Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut moralitas dan paham kebangsaan yang tinggi, sebab ilmu dan pengetahuan yang tidak dibarengi dengan tingkat keimanan dan moralitas yang tinggi menyebabkan pendidikan kehilangan esensinya sebagai wahana memanusiakan manusia. Banyak orang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan prestasi yang gemilang secara akademik namun tidak memberikan manfaat yang berarti dalam lingkungan masyarakatnya, bahkan menjadi racun yang sangat membahayakan bagi eksistensi budaya dan nilai-nilai kemanusiaan karena iman dan moralitasnya rendah. Tidak sedikit kasus amoral terjadi yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah maupun oleh para ilmuwan, baik melalui layar televisi maupun media masa. Bagaimana seorang anak SMP memperkosa rekannya sendiri, membunuh, kecanduan obat-obat terlarang, minum-minuman keras, bunuh diri dan lain sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan yang dilakukan selama ini belum menyentuh ranah kesadaran siswa. Pelajaran Agama dan PPKn serta pesan-pesan moral yang disampaikan oleh guru di depan kelas, tidak mampu menjiwai setiap gerak langkah siswa dalam kehidupan masyarakatnya. Hal ini tentunya, disebabkan oleh keringnya pembelajaran yang dirasakan siswa, materi-materi pelajaran agama dan PPKn dianggap sebagai pelajaran tambahan yang harus dihapal, kemudian ditagih disaat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa
ini menuntut moralitas dan paham kebangsaan yang tinggi, sebab ilmu dan
pengetahuan yang tidak dibarengi dengan tingkat keimanan dan moralitas yang
tinggi menyebabkan pendidikan kehilangan esensinya sebagai wahana
memanusiakan manusia. Banyak orang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan
prestasi yang gemilang secara akademik namun tidak memberikan manfaat yang
berarti dalam lingkungan masyarakatnya, bahkan menjadi racun yang sangat
membahayakan bagi eksistensi budaya dan nilai-nilai kemanusiaan karena iman
dan moralitasnya rendah.
Tidak sedikit kasus amoral terjadi yang dilakukan oleh anak-anak usia
sekolah maupun oleh para ilmuwan, baik melalui layar televisi maupun media
masa. Bagaimana seorang anak SMP memperkosa rekannya sendiri, membunuh,
kecanduan obat-obat terlarang, minum-minuman keras, bunuh diri dan lain
sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan yang dilakukan selama ini
belum menyentuh ranah kesadaran siswa.
Pelajaran Agama dan PPKn serta pesan-pesan moral yang disampaikan oleh
guru di depan kelas, tidak mampu menjiwai setiap gerak langkah siswa dalam
kehidupan masyarakatnya. Hal ini tentunya, disebabkan oleh keringnya
pembelajaran yang dirasakan siswa, materi-materi pelajaran agama dan PPKn
dianggap sebagai pelajaran tambahan yang harus dihapal, kemudian ditagih disaat
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 2
ujian. Setelah ujian selesai, materi itupun segera menghilang tanpa bekas. Yang
lebih parah lagi, sekolah kita selama ini terkesan sebagai lembaga pengekangan,
tidak ubahnya seperti penjara, dimana anak-anak didik dikekang dengan aturan
yang serba ketat dan materi pelajaran yang begitu padat. Hampir tidak ada
gagasan ataupun ide yang berasal dari siswa dapat berkembang dan menjadi
perhatian. Dampaknya, ketika anak-anak selesai ujian nasional, mereka ramai-
ramai mencoret baju, berteriak dijalanan dan ngebut-ngebutan. Seolah-olah
mereka mau mengatakan “hore… kita sudah bebas dan lepas dari semua
pengekangan”. Inilah sebenarnya cerminan pendidikan kita dewasa ini.
Apabila situasi ini dibiarkan, maka bisa jadi masyarakat kita akan menjadi
masyarakat yang rusak, masyarakat yang tidak memiliki nilai-nilai budaya yang
harus dijunjung tinggi, masyarakat yang melupakan jati dirinya sendiri.
Masyarakat yang cerdas dari sisi keilmuan, namun tidak memiliki kemampuan
untuk mengerti dan memahami orang lain bahkan masyarakat yang tidak tahu dari
mana asalnya. Di sinilah kita akan melihat masyarakat kita pada kondisi yang
sangat memperihatinkan, karena jauh dari nilai-nilai agama dan budaya yang ada.
