

    Skizofrenia

    Gangguan mood

    PENATALAKSANAAN

    Prinsipnya, dokter akan mempertimbangkan pemberian obat mood stabilizer,

    antidepresan, dan antipsikotik.

    Pertimbangan pemberian mood stabilizer:

    Baru sedikit penelitian yang menguji efikasi mood stabilizer pada

    skizoafektif

    Terdapat penelitian yang menunjukkan superioritas carbamazepine untuk

    skizoafektif tipe depresi

    Pada episode manik, pasien skizoafektif seharusnya diterapi secara agresif

    dengan mood stabilizer dosis menengah sampai tinggi. Pada saat pasien

    sampai pada fase pemeliharaan dosis dapat dikurangi menjadi lebih rendah

    Pada kasus dimana terdapat manik yang menetap, penggunaan Electro-

    convulsive Therapy (ECT) dapat dipertimbangkan.

    Pertimbangan pembertian antidepresan:

  • 21

    Banyak pasien skizoafektif mengalami episode depresi berat

    Terapi dengan antidepresan mencerminkan pengobatan pada depresi

    bipolar, sehingga pertimbangan berikutnya adalah bila pada saat episode

    depresi pasien diberikan antidepresan, maka episode manik akan lebih

    cepat muncul

    Obatnya yang bisa digunakan adalah dari golongan Selective Serotonin

    Reuptake Inhibitors, contohnya fluoxetine (Prozac) dan sertraline (Zoloft)

    Pada semua kasus depresi, termasuk depresi pada skizoafektif, pemakaian

    ECT sebaiknya dipertimbangkan

    Pertimbangan pembertian antipsikotik:

    Digunakan bila jelas ada gejala psikotik yang harus mendapat terapi dari

    agen antipsikotik

    Digunakan dalam jangka pendek

    Obat yang bisa digunakan adalah antagonis serotonin-dopamin, contohnya

    clozapine (Clozaril), risperidon, olanzapine (Zyprexa), atau quetiapine

    (Seroquel)

    Terapi psikososial pada gangguan skizoafektif dapat meniru terapi

    psikososial untuk skizofrenia, yaitu kombinasi terapi keluarga, pelatihan

    kemampuan sosial, dan rehabilitasi kognitif

    Prognosis: dulu dianggap gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih baik

    dibanding skizofrenia, namun saat ini tidak benar lagi.

    GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA

    Gangguan psikotik akut dan sementara atau pada DSM IV disebut gangguan psikotik

    singkat adalah kerusakan dalam uji realitas yang berlangsung sekurang-kurangnya 1

    hari, tetapi tidak lebih dari 1 bulan. Ketika episode penyakit berakhir, fungsi akan

    kembali secara penuh.

    Kriteria diagnosis menurut DSM IV:

    Adanya satu (atau lebih) gejala-gejala di bawah ini:

    o Waham

    o Halusinasi

    o Bicara kacau

    o Perilaku sangat kacau

    o Perilaku katatonik

  • Durasi suatu episode gangguan paling sedikit adalah 1 hari tetapi kurang

    dari 1 bulan, dan akhirnya kembali sepenuhnya pada tingkat fungsi

    premorbid ketika episode penyakit berakhir.

    Etiologi:

    Adanya stressor nyata (psikotik reaktif singkat). Gejala terjadi segera setelah

    adanya suatu stressor yang cukup berarti, misalnya gejala muncul beberapa

    jam setelah mengetahui bahwa orang tua meninggal.

    Tanpa stresor nyata. Gejala terjadi beberapa waktu yang cukup lama setelah

    adanya suatu stressor yang cukup berarti, misalnya gejala muncul beberapa

    hari setelah orang tua meninggal dan baru menyadari bahwa kini harus

    hidup mandiri.

    Dengan onset post partum, jika onset dalam 4 minggu setelah melahirkan.

    Diagnosa banding:

    Gangguan psikotik yang diinduksi obat

    Gangguan psikotik yang berhubungan dengan kondisi medis umum

    Penatalaksanaan: penggunaan obat antipsikotik potensi tinggi dalam dosis yang

    rendah

  • 23

    GANGGUAN MENTAL ORGANIK

    IDA ROCHMAWATI

    Gangguan mental organik (GMO) didefinisikan sebagai gangguan mental yang

    ditimbulkan bisa disebabkan karena metabolisme, infeksi, tumor, atau penyakit

    syaraf. Gangguan mental yang terjadi tidak disebabkan aspek psikologis.

    DEMENSIA(F00)

    Tanda dan gejala:

    Awalnya keluarga mencari pertolongan dokter karena pasien mengalami

    kegagalan daya ingat, perubahan kepribadian, dan perubahan tingkah laku

    yang sangat mengganggu

    Pada tahap penyakit yang lebih lanjut, keluarga mencari pertolongan doketr

    karena pasien sering tampak kebingungan, keluyuran, atau inkontinensia

    Kebersihan diri yang buruk pada pasien usia lanjut bisa mengindikasikan

    hilangnya daya ingat

    Kriteria diagnosis:

    Penurunan daya ingat mengenai hal yang baru terjadi (recent memory), daya

    pikir, penilaian, orientasi, dan kemampuan berbahasa yang sampai

    mengganggu kegiatan sehari-hari, seperti berpakaian, mandi, memasak

    Tidak ada gangguan kesadaran

    Gejala sudah nyata terjadi selama minimal 6 bulan

    Daya pikir dan memori dapat diperiksa dengan proses pemeriksaan berikut:

    Kemampuan untuk mengingat nama 3 benda yang umum secara cepat dan

    mengulanginya kembali setelah 3 menit

    Kemampuan untuk menyebut nama hari dalam seminggu dalam urutan

    terbalik

    Penatalaksanaan:

  • 24

    Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa:

    o Demensia biasanya berkembang lambat, tapi perjalanannya

    sangat bervariasi.

    o Demensia bisa menyebabkan problem perilaku, misalnya agitasi,

    curiga, dan letupan emosional

    o Hindari penempatan pasien di tempat atau situasi yang asing

    o Agitasi yang tak terkendali memerlukan perawatan di RS

    Untuk mengendalikan agitasi, gejala psikotik, dan agresi diperlukan

    antipsikotik dosis rendah, yaitu Haloperidol 2x0,5-1mg atau Risperidon

    2x0,5-1mg

    Penggunaan obat hipnotik seperti Benzodiazepin akan meningkatkan

    kebingungan

    Rujuk ke spesialis jika:

    Bila kehilangan daya ingat terjadi secara mendadak atau agitasi tak

    terkendali

    Demensia akibat penyakit fisik yang memerlukan pengobatan spesialistik

    DELIRIUM (F05)

    Tanda dan gejala:

    Keluarga pasien meminta pertolongan dokter sebab pasien sering terlihat

    bingung, berbicara kacau, atau agitatif (mudah marah)

    Pasien mungkin tampak tidak kooperatif atau ketakutan

    Kriteria diagnosis:

    Pasien tampak bingung dan berusaha memahami sekitarnya

    Kesadaran yang menurun, mulai dari berkabut sampai dengan koma

    Gangguan mengarahkan, memusatkan, mempertahankan, dan

    mengalihkan perhatian

    Gangguan kognitif berupa:

    o Distorsi persepsi, ilusi, dan halusinasi visual

    o Hendaya daya ingat jangka pendek, namun daya ingat jangka

    panjang cenderung utuh

    o Disorientasi waktu, tempat, dan orang

  • 25

    Gangguan emosional, berupa depresi, anxietas, agitasi, euforia, apatis, atau

    rasa kehilangan akal

    Gangguan siklus tidur-bangun

    Onset cepat, hilang timbul sepanjang hari, dan telah berlangsung kurang

    dari 6 bulan

    Etiologi:

