7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karate Kata karate dibentuk oleh dua karakter, yang pertama adalah kara (kosong) dan lainnya te (tangan). Kata kosong berarti teknik beladiri karate tidak memerlukan senjata, hanya menggunakan anggota badan seperti tangan dan kaki sebagai pengganti senjata (Wahid, 2007). Karate merupakan sebuah metode khusus untuk mempertahankan diri melalui penggunaan anggota tubuh yang terlatih secara baik dan alami yang didasari dan bertujuan sesuai nilai filsafat timur. Karate-do merupakan sebuah seni bela diri yang aslinya berasal dari daerah Okinawa, kemudian dimodifikasi dan diubah menjadi suatu jalan kehidupan (way of life) oleh Gichin Funakoshi (Wahid, 2007). Karate-do menerapkan karate sebagai cara hidup yang lebih dari sekedar mempertahankan diri serta telah menjadi suatu pedoman dan jalan hidup bagi setiap praktisinya. Gerakan-gerakan tubuh yang sistematis serta mengikuti kaidah, arti, makna dan sasaran yang dikandungnya merupakan suatu inti dari aksi olahraga karate itu sendiri sehingga seluruh gerak dan jiwa ditunjukkan sebagai satu kesatuan. Kesatuan gerak dan spirit ini menjadi inti dari olahraga karate yang dikenal dengan nama Karate-do (Rudianto, 2010). Karate diciptakan sebagai suatu olahraga beladiri yang memegang teguh sifat kekesatriaan sehingga terbentuk manusia yang mampu dan berani dalam menghadapi tantangan hidup serta secara alamiah menciptakan tatanan kehidupan
25
Embed
THE EXERCISE OF MAWASHI GERI JODAN BY KAMAE-TE FORM ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Karate
Kata karate dibentuk oleh dua karakter, yang pertama adalah kara
(kosong) dan lainnya te (tangan). Kata kosong berarti teknik beladiri karate tidak
memerlukan senjata, hanya menggunakan anggota badan seperti tangan dan kaki
sebagai pengganti senjata (Wahid, 2007).
Karate merupakan sebuah metode khusus untuk mempertahankan diri
melalui penggunaan anggota tubuh yang terlatih secara baik dan alami yang
didasari dan bertujuan sesuai nilai filsafat timur. Karate-do merupakan sebuah
seni bela diri yang aslinya berasal dari daerah Okinawa, kemudian dimodifikasi
dan diubah menjadi suatu jalan kehidupan (way of life) oleh Gichin Funakoshi
(Wahid, 2007).
Karate-do menerapkan karate sebagai cara hidup yang lebih dari sekedar
mempertahankan diri serta telah menjadi suatu pedoman dan jalan hidup bagi
setiap praktisinya. Gerakan-gerakan tubuh yang sistematis serta mengikuti kaidah,
arti, makna dan sasaran yang dikandungnya merupakan suatu inti dari aksi
olahraga karate itu sendiri sehingga seluruh gerak dan jiwa ditunjukkan sebagai
satu kesatuan. Kesatuan gerak dan spirit ini menjadi inti dari olahraga karate yang
dikenal dengan nama Karate-do (Rudianto, 2010).
Karate diciptakan sebagai suatu olahraga beladiri yang memegang teguh
sifat kekesatriaan sehingga terbentuk manusia yang mampu dan berani dalam
menghadapi tantangan hidup serta secara alamiah menciptakan tatanan kehidupan
8
bermasyarakat yang berbudaya dan beradab. Oleh karenanya, hakekat olahraga
karate tidak hanya sebatas keterampilan olah gerak beladiri tetapi secara
komprehensif membentuk manusia yang mampu mengendalikan jiwa dan spirit
bagi dirinya yang ditunjukkan dalam kehidupan bermasyarakat (Rudianto, 2010).
