iTESIS PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG DUKUNGAN SUAMI TERHADAP TINGKAT DEPRESI DAN HORMON ENDORPHIN PADA IBU POSTPARTUM DI RSUD LATEMMAMALA KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2017 UMMUL KHAIR P4400215037 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG DUKUNGAN SUAMI TERHADAP TINGKAT DEPRESI DAN HORMON ENDORPHIN PADA
IBU POSTPARTUM DI RSUD LATEMMAMALA KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2017
UMMUL KHAIR P4400215037
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG DUKUNGAN SUAMI
TERHADAP TINGKAT DEPRESI DAN HORMON ENDORPHIN PADA IBU POSTPARTUM DI RSUD LATEMMAMALA
UMMUL KHAIR. Pengaruh Pemberian Edukasi Tentang Dukungan Suami terhadap Tingkat Depresi dan Hormon β- Endorphin pada Ibu Nifas Di Rumah Sakit Umum Daerah Latemmamala Kabupaten Soppeng (dibimbing oleh Sharvianti Arifuddin dan Werna Nontji)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang dukungan suami terhadap tingkat depresi dan hormone β- Endorphin pada ibu Nifas primipara di Rumah Sakit Umum Daerah Latemmamala Soppeng.
Desain penelitian yang digunakan yaitu rancangan kuasi eksperimen dengan menggunakan kelompok intervensi dan kelompok control. Populasi penelitian yaitu ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Rumah Sakit Umum Latemmamala Soppeng dan didampingi oleh suami sampai masa Nifas. Teknik yang digunakan adalah Purposive Sampling. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 32 responden yang di bagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol.
Hasil analisis Uji Maan Whitney U menunjukkan p=0.000<α 0.05. hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian edukasi pada pendamping ibu postpartum terhadap tingkat depresi ibu poaspartum primipara. Berdasrkan hasil uji beda dengan Mann Whitney dapat diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000<0,05 menandakan ada perbedaan rata-rata hormone β-endorphin antara kelompok kontrol dan Intervensi yang berarti bahwa ada pengaruh pemberian edukasi tentang dukungan suami terhadap hormone β- Endorphin atau, terdapat perbedaan tingkat depresi dan hormone β-Endorphin pada ibu yang didampingi oleh suami yang mendapatkan edukasi dengan yang tidak mendapatkan edukasi.
Kata Kunci : Edukasi, Tingkat Depresi,Hormon β-Endorphin
iv
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
“Pengaruh Pemberian Edukasi tentang Pendampingan Suami terhadap
Tingkat Depresi dan Hormone β-Endorphin pada Ibu Postpartum
Primipara”.
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu rangkaian persyaratan
penyelesaian program pendidikan Magister Kebidanan Pascasarjana
Universitas Hasanuddin Makassar. Banyak kendala yang dihadapi oleh
penulis dalam rangka penyusunan tesis ini. Berkat bantuan dari berbagai
pihak, maka tesis ini selesai pada waktunya. Dalam kesempatan ini,
penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., selaku Rektor
Universitas Hasanuddin Makassar.
2. Prof. Dr. Muhammad Ali, SE, MS., selaku Dekan Sekolah
Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
3. Prof.Dr.dr. Suryani As’ad, M.Sc, selaku PLT Ketua Program Studi
Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
4. Dr. dr. Sharvianty Arifuddin, Sp.OG (K) selaku pembimbing I dan
Dr.Werna Nontji,S.Kp.,M.Kep selaku pembimbing II dengan sabar
memberikan masukan, bimbingan dan bantuan sehingga proposal
tesis ini siap untuk dipertahankan depan penguji.
v
5. Para Dosen dan Staff Program Studi Magister Kebidanan dengan tulus
memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan.
6. Teristimewa Kepada Kedua Orang tua, Jumdari Arawi (Bapak) dan
Nahariah S.Pd (IBU), suami tercinta Hasnawir Bahar, S.Kom dan
yang terkasih ananda Muh. Hanif Hidayatullah sebagai salah satu
penyemangat dalam menempuh pendidikan serta kerabat yang tiada
putus memberi dukungan dan doa untuk kelancaran dan kemudahan
penyusunan proposal tesis.
7. Para rekan kerja dari Akbid Menara Primadani Soppeng yang tiada
hentinya memberikan dukungan serta motivasi selama menempuh
pendidikan Magister Kebidanan.
8. Teman-teman seperjuangan Magister Kebidanan angkatan IV yang
memberi semangat dalam proses penyusunan dan penyelesaian tesis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan.
