JUMLAH SDM KESEHATAN DAN KINERJA PUSKESMAS DI KABUPATEN SLEMAN Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-2 Minat Utama Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu – Ilmu Kesehatan Diajukan oleh: Mathius Alfred Tiblola 14220/PS/IKM/04 Kepada SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2006
59
Embed
TESIS JUMLAH SDM KESEHATAN DAN KINERJA PUSKESMAS.pdf
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
JUMLAH SDM KESEHATAN DAN KINERJA PUSKESMAS
DI KABUPATEN SLEMAN
Tesis
untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-2
Minat Utama Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu – Ilmu Kesehatan
Diajukan oleh:
Mathius Alfred Tiblola 14220/PS/IKM/04
Kepada
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2006
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena hanya dengan limpahan rahmat dan karuniaNya penyusunan tesis ini
dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan dalam
menyelesaikan Pendidikan Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Minat Utama Kebijakan dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak
Mubasysyir Hasanbasri selaku pembimbing utama dan Bapak Cahya
Purnama selaku pembimbing pendamping mulai dari persiapan proposal
sampai dengan akhir penulisan tesis ini yang penuh kesabaran dan
perhatian dalam membimbing peneliti.
Selesainya penyusunan tesis ini, juga tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih penulis
sampaikan pula kepada:
1. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan segenap
jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menimba ilmu pada Program Magister Kebijakan dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan.
2. Ketua Minat Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang juga telah memberikan
motivasi dalam penulisan tesis ini.
3. Seluruh staf dan pengelola Magister Kebijakan dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang telah
memberikan bimbingan, fasilitas dan dukungan selama belajar dan
menyelesaikan tesis ini.
v
4. Bupati Fak-Fak yang telah memberikan izin untuk mengikuti pendidikan
Sekolah Pascasarjana di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Fak-Fak yang telah memberikan
rekomendasi izin untuk mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana di
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
6. Bupati Sleman yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
penelitian ini.
7. Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
Masyarakat beserta staf yang telah memberi kesempatan bagi peneliti
untuk melaksanakan penelitian ini.
8. Isteri tercinta Dewi Murni, serta ananda tersayang Harry, Gerry dan
Cindy yang telah sabar dan mendorong peneliti untuk mengikuti
pendidikan.
9. Kakak Ir. Agus Tiblola dan keluarga, adik Pendeta Jefta Tiblola, S.Th dan
keluarga yang telah memberikan dukungan dan membantu selama
melaksanakan pendidikan.
Secara khusus penulis sampaikan juga ucapan terima kasih kepada
seluruh responden dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu
persatu, yang telah ikut memberikan dukungan baik moril maupun materiil,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan balasan
atas segala amal baik yang telah diberikan. Akhirnya semoga tesis ini dapat
bermanfaat baik untuk sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
Yogyakarta, September 2006
Mathius Alfred Tiblola
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ................................................................................ ii
Pernyataan ................................................................................................... iii
Kata Pengantar ............................................................................................ iv
Daftar Isi ........................................................................................................ vi
Daftar Tabel.................................................................................................. viii
Daftar Gambar ............................................................................................. ix
Intisari ............................................................................................................ x
Abstract ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian................................................................ 10
E. Keaslian Penelitian ............................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 12
A. Puskesmas............................................................................. 12
B. Sumber Daya Manusia......................................................... 17
C. Kinerja ..................................................................................... 25
D. Landasan Teori...................................................................... 27
E. Kerangka Konsep Penelitian............................................... 29
F. Pertanyaan Penelitian.......................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 30
A. Jenis Rancangan Penelitian dan Unit Analisis................. 30
B. Subjek Penelitian .................................................................. 30
C. Lokasi Penelitian ................................................................... 30
vii
D. Instrumen Penelitian............................................................. 31
E. Variabel Penelitian ................................................................ 31
F. Jalannya Penelitian............................................................... 31
G. Etika Penelitian...................................................................... 33
H. Definisi Operasional.............................................................. 33
I. Kesulitan Penelitian.............................................................. 34
J. Kelemahan Penelitian .......................................................... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 43
A. Kesimpulan ............................................................................ 43
B. Saran....................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 45
Tabel 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Letak dan Jumlah
Tenaga Kesehatan per Kecamatan Kabupaten Sleman