Untuk itu, peranan guru sangat besar dalam menanamkan nilai-nilai Ilahiah
dan moralitas itu sedini mungkin, tentunya melalui pembelajaran yang
memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada siswa untuk mampu memahami
diri dan orang lain disekitarnya serta mampu memahami dan menjiwai ajaran-
ajaran agama yang sifatnya doktrinal secara baik dan benar.
Guru hendaknya mampu berperan sebagai pembimbing untuk menuntun
siswa memulai proses belajar, memimpin siswa agar hasil proses belajar sesuai
dengan tujuan pengajaran, serta sebagai fasilitator dalam mempersiapkan kondisi
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 3
yang memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Hal ini dapat
dilakukan oleh para guru mulai dari pemilihan metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik materi pendidikan Agama dan PPKn serta karakteristik
pebelajar, dan pemilihan strategi yang tepat dalam menimplementasikan
pembelajaran Agama dan PPKn di Kelas.
Terdapat semacam sinyalemen, bahwa harapan tumbuhnya sifat kreatif dan
antisipatif para guru Agama dan PPKn dalam praktek pembelajaran untuk
pemahaman siswa dewasa ini masih belum optimal. Hal ini, tampak terjadi mulai
dari bangku pendidikan formal yang paling rendah hingga perguruan tinggi.
Semua ini diduga sebagai salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas dan
kuantitas proses dan produk pembelajaran Agama dan PPKn. Kualitas proses
pembelajaran Agama dan PPKn dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran yang
tidak lebih dari kegiatan pembelajaran yang bersifat rutinitas, dimana materi
pembelajaran tidak sampai menyentuh kesadaran siswa, melainkan hanya sekadar
sebagai syarat kelulusan ujian sekolah yang materi ajarannya harus dihafal sesuai
dengan buku teks. Hasil pembelajaran ini, jelas tidak memberikan arti apa-apa
dalam pembangunan moral dan mental siswa sebagaimana yang diharapkan dalam
tujuan pembelajaran.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, faktor proses
merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah yang di dalamnya terjadi
interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen itu dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori utama yaitu: guru, isi materi, dan siswa.
Interaksi antara ketiga komponen utama tersebut melibatkan sarana dan prasarana
seperti: model dan metode pembelajaran yang digunakan, media, dan penataan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 4
lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang
memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang Agama dan PPKn yang
ditunjukkan oleh NUAS/NUAN siswa yang mengindikasikan bahwa pengelolaan
pembelajaran Agama dan PPKn belum optimal sehingga menyebabkan rendahnya
prestasi belajar pada bidang pelajaran dimaksud.
Selama ini pengajaran Agama dan PPKn berdasarkan asumsi bahwa
pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Dengan asumsi itu para guru memfokuskan diri pada upaya mentransfer
pengetahuan ke dalam kepala para siswanya (Sadia, 1997:1). Berdasarkan hasil
survey dan wawancara dengan beberapa orang guru yang mengajar Agama dan
PPKn di sekolah mengengah pertama (SMP) kecamatan Suralaga kabupaten
Lombok Timur, diperoleh informasi bahwa pembelajaran Agama dan PPKn
selama ini pada umumnya lebih banyak dilakukan dengan metode ceramah. Ada
dua hipotesis yang dapat diutarakan sebagai penyebabnya. Pertama, fasilitas
pembelajaran Agama dan PPKn yang ada di sekolah sangat terbatas, dan kedua
pemahaman guru terhadap materi pendidikan Agama dan PPKn serta
pembelajarannya masih rendah.
Guru memahami pendidikan Agama dan PPKn hanya sebagai bidang ilmu
yang dibukukan (body of knowledge), sehingga mereka mengajarkan pendidikan
Agama dan PPKn dengan bercerita tentang isi buku Agama dan PPKn.
Penggunaan metode ceramah pada pembelajaran Agama dan PPKn di SMP
menduduki rangking pertama dari delapan metode yang digunakan: ceramah,
tanya jawab, diskusi, eksperimen, karya wisata, bermain peran, demonstrasi, dan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 5
proyek (Subagia, 2001). Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Agama dan
PPKn sangat diperlukan penerapan berbagai metode pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Mengajar dalam prakteknya merupakan suatu proses penciptaan lingkungan,
baik dilakukan guru maupun siswa agar terjadi proses belajar mengajar yang
kondusif (Joyce & Weil, 1980). Agar penciptaan lingkungan ini mencapai hasil
yang optimal, guru harus memahami berbagai konsep dan teori yang bertalian
dengan proses belajar mengajar, dan selanjutnya pemahaman tentang hal ini dapat
dipraktekkan dalam kegiatan praktis yaitu mengajar (Ali, 2000). Setiap proses
belajar mengajar menuntut upaya pencapaian suatu tujuan tertentu. Setiap tujuan
menuntut pula suatu model bimbingan untuk terciptanya situasi belajar tertentu.
