Page 1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembaharuan pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif
berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan
kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Pembaharuan ini untuk
memperkenalkan berbagai hal yang baru dengan maksud memperbaiki apa-apa yang
sudah terbiasa demi timbulnya praktik yang baru, baik dalam metode ataupun cara-
cara bekerja untuk mencapai tujuan.
Salah satu pembaharuan dalam dunia pendidikan di Indonesia di antaranya
adalah perubahan dalam bidang kurikulum yaitu dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) kemudian menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), dan yang terakhir yang baru saja diimplementasikan adalah kurikulum 2013.
Pada Kurikulum 2013 memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi
tertentu oleh siswa. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi,
dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga
pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan siswa sebagai
suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk membantu siswa
menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas
dan pengembangan bakat, setiap siswa harus diberi kesempatan untuk mencapai
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 2
2
tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup, sehingga lebih
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Pelaksanaan pembelajaran fisika dengan cara saintifik pada Kurikulum 2013
yang tidak lain merupakan implementasi untuk melaksanakan amanat Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
pasal satu, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Di dalam pembuatan RPP hal
penting yang harus ditulis adalah proses pendekatan ilmiah (scientific approach),
yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan. Dengan
demikian pada Kurikulum 2013, terdapat peningkatan dan keseimbangan soft skills
dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
(Kemendikbud, 2012).
Pendekatan ilmiah (scientific approach) selaras dengan aspek-aspek yang
terdapat pada keterampilan proses sains (KPS), sehingga dalam Kurikulum 2013 KPS
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 3
3
terintegrasi dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan baik di kelas maupun di
luar kelas. Akan tetapi kenyaataannya di lapangan banyak siswa yang masih belum
mengenal KPS, terlebih lagi menerapkannya dalam pembelajaran. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, siswa cenderung kesulitan dalam melakukan metode-
metode ilmiah dengan menerapkan KPS dalam pembelajarannya, antara lain dalam
berhipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dalam kegiatan
pengamatan, maupun melaporkan hasil kegiatan eksperimen. Dengan demikian
diperlukannlah suatu media maupun sarana untuk melatihkan KPS guna menunjang
ketercapaian pembelajaran sesuai dengan hakekat Kurikulum 2013.
Perangkat Kurikulum 2013 disusun dengan memperhatikan karakteristik dan
kemampuan serta kondisi satuan pendidikan misalnya: sekolah, kemampuan siswa,
guru sehingga perlu adanya sumber belajar yang mendukung proses pembelajaran.
Dengan memperhatikan hal tersebut pentingnya diajarkannya ilmu fisika kepada
peserta didik untuk memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, dan sebagai wahana
untuk menumbuhkan kemampuan berfikir yang berguna untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan yang lebih khusus dari diajarkannya ilmu fisika
adalah untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman, dan
sejumlah kemampuan yang merupakan prasyarat untuk memasuki jenjang pendidikan
yang lebih tinggi serta mendorong pengembangan ilmu dan teknologi. Hal tersebut di
atas akan terlaksana secara optimal apabila ditunjang oleh faktor-faktor pendukung
dalam keterlaksanaan pembelajaran.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 4
4
Salah satu sumber dan media belajar yang dirasa dapat membantu siswa
maupun guru dalam proses pembelajaran fisika untuk meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran adalah modul. Modul adalah suatu paket pengajaran yang berkenaan
dengan suatu unit terkecil bertahap dari mata pelajaran tertentu, dengan kata lain
modul dapat diartikan juga sebagai alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis
dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya (Depdiknas, 2007). Karakteristik modul adalah disajikan dalam
bentuk yang bersifat self instructional, dengan demikian masing-masing siswa dapat
menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri guna meningkatkan
efektivitas pembelajaran di kelas. Kelebihan modul inilah yang mendasari sehingga
dikembangkan modul latihan untuk meningkatkan KPS siswa.
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam berbagai
bentuk gejala untuk dapat memahami segala sesuatu yang mengendalikan atau
menentukan perilaku tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka belajar fisika tidak
lepas dari penguasaan konsep-konsep dasar fisika melalui pemahaman. Belajar
fisika menuntut kemampuan untuk memahami konsep, prinsip maupun hukum-
hukum, kemudian diharapkan siswa mampu menyusun kembali dalam bahasanya
sendiri sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan intelektualnya. Belajar
fisika yang dikembangkan adalah kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif
dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 5
5
secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri (Depdiknas,
2003: 1).
Tuntutan perkembangan kurikulum menjanjikan perbaikan kompetensi
lulusan. Pada kurikulum 2013 standar kompetensi lulusan (SKL) terdiri dari tiga
domain, yaitu domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Seperti yang terdapat
dalam draft pengembangan kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2012) dalam domain
keterampilan ini terdapat aspek elemen keterampilan proses yaitu mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Sedangkan dalam
domain pengetahuan terdapat aspek elemen keterampilan proses mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisa, dan mengevaluasi.
Modul fisika yang digunakan siswa secara umum belum mengarah kepada
penanaman keterampilan proses yang merupakan esensi dari pembelajaran fisika itu
sendiri. Sehingga produk dari pembelajaran fisika merupakan siswa yang belum
memiliki kemampuan yang baik untuk mengamati, mengkomunikasikan,
mengelompokkan, melakukan pengukuran, menarik kesimpulan, dan melukan
prediksi terhadap fenomena-fenomena alam yang terkait dengan fisika. Oleh karena
itu perlu dikembangkan modul-modul fisika yang telah berorientasi keterampilan
proses sains. Dalam modul ini, nantinya siswa mengajar dirinya sendiri dan
melakukan kontrol sendiri terhadap intensitas belajarnya menggunakan fakta
ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 6
6
sains. Selain itu penggunaan dan pengembangan keterampilan proses sains dan
sikap ilmiah dalam pembelajaran sains bertujuan agar peserta didik mampu
memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah sains.
Kinematika gerak merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang
mempelajari tentang gerak serta perubahan-perubahan yang tampak dalam rentang
waktu benda melakukan gerak. Kinematika gerak termasuk materi ajar di SMA pada
kelas X sesuai yang terdapat pada KD 4.2 Kurikulum 2013. Karakteristik materi
kinematika gerak memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran
melalui kegiatan-kegiatan pengamatan dan eksperimen. KPS berperan penting dalam
melakukan pengamatan dan eksperimen. Penggunaan metode pembelajaran yang
menunjang pada kinematika gerak, khususnya untuk mengakomodasi penemuan
konsep maka siswa perlu menguasai KPS. Ketika siswa telah menguasai KPS
dengan baik, maka KPS dapat membantu siswa untuk mempelajari materi
berikutnya yaitu dinamika, perpaduan gerak, dan gerak paralabola. Oleh karena itu,
KPS sangat diperlukan dalam pembelajaran kinematika gerak.
Bertolak dari hal tersebut adalah suatu tantangan bagi para guru fisika
untuk dapat membelajarkan sains khususnya fisika secara kontekstual dan
komprehensif kepada peserta didik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru
diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian
dipertegas melalui Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses,
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 7
7
yang antara lain mengatur tentang perencanan proses pembelajaran yang
mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan
perencanaan pembelajaran. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun perangkat pembelajaran, antara lain Silabus dan RPP secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Berdasarkan studi lapangan, di SMAN 2 Ponorogo, dari hasil wawancara
terhadap guru dan siswa menunjukkan gambaran bahwa belum adanya modul
relevan yang dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan proses sains, sehingga
meskipun siswa memiliki hasil belajar rata-rata baik, namun keterampilan-
keterampilan saintifik seperti aktivitas di laboratorium sangat kurang. Siswa belum
memiliki wawasan KPS secara komprehensif. Hal ini mendasari perlunya KPS
dilatihkan terhadap siswa untuk meningkatkan KPS yang telah dimiliki. Dahar
(1985:11) menyatakan bahwa KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan
metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu
pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk
menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan
memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki,
sehingga KPS sangat diperlukan dan harus selalu ditanamkan dan dilatihkan pada
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 8
8
semua jenjang pendidikan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
dilakukan penelitian tentang: “Pengembangan Modul Latihan Keterampilan Proses
Sains untuk SMA/MA Kelas X pada Materi Kinematika Gerak”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan, diantaranya sebagai berikut:
1. Pembelajaran fisika di SMA belum mengarah kepada keterampilan proses
sains.
2. Kompetensi lulusan pembelajaran fisika belum memiliki kemampuan
keterampilan proses sains dengan baik.
3. Setiap guru pada satuan pendidikan belum menyusun perangkat pembelajaran
fisika, yang dapat melatihkan keterampilan proses sains.
4. Perangkat pembelajaran fisika berbasis keterampilan proses belum ada, maka
perlu diadakan perangkat pembelajaran fisika yang diharapkan dapat
membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang begitu luas dengan
situasi dunia nyata.
C. Pembatasan Pengembangan
Berdasarkan identifikasi masalah, dapat diketahui bahwa masalah dalam
penelitian ini sangat luas. Penelitian ini dibatasi pada pengembangan modul
latihan keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika SMA/MA kelas X. Uji
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 9
9
coba di SMA Negeri 2 Ponorogo untuk mengetahui pengaruh modul fisika berbasis
keterampilan proses ini terhadap hasil belajar siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan
dicari jawabannya yaitu:
1. Bagaimanakah pengembangan modul latihan keterampilan proses sains pada
materi kinematika gerak untuk kelas X?
2. Bagaimanakah kelayakan modul latihan keterampilan proses sains dengan materi
kinematika gerak untuk kelas X?
3. Bagaimana pengaruh dari modul latihan keterampilan proses sains dengan
materi kinematika gerak terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2
Ponorogo?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan pada latar
belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan:
1. Menghasilkan modul pembelajaran latihan keterampilan proses sains untuk
SMA/MA Kelas X pada materi kinematika gerak.
2. Mengetahui kelayakan modul pembelajaran latihan keterampilan proses sains
untuk SMA/MA Kelas X pada materi kinematika gerak.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 10
10
3. Mengetahui pengaruh dari modul pembelajaran latihan keterampilan proses
sains untuk SMA/MA Kelas X pada materi kinematika gerak sains terhadap
hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Ponorogo.
F. Spesifikasi Produk
Produk yang dikembangkan berupa modul latihan keterampilan proses sains
dengan pokok bahasan kinematika gerak. Modul ini berupa modul cetak dan
dilengkapi dengan suplemen silabus dan RPP untuk guru, dan dilengkapi dengan
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk siswa.
G. Manfaat Penelitian
Manfaan penelitian ini adalah :
1. Manfaat secara teoritis
a. Menekankan arti pentingnya penggunaan modul pembelajaran
fisika dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa.
b. Menambah wawasan bagi guru dan siswa tentang modul
pembelajaran fisika yang dapat melatihkan keterampilan proses
sains.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi guru
Modul pembelajaran latihan keterampilan proses sains dapat
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 11
11
digunakan sebagai salah satu alternatif sarana belajar untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa dan melatihkan jiwa saintis
b. Bagi siswa
Melatih siswa untuk memiliki jiwa saintis dan meningkatkan
prestasi belajar siswa dengan menguasai keterampilan proses sains
c. Bagi sekolah
Sekolah mempunyai modul pembelajaran latihan keterampilan
proses sains sehingga dapat digunakan sebagai referensi pembuatan
modul dengan materi pokok yang berbeda.
H. Definisi Operasional
1. Modul latihan keterampilan proses sains adalah buku pegangan berupa
media cetak dari suatu konsep fisika yang pembelajarannya menggunakan
aspek-aspek dalam keterampilan proses sains dan berisi ringkasaan materi,
lembar kegiatan siswa, serta lembar evaluasi.
2. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang dimiliki siswa dalam
pembelajaran sains. Keterampilan ini merupakan keterampilan proses sains
meliputi: mengamati (observing), menafsirkan (interpreting), berhipotesis
(hypothesized), mengklasifikasi (classifying), merencanakan percobaan
(experimenting), menyimpulkan (inferring), meramalkan (predicting),
mengkomunikasikan (communicating), dan menerapkan konsep atau prinsip
(applying concept)
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 12
12
3. Hasil belajar siswa adalah perolehan belajar siswa setelah mengikuti
pemnbelajaran dengan menggunakan modul. Hasil belajar merupakan
keterampilan proses sains (KPS) yang dimiliki oleh siswa.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 13
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Domain Pembelajaran Fisika
Ilmu Pengetahuan Alam atau science (bahasa Indonesia: sains) diambil
dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian
berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA. Ilmu
Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan.
Pembelajaran fisika adalah bagian dari pelajaran ilmu alam. Ilmu alam
secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) ilmu-ilmu fisik (physical
sciences) yang objeknya zat, energi, dan transformasi zat dan energi, (2) ilmu-
ilmu biologi (biological sciences) yang objeknya adalah makhluk hidup dan
lingkungannya (Kemble, 1966: 7).
Allan J. Mac Cormack dan R.E. Yager telah mengembangkan
taksonomi pendidikan sains yang terdiri atas lima domain (Mac Cormack,
1995: 24). Lima domain ini diharapkan membantu peserta didik agar peka dan
mampu mencari penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi di
lingkungan sekitar. Lima domain tersebut adalah sebagai berikut:
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 14
14
a. Domain I – Knowing and Understanding (knowledge domain)
Knowledge domain, merupakan ranah pengetahuan yang meliputi fakta,
konsep, hukum (prinsip-prinsip), beberapa hipotesis dan teori yang digunakan
para ilmuwan, serta masalah-masalah yang terkait dengansains dan sosial. Semua
informasi ini dimunculkan dalam tema pembelajaran sains yang
menekankan pengaruh teknologi dan sains dalam lingkungannya.
b. Domain II – Exploring and Discovering (process of science domain)
Penggunaan beberapa proses sains untuk belajar bagaimana para
saintis berpikir dan bekerja, yang kemudian dikenal pula sebagai
keterampilan proses sains. Beberapa proses sains adalah:
1) Keterampilan Dasar (Basic Skills) : Mengamati (observing), mengklasifikasi
(classifying), mengukur (measuring), menyimpulkan (inferring), meramalkan
(predicting), dan mengkomunikasikan (communicating)
2) Keterampilan terintegrasi (Integrated Skills) : Membuat model (Making
Models), mendefinisikan secara operasional (Defining Operationally),
mengumpulkan data (Collecting Data), menginterpretasikan data
(Interpreting Data), Mengidentifikasi dan mengontrol variabel (Identifying
and Controlling Variables), merumuskan hipotesis (Formulating
Hypotheses), melakukan percobaan (Experimenting).
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 15
15
c. Domain III – Imagining and Creating (creativity domain)
Merupakan ranah kreativitas dalam kegiatan pembelajaran. Namun,
sebagian besar kegiatan pembelajaran fisika lebih memfokuskan pada
informasi yang diberikan pada peserta didik. Sangat sedikit kegiatan
pembelajaran fisika untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas
berpikir peserta didik. Padahal kemampuan peserta didik dalam domain ini
sangat penting, diantaranya: 1) Menghasilkan alternatif atau menggunakan
objek yang tidak biasa digunakan, 2) Memecahkan beberapa masalah, 3)
Berfantasi, 4) Menghasilkan ide-ide yang luar biasa.
d. Domain IV – Felling and Valuing (attitudinal domain)
Ranah sikap merupakan sikap ilmiah yang diharapkan dimiliki oleh
peserta didik. Dikarenakan dalam menghadapi berbagai permasalahan
dalam kehidupan, peserta didik tidak cukup mengimplementasikan pada
pengetahuan fisika, proses sains, dan kreativitas yang dimiliknya, tetapi juga
perlu dikembangkan sikap ilmiah. Tanpa adanya sikap, tidak akan
mungkin masa depan menjadi lebih baik. Sikap ilmiah yang perlu
dikembangkan dalam domain ini antara lain:
1) Pengembangan sikap positif terhadap sains secara umum, sains di
sekolah, dan para pendidik sains
2) Pengembangan sikap positif terhadap diri sendiri
3) Penggalian emosi kemanusiaan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 16
16
4) Pengembangan kepekaan,dan penghargaan, terhadap perasaan orang lain
5) Pengambilan keputusan tentang isu-isu sosial dan lingkungan
e. Domain V – Using and Applying (applications and connections domain)
Ranah penggunaan dan penerapan yang betujuan untuk perlu
mengembangkan lebih lanjut semua pengalaman serta ide-ide peserta didik
dalam mempelajari fisika sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Domain koneksi dan penerapan ini dapat diukur melalui kegiatan
peserta didik dalam hal:
1) Mengamati contoh konsep-konsep sains dalam kehidupan sehari-hari
2) Menerapkan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sains yang
telah dipelajari untuk masalah-masalah teknologi sehari-hari
3) Memahami prinsip-prinsip fisika dan teknologi yang melibatkan
peralatan teknologi rumah tangga
4) Menggunakan proses sains dalam memecahkan masalah-masalah yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari
5) Memahami dan menilai perkembangan fisika melalui media masa
6) Mengambil keputusan untuk diri sendiri yang berkaitan dengan
kesehatan, gizi, dan gaya hidup berdasarkan pengetahuan dalam sains
daripada berdasarka apa yang ”didengar” dan yang ”dikatakan” atau hanya
emosi
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 17
17
Dengan memandang kelima domain fisika yang dikembangkan
diharapkan mampu memberikan peluang bagi peserta didik untuk belajar fisika
secara utuh. Peserta didik menjadi tertarik dengan fisika melalui pembelajaran
yang lebih efektif karena pengukuran dilakukan tidak berfokus pada satu
domain saja.
2. Ketrampilan Proses Sains
Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
kreativitas. Sedangkan proses dalam hal ini didefinisikan sebagai perangkat
keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian
ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-
komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian.
Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada
anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah.
Dalam pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa
sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun pemahaman konsep sains tidak
hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses untuk mendapatkan konsep
tersebut juga sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa. Keterampilan
ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam menemukan konsep
sains. Siswa dapat membangun gagasan baru sewaktu mereka berinteraksi dengan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 18
18
suatu gejala. Pembentukan gagasan dan pengetahuan siswa ini tidak hanya
bergantung pada karakteristik objek, tetapi juga bergantung pada bagaimana siswa
memahami objek atau memproses informasi sehingga diperoleh dan dibangun
gagasan baru. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai
bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta
diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang
telah dimiliki.