Penulis berharap kritik dan saran yang dapat mendukung kesempurnaan
tesis ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Makassar, Oktober 2017
Ummul Khair
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
ABSTRAK .............................................................................................. iii
PRAKATA .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
BAB II. TINAJUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Masa Nifas ........................................................ 10
B. Tinjauan Umum Depresi Pasca Melahirkan ................................ 19
C. Tinjauan Umum Edukasi ............................................................. 27
D. Tinjauan Umum Hormone Endorphin .......................................... 44
E. Hasil Penelitian Terkait ................................................................ 59
F. Kerangka Teori ............................................................................ 63
G. Kerangka Konsep ........................................................................ 64
H. Hipotesis ...................................................................................... 64
I. Definisi Operasional .................................................................... 64
vii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desai Penelitian ..................................................................... 66
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................. 66
C. Populasi dan Sampel ............................................................. 67
D. Alur Penelitian ........................................................................ 70
E. Instrument Pengumpulan Data .............................................. 71
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 73
G. Pengolahan Data ................................................................... 76
H. Etika Penelitian ...................................................................... 78
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................... 80
B. Pembahasan .......................................................................... 91
C. Keterbatasan ......................................................................... 100
BABV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 102
B. Saran ................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 : Distribusi Karakteristik Reponden ..................................... 82 Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sebelum dan
Antara Kelompok Kontrol dan Intervensi .......................... 84 Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Hormon β-Endorphin antara
Kelompok Kontrol dan Intervensi ...................................... 86 Tabel 4.5 : Pengaruh Edukasi terhadap Tingkat Depresi...................... 87 Tabel 4.6 : Pengaruh Edukasi terhadap Hormon β- Endorphin ............ 89 Tabel 4.7 : Pengaruh Hormon β-Endorphin terhadap Tingkat
Depresi pada Kelompok Kontrol ....................................... 90
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Teori ............................................................... 63
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep ........................................................... 64
Gambar 3.1 : Bagan Alur Penelitian ..................................................... 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu,
dimana proses melahirkan layaknya sebuah pertaruhan hidup dan
mati seorang ibu, terutama pada ibu primipara, dimana mereka belum
memiliki pengalaman melahirkan. Hal tersebut pula akan dirasakan
setelah melahirkan(Kurniasih, 2009). Rasa cemas, panik, dan takut
akan merawat dan membesarkan bayinya serta rasa sakit yang
dirasakan ibu dapat mengganggu proses masa nifas dan
mengakibatkan ibu dapat mengalami beberapa gangguan masa nifas
Menurut Vivin (2011) dan Yanti (2014) mengatakan bahwa salah satu
tujuan dalam perawatan dalam masa nifas adalah menjaga kesehatan
ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
Setelah fase persalinan dilalui maka akan memasuki fase nifas
dimana Fase nifas merupakan bagian dari kehidupan ibu dan bayinya
yang bersifat kritis. Diperkirakan sekitar 60% dari kematian ibu adalah
akibat persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama pasca persalinan. Masa nifas dimulai setelah placenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(Varney H 2008)
2
Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu telah dimulai
sejak ibu hamil. Perubahan mood seperti sering marah, menangis,
dan sering sedih atau cepat berubah perasaan menjadi senang
merupakan manifestasi dari emosi yang labil (Suherni, dkk,2008).
Terdapat tiga gangguan mood yang dapat terjadi setelah kelahiran
bayi, yaitu postpartum blues, depresi postpartum dan psikosis
postpartum. Menurut bobak(2005) di Indonesia kejadian postpartum
blues yaitu 50-70 % dan hal ini dapat berlanjut menjadi depresi
postpartum dengan jumlah bervariasi dari 55 hingga lebih dari 25%
setelah ibu melahirkan.
Baby Blues Syndrome (BBS) adalah depresi ringan yang
dialami ibu setelah melahirkan. BBS dipengaruhi oleh ketidaksiapan
ibu untuk melahirkan, termasuk kesulitan menyusui, ketidakmampuan
memandikan bayi, dan kekurangan pengetahuan tentang cara-cara
menangani bayi (Lubis, 2009). BBS biasanya dialami oleh ibu selama
3 – 4 hari setelah melahirkan, namun menghilang setelah beberapa
minggu (Lubis, 2009, National Mental HealthAssociation, 2009). BBS
disebut juga maternity blues atau postpartum blues (PPB). Gejalanya
berupa gangguan emosi seperti sering menangis, murung, panik,
mudah marah dan disertai gejala depresi seperti mood swings,
gangguan tidur dan selera makan, serta gangguan konsentrasi yang
terjadi akibat perubahan hormonal (Atmadibrata, 2005; National
Mental Health Association, 2009). Gejala PPB yang berlangsung lebih
3
dari dua minggu dan menetap pada ibu post partum dapat
berkembang ke arah PPD. Hasil penelitian Ismail(2014) dari bagian
psikiatri UI melaporkan bahwa 25% dari 580 pasiennya (ibu
melahirkan) mengalami PPB. Ia juga menyatakan gejala PPB dialami
oleh sekitar 50-75% ibu yang melahirkan pertama kali, atau dua
pertiga dari jumlah ibu melahirkan di seluruh dunia (Atmadibrata,
2005). Bahkan The National Mental Health Association (2009)
menyatakan bahwa sekitar 80% ibu yang melahirkan bayi untuk
pertama kalinya mengalami gejala tersebut
Kasus depresi post partum ini sudah banyak dilaporkan dengan
tingkat insiden yang bervariasi. WHO (2011) menyatakan tingkat
insiden kasus depresi post partum yang berbeda di beberapa negara
seperti di Kolumbia (13,6%), Dominika (3%), dan Vietnam (19,4%).