    Intoksikasi atau putus alkohol atau zat adiktif lain

    Infeksi berat

    Perubahan metabolik (penyakit hati, dehidrasi, hipoglikemia)

    Trauma berat

    Hipoksia otak

    Penatalaksanaan:

    Informasikan kepada keluarga bahwa:

    o Perilaku atau pembicaraan yang aneh merupakan gejala suatu

    penyakit

    o Jaga agar pasien tidak mencederai dirinya sendiri atau orang lain

    o Kontak dengan orang yang dikenal, dapat mengurangi

    kebingungan

    o Obati penyakit fisik, bila perlu dirawat di RS

    Untuk mengendalikan agitasi, gejala psikotik, dan agresi diperlukan

    antipsikotik dosis rendah, yaitu Haloperidol 2x0,5-1mg atau Risperidon

    2x0,5-1mg

    Penggunaan obat hipnotik seperti Benzodiazepin akan meningkatkan

    kebingungan

    Rujuk ke spesialis jika:

    Terdapat penyakit fisik yang memerlukan pengobatan oleh spesialis

    Agitasi yang tak terkendali, bahkan setelah diberi obat

  • 26

    PSIKOFARMAKA AKHMAD EDI

    ANTI PSIKOTIK (NEUROLEPTIK)

    Seperti telah dijelaskan pada BAB Gangguan Psikotik, patofisiologi dari terjadi

    psikotik adalah tingkat dopamin yang tinggi dalam otak. Berangkat dari konsep itu,

    maka obat-obat antipsikotik secara garis besar memiliki cara kerja untuk mengurangi

    kerja dopamin dengan cara memblok reseptornya (D1 sampai D5). Dengan turunnya

    kadar dopamin di otak, diharapkan gejala-gejala psikotik dapat berkurang.

    Obat-obat antipsikotik bekerja dengan cara menjadi antagonist reseptor dopamin

    D2. Walaupun obat-obat ini juga efektif sebagai antagonist reseptor asetilkolin,

    serotonin, dan norepinefrin.

    Efek presinaps: blokade reseptor D2 akan menyebabkan meningkatnya sintesis,

    metabolisme, dan pelepasan dopamin. Hal ini terjadi sebagai kompensasi karena

    dopamin tidak berefek di post sinaps

    Efek post sinaps: blokade depolarisasi akan menyebabkan reseptor menjadi sangat

    sensitif. Hal ini terjadi sebagai kompensasi karena dopamin tidak ada yang berhasil

    berikatan dengan reseptor D2

    Absorbsi dan DistribusiAbsorbsi dan DistribusiAbsorbsi dan DistribusiAbsorbsi dan Distribusi Obat antipsikotik diabsorbsi tidak lengkap (bioavailability = 25-65%)

    Obat antipsikotik bersifat lipofilik, sesuai dengan lingkungan kerjanya, yaitu

    di otak

    Obat antipsikotik terikat dengan protein

    Obat antipsikotik tereliminasi dengan lambat

    MetabolismeMetabolismeMetabolismeMetabolisme Obat antipsikotik dimetabolisme seluruhnya

    Obat antipsikotik memiliki sampah metabolik yang sifatnya aktif, tetapi

    sampah metabolik ini tidak penting dalam hal terapeutik. Kecuali

    thioridazine dan mesoridazine, memiliki sampah metabolik yang lebih aktif

    daripada sediaan aslinya

  • 27

    EkskresiEkskresiEkskresiEkskresi Karena obat antipsikotik dimetabolisme seluruhnya, maka sangat sedikit

    yang diekskresikan

    Waktu paruhnya adalah 10-24 jam

    KlasifikasiKlasifikasiKlasifikasiKlasifikasi Classical Drugs (Generasi I)

    Obat antipsikotik yang klasik (dulu) dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan rumus

    kimianya:

    Phenothiazine (kelompok azine), memiliki struktur kimia dengan tiga

    cincin (trisiklik) dan diturunkan dari antihistamin. Berdasarkan rantai sisinya,

    phenothizine dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

    o Aliphatik, contohnya Chlorpromazine; Trifluopromazine

    o Piperidin, contohnya Thioridazine; Piperacetazine; Mesoridazine

    o Piperazine, contohnya Fluphenazine; Perfenazine; Acetophenazine;

    Carphenazine; Prochlorperazine; Trifluoperazine

    Thioxanthine (kelompok ixene), memiliki struktur kimia sama dengan

    phenothizine, bedanya thioxanthine tidak memiliki atom N dalam cincinnya.

    Contohnya Thiothixene; Chlorprothixene

    Butyrophenone, memiliki struktur kimia dengan 2 atau 4 cincin dan

    diturunkan dari analgetik petidin. Contohnya Haloperidol

    Kemudian berdasarkan seberapa luas spektrum efeknya, obat anti psikotik dibagi

    menjadi 2, yaitu:

    Spektrum luas, dalam artian obat ini tidak spesifik terhadap satu reseptor:

    o Reseptor D2 : merupakan reseptor utama yang ingin diblok

    untuk mengatasi gejala psikotik

    o Reseptor H1 : menimbulkan sedasi (bukan efek yang

    diinginkan)

    o Reseptor M1 : menimbulkan gerakan psikomotor tak

    terkendali (bukan efek yang diinginkan)

    o Reseptor alfa-1 : menimbulkan hipotensi dan sedasi (bukan efek

    yang diinginkan)

    Contohnya:

    o Chlorpromazine: dosis oral 100 1600 mg, im 25 500 mg

    o Theoridazine: dosis oral 200-800 mg

  • 28

    Spektrum sempit, dalam artian obat ini spesifik terhadap satu reseptor saja,

    yaitu D2.

    Contohnya:

    o Haloperidol, dosis 5-20 mg oral, 5-20 mg im

    o Perphenazin, dosis 12 64 mg oral, 15 30 mg im

    o Trifluoperazin, dosis 4 40 mg oral, 4 10 mg im

    o Fluphenazin, dosis 1,5 40 mg oral, 5 20 mg im

    o Sulpiride, dosis 600-1800 mg

    Newer Drugs (Generasi II) Anti psikotik generasi II bekerja sebagai antagonis reseptor D2 dan 5-HT2. Kelebihan

    dari generasi II ini adalah tidak menimbulkan gejala ekstrapiramidal. Contoh obat

    antipsikotik yang baru (kelompok zide, -pine, -done, -dole):

    Pimozide

    Molindone

    Loxapine

    Clozapine (selektif D4) (12,5-25 mg)

    Olanzapine (7,5-30 mg)

    Quetiapine (300 mg)

    Risperidone (1-6 mg)

    Sertindole

    Ziprasidone

    Olindone

    Perbandingan Beberapa Obat Anti Psikotik yang UmumPerbandingan Beberapa Obat Anti Psikotik yang UmumPerbandingan Beberapa Obat Anti Psikotik yang UmumPerbandingan Beberapa Obat Anti Psikotik yang Umum Obat Potensi

    Terapeutik

    Resiko

    Ekstrapiramidal

    Sedasi Hipotensi

    Chlorpromazine Low Medium Medium High

    Haloperidol High Very high Very high Low

    Thiothixene High Medium Medium Medium

    Clozapine Medium Very low Low Medium

    Ziprasidone Medium Very low Low Very low

    Risperidone High Low Low Low

    Olanzapine High Very low Medium Very low

    Sertindole High Very low Very low Very low

    Perbandingan afinitasnya:

    Chlorpromazine : 1 = 5-HT2 = D2 > D1 > M > 2

    Haloperidol : D2 > D1 = D4 > 1 > 5-HT2 > H1 > M = 2

    Clozapine : D4 = 1 > 5-HT2 = M > D2 = D1 = 2 = H1

    Risperidone : 5-HT2 >> 1 > H1 > D2 > 2 >> D1

    Sertindole : 5-HT2 > D2 = 1

  • 29

    Keterangan:

    1 : adrenergik alfa-1

    2 : adrenergik alfa-2

    5-HT2 : serotonin

    D : dopamin

    Interaksi ObatInteraksi ObatInteraksi ObatInteraksi Obat Obat psikotik akan menyebabkan adiksi bila berinteraksi dengan obat sedatif,

    antikolinergik, antihistamin, alfa adrenergik bloker, dan thioridazine (quinidine-like

    action).

