TETRALOGI FALLOT 1. Definisi Tetralogi fallot adalah kelainan anatomi yang disebabkan oleh kesalahan dari perkembangan infundibulum ventrikel kanan. Kelainan ini pertama kali dilaporkan oleh Fallot (1888). 1,2 TF adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. 2,4,6 2. Epidemiologi TF merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling banyak ditemukan, yakni merupakan lebih kurang 10% dari seluruh penyakit jantung bawaan. Setelah umur 1 tahun TF merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling sering ditemukan. 2 TF biasanya terjadi pada 3-6 bayi pada setiap 10.000 kelahiran dan merupakan penyebab paling umum sianotik pada penyakit jantung kongenital. Pada sebagian besar kasus TF bersifat sporadic dan non familial. TF juga lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding dengan perempuan. 2 Untuk data di Indonesia berdasarkan data kunjungan klinik RS Soetomo sebagian besar pasien TF didapatkan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TETRALOGI FALLOT
1. Definisi
Tetralogi fallot adalah kelainan anatomi yang disebabkan oleh kesalahan
dari perkembangan infundibulum ventrikel kanan. Kelainan ini pertama kali
dilaporkan oleh Fallot (1888).1,2
TF adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai
dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel,
stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. 2,4,6
2. Epidemiologi
TF merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling banyak
ditemukan, yakni merupakan lebih kurang 10% dari seluruh penyakit jantung
bawaan. Setelah umur 1 tahun TF merupakan penyakit jantung bawaan sianotik
yang paling sering ditemukan.2
TF biasanya terjadi pada 3-6 bayi pada setiap 10.000 kelahiran dan
merupakan penyebab paling umum sianotik pada penyakit jantung kongenital.
Pada sebagian besar kasus TF bersifat sporadic dan non familial. TF juga lebih
sering terjadi pada laki-laki dibanding dengan perempuan.2
Untuk data di Indonesia berdasarkan data kunjungan klinik RS Soetomo
sebagian besar pasien TF didapatkan diatas usia 5 tahun, dan prevalensinya
menurun setelah umur 10 tahun.6
3. Patologi
Komponen utama yang paling penting yang merupakan derajat beratnya
penyakit adalah stenosis pulmonal yang bervariasi dari sangat ringan sampai
sangat berat, bahkan dapat berupa atresia pulmonal. Stenosis pulmonal ini
bersifat progresif, makin lama makin berat. Defek septum ventrikel pada TF
biasanya besar, terletak di bawah katup aorta, dan lebih anterior dari pada
defek septum ventrikel biasa, hingga terjadi overriding aorta. Arteri pulmonalis
biasanya kecil sedangkan aorta besar.2,6
1
Gambar 1. Kelainan anatomi yang ditemukan pada TF2
4. Hemodinamik
Dengan terdapatnya defek septum ventrikel besar yang disertai stenosis
pulmonal, maka tekanan sistolik puncak ( peak systolic pressure) ventrikel
kanan menjadi sama dengan tekanan sistolik puncak ventrikel kiri. Karena
tekanan ventrikel kiri ini berada dibawah pengawasan baroreseptor maka
tekanan sistolik ventrikel kanan tidak akan melampaui tekanan sistemik. Hal
ini yang menerangkan mengapa pada TF tidak ada atau jarang terjadi gagal
jantung, karena tidak ada beban volume sehingga ukuran jantung umumnya
normal.2,6
Yang menentukan derajat TF adalah derajat obstruksi jalan keluar
ventrikel kanan( stenosis pulmonal); bila stenosis pulmonal makin berat, maka
makin banyak darah dari ventrikel kanan menuju ke aorta. Pada stenosis yang
ringan, darah dari ventrikel kanan menuju ke paru, dan hanya pada aktivitas
fisik akan terjadi pirau dari kanan ke kiri. Dengan meningkatnya usia,
infundibulum akan makin hipertrofik, sehingga pasien akan semakin sianotik.
Hipertrofi ventrikel kanan dan overriding aorta secara tidak begitu penting.
2
Hipertrofi ventrikel kanan terjadi sekunder karena peningkatan tekanan
ventrikel kanan. Obstruksi pada jalan keluar ventrikel kanan ini menyebabkan
kurangnya aliran darah ke paru dengan akibat hipoksia. Kompensasi untuk
hipoksia ini terjadi dengan :
a. Terjadinya polisitemia
b. Dibentuknya sirkulasi kolateral ( jangka panjang)6
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis TF mencerminkan derajat hipoksia. Pada waktu baru
lahir biasanya bayi belum sianotik namun bayi tampak biru setelah tumbuh.