Soep (2009) melaporkan hasil penelitian dari O’Hara dan Swain
bahwa kasus depresi post partum masih banyak terjadi di beberapa
negara maju seperti di Belanda (2%-10%), Amerika Serikat (8%-
26%), dan Kanada (50%-70%). Sedangkan di Indonesia sendiri,
insiden kasus depresi post partum bervariasi yaitu di Bandung
mencapai 30% (2002) , Medan mencapai 48,4% (2009), dan
Jatinegara, Jakarta, serta Matraman mencapai 76% (2010). Jadi
insiden depresi di Indonesia masih lebih tinggi di banding Negara lain
dengan selisih 6%.
4
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membantu ibu
beradaptasi pada masa nifas yakni peran dan fungsi menjadi orang
tua, respon dan dukungan psikososial dari keluarga, sejarah riwayat
dan pengalaman masa kehamilan dan persalinan, harapan, keinginan
dan aspirasi pada saat hamil dan melahirkan. Semua hal tersebut
saling berkaitan selama proses adaptasi.
Dalam beberapa penelitian, depresi postpartum terbukti dapat
menghambat keberlangsungan menyusui. Ibu dengan kondisi depresi
terutama pasca melahirkan kemungkinan akan lebih cepat untuk
melakukan penyapihan ASI dini kepada bayinya dibandingkan dengan
ibu dengan kondisi normal. Sebanyak 82% ibu dengan depresi
postpartum berhenti menyusu setelah mengalami gejala depresi
(Jager et al.,2012).
Kejadian depresi post partum ini dapat disebabkan oleh
berbagai hal, diantaranya akibat dari perubahan fisik dan hormon,
dukungan keluarga, suami, dan sosial yang kurang, riwayat obstetri
ibu, proses persalinan yang ibu alami, riwayat depresi pada ibu
maupun keluarga sebelumnya, serta faktor stress akibat masalah
yang dirasakan oleh ibu pada saat itu. Oleh karena itu, beberapa
peneliti telah mengajukan beberapa intervensi yang dapat diberikan
untuk mengurangi kejadian depresi post partum ini, diantaranya
pendidikan kesehatan mengenai antenatal, proses perawatan bayi di
rumah, serta depresi post partum melalui booklet, proses metode
5
belajar sambil bermain mengenai cara perawatan bayi kepada ibu,
serta pentingnya dukungan suami dalam kehamilan hingga perawatan
bayi. Intervensi tersebut terbukti mampu untuk mengurangi kejadian
depresi post partum pada ibu.
Secara psikologis, istri membutuhkan pendampingan keluarga
selama proses kehamilan hingga nifas. Proses persalinan merupakan
masa yang paling berat bagi ibu, dimana ibu membutuhkan dukungan
dari berbagai pihak, terutama suami agar dapat menjalani proses
persalinan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman. World
Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa pendamping
persalinan adalah atas pilihan ibu sendiri. Namun saat ini partisipasi
pria dalam kesehatan reproduksi masih rendah, masih banyak suami
belum mampu menunjukkan dukungan penuh terhadap proses
persalinan, terdapat 68% persalinan di Indonesia tidak didampingi
suami selama proses persalinan. Efek dari tidak adanya
pendampingan suami selama persalinan berdampak kecemasan pada
ibu mengakibatkan kadar kotekolamin yang berlebihan sehingga
menyebabkan turunnya aliran darah ke rahim, kontraksi melemah,
turunnya aliran darah ke placenta, oksigen yang tersedia untuk janin
berkurang serta dapat meningkatkan lamanya persalinan (Cholil,2006)
Pada penelitian Putri Ayu Yessy Ariescha(2015) dengan judul
pengaruh pemberian Edukasi pada Pendamping Persalinan terhadap
Kecemasan dan Intensitas Nyeri pada Ibu Bersalin Primigravida di
6
RSU Sembiring Delitua Medan dengan hasil analisis uji Mann Whitney
U p=0,000 < α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
pemberian edukasi pada pendamping persalinan terhadap tingkat
kecemasan ibu bersalin primigravida. Sementara uji Mann Whitney U
untuk intensitas nyeri menunjukkan p=0,002 <α 0,05. Hal ini juga
menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian edukasi pada
pendamping persalinan terhadap intensitas nyeri ibu bersalin
primigravida. Dengan kata lain, terdapat perbedaan tingkat
kecemasan dan intensitas nyeri ibu bersalin primigravida yang
mendapatkan edukasi dan tidak mendapatkan edukasi pada suami
sebagai pendamping persalinan.
Dengan demikian, penting sekali bagi tenaga kesehatan untuk
memberikan edukasi tentang peran pendamping bagi ibu selama
masa nifas, sehingga baik ibu maupun suami dapat mengetahui apa
yang harus mereka lakukan pada saat proses masa nifas
berlangsung, sehingga ibu dapat merasakan nyaman dan tidak stress
menghadapi masa nifas.
Rumah Sakit Umum Daerah Latemmamala Kabupaten
Soppeng merupakan satu-satunya Rumah sakit yang ada di
kabupaten Soppeng dan merupakan salah satu Rumah Sakit yang
berkembang. Angka persalinan di Rumah Sakit ini setiap bulannya
tercatat 52 orang (januari 2015). Namun di Rumah Sakit ini belum
pernah diadakan bimbingan edukasi khusus untuk pendamping masa
7
nifas, sehingga biasanya para suami hanya menemani ibu saja
selama masa nifas, tanpa mengerti dan mengetahui apa seharusnya
yang dilakukan suami sebagai pendamping masa nifas.