Tahun 2003 .................................................................................. 35
Tabel 2. Status Kesehatan Masyarakat menurut Kecamatan di
Kabupaten Sleman ..................................................................... 37
Tabel 3. Rasio Luas / Tenaga .................................................................. 39
Tabel 4. Hubungan antara Status Kesehatan Kecamatan dan
Kecukupan Tenaga Berbasis Jumlah Penduduk ................... 39
Tabel 5. Letak Kecamatan ke Ibukota ..................................................... 41
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian..................................................... 28
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian ................................................ 29
x
INTISARI
Latar Belakang: Untuk memperoleh kinerja Puskesmas yang optimal, dibutuhkan jumlah tenaga kesehatan yang besar, makin banyak tenaga makin besar cakupan yang bisa dilakukan dalam menangani program-program di Puskesmas. Tujuan: Untuk melihat bagaimana kinerja SDM dalam mengatasi masalah di Puskesmas. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian ekological studies. Instrumen penelitian adalah dokumen yang diambil dari profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja SDM di Puskesmas tidak dapat menjadi faktor penentu dalam status kesehatan masyarakat karena dalam pengolahan data menunjukkan kinerja yang buruk. Kesimpulan: Tenaga kesehatan masyarakat di Puskesmas masih kurang sehingga tidak dapat menunjukkan kinerja yang baik. Kata kunci: Kinerja Puskesmas, SDM Kesehatan, Tenaga Kesehatan
Masyarakat
xi
ABSTRACT
Background: A big amount of health professionals is required to achieve an optimal performance and the bigger the number of the health professionals, the broader the coverage areas of the programs at the Puskesmas, the local government clinics. Objective: To find out the performance of the human resources in dealing with the exixting problems facing the Puskesmas. Method: The studi is of ecological one and its instrument is the document obtained from the health agency of Sleman district. Results: The results of the study indicate that the performance of the human resources of the Puskesmas can not be the determinant factor of the health status of the people because the performance is bad. Conclusion: The public health professionals in the Puskesmas are insufficient so can not to improve the performance. Key words: Puskesmas performance, human resources, public health professionals
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam sistem kesehatan nasional dan Rencana Pokok Program
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan telah digariskan
bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Upaya kesehatan ditujukan
untuk tercapainya peningkatan kualitas sumber daya manusia serta
kualitas kehidupan dan harapan hidup manusia. Selain dari itu upaya
kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat, serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya
hidup secara mandiri. Perhatian khusus diberikan kepada kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah, bermukim di pedesaan daerah
terpencil, daerah terasing, daerah pemukiman baru temasuk daerah
transmigrasi, maupun di daerah kumuh perkotaan. Upaya untuk
menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah menjadi penting,
mengingat bahwa sasaran pelayanan kesehatan sebagian besar
ditujukan kepada kelompok masyarakat tersebut (Depkes, 1995).
Semua kebijakan pembangunan nasional yang sedang dan atau
akan diselenggarakan harus memiliki wawasan kesehatan. Artinya
2
program pembangunan nasional tersebut harus memberikan kontribusi
yang positif terhadap kesehatan yaitu pertama pembentukan lingkungan
sehat dan kedua terhadap pembentukan perilaku sehat (Depkes RI,
2002).
Secara makro setiap program pembangunan nasional yang
diselenggarakan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
terbentuknya lingkungan perilaku hidup sehat tersebut. Secara mikro,
semua kebijakan pembangunan kesehatan yang sedang dan atau yang
akan diselenggarakan harus dapat makin mendorong meningkatnya
derajat kesehatan seluruh anggota masayarakat. Di dalam kerangka
strategi ini perlu dilakukan kegiatan sosialisasi, orientasi, kampanye dan
advokasi serta pelatihan sehingga semua sektor pembangunan
berwawasan kesehatan. Profesionalisme dilaksanakan melalui
penerapan kemajuan ilmu dan teknologi, serta melalui penerapan nilai-
nilai moral dan estetika. Untuk terselenggaranya pelayanan yang
bermutu perlu didukung oleh penerapan berbagai kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan. Secara terus menerus ditingkatkan profesionalisme
para petugas kesehatan serta profesionalisme di bidang manajemen
pelayanan kesehatan.
Reformasi di bidang kesehatan telah menetapkan Visi
Pembangunan Kesehatan Kabupaten Sleman ”Terwujudnya Sleman
Sehat”. Visi yang ingin dicapai melalui Pembangunan Kesehatan
tersebut adalah masyarakat Kabupaten Sleman, penduduknya hidup
dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki
3
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata serta memiliki derajad kesehatan yang setinggi-
tingginya di seluruh wilayah Kabupaten Sleman (Dinas Kesehatan
Sleman, 2004).
Dalam visi terwujudnya Sleman Sehat, lingkungan yang
diharapkan adalah kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu
lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara
nilai-nilai budaya.
Perilaku masyarakat sesuai yang diharapkan adalah yang bersifat
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
resiko terjadinya penyakit, melindungi dari ancaman penyakit serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo,
S., 2003). Selanjutnya kemampuan masyarakat yang bermutu tanpa ada
hambatan, baik yang bersifat ekonomi maupun yang bersifat non
ekonomi. Pelayanan kesehatan yang bermutu dimaksudkan disini adalah
pelayanan kesehatan yang memuaskan pemakai jasa pelayanan serta
yang diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika pelayanan
profesi. Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup
sehat serta meningkatnya kemampuan masyarakat tersebut di atas,
derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat dapat
ditingkatkan secara optimal (Azwar, A., 1996).