Menurut Arends (1997) dalam suatu proses belajar mengajar, tidak ada
suatu model ataupun metode pembelajaran yang paling baik. Untuk itu, guru
hendaknya perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model dan metode
pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kemampuan ini
guru dapat memilih metode yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu.
Pemberian tugas (resitasi) merupakan salah satu metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
Dengan padatnya isi materi pelajaran akan sangat menyita waktu siswa untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk mengatasi keadaan
tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran. Disebabkan,
bila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada untuk tiap mata
pelajaran, hal itu tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran yang
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 6
diharuskan, seperti yang tercantum dalam kurikulum. Dengan demikian perlu
diberikan tugas-tugas, sebagai selingan untuk variasi teknik penyajian ataupun
dapat berupa pekerjaan rumah. (Roestiyah N.K., 2001: 132).
Langkah-langkah dalam menyusun penugasan yaitu: 1) mengidentifikasi
pengetahuan & keterampilan yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a)
jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan
keterampilan bernilai tinggi yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam kehidupan nyata di
masyarakat; 2) merancang tugas-tugas untuk assesmen kinerja, dengan cara
menentukan: (a) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas; (b)
kompleksitas tugas yang diberikan; (c) kesesuaian tugas-tugas yang diberikan
dengan kemampuan kognitif, sosial dan afektif yang hendak dicapai; dan (d) jenis
tugas yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan mutu; dan 3) menyusun
kriteria keberhasilan (Setiyono, 2006 dalam Tirta dan Gani, 2007; 96).
Pembelajaran dengan metode ceramah bermedia merupakan cara belajar
yang paling tradisional, cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga
sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk
menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok
persoalan serta masalah secara lisan (Ahmadi dan Prasetya, 1997:137). Guru
biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran
tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar
manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga
guru ada yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti
tidak ada belajar (Sanjaya, 2006:148).
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 7
Pembelajaran dengan metode ceramah dapat juga dikatakan pengajaran yang
sebenarnya bersifat teacher center, pengajaran ini menuntut guru untuk menjadi
model yang baik bagi siswanya (Kardi, 2000). Metode ceramah dirancang secara
khusus untuk mengembangkan cara belajar siswa tentang pengetahuan prosedural
dan deklaratif dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan metode ceramah
adalah: 1) Tahap persiapan, pada tahap ini guru merumuskan tujuan yang ingin
dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan, dan
mempersiapkan alat bantu; 2) Tahap pelaksanaan, pada tahap ini ada tiga langkah
yang dilakukan yaitu: langkah pembukaan, penyajian, dan mengakhiri/menutup
ceramah.
Berdasarkan uraian di atas akan diungkapkan dampak penerapan metode
pemberian tugas dan metode ceramah bermedia terhadap prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran Agama dan PPKn di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1
Sukamulia kabupaten Lombok Timur.
B. Identifikasi Masalah
Proses dan hasil pembelajaran Agama dan PPKn dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal siswa meliputi kondisi fisiologis dan
kondisi psikologis. Faktor kondisi fisiologis meliputi kesehatan jasmani dan
kebugaran fisik, dan kondisi panca indera, sedangkan aspek psikologis meliputi
intelegensi, bakat, minat, sikap, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif.
Faktor eksternal siswa dapat berupa faktor keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan sosial lainnya. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas
muncul beberapa masalah yang dapat diidentifikasi.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 8
1. Kemampuan guru dalam menggunakan berbagai macam metode
pembelajaran di kelas masih sangat terbatas.
2. Pemahaman warga sekolah (kepala sekolah, guru, dan siswa) mengenai
perubahan kurikulum masih rendah.
3. Sosialisasi dinas P dan K kabupaten mengenai kurikulum tingkat satuan
pendidikan masih kurang.
4. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn belum bisa
dijadikan tolok ukur mengenai sikap dan perilaku siswa di luar
sekolah/lingkungan masyarakatnya.
5. Kesadaran masyarakat dan sekolah tentang pentingnya pelajaran Agama dan
PPKn dalam menciptakan manusia yang bermoral dan cerdas secara
akademik dan spiritual masih lemah.
