ANALISIS FAKTOR YANG ... TESIS ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN SEDIAAN DAHAK YANG BERKUALITAS DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016 ROSDIYANTI UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI SURABAYA 2016 ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA TESIS ROSDIYANTI
188
Embed
TESIS ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.unair.ac.id/53847/14/TEP 15-16 Ros a-ilovepdf-compressed... · penyusunan tesis dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS FAKTOR YANG ...
TESIS
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN
SEDIAAN DAHAK YANG BERKUALITAS DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016
ROSDIYANTI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI SURABAYA
2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
ii
TESIS
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN
SEDIAAN DAHAK YANG BERKUALITAS DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016
ROSDIYANTI NIM. 101414553022
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI
SURABAYA 2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
iii
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN
SEDIAAN DAHAK YANG BERKUALITAS DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016
TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Epidemiologi Minat Studi Epidemiologi
Program Studi Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Oleh:
ROSDIYANTI NIM. 101414553022
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI
SURABAYA 2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
iv
PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Tim Penguji Tesis Minat Studi Epidemiologi
Program Studi Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Magister Epidemiologi (M.Epid.)
pada tanggal 25 Juli 2016
Mengesahkan
Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan,
Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S NIP. 19560303 198701 2 001
Tim Penguji:
Ketua
Anggota
:
:
Dr. RR. Soenarnatalina M, Ir., M.Kes
1. Prof. Dr. Chatarina U.W, dr., M.S., M.PH 2. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes 3. Prof. Dr. Rika Subarniati T, dr., S.KM 4. Priyo Santoso, S.KM., M.Kes
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
v
PERSETUJUAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Epidemiologi (M.Epid.)
Minat Studi Epidemiologi Program Studi Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Oleh:
ROSDIYANTI NIM. 101414553022
Menyetujui,
Surabaya, 25 Juli 2016
Pembimbing Ketua,
Prof. Dr. Chatarina U.W, dr., M.S., M.PH NIP. 19540916 198303 2 001
Pembimbing,
Dr. Santi Martini, dr., M.Kes NIP. 19660927 199702 2 001
Mengetahui, Koordinator Program Studi Epidemiologi
Prof. Dr. Chatarina U.W, dr., M.S., M.PH NIP. 19540916 198303 2 001
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
vi
PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Rosdiyanti NIM : 101414553022 Program Studi : Epidemiologi Minat Studi : Epidemiologi Angkatan : 2014 Jenjang : Magister
menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tesis saya yang berjudul:
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN SEDIAAN DAHAK YANG BERKUALITAS DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surabaya, 25 Juli 2016
Rosdiyanti NIM. 101414553022
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayahNya penyusunan tesis dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya Tahun 2016” ini dapat terselesaikan. Tesis ini berisikan mengenai kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak dalam upaya meningkatkan kualitas diagnosis tuberkulosis di puskesmas Kota Surabaya tahun 2016.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Prof. Dr.Chartarina U.W, dr., M.S., M.PH selaku pembimbing ketua dan Dr. Santi Martini, dr., M.Kes selaku pembimbing II, yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran serta motivasi demi kesempurnaan tesis ini. Ayahanda Kamarudin HB, Ibunda Rosuli S serta Ananda tersayang Quinsha C Arsyanda Al-Hayyu yang berkorban materil maupun spiritual dan menanti kesuksesanku..
Dengan terselesainya tesis ini, perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada: 1 Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., M.T., AK., CMA., CA selaku rektor Universitas
Airlangga Surabaya yang telah berkenan menerima penulis untuk belajar di Program Studi Magister Epidemiologi
2 Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang telah memberikan izin untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Epidemiologi
3 Prof. Dr. Chartarina U.W., dr., M.S.,M.PH selaku Koordinator Program Studi Magister Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
4 Prof. Dr. Rika Subarniati T, dr., S.KM, Dr. RR.Soenarnatalina M, Ir., M.Kes, Priyo Santoso, SKM., M.Kes selaku anggota penguji proposal tesis atas kesediannya menguji dan membimbing dalam perbaikan tesis
5 drg. Febria Rachmanita selaku Kepala Dinas kesehatan Kota Surabaya yang telah mengizinkan melakukan penelitian di Puskesmas yang ada di wilayah kerja Kota Surabaya
6 Sri Astuti, S.Si., MM, selaku kepala UPT Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Surabaya beserta Staff
7 Teman Magister Epidemiologi angkatan 2014 dan angkatan 2015 yang telah memberikan dorongan dan bantuan nya dalam penyusunan teris ini
8 Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu hingga tesis ini dapat terselesaikan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
viii
Demikian, semoga tesis ini bisa membari manfaat bagi diri kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan.