Penelitian tentang pendampingan suami pada saat persalinan
sudah banyak dilakukan namun penelitian tentang pendamping pada
masa nifas masih jarang maka dilakukan penelitian tentang pengaruh
pemberian edukasi tentang dukungan suami terhadap tingkat depresi
dan hormone endorphin pada ibu post partum primipara di RSUD
latemmamala Kabupaten Soppeng tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“bagaimanakah pengaruh pemberian edukasi tentang dukungan
suami terhadap tingkat depresi dan hormone endorphin pada ibu
postpartum primipara di RSUD Latemmamala kabupaten Soppeng
tahun 2017?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang dukungan
suami terhadap tingkat depresi dan hormone endorphin pada ibu
postpartum primipara di RSUD Latemmamala Kabupaten Soppeng
tahun 2017.
8
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan suami tentang dukungan
suami pada ibu nifas sebelum dan sesudah diberi edukasi.
b. Mengetahui pengaruh edukasi dukungan suami terhadap tingkat
depresi pada ibu postpartum primipara pada kelompok control
dan kelompok intervensi
c. Mengetahui pengaruh edukasi dukungan suami terhadap
hormone endorphin pada ibu postpartum primipara pada
kelompok control dan kelompok intervensi
d. Mengetahui pengaruh hormone endorphin terhadap tingkat
depresi pada ibu nifas primipara. pada kelompok control dan
kelompok intervensi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
tentang pentingnya edukasi tentang dukungan suami pada ibu
nifas primipara dalam meningkatkan asuhan kebidanan.
2. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi
petugas kesehatan dan sumber informasi bagi Dinkes
Watansoppeng dalam menentukan arah kebijakan peningkatan
kualitas asuhan masa nifas, utamanya pada ibu nifas primipara
dalam upaya pencegahan depresi pasca melahirkan.
9
E. Batasan penelitian
Lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Endorphin
Pada ibu Nifas. Sasaran pada ibu nifas yang ada di RSUD
Latemmamala Kabupaten Soppeng. Lingkup Waktu dalam
penelitian ini direncanakan dimulai pada bulan mei 2017.
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, sistematika penulisan proposal ini yaitu:
BAB I :Pendahuluan menguraikan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian,
penelitian terkait, dan sistematika penulisan.
BAB II :Tinjauan Pustaka, berisi tentang tinjauan umum tentang
hormon endorphin dan pengaruh dukungan suami pada ibu
postpartum.
BAB III : Metode Penelitian, mencakup rancangan penelitian, waktu
dan lokasi penelitian, populasi dan sampel, alur penelitian,
instrument pengumpulan data, teknik pengumpulan data,
pengolahan dan analisis data, dan etika penelitian.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Masa Nifas
1. Defenisi Masa Nifas
Masa nifas dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui
periode purperium disebut puerpura (Varney, H. 2008).
Fase nifas merupakan bagian dari kehidupan ibu dan bayinya
yang bersifat kritis. Diperkirakan sekitar 60% dari kematian ibu adalah
akibat persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama pasca persalinan. Dalam memberikan pelayanan pada fase
nifas, seorang bidan menggunakan asuhan, berupa memantau
keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahtraan sosial ibu, serta
memberikan pendidikan dan penyluhan yang kontinu. Melalui proses
pemantauan dan asuhan diharapkan bisa mencegah atau bahkan
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Janiwarty
dan Pieter, 2013:268).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak.
11
b. Tujuan khusus
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologisnya.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
dan bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
melahirkan, depresi, dan penyakit kejiwaan) pada manusia
merupakan efek lain dari mekanisme ini yang dapat
diinterpretasikan sebagai gejala kehilanga endorfin.
4. Singkatnya, setelah proses kelahiran, placentopaghy dapat
berperan sebagai adaptif untuk menurunkan efek negatif lain
dari pengaruh calon bayi.
5. Selanjutnya, menyusui memengaruhi eksresi endorfin pada
pituitari ibu menyelamatkan sang ibu dari gejala kekurangan
pada masa mendatang.
5. Pengertian Persepsi, Proses dan Faktor yang mempengaruhi
persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses-proses yang memberikan
koherensi dan kesatuan bagi input indrawi (Reber, Arthur S. dan
Reber, Emily S, 2010: 689). Persepsi adalah sesuatu proses
untuk memberi arti pada tanda-tanda yang diterimanya. Proses
mengetahui sesuatu dari sekitar dengan mempergunakan alat-
52
alat indera. Persepsi dapat muncul jika terjadi seleksi terhadap
stimulasi yang datang dari luar yaitu melalui indera, kemudian
orang tersebut menginterprestasi atau mengorganisasikan
informasi tersebut sehingga muncul arti bagi orangg tersebut
dan akhirnya timbul reaksi dan tingkah laku akibat interprestasi
(Dakir, 1975: 37).