Kemampuan yang dikembangkan dalam pembelajaran menggunakan
keterampilan proses sains meliputi : (a) kemampuan untuk mengetahui apa yang
diamati, (b) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum terjadi, dan
kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (c)
dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran keterampilan proses sains
meliputi pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari
jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang gejala alam
maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan
diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Melalui keterampilan
proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar,
terbuka, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan,
memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sains berorientasi pada
peserta didik. Sehingga arah pembelajaran menjadi “bagaimana menyediakan dan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 19
19
memperkaya pengalaman belajar peserta didik”. Pengalaman belajar diperoleh
melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi
aktif.
Metode pendekatan saintifik yang berorientasi pada berfikir saintis dan
berfikir kritis telah lazim digunakan untuk memaparkan keterampilas sains, dan
dikenal dengan nama keterampilan proses sains. Metode ini dipopulerkan oleh
sebuah proyek kurikulum yang dikenal sebagai Science – A Process Approach
(SAPA) (Padilla: 1990). Keterampilan proses sains dalam SAPA didefinisikan
sebagai seperangkat kemampuan saintis yang dapat diterapkan sesuai dengan
berbagai disiplin ilmu dan mencerminkan perilaku seorang ilmuwan.
Sebagaimana dalam uraian sebelumnya bahwa keterampilan proses sains
merupakan salah satu domain dalam pembelajaran fisika. SAPA membagi
keterampilan proses sains (science process skills) menjadi dua yaitu keterampilan
dasar (basic skills) dan keterampilan terintegrasi (integrated skills).
a. Keterampilan Dasar (Basic Skills)
Keterampilan dasar dari keterampilan proses sains terdiri dari Mengamati
(observing), mengklasifikasi (classifying), mengukur (measuring), menyimpulkan
(inferring), meramalkan (predicting), dan mengkomunikasikan (communicating).
Keterampilan dasar tersebut terintegrasi serentak ketika ilmuwan merancang dan
melaksanakan eksperimen atau dalam kehidupan sehari-hari ketika melakukan tes
atau percobaan.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 20
20
1) Mengamati (observing)
Mengamati adalah proses menyeluruh yang meliputi pengumpulan data
tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan panca indera. Untuk
dapat menguasai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan
sebanyak mungkin indera yang dimiliki, yakni melihat, mendengar,
merasakan, mencium dan mencicipi. Dengan demikian dapat mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan dan memadai secara maksimal.
2) Mengklasifikasi (classifying)
Mengklasifikasi atau mengelompokkan adalah suatu sistematika yang
digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu.
Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari
kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan
mencari dasar penggolongan.
3) Mengukur (measuring)
Proses tambahan dari klasifikasi mengharuskan pada kasus-kasus tertentu
untuk melakukan pengukuran secara mendetail. Ketika mengukur beberapa
benda berarti membandingkan benda tersebut untuk didefinisikan dengan
rujukan yang disebut satuan. Sebuah informasi hasil penggkuran berisi dua
bagian yaitu angka untuk memberitahu berapa banyak, dan nama satuan untuk
memberitahu berapa banyak dengan rujukannya.
4) Menyimpulkan (inferring)
Menyimpulkan adalah kegiatan melakukan penjelasan atau tafsiran
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 21
21
(interpretasi) yang dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika mampu
membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di
sekitar, dengan demikian siswa telah memiliki apresiasi yang lebih
baik terhadap lingkungan di sekitar.
5) Meramalkan (predicting)
Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara logis tentang
hasil dari kejadian masa depan. Ramalan ini didasarkan pada pengamatan
yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian yang diamati. Apabila
siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk
mengemukakan fenomena yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum
diamatinya, maka siswa tersebut telah mempunyai kemampuan proses
meramalkan.
6) Mengkomunikasikan (communicating)
Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang bergandengan seiring
dengan keseluruhan keterampilan proses sains. Siswa harus berkomunikasi
dalam rangka membagikan hasil pengamatan kepada orang lain, membagikan
hasil percobaan berupa kesimpulan, maupun prediksi. Komunikasi harus jelas
dan efektif agar orang lain dapat memahami informasi tersebut. Salah satu
kunci untuk berkomunikasi efektif adalah dengan menggunakan
rujukan (referensi).
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 22
22
b. Keterampilan terintegrasi (Integrated Skills)
Keterampilan terintegrasi dalam keterampilan proses sains berlandaskan
kepada enam keterampilan dasar yang telah diuraikan sebelumnya. Keterampilan
terintegrasi terdiri dari: membuat model (making models), mendefinisikan secara
operasional (defining operationally), mengumpulkan data (collecting data),
menginterpretasikan data (interpreting data), mengidentifikasi dan mengontrol
variabel (identifying and controlling variables), merumuskan hipotesis
(formulating hypotheses), melakukan percobaan (experimenting).
Keterampilan terintegrasi pada hakekatnya merupakan keterampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Mulai dari membuat
model yaitu model percobaan yang akan dilakukan, kemudian mendefinisikan
secara operasional variabel-variabel yang digunakan, selanjutnya melakukan
pengumpulan data dan menginterpretasikan. Langkah ini diikuti dengan
mengidentifikasi dan mengontrol variabel-variabel yang digunakan dalam
percobaan. Kemampuan merumuskan hipotesis sangat diperlukan dalam
percobaan untuk memberikan arah dalam percobaan. Hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus
dibuktikan kebenarannya. Dalam tahapan untuk melakukan percobaan,
keterampilan proses sains dasar dilakukan oleh praktikan.
Keterampilan proses sains dalam pembelajaran diimplementasikan melalui
pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses adalah proses
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 23
23
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan
fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan
intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat
langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan,
tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa
menjadi ilmuwan.
Seperti yang diimplementasikan oleh SAPA (Science A Process Approach),
pendekatan keterampilan proses sains (KPS) merupakan pendekatgn pembelajaran
yang berorientasi kepada proses IPA. Namun dalam tujuan dan pelaksanaannya
terdapat beberapa perbedaan. SAPA tidak mementingkan konsep apa yang akan
dicapai, sedangkan pendekatan KPS justru menggunakan keterampilan proses
untuk memahami konsep atau mempelajari konsep. Selain itu SAPA juga
menuntut pengembanagan pendekatan yang dilakukan secara utuh yaitu dalam
metode ilmiah selama pelaksanaannya, sedangkan jenis-jenis keterampilan proses
dalam pendekatan KPS dapat dikembangkan secara terpisah, bergantung metode
pembelajaran yang digunakan.
Dalam Nuryani (1995) menyatakan bahwa keterampilan proses terdiri dari
sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan,
masing-masing keterampilan tersebut yaitu: 1) Melakukan pengamatan
(observasi), 2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi), 3) Mengelompokkan
(klasifikasi), 4) Meramalkan (prediksi), 5) Berkomunikasi, 6) Berhipotesis,
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 24
24
7) merencanakan percobaan atau penyelidikan, 8) Menerapkan konsep atau
prinsip, 9) Mengajukan pertanyaan.
Ketrampilan proses sains yang digunakan dalam pengembangan modul ini
merupakan penggabungan dan modifikasi dari KPS menurut Nuryani dan yang
terdapat dalam SAPA, sehingga diambil sembilan keterampilan proses sains, yaitu
mengamati (observing), menafsirkan (interpreting), berhipotesis (hypothesized),
mengklasifikasi (classifying), merencanakan percobaan (experimenting),
menyimpulkan (inferring), meramalkan (predicting), mengkomunikasikan
(communicating), dan menerapkan konsep atau prinsip (applying concept).
Keterampilan Proses Sains merupakan keterampialan yang bebas konsep,
artinya dalam melatihkan KPS tidak terikat akan konsep maupun sintaks dalam
pembelajaran. Pada umumnya KPS dilatihkan dengan dua cara. Metode
melatihkan KPS yaitu dilatihkan secara tidak langsung dan terintegrasi dalam
pembelajaran, dengan model-model pembelajaran berbasis KPS. Cara kedua
adalah dengan melatihkan KPS secara langsung satu persatu dimulai dari KPS
yang paling dasar, setelah siswa benar-benar menguasai KPS yang dilatihkan
dapat dilanjutkan dengan KPS berikutnya. Dengan cara ini siswa akan lebih fokus
untuk menguasai KPS sehingga dapat menunjang pembelajaran saintis untuk
materi-materi yang berbeda.
Dalam modul ini KPS dilatihkan secara tersendiri lepas dari sintaks
pembelajaran. KPS dilatihkan satu persatu dengan materi kinematika sebagai
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 25
25
pendamping dalam pembelajaran. Dengan demikian memudahkan siswa untuk
belajar masing-masing KPS untuk menunjang pembelajaran kinematika maupun
materi lain.
3. Modul
a. Pengertian Modul
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
sesuai dengan tingkat kompleksitasnya (Depdiknas, 2007).
Suatu modul adalah suatu paket pengajaran yang memuat satu unit
konsep dari pada bahan pelajaran. Pengajaran modul itu merupakan usaha
penyelenggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai
satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya.
Modul itu disajikan dalam bentuk yang bersifat self instructional. Masing-
masing siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri.
Modul sebagai alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis
dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Modul disusun dengan memperhatikan bahwa sebagian anak belajar lebih
cepat dari pada anak-anak lainnya, karena mereka berbeda dalam
kemampuan intelektual dan fisiknya dari teman-temannya, serta dikarenakan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 26
26
lingkungan sosial, ekonomi, dan pendidikan keluarganya sehingga dapat
mempengaruhi prestasi belajarnya. Dengan adanya modul tersebut, diharapkan
dalam pembelajaran di sekolah tidak menghambat siswa-siswa yang cepat dalam
belajarnya. Dengan demikian memungkinkan para siswa maju berkelanjutan
dalam belajarnya sesuai dengan kemampuan, irama, dan gaya belajarnya
masing-masing.
b. Tujuan Penulisan Modul
Adapun tujuan penulisan modul (Depdiknas, 2007) adalah:
1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbal.
2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa
maupun guru.
3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti:
a) meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa;
b) mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung
dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya;
c) memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai kemampuan dan
minatnya;
d) memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri
hasil belajarnya.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 27
27
c. Karakteristik Modul
Agar menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi
penggunanya, maka modul harus mencakup karakteristik yang diperlukan
sebagai modul. Dengan demikian pengembangan modul harus memasukkan
karakteristik sebagai berikut (Depdiknas, 2003:6):
1) Self Instructional
Self Instructional yaitu melalui modul siswa mampu membelajarkan diri
sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Sesuai dengan tujuan modul
adalah agar siswa mampu belajar mandiri. Untuk memenuhi karakter self
instructional, maka modul harus:
a) terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir
maupun tujuan antara;
b) terdapat materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-
unit/kegiatan spesifik sehingga memudahkan siswa belajar secara
tuntas;
c) tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan
materi pembelajaran;
d) terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
siswa memberikan respon dan mengukur penguasaannya;
e) kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan
suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa;
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 28
28
f) menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
g) terdapat rangkuman materi pembelajaran;
h) terdapat instrumen penilaian (assessment), yang memungkinkan
siswa melakukan self assessment;
i) terdapat instrumen yang dapat digunakan menetapkan tingkat
penguasaan materi untuk menetapkan kegiatan belajar selanjutnya;
j) terdapat umpan balik atas penilaian siswa, sehingga siswa
mengetahui tingkat penguasaan materi;
k) tersedia informasi tentang rujukan/pembelajaran/referensi yang
mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.
2) Self Contained
Self contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu kompetensi atau
sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.
Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan siswa
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi dikemas ke
dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau
pemisahan materi dari satu kompetensi/subkompetensi harus dilakukan
dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi/subkompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa.
3) Stand Alone
Stand alone atau berdiri sendiri yaitu modul yang dikembangkan tidak
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 29
29
tergantung pada bahan ajar lain. Dengan menggunakan modul, siswa tidak
perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan
tugas pada modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung
pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan tersebut, maka bahan
ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.
4) Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adapatif jika modul
tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta fleksibel digunakan diberbagai tempat. Modul yang
adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dan perangkat dapat
digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
5) User Friendly
Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau
bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan
informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan
pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses
sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan
salah satu bentuk karakteristik modul user friendly.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 30
30
d. Penulisan Modul
Modul pembelajaran harus mampumemerankan fungsi dan peranannya
dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan dikembangkan
dengan mengikuti kaidah dan elemen yang mensyaratkannya. Elemen-elemen
yang harus dipenuhi dalam menyusun modul antara lain (Depdiknas, 2003:8):
1) Konsistensi
a) gunakan bentuk dan huruf secara konsisten dari halaman ke
halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan beberapa cetakan
dengan bentuk dan ukuran huruf yang terlalu banyak variasi;
b) gunakan jarak spasi konsisten. Jarak antara judul dengan baris
pertama, antara judul dengan teks utama. Jarak baris atau spasi yang
tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapi;
c) gunakan tata letak dan pengetikan yang konsisten, baik pola
pengetikan maupun margin/batas-batas pengetikan.
2) Format
a) gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional.
Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan
ukuran kertas yang digunakan. Jika menggunakan kolom multi,
hendaknya jarak dan perbandingan antar kolom proporsional;
b) gunakan format kertas (vertikal atau horisontal) yang tepat.
Penggunaan kertas secara vertical atau horizontal harus memperhatikan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 31
31
tata letak dan format pengetikan;
c) gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap yang bertujuan untuk
menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus.
Tanda dapat berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau lainnya.
3) Organisasi
a) tampilkan peta/bagian yang menggambarkan cakupan materi yang akan
dibahas dalam modul;
b) organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang
sistematis, sehingga memudahkan siswa memahami materi
pembelajaran;
c) susun dan tempatkan naskah, gambar, dan ilustrasi sedemikian rupa
sehingga informasi mudah mengerti oleh siswa;
d) organisasikan antar bab, antar unit dan antar paragraf dengan
susunan dan alur yang memudahkan siswa memahaminya;
e) organisasikan antara judul, sub bab dan uraian yang mudah ditulis oleh
siswa.
4) Daya tarik
Daya tarik modul dapat ditempatkan di beberapa bagian seperti:
a) bagian sampul (cover) depan dengan mengkombinasikan warna,
gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi;
b) bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 32
32
gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau
warna;
c) tugas dan latihan yang dikemas sedemikian rupa.
5) Bentuk dan Ukuran Huruf
a) gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan
karakteristik umum siswa;
b) gunakan perbandingan huruf yang proporsional antara judul, sub
judul dan isi naskah;
c) hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat
membuat proses membaca menjadi sulit.
6) Ruang (spasi kosong)
Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar
untuk menambah kontras penampilan modul. Spasi kosong dapat berfungsi
untuk menambahkan catatan penting dan memberikan kesempatan jeda
kepada siswa. Gunakan dan tempatkan spasi kosong tersebut secara
proporsional. Penempatan ruang kosong dapat dilakukan di beberapa
tempat seperti:
a) Ruang sekitar judul bab dan sub bab
b) Batas tepi (margin), batas tepi yang luas memaksa perhatian siswa untuk
masuk ke tengah-tengah halaman.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 33
33
c) Pergantian antara paragraf dan dimulai dengan huruf kapital.
d) Pergantian antar bab atau bagian.
e. Bagian-bagian Modul
Menurut Cece Wijaya (1992:99) bagian-bagian modul yang umum
dikembangkan adalah sebagai berikut:
1) Petunjuk untuk guru
2) Tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.
3) Penjelasan tentang cara menyelenggarakan proses belajar mengajar yang
efisien.
4) Penjelasan tentang materi pelajaran yang akan disajikan dan strategi
belajarnya.
5) Waktu yang disediakan untuk mempelajari materi modul.
6) Alat-alat dan bahan pelajaran serta sumber-sumber yang harus digunakan,
dan prosedur penilaian, jenis, cara/alat, dan materi penilaian.
7) Kegiatan siswa
a) Pendahuluan. Pada bagian ini dicantumkan jadwal modul lainnya dan
kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan siswa. Disamping itu,
memuat tujuan yang dicapai dan materi yang akan dipelajari oleh
siswa.
b) Petunjuk belajar. Pada bagian ini, akan diuraikan apa-apa atau urutan
langkah yang harus dikerjakan siswa dalam menggunakan modul.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 34
34
c) Kegiatan belajar. Pada bagian ini, terdiri dari beberapa kegiatan
masing-masing kegiatan memuat tujuan yang akan dicapai. Materi
pokok yang akan dipelajari dan uraian materinya. Pada akhir uraian
materi pelajaran, disajikan tugas atau masalah yang harus dipecahkan
maupun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa mengenai
materi pelajaran yang telah dipelajari. Tugas-tugas ini, diberikan agar
siswa dapat menilai hasil belajarnya sendiri.
d) Kunci tugas. Kunci tugas disediakan pada akhir kegiatan siswa
dengan harapan agar siswa dapat dengan segera mengetahui apakah
tugas-tugas yang dikerjakannya benar.
8) Tes akhir modul
Setiap modul dilengkapi dengan tes akhir modul. Dari hasil tes
siswa, guru dapat mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang
ditetapkan telah tercapai atau belum. Cakupan tes akhir modul antara lain
dapat mengukur aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
9) Kunci tes akhir modul
Kunci tes disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Kunci tes ini, hanya dipegang oleh guru yang senantiasa
dijaga kerahasiaannya.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 35
35
f. Kekurangan dan Kelebihan Modul
Pembelajaran menggunakan modul lebih menekankan siswa untuk
belajar mandiri. Menurut Suparman (1993:197), menyatakan bahwa bentuk
kegiatan belajar mandiri ini mempunyai kekurangan-kekurangan sebagai
berikut :
a) Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
b) Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki
oleh siswa pada umumnya dan siswa yang belum matang pada
khususnya.
c) Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus
menerus mamantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi
secara individu setiap waktu siswa membutuhkan.
Utomo (1991:72), juga mengungkapkan beberapa hal yang
memberatkan belajar dengan menggunakan modul, yaitu: 1) Kegiatan
belajar memerlukan organisasi yang baik, 2) Selama proses belajar perlu
diadakan beberapa ulangan/ujian, yang perlu dinilai sesegera mungkin
Berdasar pendapat di atas ternyata pembelajaran menggunakan
modul memiliki kelemahan-kelemahan mendasar yang harus dapat diatasi
oleh guru sebagai sutradara dalam pembelajaran, agar pembelajaran dapat
berjalan secara optimal. Belajar menggunakan modul juga sangat banyak
manfaatnya, siswa dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya
sendiri, pembelajaran dengan modul sangat menghargai perbedaan individu,
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 36
36
sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, maka
pembelajaran semakin efektif dan efisien.
