Page 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Gagal Ginjal Kronik (GGK)
Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Gagal ginjal dapat terjadi secara
akut dan kronik.16 Gagal ginjal akut adalah sindroma yang ditandai oleh penurunan
laju filtrasi glomerulus secara mendadak dan cepat (hitungan jam-minggu) yang
mengakibatkan terjadinya retensi produk sisa nitrogen, seperti ureum dan kreatinin.17
Gagal ginjal akut dapat pulih kembali.18
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).19
GGK terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan
lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup.16 Laju penyaringan
glomerulus (Glumerular Filtration Rate) normal adalah 100-120 ml/menit/1,73 m2.20
GGK ditandai dengan terjadinya penurunan laju penyaringan glomerulus (GFR).
Dengan menurunnya kecepatan penyaringan ini, kadar urea darah meningkat dan
nefron yang masih berfungsi (yang tersisa) akan mengalami hipertofi.21
Universitas Sumatera Utara
Page 2
2.2. Anatomi dan Fungsi Ginjal
2.2.1. Anatomi Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap medial. Ukuran ginjal rata-rata adalah 11,5 cm (panjang), 6 cm (lebar),
3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi sekitar 120-170 gram. Ginjal dibungkus oleh
jaringan fibrous tipis dan berkilau yang disebut true capsule (kapsul fibrosa) ginjal
dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal.17
Ginjal terdiri atas tiga area yaitu korteks, medula dan pelvis.22
a. Korteks, merupakan bagian paling luar ginjal, di bawah kapsula fibrosa sampai
dengan lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari 1
juta. Semua glomerulus berada di korteks.
b. Medula, terdiri dari saluran-saluran atau duktus kolekting yang disebut pyramid
ginjal yang tersusun atas 8-18 buah.
c. Pelvis, merupakan area yang terdiri dari kalik minor yang kemudian bergabung
menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kalik minor bergabung menjadi kalik
mayor dan dua sampai tiga kalik mayor bergabung menjadi pelvis ginjal yang
berhubungan dengan ureter bagian proksimal.
Universitas Sumatera Utara
Page 3
Gambar 2.1. Anatomi Ginjal23
2.2.2. Fungsi Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah menjaga keseimbangan internal (melieu interieur)
dengan jalan menjaga komposisi cairan ekstraseluler. Untuk melaksanakan hal itu,
sejumlah besar cairan difiltrasi di glomerulus dan kemudian direabsorpsi dan
disekresi di sepanjang nefron sehingga zat-zat yang berguna diserap kembali dan sisa-
sisa metabolisme dikeluarkan sebagai urin. Sedangkan air ditahan sesuai dengan
kebutuhan tubuh kita. 24
Fungsi ginjal secara keseluruhan dibagi dalam 2 golongan yaitu:
a. Fungsi ekskresi
a.1. Ekskresi sisa metabolisme protein
Sisa metabolisme protein yaitu ureum, kalium, fosfat, sulfat anorganik dan
asam urat dikeluarkan melalui ginjal.24
Universitas Sumatera Utara
Page 4
a.2. Regulasi volume cairan tubuh
Bila tubuh kelebihan cairan maka terdapat rangsangan melalui arteri karotis
interna ke osmoreseptor di hipotalamus anterior kemudian diteruskan ke
kelenjar hipofisis posterior sehingga produksi hormon anti-diuretik (ADH)
dikurangi dan akibatnya produksi urin menjadi banyak, demikian juga
sebaliknya.24
a.3. Menjaga keseimbangan asam basa
Agar sel dapat berfungsi normal, perlu dipertahankan pH plasma 7,35 untuk
darah vena dan pH 7,45 untuk darah arteri. Keseimbangan asam dan basa
diatur oleh paru dan ginjal.16
b. Fungsi endokrin
b.1. Partisipasi dalam eritopioesis
Ginjal menghasilkan enzim yang disebut faktor eritropoietin yang
mengaktifkan eritropoietin. Eritropoietin berfungsi menstimulasi sumsum
tulang untuk memproduksi sel darah merah.16
b.2. Pengaturan tekanan darah
Modifikasi tonus vaskular oleh ginjal dapat mengatur tekanan darah. Hal ini