4
Keberhasilan pembangunan di daerah khususnya di Kabupaten
dan Kota sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan
peran aktif masyarakat sebagai pelaku pembangunan tersebut
(Depkes, 2004a).
Tujuan pemilihan judul “Jumlah SDM Kesehatan dan Kinerja
Puskesmas di Kabupaten Sleman” adalah untuk melihat variasi kinerja
satu puskesmas dengan puskesmas lainnya yang dipengaruhi oleh
jumlah tenaga, letak puskesmas dan luas wilayah.
Kinerja puskesmas akan diukur melalui beberapa indikator yaitu
PHBS dan sanitasi yang meliputi jumlah jamban, jumlah pengelolaan air
limbah, dan jumlah tempat sampah. Di mana tiap-tiap indikator akan
dinilai dengan beberapa skor untuk masing-masing puskesmas atau
kecamatan.
Maksud peneliti memilih untuk mengadakan penelitian tentang
jumlah SDM kesehatan masyarakat dan kinerja Puskemas di Kabupaten
Sleman adalah 1) untuk melihat apakah jumlah SDM kesehatan
masyarakat yang terdiri dari tenaga gizi, tenaga sanitasi dan tenaga
kesehatan masyarakat telah mampu melaksanakan cakupan kesehatan
yaitu PHBS dan santasi, 2) untuk melihat apakah ada perbedaan kinerja
antara kecamatan yang jaraknya dekat dan yang jaraknya jauh, dengan
ibukota Sleman, 3) untuk melihat apakah luas wilayah kecamatan terkait
dengan kinerja Puskesmas. Penelitian tertarik untuk melihat jumlah SDM
kesehatan masyarakat terhadap kinerja Puskesmas di Kabupaten
Sleman karena Kabupaten Sleman dianggap lebih maju dibanding
Kabupaten Fak-Fak, Papua tempat peneliti bekerja.
5
1. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Dewasa ini berkembang pemikiran tentang gerakan kesehatan
masyarakat yang menyatakan bahwa konsentrasi utama kesehatan
adalah kepada kelompok masyarakat yang tidak sakit. Oleh karena
pelayanan orang yang sakit menyebabkan pengeluaran yang lebih
besar. Strategi paradigma sehat dengan upaya promotif dan
preventif perlu ditingkatkan agar masyarakat benar-benar sehat.
Faktor yang lebih besar pengaruhnya dalam peningkatan derajat
kesehatan masyarakat adalah interaksi antar perilaku dengan
lingkungan. Oleh karena itu promosi tentang hidup bersih dan sehat
(PHBS) perlu memperoleh perhatian yang memadai sebagai salah
satu upaya pencegahan penyakit. Tujuan promosi PHBS adalah
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
secara mandiri (Depkes, 2002). Di Kabupaten Sleman kegiatan
PHBS tahun 2000 telah dilaksanakan di seluruh wilayah, dengan
sasaran pembinaan tatanan rumah tangga, institusi pendidikan (SD),
institusi kesehatan (24 puskesmas) dan tatanan tempat kerja. Berikut
adalah beberapa instrumen PHBS:
a. Cakupan ASI dan Pola Konsumsi Makan
Perilaku masyarakat dalam pemberian ASI pada bayi sudah
tinggi, akan tetapi bayi yang mendapat ASI eksklusif (4 bulan
tanpa pemberian makanan tambahan) masih rendah. Data
Susenas 1998 menyebutkan bahwa di DIY bayi yang diberi ASI
6
yaitu sebesar 96,82%. Berdasarkan data dari LB 3, bayi yang
diberi ASI eksklusif (hanya ASI) sampai umur 4 bulan di
Kabupaten Sleman tahun 2003 sebesar 54,52% (target 80%).
Hasil survey pemetaan keluarga sadar gizi yang dilaksanakan
oleh puskesmas didapat bahwa cakupan keluarga sadar gizi
tahun 2002 di Kabupaten Sleman mencapai 65,9%. Hasil
Pemantauan Gizi tahun 2003 didapatkan bahwa rata -rata
konsumsi energi sebesar 1660,59 Kkal (75,50%) dan protein
sebesar 51,24 gr (102,5%).
b. Merokok
Beberapa perilaku sebagian besar masyarakat Indonesia yang
merugikan kesehatan antara lain merokok. Meskipun diketahui
bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit berbahaya,
namun tampaknya kebiasaan ini menarik dan banyak dilakukan
oleh penduduk, khususnya laki-laki. Di Kabupaten Sleman tahun
2001 menurut data statistik dari jumlah penduduk mulai memiliki
kebiasaan merokok sebanyak 22,41%. Berdasarkan hasil
pemantauan dari 2400 rumah tangga, maka yang telah
melaksanakan kegiatan PHBS sebanyak 2167 rumah tangga
atau sebesar 90,29%.