Tjipto (1991:72), mengungkapkan beberapa keuntungan yang
diperoleh jika belajar menggunakan modul, antara lain:
a) Motivasi siswa dipertinggi karena setiap kali siswa mengerjakan tugas
pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya.
b) Sesudah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar siswa yang
berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil.
c) Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
d) Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.
e) Pendidikan lebih berdaya guna.
g. Modul Latihan Keterampilan Proses Sains
Modul latihan keterampilan proses sains adalah modul yang mencakup
keseluruhan keterampilan proses sains, dalam hal ini mengacu kepada
keterampilan proses terintegrasi yang dikemukakan SAPA (Padilla: 1990) dan
Nuryani (1995) yang mencakup sembilan keterampilan proses sains.
Modul yang dikembangkan berisi materi kinematika gerak yang
penyajiannya melatihkan siswa untuk menguasai keterampilan proses
terintegrasi maupun keterampilan proses sains dasar. Kemudian pada akhir
materi terdapat lembar kegiatan siswa untuk mengimplementasikan materi dan
keterampilan proses sains yang telah dipelajari.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 37
37
4. Kinematika Gerak
a. Pengantar Kinematika Gerak
Kinematika gerak merupakan ilmu dari fisika klasik yang sudah ada
sejak jaman dahulu. Berbagai penelitian telah dilakukan diantaranya
Aristoteles yang merupakan salah satu filsuf dan ilmuwan terbesar Yunani. Ia
kemudian menjelaskan fenomena gerak dengan membuat klasifikasi.
Aristoteles membagi gerakan dalam dua tipe: gerakan alami dan gerakan
gangguan.
Gerakan alami diduga berasal dari sifat benda. Dalam pandangan
Aristoteles, setiap benda dalam alam semesta memiliki tempat tertentu, yang
ditentukan oleh sifat ini. Setiap benda yang tidak berada dalam tempat
seharusnya akan bergerak untuk pergi ke tempat tersebut. Benda berada di
bumi, benda terbuat dari tanah liat akan jatuh ke tanah. Benda yang terbuat
dari udara seperti asap akan naik ke atas. Benda yang terbuat dari campuran
tanah dan udara namun didominasi bumi, seperti bulu akan jatuh ke tanah
namun tidak secepat benda yang terbuat dari tanah liat. Benda yang lebih
besar akan bergerak lebih cepat. Karena itu, benda dipercayai jatuh dengan
kecepatan proporsional dengan berat. Makin berat sebuah benda, makin cepat
benda akan jatuh ke tanah. Gerakan alami dapat bergerak lurus ke atas atau ke
bawah. Gerakan gangguan, ditimbulkan dari gaya mendorong atau menarik.
Seseorang mendorong sebuah kereta atau mengangkat sebuah benda
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 38
38
mengakibatkan gerakan. Angin menimbulkan gerakan terhadap kapal laut. Hal
mendasar tentang gerakan gangguan adalah disebabkan oleh penyebab luar
dan diberikan kepada benda. Benda bergerak bukan karena dirinya, tetapi
karena didorong atau ditarik.
Kemudian muncul teori Copernicus, tentang pergerakan bumi
mengelilingi matahari, dan dilanjutkan oleh penelitian Galileo. Hipotesis
benda jatuh Aristoteles dengan mudah digugurkan oleh Galileo. Ia melakukan
percobaan dengan menjatuhkan benda dengan beragam berat dari puncak
menara miring di Pisa dan membandingkan waktu jatuhnya. Berlawanan
dengan Aristoteles, ia menemukan batu yang beratnya dua kali lipat dibanding
batu yang lain tidak jatuh lebih cepat dua kali lipat. Kecuali akibat gaya gesek
dengan udara. Galileo kemudian menemukan bahwa benda dengan berat
beragam, ketika dilepaskan pada waktu yang bersamaan, jatuh bersama dan
menyentuh tanah pada waktu yang bersamaan. Dari teori-teori tentang gerak
inilah akhirnya memunculkan kemungkinan Newton untuk menjelaskan
tentang pergerakan alam semesta berdasarkan fisika klasik.
Dalam perkembangannya gerak dibedakan menjadi dua, yaitu
kinematika dan dinamika. Kinematika adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana gerak dapat terjadi tanpa memperdulikan penyebab terjadinya
gerak tersebut. Sedangkan dinamika adalah ilmu yang mempelajari tentang
gerak dan gaya penyebabnya.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 39
39
b. Kinematika gerak lurus
Dalam materi gerak lurus materi yang disampaikan, dapat disajikan
dalam peta konsep berikut:
Gerak lurus adalah kondisi suatu benda berpindah menjauhi posisi titik
acuan dengan lintasan lurus. Titik acuan adalah suatu titik untuk memulai
pengukuran perubahan kedudukan benda. Adapun lintasan adalah titik-titik
yang dilalui oleh suatu benda ketika bergerak. Suatu benda melakukan gerak,
bila benda tersebut kedudukannya (jaraknya) berubah setiap saat terhadap titik
asalnya (titik acuan). Sebuah benda dikatakan bergerak lurus, jika lintasannya
berbentuk garis lurus. Misalnya gerak jatuh bebas dan gerak mobil di jalan.
Gerak lurus yang dibahas ada dua macam yaitu :
a. Gerak lurus beraturan (disingkat GLB)
b. Gerak lurus berubah beraturan (disingkat GLBB)
Gambar 2.1 : Peta konsep materi gerak lurus
GERAK LURUS
GLB
KecepatanTetap
GLBB
PercepatanTetap
Gerak Dipercepat Gerak Diperlambat
dapat berupa dapat berupa
ciri ciri
dapat berupa
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 40
40
1) Jarak dan perpindahan
Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu materi
(zat). Sedangkan perpindahan ialah perubahan posisi suatu benda yang
dihitung dari posisi awal. Jarak tidak mempersoalkan ke arah mana benda
bergerak, sebaliknya perpindahan tidak mempersoalkan lintasan suatu benda
yang bergerak. Perpindahan hanya mempersoalkan kedudukan, awal dan akhir
benda itu. Jarak adalah besaran skalar, sedangkan perpindahan adalah vektor.
Dua benda dapat saja menempuh jarak (panjang lintasan) yang sama namun
mengalami perpindahan yang berbeda. Ketika berpindah dari posisi awal xi ke
posisi akhir xf, perpindahan partikel didapat dengan xi - xf. . Digunakan simbol
delta (∆) untuk menyatakan perubahan besaran. Sehingga perpindahan
partikel dapat ditulis
Δx = xi - xf. …………………………………………………………… (2.1)
Besaran x menyatakan posisi benda relatif terhadap titik tetap yang
dipilih sebagai titik acuan atau titik pusat koordinta. Pada titik pusat koordinat
nila x=0. Untuk perjanjian, jika benda berada di sebelah kanan titik pusat
koordinat maka nilai x positif, sebaliknya jika benda berada di sebelah kiri
Gambar 2.2 : Perubahan posisi benda
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 41
41
titik pusat koordinat nilai x negatif. Berdasarkan persamaan 2.1 Δx berharga
positif jika xf lebih besar daripada xi, begitu pula sebaliknya. Dikarenakan
perpindahan bergantung pada arah geraknya, maka perpindahan bisa positif
atau negatif. Perpindahan positif jika arah gerak ke kanan, dan Perpindahan
negatif jika arah gerak ke kiri.
2) Kecepatan dan kelajuan
Kecepatan rata-rata ( ̅ ) sebuah partikel didefinisikan sebagai
perpindahan partikel Δx dibagi selang waktu Δt selama perpindahan tersebut
terjadi = ∆∆ …………………………………. (2.2)
Kecepatan rata-rata partikel yang bergerak dalam satu dimensi dapat bernilai
positif atau negatif, bergantung kepada tanda perpindahannya (perhatikan
persamaan 2.1) akan tetapi selang waktu Δt selalu bernilai positif.
Dalam kehidupan sehari-hari, kelajuan dan kecepatan memiliki arti
yang sama. Namun, dalam fisika terdapat perbedaan di antara keduanya.
Sebagai contoh seorang pelari marathon yang berlari lebih dari 40 km, namun
selesai pada tiitk kedudukan awal. Perpindahan totalnya nol, sehingga
kecepatan rata-ratanya nol. Tetapi apabila kita hitung seberapa cepat dia
berlari, maka bisa didapatkan rasio yang sedikit berbeda. Kelajuan rata-rata
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 42
42
partikel, sebuah besaran skalar, didefinisikan sebagai jarak tempuh total
dibagi waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut.
Kelajuan rata-rata = ………..(2.3)
Dalam kehidupan sehari-hari, kelajuan maupun kecepatan senantiasa
berubah-ubah karena berbagai sebab. Misalnya jalanan yang tidak rata. Oleh
karenanya dapat diartikan bahwa kelajuan dan kecepatan pada dua
persamaan di atas sebagai kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata.
3) Kecepatan dan kelajuan sesaat
Kecepatan didefinisikan sebagai perubahan posisi per satuan waktu.
Kecepatan dari suatu gerak partikel dapat juga diketahui pada saat selang
waktu tertentu saja. Misalnya sebuah partikel bergerak selama sepuluh detik,
maka dapat juga diukur kecepatan pada saat detik ke 0 sampai detik ke 5 saja.
Kecepatan ini disebut kecepatan sesaat, dengan kata lain kecepatan sesaat vx
sebanding dengan limit rasio Δx/ Δt seiring Δt mendekati nol.
Gambar 2.3: Grafik kecepatan sesaat(Resnick: 2011)
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 43
43
Secara grafis kecepatan sesaat dapat didefinisikan sebagai gradient
garis singgung dari kurva posisi (x) dan waktu (t) pada nilai t yang diinginkan.
Grafik pada gambar 2.3 menunjukkan bahwa kecepatan sesaat pada posisi A
didefinisikan dari gradien garis singgung kurva x(t) di titik A.
= lim∆ → ∆∆Dengan demikian kecepatan sesaat di titik A sebesar = = ~ , hal ini
berarti pada titik A benda masih dalam keadaan diam sehingga nilai kecepatan
sesaat tidak terdefinisikan. Kecepatan sesaat pada titik B adalah = =5, dengan demikian kecepatan sesaat di titik B adalah 5 m/s. Kecepatan sesaat
ini bisa bernilai positif maupun negatif bergantung arah gerakannya. Gerak
benda dari A ke B pada grafik 2.1 menunjukkan kecepatan bernilai positif
dikarenakan ∆ berharga positif. Sedangkan gerak dari B ke C sampai F
kecepatan bernilai negatif dikarenakan ∆ berharga negatif.
Kelajuan sesaat didefinisikan sebagai besarnya kecepatan sesaat.
Seperti kelajuan rata-rata, kelajuan sesaat tidak memiliki arah, sehingga tidak
mempunyai tanda di depan besaran nilainya.
4) Percepatan
Percepatan rata-rata x didefinisikan sebagai perubahan kecepatan Δvx
dibagi selang waktu Δt perubahan tersebut terjadi:
………………………. (2.4)
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 44
44
x= ∆∆ = ……………………………………………(2.5)
Perubahan kecepatan didapatkan dari selisih kecepatan akhir dengan
kecepatan awal . Selang waktu Δt didapatkan dari selisih waktu akhir awal
pengukuran dengan waktu awal pengukuran .
Percepatan sesaat sama dengan turunan kecepatan terhadap waktu, yang
menurut definisi berarti kemiringan grafik kecepatan-waktu.
ax= lim∆ →0 ∆∆ = ………………………………………(2.6)
percepatan dapat bernilai positif dan negatif. Percepatan bernilai positif
artinya gerak benda mengalami pertambahan kecepatan sehingga
kecepatannya semakin besar. Sedangkan percepatan bernilai negatif artinya
gerak benda diperlambat sehingga kecepatannya semakin kecil bahkan
berhenti, contoh pada gerak mobil yang di rem.
Secara grafis percepatan sesaat juga dapat didefinisikan sebagai gradient
garis singgung dari kurva kecepatan (v) dan waktu (t) pada nilai t yang
diinginkan seperti pada gambar grafik 2.3
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 45
45
Gradien garis singgung gambar grafik 2.4 didapatkan dari perbandingan
perubahan kecepatan ∆ dengan perubahan waktu ∆ , sehingga didapatkan
persamaan percepatan sesaat seperti persamaan 2.6
5) Gerak lurus beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan adalah gerak benda dalam lintasan garis lurus
dengan kecepatan tetap.
Pada grafik 2.3 menyatakan hubungan antara kecepatan (v) dan waktu tempuh
(t) suatu benda yang bergerak lurus. Berdasarkan grafik tersebut kecepatan
benda selalu tetap. Ditinjau dari gerak tiap detik, pada detik pertama
kecepatanya 3 m/s, pada detik kedua kecepatannya 3 m/s dan seterusnya dari
waktu ke waktu yakni tetap sebesar 3 m/s. Jarak total yang ditempuh benda
t (s)
v (m/s)
3
1 2 3 4 5Gambar 2.5 : Grafik GLB
Gambar 2.4: Grafik percepatan sesaat(Resnick: 2011)
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 46
46
dapat dihitung dari luas daerah di bawah kurva grafik v-t. Cara lain
menghitung jarak tempuh adalah dengan menggunakan persamaan GLB.= …………………………………………(2.7)
Persamaan 2.7 menyatakan hubungan antara v, s. dan t dimana v adalah
kecepatan gerak benda sedangkan t adalah waktu tempuh selama benda
bergerak. Selain grafik v - t di atas, pada gerak lurus terdapat juga grafik s-t,
yakni grafik yang menyatakan hubungan antara jarak tempuh (s) dan waktu
tempuh (t) seperti grafik pada gambar grafik 2.6
Pada saat t = 0 s, jarak yang ditempuh oleh benda s = 0, pada saat t = 1
s, jarak yang ditempuh oleh benda s = 2 m, pada saat t = 2 s, jarak s = 4 m,
pada saat t = 3 s, jarak s = 6 s dan seterusnya. Berdasarkan data tersebut dapat
dapat dianalisis dengan persamaan 2.7 sehingga diperoleh data kecepatan
pada tabel 2.1
Gambar 2.6 : Grafik s-t untuk GLB
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 47
47
Tabel 2.1 Analisis Kecepatan pada GLB
Waktu (t) Jarak (s) Kecepatan (v)1s 2m 2 m/s2s 4m 2 m/s3s 6m 2 m/s4s 8m 2 m/s
Selain menggunakan metode persamaan 2.7 kecepatan juga dapat
diturunkan dari gradien kemiringan garis pada grafik 2.4. Gradien garis
tan =∆∆ , tan tak lain adalah kecepatan gerak benda.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa benda yang diwakili oleh grafik
s-t pada gambar 2.4 di atas, bergerak dengan kecepatan tetap 2 m/s.
6) Gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak benda dalam
lintasan garis lurus dengan percepatan tetap. Jadi, ciri utama GLBB adalah
bahwa dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lama semakin
cepat. Dengan kata lain gerak benda dipercepat. Namun demikian, GLBB juga
dapat berarti bahwa dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin
lambat hingga akhirnya berhenti. Dalam hal ini benda mengalami percepatan
negatif.
Hubungan antara besaran-besaran x, v, a, dan t pada gerak satu
dimensi, dalam hal ini asesaat = arata-rata = konstan = a, dapat diturunkan secara
pendekatan dari persamaan 2.5 yaitu:
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 48
48
= ∆∆ = = sehingga
v = +a.t ………………………………………….. (2.8)
selain itu berdasarkan persamaan 2.4 vrata-rata = = ∆∆ = dan di lain
pihak juga vrata-rata = . Jika kedua persamaan untuk vrata-rata ini digabungkan
didapatkan = , sehingga diperoleh
− = . . = ( . ) .= . + ………………………………… (2.9)
atau= + . + …………………………..(2.10)
Persamaan GLBB dengan perhitungan yang tidak mengandung variabel t
dapat diturunkan dari persamaan 2.8 diperoleh = ( ) , dengan
mensubstitusi ke persamaan 2.10 diperoleh= + +Diperoleh − = 2 ( − )……………..(2.11)
Perhitungan GLBB lebih sederhana apabila disajikan dengan metode
grafik gerak.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 49
49
Gambar grafik 2.7 memperlihatkan gerak benda dengan kecepatan yang
berubah dari v0 menjadi vt dalam selang waktu 0 detik sampai t detik.
Perubahan kecepatan didapatkan dari vt-v0 yang berharga positif, dan selang
waktu adalah t. Dengan demikian grafik 2.5 merupakan GLBB dipercepat
dengan nilai kecepatan berubah semakin besar seiring bertambahnya waktu.
Nilai percepatan diperoleh dari gradien grafik v-t
B. Penilitian yang relevan
1. Penelitian Gina Hanifah Rahmi (2013), bertujuan untuk mengetahui
peningkatan keterampilan proses sains siswa setelah pembelajaran dengan
bantuan buku ajar yang dikembangkan serta mengetahui tanggapan guru dan
siswa terhadap buku ajar yang dikembangkan. Hasil dari penelitian ini
adalah didapatkannya peningkatan n-gain siswa setelah melakukan
pembelajaran berbantuan buku ajar yang dikembangkan sebesar 0,33.
Peningkatan keterampilan proses sains dasar lebih besar dibandingkan
dengan keterampilan proses sains terpadu. Tanggapan guru dan siswa
terhadap buku ajar yang dikembangkan sangat positif. Dengan demikian
Gambar 2.7 : Grafik v-t untuk GLB dipercepat
∆vt
vo
t(s)
v(m/s)
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 50
50
penggunaan buku ajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan proses sains pada materi pokok optik yang dikembangkan oleh
Gina hanifah ini mendasari penulis untuk mengembangkan modul dengan
materi pokok yang berbeda dan dipilihlah materi kinematika gerak karena
materi ini memerlukan KPS dalam setiap sub bahasannya.
2. Penelitian oleh Haryono (2006), bertujuan untuk mengembangkan model
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains guna meningkatkan
kemampuan proses sains dan hasil belajar siswa Sekolah Dasar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model yang dikembangkan yaitu merupakan
model dalam proses pembelajaran yang menterjemahkan keterampilan proses
sains ke dalam rangkaian proses pembelajaran di kelas dan dikembangkan
secara terintegrasi dengan pembelajaran yang berpola deduktif. Model
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains secara signifikan efektif
untuk meningkatkan kemampuan proses sains siswa dari 46,08% menjadi
67,27%. Penelitian ini sebagai pendukung bahwa untuk meningkatkan
keterampilan proses sains juga tidak lepas dari model pembelajaran yang
digunakan, sehingga dalam penelitian pengembangan yang dilakukan penulis
harus disusun model pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan KPS
siswa.