Surabaya, Juli 2016
Rosdiyanti
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
ix
SUMMARY
Tuberculosis (TB) is an infectious disease directly caused by bacteria
Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis remains one of the most deadly infectious diseases in the world. Indonesia, in 2014 was ranked second with the highest burden of TB in the world, just after India. The most common method for diagnosing TB is sputum microscopic examination. Error laboratory tests will result in errors in diagnosing. Indicators and targets in tuberculosis laboratory that needs to be fulfilled is a 90% quality of samples for the cross test.
Tuberculosis (TB) remains one of the most deadly infectious diseases in the world. In 2013, an estimated 9.0 million people suffered TB and for about 1.5 million people died with 360,000 of whom were HIV positive. Indonesia was ranked second with the highest burden of TB in the world after India. The number of TB patients in Indonesia is about 5.8% of the total number of TB patients worldwide. Each year there are 429,730 new cases and about of 62,246 people death from the disease. Incident cases of smear positive (based on the presence of at least one acid fast bacilli (AFB+) is around 102/ 100,000 population. East Java ranks second after West Java with the burden of tuberculosis and the City of Surabaya is one contributor to TB in the province.
Quality assessment of microscopic laboratory performance for TB is carried out through the implementation of TB External Quality Consolidation (Indonesian: PME; Pemantapan Mutu Eksternal) to carry out cross test for sputum samples with smear positive. Up to today, cross test is done with a conventional 100% positive preparations supplemented with 10% negative preparations with an error rate of <5%. In 2015 there were 49.733 samples inspected by various health institutions in the working area of Surabaya City Health Office. As many as 4,651 samples were being examined and were known to be positive while as many as 878 samples were scanty and the remaining 44,249 samples were negative. Several factors can affect the quality of the samples, namely the quality, picking and coloring of the samples (sputum), quality of the reagents, the reading of samples, as well as in recording and reporting, maintenance and storage both of samples and microscope.
The purpose of this study was to analyze the factors that affect the performance of staffs in laboratory with individual characteristics (age, sex, education), employment, training, working environment, motivation, incentives, workload, attitudes, and supervision in the preparation of sputum samples in the City of Surabaya in 2016. This study applied observational study with cross sectional design. The population under study consisted of as many as 63 laboratory staffs in the working area of Surabaya City Health Office in 2016, with a sample size of 50 laboratory staffs, obtained using simple random sampling.
Data analysis was carried out using Chi-square and multiple logistic regression. The results indicated that there was no influence of age (p value = 0.887), gender (p value = 0.331), education (p value = 0.332), tenure (p value =
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
x
0.329), training (p value = 0.832), supervision (p value = 0.443) with the performance of laboratory staff in the preparation of sputum. While working environment (p value = 0.001), motivation (p value = 0.013), incentives (p value = 0.005), workload (p value = 0.004), attitude (p value = 0.155) indicated P value <0.05 which means that the working environment, motivation, incentives, workload and attitudes had influence on the performance of the laboratory staff in preparing samples. The results of multiple logistic regression also indicated that there was a significant correlation between the working environment (p value = 0.001), workload (p value = 0.024) and incentives (p value = 0.024) with the performance of staff in the laboratory in the preparing the sputum samples in the City of Surabaya in 2016.
From the findings above, it can be inferred that factors that influence the performance of the laboratory staff in preparing the samples of sputum in the City of Surabaya were the working environment, workload and incentives, and therefore it is expected that the City of Surabaya Health Office to develop physical environment, to raise incentives and to increase the number of laboratory personnel to reduce the workload.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xi
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is an infectious disease directly caused by the bacteria
Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis remains one of the most deadly infectious diseases in the world. The most common method for diagnosing TB is sputum microscopic examination. Error laboratory tests will result in errors in diagnosing. Indicators and targets in tuberculosis laboratory that needs to be fulfilled is a 90% quality of samples for the cross test.
