KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN (TINJAUAN QS. LUQMAN AYAT 12- 19) Oleh : M O H .IR C HAM A R I FU D IN NIM : A.11.1.0587 PROPOSAL TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana UNWAHAS Semarang Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Magister Pendidikan Islam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM AL-QUR’AN
(TINJAUAN QS. LUQMAN AYAT 12-19)
Oleh :
M O H .IR C HAM A R I FU D IN NIM : A.11.1.0587
PROPOSAL TESIS
Diajukan kepadaProgram Pascasarjana UNWAHAS Semarang
Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Magister Pendidikan Islam
2011
2
KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN
(TINJAUAN QS. LUQMAN AYAT 12-19)
A. LATAR BELAKANG
Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu
yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan.Untuk
memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang
sangat penting.Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 3 UU tersebut menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.1
Saat ini marak dibicarakan mengenai pendidikan karakter. Wacana ini
muncul dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menanggapai maraknya
korupsi beserta perilaku negatif lain, yang menunjukkan pelakunya tidak
berkarakter baik. Karakter yang dibangun pada siswa tidak semata-mata tugas
guru atau sekolah.Mengingat siswa beraktivitas tidak hanya di sekolah, namun
siswa juga menghabiskan waktu di rumah dan sekaligus menjadi anggota
masyarakat yang merupakan bagian dari warga negara Indonesia maupun
warga dunia. Disatu sisi guru dituntut untuk mendidik siswa menjadi generasi
muda yang berkarakter baik, namun disisi lain setiap hari siswa melihat
contoh orang tua di rumah yang mungkin sering tidak taat pada peraturan.
1UU. No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
3
Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan.
Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa,
pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam
meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Di lingkungan
Kemdiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh
jenjang pendidikan yang dibinannya.Pembentukan karakter itu dimulai dari
fitrah yang diberikan Tuhan, yang kemudian membentuk jati diri dan
prilaku.Dalam prosesnya sendiri fitrah yang alamiah ini sangat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan, sehingga lingkungan memilki peranan yang cukup
besar dalam membentuk jati diri dan prilaku. Sekolah dan masyarakat sebagai
bagian dari lingkungan memiliki peranan yang sangat penting, oleh karena itu
setiap sekolah dan masyarakat harus memiliki pendisiplinan dan kebiasaan
mengenai karakter yang akan dibentuk. Para pemimpin dan tokoh masyarakat
juga harus mampu memberikan suri teladan mengenai karakter yang akan
dibentuk tersebut.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah
mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat
pendidikan dari SD hingga Perguruan Tinggi.2 Munculnya gagasan program
pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia dapat dimaklumi,
sebab selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum berhasil
membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Banyak yang menyebut
bahwa pendidikan telah gagal membangun karakter.Banyak lulusan sekolah
2Kemendiknas,Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah
Pertama, (Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional,2010), Hal. IX
4
dan sarjana yang pandai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi
mentalnya lemah, penakut, dan perilakunya tidak terpuji.
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa karakter seseorang
dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang.Di antaranya berdasarkan
penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan
seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan
teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang
lain (soft skill).Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya
ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft
skill.Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih
banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill.Hal ini
mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting
untuk ditingkatkan. Sementara itu Ratna Megawangi dalam bukunya “Semua
Berakar Pada Karakter” mencontohkan bagaimana kesuksesan Cina dalam
menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya
pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the
good, loving the good, and acting the good (suatu proses pendidikan yang
melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga berakhlak mulia).3
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action).Dalam konteks di Indonesia, pendidikan karakter telah dirumuskan
oleh Kementerian Pendidikan Nasional melalui Badan Penelitian dan
dengan kasih sayang, menjaga kebersihan dan sebagainya. Dalam hal ini,
pemberian reward (penghargaan) lebih dikedepankan dari pada punishment
(hukuman) kepada peserta didik.