dilakukan oleh sistem renin-angiotensin aldosteron yang dikeluarkan dari
nefron. 16
b.3. Keseimbangan kalsium dan fosfor
Ginjal memiliki peran untuk mengatur proses metabolisme vitamin D menjadi
metabolit yang aktif yaitu 1,25-dihidrovitamin D3. Vitamin D molekul yang
Universitas Sumatera Utara
Page 5
aktif bersama hormon paratiroid dapat meningkatkan absorpsi kalsium dan
fosfor dalam usus.16
2.3. Gejala Gagal Ginjal Kronik (GGK)
Pada tahap awal gagal ginjal kronik, tidak ditemukan gejala klinis karena
ginjal masih bisa beradaptasi dalam menjalankan fungsinya. Pada tahap lanjut, gagal
ginjal kronik dapat menyebabkan anemia dengan gejala lemas, letih, lesu dan sesak
napas. Terjadi penumpukan cairan tubuh yang lebih banyak lagi sehingga
menyebabkan pembengkakan seluruh bagian tubuh. Beberapa pasien memberikan
gajala yang disebabkan keadaan uremik (kadar urea dalam darah yang meningkat)
yakni mual, muntah dan perubahan status mental (ensefalopati), disertai
ketidakseimbangan elektrolit.25
2.4. Epidemiologi Gagal Ginjal Kronik (GGK)
2.4.1. Distribusi Frekuensi Gagal Ginjal Kronik (GGK)
a. Orang
Semakin meningkatnya umur dan ditambah dengan penyakit kronis seperti
tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes, maka ginjal cenderung akan menjadi
rusak dan tidak dapat dipulihkan kembali.26 Berdasarkan penelitian Hanifa (2010) di
RSUP. Adam Malik Medan, penderita GGK terbanyak pada kelompok umur 31-50
tahun (50,5%).27
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
perkembangan End-Stage Renal Disease. Secara keseluruhan, insidensi End-Stage
Universitas Sumatera Utara
Page 6
Renal Disease lebih besar pada laki-laki (56,3%) daripada perempuan (43,7%)
walaupun penyakit sistemik tertentu yang menyebabkan End-Stage Renal Disease
lebih sering terjadi pada permpuan. End-Stage Renal Disease yang disebabkan oleh
nefropati hipertensif 6,2 kali lebih sering terjadi pada orang Afrika-Amerika daripada
orang kaukasia.18
Agama budha mengajarkan umatnya untuk berpuasa. Salah satu jenis puasa
yang dilakukan agama budha disebut vegetaris. Vegetaris berarti tidak makan
makanan bernyawa (daging) dan hanya memakan sayur-sayuran. Kebiasaan
masyarakat yang menganut agama budha tersebut dapat mencegah terkena penyakit
hipertensi yang merupakan salah satu faktor risiko untuk menimbulkan kejadian
gagal ginjal kronik.28
b. Tempat
Kejadian End-Stage Renal Disease di setiap negara berbeda-beda. Pada tahun
2003, prevalens rate kejadian End-Stage Renal Disease di Amerika Serikat sebesar
1.500/1.000.000 penduduk, di Jepang sebesar 1.800/1.000.000 penduduk, di Taiwan
sebesar 1.600/1.000.000 penduduk, dan di Spanyol sebesar 1.000/1.000.000
penduduk.29
Di Indonesia, kejadian gagal ginjal kronik sangat berpengaruh bagi hidup
penderita dan keluarganya, baik dibidang kesehatan, sosial dan ekonomi. Prevalens
rate penderita End-Stage Renal Disease yang menjalani hemodialisis di Indonesia
pada tahun 2003 adalah 1.656/1.000.000 penduduk.12
Lingkungan dan agent toksik dapat mempengaruhi gagal ginjal kronik yang
meliputi timah, kadmium, kromium dan merkuri.19 Di perairan yang tercemar,
Universitas Sumatera Utara
Page 7
merkuri dapat berubah bentuk menjadi senyawa metil merkuri melalui
mikroorganisme air dan mempunyai efek toksik tinggi. Dalam bentuk metal merkuri
senyawa ini dapat masuk ke dalam rantai makanan manusia. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan di tingkat global, Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki kadar merkuri dalam ikan tuna yang melebihi batas yang diizinkan yaitu
1.223 ppm.30
c. Waktu
Prevalens rate End-Stage Renal Disease di Amerika Serikat mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Laporan USRDS (The United States Renal Data
System) pada tahun 2000 menunjukkan bahwa prevalens rate End-Stage Renal