Persepsi adalah hal-hal yang kita tangkap melalui
pengindraan, selanjutnya kita transformasikan ke susunan
syaraf pusat di otak, kemudian diinterprestasikan sehingga
mengandung arti tertentu bagi kita (Monty P. Satiadarma, 2001:
46). Dengan demikian kesan yang diterima individu sangat
tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh
melalui proses berpikir dan belajar yang berasal dari dalam diri
individu.
Hal senada diungkapakan Bimo Walgito (1994: 53) yang
mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses yang didahului
oleh pengindraan, stimulus yang diindera diteruskan oleh syaraf
ke otak kemudian berlanjut pada proses persepsi. Persepsi
muncul ketika obyek-obyek eksternal di lingkungan
mempengaruhi struktur medium informasi yang ujung-ujungnya
mempengaruhi reseptor-reseptor indrawi manusia sehingga
mengarah atensi manusia kepada pengidentifikasian kita
terhadap obyek tersebut secara internal (Strenberg, Robert J,
53
2008: 109).
Dengan demikian persepsi meliputi aktivitas menerima
stimuli, mengorganisasikan stimuli tersebut atau menafsirkan
stimuli yang terorganisasi sedemikian rupa hingga ia dapat
mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Persepsi-
persepsi manusia membentuk perilaku dan kepribadian mereka.
b. Proses Persepsi dan Sifat Persepsi
Menurut Miftah Toha (2003: 145) proses terbentuknya persepsi
seseorang didasari pada beberapa tahapan, diantaranya:
1) Stimulus atau rangsangan
Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan
pada sesuatu stimulus atau rangsangan yang hadir di
lingkungannya. Maksud dari stimulus (rangsangan) itu
sendiri adalah setiap masukan atau input yang dapat
ditangkap oleh indera.
2) Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang tampak adalah
mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan saraf
seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya.
3) Interpretasi
Merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat
penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang
diterimanya. Proses ini bergantung pada cara pendalamnya,
54
motivasi dan kepribadian seseorang.
4) Umpan balik (feed back)
Setelah melauli proses intepretasi, informasi yang sudah
diterima dipersepsikan oleh seseorang dalam bentuk umpan
balik terhadap stimulus.
Menurut Bimo Walgito (2010: 102) menyatakan bahwa
terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-
tahap berikut:
1) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan
nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses
ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indra manusia.
2) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses
fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang
diterima oleh reseptor (alat indra) melalui saraf-saraf
sensoris.
3) Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama
proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran
individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
4) Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari
proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan,
bahwa proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
1) Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun
55
stimulus sosial melalui alat indra manusia, yang dalam
proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan
informasi tentang stimulus yang ada.
2) Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi
serta pengorganisasian informasi.
3) Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam
menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang
dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta
pengetahuan individu.
Menurut Newcomb, (1978: 207), ada beberapa sifat yang
menyertai proses persepsi, yaitu:
1) Konstansi (menetap): dimana individu mempersepsikan
seseorang sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang
ditampilkan berbeda-beda.
2) Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si
perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam
waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan
perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi
tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang
diterima dan diserap.
3) Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan
informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola
menurut cara yang berbeda- beda.
56
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi lebih bersifat psikologis dari sekedar pengindraan,
menurut Irwanto (1989: 90-92) Faktor-faktor yang
mempengaruhi hal tersebut:
1) Perhatian yang selektif
Artinya tidak semua rangsangan (stimulus) harus ditanggapi.
Individu cukup memusatkan perhatian pada rangsangan
tertentu saja.
2) Ciri-ciri rangsangan
Berarti bahwa intensitas rangsang yang paling kuat, paling
besar atau lebih menarik perhatian untuk diamati.
3) Nilai-nilai dan kebutuhan individu
Perspesi antar individu yang satu dengan lainnya tidak sama
tergantung nilai hidup yang dianutnya dan kebutuhannya.
4) Pengalaman terdahulu
Suatu hal yang mempengaruhi bagaimana seseorang
mempersepsikandunia sekitar.Keadaan individu yang dapat
mempengaruhi hasil persepsi ada dua sumber, yaitu segi
jasmani dan psikologis. Segi jasmani berupa sistemfisiologis.
Apabila seseorang mengalami gengguan dalam sistem
fisiologisnya, akan mempengaruhi persepsi. Segi psikologis
dapat berupa pengalaman, perasaan, motivasi, dan
kemampuan berfikir (Bimo Walgito, 1994 : 55).
57
Bimo Walgito (1994: 110) juga menyatakan bahwa persepsi
itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap,
yaitu:
1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen
yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,
keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan
bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen
yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang
positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang
negatif.
3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action
component), yaitu komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen
ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar
kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku
seseorang terhadap objek sikap.
Selain itu Saifudin Azwar (2000 : 23) menyatakan struktur
sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif
berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu
58
mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini)
terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem
yang kontroversial.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan
merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-
pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu.
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk
bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya
adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang
adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa
persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif,
dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan
untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada
suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi
ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk
59
memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek
sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan
konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat
pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen
tersebut.