3. Penelitian oleh Muhfahroyin (2009), bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran biologi kelas X SMA
Kartikatama Metro melalui penerapan model pembelajaran PBL. Penelitian
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 51
51
ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri datri dua siklus. Pada
siklus kedua keterampilan proses sains siswa meningkat sebesar 17,48% dari
siklus sebelumnya. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran PBL dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
Dengan demikian model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
penelitian pengembangan yang dilakukan penulis salah satunya
menggunakan model pembelajaran PBL.
4. Penelitian oleh Raose Amnah Abd Rauf, et all (2013), bertujuan untuk
mengetahui apakah pendekatan pembelajaran sains pada kelas sains di dua
Smart School di Malaysia dapat menanamkan keterampilan proses sains serta
mengidentifikasi keterampilan proses sains manakah yang dapat ditanamkan.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa proses belajar mengajar sains yang
menggunakan berbagai pendekatan pengajaran dalam satu pelajaran memiliki
keuntungan tambahan dalam hal memberikan kesempatan bagi penanaman
keterampilan proses sains tersebut. Model pembelajaran yang bervariatif
dapat digunakan agar proses melatihkan KPS dapat lebih optimal sesuai
dengan KPS yang sedang dilatihkan.
5. Penelitian oleh Dilek Zeren Ozer dan Muhlis Ozkan (2011),
mengembangkan instrument penilaian yang merupakan instrument tes
keterampilan proses sains dan terdiri dari pertanyaan bersifat open ended
yang disajikan dalam bentuk pilihan ganda, serta instrumen penilaian yang
lain berupa penilaian presentasi proyek. Dari hasil penelitian disimpulkan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 52
52
bahwa metode pembelajaran berbasis proyek lebih efektif untuk memberikan
penilaian terhadap keterampilan proses sains. Berdasarkan kesimpulan dalam
peleitian tersebut, salah satu metode dalam melatihkan KPS yang dapat
digunakan penulis sebagai acuan adalah model pembelajarn berbasis proyek.
6. Penelitian oleh Audrey N. Tomera (1974). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana keterampilan proses sains mengamati dan
membandingkan digunakan dalam konten materi yang berbeda dari matei
ketika keterampilan proses tersebut dilatihkan. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa keterampilan proses sains dasar dapat diajarkan dan
ketika telah dipelajari, dapat menunjang siswa untuk belajar dengan
menerapkannya pada situasi atau materi yang baru. Dengan demikian penting
adanya penanaman KPS terhadap siswa untuk menumbuhkan jiwa saintis dan
menunjang pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran fisika dengan keterampilan proses sains di SMA/MA
memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut
disebabkan karena akan memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa.
Siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui
pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
mereka pahami serta memanfaatkannya untuk memecahkan masalah yang
mereka hadapi dalam kehidupannya. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 53
53
tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat objek atau
peristiwa yang ada memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran.
Berdasarkan wawancara dengan siswa SMAN 2 Ponorogo, pengalaman
belajar yang diperoleh di kelas nyatanya belum utuh sehingga orientasi
tercapainya kompetensi inti dan kompetensi dasar belum maksimal. Pembelajaran
lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan sains sebagai
produk dan siswa menghafal informasi faktual. Siswa belum mahir
mempelajari sains pada domain kognitif yang tinggi. Siswa belum
dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa banyak siswa yang cenderung menjadi malas belajar secara
mandiri. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan
waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah siswa per kelas yang terlalu
banyak. Dalam kenyataan, memang tidak banyak siswa yang menyukai kajian
sains karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan siswa, atau karena
mereka tidak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian,
mereka tetap berharap agar pembelajaran sains di sekolah dapat disajikan
secara menarik, efisien, dan efektif.
Dari uraian di atas tampak betapa pentingnya pembelajaran fisika
berbasis keterampilan proses khususnya di SMA Negeri 2 Ponorogo yang telah
menerapkan Kurikulum 2013. Pembelajaran fisika berbasis keterampilan proses
akan memberikan pengalaman pengalaman belajar kepada siswa secara
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 54
54
menyeluruh. Dalam pembelajaran fisika tersebut dilatihkan keterampilan-
keterampilan untuk melakukan pengamatan, pengukuran, pengelompokan,
berkomunikasi, menarik kesimpulan, dan memberikan prediksi. Keenam hal
tersebut adalah beberapa aspek keterampilan proses sains.
Pengembangan modul yang dapat melatihkan keterampilan proses sains
diharapkan dapat memberikan pembelajaran kepada siswa tentang keterampilan
proses sains secara utuh tanpa terkendalan adanya keterbatasan waktu, sarana,
dan lingkungan belajar yang tidak mendukung. Dengan adanya modul fisika
berbasis keterampilan proses, diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan dari
tujuan pembelajaran fisika itu sendiri.
Penelitian pengembangan ini bertujuan menghasilkan modul fisika latihan
keterampilan proses sains, dengan model pengembangan 4-D yang memiliki
tahapan Define, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasi menjadi model
4-P, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran.
Tahap pertama adalah pendefinisian yang bertujuan untuk menetapkan
dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan di dalam proses pembelajaran meliputi
analisis Kurikulum 2013 mata pelajaran fisika SMA, materi kinematika gerak,
kompetensi yang harus dicapai siswa, silabus kinematika gerak, dan pembelajaran
berbasis keterampilan prose sains. Tahap kedua adalah perancangan, dilakukan
kegiatan merancang perangkat pembelajaran dan modul yang berbasis
keterampilan proses sains. Tahap selanjutnya merupakan pengembangan modul
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 55
55
pembelajaran yang meliputi pengujian, evaluasi, dan revisi produk. Perangkat
serta modul pembelajaran akan dievaluasi dengan divalidasi oleh ahli dalam
bidangnya dan guru. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan modul
yang dikembangkan. Langkahnya adalah melakukan revisi apabila pada kegiatan
evaluasi masih ditemukan hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Selanjutnya adalah tahap implementasi dan penyebaran. Pada tahap ini peneliti
akan melakukan kegiatan uji coba lapangan terhadap produk yang dihasilkan.
Uji coba berupa pembelajaran di kelas yang akan menggunakan kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kelayakan modul yang
dihasilkan, mengetahui respon siswa terhadap modul latihan keterampilan proses
sains, dan mengetahui pengaruh dari modul pembelajaran latihan keterampilan
proses sains dengan materi kinematika gerak terhadap hasil belajar siswa kelas X
di SMA Negeri 2 Ponorogo.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 56
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and
Development / R&D) yang bertujuan untuk mengembangkan modul latihan
keterampilan proses sains untuk SMA/MA kelas X pada materi kinematika gerak
dan mengetahui kualitas modul yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa berupa peningkatan keterampilan proses sains yang dimiliki. Model
yang digunakan untuk dasar pengembangan modul latihan keterampilan proses ini
merupakan hasil adaptasi dari pengembangan perangkat model 4-D (four-D
model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan (1974: 5).
B. Prosedur Pengembangan
Prosedur dalam penelitian ini mengadaptasi pada pengembangan
perangkat model 4-D (four D model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan (1974).
Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu Define, Design, Develop, dan
Disseminate atau diadaptasikan menjadi Model 4-P, yaitu Pendefinisian,
Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran. Pengembangan perangkat
pembelajaran menggunakan model 4-D dengan berdasarkan kelebihan berikut:
1. Perangkat pembelajaran model 4-D lebih runtun,
2. Adanya tahap validasi dan uji coba menjadikan draf yang dihasilkan
lebih sempurna.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 57
57
Gambar 3.1. Desain Penilaian Produk Modul Pembelajaran Fisika(diadaptasi dari Muslimin, 2003: 6)
Modul Latihan Keterampilan Proses Sains
Revisi I
Draft IIUji Coba Kecil
Revisi II
Revisi III
Pra Penelitian
Analisis Siswa, Kurikulum, dan Materi
Tujuan Pembelajaran
Pendefinisian
Pemilihan Format Berdasarkan Kriteria Modul
Desain Awal Modul Draft I
Dosen Pembimbing Ahli Media Peer Review
Perencanaan
Draft III
Uji Coba di KelasAnalisis Hasil
Pengembangan
Penggunaan Modul di kelas lain, sekolah lain, guruyang lain, dan penyebaran sosialisasi melalui MGMP
Penyebaran
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 58
58
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Pendefinisian bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan
kebutuhan- kebutuhan di dalam proses pembelajaran. Di dalam
menetapkan kebutuhan pembelajaran hal yang perlu diperhatikan antara
lain mengenai kesesuaian kebutuhan pembelajaran dengan kurikulum
yang berlaku, tingkat atau tahap perkembangan siswa, dan kondisi sekolah.
2. Tahap Perancangan (Design)
Pada tahap ini dilakukan perancangan prototipe perangkat
pembelajaran berupa modul. Tahap perancangan ini terdiri dari:
a. Pemilihan Format
Pemilihan format disesuaikan dengan format kriteria modul
yang diadaptasi dari format kriteria buku yang dikeluarkan oleh BSNP.
b. Desain Awal Modul
Dalam penyusunan awal draf modul akan dihasilkan draf modul I
dengan sekurang-kurangnya mencakup di dalamnya, yaitu:
1) Judul modul yang menggambarkan materi yang akan dituangkan
di dalam modul.
2) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah
mempelajari modul.
3) Tujuan terdiri dari tujuan akhir dan tujuan antara yang akan
dicapai siswa setelah mempelajari modul.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 59
59
4) Materi yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Di dalam materi
terdapat aktivitas laboratorium untuk mendukung kinerja ilmiah
siswa.
5) Prosedur atau kegiatan yang harus diikuti siswa untuk
mempelajari modul.
6) Soal-soal, latihan dan atau tugas yang harus dikerjakan
atau diselesaikan oleh siswa.
7) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan
siswa dalam menguasai modul.
8) Kunci jawaban dari soal, latihan, dan atau pengujian.
3. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan modul
pembelajaran sains yang sudah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan
hasil uji coba ke siswa.
a. Validasi perangkat diikuti dengan revisi
Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan saran yaitu untuk
mengetahui kebenaran isi dan format serta keterlaksanaan draf
modul I bagi peningkatan bahan pembelajaran melalui kegiatan
validasi modul yang telah dihasilkan pada tahap perancangan.
Dalam hal ini, proses validasi dilibatkan validator yaitu: ahli,
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 60
60
teman sejawat, dan guru. Validasi ahli meliputi ahli modul /
media dan ahli pembelajaran sains, keduanya untuk mengetahui
kebenaran isi dan format modul pembelajaran sains terpadu yang
dikembangkan peneliti. Validasi dari teman sejawat yaitu validasi
dari mahasiswa Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta untuk mengetahui keterbacaan materi dan format.
Sedangkan Validasi guru yaitu validasi dari guru khususnya guru
fisika SMAN 2 Ponorogo untuk mengetahui kemungkinan
keterlaksanaan pembelajaran menggunakan modul pembelajaran sains
terpadu yang telah dikembangkan
Setelah draf modul I divalidasi dan direvisi, maka dihasilkan
draf modul II. Draf Modul II selanjutnya akan di uji coba penggunaannya
ke siswa.
b. Uji coba dengan siswa
Uji coba modul pembelajaran fisika dilakukan uji coba
terbatas di SMAN 2 Ponorogo. Tujuan dari ujicoba ini adalah untuk
mengoperasionalkan modul fisika latihan keterampilan proses sains.
Hasil uji coba terbatas akan dijadikan sebagai masukan atau
perbaikan untuk uji lapangan.
4. Tahap Penyebaran (Disseminate)
Tahap ini merupakan tahapan penggunaan perangkat yang
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 61
61
telah dikembangkan dalam penelitian ini yaitu modul pembelajaran
fisika , yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di
kelas lain, di sekolah lain, guru yang lain, dan sebagainya.
C. Uji Coba Produk
1. Desain Uji Coba
Desain uji coba diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan uji
coba produk. Uji coba ini bertujuan untuk mendapatkan umpan balik
secara langsung dari pengguna kualitas modul yang sedang
dikembangkan. Uji coba produk yang berupa modul pembelajaran
Fisika ini yang telah divalidasi oleh ahli media, ahli materi, guru fisika,
peer reviewer. Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan data yang
akan digunakan sebagai dasar melakukan revisi pada modul pembelajaran
yang dihasilkan, sehingga modul dapat dinilai kelayakannya. Uji coba
untuk menguji pengaruh penggunaan modul sains terpadu pada
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Experimental Design yang dikhususkan dengan desain control group pre-
test, post-test design. Suatu eksperimen selalu dilakukan dalam kondisi
yang satu atau beberapa variabelnya dapat dikontrol. Hal ini berarti kontrol
digunakan untuk kelompok atau individu yang tidak dikenai variabel
eksperimen.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 62
62
Dalam uji coba ini, digunakan subyek yang berbeda, yaitu kelas kontrol
(pembelajaran fisika tanpa menggunakan modul fisika yang telah
dikembangkan) dan kelas eksperimen (pembelajaran fisika menggunakan
modul yang telah dikembangkan)
Tabel 3.1: Skema Rancangan Pengambilan Data Uji Coba
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-testKelompok
Eksperimen IY1 X1 Y2
KelompokKontrol
Y1 - Y2
(Prabowo, 1998 : 45)
Dari tabel rancangan pengambilan data untuk uji coba lapangan, maka
ditentukan subyek pengambilan data adalah dua kelas. Kelas I sebagai
kelompok eksperimen yaitu pembelajaran menggunakan modul latihan
keetrampilan proses sains yang telah dikembangkan (perlakuan X1),
sedangkan kelas II sebagai kelompok kontrol yang dilakukan pembelajaran
tanpa menggunakan modul yang dikembangkan. Masing-masing kelas
diuji kemampuan awalnya dengan pretest (Y1) dan pada akhir
pembelajaran, masing-masing kelas dilakukan posttest dengan soal yang
sama (Y2).
2. Subjek Penelitian
Subjek uji coba dalam penelitian pengembangan ini terbagi menjadi
dua, yaitu:
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 63
63
a) Untuk menguji kelayakan modul dilakukan uji coba pada
kelompok terbatas yang terdiri dari 10 orang siswa SMAN 2
Ponorogo.
b) Untuk mengetahui pengaruh modul yang dikembangkan terhadap
prestasi belajar siswa digunakan uji coba lapangan pada siswa kelas X
sebanyak dua kelas. Salah satu sebagai kelas eksperimen (kelas yang
proses belajarnya menggunakan modul yang dikembangkan) yang
berjumlah 32 orang dan kelas yang lain sebagai kelas kontrol yang
proses belajarnya menggunakan buku teks fisika terpadu yang
disediakan oleh sekolah, yang berjumlah 32 orang. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling.
3. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data pimer yang diharapkan terkumpul dalam penelitian ini
adalah data tentang kelayakan modul pembelajaran fisika hasil
pengembangan. Data yang dikumpulkan berupa hasil validasi para ahli,
teman sejawat, dan guru. Data tersebut meliputi skor penilaian dari aspek
materi, aspek pembelajaran, dan aspek tampilan modul. Tanggapan subjek
coba yang terhimpun melalui respon subjek coba terhadap modul
pembelajaran latihan keterampilan proses sains pada materi kinematika
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 64
64
gerak juga merupakan data primer. Data lainnya berupa temuan tentang
kelemahan dan kekurangan yang didapatkan dari komentar dan saran
ahli, dan masukan/saran dari subyek uji coba.
Sedangkan data sekunder yang diharapkan terkumpul adalah data
perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa yang proses
belajarnya menggunakan modul yang dikembangkan dan siswa yang
diajar dengan menggunakan buku teks yang disediakan oleh sekolah
yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran. Data tersebut berupa tes, baik
pretest maupun postest untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
4. Instrumen Pengumpul Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen berupa angket,
soal tes, dan lembar observasi.
a) Angket
Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang kelayakan
modul pembelajaran sains terpadu hasil pengembangan ditinjau dari aspek
materi dan aspek media. Angket tersebut diperuntukkan bagi ahli materi,
ahli media, guru fisika, dan teman sejawat. Instrumen angket disusun
dengan menggunakan skala Likert. Penyusunan angket telah dilakukan
berdasarkan kisi-kisi yang dapat dilihat pada lampiran 1, dan sebelum
digunakan, angket telah divalidasi terlebih dahulu oleh ahli. Angket ini
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 65
65
juga digunakan untuk merekam respon siswa saat proses uji coba produk
dilakukan.
b) Soal tes
Instrumen tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Tes diberikan dua kali
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol yaitu sebelum proses belajar
berupa soal pretest dan setelah proses belajar berupa soal posttest.
Dari hasil tes akan diketahui persentase siwa yang tuntas setelah
belajar dengan menggunakan modul fisika terpadu bagi kelas eksperimen
dan bagi kelas kontrol yang belajar menggunakan buku teks sains yang
disediakan oleh sekolah.
Tes hasil belajar yang digunakan berbentuk pilihan ganda karena
tes pilihan ganda dapat mencakup seluruh materi pelajaran. Tes pilihan
ganda yang digunakan adalah pilihan ganda yang terdiri dari lima pilihan
jawaban dan disertai dengan kolom alasan untuk masing-masing jawaban.
Hal ini digunakan untuk meminimalisir siswa menjawab dengan hanya
menebak, maupun menjawab asal-asalan.
c) Lembar Observasi
Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan
pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang
akan diteliti. Untuk itu digunakan lembar observasi, lembar observasi yang
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 66
66
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk meneliti
kemampuan proses sains siswa pada proses pembelajaran.
d) Lembar Validasi
Lembar validasi digunakan untuk mengetahui tingkat validitas
(keabsahan) modul yang telah dikembangkan.
5. Teknik Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Statistik ini berfungsi
memberikan, memaparkan atau menyajikan informasi sedemikian rupa
hingga data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan oleh orang
lain, meliputi: analisis kelayakan dan respon siswa, serta data hasil tes
belajar.
a. Analisis kelayakan modul oleh ahli, guru, teman sejawat dan respon
siswa. Data yang terkumpul untuk menganalisis kelayakan modul yang
dikembangkan berupa data dari angket dari ahli materi dan media,
guru fisika, teman sejawat, dan respon dari siswa pada uji
terbatas. Teknik analisis data untuk kelayakan modul, dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Tabulasi semua data yang diperoleh dari para validator untuk
setiap komponen, sub komponen dari butir penilaian yang
tersedia dalam instrumen penilaian.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 67
67
2) Menghitung skor total rata-rata dari setiap komponen dengan
menggunakan rumus:= ∑adalah skor rata-rata setiap komponen, yang dihitung dari jumlah
skor yaitu ∑ untuk masing-masing komponen dibagi dengan
jumlah penilai (n).