Proses pembelajaran Al-Qur’an pun harus dilakukan secara kontiniu
dan sistematis. Peserta didik harus dibimbing untuk membaca, memahami dan
berupaya untuk mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an.Peserta didik juga dituntut
untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Bukankah Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya (hatinya) tidak ada bacaan Al-
9
Qur`an (yakni tidak memiliki hafalannya) ibarat sebuah rumah yang hendak
roboh. (HR. At-Tirmidzi, dan lainya).
Tidak saja upaya dari sekolah, orang tua di lingkungan rumah tangga,
menjadi pelopor utama dalam pembentukan karakter berbasis Al-
Qur’an.Orang tua juga dituntut untuk menanamkan kecintaan terhadap Al-
Qur’an kepada anak-anaknya sedini mungkin.Itu sebabnya seorang ibu yang
sedang hamil dianjurkan untuk banyak membaca Al-Qur’an.Kelak si anak
telah pandai membaca Al-Qur’an, orang tua pun diminta untuk tadarus
bersama anak-anaknya.
Sungguh tepat kebijakan Kementerian Agama RI tentang program
“Gemmar (Gerakan Maghrib) Mengaji”.Dan program ini sejatinya didukung
oleh para orang tua.Demikian halnya masyarakat, diharapkan berperan aktif
mengkaji Al-Qur’an dan berupaya untuk menjadikannya sebagai karakter diri
dan masyarakat sekitarnya.
Jika sekolah/madrasah mau dan bertekad menjadikan Al-Qur’an
sebagai basis dari pelaksanaan pendidikan karakter, maka niscaya ketenangan
dan keberkahan akan dilimpahkan Allah kepada mereka. Kini, dibutuhkan
niat, dukungan, dan komitmen dari berbagai pihak yang masih mengakui Al-
Qur’an sebagai pedoman hidupnya; baik dari kalangan pemerintah, kaum
intelektual, praktisi pendidikan, orang tua dan masyarakat untuk merumuskan
pendidikan karakter berbasis Al-Qur’an.Jika tidak, maka Al-Qur’an hanya
sebagai hiasan lemari dan tercerabut dari hati sanubari.
10
Pada dasarnya pendidikan karakter telah lama menjadi bagian inti
sejarah pendidikan itu sendiri, hal ini dapat ditemukan dalam paedagogi Islam,
yang didalam Al-qur'an dipaparkan secara integral dan berkesinambungan
juga runtun, sebagai contoh beberapa konsep pendidikan karakter dalam QS.
Luqman ayat 12–19 :
1. Konsep pendidikan tentangakidah keimanan/keyakinan kepada sang
pencipta (Khaliq) yaitu Allah SWT.
2. Konsep pendidikan tentangAkhlaq dan etika.
3. Konsep pendidikan tentang Ibadah.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mengangkat sebuah
judul : KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN
(TINJAUAN SURAT LUQMAN AYAT 12-19)untuk dijadikan tesis. Adapun
alasan penulis membahas permasalahan tersebut adalah disamping menarik
judul tersebut juga penting, untuk mengetahui konsep pendidikan karakter
(character building) dalam perspektif Al-Qur’an, sehingga diharapkan akan
membuka wacana pengembangan dan penyebarluasan pengetahuan tentang
pendidikan karakter (character building).
B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan dan rumusan masalah adalah dua istilah yang
nampaknya sama tetapi sebenarnya sangat berbeda. Masalah adalah
ketidaksesuaian antara harapan dan realitas, sedangkan rumusan masalah
adalah sebuah atau beberapa pertanyaan yang dirumuskan untuk dicarikan
jawabannya melalui riset atau pengumpulan data.Namun demikian,rumusan
11
masalah lahir karena adanya masalah-masalah yang muncul di lapangan
penelitian.Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam proposal tesis ini
adalah bagaimana konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur’an (tinjauan QS.
Luqman ayat 12-19) ?
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menemukan,
mengembangkan dan membuktikan pengetahuan.Penelitian dalam tesis ini
bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep pendidikan karakter
dalam Al-Qur’an (Tinjauan QS.Luqman ayat 12-19).