The purpose of this study was to analyze the factors that affect the performance of staffs in laboratory in preparing sputum samples in the City of Surabaya in 2016. This study applied observational study design with cross sectional approach. The population under this study consisted of 63 laboratory personnel in the working area of Surabaya City Health Office in 2016, with a sample size of 50 laboratory staff obtaines by simple random sampling.
Data analysis was carried out using Logistic regression test revealed that there was a significant correlation between working environment (p = 0.001), workload (p value = 0.024) and incentives (p value = 0.024) with the performance of the laboratory staff in preparing sputum samples in Surabaya in 2016.
From the findings above, it can be inferred that factors that influence the performance of the laboratory staff in the preparaing sputum samples were working environment, workload and incentives. Therefore it is expected that the City of Surabaya Health Office to develop physical environment, to raise incentives and to increase the number of laboratory personnel to reduce the workload.
Keywords: Attitude, motivation, working environment, incentives
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ........................................................................................... i SAMPUL DALAM .......................................................................................... ii HALAMAN PRASYARAT GELAR .............................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... v PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii SUMMARY ....................................................................................................... ix ABSTRACT ....................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxi DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ....................................... xxii BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah .................................. 1 1.2 Kajian Masalah .......................................................................... 8 1.3 Rumusan Masalah ...................................................................... 9 1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 9 1.4.1 Tujuan Umum ................................................................... 9 1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................. 10 1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 11 1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................ 11 1.5.2 Manfaat Praktisi ................................................................ 12 1.5.3 Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya ............... 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13 2.1 Tuberkulosis (TB) ..................................................................... 13 2.2 Epidemiologi Tuberkulosis ....................................................... 13 2.2.1 Etiologi ............................................................................ 14 2.4.2 Patogenesis ....................................................................... 15 2.4.3 Gejala Tuberkulosis ......................................................... 16 2.3 Diagnosis Tuberkulosis ............................................................. 17 2.4 Penemuan Penderita TB Paru ................................................... 17 2.5 Klasifikasi Penyakit TB dan Tipe Pasien .................................. 17 2.6 Pengobatan ................................................................................ 20 2.7 Puskesmas ................................................................................. 20 2.7.1 Pengertian Puskesmas ..................................................... 20 2.7.2 Fungsi Penyelenggaraan Puskesmas ............................... 21 2.7.3 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas ............................... 22 2.7.4 Asas Pertanggungjawaban Wilayah ................................ 23 2.7.5 Jejaring Laboratorium Mikroskopis Tuberkulosis .......... 24
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xiii
2.8 Pemeriksaan Dahak Secara Mikroskopis .................................. 26 2.9 Pengumpulan Dahak ................................................................. 27 2.10 Uji Silang Metode LQS ............................................................. 31 2.10.1 Indikator Keberhasilan Uji Silang ................................. 34 2.10.2 Klasifikasi Kesalahan Uji Silang Metode LQAS .......... 34 2.11 Penyimpanan Sediaan ............................................................... 36 2.12 Kinerja ....................................................................................... 36 2.12.1 Pengertian Kerja dan Kinerja ........................................ 36 2.12.2 Penilaian Kinerja ........................................................... 38 2.12.3 Tujuan Penilaian Kinerja ............................................... 38 2.12.4 Kegunaan Penilaian Kinerja .......................................... 40 2.12.5 Manfaat Penilaian Kinerja ............................................. 41 2.12.6 Indikator Kinerja ........................................................... 41 2.12.7 Fungsi Indikator Kinerja ............................................... 41 2.13 Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja ............................... 42 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS .......................... 53 3.1 Kerangka Konseptual ................................................................ 53 3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................... 56 BAB 4 METODE PENELITIAN................................................................... 58 4.1 Jenis Penelitian............................................................................ 58 4.2 Rancang Bangun Penelitian ....................................................... 58 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 58 4.4 Populasi dan Sampel ................................................................... 