Disease pada tahun 1998 mencapai 1.160/1.000.000 penduduk.31 Tahun 2005,
prevalens rate End-Stage Renal Disease sebesar 1.569/1.000.000 penduduk.32
Prevalens Rate kasus ini meningkat lagi pada tahun 2009 yaitu sebesar
1.811/1.000.000 penduduk.9
2.4.2. Determinan Gagal Ginjal Kronik (GGK)
Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif
dan ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab.18
a. Host
Usia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal, dengan
bertambahnya usia akan diikuti oleh penurunan fungsi ginjal. Hal ini terjadi terutama
karena pada saat usia lebih dari 40 tahun akan terjadi proses hilangnya beberapa
nefron. Penurunan fungsi ginjal berdasarkan pertambahan umur tiap dekade adalah
Universitas Sumatera Utara
Page 8
sekitar 10 ml/menit/1,73 m2. Setelah mencapai usia dekade keempat, dapat
diperkirakan telah terjadi kerusakan ringan pada ginjal yaitu dengan GFR 60-89
ml/menit/1,73 m2 (penurunan fungsi ginjal 10% dari normal).17
Gagal ginjal kronik merupakan masalah yang tidak jarang ditemukan pada
anak-anak. GGK yang terjadi pada anak-anak pada umumnya disebabkan oleh dua
penyebab utama yaitu kelainan kongenital dan glomerulonefritis kronik.24
b. Faktor risiko GGK
Faktor risiko GGK yang sering ditemukan adalah:
b.1. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.
Peradangan dimulai dalam glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan/
atau hematuria. Meskipun lesi terutama ditemukan pada glomerulus, tetapi seluruh
nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal
kronik. 18 Glomerulonefritis dibedakan atas dua yaitu:
b.1.1. Glomerulonefritis Akut
Kasus klasik glomerulonefritis akut terjadi setelah infeksi streptokokus pada
tenggorokan atau kadang-kadang pada kulit sesudah masa laten 1 sampai 2 minggu.
Organisme penyebabnya yang lazim adalah streptokokus beta hemolitikus grup A
tipe 12 atau 4 dan 1. Sterptokokus tidak menyebabkan kerusakan pada ginjal,
melainkan terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap antigen khusus yang
merupakan unsur membran plasma sterptokokal-spesifik. Terbentuk kompleks
antigen-antibodi dalam darah dan bersirkulasi ke dalam glomerulus dan menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
Page 9
membran dasar yang menebal. Komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan
peradangan yang menarik leukosit polimerfonuklear (PMN) dan trombosit menuju
tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endotel dan
membran basalis glomerulus.18
b.1.2. Glomerulonefritis Kronik
Glomerulonefritis kronik ditandai dengan kerusakan glomerulus secara
progesif lambat akibat glomerulonefritis yang sudah berlangsung lama. Pada
glomerulonefritis kronik lanjut maka ginjal tampak mengkerut, kadang-kadang
beratnya hanya tinggal 50 gram dan permukaannya bergranula. Perubahan ini terjadi
akibat berkurangnya jumlah nefron karena iskemia dan hilangnya nefron. 18
Jalan penyakit glomerulonefritis kronik dapat berubah-ubah. Ada pasien yang
mengalami gangguan fungsi ginjal minimal dan merasa sehat. Perkembangan
penyakitnya juga perlahan. Walaupun perkembangan penyakit glomerulonefritis
kronik perlahan atau cepat, keduanya akan berakhir pada penyakit ginjal tahap akhir
(gagal ginjal kronik).16
b.2. Pielonefritis Kronik
Pielonefritis adalah inflamasi infeksius yang mengenai parenkim dan pelvis
ginjal. Infeksi ini bermula dari infeksi saluran kemih (ISK) bawah, kemudian naik
sampai ginjal. Escherichia coli adalah organisme yang paling lazim menyebabkan
pielonefritis. Pielonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
karena inflamasi yang berulang dan terbentuknya jaringan parut yang meluas. Proses
berkembangnya gagal ginjal kronik dari infeksi ginjal yang berulang berlangsung