Manifestasi klinik tetralogi of fallot mula-mula dapat mirip dengan defek
septum ventrikel dengan pirau kiri ke kanan dengan stenosis pulmonal ringan,
sehingga anak masih kemerahan dan apabila derajat stenosis bertambah maka
akan timbul sianosis. 2,4,6
Jari tabuh pada sebagian besar pasien sudah mulai tampak setelah usia 6
bulan. Salah satu manifestasi yang penting pada TF adalah terjadinya serangan
sianotik( cyanotic spells, hypoxic spells, paroksismal hyperpnea) yang ditandai
oleh timbulnya sesak napas mendadak, nafas cepat dan dalam, sianosis
bertambah, lemas bahkan dapat pula disertai kejang atau sinkop. Serangan
yang hebat dapat berakhir dengan koma bahkan kematian.2,4,6
Di RS Sutomo( 1970 sampai 1985) 35 persen bayi dengan TF meninggal
karena serangan sianotik. Serangan ini tidak terbatas pada pasien yang sangat
biru, tidak jarang terjadi pada pasien TF yang tidak sianotik, terutama bayi
dengan anemia relatif akibat defisiensi besi. Squatting( jongkok) merupakan
ciri khas pada anak dengan TF. Kebiasan ini terjadi setelah anak dapat berjalan.
setelah berjalan beberapa lama, anak akan berjongkok untuk beberapa waktu
sebelum ia berjalan kembali.6
Pada bayi bentuk dada normal, namun pada anak yang lebih besar dapat
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan. Getaran bising jarang
teraba. Suara jantung 1 normal, sedangkan suara jantung dua biasanya tunggal
(yakni A2). Terdengar bising ejeksi sistolik di daerah pulmonal, yang makin
3
melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi( berlawanan dengan stenosis
pulmonal murni). Bising ini adalah bising stenosis pulmonal, bukan bising
defek septum ventrikel; darah dari ventrikel kanan yang melintas ke arah
ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami turbulensi oleh karena tekanan sistolik
antara ventrikel kanan dan kiri hampir sama.2,4
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Kenaikan jumlah eritrosit dan hematokrit yang sesuai dengan derajat
desaturasi dan stenosis. Pasien TF dengan kadar hemoglobin dan
hematokrit Normal atau rendah mungkin penderita defisiensi besi.2,4,6
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada umumnya jantung tidak membesar. Arcus aorta terletak di
sebelah kanan pada 25% kasus. Apeks jantung kecil dan perangkat
sedangkan conus pulmonalis cekung dan vaskularisasi paru menurun.
Gambaran ini disebut mirip dengan bentuk sepatu (coeur en sabot/boot-
shaped heart). 2,4,6
Gambar 2. gambaran coeur en sabot" (boot-shaped heart)6
4
c. Elektrokardiografi
Pada neonatus EKG tidak berbeda dengan anak normal. Pada anak
mungkin gelombang T positif di V1, disertai deviasi sumbu ke kanan dan
hipertrofi ventrikel kanan. Gelombang P di lead II (P pulmonal).
Terdapatnya gelombang Q di V1, tidak sering namun bila ada maka perlu
dipikirkan adanya transposisi terkoreksi dengan stenosis pulmonal atau
stenosis pulmonal berat dengan defek septum atrium. 2,6
Gambar 3. Gambaran EKG pada TOF4
5
d. Echoardiografi
Gambaran ekokardiografi yang mencolok adalah defek septum
ventrikel yang besar disertai overriding aorta. Aorta besar, sedangkan
Arteri pulmonalis kecil; katup pulmonal tidak selalu dapat jelas dilihat.
Infundibulum sempit. Dengan teknik Doppler dapat dilihat arah dari
ventrikel kanan ke aorta, dan dapat diperkirakan perbedaan tekanan antara
ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis, meskipun dalam praktek
gambaran Doppler yang bagus tidak mudah diperoleh, khususnya pada
stenosis infundibular yang berat. Stenosis pada cabang arteri pulmonalis
perifer yang dapat sampai 28 kasus mungkin dapat dideteksi. 2,6,7
Gambar 4. Echocardiografi pada TOF yang menunjukan adanya VSD7
6
e. Kateterisasi jantung dan angikardiografi
Kateterisasi jantung tidak diperlukan bila pasien akan dilakukan
tindakan bedah paliatif, misalnya pembuatan pintasan blalock-taussig.