    ANTI ANXIETAS

    Secara garis besar, obat anti anxietas digolongkan menjadi 3, yaitu:

    Anti anxietas yang bekerja pada kompleks reseptor GABA

    Anti anxietas yang bekerja pada sistem simpatis (adrenergik)

    Anti anxietas yang bekerja pada sistem serotonergik

    BEKERJA PADA RESEPTOR GABA (BENZODIAZEPIN)

    Prinsip obat ini adalah untuk memacu reseptor GABA agar lebih sensitif. GABA

    (Gamma Amino Butiric Acid) merupakan neurotransmitter yang bersifat inhibitor,

    artinya GABA akan menghalangi penghantaran impuls di serabut saraf. GABA

    menghambatnya dengan cara membuka gerbang ion Cl-, sehingga serabut saraf

    akan bermuatan sangat negative. Dengan begitu impuls sulit untuk dihantarkan

    melalui serabut saraf, sehingga tonus simpatis dapat berkurang dan akhirnya cemas

    dapat diatasi.

    Diazepam 5 mg, 2x sehari

    Lorazepam 1-2 mg, 1-2x sehari

    Clobazam 20-30 mg, dosis terbagi

    Alprazolam 0,25-0,5 mg, 2-3x sehari

    Estazolam 0,5-2 mg

    Triazolam 0,125-0,5 mg

    Chlordiozepoxide 10-20 mg, 2-3x sehari

    Kelompok lam dan pam

  • 30

    Selain digunakan pada anxietas, benzodiazepin digunakan untuk:

    Terapi sulit tidur (insomnia)

    Sedasi sebelum prosedur medis dan pembedahan

    Terapi epilepsi

    Terapi keadaan putus alkohol dan sedatif hipnotik lainnya

    Relaksan otot

    Farmakokinetik:

    Absorbsi cepat kecuali clorazepate

    Onset cepat

    Lorazepam, oxazepam, dan temazepam tidak dimetabolisme di hepar

    BEKERJA PADA SISTEM SIMPATIS

    Prinsip obat golongan ini adalah menghambat tonus neuron adrenergik secara

    langsung.

    Clonidine. Obat ini bekerja sebagai agonis reseptor alfa-2 adrenergik pada

    presinaps. Dosis 2x0,1 mg. Digunakan pada fobia sosial (tremor, berkeringat,

    takikardi, dilatasi pupil)

    Propranolol. Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor beta adrenergik

    (beta blocker). Dosis 3x10 mg atau 2x20 mg peroral

    BEKERJA PADA SISTEM SEROTONERGIK (BUSPIRONE)

    Buspirone digunakan pada gangguan cemas menyeluruh dengan dosis 10-15 mg

    dalam dosis terbagi. Obat ini bekerja dengan cara menjadi agonis (menstimulasi)

    reseptor serotonin, sehingga efek dari serotonin akan meningkat, walaupun

    jumlahnya sedikit.

    ANTI DEPRESAN

    Gejala depresi akan muncul apabila terjadi pengurangan jumlah serotonin pada

    sistem serotonergik dan/atau norepinefrin pada sistem adrenergik. Oleh karena itu,

  • 31

    obat anti depresan bekerja dengan cara meningkatkan kadar serotonin dan atau

    norepinefrin.

    TRISIKLIK DAN TETRASIKLIK

    Trisiklik Amitriptylin 75-(150-300 mg)/hari

    Imipramin 75-(150-300 mg)/hari

    Tetrasiklik

    Amoxapin 150-300 mg/hari

    Meprotilin 75-(100-225 mg)/hari

    Clomipramin 30-(150-250 mg)/hari

    Kelompok ilin, -apin, dan pramin.

    Indikasi lain trisiklik dan tetrasiklik:

    Gangguan panik

    Gangguan obsesif kompulsif (terutama clomipramin)

    Nyeri

    Kelelahan kronik

    Enuresis (terutama imipramin)

    SSRI (SEROTONIN SPESIFIC SELECTIVE REUPTAKE INHIBITOR)

    SSRI lebih spesifik dibanding trisiklik atau tetrasiklik karena hanya fokus untuk

    meningkatkan kadar serotonin di otak.

    Citalopram (dosis 20-60 mg)/hari

    Fluoxetin (dosis 20-80 mg)/hari

    Fluvoxamin (dosis 50-300 mg)/hari

    Paroxetin (dosis 20-50 mg)/hari

    Sertralin (dosis 50-100 mg)/hari

    Indikasi lain penggunaan SSRI:

    Gangguan cemas, panik, fobio sosial, gangguan cemas menyeluruh

    Gangguan obsesif kompulsif

    Bulimia nervosa

    Gangguan disforik postmenstrual (terutama paroxetin dan sertralin)

  • 32

    ANTI MANIK

    Gejala manik merupakan kebalikan dari depresi, sehingga menurut teori, manik

    terjadi akibat pelepasan noradrenalin yang berlebihan pada sistem adrenergik. Oleh

    karena itu, cara kerja obat anti manik adalah dengan menghambat noradrenalin tsb.

    Obat yang digunakan adalah Carbamazepin dengan dosis 400-600 mg dalam dosis

    terbagi 3 atau 4.

    Carbamazepin dapat juga digunakan pada kasus:

    Skizofrenia

    Skizoafektif

    Gangguan kontrol impuls

    Sindrom putus alkohol akut

    Sindrom nyeri

    Profilaksis migrain

    Epilepsi

  • 33

    EFEK SAMPING OBAT AKHMAD EDI

    EFEK SAMPING ANTI PSIKOTIK

    Efek samping obat anti psikotik yang sering muncul:

    Gejala Ekstra Piramidal (GEP), yaitu:

    o Parkinsonism: kaku, tremor, bradykinesia (gerakan menjadi lambat)

    o Akathisia: gelisah, tegang, tidak bisa tenang, selalu ingin bergerak

    o Distonia: spasme leher, rahang bawah, ekstremitas, punggung, dan

    mata

    o Diskinesia: gerakan otot wajah yang tak terkendali dan terus

    menerus

    Apabila GEP muncul, kita bisa memberikan obat dypenhydramine (injeksi)

    atau triheksipenydile. Obat yang memiliki resiko tinggi munculnya GEP

    adalah dari golongan piperazin dan haloperidol.

    Peningkatan hormon prolaktin, sehingga terjadi pembengkakan mamae

    dan galaktorrhea (meluapnya air susu), baik pada wanita, maupun laki-laki

    Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS), yaitu kegagalan sistem saraf

    otonom. Ditandai dengan adanya demam, kekauan otot, diaphoresis

    (berkeringat), bingung, dan irama jantung tidak stabil. NMS dapat diterapi

    dengan bromcriptine dan dantrolene

    Sedasi

    Efek lainnya yang jarang muncul:

    Penglihatan kabur

    Tekanan intraokular

    meningkat

    Mulut kering

    Mata kering

    Konstipasi

    Hipotensi

    Jaundice

    Leukopenia

    Agranulositosis

    Urtikaria

  • 34

    EFEK SAMPING ANTI DEPRESAN

    Efek merugikan SSRI:

    Nyeri kepala

    Nervous

    Insomnia

    Cemas

    Tremor

    Mual

    Diare

    Mulut kering

    Anoreksia

    Dispepsia

    Disfungsi seksual

    (penurunan libido)

    Karakteristiknya berlangsung singkat dan muncul pada beberapa hari atau minggu

    dari mulainya terapi.