selama beberapa tahun. Pada pielonefritis kronik, tanda yang terus menerus muncul
Universitas Sumatera Utara
Page 10
adalah bakteriuria sampai pada saat ketika jaringan ginjal sudah mengalami
pemarutan (skar) yang berat dan atrofi sehingga pasien mengalami insufisiensi ginjal
yang ditandai dengan hipertensi, BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat dan klirens
kreatinin menurun.16
b.3. Nefrosklerosis Hipertensif
Hipertensi dapat menyebabkan nefrosklerosis atau kerusakan pada arteri
ginjal, arteriola dan glomeruli.16 Nefrosklerosis (pengerasan ginjal) menunjukkan
adanya perubahan patologis pada pembuluh darah ginjal akibat hipertensi. Keadaan
ini merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal kronik.18
b.4. Penyakit Ginjal Polikistik
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista-kista multipel, bilateral dan
berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal
normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar dan terisi oleh kelompok kista-kista
yang menyerupai anggur. Waktu perjalanan gagal ginjal kronik bervariasi, walaupun
banyak anak yang dapat mempertahankan fungsi ginjal yang adekuat selama
bertahun-tahun. Pada anak-anak yang dapat bertahan selama bulan pertama
kehidupan,78% akan bertahan hingga melebihi 15 tahun.18
b.5. Nefropati diabetika
Nefropati diabetika merupakan salah satu penyebab kematian terpenting pada
diabetes melitus yang lama. Sekitar 35% hingga 40% penderita diabetes tipe 1 akan
berkembang menjadi gagal ginjal kronik dalam waktu 15-25 tahun setelah awitan
diabetes. Penderita diabetes tipe 2 lebih sedikit yang berkembang menjadi gagal
ginjal kronik. Diabetes melitus menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai
Universitas Sumatera Utara
Page 11
bentuk. Nefropati diabetika adalah istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi di
ginjal pada diabetes melitus. 18
b.6. Nefropati Analgetik
Penyalahgunaan analgetik dalam waktu lama dapat menyebabkan cedera
ginjal. Obat yang pertama kali diduga menyebabkan nefropati adalah fenasetin
(pereda nyeri). Namun bukti-bukti terakhir menunjukkan bahwa yang menyebabkan
kerusakan ginjal adalah kombinasi dari aspirin dan fenasetin. The National Kidney
Foundation telah merekomendasikan pada keputusannya yang baru bahwa campuran
analgetik hanya boleh diberikan melalui resep. Menurut Murray (1978) dalam Sylvia,
biasanya diperlukan 2 sampai 3 kg aspirin dan fanasetin untuk menimbulkan penyakit
ginjal secara klinis. 18
2.5. Perjalanan Klinis Gagal Ginjal Kronik (GGK)33
Perjalanan umum Gagal ginjal kronik (GGK) dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
stadium, yaitu:
2.5.1. Stadium I
Stadium pertama dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini
kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) normal (10-20 mg/100 ml)
dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dengan tes
pemekatan kemih dan tes GFR yang teliti.
2.5.2. Stadium II
Stadium kedua dinamakan insufisiensi ginjal.
a. Pada stadium ini, dimana lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak.
Universitas Sumatera Utara
Page 12
b. GFR besarnya 25% dari normal.
c. Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari normal.
d. Gejala-gejala nokturia atau sering berkemih dimalam hari sampai 700 ml dan
poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan) mulai timbul.
2.5.3. Stadium III
Stadium ketiga dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
a. Sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar 200.000
nefron saja yang masih utuh.
b. Nilai GFR hanya 10% dari keadaan normal.
c. Kreatinin serum dan BUN akan meningkat dengan mencolok.
d. Gejala-gejala yang timbul karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh, yaitu: oliguri karena kegagalan
glomerulus, sindrom uremik.