59 4.4.1 Populasi .............................................................................. 59 4.4.2 Sampel................................................................................ 59 4.4.3 Besar Sampel .................................................................... 59 4.4.4 Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 59 4.5 Variabel Penelitian ...................................................................... 60 4.5.1 Variabel Terikat ................................................................ 60 4.5.2 Variabel Bebas .................................................................. 60 4.6 Kerangka Operasional ................................................................. 61 4.7 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel ................ 62 4.8 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 66 4.9 Pengolahan dan Analisa Data ..................................................... 66 4.10 Uji Validasi dan Reliabilitas ...................................................... 67 4.10.1 Uji Validitas .................................................................... 67 4.10.2 Uji Reliablilitas .............................................................. 71 BAB 5 HASIL DAN ANALISIS DATA ...................................................... 73 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 73 5.1.1 Kondisi Geografis ............................................................ 73 5.1.2 Kondisi Demografis ......................................................... 74 5.2 Sumber Daya Kesehatan ............................................................ 75 5.2.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan ...................................... 75 5.2.2 Tenaga Kesehatan ............................................................ 75
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xiv
5.3 Analisis Deskriptif ..................................................................... 76 5.3.1 Gambaran Umur Responden ........................................... 77 5.3.2 Gambaran Jenis Kelamin Responden .............................. 77 5.3.3 Gambaran Pendidikan Responden .................................. 77 5.3.4 Gambaran Masa Kerja Responden .................................. 78 5.3.5 Gambaran Pelatihan Responden ..................................... 78 5.3.6 Gambaran Lingkungan Kerja Responden ....................... 78 5.3.7 Gambaran Motivasi Responden ...................................... 79 5.3.8 Gambaran Insentif Responden ........................................ 79 5.3.9 Gambaran Beban Kerja Responden ................................ 79 5.3.10 Gambaran Sikap Responden ........................................... 80 5.3.11 Gambaran Supervisi Responden ..................................... 80 5.3.12 Gambaran Kualitas Spesimen (Sputum) .......................... 81 5.3.13 Gambaran Ukuran Sediaan ............................................. 81 5.3.14 Gambaran Kerataan Sediaan ........................................... 81 5.3.15 Gambaran Ketebalan Sediaan ......................................... 82 5.3.16 Gambaran Kebersihan Sediaan ....................................... 82 5.3.17 Gambaran Kinerja Petugas Laboratorium ....................... 82 5.4 Analisis Bivariabel ..................................................................... 83 5.4.1 Analisis Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 83 5.4.2 Analisis Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja
Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ....................................... 83
5.4.3 Analisis Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 84 5.4.4 Analisis Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 85 5.4.5 Analisis Kualitas Spesimen berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 86 5.4.6 Analisis Ukuran Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 86 5.4.7 Analisis Kerataan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 87 5.4.8 Analisis Ketebalan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 88 5.4.9 Analisis Kebersihan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 88 5.4.10 Analisis Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 89
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xv
5.4.11 Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ..................................... 94
5.4.12 Analisis Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas ................................................... 94 5.4.13 Analisis Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 95 5.4.14 Analisis Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 96 5.4.15 Analisis Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 97 5.4.16 Analisis Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 97 5.4.17 Rangkuman Hasil Analisis Bivariabel ............................. 98
5.4 Analisis Multivariabel ................................................................. 99 BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................... 100 6.1 Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 100 6.2 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 101 6.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 102 6.4 Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 104 6.5 Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 105 6.6 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 .......................... 107 6.7 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 109 6.8 Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 110
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xvi
6.9 Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 113 6.10 Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 .................................. 114 6.11 Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 .................................. 114 BAB 7 PENUTUP.......................................................................................... 116 7.1 Kesimpulan .................................................................................. 116 7.2 Saran ............................................................................................. 117 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 119 LAMPIRAN .................................................................................................... 124