3) Mengubah skor rata-rata menjadi nilai dengan kriteria
Untuk mengetahui kualitas modul hasil pengembangan baik dari
aspek materi maupun aspek media, serta untuk mengetahui respon
siswa terhadap modul, maka dari data yang mula-mula berupa skor,
diubah menjadi data kualitatif (data interval) dengan skala empat
(Khabibah, 2006).
Tabel 3.2 Kriteria skor rata-rata menjadi nilai dengan kriteria
No Rentang skor Kategori
1. 3,51-4,00 Sangat Baik2. 2,51-3,50 Baik3. 1,51-2,50 Cukup Baik4. 1,00-1,50 Kurang
Baik
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 68
68
b. Analisis hasil belajar sains
1) Data pretest dan posttest
2) Data pretes dan postes peserta didik diuji normalitas dan
homogenitasnya sebagai bentuk uji prasyarat analisis. Data yang
digunakan berupa data rasio yang termasuk dalam data kuantitatif.
Hasil dari uji prasyarat digunakan sebagai dasar analisis lebih lanjut
terhadap nilai hasil belajar peserta didik. Seluruh pengujian dalam
analisis menggunakan program SPSS Statistik versi 18.
3) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui pola sebaran kelompok
data tes yang dihasilkan. Hasil uji kenormalan menggunakan hasil
pada Kolmogorov-Smirnova. Pengujian diawali dengan memberikan
hipotesis terhadap nilai signifikansi.
Ho : data terdistribusi normal
Ha : data tidak terdistribusi normal
Jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari α = 0,05 (Sign. >
0,05) maka Ho diterima.
4) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kesamaan dalam varians
data. Hipotesis diberikan pada data yang dilihat variannya.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 69
69
Ho : Varian data homogen
Ha : Varian data tidak homogen
Ketentuan uji yaitu Ho diterima jika nilai signifikansi yang diperoleh
lebih besar dari α = 0,05 (Sign. > 0,05).
5) Normalisasi Gain Score
Normalisasi gain score adalah teknik analisis untuk mengetahui
tingkat kenaikan hasil belajar siswa. Gain score (g) ternormalisasi
menurut Hake (1998: 1) dapat dihitung dengan persamaan:< >=
Tabel 3.3 Kriteria Gain Ternormalisasi
Nilai <g> Kriteria<g> ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > <g> ≥ 0,3 Sedang<g> < 0,3 Rendah
6) Uji perbedaan rata-rata (uji –t)
Uji-t dua pihak digunakan untuk mengetahui signifikansi
perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan modul
berbasis keterampilan proses sains dengan siswa yang menggunakan
modul biasa. Langkah-langkah yang digunakan dalam uji-t dua pihak,
adalah:
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 70
70
i. Menentukan hipotesis
H0 : µ1 = µ2 : rata-rata nilai kelas eksperimen sama dengan
kelas kontrol
H1 : µ1 ≠ µ2 : rata-rata nilai kelas eksperimen tidak sama
dengan kelas kontrol
ii. Menentukan taraf signifikan dengan α = 0,05.
iii. Menghitung t dengan mengguakan software SPSS 18
iv. Menentukan kriteria hipotesis
Terima Ho jika -t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α). Dimana t(1-1/2α) di dapat dari
daftar distribusi t dengan dk adalah (n1 + n2 -2) dengan peluang
(1-1/2α). Untuk harga-harga t lainnya Ho ditolak (Sudjana, 2005:
239).
v. Menarik kesimpulan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 71
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengembangan
Deskripsi data hasil penelitian pengembangan disajikan untuk memaparkan
penelitian pengambangan yang menghasilkan produk berupa modul fisika yang
berupa modul latihan keterampilan proses sains pada materi pokok kinematika gerak.
Modul ini mengacu pada pada silabus, RPP, dan kisi-kisi soal Kurikulum 2013 yang
disusun sesuai indikator keterampilan proses sains yang dilatihkan. Data keterampilan
proses sains siswa berupa tes hasil belajar dan observasi keterampilan proses sains
yang didapatkan selama pembelajaran menggunakan modul latihan keterampilan
proses sains yang telah dikembangkan. KD yang dijadikan dasar pengembangan
adalah KD pada kelas X yaitu KD 2.1, KD 4.1 , dan KD 4.2 .
Tahapan penelitian pengembangan modul latihan keterampilan proses sains
mengikuti tahapan penelitian pengembangan Thiagarajan yang telah diadaptasi oleh
Ibrahim (2001), yaitu tahapan 4D (Define, Design, Develop, dan Disseminate). Data
yang diperoleh dalam proses pengembangan modul latihan keterampilan proses sains
berdasarkan tahapan 4D sebagai berikut.
1. Hasil Tahap Studi Pendahuluan (Define)
a. Studi Kepustakaan
Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan dan kurikulum 2013 sebagai dasar
dan langkah awal pengembangan modul latihan keterampilan proses sains pada
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 72
72
materi kinematika gerak. Langkah pertama adalah menentukan produk modul yang
harus dikembangkan dengan mengkaji pustaka serta literatur terkait dengan
keterampilan proses sains (KPS), Kurikulum 2013 yaitu Kompentensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang terkait dengan materi kinematika gerak, bahan ajar
yang digunakan, serta strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi kinematika
gerak. Berdasarkan studi pustaka terkait dengan keterampilan proses sains terdapat
beberapa acuan keterampilan proses sains, yaitu KPS yang dikembangkan SAPA
(Science As A Process Approach)dan KPS menurut Nuryani Rustaman. Sehingga
disusunlah komponen keterampilan proses sains berdasarkan keduanya yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan materi pokok yang terkait.Keterampilan
Proses Sains (KPS) ini tidak terikat dengan model pembelajaran tertentu, tetapi dapat
terintergrasi dalam beberapa model pembelajaran seperti model pembelajaran inkuiri,
kooperatif, maupun model pembelajaran langsung.
Berdasarkan hasil penelitian analisis kurikulum 2013, bahwa kurikulum 2013
terdiri atas Kompetensi Inti (KI) yang merupakan terjemahan atau operasionalisasi
SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu.
Kompetensi Inti mencakup sikap keagamaan (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan
(KI 3) dan penerapan pengetahuan (KI 4). Kompetensi yang berkenaan dengan sikap
keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung yaitu pada waktu peserta
didik belajar tentang pengetahuan (KI 3) dan penerapan pengetahuan (KI 4).
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 73
73
Kurikulum 2013 menekankan kepada proses pembelajaran secara saintifik
yang meliputi mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta (Kemendikbud: 2012). Hal tersebut sesuai dengan aspek komponen yang
terdapat pada keterampilan proses sains (KPS).
b. Analisis Peserta Didik dan Survei Lapangan
Analisis peserta didik diawali dengan menelaah kurikulum 2013 untuk
menentukan materi pokok yang akan digunakan dalam melatihkan keterampilan
proses sains. Selanjutnya berdasarkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD) pada kurikulum 2013, didapatkan materi pokok kinematika gerak lurus yang
terdapat pada kelas X semester I.
Tahapan berikutnya dilakukan survey lapangan yang bertujuan untuk
menggali pembelajaran fisika yang telah didapatkan peserta didik khususnya
mengenai keterampilan proses sains pada materi kinematika gerak. Survey lapangan
meliputi kegiatan observasi dan wawancara dengan guru bidang studi fisika di
SMAN 2 Ponorogo. Hasil wawancara terhadap 4 guru fisika di SMAN 2 Ponorogo
diperoleh gambaran awal tentang proses kegiatan belajar mengajar terkait dengan
keterampilan proses sains sebagai berikut: (1) pembelajaran sudah menggunakan
beberapa media seperti modul LKS, video, dan alat peraga namun belum sepenuhnya
berjalan sesuai perencanaan, (2) guru cenderung menggunakan metode pembelajaran
langsung (direct instruction), kemudian dilanjutkan diskusi sehingga keterampilan
proses sains tidak dilatihkan secara khusus, (3) belum adanya modul relevan yang
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 74
74
dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan proses sains, (4) Siswa memiliki
hasil belajar rata-rata baik, namun keterampilan-keterampilan saintifik seperti
aktivitas di laboratorium sangat kurang, (5) Siswa belum memiliki wawasan
keterampilan proses sains secara komprehensif.
Kegiatan selanjutnya adalalah observasi yang diberikan kepada guru MGPM
fisika SMA di Ponorogo untuk mengetahui proses pembelajaran materi kinematika
gerak dan terkait kebutuhan modul yang menunjang latihan keterampilan proses
sains. Observasi dilakukan dengan memberikan angket, dan hasilnya sebagai berikut
(selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1).
Pada poin pertanyaan nomor satu semua guru 100% memiliki buku pegangan
lain selain yang diberikan kepada siswa sehingga guru memiliki banyak referensi
yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Tidak dipungkiri bahwa buku
pegangan tambahan sangat diperlukan oleh seorang guru.
Pada poin pertanyaan nomor dua mengungkap bahwa tidak semua guru
memiliki buku pegangan yang dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan
proses sains 60% guru belum memiliki buku pegangan untuk melatihkan
keterampilan proses sains, sisanya 40% telah memiliki, namun terbatas pada materi
tertentu.
Poin ketiga mengenai keterbatasan buku pegangan yang digunakan bapak /
ibu guru pengajar sejumlah 50% merasa banyak keterbatasan pada buku
pegangannya, sedangkan 50% yang lain merasa buku pegangan yang dimiliki sudah
cukup baik.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 75
75
Poin keempat mengungkap penggunaan media selain modul dalam
pembelajaran yang dilakukan untuk melatihkan keterampilan proses sains. Sejumlah
60% guru telah menggunakan media selain modul, misalnya video dan alat
peraga.Sedangkan 40% belum menggunakan bantuan media lain untuk melatihkan
keterampilan proses sains.
Poin kelima terdiri atas sub poin a, b, dan c yang bertujuan untuk mengetahui
penggunaan modul sebagai media untuk melatihkan keterampilan proses sains.
Didapatkan data bahwa hanya 40% guru yang menggunakan media modul untuk
melatihkan keterampilan proses sains. Sedangkan sisanya 60% menggunakan media
lain seperti alat peraga, lembar kerja siswa yang disusun khusus untuk kegiatan di
laboratorium. Modul yang digunakan oleh para guru sejumlah 50% tersebut bukanlah
modul yang dikembangkan sendiri sehingga perlu adanya penyesuaian dengan
karakteristik peserta didik.
Poin keenam merupakan pertanyaan untuk menggali bapak/ibu guru
responden menggunakan metode khusus untuk melatihkan keterampilan proses sains.
Sejumlah 40% guru menggunakan metode khusus, sedangkan sisanya 60% diajarkan
secara integratif maupun tidak langsung dalam pembelajaran.
Pertanyaan pada poin ketujuh bertujuan untuk mengetahui bapak/ibu guru
mengajak siswa melakukan percobaan untuk memahami dan dan melatihkan
keterampilan proses sains. Didapatkan 70% guru mengajak siswanya untuk
melakukan percobaan, sedangkan 30% guru menyatakan tidak mengajak siswa
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 76
76
melakukan percobaan, dikarenakan keterbatasan waktu dan sarana. Menurut UU No.
20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yaitu
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untukberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yangberiman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggung
Dengan demikian pentingnya kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara
aktif untuk mengembangkan potensi peserta didik yang terdiri dari ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Dengan melibatkan siswa secara aktif maka
keterampilan proses sains dapat dilatihkan dengan baik.
Poin pertanyaan kedelapan bertujuan untuk mengetahui ketersediaan sarana
dan prasarana seperti laboratorium dan perpustakaan dapat membantu dalam
melatihkan keterampilan proses sains. Sebanyak 80% berpendapat bahwa
ketersediaan sarana seperti laboratorium dan perpustakaan sangat membantu dalam
melatihkan keterampilan proses sains. Sedangkan sebanayak 20% berpendapat
sebaliknya. Ketersediaan sarana kurang bias membantu dikarena tidak dimanfaatkan
secara maksimal.
Ketersediaan alat praktikum atau kit praktikum dapat diketahui dari
pertanyaan pada poin kesembilan. 100% guru responden menjawab iya. Sehingga
diketahui bahwa laboratorium semua guru responden telah memiliki kit praktikum
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 77
77
kinematika gerak, oleh karena itu tidak ada kekurangan sarana yang dapat digunakan
untuk kegiatan pembelajaran di laboratorium.
Poin kesepuluh terkait dengan poin kesembilan, yaitu apakah perpustakaan
sekolah menyediakan buku-buku referensi yang memadai untuk melatihkan
keterampilan proses sains. Sejumlah 80% menyatakan bahwa tidak tersedia buku
referensi yang memadai untuk melatihkan keterampilan proses sains, yang ada
hanyalah buku referensi umum terkait dengan materi-materi fisika.
Pertanyaan kesebelas mengungkap bahwa sejumlah 70% guru menyatakan
merasa kesulitan ketika melatihkan keetrampilan proses sains secara khusus
dikarenakan terbatasnya ketersediaan sumber belajar yang terkait dengan
keterampilan proses sains. Sedangkan 30% guru tidak mengalami kesulitan,
meskipun sumber belajar yang digunakan terbatas, guru menggunakan media-media
lain untuk memberikan pelatihan keterampilan proses sains dan terintegrasi dengan
pembelajaran.
Poin keduabelas dan ketigabelas mengungkap perlunya bahan ajar yang dapat
membantu melatihkan keterampilan proses sains khususnya pada materi kinematika
gerak. 100% guru responden menyatakan perlu suatu bahan ajar seperti modul yang
dapat digunakan untuk membantu melatihkan keterampilan proses sains. Semua guru
responden juga setuju bahwa perlu dikembangkan modul guna melatihkan
keterampilan proses sains sehingga keterampilan proses sains siswa dapat lebih baik.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 78
78
2. Hasil Tahapan Perancangan (Design)
Tahapan perencanaan modul merupakan tahapan yang menentukan kerangka
modul yang akan dikembangkan. Menurut Thiagarajan (1974) tahapan perancangan
memiliki beberapa langkah yaitu : menentukan standar acuan tes (constructing
criterion-referenced test), memilih alat (media selection), memilih susunan (format
selection), dan rancangan awal (initial design)
Standar acuan tes (constructing criterion-referenced test) perlu disusun
berdasarkan spesifikasi indikator dan tujuan pembelajaran, selanjutnya dituangkan
dalam kisi-kisi tes hasil belajar berupa posttest yang menilai kemampuan
keterampilan proses sains peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan studi kepustakaan dan analisis peserta didik maka perancangan
tahap awal berupa desain rancangan awal (initial design) meliputi:
a. Kurikulum yang digunakan dalam pengembangan penelitian ini adalah
Kurikulum 2013
b. Kompetensi Inti (KI) yang mengacu pada Kurikulum 2013 yaitu: KI-1
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, KI-2
Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia, KI-3
Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 79
79
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, dan KI-4
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
c. Kompetensi dasar yang dikembangkan adalah KD 2.1 Menunjukkan perilaku
ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati;
bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan)
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan
percobaan dan berdiskusi. KD 4.1 menggunakan peralatan dan teknik yang tepat
dalam melakukan pengamatan dan pengukuran besaran fisika untuk suatu
penyelidikan ilmiah. KD 4.2 menyajikan data dan grafik hasil percobaan untuk
menyelidiki sifat gerak benda yang bergerak lurus beraturan (GLB) dan tidaak
beraturan (GLBB).
Setelah tahapan penyusunan standar acuan tes (constructing criterion-
referenced test) dan desain rancangan awal (initial design) dapat disusun perangkat
pembelajaran yang terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan
kisi-kisi soal.
Penyusunan RPP disesuaikan dengan silabus yang telah disusun
sebelumnya.RPP merupakan penjabaran dari perumusan silabus, sehingga RPP
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 80
80
disusun berdasarkan indikator yang telah dirumuskan dalam silabus dengan
berpedoman pada ABCD (Audience, Behaviour, Condition, dan Degree). Komponen
yang terdapat dalam RPP diantaranya adalah : Identitas; KI; KD; indikator; tujuan
pembelajaran; materi ajar; metode pembelajaran; kegiatan pembelajaran; alat dan
bahan; sumber belajar; dan penilaian. Kisi-kisi soal disesuaikan dengan silabus dan
RPP yang menguji keterampilan proses sains siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran.
Tahapan perancangan untuk pemilihan media (media selection)
dikembangkan berupa modul pembelajaran yang merupakan modul cetak. Pemilihan
media penting untuk membantu siswa dalam pencapaian kompetensi dasar,
dikarenakan tujuan dari pemilihan media pembelajaran sendiri adalah untuk
mengoptimalkan penggunaaan bahan ajar dalam proses pengembangan bahan ajar
untuk pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Materi pembelajaran yang
dikembangkan dalam modul ini adalah kinematika gerak. Modul ini bertujuan untuk
melatihkan keterampilan proses sains (KPS) sehingga isi modul dan aktivitas siswa
yang terdapat dalam modul merupakan aktivitas yang membentu siswa untuk berlatih
keterampilan proses sains baik secara mandiri maupun dengan bimbingan bapak / ibu
guru fisika. Berdasarkan KPS dari SAPA (Science A Process Approach) dalam Padilla
(1990) dan KPS menurut Nuryani Rustaman (1997), maka dipilihlah sembilan pokok
keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam modul ini, yaitu mengamati
(observing), menafsirkan (interpreting), berhipotesis (hypothesized), mengklasifikasi
(classifying), merencanakan percobaan (experimenting), menyimpulkan (inferring),
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 81
81
meramalkan (predicting), mengkomunikasikan (communicatin), menerapkan konsep
atau prinsip (applying concept).
Tahapan pemilihan format (format selection) modul latihan keterampilan
proses sains ini dilakukan setelah melakukan perancangan awal dan pemilihan media.