6. Kemampuan ekonomi masyarakat untuk mendukung proses pembelajaran
yang bermutu/berkualitas dari segi fasilitas dan sumber daya sangat minim.
C. Batasan Masalah
Mengingat faktor-faktor yang terkait dalam proses belajar mengajar sangat
kompleks, serta adanya kendala-kendala lain berupa: keterbatasan waktu, biaya
dan kemampuan peneliti, maka penelitian ini dibatasi pada perbedaan hasil belajar
Agama dan PPKn sebagai akibat penerapan metode pemberian tugas dan metode
ceramah bermedia.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 9
1. Apakah metode pembelajaran pemberian tugas dan ceramah bermedia
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada
mata pelajaran PPKn dan Agama di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1
Sukamulia?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama
dan PPKn antara yang diajar dengan metode pemberian tugas dan yang
diajar dengan metode ceramah bermedia?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris tentang perbedaan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn karena pengaruh metode
pembelajaran yang digunakan. Secara operasional tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran pemberian
tugas dan ceramah bermedia terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada
mata pelajaran PPKn dan Agama di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1
Sukamulia
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Agama dan PPKn antara yang diajar dengan metode pemberian tugas dan
yang diajar dengan metode ceramah bermedia.
F. Manfaat/Kegunaan Penelitian
Secara umum ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini.
Pertama manfaat langsung yang memberikan dampak langsung pada
Menurut Suparno (1997: 66), agar peran dan tugas guru dapat berjalan
optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa
pemikiran yang perlu disadari oleh guru, antara lain:
1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan
2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat
3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa
4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar
5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru.
Karena murid harus membangun sendiri pengetahuan mereka, seorang guru
harus melihat mereka bukan sebagai lembaran kertas putih kosong atau tabula
rasa. Bahkan anak SD kelas 1 pun telah hidup beberapa tahun dan menemukan
suatu cara yang berlaku dalam berhadapan dengan lingkungan hidup mereka.
Mereka sudah membawa “pengetahuan awal”. Pengetahuan yang mereka punya
adalah dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya.
Guru kontruktivisme tidak pernah akan membenarkan ajarannya dengan
mengklaim bahwa” ini satu-satunya yang benar”. Di dalam kehidupan sosial
mereka tidak dapat berkata lebih daripada “ ini adalah jalan terbaik untuk situasi
ini, ini adalah jalan terefektif untuk soal ini sekarang” Von Glasersfeld (dalam
Suparno, 1997).
Ciri mengajar konstruktivisme adalah sebagai berikut: Driver dan oldham
dalam Matthew yang dipaparkan oleh Suparno (1997)
1) Orientasi. Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik.Murid diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.
2) Elicitasi. Murid dibantu untuk mengungkapakan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. Murid diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar, ataupun poster.
3) Restrukturisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal a) Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau
teman lewat diskusi ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan denga ide-ide lain, seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya, menjadi lebih yakin bila gagasannya cocok.
b) Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman.
c) Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan, ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percoban atau persoalan yang baru.
4) Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan murid lebih lengkap bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya.
5) Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih lengkap.
Terkait dengan hakikat belajar mengajar, pada dasarnya semua peserta
didik memiliki gagasan atau pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam
wujud skemata. Dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada peserta didik
menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya dalam rangka
mengkonstruksi interpretasi pribadinya serta makna-makna. Makna ini dibangun
ketika guru memberikan permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah ada sebelumnya, mendorong inkuiri untuk memberi
kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk
membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat pada siswa.
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang
telah dipelajari (Arends, 1997: 67).
Ada beberapa alasan mengapa metode ceramah sering digunakan oleh para
guru maupun instruktur diantaranya.
1) Ceramah merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana perlu ditekankan sesuai kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
4) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
(Sanjaya, 2001:148)
Kaitannya dengan hal tersebut di atas, metode pembelajan ceramah
bermedia dapat diterjemahkan sebagai metode pembelajaran yang menuntut guru
untuk menjelaskan materi ajar dengan baik dan memberi petunjuk mengenai hal-
hal yang akan dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan alat bantu (media) sebagai penunjang pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses
komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim
pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri
yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang dalam proses
pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan
keberhasilan keberhasilan yang akan dicapai melalui proses pembelajaran
2. Meminta siswa untuk menyiapkan alat/bahan untuk mengerjakan tugas yang diberikan sesuai dengan masalah sosial dan agama yang diberikan dalam buku panduan/praktikum.