6. Hubungan dukungan Suami terhadap Hormon Endorphin
Pada Ibu Postpartum
Kasdu (2005) menyebutkan bahwa faktor hormonal
seringkali disebut sebagai faktor utama yang dapat memicu
timbulnya postpartum blues. Faktor ini melibatkan terjadinya
perubahan kadar sejumlah hormon dalam tubuh ibu pasca
persalinan, yaitu menurunnya kadar hormon progesteron, hormon
estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya tingkat
endorfin (hormon kesenangan).
E. Hasil Penelitian Sebelumnya Yang Berkaitan
No.
Penulis Judul Kesimpulan Sumber
1. Machmudah Pengaruh persalinan dengan komplikasi terhadap kejadian postpartum blues di Kota Semarang.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh antara persalinan dengan komplikasi terhadap kemungkinan terjadinya postpartum blues. Namun ada faktor lain yang berpengaruh yakni faktor paritas dan dukungan social.
Tesis Magister Ilmu Keperawatan UI.
2. Triani Yulistianti,
Pendampingan Suami dan
Terdapat hubungan antara pendamping
Bidan Pradda jurnal Ilmiah
60
Novita Nurhidayati (2013)
Skala Nyeri pada Persalinan Kala I
persalinan dengan pengurangan rasa nyeri
Kebidanan Vol. 4 No. I edisi Dessember tahun 2013 halaman 190-198
3. Pevi Primasnia, Wagiyo, Elisa (2013)
Hubungan pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi proses persalinan kala I
Ada hubungan yang signifikan antara pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu
Prosiding konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah tahun 2013
4. E Kungwimba, addres malate, Alfred Maluwa, Ellen Chirwa
Pengalaman wanita terhadap dukungan yang diterimanya dari pendamping persalinan selama proses persalinan di Malawi
Hasil studi kualitatif ini menunjukkan bahwa ibu primipara tidak maksimal dalam mendapatkan pendampingan persalinan karena kurangnya edukasi tentang persalinan pada saat ANC.
Jurnal Health Thailand No.5 halaman 45-52 tahun 2013
5. Esther Tiarma Hutagaol
Efektivitas Intervensi Edukasi Pada Depresi Postpartum
Hasil penelitian menunjukkan penurunan proporsi depresi secara bermakna pada kelompok intervensi (p=0,000), namun tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok control (p=1,000).
Tesis Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Maternitas UI
6. Pamela Kenwa, Made Kornia Karkata, I Gusti Ayu
Pengaruh Pemberian konseling terhadap Depresi Postpartum
Hasil uji statistik Independent Sample T-Test diperoleh angka kemaknaan p=0,04 (<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada
Journal ISSN: 2303-1298
Program Studi Ilmu Keperawatan
61
Triyani
pengaruh pemberian konseling terhadap depresi post partum
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
7. Sitti Fatimah Hubungan Dukungan Suami Dengan Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Primipara Di Ruang Bugenvile RSUD Tugurejo Semarang
Dari hasil penelitian di dapatkan ada hubungan antara dukungan suami dengan kejadian Postpartum Blues pada ibu primipara di ruang bugenvile RSUD Tugurejo Semarang.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
8. Triani Yuliastanti dan Novita Nurhidayati
Pendampingan Suami dan Skala nyeri pada Persalinan Kala I Fase Aktif
The conclusion of this study is the husband on maternal assistance when one phase is active in BPS Siti Lestari Amd, Keb had a significant association with the reduction of pain during childbirth
Jurnal Ilmiah kebidanan Vol. 4 tahun 2013
9. Luh Putu Prema Diani & Luh Kadek pande ary susilawati
Pengaruh dukungan suami terhadap istri yang mengalami kecemasan pada kehamilan trimester III
Terdapat perbedaan kecemasan antara ibu yang didampingi oleh suami dibandingkan ibu yang tidak didampingi oleh suami
Diagnosis dan tata Laksanan depresi Postpartum pada Primipara
Untuk menegakkan diagnosis yaitu melalui test Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Pasien yang telah didiagnosis menderita gejala depresi postpartum, diberikan pengobatan dengan
Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
62
pemberian obat antidepressant. Menyusui tidak hanya untuk mengurangi stress untuk ibu, namun juga menguragi tingkat stress pada bayi ketika ibunya mengalami depresi
11. Kusyogo Cahyo, SKM
Drs. Samsul Huda, M. Kes
Kajian Adaptasi Sosial Psikologis pada Ibu Setelah Melahirkan (Postpartum) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Kodia Semarang
Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan responden semasa postpartum dalam perawatan bayi masih bergantung pada keluarga khususnya ibu. Adapun untuk bentuk adaptasi social psikologis yang muncul antara lain : perasaan bingung, takut, cemas sebelum persalinan dan perasaan emosional kebahagiaan yang berlebihan setelah mengalami persalinan. Sedangkan peran keluarga dalam adaptasi social psikologis adalah berupa dukungan untuk menemani dan merawat bayi selama responden dianggap belum mampu sendiri
Pusat Studi Wanita / Gender Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro
12. Dr. Archana Sharma*, Deepali Verma
Endorphins : Endogenous Opioid In Human Cells
Research has shown that opioidergic activity plays a role in addictions by mediating the development of reinforcing qualities of certain activities and substances
World journal of pharmacy and pharmaceutical science
63
E. Kerangka Teori
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
Edukasi tentang
Dukungan Suami Pemberian
dukungan
suami
Fase nifas menurut
reva rubin
1. Fase taking in
2. Taking hold
3. Letting go
Tingkat depresi
menggunakan BDI
Kadar Hormone β
endorphin dengan
ELISA
Ibu postpartum
otak
periaquaduktus
hipotalamus
Opiat endogen
Saraf desenden
Pelepasan hormone
β endorphin
Kebutuhan
psikologi ibu
nifas
Faktor depresi
menurut Rosenberg :
1. Faktor Biologi
2. Faktor Psikologis
3. Faktor Sosial
4. Faktor Hormonal
Tingkat
depresi
64
F. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Variabel Antara
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
Edukasi tentang dukungan suami
pada ibu
Tingkat depresi pada ibu
postpartum
Kadar Hormone Endorphin
Persepsi Dukungan
suami
Faktor umur
Faktor pendidikan
Faktor pengalaman
Faktor proses persalinan
Faktor dukungan
sosial
seks
cokelat
tersenyum
olahraga pijat meditasi
65
G. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :.