Dilihat kegunaannya, penelitian kualitatif lebih cenderung pada
manfaat teoritis, yakni untuk menemukan dan pengembangan ilmu
pengetahuan.Namun demikian, tidak menolak adanya manfaat praktis, yaitu
untuk memecahkan masalah.adapun nilai kegunaan dari penelitian ini
adalahsebagai pengembangan dan penyebarluasan pengetahuan tentang
implementasi pendidikan karakter (character building).
D. KAJIAN PUSTAKA
Ada hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian tesis ini,
yaituskripsi yang berjudul “Aspek Pendidikan Agama Dalam Surat Luqman
Ayat 12 -19 Dan Aplikasi Metode Mauizhah” oleh Lilis Mukhlishoh pada
tahun 2007.4
4Lilis Mukhlishoh, Skripsi : “Aspek Pendidikan Agama Dalam Surat Luqman Ayat 12 -19 DanAplikasi Metode Mauizhah”, Fak. Tarbiyah, (Jakarta : UIN Syarif hidayatullah, 2007).
12
Dalam skripsi ini dideskripsikan bahwasannya aspek pendidikan
agama dalam surat Luqman ayat 12-19 secara sistematis terdiridari : Dasar,
Tujuan, Proses dan Hasil.Surat Luqman ayat 12-19 ternyata memiliki
kelengkapan untuk dijadikan sebagaidasar pendidikan agama sebagaimana
rumusan tersebut di atas. Adapun aspekpendidikan agama yang terdapat dalam
surat Luqman ayat 12-19 adalah sebagaiberikut :
1. Tujuan pendidikan agama adalah terbentuknya kepribadian muslim
yangutama, yang salah satu bentuknya adalah manusia yang bertauhid
kepada Allahdan jauh dari kemusyrikan (tidak menyekutukannya),
sebagaimana yangdiajarkan Luqman kepada anaknya pada ayat 13
2. Proses pendidikan agama pada surat ini meliputi pendidikan
aqidah/keimanan(tauhid), pendidikan ibadah (shalat) dan pendidikan
akhlak. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS. Luqmanayat 13-19.
3. Hasil yang diharapkan melalui pendidikan agama ialah mencapai
kebahagiaandunia dan akhirat. Sebagaimana dijelaskan dalam QS.
Luqman ayat 12-19.
4. Metode mauizhah jika dikaitkan dengan QS. Luqman ayat 12-19 sangat
relevan untuk diaplikasikan. Namun dalam pelaksanaan teknisnya
harusmempertimbangkan hal-hal tertentu supaya metode tersebut efektif
jikadigunakan.
Hasil penelitian yang akan disajikan dalam ini memiliki perbedaan
penekanan dan ruang lingkup dengan hasil penelitian tersebut di atas,
meskipun ada beberapa persamaan. Tesis ini akan mempelajari, memahami
13
dan mendeskripsikan tentang konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur’an.
Sebagaimana diketahui bahwa isu utama dalam dunia pendidikan sekarang ini
adalah tentang pendidikan karakter. Selain menjadi bagian dari proses
pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan
mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan derajat dan martabat
bangsa Indonesia., maka tesis ini difokuskan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan bagaimana konsep pendidikan karakter dalam Al-
Qur’an.Dengan demikian, penelitian ini dinyatakan asli serta dapat
dipertangungjawabkan secara ilmiah.
E. KERANGKA TEORI
1. Pendidikan Karakter
a. Teori pendidikan
1) Pengertian Pendidikan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Pendidikan berasal
dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me”
sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi
latihan.Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya
ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran.5
Sedangkan menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
5Depdikbud, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT. Balai Pustaka).Hal. 235
14
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2) Hakikat Pendidikan
Pendidikan adalah pertolongan kepada manusia agar ia
menjadi manusia. Dari segi lain dinyatakan bahwa pendidikan ialah
segala yang mempengaruhi seseorang. Dengan demikian
pendidikan harus berlangsung seumur hidup, karena selama ia
masih hidup selalu mendapat pengaruh dari berbagai pihak.