2.6. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik (GGK)
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) akan menimbulkan gangguan pada
berbagai sistem atau organ tubuh, antara lain :
2.6.1. Gangguan pada Sistem Gastrointestinal
Gangguan yang dialami dapat berupa:
a. Anoreksia, nausea dan vomitus yang berhubungan dengan gangguan metabolisme
protein di dalam usus. Gangguan ini juga terjadi karena terbentuknya zat-zat toksik
akibat metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan metal guanidine, serta
sembabnya mukosa usus.
Universitas Sumatera Utara
Page 13
b. Foetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh
bakteri di mulut menjadi ammonia sehingga nafas berbau ammonia. Akibat yang
lain adalah timbulnya stomatitis dan parotitis.
c. Cegukan (hiccup), sebabnya yang pasti belum diketahui, dan lain-lain.34
2.6.2. Gangguan pada Kulit
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom serta gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksin uremik dan
pengendapan kalsium di pori-pori kulit. Selain itu juga timbul gangguan seperti
ekimosis akibat gangguan hematoligik dan timbul bekas-bekas garutan pada kulit
akibat garukan karena gatal.34
2.6.3. Gangguan pada Sistem Hematologik34
a. Anemia normokrom, normositer
Dapat disebabkan oleh karena berkurangnya produksi eritropoetin sehingga
rangsangan pada sumsum tulang menurun, hemolisis, defisiensi besi dan asam folat,
perdarahan pada saluran pencernaan dan kulit, serta fibrosis sumsum tulang akibat
hiperparatiroidisme sekunder.
b. Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia.
Hal ini disebabkan perdarahan akibat agregasi dan adhesi trombosit yang
berkurang serta menurunnya faktor trombosit III dan ADP (adenosine difosfat).
Gangguan ini juga dikarenakan masa perdarahan yang memanjang.
Universitas Sumatera Utara
Page 14
c. Gangguan fungsi leukosit.
Gangguan ini dapat berupa hipersegmentasi leukosit, fagositosis dan
kemotaksis berkurang. Terjadi penurunan fungsi limfosit sehingga tingkat imunitas
menurun.
2.6.4. Gangguan pada Sistem Saraf dan Otot
a. Restless leg syndrome. Penderita merasa pegal di tungkai bawah dan selalu
menggerakkan kakinya.
b. Burning feat syndrome. Rasa semutan dan seperti terbakar, terutama di telapak
kaki.
c. Ensefalopati metabolik. Badan lemas, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi,
tremor dan kejang-kejang.
d. Miopati. Kelemahan dan hipotropi otot-otot.34
2.6.5. Gangguan pada Sistem Kardiovaskular
Gangguan yang timbul berupa hipertensi, nyeri dada serta sesak nafas.
Gangguan irama jantung juga terjadi akibat aterisklerosis dini serta edema akibat
penimbunan cairan.34
2.6.6. Gangguan pada Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem ini berupa gangguan seksual seperti libido, fertilitas
dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis
yang menurun, sedangkan pada wanita timbul gangguan menstruasi dan gangguan
ovulasi. Gangguan lain dapat berupa gangguan toleransi glukosa, metabolisme lemak
dan metabolisme vitamin D.34
Universitas Sumatera Utara
Page 15
2.6.7. Gangguan Cairan dan Natrium
Kekurangan air (dehidrasi) dan kekurangan garam (penurunan volume cairan
ekstraseluler) adalah dua kelainan utama dan sering terjadi pada GGK. Kelainan ini
bersifat reversible dan apabila koreksi tidak segera dilaksanakan akan merupakan
tahap pertama dari rangkaian kelainan yang akan menurunkan faal ginjal. Hidrasi
dapat dipertahankan dengan pemberian 3 liter air, sehingga urin yang terbentuk
sekitar 2 - 2,5 liter. Natrium perlu dibatasi, karena natrium dipertahankan dalam
tubuh walaupun faal ginjal sudah menurun.34
2.7. Pencegahan Gagal Ginjal Kronik (GGK)
2.7.1. Pencegahan Primordial
Upaya ini dilakukan dengan cara menciptakan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit GGK tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup
dan faktor risiko lainnya. Pada prinsipnya upaya pencegahan primordial yang dapat
dilakukan adalah melakukan penyesuaian terhadap risiko yang ada dalam masyarakat
dengan cara membentuk pola fikir masyarakat agar mengatur pola makan yang sehat
dan minum air yang banyak (Jumlah yang dianjurkan adalah 2 liter per hari) agar
terjaga kesehatan ginjal.4
2.7.2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan pada orang yang
mempunyai risiko agar tidak terjadi gagal ginjal kronik.35 Orang yang berisiko tinggi