c. Olahraga
Melakukan olahraga adalah kegiatan seseorang untuk
melakukan satu atau lebih kegiatan fisik secara teratur. Menurut
7
data hasil Susenas Kabupaten Sleman tahun 2003 persentase
penduduk 10 tahun ke atas yang melakukan aktivitas olahraga
(57,28%), sedangkan dilihat dari tujuannya 43,02% bertujuan
untuk menjaga kesehatan, untuk prestasi dan rekreasi masing-
masing sebesar 78% dan 1,68%. Kebanyakan dari masyarakat
dalam melaksanakan olahraga sesuai jenis yang digemari antara
lain jogging/gerak jalan sebesar 11,23% atau 85.179 orang,
sedangkan jenis lainnya yang digemari adalah SKJ (7,82%),
senam lainnya (9,05%), bola volley (4,21%), dan sepak bola
sebesar (5,39%).
d. Pemberdayaan Masyarakat
Diakui bahwa untuk melakukan perawatan kesehatan atau
pengobatan diperlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu
perilaku untuk menjaga kesehatan masyarakat melalui kegiatan
baik secara perorangan maupun kolektif telah melakukan
penggalangan dana melalui JPKM maupun jaminan pembiayaan
yang lain. Sampai saat ini jumlah peserta yang menjadi JPKM di
Kabupaten Sleman tahun 2003 ada 175.125 orang yang telah
menjadi peserta JPKM (21,6%) dari jumlah penduduk, terbesar
dari keluarga miskin sebesar 173.152 jiwa (21,3%), pamong
sebanyak 1.878 jiwa (0,23%), honorer daerah sebanyak 65 jiwa
dan umum sebanyak 30 jiwa.
8
e. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar
antara lain dengan adanya Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKMB), misalnya Posyandu, Polindes, POD,
TOGA, Dana Sehat dan pos UKK.
2. Sanitasi
a. Jumlah jamban
Jumlah jamban keseluruhan adalah 131.887 buah (65,05%)
dari jumlah rumah yang ada. Dari jumlah tersebut yang diperiksa
sebesar 51.857 atau sebesar 39,32%. Dari jumlah yang
diperiksa yang memenuhi syarat adalah sebesar 43.674 atau
sebesar 84,22%.
b. Jumlah pengelolaan air limbah
Jumlah pengelolaan air limbah adalah 125.749 buah. Dari
jumlah tersebut yang diperiksa berjumlah 49.265 atau sebesar
31,28%. Dari jumlah yang diperiksa yang memenuhi syarat
adalah 38.471 atau sebesar 81,44%.
c. Jumlah tempat pembuangan sampah
Jumlah tempat pembuangan sampah adalah 169.877 buah.
Dari jumlah tersebut yang diperiksa berjumlah 55.318 atau
sekitar 32,30%. Dari jumlah yang diperiksa yang memenuhi
syarat adalah 50.254 atau sebesar 90,97%.
Tahun 2003 jumlah puskesmas di Kabupaten Sleman
sebanyak 24 buah yang tersebar di 17 kecamatan. Dari jumlah
9
puskesmas tersebut 4 di antaranya puskesmas rawat inap
dengan 43 tempat tidur. Rasio penduduk terhadap puskesmas
sebesar 36.863 jiwa atau tiap puskesmas melayani 36.863
penduduk, rasio desa terhadap puskesmas sebesar 3,59 atau
tiap puskesmas melayani rata -rata 3-4 desa. Jumlah puskesmas
pembantu sebanyak 75 buah berarti rasio puskesmas pembantu
terhadap puskesmas 3,13 atau tiap puskesmas dilengkapi 3
puskesmas pembantu. Jumlah puskemas keliling sebanyak 37
buah berarti tiap puskesmas dilengkapi 1–2 puskesmas keliling.
Jumlah posyandu di Kabupaten Sleman sebanyak 1.314 buah,
berarti rasio posyandu terhadap puskesmas sebesar 54,75 atau
setiap puskesmas melayani 39 – 40 posyandu.