    Efek merugikan trisiklik dan tetrasiklik:

    Hipotensi

    Sedasi

    Mulut kering

    Inkontinensia urine

    Pandangan mata

    kabur

    Konstipasi

    Disfungsi seksual

    EFEK SAMPING ANTI MANIK

    Efek merugikan carbamazepin:

    Pusing

    Sedasi

    Ataxia (kegagalan

    koordinasi otot)

    Diplopia (persepsi

    dua bayangan pada

    objek tunggal)

    Leukopenia

    Agranulositosis

    Trombositopenia

    Menekan hormon

    thyroid

    Hiponatremia

    Resiko hepatitis

    Cardiac toxic

    Steven johnsons

    syndrome

  • 35

    EFEK SAMPING ANTI ANXIETAS

    Efek merugikan buspirone:

    Mual

    Cephalgia

    Insomnia

    Nervous

    Gelisah

    Kepala

    terasa ringan

    Antusias

    Efek merugikan propanolol:

    Hipotensi

    Bradikardi

    ashma

    Eksaserbasi

    diabetes

    melitus

    Disfungsi

    seksual

    Kelelahan

    Iritabilitas

    Mual dan

    diare

    Efek merugikan clonidine:

    Hipotensi

    Sedasi

    Memperbur

    uk arithmia

    Disfungsi

    seksual

    Cemas

    Insomnia

    Depresi

    Mimpi buruk

    Halusinasi

    Efek merugikan benzodiazepin:

    Sedasi

    Ataxia

    Gangguan

    konsentrasi

    Gangguan

    memori

    Depresi

    pernafasan

    Adiksi

    Kelainan

    palatum

    janin pada

    kehamilan

    Sindrom

    putus obat

    pada

    penghentian

    obat

  • 36

    GANGGUAN KEPRIBADIAN WILDAN

    Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi seseorang dalam kehidupan

    sehari-hari dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil dan dapat diramalkan. Berkaitan

    dengan kepribadian, ada istilah karakter dan temperamen. Karakter adalah ciri

    kepribadian yang dibentuk oleh proses perkembangan dan pengalaman hidup.

    Temperamen adalah ciri kepribadian yang dipengaruhi oleh faktor genetik, bersifat

    sederhana, tanpa motivasi, dan baru stabil sesudah anak berusia beberapa tahun.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian:

    Genetik dan temperamen (faktor konstitusional)

    Perkembangan

    Pengalaman hidup (lingkungan keluarga, lingkungan budaya)

    Di dalam ilmu jiwa, terdapat istilah ciri kepribadian. Ciri kepribadian bukanlah suatu

    gangguan, melainkan suatu gambaran sikap sepsifik seseorang secara umum. Setiap

    manusia pasti termasuk dalam salah satu ciri kepribadian berikut:

    Cluster tipa A, dengan ciri khas isolasi sosial, beresiko gangguan psikotik.

    o Paranoid: kecurigaan berlebih, kepekaan berlebih terhadap

    penolakan, bermusuhan

    o Skizoid: murung, afek datar, tidak peduli

    o Skizotipal: imajinasi berlebihan, penampilan nyentrik

    Cluster tipe B, dengan ciri khas perilaku dramatis dan irrasional, beresiko

    gangguan afektif.

    o Anti sosial: menentang norma, tidak bertanggung jawab, agresif

    o Borderline: impulsif, kurang kendali, afek labil

    o Histrionik: ekspresi emosi dibuat-buat, melebih-lebihkan, mencari

    kegairahan, menekankan daya tarik fisik

    o Narsistik: merasa diri sendiri penting, perokupasi kesuksesan,

    kekuasaan, haus pujian

    Cluster tipe C, dengan ciri khas cemas, beresiko gangguan cemas.

    o Avoidan: perasaan takut menetap, rendah diri, takut dikritik,

    merasa lemah

    o Dependen: tidak berdaya bila sendiri, takut ditinggal, mencari

    hubungan baru bila ditinggal hubungan yang lama

  • 37

    o Anankastik: preokupasi terhadap detail, perfeksionis,

    membosankan, memaksakan diri dalam bekerja, tidak mau

    mendelegasikan tugas

    So, tipe yang mana kamu?

    Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan

    maladaptif yang menyebabkan disfungsi bermakna atau penderitaan subyektif.

    Orang dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola relasi dan persepsi

    terhadap lingkungan dan diri sendiri yang bersifat berakar mendalam, tidak fleksibel,

    serta bersifat maladaptif.

    Perbedaan antara ciri kepribadian dengan gangguan kepribadian adalah

    fleksibilitasnya. Ciri kepribadian lebih bersifat fleksibel dan gambaran klinis tidak

    memenuhi kriteria diagnostik, serta bersifat lebih ringan. Baik ciri kepribadian

    maupun gangguan kepribadian, perlu dicatat dalam Aksis II, tapi hanya gangguan

    kepribadian yang perlu diberikan kode diagnostik sesuai PPDGJ III.

    KLASIFIKASI GANGGUAN KEPRIBADIAN

    Pedoman diagnostik umum gangguan kepribadian (F60):

    1. Tidak berkaitan dengan penyakit otak berat atau gangguan jiwa lain

    2. Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat meliputi beberapa bidany,

    yaitu afek, kesadaran, pengendalian impuls, persepsi, cara berpikir, dan

    hubungan dengan orang lain

    3. Pola perilaku itu berlangsung lama, tidak terbatas pada episode gangguan

    jiwa

    4. Bersifat pervasif (mendalam) dan maladaptif terhadap keadaan pribadi dan

    hubungan sosial yang luas

    5. Selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan kemudian berlanjut hingga

    dewasa

    6. Menyebabkan penderitaan pribadi yang berarti

    7. Biasanya berhubungan dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial

  • 38

    GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID

    Definisi: kecurigaan dan ketidakpercayaan pada orang lain dan menganggap orang

    lain berniat buruk kepadanya.

    Pedoman diagnostik (minimal 3):

    Kepekaan berlebih terhadap kegagalan dan penolakan

    Kecenderungan menyimpan dendam

    Kecenderungan untuk mendistorsikan pengalaman dengan

    menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai

    tindakan permusuhan

    Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi, tanpa

    memperhatikan situasi yang ada

    Kecurigaan berulang tanpa dasar tentang kesetiaan seksual pasangannya

    Kecenderungan merasa dirinya sendiri penting secara berlebihan

    Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dari suatu

    peristiwa

    GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID

    Definisi: pola perilaku berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai

    kemampuan ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal.

    Pedoman diagnostik (minimal 3):

    Hanya memiliki sedikit (atau tidak ada) aktivitas yang memberikan

    kesenangan

    Emosi dingin, afek datar, tidak peduli

    Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangantan, kelembutan, dan

    kemarahan kepada orang lain

    Tidak peduli terhadap pujian dan kecaman

    Kurang tertarik mengalami pengalaman seksual dengan orang lain

    Selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri

    Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebih

    Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan akrab dan tidak ada

    keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu

    Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku

  • 39

    GANGGUAN KEPRIBADIAN DISSOSIAL

    Definisi: pola perilaku pengabaian dan pelanggaran berbagai hak orang lain.

    Pedoman diagnostik (minimal 3):

    Bersikap tidak peduli terhadap perasaan orang lain

    Sikap tidak bertanggung jawab dan tidak peduli terhadap norma yang

    berlangsung terus menerus

    Tidak mampu memelihara hubungan agar berlangsung lama, meskipun

    tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya

    Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan mudah melampiaskan agresi

    Tidak mampu merasa bersalah dan menarik pelajaran dari hukuman

    Cenderung menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang

    masuk akal

    GANGGUAN KEPRIBADIAN EMOSIONAL TAK STABIL

    Definisi: bertindak impulsif tanpa mempertimbangkan dampaknya, afek atau emosi

    tidak stabil, dapat menjurus kepada ledakan kemarahan, atau perilaku kekerasan.