Pendidikan juga berarti menolong orang lain agar ia mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Jadi, selama manusia
menghadapi masalah yang harus diselesaikan, selama itu pula ia
menjalani pendidikan. Jadi manusia selama hidupnya selalu
menghadapi masalah, maka selama itu pula ia memerlukan
pendidikan.
3) Teori-teori pendidikan
a) Behaviorisme
Behaviorisme adalah mengatakan bahwa untuk
menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus memfokuskan
perhatiannya pada sesuatuyang bisa diteliti lingkungan dan
prilaku dari pada focus pada apa yang tersedia dalam individu
prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran
yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran
nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi
menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
26
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar
kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan
peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi
serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.Melalui program ini
diharapkan setiap lulusan memiliki keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia,
kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki
kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya
Indonesia.Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter
nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Pendidikan karakter di sekolah sangat terkait dengan
manajemen atau pengelolaan sekolah.Pengelolaan yang dimaksud
adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan,
dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah
secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-
nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran,
penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait
lainnya.
27
Dengan demikian manajemen sekolah merupakan salah
satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.Pada
tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah
terbentuknya budaya sekolah.Budaya sekolah yang dimaksud yaitu
perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar
sekolah.12
2) Dua Paradigma Pendidikan Karakter
Ada dua paradigma dasar pendidikan karakter :
Pertama,paradigma yang memandang pendidikan karakter
dalam cakupan pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit
(narrow scope to moral education) Pada paradigma ini disepakati
telah adanya karakter tertentu yang tinggal diberikan kepada
peserta didik.
Kedua, melihat pendidikan dari sudut pandang pemahaman
isu-isu moral yang lebih luas.Paradigma ini memandang
pendidikan karakter sebagai sebuah paedagogi, menempatkan
individu yang terlibatdalam dunia pandidikan sebagai pelaku
utama dalam pengembanagan karakte.Paradigma kedua
memandang peserta didik sebagai agen tafsir, penghayat, sekaligus
pelaksana nilai melalui kebebasan yang dimilikinya.Pendidikan
karakter yang berbasis Al-Qur’an dan Assunnah gabungan antara
12M. Furqon Hidayatullah,Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas. (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), Hal. 65
28
keduanya yaitu menanamkan karakter tertentu sekaligus memberi
benih agar peserta didik mampu menumbuhkan karakter khasnya
pada saat menjalani kehidupannya. Hanya menjalani sejumlah
gagasan atau model karakter saja tidak akan membuat peserta
didikmenjadi manusia kreatif yang tahu bagaimana menghadapi
perubahan zaman, sebaliknya membiarkan sedari awal agar peserta
didik mengembangkan nilai pada dirinya tidak akan berhasil
mengingat peserta didik tidak sedari awal menyadari kebaikan
dirinya.Melalui gabungan dua paradigma ini, pendidikan karakter
akan bisa terlihat dan berhasil bila kemudian seorang peserta didik
tidak akan hanya memahami pendidikan nilai sebagai sebuah
bentuk pengetahuan, namun juga menjadikannya sebagai bagian
dari hidup dan secara sadar hidup berdasar pada nilai tersebut.
3) Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter
Ada beberapa prinsip dasar pendidikan karakter:
Pertama, manusia adalah makhluk yang dipengaruhi dua
aspek pada dirinya memiliki sumber kebenaran dan dari luar
dirinya ada juga dorongan atau kondisi yang memengaruhi
kesadaran.Kedua, karena menganggap bahwa perilaku yang
dibimbing oleh nilai-nilai utama sebagai bukti dari karakter,
pendidikan karakter tidak meyakini adanya pemisahan antara roh,
jiwa, dan badan.Ketiga, pendidikan karakter mengutamakan
munculnya kesadaran pribadi peserta didik untuk secara ikhlas
29
mengutamakan karakter positif. Setiap manusia memiliki modal
dasar (potensi dan kapasitasnya yang khas) yang membedakan
dirinya dengan orang lain. Aktualisasinya dari kesadaran ini dalam
dunia pendidikan adalah pemupukan keandalan khusus seseorang
yang memungkinkannnya memiliki daya tahan dan daya saing
dalam pejuanagn hidup.Keempat, pendidikan karakter
mengarahkan peserta didik untuk menjadi manusia ulul albab yang
tidak hanya memiliki kesadaran diri, tetapi juga kesadaran untuk
terus mengembangkan diri, memperhatikan masalah
lingkungannya, dan memperbaiki kehidupan sesuai dengan
pengetahuan dan karakter yang dimilkikinya.Manusia ulul albab
adalah manusia yang dapat diandalkan dari segala aspek, baik
aspek intelektual, afektif, maupun spiritual.Manusia semacam ini
adalah manusia yang mempunyai competence, compassion,
dan consense. Manusia yang competence adalah manusia yang
unggul dan menghargai proses. Disini ada kesadaran bahwa segaka
sesuatu tidak diperoleh dalam sekejap namun dalam waktu yang
panjang dan lama.Manusia yang memiliki compassion adalah
manusia yang peduli dengan sesamanya. Lewat daya-daya
manusiawinya, ia peka terhadap apa yang ada disekelilingnya. Ia
memiliki kepedulian dan mampu menggunakan kepentingan orang
banyak. Sedangkan manusia yang consense adalah manusia yang
sadar akan tujuan hidup manusia adalah memuji, memuliakan, dan
mengabdi kepada
30
Allah, sementara yang lain adalah sarana dan bukan tujuan hidup
manusia. Kelima, karakter seseorang ditentukan oleh apa yang
dilakukan berdasarkan pilihan. Setiap keputusan yang diambil
menentukan akan kualitas seseorang di mata orang lain. Seorang
individu dengan karakter yang baik bisa mengubah dunia secara
perlahan-lahan.13
2. Konsep pendidikan karakter QS. Luqman ayat 12– 19
Konsep pendidikan karakter yang pertama yang harus dikenalkan
kepada anak didik adalah akidah/keyakinan kepada sang pencipta (Khaliq)
yaitu Allah, dengan harapan melandasi sikap dan tingkah laku serta
kepribadian anak didik bahwa segala sesuatu ada penciptanya, dan
Allahlah yang maha Pencipta, oleh karenanya yang patut disembahpun
hanyalah Allah. Konsep pendidikan keimanan (Tauhid) kepada Allah
sebagaimana dijelaskan dalam QS. Luqman ayat 13 :
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman: 13)14
Selanjutnya adalah konsep pendidikan mengenai Akhlaq al-
karimah.Usaha membentuk keimanan atau keyakinan perlu dibarengi
dengan pembentukan akhlak yang baik, akhlak mulia merupakan modal
13Dr. Ir. Ratna Megawangi, M.Sc, Ph.D.,SemuaBerakar Pada Karakter, Op.Cit. Hal. 4714Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta : Yayasan PenyelenggaraPenterjemah al-Qur’an, 1983)
31
utama bagi setiap orang dalam menjalani hidup dan kehidupan dan bekal
menghadapi pergaulan serta pekerjaan juga jabatan.Akhlak mempunyai
peranan penting dalam kehidupan manusia, tingkatannya berada sesudah
keimanan kepada Allah SWT. Akhlak merupakan hal yang terkait erat
dengan hubungan mu'amalah manusia dengan manusia yang lainnya
(hubungan horizontal), baik secara individu maupun secara kelompok, dan
perlu diketahui bahwa akhlak tidak terbatas pada hubungan horizontal
belaka, namun mengatur juga hubungan dengan semua makhluk Allah,
bahkan akhlak juga mengatur hubungan makhluk dengan khaliq
(hubungan vertikal).15
Konsep pendidikan akhlaq sebagaimana dijelaskan
dalam QS. Luqman ayat 14, 18 dan 19 :
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.16bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulahkembalimu.” (QS. Luqman: 14)
15Abdullah,Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4. Terj M. Abdul Ghoffar dan Abu Hasan Al-Atsari,(Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2007). hal. 25816Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
32
Artinya: 18). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong lagi membanggakan diri.19). Dan sederhanalah kamu dalam berjalan17dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.(QS. Luqman: 18-19)
Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak, Rasulullah SAW juga
bersabda :
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat lain: yang shalih).” Hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitab al-Adab al-Mufrad, Imam al-Hakim dan lain-lain.18
Konsep Pendidikan karakter yang ketiga dari Surat Luqman adalah
pendidikan tentang Ibadah. Ibadah yang secara awam diartikan sembahan,
pengabdian, sebenarnya mempunyai arti yang sangat luas yang mencakup
tindak tanduk manusia dalam seluruh aspek kehidupan, dari sudut pandang
spiritual mempunyai arti mematuhi segala apa yang menjadi kehendak
Tuhan, dengan demikian setiap tingkah atau perbuatan manusia harus
sesuai dengan kehendak Tuhan.