1. Terdapat pengaruh edukasi dukungan suami terhadap tingkat
depresi pada ibu postpartum primipara
2. Terdapat pengaruh edukasi dukungan suami terhadap hormone β
endorfin pada ibu postpartum primipara
H. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Variabel Definisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Skala
Pemberian edukasi dukungan suami terhadap ibu postpartum
Pembelajaran tentang peran dan bentuk dukungan suami terhadap ibu postpartum
Pengukuran pengetahuan dengan kuesioner
1. pengetahuan baik ≥50%
2. pengetahuan kurang<50%
ordinal
Dukungan suami terhadap ibu postpartum
Suatu bentuk dukungan berupa perhatian, penghargaan, instrumental, emosional dan informasi yang diterima oleh ibu postpartum dari suami
Kuesioner pertanyaan dukungan keluarga
3= selalu, 2 = sering, 1=kadang-kadang, 0=tidak pernah, untuk pernyataan positif dan sebaliknya 0=selalu, 1=sering, 2=kadang-kadang, 3=tidak pernah, untuk pernyataan negative
66
Kadar Hormon Endorphin
Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang membuat seseorang merasa senang. Endorfin diproduksi oleh kelenjar pituitary yang terletak di bagian bawah otak. Dan mampu menimbulkan perasaan senang dan nyaman hingga membuat seseorang berenergi.
Pemeriksa Elisa
Nilai cut of pint berdasrkan kurva ROC = 208,5350 ng/L
-
Tingkat depresi pada ibu postpartum hari ke 10
Depresi postpartum merupakan salah satu bentuk gangguan perasaan akibat penyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang muncul pada hari pertama sampai hari ke empat belas setelah proses persalinan, dengan gejala memuncak pada hari ke lima
Menggunakan questioner BDI (Beck Depression Inventory)
1-10 Normal 11-16 Depresi Ringan >17 Depresi Klinis 17-20 Batas Depresi 21-30 Depresi Sedang 31-40 Depresi Berat >41 Depresi Ekstrim
67
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi- eksperimen
yang bersifat two group posttest yaitu kelompok intervensi dan control
untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian edukasi dukungan suami
terhadap hormone endorphin dan tingkat depresi pada ibu post partum
primipara. Desain ini digambarkan :
Kelompok Perlakuan Post tes
X 1 01
Y 0 01
Keterangan :
X : Kelompok intervensi
Y : Kelompok Kontrol
1 : diberikan edukasi pada suami yang mendampingi ibu masa nifas
0 : tidak diberikan edukasi pada suami yang mendampingi ibu masa nifas
01 : produksi hormone endorphin dan tingkat depresi ibu pascasalin
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Latemmamala Kabupaten Soppeng. Waktu penelitian dilaksanakan pada
tanggal 18 juli hingga 31 Agustus tahun 2017
68
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok subjek atau data dengan
karakteristik tertentu., yaitu ibu hamil trimester III primigravida dengan
tafsiran persalinan pada bulan Juli hingga Agustus 2017 di RSUD
Latemmamala Kabupaten Soppeng. Jumlah populasi dalam penelitian
ini sebanyak 35 orng.
2. Sampel
a. Teknik pengambilan sampel
Pada penelitian ini peneliti menggunakan tekhnik purposive
sampling sehingga populasi dijadikan sampel dengan kriteria inklusi
dan ekslusi yang telah ditetapkan yaitu :
Kriteria inklusi
1. Ibu dan suami yang bersedia menjadi responden
2. Ibu yang melahirkan normal di RSUD Latemmamala Kabupaten
Soppeng pada periode Maret-Mei 2017
3. Ibu yang di didampingi suami selama menjalani perawatan
masa nifas di RSUD untuk kelompok intervensi.
4. Ibu yang tidak didampingi oleh suami selama perawatan pasca
melahirkan di RSUD untuk kelompok kontrol.