    Pedoman diagnostik:

    Terdapat kecenderungan mencolok untuk bertindak secara impulsif, tanpa

    mempertimbangkan konsekuensinya, bersamaan dengan ketidakstabilan

    emosi

    Berkaitan dengan impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri

    GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK

    Definisi: pola perilaku berupa emosionalitas berlebih dan menarik perhatian.

    Pedoman diagnostik (minimal 3):

    Ekspresi emosi yang dibuat-buat, dibesar-besarkan, dan seperti

    bersandiwara

    Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi orang lain dan keadaan

    Afek yang dangkal dan labil

    Terus mencari kegairahan dan penghargaan orang lain, serta menyukai

    aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian

  • 40

    Penampilan atau perilaku merangsang (seductive)

    Terlalu peduli dengan daya tarik fisik

    GANGGUAN KEPRIBADIAN ANANKASTIK

    Definisi: pola perilaku berupa preokupasi dengan keteraturan, peraturan,

    perfeksionisme, kontrol jiwa, hubungan interpersonal, dengan menyampingkan

    fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi. Lebih dikenal dengan gangguan kepribadian

    obsesif kompulsif.

    Pedoman diagnostik (minimal 3):

    Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan

    Preokupasi dengan detail, peraturan, daftar, urutan, jadwal

    Perfeksionisme

    Ketelitian berlebihan

    Keterpakuan dan keterikatan berlebih pada kebiasaan sosial

    Kaku dan keras kepala

    Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya

    dalam mengerjaka sesuatu, atau keengganan untuk mengizinkan orang lain

    mengerjakan sesuatu

    Mencampuradukan pikiran yang memaksa dan yang enggan

    GANGGUAN KEPRIBADIAN CEMAS (MENGHINDAR)

    Definisi: adanya pola perilaku tidak nyaman serta keengganan untuk bergaul secara

    sosial, rasa rendah diri, hipersensitif terhadap evaluasi negatif.

    Pedoman diagnostik (minimal 3):

    Perasaan tegang dan takut yang menetap

    Merasa rendah diri

    Preokupasi terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial

    Keengganan untuk terlibat dengan orang lain, kecuali telah merasa yakin

    akan disukai

    Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik

    Menghindari aktivitas atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak

    interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung, atau ditolak

  • 41

    GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDEN

    Definisi: suatu pola perilaku berupa kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara, yang

    menyebabkan seorang individu berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain,

    dan ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat ia bergantung.

    Pedoman diagnostik (minimal 3):

    Mendorong atau membiarkan orang lain mengambil sebagian besar

    keputusan penting untuk dirinya

    Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain tempat ia

    bergantung dan kepatuhan yang tidak semstinya terhadap keinginan

    mereka

    Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang

    dimana ia bergantung

    Perasaan tidak enak atau tidak berdaya bila sendirian karena takut tidak bisa

    mengurus diri sendiri

    Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat

    dengannya

    Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari bila tidak

    mendapat nasehat dan dukungan dari orang lain

    GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISISTIK

    Definisi: terdapatnya pola rasa kebesaran diri (dalam fantasi atau perilaku), kebutuhan

    untuk dikagumi atau disanjung, kurang mampu berempati.

    Pedoman diagnostik:

    Secara berlebih merasa dirinya sangat penting (melebihkan bakat atau

    prestasi, mengharap dikenal sebagai orang yang superior)

    Berokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, kehebatan,

    kecantikan

    Membutuhkan pemujaan berlebihan

    Merasa dirinya sebagai orang spesial dan unik atau merasa perlu

    berhubungan dengan orang lain atau institusi yang berkedudukan lebih

    tinggi

    Merasa dirinya mempunyai hak istimewa

    Bersikap sombong

  • 42

    Dalam hubungan interpersonal bersifat eksploitatif, menggunakan orang

    lain untuk kepentingan dirinya

    Kurang atau tidak mampu berempati (tidak mau mengenal atau

    beridentifikasi dengan perasaan atau kebutuhan orang lain)

    Sering iri hati pada orang lain, atau merasa bahwa orang lain iri hati

    terhadapnya

    TERAPI GANGGUAN KEPRIBADIAN

    Psikoterapi: menyadarkan dampak dari gangguan kepribadian yang dialaminya

    sekarang tanpa menghakimi atau menyalahkan. Jenis terapi yang bisa dilakukan

    adalah terapi kognitif dan terapi yang melibatkan anggota keluarga.

  • 43

    GANGGUAN CEMAS WARIH ANDAN PUSPITOSARI

    Cemas merupakan suatu perasaan yang menyadarkan atau memperingatkan adanya

    bahaya yang mengancam, sehingga memungkinkan seseorang untuk mengambil

    tindakan. Artinya, kecemasan sebenarnya adalah sesuatu yang fisiologis, selama

    masih berada di batas normal.

    Perbedaan antara cemas dan takut dapat dilihat pada tabel berikut:

    Cemas Takut

    Sumber tidak diketahui Sumber diketahui

    Internal Eksternal

    Samar-samar Jelas

    Konfliktual Bukan merupakan konflik

    Seseorang dinyatakan memiliki gangguan cemas apabila:

    Terjadi respon emosional tanpa ancaman eksternal yang jelas

    Terjadi respon emosional yang berlebihan terhadap ancaman yang kecil

    Terjadi suatu kekhawatiran ekstrim dan tidak sesuai serta mengakibatkan

    penurunan fungsi kehidupan

    PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS

    Kecemasan berawal dari fungsi kognitif. Pada tahap ini, imajinasi adalah hal yang

    berperan penting. Apapun yang diimajinasikan oleh seseorang, akan menyebabkan

    timbulnya impuls ke berbagai tempat di otak. Pada gangguan cemas, impuls cemas

    akan disampaikan ke sistem limbik, tepatnya di amygdala. Amygdala kemudian akan

    mengartikan impuls tsb dan kemudian menstimulasi hipotalamus untuk

    memunculkan respon hormonal. Hipotalamus kemudian akan melepaskan hormon

    CRF yang akan menstimulasi hipofisis untuk melepaskan ACTH ke dalam darah. ACTH

    kemudian akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol. Semakin

    tinggi kortisol, semakin tinggi pula produksi impuls stress dan cemas di area

    fungsi kognitif.

    Kognitif amygdala hipotalamus hipofisis adrenal kortisol kognitif

  • 44

    Kemudian, selain merangsang hipofisis, hipotalamus juga bekerja secara langsung

    pada sistem otonom (simpatis dan parasimpatis). Pada gangguan cemas,

    hipotalamus merangsang simpatis secara berkelanjutan, sehingga sistem otonom

    menjadi tidak seimbang. Akhirnya muncul gejala-gejala berupa:

    Ketegangan motorik:

    Kedutan otot/gemetar

    Otot tegang/kaku/pegel

    Tidak bisa diam

    Mudah menjadi lelah

    Hiperaktivitas otonomik:

    Nafas pendek/berat

    Jantung berdebar

    Mulut kering

    Kepala pusing/melayang

    Dispepsi

    Muka panas/menggigil

    BAK lebih sering

    Sukar menelan atau rasa

    tersumbat

    Kewaspadaan berlebihan:

    Perasaan peka

    Mudah ngilu

    Mudah terkejut

    Sulit konsentrasi

    Sukar tidur

    Mudah tersinggung

    KLASIFIKASI GANGGUAN CEMAS

    GANGGUAN FOBIK (F40)

    Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek eksternal yang jelas, yang

    sebenarnya pada kondisi kejadian ini tidak membahayakan. Sebagai akibatnya, objek

    atau situasi tsb dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam. Penderita kadang-

    kadang datang ke dokter dengan keluhan palpitasi atau sesak.