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xvii
DAFTAR TABEL
No
Judul Tabel Hal
Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 4.1
Perbedaan Uji Silang Metode Konvensional dengan LQAS Cara Penilaian Hasil Cross Check Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel
32 34 62
Tabel 4.2 Hasil uji validitas Instrumen Motivasi 69 Tabel 4.3 Hasil uji validitas Instrumen Imbalan 69 Tabel 4.4 Hasil uji validitas Instrumen Beban Kerja 70 Tabel 4.5 Hasil uji validitas Instrumen Sikap 70 Tabel 4.6 Hasil uji validitas Instrumen Supervisi 71 Tabel 4.7 Hasil uji reliabelitas Instrumen Penelitian 72 Tabel 5.1 Jumlah Sarana pelayanan kesehatan di Kota Surabaya 75 Tabel 5.2 Jumlah tenaga kesehatan di Wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kota Surabaya tahun 2016
76 Tabel 5.3 Frekuensi Umur Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun
2016
77 Tabel 5.4 Frekuensi Jenis Kelamin Petugas Laboratorium Kota Surabaya
tahun 2016
77 Tabel 5.5 Frekuensi Pendidikan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016
77 Tabel 5.6 Frekuensi Masa Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 78 Tabel 5.7 Frekuensi Pelatihan Mikroskopis Tuberkulosis Petugas
Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 78 Tabel 5.8 Frekuensi Lingkungan Kerja Petugas Laboratorium di Kota
Surabaya tahun 2016 78 Tabel 5.9 Frekuensi Motivasi Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 79 Tabel 5.10 Frekuensi Insentif Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 79 Tabel 5.11 Frekuensi Beban Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 80 Tabel 5.12 Frekuensi Sikap Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun
2016 80 Tabel 5.13 Frekuensi Supervisi Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 80 Tabel 5.14 Frekuensi Kualitas Spesimen Petugas Laboratorium di Kota
Surabaya tahun 2016
81
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xviii
Tabel 5.15 Frekuensi Ukuran Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 81
Tabel 5.16 Frekuensi Kerataan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 81
Tabel 5.17 Frekuensi Ketebalan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 82
Tabel 5.18 Frekuensi Kebersihan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 82
Tabel 5.19 Frekuensi Kinerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya 82 Tabel 5.20 Distribusi Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya Tahun 2016 83
Tabel 5.21 Distribusi Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak Yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 84
Tabel 5.22 Distribusi Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 85
Tabel 5.23 Distribusi Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 85
Tabel 5.24 Distribusi Kualitas spesimen berdasarkan masa kerja petugas Laboratorium Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Surabaya 86
Tabel 5.25 Distribusi Ukuran Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 87
Tabel 5.26 Distribusi Kerataan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 87
Tabel 5.27 Distribusi Ketebalan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 88
Tabel 5.28 Distribusi Kebersihan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 89
Tabel 5.29 Hasil Akhir Kinerja (Kualitas Spesimen, Ukuran Sediaan, Kerataaan Sediaan, Ketebalan Sediaan dan Kebersihan) terhadap Masa Kerja Petugas Mikroskopis Tuberkolosis di Kota Surabaya tahun 2016 89
Tabel 5.30 Distribusi Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 90
Tabel 5.31 Distribusi Kualitas Spesimen berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 90
Tabel 5.32 Distribusi Ukuran Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
91
Tabel 5.33 Distribusi Kerataan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 92
Tabel 5.34 Distribusi Ketebalan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
92
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xix
Tabel 5.35 Distribusi Kebersihan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 93
Tabel 5.36 Hasil Akhir Kinerja (Kualitas Spesimen, Ukuran Sediaan, Kerataaan Sediaan, Ketebalan Sediaan dan Kebersihan) terhadap Pelatihan Petugas Mikroskopis Tuberkolosis di Kota Surabaya tahun 2016 93
Tabel 5.37 Distribusi Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 94
Tabel 5.38 Distribusi Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 95
Tabel 5.39 Distribusi Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016 95
Tabel 5.40 Distribusi Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 96
Tabel 5.41 Distribusi Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkauliats di Kota Surabaya tahun 2016 97
Tabel 5.42 Distribusi Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 98
Tabel 5.43 Hasil Analisis Chi-square Variabel Penelitian terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 98
Tabel 5.44 Hasil analisis multivariat Uji Regresi Logistik Ganda 99
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xx
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 5.1
Judul Tabel Proporsi Uji Silang Sediaan Dahak Triwulan I-III di Kota Surabaya Tahun 2014 ............................................... Proporsi Uji Silang Sediaan Dahak Triwulan I-III Di Kota Surabaya Tahun 2015 .............................................. Morfologi M.Tuberculosis dengan Pewarnaan Ziehl Neelsen ......................................................................... Jejaring Laboratorium TB di Indonesia ................................ Pot Dahak .............................................................................. Alur Uji Silang ..................................................................... Faktor yang Mempengaruhi Kinerja .................................... Kerangka Konseptual Penelitian ........................................... Kerangka Operasional Penelitian .......................................... Peta Pembagian Wilayah Kota Surabaya ..............................