Format produk yang dihasilkan berupa modul yang terdiri dari bagian awal, inti , dan
penutup. Komponen modul dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Halaman Sampul dan Halaman Judul
Halaman sampul luar terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut: 1) judul
modul yaitu “Modul Latihan Keterampilan Proses Sains”; 2) materi kinematika
gerak; 3) gambar/ilustrasi tentang gerak; 4) sasaran pengguna modul yaitu untuk
siswa SMA / MA Kelas X; 5) Nama pembuat modul; 6) Tulisan
lembaga/institusi pembuat modul yaitu Magister Pendidikan Sains, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Universitas Sebelas Maret, serta tahun
pembuatan modul.
b. Kata Pengantar
Kata pengantar memuat informasi tentang modul yang dikembangkan untuk
melatihkan keterampilan proses sains siswa SMA/MA kelas X pada materi
kinematika gerak.
c. Daftar Isi
Memuat bagian-bagian atau momponen modul yang dilengkapi dengan nomor
halaman.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 82
82
d. Deskripsi Modul
Memuat penjelasan tentang isi modul, kemampuan prasyarat untuk mempelajari
modul, dan tujuan penggunaan modul
e. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi inti yang akan dipelajari pada modul ini yaitu KI-1, KI-2, KI-3, dan
KI-4. Sedangkan kompetensi dasar yaitu KD-2.1 , KD-4.1, dan KD-4.2 yang
kesemuanya terkait dengan keterampilan proses sains dan materi kinematika
gerak.
f. Petunjuk Penggunaan Modul
Petunjuk penggunaan modul diperlukan guna memudahkan siswa untuk belajar
dan berlatih keetrampilan proses sains secara mandiri, sedangkan untuk guru
dapat mempermudah dalam melatihkan keterampilan proses sains kepada siswa.
g. Kegiatan Belajar
Kegiatan belajar yang dikembangkan dalam modul ini memuat tiga kegiatan,
yaitu: Kegiatan Belajar I (Gerak, Jarak, dan Perpindahan); Kegiatan Belajar II
(Gerak Lurus); dan Kegiatan Belajar III (Gerak Vertikal).
h. Indikator dan Tujuan Pembelajaran
Memuat indikator-indikator yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran sesuai
dengan materi dari ketiga kegiatan belajar.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 83
83
i. Isi Modul
Modul latihan keterampilan proses sains ini berisi materi dan aktivitas siswa
yang dapat membantu untuk berlatih keterampilan proses sains, secara rinci
bagian isi modul adalah:
1) Fenomena, merupakan kejadian yang terkait dengan pembelajaran fisika
dengan tujuan untuk menarik minat siswa sehingga fokus dalam mempelajari
materi.
2) Keterampilan Proses Sains (KPS), merupakan keterampilan keterampilan
proses sains yang dilatihkan. Pada bagian ini dijelaskan deskripsi masing-
masing KPS dan disertai lembar aktivitas untuk berlatih KPS.
3) Konsep dan Uraian Materi, merupakan uraian materi kinematika gerak yang
dipelajari melalui latihan keterampilan proses sains.
4) Berfikir Saintis, berisi mini latihan keterampilan proses sains secara acak,
maupun kilas balik materi untuk mempertajam keterampilan proses sains
yang telah dipelajari.
5) Lembar Kegiatan Siswa, sebagai penguat keterampilan proses sains yang
telah dipelajari dalam satu kegiatan belajar
6) Uji Diri, sebagai tolok ukur kemampuan dalam menguasai keterampilan
proses sains dan merupakan bagian dari authentic assessment
7) Kunci jawaban dari lembar aktivitas siswa maupun uji diri
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 84
84
j. Daftar Pustaka
Merupakan daftar dari semua referensi / kajian pustaka yang digunakan sebagai
acuan dalam penyusunan modul.
Format modul di atas apabila disajikan dalam kerangka modul, secara garis
besar ditunjukkan dalam kerangka modul menurut Sukiman (2012) yang sudah
dimodifikasi (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4).
Depdiknas (2003:2) menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan adalah menyediakan buku ajar sebagai rujukan yang baik dan benar
bagi guru maupun siswa karena buku merupakan salah satu sarana penunjang dalam
pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut dengan dikembangkannya modul sangatlah
tepat untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan, khusunya dalam hal ini
modul yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
Modul latihan keterampilan proses sains ini berupa modul cetak yang
dilengkapi dengan suplemen. Ditengah-tengah kecanggihan multimedia saat ini,
modul cetak masih sangat diperlukan. Penggunaan media tidak dilihat atau dinilai
dari segi kecangihan medianya tetapi sangat bergantung kepada tujuan pembelajaran,
bahan pembelajaran, kemudahan memperoleh media, dan kemampuan guru dalam
menggunakan media dalam proses pembelajaran (Yulianti dan Herlina: 2008).
Selain dari itu modul pembelajaran juga harus bersifat self instructional yaitu
mampu membelajarkan diri sendiri tidak bergantung pada pihak-pihak pihak lain.
Sehingga dengan modul latihan keterampilan proses sains siswa dapat berlatih
keterampilan proses sains sendiri.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 85
85
Dalam Sukiman (2012), modul yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar yang
melengkapi format modul akan memberikan uraian menjadi lebih jelas, dapat
menambah variasi penyajian, dan membantu dalam menciptakan imajinasi siswa
terhadap materi pembelajaran. Modul latihan keteampilan proses ini dilengkapi
dengan ilustrasi terkait dengan fenomena kinematika gerak yang dapat membantu
siswa memahami materi serta dalam berlatih keterampilan proses sains lebih baik.
Tujuan akhir dari pengembangan modul latihan keterampilan proses sains ini
yaitu siswa diharapkan dapat menguasai keterampilan-keterampilan proses sains
dengan lebih baik dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
keterampilan proses sains yang telah dimiliki siswa diharapkan dapat diterapkan
untuk pembelajaran sains selain fisika, seperti biologi dan kimia.
Tahapan perencanaan modul menghasilkan kerangka modul berupa desain
awal modul. Desain awal modul tersebut merupakan desain yang masih berupa
rancangan kasar dan masih memerlukan revisi maupun validari agar modul yang
dikembangkan memenuhi syarat untuk digunakan dalam pembelajaran di SMA/MA.
Desain awal berupa draft modul latihan keetrampilan proses sains pada materi
kinematika gerak, yang terdiri dari: a) Judul Modul yaitu “MODUL LATIHAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS : KINEMATIKA GERAK” yang tertera pada
sampul dalam maupun sampul luar. Halaman sampul luar dan dalam berisi judul
modul, materi pokok modul, penulis,instansi penulis dan pengguna modul; b)
Halaman Francis berisi tulisan “MODUL LATIHAN KETERAMPILAN PROSES
SAINS” dan dibawahnya terdapat tulisan “UNTUK SMA/MA KELAS X
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 86
86
SEMESTER 1”; c) Kata Pengantar, berisi tentang pengantar penulis yang berkaitan
dengan garis besar isi modul dan tujuan dikembangkannya modul.Isi pokok dari
modul ini menggunakan jenis huruf Book Antiqua ukuran 12pt dengan spasi 1,15.
Untuk judul utama “KINEMATIKA GERAK” menggunakan huruf jenis Arial Black
ukuran 24pt. Kemudian judul masing-masing keterampilan proses sains (KPS)
menggunakan huruf Bodoni MT Black 12pt; d) Daftar Isi, berisi tentang isi modul
beserta nomor halamannya, dengan jenis huruf Georgia ukuran 12pt; e) Pendahuluan,
ditulis dengan huruf Constantia ukuran 11pt berisi sub bab deskripsi, prasyarat,
tujuan akhir pembelajaran, peta kedudukan modul, petunjuk penggunaan modul,
indikator, dan tujuan pembelajaran. Judul sub bab ditulis dengan jenis huruf Georgia
tebal dengan ukuran 12pt; f) Kegiatan Belajar I,II, dan III, berisi dengan kegiatan
belajar untuk melatihkan keterampilan proses sains, yang teridiri beberapa sub bab
yang diawali dengan tujuan kegiatan pembelajaran masing-masing kegiatan belajar,
kemudian ditampilkan fenomena terkait dengan gerak, sub bab keterampilan proses
sains, sub bab uraian materi, sub bab latihan keterampilan proses sains serta aktivitas
siswa, dan uji diri. Isi dari masing-masing sub bab menggunakan jenis huruf Book
Antiqua ukuran 12pt; g) Glosarium, berisi daftar istilah penting beserta
pengertiannya; h) Daftar pustaka, berisi tentang daftar buku, jurnal, maupun website
online yang digunakan sebagai referensi dalam penyusunan modul.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 87
87
3. Hasil Tahapan Pengembangan (Develop)
a. Validasi Modul
Tahapan berikutnya yang dilakukan setelah Define dan Design adalah
Develop. Tahapan pertama dalam pengembangan adalah validasi. Validasi pertama
(draff I) dilakukan oleh dosen ahli, teman sejawat, dan guru mata pelajaran fisika.
Validator pertama adalah dosen sekaligus kaprodi Pendidikan Sains Universitas
Negeri Surabaya, dan validator dosen ahli kedua adalah dosen Pascasarjana FKIP
UNS. Teman sejawat adalah mahasiswa Pascasarjana UNS dan rekan guru.
Sedangkan validator guru mata pelajaran fisika adalah guru fisika di SMA Negeri 2
Ponorogo. Aspek-aspek yang dinilai dalam validasi ini meliputi aspek kelayakan isi,
aspek kelayakan bahasa dan gambar, aspek penyajian, dan aspek kegrafikan. Hasil
validasi adalah sebagai berikut,untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.
Tabel 4.1. Data hasil validasi dosen ahli
No. Aspek KelayakanRata-ratakomponen
Rata-Ratatotal
Kategori
V1 V2Perangkat Modul Pembelajaran
1. Silabus 3,60 3,70 3,65 Sangat Baik2. RPP 3,50 3,80 3,65 Sangat Baik3. Instrumen Soal 3,50 3,60 3,55 Sangat Baik
Produk Modul Pembelajaran4. Isi 3,61 3,83 3,72 Sangat Baik5. Bahasa dan gambar 3,00 3,70 3,35 Baik6. Penyajian 3,67 3,80 3,73 Sangat Baik7. Kegrafikan 3,13 3,63 3,38 Baik
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 88
88
Tabel 4.2. Data saran validasi dosen ahli
No. Saran1. Peta kedudukan modul diperjelas apakah di KD tertentu atau keseluruhan KD
2. Pada kegiatan KPS 1 sebaiknya difokuskan pada karakteristik yangmenggambarkan kejadian “diam” atau “bergerak”
3. Halaman 5 tentang pengamaatan fenomena gerak, arahkan ke definisi “titikacuan” terlebih dahulu
4. Tambahkan untuk mencegah miskonsepsi. Anak cenderung berfikir, untukmemutuskan benda bergerak atau tidak kita harus melihat proses gerakannya
5. Penggunaan istilah dan penulisan disesuaikan dengan aturan yangbaku.Variabel/fungsi: italic , konstanta: tegak, vektor: bold
6. Penulisan keterangan gambar maupun grafik pada halaman 26, 27, dan 29diletakkan di bawah gambar atau grafik
7. Materi sebaiknya tidak mengandung konsep dinamika, dikarenakan materi yangdifokuskan adalah kinematika
8. Aktivitas siswa atau lembar kegiatan siswa perlu diuji apakah sunnguh biasdilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dimaksud
9. Desain sampul dilengkapi dengan lay out yang lebih menarik
Berdasarkan tabel 4.1 validasi oleh dosen ahli diperoleh skor rata-rata untuk
perangkat modul pembelajaran silabus, RPP, dan instrument soal 3,65 dan 3,55
dengan kategori sangat baik. Sehingga sudah layak untuk digunakan. Sedangkan
produk modul pembelajaran dari segi isi diperoleh rata-rata 3,70 dengan kategori
sangat baik. Aspek bahasa dan gambar dengan rata-rata 3,30 berkategori baik. Aspek
penyajian dipeoleh rata-rata 3,70 dengan kategori sangat baik. Untuk aspek
kegrafikan diperoleh rata-rata total 3,40 dengan kategori baik. Dengan demikian
produk modul pembelajaran yaitu modul latihan keterampilan proses sains menurut
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 89
89
dosen ahli ditinjau dari aspek isi, bahasa dan gambar, penyajian, dan
kegrafikan sangat baik dan baik.
Selanjutnya validasi dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika, yaitu terhadap
dua guru fisika di SMAN 2 Ponorogo, dan hasilnya disajikan dalam tabel 4.3 berikut
Tabel 4.3. Data hasil validasi guru mata pelajaran fisika
No. Aspek KelayakanRata-ratakomponen
Rata-Ratatotal
Kategori
G1 G2Perangkat Modul Pembelajaran
1. Silabus 3,90 3,80 3,85 Sangat Baik2. RPP 3,80 3,60 3,80 Sangat Baik3. Instrumen Soal 3,80 3,60 3,70 Sangat Baik
Produk Modul Pembelajaran4. Isi 3,83 3,72 3,78 Sangat Baik5. Bahasa dan gambar 4,00 3,60 3,80 Sangat Baik6. Penyajian 3,93 3,73 3,83 Sangat Baik7. Kegrafikan 3,88 3,63 3,75 Sangat Baik
Tabel 4.4. Data saran validasi guru mata pelajaran fisika
Berdasarkan tabel 4.3 validasi oleh guru mata pelajaran fisika, yaitu guru
SMA Negeri 2 Ponorogo diperoleh skor rata-rata untuk perangkat modul
No. Saran1. Materi diperjelas keterkaitannya dengan keterampilan proses sains yang
dilatihkan2. Penggunaan tanda baca, dan penulisan istilah dibenarkan sesuai dengan EYD3. Kata dalam bahasa asing sebaiknya ditulis italic (miring)
4. Ada beberapa gambar yang tidak relevan dengan materi
6. Nomor halaman sebaiknya konsisten7. Penulisan simbol harus konsisten
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 90
90
pembelajaran silabus, RPP, dan instrument soal 3,85 ; 3,80 ; dan 3,70 dengan kategori
sangat baik. Sehingga hasil validasi guru mata pelajaran fisika untuk perangkat
pembelajaran sudah layak untuk digunakan. Sedangkan produk modul pembelajaran
dari segi isi diperoleh rata-rata 3,75 dengan kategori sangat baik. Aspek bahasa dan
gambar dengan rata-rata 3,85 berkategori sangat baik. Aspek penyajian dipeoleh
rata-rata 3,85 dengan kategori sangat baik. Untuk aspek kegrafikan diperoleh rata-rata
total 3,70 dengan kategori sangat baik. Dengan demikian produk modul pembelajaran
yaitu modul latihan keterampilan proses sains menurut validator guru mata pelajaran
fisika ditinjau dari aspek isi, bahasa dan gambar, penyajian, dan kegrafikan sangat
baik.
Tabel 4.5. Data hasil validasi teman sejawat (peer review)
No. Aspek KelayakanRata-ratakomponen
Rata-Ratatotal
Kategori
S1 S2Perangkat Modul Pembelajaran
1. Silabus 3,5 3,8 3,65 Sangat Baik2. RPP 3,6 3,8 3,70 Sangat Baik3. Instrumen Soal 3,5 3,7 3,60 Sangat Baik
Produk Modul Pembelajaran4. Isi 3,8 3,8 3,80 Sangat Baik5. Bahasa dan gambar 3,6 3,7 3,65 Sangat Baik6. Penyajian 3,7 3,8 3,75 Sangat Baik7. Kegrafikan 3,6 3,7 3,65 Sangat Baik
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 91
91
Tabel 4.6. Data saran validasi teman sejawat (peer review)
No. Saran1. Penggunaan simbol diperbaiki sesuai dengan kaidah penulisan yang benar2. Gambar dilengkapi dengan ketrangan yang jelas
3. Keterampilan proses sains yang digunakan disesuaiakan dengan materiyang dikembangkan
Berdasarkan tabel 4.5 validasi oleh teman sejawat (peer review) yaitu rekan
mahasiswa pascasarjana UNS dan rekan guru diperoleh skor rata-rata untuk
perangkat modul pembelajaran silabus, RPP, dan instrument soal masing-masing 3,65
; 3,70 ; dan 3,60 dengan kategori sangat baik. Sehingga hasil validasi rekan sejawat
untuk perangkat pembelajaran sudah layak untuk digunakan. Sedangkan produk
modul pembelajaran dari segi isi diperoleh rata-rata 3,80 dengan kategori sangat baik.
Aspek bahasa dan gambar dengan rata-rata 3,65 berkategori sangat baik. Aspek
penyajian dipeoleh rata-rata 3,75 dengan kategori sangat baik. Untuk aspek
kegrafikan diperoleh rata-rata total 3,65 dengan kategori sangat baik. Dengan
demikian produk modul pembelajaran yaitu modul latihan keterampilan proses sains
menurut validator rekan sejawat ditinjau dari aspek isi, bahasa dan gambar,
penyajian, dan kegrafikan sangat baik.
1) Revisi Produk Tahap I (Draft I) Berdasarkan Validator Ahli
Hasil validasi baik dari validator ahli, guru , maupun rekan sejawat diperoleh
beberapa masukan / saran yang digunakan sebagai bahan revisi modul sebelum
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 92
92
nantinya diujikan dalam uji terbatas. Saran dan perbaikan dari validator ahli
disajikan dalam tabel 4.7
Tabel 4.7 Saran dan Hasil Revisi Tahap I Berdasarkan Validator Ahli
No. Saran Revisi Tahap I1. Peta kedudukan modul diperjelas
apakah di KD tertentu atau keseluruhanKD
Peta kedudukan modul diperjelasdengan memberikan autoshapeyang jelas
2. Pada kegiatan KPS 1 sebaiknyadifokuskan pada karakteristik yangmenggambarkan kejadian “diam” atau“bergerak”
Telah direvisi dengan kalimatperintah yang jelas yaitu“Amatilah berbagai kejadiantentang benda bergerak dan tidakbergerak yang berada dilingkungan sekitarmu” untukmemfokuskan aktivitas siswa
3. Halaman 5 tentang pengamaatanfenomena gerak, arahkan ke definisi“titik acuan” terlebih dahulu
Direvisi dengan menambahkanpernyataan untuk definisi titikacuan
4. Tambahkan untuk mencegahmiskonsepsi. Anak cenderung berfikir,untuk memutuskan benda bergerak atautidak kita harus melihat prosesgerakannya
Telah ditambahkan dalam prosesmenafsirkan gerak maupun bukangerak pada halaman 7, dimulai dariproses gerakannya
5. Penggunaan istilah dan penulisandisesuaikan dengan aturan yangbaku.Variabel/fungsi: italic , konstanta:tegak, vektor: bold
Penulisan istilah dan symbol,antara lain pada halaman 10, 11,dan 32 telah disesuaiakan denganaturan penulisan yang benar
6. Penulisan keterangan gambar maupungrafik pada halaman 26, 27, dan 29diletakkan di bawah gambar atau grafik
Penulisan keterangan gambar ataugrafik telah dipindah di bawahgambar atau grafik yangbersangkutan
7. Materi sebaiknya tidak mengandungkonsep dinamika, dikarenakan materiyang difokuskan adalah kinematika
Diperbaiki dengan menggantikonsep-konsep dinamika yangmuncul pada aktivitas siswa yaitumerencanakan percobaan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 93
93
8. Aktivitas siswa atau lembar kegiatansiswa perlu diuji apakah sunnguh biasdilaksanakan sesuai dengan tujuan yangdimaksud
Lembar kegiatan siswa direvisidengan merubah langka kerja yangdirasa sulit untuk dilakukan
9. Desain sampul dilengkapi dengan layout yang lebih menarik
Perubahan lay out telah dibuatsehingga lebih menarik
Berdasarkan saran dan masukan dari validator ahli, dilakukan beberapa
perbaikan pada modul yang selanjutnya akan digunakan dalam uji terbatas.