    AgorafobiaAgorafobiaAgorafobiaAgorafobia (F40.0)(F40.0)(F40.0)(F40.0) Kriteria diagnosis (semua kriteria berikut harus terpenuhi):

    Anxietas hanya timbul jika berada pada situasi berikut (minimal dua):

    keramaian, tempat umum, berpergian keluar rumah, dan berpergian sendiri

  • 45

    Menghindari situasi-situasi yang telah disebutkan di atas, sehingga

    penderita menjadi housebound

    Gejala psikologik, perilaku, atau otonomik yang timbul harus merupakan

    manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gangguan lain,

    seperti waham atau pikiran obsesif

    Agorafobia sering disertai dengan gangguan panik, tetapi bisa juga tidak.

    Fobia SosialFobia SosialFobia SosialFobia Sosial (F40.1)(F40.1)(F40.1)(F40.1) Kriteria diagnosis (semua kriteria berikut harus terpenuhi):

    Anxietas hanya terjadi pada situasi sosial tertentu, misalnya situasi dimana

    ia diperhatikan secara seksama atau berhubungan dengan orang yang tak

    dikenal

    Menghindari situasi-situasi yang telah disebutkan di atas

    Gejala psikologik, perilaku, atau otonomik yang timbul harus merupakan

    manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gangguan lain,

    seperti waham atau pikiran obsesif

    Bila terlalu sulit dibedakan dengan agorafobia, hendaknya diutamakan diagnosa

    agorafobia.

    FobFobFobFobia Sia Sia Sia Spesifikpesifikpesifikpesifik (F40.2)(F40.2)(F40.2)(F40.2) Kriteria diagnosis (semua kriteria berikut harus terpenuhi):

    Anxietas hanya terjadi pada situasi atau objek fobik tertentu (highly spesific

    situations and objects)

    Menghindari situasi atau objek fobiknya

    Gejala psikologik, perilaku, atau otonomik yang timbul harus merupakan

    manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gangguan lain,

    seperti waham atau pikiran obsesif

    Empat subtipe fobia spesifik:

    Tipe binatang

    Tipe lingkungan alamiah

    Tipe darah-injeksi-luka

    Tipe situasional dan tipe lain

    Kategori residual untuk fobia yang tidak jelas masuk dalam 4 kategori ini.

  • 46

    GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA (F41)

    Gangguan PanikGangguan PanikGangguan PanikGangguan Panik (F41.0)(F41.0)(F41.0)(F41.0) Kriteria diagnosis:

    Gangguan panik baru bisa ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak

    ditemukan adanya gangguan fobik

    Harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa

    satu bulan:

    o Pada saat serangan, sebenarnya tidak ada bahaya

    o Serangan tidak dapat diprediksi

    o Ketika tidak terjadi serangan, penderita relatif bebas dari anxietas

    ataupun keluhan lain

    Gejala serangan panik (terjadi minimal 4, mendadak, puncaknya dalam 10 menit,

    singkat):

    Palpitasi, denyut jantung bertambah keras atau cepat

    Berkeringat

    Menggigil atau gemetar

    Sensasi nafas yang pendek atau berat

    Perasaan tercekik

    Nyeri atau ketidaknyamanan pada dada

    Nausea, atau tekanan abdominal

    Merasa pusing, tidak stabil, kepala ringan

    Derealisasi (pikiran tak riil) atau depersonalisasi (merasa terpisah dari dirinya

    sendiri)

    Ketakutan dari kehilangan kontrol atau menjadi gila

    Takut mati

    Parestesi (kebas/kesemutan)

    Menggigil atau kepanasan (hot flushes)

    Gangguan Anxietas MenyeluruhGangguan Anxietas MenyeluruhGangguan Anxietas MenyeluruhGangguan Anxietas Menyeluruh (F41.1)(F41.1)(F41.1)(F41.1) Kriteria diagnosis:

    Penderita menunjukkan gejala anxietas sebagai gejala primer yang

    berlangsung hampir setiap hari untuk ebebrapa minggu sampai bulan.

    Kecemasan tidak terbatas pada situasi khusus tertentu saja (sifatnya free

    floating)

  • 47

    Mencakup gejala berikut: kecemasan, ketegangan motorik (sakit kepala,

    gelisah), hiperaktivitas otonom (jantung berdebar-debar, seesak napas,

    keluhan lambung, pusing, insomnia)

    Penderita merasa tersiksa dengan rasa khawatirnya ini

    GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF (F42)

    Obsesi merupakan suatu pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang berulang-ulang dan

    mengganggu. Kompulsi merupakan suatu perilaku yang dilakukan secara sadar,

    terstandarisasi, dan berulang-ulang.

    Kriteria diagnosis:

    Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:

    o Harus disadari sebagai pikiran atau dorongan dari diri sendiri (tidak

    ada kekuatan dari luar yang mengendalikan)

    o Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil

    dilawan

    o Pikiran untuk melakukan tindakan tsb bukan merupakan hal yang

    memberi kepuasan atau kesenangan (hanya sekedar memberi

    perasaan lega dari anxietasnya)

    o Gagasan, bayangan pikiran, atau dorongan tsb harus merupakan

    pengulangan yang tidak menyenangkan

    Gejala-gejala obsesif dan/atau tindakan kompulsif harus ada hampir setiap

    hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut

    Hal tsb menimbulkan distress atau mengganggu aktivitas penderita

    Subtipe gangguan obsesif kompulsif:

    Obsesi terhadap kontaminasi, misalnya mencuci tangan berulang-ulang

    hingga 1 jam

    Obsesi keraguan patologis, yaitu keragu-raguan yang diikuti dorongan

    untuk memeriksa kembali, misalnya berkali-kali berjalan ke dapur untuk

    memastikan apakah kompor sudah dimatikan

    Pikiran mengganggu, misalnya pikiran berulang tentang seksualitas, tetapi

    bukan adiksi

    Simetrisitas, misalnya berjam-jam makan karena antara nasi, lauk, dan sayur

    harus disusun secara simetris dan presisi

  • 48

    REAKSI TERHADAP STRES BERAT DAN GANGGUAN

    PENYESUAIAN (F43)

    Gangguan dalam kategori ini selalu merupakan konsekuensi langsung dari stress

    akut yang berat. Oleh karena itu, penegakkan diagnosa tidak bisa berdasarkan

    simtomatologinya saja, tetapi juga berdasarkan salah satu dari dua faktor presipitasi

    berikut:

    Stres kehidupan yang luar biasa

    Perubahan penting dalam kehidupan yang menimbulkan ketidaknyamanan

    Reaksi Stress Akut (F43.0)

    Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman stressor

    luar biasa dengan onset dari gejala, biasanya segera setelah kejadian

    Terdapat gejala terpaku yang kemudian diikuti depresi, anxietas, kemarahan,

    kecewa, overaktif, dan penarikan diri. Akan tetapi gejala-gejala tsb tidak berlangsung

    lama

    Bila pasien dapat dialihkan dari stressor-nya, maka gejala dapat menghilang dengan

    cepat, tetapi bila tidak dapat dialihkan, maka gejala akan mereda dalam 24-48 jam

    dan benar-benar hilang setelah 3 hari

    Ptsd

    ditandai dengan timbulnya gejala psikiatri segera sesudah terjadinya

    paparan kejadian yang traumatik.