Banyaknya masyarakat yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan menurut jenis pelayanan rawat jalan dan
frekwensinya sesuai dengan data BPS tahun 2.000, porsi
terbesar masyarakat di Kabupaten Sleman pergi ke praktek
dokter sebanyak 20.272 orang atau 26,53%, kemudian
puskesmas sebanyak 19.032 (24,79%), dan pilihan ketiga
praktek petugas kesehatan sebanyak 19.669 (20,18%). Sisanya
ke RS swasta sebanyak 6,5%, praktek pengobatan tradisional
3,13% dan lainnya sebanyak 18,87%. Sedangkan hasil
SURKESDA Kabupaten Sleman tahun 2003 pemanfaatan
Puskesmas 30,74%, dokter praktek swasta 20,23%,
Bidan/Perawat praktek swasta 17,64%, tidak pernah
10
memanfaatkan selama 1 tahun 9,34%, pengobatan tradisional
9,32%, RS swasta 5,64%, RS Pemerintah 3,37%, BP swasta
2,72% dan klinik spesialis 0,91%.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari penjelasan latar belakang maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah kinerja puskesmas se Kabupaten Sleman
terkait dengan jumlah SDM.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum: untuk melihat bagaimana kinerja SDM dalam
mengatasi masalah di puskesmas.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk melihat gambaran jumlah tenaga kesehatan terhadap
kinerja puskesmas.
b. Untuk melihat apakah letak puskesmas terkait dengan kinerja
puskesmas.
c. Untuk melihat apakah luas wilayah terkait dengan kinerja
puskesmas.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman merupakan masukan
untuk menambah jumlah tenaga kesehatan masyarakat dalam
rangka meningkatkan kinerja Puskemas.
11
2. Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman karena telah melihat
bagaimana peningkatan kualitas SDM dan kinerja puskesmas di
Kabupaten Sleman dimana hal ini dapat diterapkan di tempat tugas
peneliti.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana meningkatkan
kinerja untuk mengatasi masalah di puskesmas.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Penulis melihat bahwa penelitian mengenai SDM kesehatan dan
kinerja puskesmas sejauh ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.
Ada penelitian oleh Alpihsabar (1977) dengan judul “Kinerja Pegawai
sebagai Dasar Pengembangan Sumber Daya Manusia di Unit Tata
Usaha RSUD Budhi Asih Jakarta” dan Rasa Harbakti (2001) dengan
judul “Evaluasi Kinerja Puskesmas di Jawa Tengah Pasca Pelatihan
Kerja“. Kesamaannya: ketiga penelitian di atas menggunakan data
sekunder berupa pengecekan dokumen dan laporan.
Perbedaannya dengan kedua penelitian di atas menggunakan
rancangan non eksperimental dengan pendekatan cross sectional.
Sedangkan penulis pada penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian ekological studi. Di samping itu pula terdapat perbedaan pada
kerangka konsep, subjek penelitian dan unit analisisnya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PUSKESMAS
1. Definisi
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
kabutapen/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Trihono, 2005).
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Kesehatan
kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian
dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya
Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat
yang ingin masa depannya dicapai melalui pembangunan kesehatan,
yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku
sehat, bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Misi pembangunan kesehatan yang diselengarakan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan
kesehatan nasional. Misi tersebut adalah menggerakkan
13
pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya,
mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerjanya, memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya (Depkes RI, 1990).
2. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010
(Depkes RI, 1998).
3. Indikator Fungsi Puskesmas
Bila indikator fungsi puskesmas akan dijadikan tolok ukur
keberhasilan puskesmas dalam mencapai visi kecamatan sehat, maka
uraian manajemen ini dilakukan berdasarkan 3 fungsi puskesmas
sebagai: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2)
pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan
strata pertama. Uraian singkat 3 fungsi tersebut diatas beserta indikator
masing-masing fungsi adalah sebagai berikut:
14
3.1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
memiliki makna bahwa puskesmas harus berperan sebagai motor
dan motivator terselenggaranya pembangunan yang mengacu,
berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor
pertimbangan utama. Pembangunan yang dilaksanakan di
kecamatan, seyogyanya yang berdampak positip terhadap
lingkungan sehat dan perilaku sehat, yang muaranya adalah
peningkatan kesehatan masyarakat.
Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan dapat dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran non-
kesehatan memperhatikan kesehatan bagi institusi dan warganya.
Oleh karena itu, keberhasilan fungsi ini bisa diukur melalui Indeks
Potensi Tatanan Sehat (IPTS). Ada 3 tatanan yang bisa diukur
yaitu: tatanan sekolah (SD, SMP, SMU/SMK, Madrasah,
Universitas), tatanan tempat kerja (kantor, pabrik, industri rumah
tangga, tempat kerja di perternakan, tempat kerja di
perkebunan/pertanian, dll), dan tatanan kerja tempat-tempat umum
(pasar, rumah ibadah, rumah makan, tempat hiburan, dll).
3.2 Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar
mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan
15
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan
fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM
dan tokoh masyarakat.
Fungsi pusat pemberdayaan masyarakat dapat diukur dengan
beberapa indikator antara lain tumbuh kembang UKBM (Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat) dan berfungsinya kondisi
kesehatan kecamatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan
Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun Puskesmas).