untuk mengalami kerusakan ginjal adalah penderita diabetes, hipertensi, pasien
dengan proteinuria dan lainnya.36
Universitas Sumatera Utara
Page 16
Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah:37
1. Mengatur pola konsumsi protein.
2. Sedikit mengkonsumsi garam. Pola konsumsi garam yang tinggi akan
meningkatkan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat menumpuk dan
membentuk kristal.
3. Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi.
2.7.3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah
orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit dan
menghindarkan komplikasi. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara
mendeteksi penyakit secara dini dan pengobatan secara cepat dan tepat.35
a. Diagnosa GGK
a.1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mencari beberapa tolak ukur (parameter) yang
menunjukkan adanya kemungkinan GGK dengan mengumpulkan data gejala klinis
GGK, yang meliputi berbagai organ dan sistem dalam tubuh. Untuk memastikan
GGK, diperlukan data tentang riwayat penyakit pasien. Bila ada data yang
menunjukkan penurunan faal ginjal yang bertahap (laju filtrasi glomerulus (LFG)
yang progresif menurun) diagnosis tidaklah sulit.11
a.2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menetapkan adanya GGK, ada
tidaknya kegawatan, derajat GGK, gangguan sistem dan membantu menetapkan
etiologi. Dalam Menetapkan ada atau tidaknya gagal ginjal, tidak semua faal ginjal
Universitas Sumatera Utara
Page 17
perlu diuji. Untuk keperluan praktis yang paling lazim diuji adalah laju filtrasi
glomerulus.11
Pemeriksaan laboratorium yang mendekati laju filtrasi glomerulus adalah
pemeriksaan tes klirens kreatinin.34 Dialisis dilakukan apabila kadar kretinin serum
biasanya diatas 6 mg/100 ml pada laki-laki dan diatas 4 mg/100 ml pada wanita.33
Indikasi dialisis dapat juga dilakukan apabila kadar BUN (Blood Urea Nitrogen)
>100 mg per 100 ml.38
a.3. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel
kiri, tanda-tanda perikarditis dan gangguan elektrolit.11
a.4. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menilai besar dan bentuk ginjal,
tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari
adanya faktor yang reversibel dan menilai apakah proses sudah lanjut.11
a.5. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen dilakukan untuk menilai bentuk dan besar ginjal serta
apakah ada batu atau obstruksi lain. Sebaiknya dilakukan tanpa puasa karena
dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal.11
a.6. Renogram
Pemeriksaan renogram dilakukan untuk menilai fungsi ginjal kiri dan kanan,
lokasi gangguan (vaskuler, parenkim dan ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.33
Universitas Sumatera Utara
Page 18
b. Pengobatan Konservatif
Pengobatan konservatif terdiri dari tiga strategi. Pertama adalah usaha-usaha
untuk memperlambat laju penurunan fungsi ginjal. Kedua adalah mencegah
kerusakan ginjal lebih lanjut. Ketiga adalah pengelolaan berbagai masalah yang
terdapat pada pasien dengan GGK dan komplikasinya. Pengobatan konservatif GGK
lebih bermanfaat bila penurunan faal ginjal masih ringan.11
Pengobatan konservatif terdiri atas:
b.1. Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan
b.1.1. Pembatasan protein
Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN (kadar nitrogen
urea), tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta mengurangi produksi
ion hidrogen yang berasal dari protein. 33
b.1.2. Diet rendah kalium
Penggunaan makanan dan obat-obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat
menyebabkan hiperkalemia. Hiperkalemia merupakan masalah pada gagal ginjal
lanjut sehingga asupan kalium harus dikurangi. Diet yang dianjurkan adalah 40-80
mEq/hari. 33
b.1.3. Diet rendah natrium
Asupan natrium yang terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi cairan,
edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif. Diet natrium yang
dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 g Na). 33
Universitas Sumatera Utara
Page 19
b.1.4. Pengaturan cairan
Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut harus diawasi dengan
seksama. Asupan yang bebas dapat menyebabkan beban sirkulasi menjadi berlebihan
dan edema. Sedangkan asupan yang terlalu rendah mengakibatkan dehidrasi,
hipotensi dan lainya. 33
b.2. Pencegahan dan pengobatan komplikasi
b.2.1. Hipertensi
Langkah pertama untuk mengendalikan hipertensi adalah dengan tindakan
non-farmakologi, yaitu diet rendah garam, menurunkan berat badan dan berolahraga.