    DSM IV meliputi menyaksikan ataupun mengalami sendiri kematian serta

    luka yang mengenaskan.

    mengalami kembali perasaan saat terjadinya trauma

    meghindari stimulus terkait dengan trauma

  • 49

    mengalami gejala-gejala peningkatan otonomisasi

    minimal 1 bulan

    Kunci dalam mendiagnosa gangguan stres pasca trauma

    keterangan mengenai waktu jeda antara timbulnya gejala dengan saat

    terjadinya trauma selain.

    terdapat reexperiencing dan perilaku menghindar terhadap trauma

    Spesifik jika :

    Akut, apabila gejala-gejala tersebut berlangsung kurang dari 3 bulan

    Kronis, apabila gejala-gejala tersebut berlangsung sama atau lebih dari 3

    bulan

    Dengan onset terlambat apabila gejala-gejalanya muncul paling tidak 6

    bulan pasca stressor

    Kata kunci

    Peristiwa traumatik

    Ingatan menetap

    Prilaku menghindar secara sadar

    Harus ditemukan:

    Mengingat secara partial

    Meningkatnya sensitifitas psikologi

    Harus berlangsung sekurang-kurangnya 6 bulan

    Kriteria diagnostik ptsd, stress akut, gangguan penyesuaian

  • 50

    GANGGUAN DISOSIASI (KONVERSI) (F44)

    Adalah , kehilangan integrasi normal (sebagian atau seluruh):

    ingatan masa lalu, kesadaran akan

    identitas,penghayatan, kendali

    terhadap gerakan tubuh.

    Kesadaran : Compos mentis

    Jadi kemampuan mengendalikan secara

    sadar dan selektif terganggu

    Kemampuan pengendalian secara sadar sampai taraf tertentu bervariasi ; dari hari ke

    hari, jam ke jam.

    Sulit menilai kehilangan fungsi pengendalian ini (disadari ? Tidak disadari ? )

    Dahulu conversi histeri

    Gangguan disosiatif menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

    Gangguan Jiwa di Indonesia III adalah suatu gangguan yang ditandai

    dengan hilangnya sebagian atau seluruh integrasi normal antara ingatan

    masa lalu, kesadaran akan identitas dan penghayatan, dan kendali terhadap

    gerakan tubuh.

    Konversi dlm Gg ini : afek yang tidak menyenangkan krn problem / konflik

    yang tak dpt diatasi diubah menjadi gejala

    Onset : sering mendadak

    Berakhir : bbrp minggu , bulan , khususnya yg berhub dng trauma

    kehidupan

    Keadaan kronis : dpt terjadi keadaan paralisis, anastesi. Bila > 2 th sebelum

    ke psikiater, dpt resisten thd terapi.

    Individu dng Gg disosiatif : sering menyangkal adanya problem psikologis

    yg sebenarnya sdh jelas dinilai orang lain

    Atau setiap problem psikologis dihubung2kn dng gejalanya.

  • 51

    Bukti penyebab psikologis yg meyakinkan mungkin sulit diperoleh.

    Pemeriksaan penunjang penting

    Kriteria diagnostik

    Tidak termasuk malingering

    Termasuk :

    histeri konversi

    reaksi konversi

    histeria

    psikosis konversi

    Istilah konversi : afek yang tidak menyenangkan yang timbul karena problem

    psikologis yang tdk dpt diatasi dan muncul dlm bentuk gejala klinis

    Amnesia dissosiatif

    Kehilangan daya ingat, kejadian.

    Bukan karena GMO

    Biasanya karena kejadian traumatik mis : kecelakaan,kesedihan tak terduga.

    Banyak terjadi pada dewasa muda ( pria ).

    Pedoman diagnostik :

    - Amnesia total/parsial, kejadian yang bersifat stres/traumatik.

    - Tidak ada GMO,intoksikasi,kelelahan.

    Fugue disosiatif

    Adalah amnesia disosiatif ditambah gejala melakukan perjalanan meninggalkan

    rumah/ tempat kerja yang tampaknya disengaja

    Masih dapat mengurus diri (ADL).

  • 52

    Tampak normal.

    Pedoman diagnostik :

    - Amnesia disosiatif

    - Melakukan perjalanan melampaui jarak tertentu

    - Masih mampu mengurus diri

    Stupor Disosiatif

    Hilangnya gerakan2 involunter dan respons normal terhadap rangsang cahaya,

    suara,rabaan.

    Sikap tubuh : berdiri / duduk tanpa gerak dalam jangka waktu lama

    (mematung).

    Diagnostik :

    - Sikap stupor

    - Tidak ditemukan Gg fisik

    - Ditemukan problem penuh stres

    GANGGUAN TRANS DAN KESURUPAN

    Kehilangan semantara penghayatan identitas diri dan kesadaran terhadap

    lingkungannya.

    - Dalam kejadian, seolah2 individu berperilaku dikuasai kepribadian lain atau

    kekuatan gaib.

    - Contoh trans : permainan kuda lumping kumat, permainan sintren (sunda).

    - Gangguan trans disosiatif (kesurupan) ditandai dengan hilangnya

    penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya.

    Individu dapat berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain,

    kekuatan gaib, malaikat atau kekuatan lain. Perhatian dan kewaspadaan

    menjadi terbatas atau terpusat pada satu atau dua aspek yang ada di

  • 53

    lingkungannya dan seringkali gerakan-gerakan, posisi tubuh dan ungkapan

    kata-katanya juga terbatas dan diulang-ulang.

    - Secara medik psikiatrik, fenomena kesurupan dilihat dari 2 aspek yaitu

    biologis fungsional dan psikologis. Secara biologis, kesurupan adalah

    perubahan neurotransmiter yang terjadi dalam proses/fungsional afeksi (di

    dalam sistem limbik-thalamus) seseorang yang tidak dapat dieja-wantahkan

    oleh kognitif (di area korteks prefrontal dan hipokampus) sehingga muncul

    sebagai perubahan perilaku/psikomotor (midbrain-korteks-saraf perifer).

    - Dalam sudut pandang psikologis maka kesurupan terjadi akibat

    hilang/lepasnya barier yang ada di preconsious/pra sadar sehingga segala

    sesuatu yang ada dalam bawah sadar seseorang akan muncul di alam

    sadarnya. Keduanya, baik perubahan neurotransmiter maupun hilangnya

    barier preconcious dalam diri seseorang dapat terjadi akibat adanya suatu

    stresor (internal maupun eksternal).

    PENATALAKSANAAN

    FARMAKOTERAPI

    Golongan Benzodiazepine mula kerjanya cepat dan masa

    kerjanya singkat

    Alprazolam: dosis: 0,5 4 mg, frekuensi: 3 kali/hari

    Lorazepam: dosis: 1 10 mg, frekuensi: 3 kali/hari

    Lama pemberian: 2 -4 minggu, karena berpotensi

    menimbulkan ketergantungan

    Golongan lain:

    Propanolol: dosis: 20 120 mg, frekuensi: 3 kali/hari

    Klonidin: dosis: 0,2 0,4 mg, frekuensi: 2 kali/hari

    Hydroxyzine: dosis: 10 25 mg, frekuensi: 1 - 4 kali/hari

    Antidepresan

  • 54

    Antidepresan memiliki efek sebagai anti cemas

    Ada bukti yang baik (RCTs) bahwa antidepresan, terutama trisiklik dosis

    rendah (misalnya amitriptilin) cukup efektif.