3.3 Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Pelayanan kesehatan strata pertama adalah pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
Sumber: Seksi Waslit Air dan Promkes, Dinas Kesehatan Sleman, Tahun 2003
- Jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan adalah 43.674 dari
51.857 yang diperiksa atau sebesar 85,51%. Jumlah tertinggi terdapat di
Kecamatan Berbah sebesar 100% dan terendah terdapat di Kecamatan
Kalasan sebesar 51,41%. Menurut Notoatmodjo (2003) syarat jamban
yang baik yang biasanya digunakan di pedesaan adalah (1) tidak
mengotori tanah dan air di sekitarnya, (2) tidak menimbulkan bau, (3)
tidak terjangkau oleh serangga, (4) mudah digunakan, (5) murah, (6)
sederhana desainnya, (7) dapat diterima oleh pemakainya.
38
- Jumlah tempat pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat kesehatan
adalah 38.471 dari 49.265 yang diperiksa atau sebesar 81,44%. Jumlah
tertinggi terdapat di Kecamatan Kalasan sebesar 100% dan terendah di
Kecamatan Cangkringan sebesar 64,62%.
- Jumlah tempat sampah yang memenuhi syarat adalah 50.254 dari
55.318 yang diperiksa atau sebesar 90,97%. Jumlah tertinggi terdapat di
Kecamatan Berbah, Kalasan, Minggir dan Pakem sebesar 100% dan
jumlah terkecil di Kecamatan Moyudan sebesar 64,36%. Sampah erat
kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah akan
hidup berbagai mikroorganisme seperti bakteri patogen dan juga
serangga sebagai pemindah dan penyebar penyakit (vektor)
(Notoatmodjo, 2003).
- Jumlah rumah tangga yang telah melakukan kegiatan PHBS adalah
berjumlah 86,30%, jumlah tertinggi terdapat di Kecamatan Mlati sebesar
99% dan jumlah terendah terdapat di Kecamatan Prambanan sebesar
68%. Program PHBS Tatanan Rumah Tangga/Keluarga merupakan
suatu program yang berupaya meningkatkan kemampuan dan
kemandirian keluarga untuk hidup sehat. Pendekatan keluarga
didasarkan kenyataan bahwa dalam keluarga terdapat kedekatan
hubungan yang erat, selalu terjadi interaksi sehingga saling asah, asih
dan asuh. Sasaran program PHBS Tatanan Rumah Tangga terbagi tiga,
yaitu, (1) sasaran primer yaitu anggota keluarga agar dapat berubah
perilakunya, (2) sasaran sekunder yang berpengaruh antara lain tokoh
39
agama, tokoh masyarakat (toma), dasa wisma, PKK, kader, LSM dan
sebagainya, (3) sasaran tersier antara lain Lurah, camat, Ketua PKK dan
lain-lain. Mereka ini memberikan dukungan penunjang bagi keberhasilan
program PHBS (Dinkes DIY, 2000).
Tabel 3. Tabulasi silang antara rasio luas per tenaga dengan beberapa indikator status kesehatan masyarakat
Luas/Tenaga PHBS (%)
Sampah (%)
Jamban (%)
Limbah (%)
Kecil 54,55 63,64 54,55 45,45 Besar 50,00 50,00 83,33 66,67
Tabel 3 ini memperlihatkan hubungan antara luas daerah dan status
kesehatan. Pada rasio yang kecil berarti kecil luas wilayah tetapi tenaga
kesehatan masyarakat banyak sehingga penduduk yang bermukim di daerah
tersebut mudah dijangkau dan dikontrol oleh tenaga kesehatan karena
beban kerja lebih kecil dan frekuensi kegiatan menjadi lebih tinggi, sehingga
status kesehatannya diharapkan lebih baik. Pada tabel di atas indikator
status kesehatan meningkat pada kegiatan PHBS dan jumlah tempat
sampah tetapi status kesehatan menurun pada jumlah jamban dan
pengelolaan air limbah. Secara umum dapat dikatakan bahwa luas wilayah
per tenaga terkait dengan PHBS dan jumlah tempat sampah, tetapi tidak
terkait dengan jumlah jamban dan jumlah pengelolaan air limbah.
Tabel 4. Hubungan antara Status Kesehatan Kecamatan dan Kecukupan Tenaga berbasis Jumlah Penduduk
Rasio Penduduk / Tenaga
PHBS (%)
Sampah (%)
Jamban (%)
Limbah (%)
Kecil 50,00 50,00 80,00 40,00
Besar 57,14 71,43 42,86 57,14
40
Tabel 4 memperlihatkan hubungan antara status kesehatan dengan
kecukupan tenaga berbasis jumlah penduduk. Bila rasio ini kecil dapat
diasumsikan bahwa jumlah penduduk sedikit tetapi jumlah tenaga kesehatan
masyarakat besar. Sebaliknya bila rasio ini besar berarti jumlah penduduk
banyak tetapi jumlah tenaga kesehatan masyarakat kecil. Pada rasio yang
kecil tenaga kesehatan dapat bekerja lebih efektif, karena beban kerja
menjadi berkurang sehingga diharapkan mempunyai kinerja lebih baik.