Daftar Arti Lambang > : Lebih besar ≥ : Lebih besar atau sama dengan ≤ : lebih Kecil atau sama dengan = : Sama dengan < : Lebih kecil & : Dan % : Persen ° : Derajat 0C : Derajat Celcius Daftar Singkatan BATRA : Pengobatan Tradisional BTA : Basil Tahan Asam CDR : Case Detection Rate CNR : Case Notification Rate DEPKES : Departemen Kesehatan DKK : Dinas Kesehatan Kota DOTS : Directly Observed Treatment Short-course ER : Error Rate HIV : Human imunodefisiensi Virus Ha : Hektar KEMENKES : Kementrian Kesehatan KH : Kesalahan Hitung Km2 : Kilometer LQAS : Lot Quality Assurance Sampling M.Tb : Mycobacterium Tuberkolosis NPR : Negatif Palsu Rendah NPT : Negatif Palsu Tinggi OAT : Obat Anti Tuberkolosis P2PL : Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan P2TB : Program Pengendalian Tuberkolosis PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PME : Pemanatapan Mutu Eksternal PMI : Pemantapan Mutu Internal PMS : Penyakit Menular Seksual PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar PPM : Puskesmas Pelaksana Mandiri PPR : Positif Palsu Rendah PPT : Positif Palsu Tinggi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xxiii
PRM : Puskesmas Rujukan mikroskopis PS : Puskesmas Satelit RAN : Rencana Aksi Nasional RUS : Rujukan Uji Silang SDK : Sumber Daya Kesehatan SK : Surat Keputusan SPR : Slide Positive Rate SPS : Sewaktu Pagi Sewaktu TB : Tuberkulosis UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat WHO : Wold Health Organization ZN : Ziehl Neelsen
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman Mycobacterium
tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis dan menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang utama (Soedarto, 2009).
Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu penyakit menular paling
mematikan di dunia. Tahun 2013, diperkirakan 9,0 juta orang menderita TB dan
1,5 juta orang meninggal dunia, 360 000 di antaranya adalah HIV positif (WHO,
2014).
Indonesia berada pada ranking ke dua dengan beban TB tertinggi di dunia
setelah India. Jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah pasien
TB di dunia. Setiap tahun ada 429.730 kasus baru dan kematian 62.246 orang.
Insiden kasus TB BTA (Basil Tahan Asam) positif sekitar 102/100.000 penduduk.
Strategi nasional pengendalian TB dengan visi “Menuju Masyarakat Bebas
Masalah TB, Sehat, Mandiri dan Berkeadilan”. Strategi tersebut bertujuan
mempertahankan kesinambungan pengendalian TB periode sebelumnya (Depkes
RI, 2011). Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat ke dua setelah Jawa Barat
dengan beban tuberkulosis tertinggi di Indonesia. Kota Surabaya merupakan salah
satu penyumbang TB di Provinsi Jawa Timur (Dinkes Kota Surabaya, 2014).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
2
Pelaksanaan upaya penanggulangan TB di Indonesia secara administratif
berada di bawah Ditjen Bina Upaya Kesehatan dan P2PL (Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan). Pembinaan Puskesmas berada di bawah Ditjen Bina
Upaya Kesehatan dan merupakan tulang punggung layanan TB dengan arahan
dari Subdit Tuberkulosis. Indonesia telah menerapkan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) sejak tahun 1995 sebagai strategi nasional
penanggulangan TB di seluruh Indonesia. Menemukan dan menyembuhkan
pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB (Depkes
RI, 2011).