    Dosis:

    Fluoksetin 10 20 mg/hari

    Amitriptilin 50 150 mg/hari

    INTERVENSI PSIKOSOSIAL

    Intervensi Untuk Pasien

    Strategi pelaksanaan ke-1 (pasien):

    1. Membina hubungan saling percaya

    2. Mengenal anxietas dengan cara membantu pasien untuk :

    a. Mengungkapkan perasaan

    b. Menjelaskan situasi yang menimbulkan anxietas

    c. Mengenal penyebab anxietas

    d. Menyadari perilaku akibat cemas

    3. Melakukan latihan napas dalam dengan langkah langkah sebagai berikut :

    a. Duduk santai di kursi/lantai

    b. Mata tertutup/terbuka

    c. Otot-otot rileks : leher, bahu, punggung, dada, perut, tangan, kaki

    d. Tarik napas perlahan melalui hidung

    e. Tiup napas perlahan melalui mulut dengan ujung lidah tempel

    keatas dan bibir bentuk bulat kecil

    f. Lakukan 5-10 kali

    4. Membuat jadwal latihan nafas dalam

  • 55

    5. Memotivasi pasien melakukan napas dalam saat sedang anxietas

    Strategi pelaksanaan ke-2 (pasien):

    1. Mengevaluasi anxietas pasien dan pelaksanaan latihan napas dalam serta

    hasilnya

    2. Menjelaskan cara mengatasi anxietas dengan teknik distraksi :

    a. Visual : melihat pemandangan alam di daerah pantai, pegunungan,

    hutan dan taman

    b. Audio : mendengar suara alam seperti : air mengalir, kicauan

    burung atau musik lembut

    c. Kinetik : melakukan kegiatan hiburan seperti : menonton film

    komedi/ kartun, membaca novel, membaca kata-kata dengan

    huruf terbalik, mengunyah permen karet, melihat benda-benda

    sekitar, mendekatkan dua jari sedekat mungkin berulang-ulang

    3. Membuat jadwal latihan teknik distraksi

    4. Memotivasi pasien melakukan napas dalam dan distraksi saat sedang

    anxietas

    Strategi pelaksanaan ke-3 (pasien) :

    1. Mengevaluasi anxietas, pelaksanaan latihan napas dalam dan distraksi serta

    hasilnya

    2. Melakukan latihan hipnotis 5 jari dengan langkah langkah sebagai berikut :

    a. Duduk santai, mata tertutup, tubuh rileks

    b. Sentuhkan ujung ujung jari dan bangun imajinasi

    1) Ibu jari dengan telunjuk : bayangkan sedang melakukan

    aktivitas hobi atau rekreasi

    2) Ibu jari dengan jari tengah : bayangkan sedang berbicara

    akrab dengan orang yang disayangi

    3) Ibu jari dengan jari manis : bayangkan sedang bersyukur

    mendapat pujian atas prestasi yang pernah ada

  • 56

    4) Ibu jari dengan kelingking : bayangkan berada di tempat

    yang damai dengan pemandangan alam yang indah

    bersama orang yang disayangi

    c. Buka mata perlahan-lahan

    3. Membuat jadwal latihan hipnotis lima jari

    4. Memotivasi pasien melakukan hipnotis 5 jari saat sedang anxietas

    Strategi pelaksanaan ke-4 (pasien):

    1. Mengevaluasi anxietas, pelaksanaan latihan napas dalam, distraksi, hipnotis

    5 jari

    2. Melatih sampai membudaya

    3. Menilai kemampuan pasien melaksanakan cara-cara mengatasi anxietas

    4. Menilai apakah anxietas berkurang

    Intervensi Untuk Keluarga

    Strategi pelaksanaan ke-1 (keluarga) :

    1. Membina hubungan saling percaya

    2. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien

    3. Menjelaskan penyebab serta tanda dan gejala anxietas

    4. Melakukan latihan napas dalam

    5. Agar keluarga mengingatkan pasien jadwal latihan

    6. Agar keluarga memberikan pujian kepada pasien setiap selesai latihan

    Strategi pelaksanaan ke-2 (keluarga) :

    1. Mengevaluasi pelaksanaan latihan napas dalam

    2. Menjelaskan teknik distraksi

    3. Agar keluarga mengingatkan pasien jadwal latihan

    4. Agar keluarga memberikan pujian kepada pasien setiap selesai latihan

  • 57

    Strategi pelaksanaan ke-3 (keluarga):

    1. Mengevaluasi pelaksanaan latihan napas dalam dan distraksi

    2. Melakukan latihan hipnotis 5 jari

    3. Agar keluarga mengingatkan pasien jadwal latihan

    4. Agar keluarga memberikan pujian kepada pasien setiap selesai latihan

    Strategi pelaksanaan ke-4 :

    Mengevaluasi pelaksanaan latihan napas dalam, distraksi dan hipnotis lima

    jari

    Menilai kemampuan keluarga dalam merawat pasien

    Menilai kemampuan keluarga membawa pasien untuk kontrol ke

    puskesmas

    Edukasi

    Informasikan:

    Fobia dapat diobati

    Menghindari situasi yang ditakuti akan membuat ketakutan

    bertambah kuat

    Menjalani langkah-langkah spesifik dapat membantu untuk

    mengatasi ketakutan

    Teknik pemaparan (exposure):

    Gunakan napas lambat untuk mengontrol anxietas

    Jangan pindah ke tahap berikut sampai anxietas berkurang ke

    tingkat yang dapat diterima

  • 58

    Salah satu teknik yang biasa digunakan untuk mengatasi gangguan fobik

    adalah teknik pemaparan (exposure). Ini merupakan salah satu dari

    pendekatan perilaku.

    Pertama-tama ajarkan latihan napas lambat kepada penderita untuk

    mengontrol anxietas. Penderita harus berlatih secara rutin teknik napas ini

    sampai mahir.

    Berikutnya, buatlah daftar hal-hal yang akan dilakukan tetapi menimbulkan

    ketakutan, diurutkan mulai dari yang paling ringan atau mudah sampai yang

    paling berat atau paling sulit. Kita ambil contoh pada seseorang yang

    menderita agorafobia (takut berada di tempat terbuka atau tempat ramai

    yang sulit baginya untuk mendapat pertolongan), urutan hal yang ditakuti

    dapat berupa: pergi ke luar rumah sejauh 500 m dengan pendamping

    pergi ke luar rumah sejauh 500 m sendirian pergi ke pasar dengan

    pendamping pergi ke pasar sendirian.

    Penderita diminta untuk melaksanakan hal yang pertama. Apabila timbul

    rasa cemas atau takut, ia tidak boleh segera kembali ke rumah, tetapi harus

    tetap diam di tempat dan melakukan latihan napas lambat sampai

    kecemasannya mereda baru boleh kembali. Hal ini diulangi keesokan

    harinya dan seterusnya sampai ia tidak lagi merasa cemas apabila

    melakukan hal yang pertama itu baru boleh berganti melakukan hal yang

    kedua. Demikian sampai ia dapat melakukan hal yang tersulit dalam daftar.

    Medikasi:

    Dengan konseling, banyak penderita tidak memerlukan obat

    Jika ada depresi, obat antidepresan dapat menolong

    Jika gejala terbatas dan jarang antianxietas (misalnya

    benzodiazepin) sekali-sekali dapat menolong. Penggunaan reguler

    ketergantungan

    Anxietas performans pemblok beta

    Pikirkan untuk merujuk:

    Jika ketakutan menetap dan menimbulkan hendaya

  • 59

    Jika tersedia, rujukan untuk terapi perilaku

    Edukasi

    Nasihatkan penderita untuk melakukan langkah berikut jika terjadi serangan

    panik:

    Tetap tinggal di tempat sampai serangan berlalu.

    Pusatkan perhatian untuk mengendalikan anxietas, bukan pada

    gejala fisik.

    Bernapas dengan lambat dan relaks. Napas yang terlalu dalam dan

    cepat (hiperventilasi) gejala fisik panik.

    Medikasi:

    Jika serangan itu parah dan sering terjadi atau jika penderita

    menunjukkan gejala depresi yang signifikan antidepresan dapat

    menolong.

    Amitriptilin 25 mg malam, dinaikkan samp