Teknik-teknik dalam karate terdiri dari teknik pukulan (tsuki waza), teknik
sentakan (ucki waza), teknik tendangan (ken waza), teknik tangkisan (uke waza),
dan teknik bantingan (nage wasa), (Gambar 2.1). Pada pertandingan kumite,
teknik yang berperan langsung untuk mendapatkan nilai teknik pukulan, teknik
sentakan, dan teknik tendangan (Suharno, 1985).
Gambar 2.1 Pengelompokan Teknik-Teknik Karate (Morris, 1982)
Dalam cabang olahraga karate terdapat beberapa teknik dasar (kihon)
yakni:
a. Tsuki (pukulan)
Pada umunya pukulan ini digunakan untuk teknik puluhan yang lurus kedepan
(chokuzuki), bila lawan berada langsung di depan, lengan disodok lurus ke
depan dan sasaran di pukul dengan buku jari-jari dari kepalan depan. Pada
9
waktu melepaskan pukulan lengan yang memukul diputar kearah dalam.
Adapun tsuki tediri dari beberapa teknik sebagai berikut (Nakayama, 1978):
1) Seiken chokuzuki, adalah kepalan (tinju) bagian depan
2) Oi Zuki /Gyaku Zuki, Ippon adalah pukulan lurus
3) Nukite adalah pukulan dengan jari lurus kecuali ibu jari (tangan terbuka)
4) Tate zuki, adalah pukulan tinju ke atas
5) Age zuki, adalah hantaman (pukulan) naik keatas
6) Mawashi zuki adalah pukulan (tinju) memutar
7) Ura zuki, adalah pukulan (tinju) tertutup
8) Morotte zuki adalah pukulan sejajar (paralel)
9) Yama zuki adalah pukulan (tinju) melebar ”U”
10) Kagi zuki adalah pukulan berkait
b. Geri (tendangan)
Faktor-faktor teknik tendangan dalam karate adalah sebagai berikut
(Nakayama, 1978):
1) Angkat lutut dari kaki yang akan menendang setinggi mungkin dan
sedekat mungkin dengan dada. Lutut akan menekuk penuh, kemudian
pindahkan berat kaki ke pinggul.
2) Lentingkan, tekukkan dan pelurusan lutut. Terdapat 2 cara menendang:
Menggunakan daya pegas lutut yang dilentingkan sepenuhnya dan dengan
meluruskan kuat-kuat lutut kaki yang ditekuk, menyerupai gerakan
menyodok.
10
3) Daya pegas pinggul dan pergelangan kaki. Di lain pihak, kekuatan kaki itu
sendiri tidak cukup. Harus diperkuat dengan tenaga yang dihasilkan oleh
pegas dan lutut.
Teknik tendangan adalah bentuk dari teknik kaki, dilakukan dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin dan sedekat mungkin dengan dada,
kemudian melentingkan atau menyodokkan kaki yang akan digunakan untuk
menendang (Nakayama, 1977).
Gambar 2.2 Teknik Tendangan, Ahmad (1994)
Ada dua cara dalam melakukan teknik tendangan, cara pertama ialah
dengan melentingkan lutut (snap), sedang cara kedua ialah dengan menyodok
(thrust). Di dalam bela diri karate, teknik- teknik tendangan sama pentingnya
dengan teknik-teknik pukulan (Nishiyama dan Brown, 1975). Teknik
tendangan bahkan memiliki keunggulan yaitu memiliki jarak jangkauan lebih
11
panjang dan mempunyai kekuatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan
teknik pukulan. Teknik tendangan yang dilakukan dengan melentingkan kaki
terdiri atas tendangan ke depan (mae geri), tendangan mengangkat ke samping
(yoko geri keage), tendangan memutar (mawashi geri), tendangan melompat
ke depan (mae tobi geri), tendangan memutar ke belakang (ushiro mawashi
geri), tendangan bulan sabit ke dalam (mika zuku geri), dan tendangan bulan
sabit ke luar (ura mika zuku geri). Teknik tendangan dengan cara
menyodokkan kaki terdiri atas tendangan menyodok ke samping (yoko geri
kekomi), tendangan melompat ke samping (tobi yoko geri), dan tendangan
menyodok ke belakang (ushiro geri). Bagian kaki yang membentur terhadap
sasaran (striking point) adalah sebagai berikut kaki macan (koshi), kaki pedang
(shuto), tumit (kakato), punggung kaki (haisoku) dan ujung jari kaki
(tsumasaki). Penggunaan bagian kaki yang membentur terhadap sasaran
(striking point) tergantung dari kebutuhan setiap karateka yang
menggunakannya, arah sasaran tendangan dan keefektifan tendangan terhadap
sasaran yang di tuju.