Perbaikan-perbaikan yang dilakukan seperti yang terdapat pada tabel 4.5 antara lain
perbaikan dalam segi isi materi, penulisan istilah dan symbol, serta desain lay out.
2) Revisi Produk Tahap I Berdasarkan Validator Guru
Validasi yang dilakukan oleh guru memiliki komponen validasi yang sama
dengan validasi dosen ahli, yaitu terdiri dari: kelayakan isi; aspek bahasa dan gambar;
penyajian; dan kegrafikan. Data saran dan masukan validasi guru tersebut disajikan
pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Saran dan Hasil Revisi Tahap I Berdasarkan Validator Guru
No. Saran Revisi Tahap I1. Materi diperjelas keterkaitannya
dengan keterampilan proses sainsyang dilatihkan
Telah dilakukan perbaikandengan cara mengintegrasikanbeberapa materi yang masihtidak ada keterkaitannyadengan kinematika gerak yaitupada KPS menafsirkan
2. Penggunaan tanda baca, danpenulisan istilah dibenarkan sesuaidengan EYD
Telah dilakukan perbaikanterhadap istilah dan tanda bacayang tidak sesuai dengan EYD
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 94
94
antara lain pada halaman 7
3. Kata dalam bahasa asing sebaiknyaditulis italic (miring)
Telah dilakukan perbaikanpada penulisan istilah asingseperti speedometer,stopwatch, ticker timer
4. Ada beberapa gambar yang tidakrelevan dengan materi
Gambar yang tidak relevandengan materi dan dirasamenggangu seperti padahalaman 4 dan 11dihilangkan
6. Nomor halaman sebaiknyakonsisten
Nomor halaman telah dibuatkonsisten
7. Penulisan simbol harus konsisten Simbol-simbol dibuatkonsisten sesuai denganpenulisan yang benar
3) Revisi Produk Tahap I Berdasarkan Validator Teman Sejawat
Hasil penilaian dari peer review (teman sejawat) memiliki empat aspek
meliputi aspek kelayakan isi, bahasa dan gambar, penyajian, dan kegrafikan. Data
penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9 Saran dan Hasil Revisi Tahap I Berdasarkan Teman Sejawat(Peer Review)
No. Saran Revisi Tahap I1. Penggunaan simbol diperbaiki sesuai
dengan kaidah penulisan yang benarTelah dilakukan perbaikan padapenulisan simbol-simbol sepertipada halaman 10, 11, dan 32
2. Gambar dilengkapi dengan ketranganyang jelas
Beberapa gambar yang belumterdapat keterangan yang jelastelah ditambahkan keterangan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 95
95
gambar seperti pada gambarhalaman 9 dan 11
3. Keterampilan proses sains yangdigunakan disesuaiakan dengan materiyang dikembangkan
Telah dilakukan penyesuaianketerampilan proses sains denganmateri yang dikembangkanterutama pada materi KPSmenafsirkan
Hasil validasi I modul latihan keterampilan proses sains (draft 1) yang
dilakukan oleh dosen ahli, guru, dan teman sejawat (peer review) diperoleh data
berupa saran dan masukan yang selanjutkan digunakan untuk proses perbaikan
atau revisi terhadap produk modul yang dikembangkan. Validasi ahli adalah dosen
dan kaprodi Pendidikan Sains Universitas Negeri Surabaya (UNESA), dan dosen
Pascasarjana FKIP UNS. Keduanya merupakan ahli materi maupun media
pembelajaran. Validasi guru yaitu dua orang guru pengajar fisika di SMAN 2
Ponorogo. Sedangkan rekan sejawat adalah rekan pengajar dan rekan mahasiswa
pascasarjana UNS. Validasi dan revisi meliputi aspek kelayakan isi, aspek bahasa
dan gambar, aspek penyajian, dan aspek kegrafikan menghasilkan draft II yang
digunakan dalam uji coba terbatas.
b. Data Hasil Uji Coba Terbatas
1) Data Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas dilakukan terhadap 10 siswa SMA Negeri 2 Ponorogo
secara acak dan bukan merupakan kelas yang akan digunakan dalam uji besar (uji
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 96
96
coba di kelas). Data yang diperoleh berupa respon siswa terhadap modul latihan
keterampilan proses sains berupa angket isian respon siswa dan diperoleh setelah
siswa mempelajari modul yang telah diberikan. Respon siswa meliputi aspek
kelayakan isi dan kemenarikan, aspek keterbacaan, aspek kelayakan penyajian,
dan aspek kemanfaatan. Secara lengkap data tersebut dapat dilihat pada lampiran
15. Tabel 4.10 menunjukkan hasil angket uji coba terbatas
Tabel 4.10 Hasil Angket Uji Coba Terbatas
Hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa skor rata-rata aspek kelayakan
isi dan kemenarikan adalah 3,17 dengan kategori “Baik”. Aspek keterbacaan
dengan skor rata-rata 3,30 dengan kategori “Baik”. Kelayakan penyajian
mendapatkan skor rata-rata 3,07 dengan kategori “Baik”. Sedangkan kemanfaatan
dan kelokalan skor rata-rata adalah 3,13 dengan kategori “Baik”. Untuk
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15.
Skor kelayakan isi dan kemenarikan menunjukkan predikat yang baik, hal ini
berarti modul yang dikembangkan telah sesuai dengan materi yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, dapat membantu siswa untuk berlatih KPS dan mempelajari
materi kinematika gerak, serta dalam penampilan isi baik tulisan maupun tata letak
gambar cukup menarik bagi siswa. Sedangkan aspek keterbacaan dengan predikat
Aspek Rata-rata KategoriKelayakan Isi dan Kemenarikan 3,17 BaikKeterbacaan 3,30 BaikKelayakan Penyajian 3,07 BaikKemanfaatan dan kelokalan 3,13 Baik
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 97
97
baik berarti bahasa yang digunakan dalam modul ini komunikatif, jelas, dan
mudah dipahami, dan gambar ilustrasi cukup menarik. Dalam aspek penyajian
menurut responden uji terbatas sudah baik dengan indikator bahwa modul ini
dapat membantu membuka wawasan tentang KPS, dan KPS yang dilatihkan serta
langkah-langkah dalam penyajian modul mudah dipahami. Aspek kemanfaatan
dan kelokalan dengan predikat baik berarti menurut responden modul ini dapat
menunjang pembelajaran khususnya untuk berlatih KPS serta wacana dalam
modul tidak asing lagi bagi siswa sesuai dengan daerah setempat.
Data kuantitatif dalam uji coba terbatas disajikan dalam bentuk skor angket
respon siswa yaitu pada tabel 4.10, sedangkan data kualitatif berupa saran dan
masukan dari siswa disajikan dalam tabel 4.11 berikut
Tabel 4.11 Saran dan Masukan Uji Coba Terbatas
No. Saran1. Pengertian / definisi sebaiknya dicetak tebal untuk mempermudah
pemahaman2.3.
Glosarium diperbanyakCover kurang menarik
4.5.6.
Ada beberapa halaman yang kosongTulisan tembus antar halamanKesalahan ketik pada beberapa bagian, misalnya halaman 12
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 98
98
2) Revisi Produk Tahap II Berdasarkan Uji Terbatas
Dalam tahapan uji coba terbatas diperoleh beberapa saran maupun masukan
untuk perbaikan modul fisika latihan keterampilan proses sains ini. Perbaikan
dilakukan sesuai dengan saran maupun masukan yang diperoleh.
Tabel 4.12 Saran dan Revisi Tahap II
No. Saran Revisi Tahap II1. Pengertian / definisi sebaiknya dicetak
tebal untuk mempermudahpemahaman
Definisi yang belum tercetaktebal dicetak tebal untukmempermudah pemahaman.
2.
3.
4.
5.
6.
Glosarium diperbanyak
Cover kurang menarik
Ada beberapa halaman yang kosong
Tulisan tembus antar halaman
Kesalahan ketik pada beberapa bagian,misalnya halaman 12
Glosarium telah dilengkapidengan daftar kata-kata sulit yangsebelumnya belum dimasukkan
Cover diperbaiki dengan tampilanlebih menarik
Beberapa halaman kosongmemang merupakan batas antarkegiatan pembelajaran, jadi tidakada pengurangan, hanyadihilangkan nomor halamannyasaja.
Modul dicetak dengan kertaslebih tebal dari sebelumnya yangmenggunakan ukuran 80gr
Kesalahan pengetikan telahdiperbaiki
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 99
99
Saran dan masukan telah dilakukan untuk proses revisi tahap II sebelum
nantinya modul fisika latihan keterampilan proses sains ini digunakan di kelas
untuk uji coba lapangan. Beberapa kata atau kalimat yang salah ketik telah
diperbaiki. Khusu untuk bebrapa halaman yang kosong tetap ada, dikarenakan
merupakan batas antar kegiatan belajar.
c. Data Hasil Uji Coba Lapangan
Uji coba lapangan dilakukan di SMA Negeri 2 Ponorogo dengan mengambil
sampel 2 kelas secara acak namun disesuaikan kebutuhan dengan pertimbangan
tertentu (purposive sampling) , dan didapatkan kelas X.MIA 4 dan X.MIA 5. Data
yang diperoleh dalam uji coba lapangan ini merupakan data hasil belajar untuk
mengetahui keterampilan proses sains siswa.
Proses uji coba lapangan dengan memberikan pembelajaran fisika pada
materi kinematika gerak untuk kedua kelas yang dipilih. Satu kelas yaitu X.MIA 4
sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan berupa penggunaan
modul fisika latihan keterampilan proses sains, dan kelas yang lain yaitu X. MIA 5
sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang diberikan pembelajaran biasa tanpa
menggunakan modul fisika latihan keterampilan proses sains.
Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan 4D
berdasar tahapan penelitian pengembangan Thiagarajan yang telah diadaptasi oleh
Ibrahim (2005), yaitu tahapan 4D (Define, Design, Develop, dan Disseminate).
Dalam tahapan develop yang selanjutnya akan dianalisis lebih dalam, merupakan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 100
100
tahapan dimana modul tersebut mulai dikembangkan dan selanjutnya dilakukan
pembelajaran di kelas menggunakan modul latihan keterampilan proses sains
tersebut untuk mengetahui pengaruh penggunaan modul latihan keterampilan
proses sains terhadap hasil belajar siswa.
Tahapan develop ini memerlukan perencanaan pembelajaran, sehingga perlu
untuk dikembangkan tujuan pembelajaran serta rencana pelaksanaan
pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran digunakan untuk merumuskan
tujuan yang terdapat dalam kurikulum 2013 dan beberapa indikator yang relevan
dengan KD terpilih yang kemudian digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan modul.Indikator-indikator dalam pembelajaran dirumuskan dengan
kata kerja operasional yang dapat diukur dan dibuat instrument penilaiannya.
Tahapan merumuskan indikator mempertimbangkan beberapa aspek dalam
keterampilan proses sains seperti keetrampialan proses sains yang akan diajarkan
serta tahapan keterampilan proses sains. Indikator yang telah dirumuskan nantinya
akan dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran. Indikator dan tujuan
pembelajaran yang dikembangkan tertuang dalam silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menjadi dasar dalam pengembangan isi
modul latihan keterampilan proses sains.
Pembelajaran menggunakan modul latihan keterampilan proses sains ini
dilaksanakan sebanyak tiga kegiatan belajar, yang dilaksanakan selama tiga
minggu mulai tanggal 5-26 Mei 2014 dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran setiap
minggu. Hasil belajar siswa diukur dengan pretest pada awal pertemuan dan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 101
101
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pretest
Posttest
posttest pada akhir pertemuan didapatkan data sebagai berikut (untuk
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24).
1) Data Skor Pretest dan Posttest
Deskripsi data pretest dan posttest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
setelah mengikuti pembelajaran latihan keterampilan proses sains pada materi
kinematika gerak disajikan pada tabel 4.13
Tabel 4.13 Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas JenisTes
JumlahSiswa
KPS1
KPS2
KPS3
KPS4
KPS5
KPS6
KPS7
KPS8
KPS9
EksperimenPretest
37 78% 43% 6% 35% 31% 27% 32% 29% 12%
Posttest 91% 52% 33% 44% 48% 40% 41% 39% 20%
Kontrol
Pretest
3863% 48% 11% 51% 24% 43% 39% 27% 16%
Posttest 79% 61% 16% 61% 41% 50% 38% 37% 18%
Selanjutnya data pretest dan posttest disajikan dalam grafik 4.1 dan 4.2
Grafik 4.1 Hasil Pretest dan Posttest kelas eksperimen
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 102
102
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pretest
Posttest
Grafik 4.2 Hasil Pretest dan Posttest kelas kontrol
Berdasarkan grafik 4.1 dan 4.2 baik kelas eksperimen maupun kontrol rata-
rata grafik posttest lebih tinggi daripada pretest dengan demikian dapat diartikan
bahwa rata-rata keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan setelah
mengikuti pembelajaran.
Perbedaan keterampilan proses sains sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran dapat diketahui berdasarkan analisis pretest dan posttest. Sebagain
langkah awal analisis pretest dan posttest dilakukan uji prasyarat untuk
mengetahui sebaran normalitas dan homogenitas data. Analisis statistik untuk uji
normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas
menggunakan uji lavene’s test.
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas maka barulah kita dapat
menentukan analisis statistik berikutnya apakah menggunakan parametrik atau non
parametrik. Hasil analisis normalitas disajikan dalam tabel 4.14
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 103
103
Berdasarkan hasil analisis skor pretest dan posttest siswa diketahui bahwa
normalitas data yang diuji dengan Kolmogorof-Smirnov, diperoleh taraf
signifikansi pretest 0,200 untuk kelas kontrol, dan taraf signifikansi pretest 0.062
untuk kelas eksperimen. Kedua taraf signifikansi tersebut menunjukkan nilai lebih
besar dari α = 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti nilai pretest untuk kelas
control dan kelas eksperimen berdistribusi normal.
Taraf signifikansi posttest untuk kelas kontrol sebesar 0,122 dan untuk kelas
eksperimen sebesar 0.200. Kedua taraf signifikansi tersebut lebih besar dari α =
0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti data nilai posttest untuk kelas control dan
eksperimen berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas, pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas
eksperimen keduanya berdistribusi normal. Selanjutnya uji homogenitas untuk
mengetahui apakah data nilai pretest dan posttest memiliki varian yang sama,
sehingga apabila skor posttest berbeda dapat diyakini bahwa perbedaan itu
merupakan dampak dari perlakuan. Hasil analisis uji homogenitas disajikan dalam
tabel 4.15
Tabel 4.14 Uji Normalitas
Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistik df Sig. Statistik df Sig.Pretest d
imension1
1 .083 38 .200* .978 38 .6472 .141 37 .062 .953 37 .121
Posttest dimension1
1 .128 38 .122 .936 38 .0312 .097 37 .200* .966 37 .305
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 104
104
Tabel 4.15 Test Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.Pretest Berdasarkan rata-rata .011 1 73 .917
Berdasarkan Median .010 1 73 .923Berdasarkan Median dandengan penyesuaian df
.010 1 70.438 .923
Berdasarkan rata-ratadipangkas
.005 1 73 .941
Uji homogenitas menghasilkan taraf signifikansi sebesar 0,917 yang berarti
signifikansi > 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti variansi setiap sampel sama
atau homogen, sehingga apabila terdapat perbedaan skor posttest antara kedua kelas
dapat diyakini bahwa perbedaan itu dikarenakan hasil perlakuan.
Uji statistik lanjut dilakukan setelah diketahui bahwa data normal dan
homogen, sehingga statistik yang digunakan adalah statistic parametrik. Analisis
yang dilakukan adalah uji paired sample t-test (uji t dua sampel berpasangan) untuk
masing masing kelas kontrol dan kelas eksperimen, didapatkan data pada tabel 4.16
Tabel 4.16 Paired Samples T-test
Paired Differences
t dfSig. (2-
tailed)MeanStd.
Deviasi
Std. Error
Mean
95% Interval
Keyakinan dari
Perbedaan
Rendah Tinggi
Pair 1 Pretest_KPS -
Posttest_KPS
-7.474 11.123 1.804 -11.130 -3.818 -4.142 37 .000
Pair 2 Pretest_KPS
Posttest_KPS
-14.649 11.643 1.914 -18.531 -10.767 -7.653 36 .000
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 105
105
Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung= -4.142 dengan probabilitas
sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Ho ditolak sehingga hasil belajar siswa kelas kontrol
berbeda antara pretest dan posttest. Sedangkan untuk kelas eksperimen, berdasarkan
perhitungan diperoleh thitung= -7.653 dengan probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05),
maka Ho ditolak sehingga hasil belajar siswa kelas eksperimen berbeda antara pretest
dan posttest. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
sebelum dan setelah penerapan modul berbeda secara signifikan. Oleh karena itu,
dapat dinyatakan bahwa penerapan modul fisika latihan keterampilan proses sains
mempengaruhi hasil belajar siswa secara signifikan. Untuk mengetahui pengaruh
modul fisika latihan keterampilan proses sains ini terhadap peningkatan hasil belajar
siswa yaitu berupa keterampilan proses sains yang diujikan, dilakukan analisis N gain
yang ternormalisasi.
2) Data Gain
Hasil perhitungan N-gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil
belajar untuk kelas kontrol 0.16 yaitu dalam kategori rendah, sedangkan rata-rata
N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0.27 yang berada dalam kategori rendah.