Berdasarkan data pada tabel 4 maka yang cocok untuk asumsi di atas
adalah persentase kepala keluarga yang memiliki jamban. Tetapi tidak cocok
untuk persentase keluarga yang telah melakukan kegiatan PHBS, tempat
sampah dan pengelolaan air limbah. Hal ini mungkin terkait dengan jumlah
tenaga kesehatan masyarakat yang masih kurang jika dibanding tenaga
medis dan paramedis. Jumlah tenaga kesehatan secara keseluruhan untuk
Kabupaten Sleman yakni 506 orang, yang terdiri dari 423 tenaga medis dan
paramedis atau sebesar 83,6%, sedangkan jumlah tenaga kesehatan
masyarakat yang terdiri dari tenaga kesehatan masyarakat, tenaga sanitasi
dan tenaga gizi hanya berjumlah 51 orang atau sebesar 10%. Hal ini dapat
dipahami karena dengan jumlah tenaga yang sedikit sangat sulit untuk
melaksanakan program-program kesehatan masyarakat di bidang promotif
dan preventif.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa SDM pada bagian kesehatan
masyarakat belum dapat dijadikan tolak ukur peningkatan status kesehatan
masyarakat.
41
Tabel 5. Tabulasi silang antara letak kecamatan dari ibukota Sleman dengan beberapa indikator status kesehatan masyarakat.
Letak PHBS (%)
Sampah (%)
Jamban (%)
Limbah (%)
Dekat 50,00 50,00 50,00 50,00
Jauh 83,32 61,66 73,33 83,32
Tabel ini mempelihatkan letak kecamatan dari ibukota Sleman. Bila
letak dekat dari ibukota maka kinerja tenaga kesehatan diharapkan lebih baik
dibandingkan daerah yang jauh dari ibukota. Pada tabel 5 di atas kecamatan
yang berjarak dekat dengan ibukota Sleman ternyata kinerjanya tidak baik.
Hal ini mungkin terkait dengan beberapa penyebab antara lain: masyarakat
yang hidup di daerah perkotaan, seharusnya memiliki perilaku kebersihan
yang lebih baik karena dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi
dan di daerah perkotaan tersebut biasanya bermukim para pejabat dari
Dinas Kesehatan yang dapat berfungsi sebagai motivator kebersihan
lingkungan di sekitarnya, namun kenyataannya berbeda di lapangan.
Hal-hal diatas terjadi karena:
- Masyarakat di daerah perkotaan lebih bersifat individual sehingga kurang
peduli terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungannya, dibanding
masyarakat di pedesaan yang cenderung hidup bergotong-royong dan
memperhatikan kebersihan lingkungannya.
- Di daerah perkotaan lebih banyak terdapat industri dan pabrik-pabrik yang
dapat menyebabkan daerah perkotaan menjadi kotor oleh karena
meningkatnya jumlah sampah dan air limbah sebagai hasil buangan dari
industri tersebut.
42
- Petugas kesehatan di perkotaan kadang-kadang bekerja rangkap yaitu di
puskesmas dan juga di sarana kesehatan lainnya seperti rumah sakit
swasta, poliklinik swasta sehingga waktunya di puskesmas menjadi
berkurang yang pada akhirnya akan menurunkan kinerja puskesmas.
Pada tabel 5 terlihat bahwa pada kecamatan yang letaknya jauh dari
ibukota terjadi peningkatan indikator kesehatan yaitu PHBS, jumlah sampah,
jumlah jamban dan jumah pengelolaan air limbah, hal ini mungkin
disebabkan oleh:
- Daerah yang letaknya jauh secara geografis lebih bersih oleh karena
kurangnya polusi dibanding dengan daerah perkotaan.
- Di daerah yang letaknya jauh, Puskesmas masih merupakan satu-satunya
sarana kesehatan, sehingga menjadi satu-satunya pilihan bagi
masyarakat untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Dengan
demikian petugas gizi dan sanitasi dapat memberikan penyuluhan-
penyuluhan, informasi kesehatan kepada masyarakat setempat tentang
kebersihan lingkungan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Secara umum dapat disimpulkan bahwa tenaga kesehatan yang
bekerja pada daerah yang letaknya dekat dengan ibukota tidak dapat
menjadi penentu peningkatan status kesehatan masyarakat.
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Jumlah SDM kesehatan terkait dengan kinerja Puskesmas dalam hal
penyediaan jamban, tetapi tidak terkait dengan kegiatan PHBS,
penyediaan tempat sampah, dan pengelolaah air limbah. Secara
umum dapat dikatakan bahwa SDM kesehatan tidak dapat dijadikan
tolok ukur peningkatan status kesehatan masyarakat.