Strategi DOTS terdiri 5 komponen kunci yaitu komitmen politis:
pemeriksaan dahak secara mikroskopis yang terjamin mutunya: pengobatan
jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang
tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan, jaminan ketersediaan OAT
(Obat Anti Tuberkulosis) yang bermutu serta sistem pencatatan dan pelaporan
yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja
program secara keseluruhan. Fokus utama penanggulangan TB dengan strategi
DOTS adalah penemuan dan penyembuhan penderita TB. Target nasional untuk
Case detection rate (CDR) 70% dengan angka kesembuhan (cure rate) minimal
85% (Depkes RI, 2008).
Upaya mencapai target yang ditetapkan dalam strategi nasional program
penanggulangan TB, disusun 8 Rencana Aksi Nasional (RAN) yang salah
satunya adalah penguatan laboratorium yang dijabarkan menjadi penguatan
jejaring, pemantapan mutu dan pengembangan laboratorium, baik untuk
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
3
pemeriksaan mikroskopis, biakan maupun uji kepekaan (Kemenkes RI, 2013).
Metode yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis TB di Indonesia
bahkan seluruh dunia adalah pemeriksaan dahak secara mikroskopis, bakteri
diamati pada sampel dahak kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Sedangkan
di negara maju, TB juga diagnosis melalui metode kultur (WHO, 2014).
Kemampuan laboratorium TB di setiap jenjang berbeda karena fungsi rujukan
laboratorium TB dalam program pengendalian TB (P2TB) sangat penting agar
rujukan bisa berjalan, maka harus ada jejaring laboratorium yang berfungsi
dengan baik. Setiap laboratorium tuberkulosis memiliki fungsi, peran, tugas dan
tanggung jawab yang saling berkaitan, sesuai kemampuan dan kedudukan
dalam jejaring laboratorium TB. Kegiatan jejaring laboratorium TB mencakup
standar mutu pelayanan dan pemantapan mutu (Kemenkes RI, 2013).
Penilaian mutu kinerja laboratorium mikroskopis TB dilakukan melalui
pelaksanaan Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dengan melakukan uji silang
sediaan BTA. Selama ini uji silang BTA dilakukan secara konvensional yaitu
100% sediaan positif ditambah dengan 10% sediaan negatif dengan error rate
<5%. Tahun 2009 Ditjen P2ML Kemenkes RI telah menerapkan metode LQAS
(Lot Quality Assurance Sampling) dimana penilaian dimulai dari kualitas
spesimen, pewarnaan, kebersihan, ketebalan, ukuran dan kerataan (Kemenkes RI,
2013).
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis untuk menetapkan klasifikasi
penderita tuberkulosis, keputusan untuk memulai pengobatan, memantau hasil
pengobatan dan menyatakan kesembuhan penderita. Mutu hasil pemeriksaan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
4
laboratorium merupakan inti keberhasilan pengendalian tuberkulosis. Kesalahan
hasil pemeriksaan laboratorium akan berdampak pada kesalahan dalam
mendiagnosis pasien, pasien menerima pengobatan yang salah. Hal tersebut akan
berdampak pada peningkatan biaya kesehatan, faktor psikologis, sosial serta akan
berakibat fatal. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam mendiagnosis
tuberkulosis diperlukan spesimen yang berupa dahak. Tetapi tidak semua
spesimen yang memenuhi standar, sehingga petugas laboratorium harus dapat
memilih spesimen yang bagus yaitu bagian dahak yang kental/purulen (Kemenkes
RI, 2013).
Menurut Depkes RI (2012) menyebutkan bahwa salah satu indikator dan
target laboratorium tuberkulosis yang akan dicapai adalah kualitas sediaan untuk
uji silang harus baik yaitu 90%. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, masih terdapat kinerja petugas mikroskopis yang
masih kurang baik dalam hal pembuatan sediaan dahak seperti pada gambar 1.1.
Sumber Data: Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2015 Gambar 1.1 Proporsi Uji Silang Sediaan Dahak Triwulan I-III di Kota Surabaya
Tahun 2014.