c. Uke (tangkisan)
Teknik tangkisan pada cabang olahraga karate dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Di samping itu dapat pula dilakukan dengan menggunakan alat
anggota tubuh yang ada,misalnya tangan atau lengan dan kaki atau tungkai.
Pada dasarnya tangkisan harus dilakukan pada saat lawan mulai menyerang.
Oleh karena itu sangat perlu memperkirakan lebih dahulu adanya serangan.
Adapun uke tediri dari beberapa teknik sebagai berikut (Nakayama, 1978):
12
1) Age uke adalah tangkisan atas
2) Ude Uke adalah tangkisan depan
3) Shuto Uke adalah tangkisan samping,
4) Gedan Barai adalah tangkisan dari atas kebawah
5) Morote Uke adalah Meningkatkan tangkisan
6) Juji Uke adalah tangkisan bawah dengan posisi keduan telapak tangan
mengepal (menyilang)
7) Kawiwake Uke adalah Tangkisan langkah pertama dari kekalahan
Terdapat tiga bentuk latihan yang dilalui oleh setiap orang yang berlatih
karate. Bentuk latihan itu adalah bentuk latihan kihon (dasar), bentuk latihan kata
(jurus), dan bentuk latihan kumite (sparring).
1. Bentuk Latihan Kihon (Latihan Dasar)
Bentuk latihan kihon merupakan bentuk latihan dasar yang dilalui oleh
semua orang yang berlatih seni beladiri karate pada saat baru mulai berlatih.
Latihan dasar ini di praktekkan dalam kurun waktu yang cukup lama bahkan
dikatakan bahwa tidak ada batasan waktu dalam melatih kihon. Bentuk latihan
ini penting, karena latihan kihon menentukan kualitas seluruh teknik yang
akan dipelajari nantinya. Bentuk latihan ini yang akan membentuk karakter,
kekuatan, postur tubuh dan teknik-teknik yang dipelajari. Orang dengan
teknik dasar yang lemah akan memiliki teknik yang lemah, sama seperti
rumah yang memiliki pondasi yang tidak kuat, sebaliknya, orang yang teknik
dasarnya kuat akan memiliki teknik yang baik dengan kualitas yang jauh lebih
baik pada nantinya (Nakayama, 1978).
13
Dalam latihan kihon ini, yang dipelajari adalah teknik-teknik dasar dari
karate seperti kuda-kuda (dachi), pukulan (tsuki), tendangan (geri) dan
tangkisan (uke). Namun tidak hanya teknik-teknik itu saja yang dipelajari.
Dalam bentuk latihan kihon, selain teknik-teknik dasar, yang juga dilatih
adalah pemahaman mengenai bentuk (katachi), pernapasan (kokyo), kiai, kime
(fokus), pinggang (koshi), kecepatan dan kekuatan, memperkuat otot, irama
dan ketepatan. Semua komponen ini penting untuk dilatih karena akan
menunjang teknik yang nanti akan dipelajari. Bentuk latihan kihon ini
merupakan latihan yang dilakukan sebelum masuk pada bentuk latihan kata
(Ahmad, 1994).
2. Bentuk Latihan Kata
Kata dalam bahasa Jepang secara harfiah memiliki arti gaya, bentuk,
model. Kata dalam karate adalah suatu rangkaian teknik yang dirangkai dalam
suatu urutan yang sudah ditentukan. Gerakan-gerakan di dalam kata terdiri
dari gerakan memukul, menangkis, menendang, berputar, dan melangkah.