2. Kecamatan yang jaraknya dekat dengan ibukota Sleman tidak terkait
dengan kinerja Puskesmas oleh karena seluruh cakupan indikator
status kesehatan pada penelitian ini buruk, sedangkan kecamatan
yang jaraknya jauh dari ibukota Sleman terkait dengan kinerja
Puskesmas oleh karena seluruh cakupan indikator status kesehatan
pada penelitian ini baik.
3. Luas kecamatan terkait dengan kinerja Puskesmas dalam hal
cakupan kegiatan PHBS dan penyediaan tempat sampah, tetapi
tidak terkait dengan penyediaan jamban dan pengelolaan air limbah.
B. SARAN
1. Kepala Dinas Kesehatan perlu mempertimbangkan untuk menambah
jumlah tenaga kesehatan masyarakat, oleh karena rasionya masih
sangat rendah yaitu hanya 51 orang (10%), jika dibandingkan
44
dengan tenaga medis dan paramedis yang berjumlah 423 orang
(83,6%).
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman perlu mengupayakan
peningkatan kinerja seluruh Puskesmas di wilayah kerjanya,
terutama Puskesmas yang letaknya dekat dengan ibukota Sleman,
seperti melakukan pengawasan (supervisi), membuat job discription
yang jelas dan operasional untuk tenaga kesehatan masyarakat,
serta menambah alokasi dana untuk program-program kegiatan
kesehatan masyarakat.
3. Untuk kecamatan dengan luas wilayah yang besar perlu diupayakan
penambahan tenaga kesehatan masyarakat dan sarana kesehatan
lainnya, seperti pengadaan sarana sanitasi, penambahan jumlah
puskesmas dan puskesmas pembantu.
45
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A., 1993, Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan,
Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI) , Jakarta. ----------------, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga,
Binarupa Aksara, Jakarta. Berry, L.M., and Houston, J.P., 1993. Psychology at Work, W.C. Brown
Communication, Inc, Oxford, England. Cushway, B., 1999, Human Resource Management, Ed. Bahasa Indonesia.
Elex Media Komputindo, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 1990, Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid IV.
Depkes RI, Jakarta . ----------------, 1995, Pedoman Evaluasi Pasca Pelatihan Tenaga Kesehatan. ----------------, 1998, Puskesmas Swadana, Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Puskesmas Departemen Kesehatan RI, Jakarta . ----------------, 2002, Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota
Sehat, Jakarta . ----------------, 2004a, SK Menkes nomor 81/Menkes/SK/1/2004 tentang
Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan ditingkat Propinsi, Kab/Kota serta Rumah Sakit, Depkes RI, Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta, 2000, Pedoman Pembinaan
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Yogyakarta. Dinas Kesehatan Sleman, 2004, Profil Kesehatan Kabupaten Sleman. Glueck, W.F., 1991, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Perusahaan,
ed. Kedua, Erlangga, Jakarta. Gomes, F.C., 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia, ed. Bahasa
Indonesia, Andi Offset, Yogyakarta. Handoko, H., 1995. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi
II, BPFE-UGM, Yogyakarta. Hasibuan, P.S., 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara,
Jakarta.
46
Ilyas, Y., 2003, Kinerja Teori Penilaian dan Penelitian, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.
Kidder, LH, and Judd, CM, 1986, Research Methods in Social Relation, Fifth
Edition, New York. Mangkunegoro, 2000 Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Cetakan Pertama, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Martoyo, S., 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta Muchlas, M., 1997. Perilaku Organisasi. Program Pendidikan Pascasarjana
Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Muhamad, S., 2000, Manajemen Strategik, Konsep dan Kasus, UPP AMP
YKPN, Yogyakarta. Nawawi, H.H., 2003, Perencanaan SDM untuk Organisasi Profit yang
Kompetitif, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Nitisemito, A.S., 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia, Ghalia Indonesia,
Jakarta. Notoatmodjo, S., 2003, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Edisi ke 2, Rineka Cipta, Jakarta. Reinke, W.A., 1994, Perencanaan Kesehatan untuk Meningkatkan Efektifitas
Manajemen, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Siagiaan, S.P., 1995, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Rhineka Cipta, Jakarta. Simamora, H., 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, Aditya Media,
Yogyakarta. Sastrohadiwiryo, S., 2001, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Bandung Trihono, 2005, Manajeman Puskesmas, Sagung Seto, Jakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
47
PETA KABUPATEN SLEMAN MENURUT
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SLEMAN
TAHUN 2004
Keterangan peta Kabupaten Sleman: = Kecamatan yang berbatasan langsung dengan ibukota Sleman,
dinyatakan sebagai wilayah yang letak dekat.
= Kecamatan yang tidak berbatasan langsung dengan ibukota
Sleman, dinyatakan sebagai wilayah yang letak jauh.