(selengkapnya pada lampiran 26). Secara rata-rata peningkatan hasil belajar
berupa keterampilan proses sains lebih tinggi kelas eksperimen daripada kelas
kontrol, namun peningkatan keduanya masih dalam kategori rendah. Namun
apabila kita analisis N-gain masing-masing keterampilan proses sains, maka N
gain pada kelas eksperimen yang menggunkan modul fisika latihan keterampilan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 106
106
proses sains untuk KPS 1 (mengamati), KPS 3 (berhipotesis), dan KPS 5
(merencanakan percobaan) memiliki N gain dengan kategori sedang. Dengan
demikian penggunaan modul fisika latihan keterampilan proses sains ini dapat
meningkatkan KPS yang dimiliki siswa pada ketiga KPS tersebut lebih tinggi
daripada KPS yang lain. Secara umum berdasarkan analisis N-gain penggunaaan
modul ini dapat meningkatkan KPS siswa, hal ini terlihat dari tidak adanya N-gain
yang bernilai negatif.
Analisis uji prasyarat menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen,
dan setelah diuji dengan paired sample t-test untuk masing-masing kelas, hasil
belajar siswa sebelum dan setelah penerapan modul berbeda secara signifikan.
Terdapat kenaikan hasil belajar siswa, yaitu kenaikan KPS yang dapat dilihat dari
nilai rata-rata siswa saat pretes dan posttets. Oleh karena itu, dapat dinyatakan
bahwa penerapan modul fisika latihan keterampilan proses sains ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, berupa 9 KPS yang dilatihkan dalam modul.
Penggunaan modul fisika latihan keterampilan proses sains dengan materi
kinematika gerak membantu siswa dalam memahami materi dan berlatih KPS.
Dalam materi kinematika gerak banyak materi yang dapat dipelajari dan difahami
ketika siswa memiliki KPS, misalnya dalam mengamati fenomena gerak,
mengajukan hipotesis untuk menyelidiki sifat gerak suatu benda, serta
merencanakan percobaan yang terkait dengan fenomena gerak. KPS yang disusun
dalam modul sejumlah 9 KPS telah disusun secara sistematik dari KPS yang
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 107
107
paling dasar yaitu mengamati, sampai KPS yang lebih kompleks yaitu menerapkan
konsep atau prinsip.
KPS bukanlah keterampilan yang diperoleh dari membaca dan
mendengarkan saja, tetapi diperoleh dari aktivitas langsung oleh siswa. Ettin
Lambat (2009) menyebutkan bahwa “In order to acquire the skill effectively, the
method of teaching Science stress on more “hands-on” activities. The pupils are
encouraged to carry out different types of activities”. Dengan demikian untuk
melatihkan KPS siswa harus lebih dilatih dengan kegiatan yang melibatkan siswa
secara langsung (hands on activity). Siswa juga didorong untuk melakukan
berbagai macam aktivitas untuk berlatih keterampilan proses sains.
Lambat (2009:5) lebih lanjut lagi menyatakan bahwa “The Science process
skills are not a collection of rules but it is considered as ways to find the solution
to the problems. The method of teaching and learning should visualize this
principle. Mengacu pada hal tersebut KPS bukan pula suatu aturan pokok tetapi
merupakan cara atau sarana untuk memecahkan masalah-masalah terkait dengan
materi pembelajaraan. Dengan kemampuan KPS yang telah dimiliki, siswa dapat
mengembangkan diri untuk mempelajari materi fisika maupun sains pada
umumnya. KPS juga dapat membantu siswa untuk mempelajarai materi dan
menanamkan jiwa sainstis. Dengan demikian melalui modul fisika latihan
keterampilan proses sains, diharapkan siswa dapat mengembangkan diri dengan
KPS yang telah dimilikinya.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 108
108
3) Data Respon Siswa
Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diberikat angket untuk memberikan
penilaian terhadap modul yang telah digunakan. Penilaian modul oleh siswa
dilakukan menggunakan angket respon siswa. Data hasil analisis angket respon
siswa disajikan pada Tabel 4.18.
Tabel 4.17 Tabel Respon Siswa
No. Aspek Rata-rata Kategori1. Saya senang selama mengikuti
kegiatan pembelajaran denganmenggunakan modul yangdikembangkan
3,19 Baik
2. Saya lebih memahami danmudah berlatih keterampilanproses sains dengan modulyang dikembangkan
3,54 Sangat Baik
3. Modul yang digunakan dalampembelajaran ini dapatmembantu saya dalam prosesbelajar
3,32 Baik
4.
5.
Setelah mengikutipembelajaran menggunakanmodul latihan keterampilanproses sains ini materikinematika gerak mudahdipelajari dan sangatmenambah pengetahuan saya
Secara umum modul yangdikembangkan ini sudah baik
3,16
3,30
Baik
Baik
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 109
109
Tabel 4.18 menunjukkan skor rata-rata untuk respon siswa terhadap modul
latihan keetrampilan proses sains setelah mengikuti pembelajaran dengan modul
tersebut. Pada pernyataan pertama yaitu menyatakan bahwa siswa senang
mengikuti pembelajaran dengan modul yang dikembangkan diperoleh skor 3,19
kategori baik, yang artinya siswa setuju dengan pernyataan tersebut. Pernyataan
kedua siswa lebih memahami dan mudah berlatih keterampilan proses sainsdengan
modul yang dikembangkan diperoleh skor 3,54 dengan kategori sangat baik. Hal
ini berarti siswa sangat setuju dengan pernyataan tersebut dengan sarana modul
yang dikembangkan siswa lebih mudah berlatih KPS. Pernyataan ketiga bahwa
modul ini membantu siswa dalam proses belajar mendapatkan skor 3,32 dengan
kategori baik, yang artinya dengan modul yang dikembangkan ini cenderung dapat
membantu siswa dalam proses belajar. Pernyataan keempat tentang kemudahan
mempelajari materi kinematika gerak melaui modul yang dikembangkan,
diperoleh skor 3,16 dengan kategori baik. Sehingga disimpulkan bahwa modul ini
dapat mempermudah pembelajaran materi kinematika gerak.
Modul yang dikembangkan ini secara umum sudah baik menurut siswa,
dapat kita nyatakan berdasar skor pada pernyataan kelima dengan skor 3,30
berkategori baik.
4. Penyebaran (Disseminate)
Tahapan terakhir dari model pengembangan 4D adalah tahap penyebaran
(disseminate). Dalam tahapan ini dibagi kedalam tiga tahapan yaitu: validation
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 110
110
testing, packaging, diffusion and adoption (Thiagarajan:1974). Tahapan validation
testing yaitu modul yang telah divalidasi dan telah melalui revisi I diimplementasikan
pada sasaran sesungguhnya, dalam hal ini adalah siswa kelas X SMA. Dalam tahapan
ini dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan dari penyususnan modul. Dengan
demikian dapat diketahui sejauh mana ketercapaian tujuan . Tahapan berikutnya
adalah melakukan packaging, serta diffusion and adoption. Pada tahapan ini
dilakukan fisihing modul sehingga modul dapat dipergunakan secara luas. Packaging
dilakukan dengan mencetak modul, setalh dicetak modul tersebut dapat digunakan
secara luas supaya dapat diserap (difusi) dan atau digunakan orang lain dengan
penyesuaian-penyesuaian tertentu (diadopsi).
Tahapan disseminate ini dilakukan dengan memberikat angket terhadap
beberapa guru MGMP fisika di Ponorogo terhadap modul fisika latihan keterampilan
proses sains. Angket terdiri dari 15 pertanyaan yang masing-masing pertanyaan
mewakili aspek penilaian modul pembelajaran, antara lain dari aspek kelayakan isi
dan kemenarikan, keterbacaan, penyajian, dan kemanfaatan. Rata-rata respon guru
dari 5 guru terhadap modul fisika latihan keterampilan proses hasil pengembangan
secara keseluruhan adalah baik. Melalui tahapan penyebaran ini didapatkan beberapa
saran yaitu terkait dengan sampul modul yang seharusnya dibuat lebih menarik dan
mencerminkan isi KPS yang dilatihkan. Berdasarkan saran tersebut maka
dilakukanlah revisi untuk perbaikan sampul pada modul yang dikembangkan ini.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 111
111
B. Temuan di Lapangan
1. Modul fisika latihan keterampilan proses sains pada materi kinematika gerak
untuk SMA/MA kelas X disusun berdasarkan analisis kurikulum 2013,
kebutuhan guru dan siswa, serta berdasarkan observasi lapangan.
2. Materi kinematika gerak sangat sesuai untuk digunakan sebagai materi
penunjang dalam melatihkan KPS dikarenakan pada materi ini terdapat
berbagai aktivitas yang dapat dilakukan untuk mendalami materi.
3. Modul fisika latihan keterampilan proses sains mampu meningkatkan KPS
yang dimiliki siswa, terutama KPS mengamati, berhipotesis, dan
merencanakan percobaan.
4. KPS dapat dilatihkan kepada siswa melaui bimbingan guru secara langsung,
maupun mandiri dengan menggunakan modul fisika latihan keterampilan
proses sains yang telah dikembangkan.
5. Dalam melatihkan KPS siswa harus terlibat secara langsung dalam aktivitas
maupun Lembar Kerja Siswa.
C. Keterbatasan Penelitian
Pengembangan modul fisika latihan keterampilan proses sains pada materi
kinematika gerak secara umum telah memiliki kualitas yang baik dan layak
digunakan, namun dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu:
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 112
112
1. Pada tahapan uji terbatas sejumlah 10 siswa hanya mempelajari modul sendiri
tanpa disertai pembelajaran seperti pada siswa kelas eksperimen.
2. Kegiatan pembelajaran dilakukan pada bulan Mei setelah siswa kelas XII
menempuh Ujian Nasional dan banyak kegiatan akhir tahun pelajaran, sehingga
beberapa siswa yang terlibat organisasi tidak dapat mengikuti pembelajaran
secara menyeluruh.
3. Keterbatasan waktu penelitian dengan akhir tahun pelajaran sehingga
penyebaran pada MGMP tidak dapat dilakukan secara terbuka, namun secara
personal terhadap beberapa guru anggota MGMP yaitu sejumlah 5 guru.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 113
113
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai
berikut:
1. Modul fisika Latihan Keterampilan Proses Sains pada Materi Kinematikia
Gerak untuk SMA/MA Kelas X berhasil dikembangkan dengan hasil produk
berupa modul cetak yang berisi latihan keterampilan proses sains dan
dilengkapi dengan suplemen LKS. Tahapan pengembangan menggunakan
model 4-D (four-D-model) yaitu pendefinisian (define), perancangan (design),
pengembangan (develop) dan penyebaran (disseminate).
2. Modul pembelajaran memiliki kelayakan kriteria baik ditinjau dari aspek
kelayakan isi, bahasa dan gambar, penyajian, dan kegrafikan setelah dilakukan
uji coba lapangan pada siswa dan guru.
3. Modul Fisika Latihan Keterampilan Proses Sains pada Materi Kinematika
Gerak efektif meningkatkan hasil belajar berupa peningkatan KPS yang
dimiliki siswa berdasarkan N gain pada kelas eksperimen sebesar 0,27 yang
lebih tinggi daripada N gain pada kelas kontrol yaitu sebesar 0,16
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 114
114
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah diperoleh, maka penelitian
pengembangan ini memberikan implikasi sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
a. Pembelajaran untuk melatihkan keterampilan proses sains dapat dilakukan
dengan mengembangkan modul pada kompetensi dasar yang lain
b. Pembelajaran menggunakan modul fisika latihan keterampilan proses sains
yang berisi 9 KPS dilatihkan secara bertahap bertujuan untuk melatihkan dan
meningkatkan KPS yang dimiliki siswa.
2. Implikasi Praktis
Pembelajaran menggunakan modul fisika latihan keterampilan proses sains
dapat meningkatkan KPS yang dimiliki siswa. Oleh karena itu guru dapat
menggunakan modul fisika latihan keterampilan proses sains dalam
pembelajaran untuk meningkatkan KPS siswa. Guru juga harus dapat
mengembangkan modul sejenis untuk melatihkan KPS secara terstruktur.
C. Saran
Berdasarkan simpulan, maka perlu dilakukan perbaikan dan saran dalam
pemanfaatan produk lebih lanjut antara lain:
1. Saran untuk guru
a. Pada melatihkan KPS perlu dipastikan bahwa semua siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 115
115
b. Pengembangan modul latihan keterampilan proses sains dapat dilakukan
pada materi fisika yang lain.
c. Kurikulum 2013 yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipakai sebagai
acuan guru untuk mengambangkan bahan ajar lain yang sesuai.
2. Saran untuk peneliti
a. Pengembangan modul latihan keterampilan proses sains dapat dilakukan
pada materi fisika yang lain, sehingga peneliti selanjutnya dapat
menerapkannya pada materi yang lain.
b. Kurikulum 2013 dikembangkan dan berbasis pada kemampuan saintifik
sehinnga dapat digunakan untuk mengembangkan bahan ajar lain yang dapat
melatihkan keterampilan proses sains.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 116
116
DAFTAR PUSTAKA
Abd Rauf, Rose Amnah et all. 2013. Inculcation of science Process Skills in aScience Classroom. Asian Social Science Vol 9 no. 8.
BSNP. 2008. Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: BSNP
Dahar, R.W. 1985. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.
________. 2004. Pedoman Pengembangan I nstrumen dan Penilaian RanahPsikomotor. Jakarta: Direktorat PLP, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.
________. 2007. Materi Sosialisasi dan pelatihan Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) SMP: Pengembangan bahan ajar. Jakarta:Depdiknas.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Dirjen Manajemen Dikdasmen,Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:Depdiknas.
Gunawan, Setya. 2005. Modul online : Kinematika Gerak Lurus. (diakses 6 Juni2013)
Halliday, Resnick and Walker. 2001. Fundamental of Physics, 6th Edition. NewJersey: John Wiley & Son.
Hake, R.R. 1998. Interactive Engagement Versus Traditional Method: A Six-Thousand Student Survey of Mechanics Test Data for IntroductoryPhsyics Course. Am. J. Phus. 66: 64-74.
Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan ProsesSains. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 7 No. 1, 1-3
Ibrahim, Muslimin. 2001. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran menurutJerold E Kemp & Thiagarajan. Surabaya: FMIPA-UNESA.
Khabibah, S. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan SoalTerbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar.Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana Unesa.
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 117
117
Kemble, E. C. 1966. Physical Science, its Structure and Development. Messachusetts: The M.I.T Press.
Kemendikbud. 2012. Pengembangan Kurikulum 2013. Jakarta: KementrianPendidikan dan Kebudayaan.
Kemendiknas. 2011. Panduan Pengembangan Pembelajaran FISIKA secaraTerpadu. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Kustijono, Rudy. 2011. Keterampilan Proses Sains. (http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/10/keterampilan-proses-sains.html). Diakses20 Juni 2013
Lambat, Ettin. 2009. Understanding Science Process Skills. Sarawak: SPA JPNSarawak
Mahmuddin. 2010. Pengantar Penilaian Keterampilan Proses Sains.(http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/pengantar-penilaian-keterampilan-proses-sains/). Diakses 30 Juni 2013.
Mc Cormack, A.J. 1995. Trend and Issues in Science Curriculum. San Diego,California: San Diego State University.
Mc Cormack, AJ. & Yager, Robert E. 1989. A New Taxonomy of Science Education.Science Teacher vol 56,pp 47-48.
Muhfahroyin. 2009. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Melalui ProblemBased Learning pada Siswa Kelas X SMA Kartika Metro. JurnalPendidikan MIPA. Vol 10 No. 2 Juli 2009.
Nuryani. 1995. Pengembangan Keterampilan Proses dan Strategi Belajar Aktif(Makalah Penyuluhan dan Pengabdian Kepada Masyarakat). Bandung:IKIP Bandung.
Nuryani & Rustaman, Adrian.1997. Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum1994. Jakarta: Depdikbud.
Ozer, Dilek Zeren et al. 2013. A Study on the Evaluation of Science Project ofPrimary School Students Based on Scientific Criteria. Asia PasificForum on Science Learning and teaching. Volume 14, Issue 2, article6,p.1
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 118
118
Padilla, Michael. 1990. The Science Process Skills. Research Matters - to the ScienceTeacher No. 9004 March 1, 1990(http://www.educ.sfu.ca/narstsite/publications/research/skill.htm)diakses 30 Juni 2013.
Padilla, Michael, et al. 1983. The relationship between science process skills andformal thinking abilities. Journal of Research in Science Teaching,20(3), 239-246
Prabowo. 1998. Metodologi Penelitian. Surabaya: Upress Unesa
Program Pascasarjana. 2011. Panduan Penulisan Tesis. Surakarta
Rahmi, Gina Hanifah. 2013. Penggunan Buku Ajar Materi Alat Optik untukMeningkatkan Keterampilan Proses sains Siswa SMA. Skripsi.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Serway, Raymond A. dan Jewett Jr. 2009. Fisika-untuk Sains dan Teknik. Jakarta :Salemba Teknika.
Shaibu, Amos A.M., & Jonathan S. Mari. 2013. The Effect of Process-skillInstruction on Secondary School Students’ Formal Reasoning Ability inNigeria. Science Education International, Vol. 14, No. 4, Desember20013.
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Bandung
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:Alfabeta
Sukiman.2012.Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia
Suparman, Atwi. 1993. Desain Instruktional. Jakarta: Rineka Cipta
Thiagarajan & Semmel. 1974. Instructional develeopment for training teacherof exeptional children. Bloomington Indiana: Indiana University.
Tomera, Audrey N. 1974. Transfer and retention of transfer of the science processesof observation and comparison in junior high school students. ScienceEducation, 58, 195-203
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user
Page 119
119
Trianto. 2007. Model pembelajaran terpadu, dalam teori dan praktek. Jakarta:Prestasi Pustaka
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
________. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.
Trowbridge, L. $ Bybee, R. 1996. Teaching secondary school science.Englewood Cliffs, N.J.: Merill and Prenctice Hall.
Utomo, Pristiadi. 2008. Modul Gerak dan Gaya (online).(http://pristiadiutomo.wordpress.com/2008/05/30/gerak-dan-gaya/)diakses 28 November 2013.
Utomo, Tjipto. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: GramediaPustaka Utama.
Vembriarto. 1975. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan PendidikanParamita.
Wagiran. 2006. Meningkatkan keaktifan mahasiswa dan reduksi miskonsepsimelalui pembelajaran konstruktivistik model kooperatif berbantuanmodul. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 13 No.1, hal. 25-32.
Widyoko, Eko P. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran .Yogyakarta : PustakaPelajaran
Wijaya, Cece. 1992. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran.Bandung: Remaja Rosda Karya
Yulianti, D. & Herlina, L. 2008. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran.Semarang: Universitas Negeri Semarang
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)[email protected] digilib.uns.ac.id
commit to user