3. Menyampaikan kriteria keberhasilan yang telah disepakati bersama siswa.
yang disampaikan guru berdasarkan pengalaman awal yang dimiliki.
2. Menulis kriteria-kriteria keberhasilan yang akan dicapai dalam tugas yang diberikan
3. Menyiapkan alat dan bahan secara berkelompok
4. Secara berkelompok melakukan langkah-langkah penyelesaian masalah yang diberikan dalam tugas
5. Bertanya seputar masalah dan proses penyelesaian masalah sosial dan keagamaan yang dilakukan.
6. Menganalisis kesesuaian langkah penyelesaian masalah dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Tabel 3.2 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan Perlakuan
Metode Ceramah Bermedia No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Penyampaian
Tujuan Pembelajaran
Mempersiapkan siswa untuk belajar dan memotivasi siswa. Hal ini dilakukan dengan memberi penjelasan tentang materi pelajaran
Mendengarkan penjelasan guru tentang materi pelajaran. Dilanjutkan dengan mencatat tujuan pembelajaran
Membimbing pelatihan kepada masing-masing kelompok dan mengulang penyampaian mengenai materi pelajaran apabila ada kelompok yang belum paham
Masing-masing kelompok berdiskusi dan menanyakan kepada guru apabila ada langkah-langkah yang belum dipahami
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba latihan tugas sesuai buku teks, untuk melihat tingkat pemahaman siswa
Menyuruh masing-masing kelompok untuk mengerjakan tugas latihan.
Masing-masing kelompok mengerjakan tugas yang sudah disiapkan oleh guru/yang sudah ada di buku teks. Kemudian mendengarkan penjelasan guru yang dilanjutkan dengan membuat tugas secara individu.
Sebelum menerapkan metode penugasan dan metode ceramah bermedia,
guru yang mengajar di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol diberikan
pelatihan tentang pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan dan
metode ceramah bermedia. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan jadwal
pelajaran yang ada di sekolah tempat pelaksanaan perlakuan.
Untuk meyakinkan bahwa rancangan penelitian layak untuk pengujian
hipotesis dilakukan pengontrolan validitas internal. Pengontrolan validitas internal
ini dilaksanakan agar hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan hasil belajar
PPKn siswa dapat dinyatakan sebagai hasil perlakuan eksperiman dan hasil
eksperimen dapat digeneralisasikan pada kondisi yang sama di luar perlakuan.
Metode pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
C.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: (1) hasil belajar
pendidikan agama Islam dan (2) hasil belajar PPKn yang dikumpulkan dengan
metode tes.
C.2 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data sebelumnya dilakukan
uji coba instrumen untuk menguji validitas item dan menghitung reliabilitas alat
ukur. Uji coba dilakukan dengan melibatkan siswa kelas VIII sebanyak 160 siswa
di SMPN 1 Selong.
1) Validitas Butir Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan PPKn
Untuk mengetahui validitas butir tes hasil belajar digunakan korelasi point
biserial ( pbisr ) dengan rumus sebagai berikut.
q
p
SDt
tXpXrpbis
)( −=
Keterangan :
pX = rata-rata testee yang menjawab butir soal dengan benar
tX = rata-rata skor total untuk semua testee SDt = simpangan baku total semua testee p = proporsi testee yang dapat menjawab benar butir soal yang bersangkutan q = 1-p
Uji normalitas dilakukan terhadap kelompok data hasil belajar siswa pada
mata pelajaran PPKn dan Agama, yang diajarkan dengan Metode Pemberian tugas
dan Metode ceramah bermedia. Hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn dan Agama yang diajar dengan metode Pemberian tugas dan ceramah bermedia SMPN 1 Suralaga
Tests of Normality
.171 34 .013 .952 34 .240
.162 34 .024 .948 34 .177
.231 34 .000 .951 34 .216
.119 34 .200* .968 34 .486
X1.00
2.00
1.00
2.00
Y1
Y2
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance.*.
Lilliefors Significance Correctiona.