Islam memandang bahwa kehidupan manusia membutuhkan
tatanan baik secara material maupun spriritual. Secara material Islam
mengatur mu'amalah dan secara spiritual Islam mengtur tata cara ibadah
yang merupakan manifestasi rasa syukur mahluk kepada khaliq, praktek
17Maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.18 Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dll, lihat Al-Adab al-Mufrad karya Imam al- Bukhari, bi takhrijat wa ta‟liqat: cet. II, Syaikh al-Albani, (Jubail :KSADaar ash-Shiddiq, 1421H/2000 M), hal. 100-101, no. 273. Lihat pula Silsilah Shahihah, no. 45.
33
ibadah keagamaan tersebut merupakan bentuk syukur yang integral yang
meliputi gerak jiwa dan raga. Dalam kaitannya dengan ibadah, Al-Qur’an
telah menjelaskan sebagai berikut:
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(QS. Luqman: 17)
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS: Adz-Dzaariat: 56).
F. METODOLOGI
Menurut Agus Salim bahwasannya metodologi adalah proses, prinsip
dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari
jawaban.19Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dimana peneliti
menggunakan studi kepustakaan20(library research) dengan mempelajari
dan memahami kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadis, buku-buku yang
19 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial,Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006. hal. 11.20 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. V, (Yogyakarta : Gajahmada UnversityPress, 1991), hal. 24.
34
relevan dengan pembahasan, majalah-majalah, paper dan pendapat para
pakar yang ada kaitannya dengan permasalahan yang penulis bahas.
2. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang tepat dan sesuai dengan
permasalahan penelitian, peneliti menggunakan teknik reduksi data
sebagai alat atau cara dalam pengumpulan data. Dengan teknik
pengumpulan data melalui prosedur yang sesuai dengan ketentuan, maka
akan diperoleh data yang benar.Metode pengumpulan data tersebut di atas
dipilih karena merupakan metode yang tepat.
Dalam penyusunannya secara teknis, penulis berpedoman pada
buku "Pedoman Penulisan Tesis Program Pascasarjana" yang di terbitkan
oleh Universitas Wahid Hasyim Semarang tahun 2009.21
Selanjutnya penulis mempersiapkan bahan-bahan yang akan
dibahas dari buku-buku dan kitab-kitab yang relevan dengan masalah yang
akan dibahas, baik yang sifatnya Primer maupun yang sifatnya sekunder.
Sumber-sumber yang sifatnya primer ialah Kitab-kitab Tafsir dan buku-
buku tentang pendidikan karakter, baik pendidikan karakter secara umum
maupun pendidikan karakter Islami. Adapun sumber-sumber yang sifatnya
sekunder ialah buku-buku atau kitab-kitab yang tidak secara khusus
membahas tentang pendidikan namun ada kaitannya dengan pembahasan.
Hidayatullah, Furqon,Guru Sejati : Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas. Surakarta : Yuma Pustaka, 2010.
Kemendiknas, Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah MenengahPertama, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2010.
Megawangi,Ratna, SemuaBerakar Pada Karakter, Jakarta : FE-UI, 2007.
Mukhlishoh, Lilis,Skripsi : “Aspek Pendidikan Agama Dalam Surat Luqman Ayat 12 -19 Dan Aplikasi Metode Mauizhah”, Fak. Tarbiyah, Jakarta : UIN Syarif hidayatullah, 2007.