Kriteria Ekslusi
1. Ibu dan suami yang tidak bersedia menjadi responden
2. Ibu yang memiliki riwayat persalinan dengan komplikasi
69
3. Ibu yang didampingi bukan oleh suami atau didampingi anggota
keluarga yang lain selama perawatan pasca melahirkan di
RSUD.
b. Besar sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan rumus Slovin :
n = N
1 + N (d²)
Keterangan :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d :Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05)
Dari rumus di atas, dapat dihitung jumlah sampel yang akan
dijadikan responden dalam penelitian ini, yaitu :
N = 35 d = 0,05
n = 35
1 + 35 (0,05²)
n = 35
1,0875
n = 32,18
n = 32 (pembulatan)
Jadi, besar sampel = 32 orang
70
Berdasarkan perhitungan jumlah sampel di atas maka pada
penelitian ini menggunakan 32 jumlah sampel. Jumlah sampel
dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu
a. Kelompok Intervensi yang diberi intervensi berupa edukasi dalam
bentuk diskusi sebanyak dua kali pertemuan dengan materi yang
berbeda kepada ibu dan suami tentang pendampingan keluarga
selama menjalani perawatan di ruang nifas dengan jumlah 16
orang
b. Kelompok Control yang tidak diberi intervensi berupa edukasi
dalam bentuk diskusi melainkan hanya diberikan leafleat kepada
ibu dan suami tentang pendampingan keluarga selama menjalani
perawatan di ruang nifas dengan jumlah 16 orang.
71
D. Alur Penelitian
Gambar 3.1 : Bagan Alur Penelitian
Populasi dan Sampel di RSUD Latemmamala Kabupaten Soppeng
Informed concent
Pretest pengetahuan sebelum edukasi
Pemberian leafleat dan diberi edukasi dua kali pertemuan untuk kelompok intervensi
Post tes pengetahuan setelah edukasi
Pengukuran tingkat depresi pada ibu postpartum
Pengkuran Tingkat depresi pada ibu postpartum
Pengambilan Sampel Darah Pengambilan Sampel Darah
Membandingkan hormone endorphin dan tingkat depresi antara kelompok control dan kelompok intervensi
Analisa data : Univariat dan Bivariat
Kesimpulan
Hasil dan Pembahasan
Pretest pengetahuan
Pemberian leafleat
Pemberian dukungan pada ibu postpartum
Post tes pengetahuan
Pemberian dukungan pada ibu postpartum
72
E. Instrument Pengumpulan Data
1. Kuesioner Edukasi Dukungan Suami pada Ibu Postpartum
Instrument penelitian pre dan post test yang digunakan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan suami sebagai pemberi dukungan
kepada ibu masa nifas sebelum dan setelah diberikan edukasi yaitu
menggunakan kuesioner berupa 15 pertanyaan yang diambil dari
materi memberi dukungan kepada ibu masa nifas dengan pilihan
jawaban multiple choice dan dihitung dengan skala guttman. Dikatakan
pengetahuan baik bila ≥50% dan pengetahuan kurang bila responden
hanya menjawab pertanyaan benar ≤50%.
2. Kuesioner Dukungan Keluarga/ Suami
Kuesioner ini merupakan pernyataan tentang dukungan keluarga
berjumlah 24 pernyataan yang terdiri dari pernyataan dukungan
emosional no. 1 sampai 6, dukungan penghargaan nomor 7 sampai
12, dukungan informasi nomor 13 sampai 18, dan pernyataan
dukungan instrumental nomor 19 sampai 24. Setiap pernyataan
memiliki empat pilihan dengan kriteria jawaban sebagai berikut : 3=
selalu, 2 = sering, 1 = kadang-kadang, 0 = tidak pernah, untuk
Pengaruh Pemberian Edukasi tentang Dukungan Suami terhadap Tingkat Stres
dan Hormon β-Endorphin pada Ibu Post Partum
PERNYATAAN RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Kode responden : Umur : Alamat : Setelah mendengar/membaca dan mengerti penjelasan yang diberikan oleh peneliti : Nama : Ummul Khair Prodi : Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran UNHAS
Saya bersedia menjadi responden bukan karena adanya paksaan dari pihak lain, namun karena keinginan sendiri dan tanpa biaya yang akan ditanggungkan kepada saya sesuai dengan penjelasan yang sudah dijelaskan oleh peneliti. Baik yang berhubungan dengan tujuan, manfaat, serta efek yang ditimbulkan penelitian ini, Maka dengan ini saya menyatakan setuju untuk ikut dalam penelitian ini secara sukarela dan tanpa paksaan.
Hasil yang diperoleh dari saya sebagai responden dapat dipublikasikan sebagai hasil dari penelitian dan akan diseminarkan pada ujian hasil dengan tidak akan mencantumkan nama, kecuali nomor informan.
Nama Tanda Tangan Tgl/Bln/Thn 1. Responden
2. Saksi I
3. Saksi II
Penanggung Jawab Penelitian Penanggung Jawab Medis Nama : Ummul Khair Alamat : Jln. Perintis Kemerdekaan VII F/23 No Hp : 085299974674
dr. Hj. Fadillah, Sp.OG.,M.Kes(K) Alamat : Jl. Kesatria Watansoppeng