Bila dengan cara ini tidak berhasil, dapat dilakukan tindakan farmakologi (pemberian
obat antihipertensi).24
b.2.2. Hiperkalemia
Apabila kalium serum mencapai sekitar 7 mEq/L dapat mengakibatkan
aritmia dan juga henti jantung. Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian
glukosa dan insulin intravena yang akan memasukkan kalium ke dalam sel atau
dengan pemberian Kalsium Glukonat 10%. 33
b.2.3. Anemia
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk
mengalami perdarahan akibat status uremik pasien.39 Pengobatannya adalah
pemberian hormon eritopoeitin yaitu rekombinan eritopoeitin. Terapi sebaiknya lebih
dini lagi pada pasien yang diketahui mengidap penyakit kardiovasikular.40
Universitas Sumatera Utara
Page 20
b.2.4. Asidosis metabolik
Penurunan kemampuan ekskresi beban asam pada gagal ginjal kronik
menyebakan terjadinya asidosis metabolik. Umumnya manifestasi timbul apabila
LFG <25 ml/menit. Diet rendah protein 0,3 gram/hari mengurangi kejadian
asidosis.11
b.2.5. Pengobatan hiperurisemia
Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia adalah dengan pemberian
alopurinol. Obat ini mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis
sebagian asam urat total yang dihasilkan oleh tubuh.33
c. Pengobatan Pengganti
Pengobatan pengganti diberikan apabila faal ginjal yang masih tersisa sudah
minimal sehingga pengobatan konservatif tidak memberi pertolongan yang
diharapkan lagi, keadaan ini terjadi pada gagal ginjal terminal.11
c.1. Dialisis
c.1.1. Hemodialisis
Hemodialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser
(tabung ginjal buatan) yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah
kembali lagi kedalam tubuh pasien.16 Dialiser terdiri dari dua kompartemen yang
terpisah yaitu kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang dibatasi oleh
selaput semipermiabel buatan. 11
c.1.2. Dialisis peritoneal
Dialisis peritoneal adalah salah satu bentuk dialisis yang menggunakan
membran peritoneum yang bersifat semipermeabel. Melalui membran tersebut darah
Universitas Sumatera Utara
Page 21
dapat difiltrasi.11 Sekitar 2 L dialisat steril dihangatkan sesuai suhu tubuh kemudian
disambungkan dengan kateter peritoneal melalui slang dan dibiarkan mengalir
secepat mungkin ke dalam rongga peritoneum. Klem slang ditutup dan terjadi
osmosis cairan yang maksimal selama 20-30 menit. Kemudian klem slang dibuka dan
cairan dibiarkan mengalir karena gravitasi dari rongga peritoneum ke luar. Setelah
cairan selesai keluar, siklus berikutnya dapat berjalan kembali.16
c.2. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan pilihan ideal untuk pengobatan gagal ginjal
tahap akhir (end-stage renal failure). Indikasi transplantasi ginjal adalah pasien gagal
ginjal tahap akhir dengan gagal tumbuh berat atau mengalami kemunduran klinis
setelah mendapat pengobatan yang optimal. Organ ginjal yang akan ditransplantasi
dapat berasal dari cadaver (jenazah) atau donor hidup-keluarga.24
2.7.4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yang dilakukan pada penderita GGK adalah untuk
mencegah kecacatan/kematian, mencegah proses penyakit lanjut dan rehabilitasi.
Rehabilitasi yang dapat dilakukan dapat berupa rehabilitasi fisik, sosial dan
psikologi.41 Pencegahan tersier terus diupayakan selama penderita GGK belum
meninggal dunia.33
Universitas Sumatera Utara