Keterangan:
Y1, 1 = Data Hasil Belajar pada pelajaran PPKn untuk kelompok siswa
yang diajar dengan metode pemberian tugas
Y1, 2 = Data hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn untuk kelompok
siswa yang diajar dengan metode ceramah bermedia
Y2, 1 = Data hasil belajar siswa pada pelajaran Agama untuk kelompok
siswa yang diajar dengan Metode pemberia tugas
Y2, 2 = Data hasil belajar siswa pada pelajaran Agama untuk kelompok
Pelajar. Bloom, B.S. etc. 1971. Handbook on Formative and Summative Evaluation of
Student Learning. New York: McGraw-Hill Book Co. Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Depdikbud Kab. Lombok Timur. 2004. Rencana Pengembangan Pendidikan
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2004 – 2008. Selong: Depdikbud. Depdikbud Kab. Lombok Timur. 2002. Rencana Strategik Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2003 – 2007. Selong: Depdikbud. Dimiyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta Faure, Edgar. et.al. 1972. Belajar Untuk Hidup Dunia Pendidikan Hari Ini dan
Fernandes, H.J.X. 1984. Evaluation of Educational Programs. Jakarta: National Education Planning, Evaluation and Curriculum Development.
Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluatif
Research in Education. Singapore: McGraw-Hill, Inc. Freire, Paulo, Ivan Illich, Erich Fromm, dkk. 2006. Menggugat Pendidikan
Fundamentalis Konservatif Liberal Anarkis, Cetakan ke VI, Penerjemah Omi Intan Naomi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Guilford, J.P. 1973. Psichologycal Testing. McGraw-Hill Book Company, Inc.
New York. _________, 1956. Fundamental Statistics in Pshycology and Education.
McGraw-Hill Book Company, Inc. New York. Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo Hassan , Muhammad Kamal, 1987. Modernisasi Indonesia: Respon Cendekiawan
Muslim. Alih bahasa Ahmadie Thaha, Jakarta, Lingkaran Studi Indonesia (LSI).
Isaac, Stephen & William B. Michael. 1971. Handbook in Research and
Evaluation A Collection of Principles, Methods, and Strategies in the Planning, Design, and Evaluation of Studies in Education and the Behavioral Sciences, California: Robert R. Knapp Publisher.
Jalal, Fasli & Dedi Supriadi. 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Joni, T. Raka. 1986. Strategi Belajar Mengajar, Suatu Tinjauan Pengantar,
Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Ditjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.
Joyce & Weil. 1986. Model of Teaching. New Jersey. Prentice-Hall.Inc. Kardi, S.Nur. M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA-Press. Popham, W. James. 1993. Educational Evaluation. Allyn Bacon. Boston Powers, Jeanne M. 2004. Increasing Equity and Increasing School Performance—
Conflicting or Compatible Goals?. California: http://epaa.asu.edu/epaa/v12n10/
Riduwan & Akdon, 2006. Rumus dan Data Dalam Aplikasi Statistika Untuk
Penelitian (Administrasi Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan-Sosial- kebijakan-ekonomi-Hukum-Manajemen-Kesehatan). Alfabeta. Jakarta
Sadia, I Wayan. 1996. “Pengembangan Model Belajar Konstruktivis dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP)”. Disertasi (Tidak dipublikasikan). Bandung: Program Pascarsarjana IKIP Bandung.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta. Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. Sudjana dan Inda Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru. Sumantri, Mulyani dan Johar Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Proyek pendidikan Guru Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suparno, Paul. 1977. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius. Thorndike, Robert M. 1997. Measurement And Evaluation in Psychology and
Education. Prentice-Hall, Inc. New Jersey. Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma baru pendidikan nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Tirta, I Made dan Agus Abdul Gani. 2007. KBK dan Daya Dukungnya. Lembaga
Pembinaan dan Pengembangan Universitas Jember. Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori-
Aplikasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
DAFTAR ISI Halaman Judul .........................................................................................................i Halaman Pengesahan ..............................................................................................ii Kata Pengantar .......................................................................................................iii Daftar Isi ................................................................................................................iv BAB I: PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 7
C. Batasan Masalah ......................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 9
F. Manfaat/Kegunaan Penelitian...................................................................... 9
G. Asumsi Penelitian ..................................................................................... 11
H. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian.............................................. 12
I. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional............................................. 13
BAB II: LANDASAN TEORETIK.................................................................... 16
A. Hakikat Belajar Mengajar.......................................................................... 16
B. Metode Penugasan dalam Pembelajaran .................................................... 21
C. Metode Ceramah Bermedia ....................................................................... 26
D. Prestasi Belajar.......................................................................................... 32
E. Kerangka Berpikir..................................................................................... 33
F. Hipotesis ................................................................................................... 36
BAB III: METODE PENELITIAN .................................................................... 38
A. Desain Penelitian....................................................................................... 38
B. Populasi dan Sampel ................................................................................. 44
C. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen ................................................ 45
C.1 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 46