Setiap kata memiliki karakternya masing-masing. Beberapa kata memiliki
karakter yang sangat keras, solid, dan berat. Kata merupakan satu-satunya cara
yang digunakan untuk mengajarkan karate sampai pada tahun 1930-an.
Kata, walaupun jika dilihat dari kumpulan gerakannya merupakan
kumpulan jurus-jurus karate yang merupakan suatu teknik untuk bertarung,
kata tidak pernah diperuntukkan sebagai suatu alat untuk menyerang. Seluruh
gerakan awal dari kata dalam seni beladiri karate adalah gerakan untuk
bertahan dan bukan gerakan untuk menyerang lawan terlebih dahulu. Tidak
14
hanya itu, kata juga adalah suatu bentuk latihan yang sebenarnya ditujukan
untuk melatih tubuh dan pikiran suatu ritual spiritual yang membawa orang
yang berlatih kata kepada suatu jalan akan pertumbuhan dan pengertian. Kata
dilihat sebagai suatu urutuan gerakan yang sudah ditetapkan yang telah
dirancang untuk dapat bertahan secara efektif dalam menghadapi serangan
dari lawan, tetapi kata sebenarnya memiliki arti lebih dari itu, kata adalah jiwa
dari latihan dan perkembangan karate. Esensi pokok dalam memainkan sebuah
kata berupa tenaga, irama dan keindahan (Wahid, 2007). Basis dari kata
adalah “Kata ni sente nashi” yang artinya adalah “tidak ada serangan pertama
di dalam kata seni beladiri karate”. Melalui latihan kata, seorang karateka
(orang yang berlatih karate) dapat mempelajari bahwa seorang karateka sejati
tidak pernah menyerang duluan, dan tidak pernah menyerang karena dikuasai
oleh amarah (Nakayama, 1978).
Walaupun jumlah kata sebenarnya sangat banyak, Gichin Funakoshi
mengatakan bahwa menguasai seluruh kata yang ada membutuhkan waktu
seumur hidup, menguasai enam belas kata adalah cukup. Ia juga, dalam buku
“Karate-Do Kyohan” mengatakan bahwa tidak semua orang cocok dengan
seluruh kata yang ada, sehingga seseorang cukup mencari satu kata yang
cocok dengan dirinya dan pelajarilah seumur hidup.
Kata yang merupakan kumpulan teknik yang sudah dirancang dapat
dibagi ke dalam 3 kelompok, sesuai dengan 4 aliran karate yang pertama ada
di Okinawa, yakni Shotokan, Shito-ryu, Goju-ryu dan Wado-ryu (Wahid,
2007). Ada banyak jenis kata lainnya, yang dikatakan mencapai 1000 jenis,
15
namun dari jumlah yang demikian hanya sedikit sekali yang masih tersisa,
kata tradisional yang dikembangkan di Okinawa pun sudah banyak
mengalami perubahan dan perkembangan. Kata yang tersisa dan masih
dipraktekkan oleh orang-orang yang berlatih karate hanyalah kata yang
dibawa ke luar dari Okinawa dan diperkenalkan oleh Gichin Funakoshi.
3. Bentuk Latihan Kumite
Kumite atau sparring merupakan suatu bentuk dari aplikasi teknik
pertahanan dan penyerangan yang dilatih dalam kata dan kihon dalam situasi
yang sebenarnya. Dalam karate aliran shotokan, bentuk latihan kumite yang
diajarkan untuk pertama kalinya adalah Yakusoku Kumite, secara harafiah
dapat diartikan sebagai kumite perjanjian. Dalam bentuk kumite ini, dua orang
berhadapan setelah menentukan teknik apa yang akan digunakan. Saat kumite
berlangsung, teknik yang boleh dilancarkan hanyalah teknik yang sudah
disepakati oleh kedua belah pihak. Bentuk kumite yang seperti ini disebut juga
sebagai kihon kumite. Ada enam tipe dari kihon kumite, yakni gohon kumite,