A. Latar Belakang
Dilihat dari peta rupa bumi, air merupakan komponen terbesar di
bumi dengan presentase mencapai 70% berbanding 30% dengan daratan.
Namun presentasi air tanah hanya 3% dari presentasi air yang ada
dibumi, 97% lainnya terdiri dari air laut, sungai, danau dll.
Air merupakan kebutuhan paling dasar bagi makhluk hidup. Dalam
kehidupan sehari-hari kebutuhan manusia akan air mencapai 80%.
Kebutuhan masyarakat akan air dapat di kategorikan dalam 2 jenis
penggunaan, yaitu berupa konsumsi langsung dan tak langsung.
Konsumsi langsung berupa penggunaan untuk mandi,cuci,menyiram
tanaman dan lainnya, sedangkan kebutuhan tak langsung terefleksikan
dalam besarnya kebutuhan akan barang-barang dan jasa diman untuk
memproduksi barang-barang dan jasa tersebut diperlukan sejumlah
sumberdaya air.
Namun faktanya, di Indonesia masalah air bersih akibat masalah
yang tak berujung. Dari mulai masalah kelangkaan air sampai pada
ketidaktersediaan air bersih akibat hujan asam,banjir dan
longsor.
Permasalahan sumber daya air saat ini sudah menjadi suatu
permasalahan yang sangat penting di Indonesia, khususnya pulau
Jawa. Permasalahan sumber daya air ini dipengaruhi oleh perubahan
lahan akibat tekanan pertumbuhan dan aktivitas penduduk di daerah
resapan akan terjadi konversi atau alih fungsi lahan untuk
permukiman, selain konversi tataguna lahan yang bersifat normatif
tersebut terdapat kecenderungan yang nyata, alih fungsi lahan di
daerah resapan air untuk keperluan investasi dalam keperluan
investasi dalam skala luas yang akan meningkatkan run off dan
menurunkan laju resapan air.
Dengan demikian, apabila hal ini terus berlanjut maka akan
terjadi krisis sumber daya air. Pada saat ini dapat terlihat gejala
ketidakseimbangan yang diakibatkan oleh perubahan fungsi lahan yang
tidak terkontrol. Pada saat musim penghujan mengakibatkan volume
air yang ada sangat bersar tetapi karena rendahnya laju resapan air
untuk meresap ke dalam tanah terjadi banjir maka air melimpas, lalu
timbul genangan air atau banjir. Pada saat musim kemarau, karena
kecilnya volume resapan dalam tanah simpanan dari musim hujan maka
air tanah yang dapat timbul digunakan terbatas dan timbul
kekeringan.
Secara logika keseimbangan terjadi jika jumlah air pada saat
musim hujan dan musim kemarau relatif sama besar. Untuk mencegah
kekurangan air pada musim kemarau maka volume air tanah sebagai
simpanan dari pada musim kemarau harus dalam keadaan maksimal. Oleh
karena itu pada saat musim hujan harus dilakukan penghematan dalam
penggunaan air tanah. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan air maka
diusahakan untuk menggunakan air hujan sebagai air limpasan secara
langsung dalam penggunaan air yang tidak membutuhkan kriteri air
bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih maka dapat menggunakan
air tanah atau juga air limpasan tersebut setelah melalui proses
pengolahan air untuk mencapai kriteria air bersih
B. RUMUSAN MASALAH
Curahan air hujan yang terbuang sia-sia yang langsung menjadi
limpasan permukaan dan mengalir ke sungai atau laut, kuantitas air
di bumi memang tetap namun kualitasnya yang semakin menurun baik
karena kondisi alam maupun akibat perilaku manusia, lahan terbuka
hijau yang semakin berkurang akibat pengalih fungsian lahan menjadi
pemukiman dan lainnya untuk menunjang aktivitas manusia akibat laju
pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Sebagai upaya
pelestarian sumber daya air, agar curahan air hujan dapat
dimanfaatkan secara maksimal, konservasi air dibutuhkan dalam hal
ini. Teknologi sederhana sebagai upaya pewujudan konservasi air
tanah yaitu dengan cara Rain haervesting atau biasa disebut sebagai
pemanenan air hujan.
C. TUJUAN PENELITIANDalam proposal ini tujuan yang hendak
dicapai yaitu sebaai berikut:1. Pelestarian sumberdaya air tanah
dan peningkatan kualitas air tanah melalui konsevasi air2. Membantu
mengatasi masalah kekeringan saat musim kemarau3. Membantu
menaggulangi kekuranagn air bersih.
D. METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan dengan metode
diskriptif kualitataif, yaitu dengan melihat dan menggambarkan
kondisi, keadaan dan gejala yang terjadi di masyarakat, agar
penelitian ini lebih terarah dan dapat menyelesaikan permasalah
yang ada.Melihat kondisi lingkungan pemukiman masyarakat dan
memberikan sosislisasi pada masyarakat tentang konservasi air tanah
berupa pembuatan rain harvesting untuk diterapkan pada rumah mereka
masing-masing, memanfaatkan pekarangan rumah yang mereka
miliki.Rain harvesting merupakan upaya pemanenan air hujan yang
dilakuakn dengan menampung air hujan yang jatuh pada atap rumah
yang dialirkan melalui pipa atau talang yang kemudian di tampung
pada bak, tong atau kolam yang sebelumnya bak penampung harus
berfilter untuk menjaga kualitas air hujan.
Gambar 1. Saluran pengumpul Gambar 2. Filter
Gambar 3. Pipa pengumpul dan dop cap Gambar 4. Water tapContoh
saluran penampung disajikan pada Gambar 1. Ukuran saluran penampung
bergantung pada luas area tangkapan hujan, biasanya diameter
saluran penampung berukuran 20-50 cm. Filter dibutuhkan untuk
menyaring sampah (daun, plastik, ranting, dll) yang ikut bersama
air hujan dalam saluran penampung (Gambar 2) sehingga kualitas air
hujan terjaga. Dalam kondisi tertentu, filter harus bisa dilepas
dengan mudah dan dibersihkan dari sampah. Tangki (Cistern or tank)
alami (kolam atau dam) dan tangki buatan merupakan tempat untuk
menyimpan air hujan. Tangki penyimpanan air hujan dapat berupa
tangki di atas tanah atau di bawah tanah (ground tank). First flush
device: apabila kualitas air hujan merupakan prioritas, saluran
pem-buang air hujan yang tertampung pada menit-menit awal harus
dibuang. Tujuan fasilitas ini adalah untuk meminimalkan polutan
yang ikut bersama air hujan.