Akan tetapi kateterisasi biasanya diperlukan sebelum tindakan bedah
koreksi dengan maksud untuk mengetahui terdapatnya defek septum
ventrikel multiple( 5% ), mendeteksi kelainan arteri koronaria(5%), serta
mendeteksi stenosis pulmonal perifer(28%).2,6
Dengan kateterisasi dapat dikonfirmasikan terdapatnya penurunan
saturasi oksigen setinggi aorta, peningkatan tekanan di ventrikel kanan,
dengan tekanan Arteri pulmonalis Normal atau rendah disertai
kontraktilitas ventrikel kiri, morfologi dan ukuran Arteri pulmonalis dan
cabangnya, terdapatnya kolateral, serta anatomi Arteri koronaria dapat
didemonstrasikan dengan angio kardiografi. Hal hal tersebut sering tidak
dapat diperoleh dengan pemeriksaan ekokardiografi. Pada pasien TF
kateterisasi dilakukan untuk jantung kanan dan kiri serta dilakukan pula di
biventrikulografi dan aortografi. 2,6
Gambar 5. angiogram pada jantung2
7
7. Diagnosis
Diagnosis TF didasarkan pada manifestasi berupa adanya manifestasi
berupa sianotik, bayi atau anak dengan pertumbuhan tidak sesuai dengan usia,
terjadinya sianotik spells, adanya jari tabuh, terdapat karakteristik pada anak
berupa jongkok sebagai kompensasi untuk meningkatkan aliran darah ke paru
karena sebelumnya pasien sesak. Selain itu terdapat pemeriksaan penunjang
yang dapat menunjukan karakteristik TF seperti foto thoraks yang menunjukan
bentuk jantung seperti sepatu boot akibat pembesaran ventrikel kanan yang
disebabkan oleh VSD. 1,2,3,5,6
8. Diagnosis banding
adapun beberapa diagnosis banding yang dapat dipikirkan yaitu :
a. Pediatric Apnea
b. Pediatric Foreign Body Ingestion
c. Pediatric Patent Ductus Arteriosus Surgery
d. Pediatric Pneumonia
e. Pneumothorax
f. Pulmonic Valvular Stenosis2,6
9. Penatalaksanaan
Tatalaksana terhadap pasien dengan TF terdiri dari perawatan medis serta
tindakan bedah. Kedua cara terapi ini seharusnya tidak dipertentangkan, namun
justru saling menunjang. Tatalaksana medis yang baik diperlukan untuk
persiapan pra bedah dan perawatan pasca bedah
Tatalaksana medis pada TF yaitu :
a. Pada serangan sianotik akut2,5,6
yang diletakkan dalam posisi knee chest position
diberikan oksigen masker 5-8 liter/ menit.
morfin sulfat 0,1-,2 mg/mEq/kg/iv ( sebagian ahli menyarankan IM)
diberikan sodium bikarbonat 1/mEq/kg/iv untuk koreksi asidosis
diberikan transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari 15g/dl
jumlah dan rata rata yang diberikan adalah 5ml/kg berat badan.
8
diberikan propanolol 0,1 mg /kg/iv secara bolus. Jangan sekali sekali
memberikan digoxin pada saat pasien menderita Sarangan sianotik
karena akan memperburuk keadaan.
b. Apabila tidak segera dilakukan operasi dapat diberi propanolol rumatan
dengan dosis1mg/kgbb/hari/, dibagi dalam 4 dosis. Bila pasien mengalami
serangan sianotik disertai dengan anemia relatif, maka Dengan Fe ini
akan terjadi retikulositosis dan kadar hemoglobin meningkat.2,6
c. Bagian mulut dan Gigi perlu diperhatikan, untuk meniadakan sumber
infeksi untuk terjadinya endokarditis infektif atau abses otak.2,6
d. Terjadinya dehidrasi harus dicegah khususnya pada infeksi Interkuren.2,6
10. Komplikasi
Satu atau lebih komplikasi berikut dapat terjadi pada pasien tetralogi of
fallot yang tidak dikoreksi :
1. Bencana cerebrovascular atau cerebrovascular accident dapat terjadi pada
pasien berumur kurang dari 5 tahun yang biasanya terjadi setelah serangan
sianotik, pasca kateterisasi jantung atau dehidrasi
2. Abses otak dapat terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 5 tahun,
dengan gejala sakit kepala, muntah muntah, disertai gejala neurologis. Di
RS Sutomo ( 1970 sampai 1985) 20 persen dari pasien TF meninggal
karena abses otak.
3. Endokarditis infektif dapat terjadi pasca beda rongga mulut dan
tenggorokan, seperti manipulasi gigi, tonsilektomi dan lain lain. Infeksi
lokal di kulit, tonsil, dan faring juga merupakan sumber infeksi yang dapat
mengakibatkan endokarditis.
4. Anemia relatif yang ditandai oleh hematokrit yang tinggi dibandingkan
dengan kadar hemoglobin. Pada darah tepi didapatkan hipokromia,
mikrositosis, dan anisositosis.
5. Trombosis paru. Trombosis lokal pada pembuluh darah kecil paru yang
akan menambah sianosis.
9
6. Perdarahan. Pada polisitemia hebat, trombosit dan fibrinogen menurun
hingga dapat terjadi petekie, pendarahan gusi. Hemoptisis terjadi pada
pasien yang lebih tua karena Lesi thrombotic di paru.6
11. Prognosis
TF merupakan penyakit progresif, sebagai akibat makin beratnya obstruksi
jalan keluar ventrikel kanan. Bayi yang semula tidak sianotik menjadi
sianotik dan yang tadinya sesudah sianotik akan berkembang menjadi makin
sianotik. Progresivitas Penyakit ini harus dipantau dengan ketat. Pada pasien
TF apabila tidak dilakukan operasi dapat terjadi salah satu atau lebih
kemungkinan berikut :
1. Pasien meninggal akibat serangan sianotik
2. Stenosis infundibular makin hebat sehingga pasien makin sianotik
3. Terjadi abses otak atau komplikasi lain2,6
10
DAFTAR PUSTAKA
1. American Heart Association.
Tetralogy of Fallot (TOF).
American Heart Association : 2014
2. Bhimji S.
Tetralogy of fallot. [online] 2014 April 29. [cited on 2015 August 20];