0102030405060708090
I II III
61 64
87
39 36
13
Baik Jelek
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
5
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 periode triwulan I
terdapat 61% fasilitas kesehatan yang mempunyai kinerja petugas mikroskopis
dengan kategori kinerja baik dan 39% fasilitas kesehatan dengan kategori kinerja
jelek. Periode triwulan II terdapat 64% fasilitas kesehatan dengan ketegori kinerja
kinerja baik dan 36% dengan kategori kinerja jelek. Periode triwulan ke III
terdapat 87% fasilitas kesehatan dengan kategori kinerja baik dan 13% dengan
ketegori kinerja kurang baik, pada periode ini terjadi peningkatan kinerja petugas
yang baik dikarenakan pada akhir periode ke II telah diadakan on job training
(OJT) mikroskopis pada petugas laboratorium.
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2016 Gambar 1.2 Proporsi Uji Silang Sediaan Dahak Triwulan I-III di Kota Surabaya Tahun 2015.
Gambar 1.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 periode triwulan I
terdapat 74% fasilitas kesehatan yang mempunyai kinerja petugas mikroskopis
dengan kategori kinerja baik dan 26% fasilitas kesehatan dengan kategori kinerja
kurang baik. Periode triwulan II terdapat 56% fasilitas kesehatan dengan ketegori
74
56 61
26
44 39
0
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III
Baik Jelek
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
6
kinerja kinerja baik dan 44 dengan kategori kinerja jelek. Periode triwulan ke III
terdapat 61% fasilitas kesehatan dengan kategori kinerja baik dan 39% dengan
ketegori kinerja kurang baik.
Pada tahun 2015 terdapat 49.733 sediaan yang diperiksa oleh fasilitas
kesehatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Surabaya, dari sediaan yang
diperiksa tersebut diketahui sediaan yang positif berjumlah 4.651 sediaan, scanty
878 sediaan dan yang negatif sebanyak 44.249 sediaan. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas sediaan adalah kualitas spesimen (sputum),
3. Tentukan sensitifitas, spesifisitas dan jumlah kesalahan yang masih dapat
diterima
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
33
Gambar 2.4 Alur Uji Silang
LAB UJI SILANG (II)
LAB UJI SILANG (I)
DINKES PROV
DINKES KAB/KOTA (WASOR)
UPK
(1)
(4)
(4)
(5) (4) (6)
(2)
(3)
1) Pengambilan sampel oleh wasor 2) Pengiriman sampel oleh wasor(blinded) 3) Hasil pembacaan lab uji silang 4) Umpan balik hasil uji silang 5) Sediaan yang di “screpancy” ke pembaca II 6) Hasil pembacaan ulang oleh lab II
LAB UJI SILANG (II)
LAB UJI SILANG (I)
DINKES PROV
DINKES KAB/KOTA (WASOR)
(d)
(c) (d)
(d)
(b)
(a)
a) Pengambilan sampel oleh wasor b) Pengiriman sampel oleh wasor(blinded) c) Hasil pembacaan sediaan oleh kontroler d) Umpan balik hasil uji silang
Alur Uji Silang Sediaan BTA ( Untuk UPK )
Alur Uji Silang Sediaan BTA ( Untuk Lab Intermediate )
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
34
2.10.1 Indikator Keberhasilan Uji Silang
1. Cakupan 90% : Jumlah laboratorium yang mengikuti uji silang dibanding
seluruh laboratorium pemeriksa mikroskopis TB.
2. Rutini tas 90% : Jumlah laboratorium peserta uji silang dengan frekuensi
partisipasi 4 (empat) kali per tahun dibanding seluruh laboratorium pemeriksa
mikroskopis TB.
3. Kinerja Baik 80% : Jumlah peserta uji silang dengan hasil pembacaan
baik.Pembacaan baik ialah pembacaan tanpa kesalahan besar dan atau
kesalahan kecil kurang dari 3.
4. Kualitas Sediaan Baik 80% : Jumlah laboratorium peserta uji silang
dengan 6 unsur kualitas sediaan dahak yang baik yaitu : Ukuran, kerataan,
ketebalan, pewarnaan, kebersihan dan kualitas dahak (Depkes RI, 2011).
2.10.2 Klasifikasi Kesalahan pada uji silang dengan metode LQAS
Perhitungan angka kesalahan laboratorium metode yang digunakan
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Cara Penilaian Hasil Cross Check
Hasil dari Lab Hasil Lab Uji Silang Peserta Negatif Scanty 1+ 2+ 3+ Negatif Betul NPR NPT NPT NPT Scanty PPR Betul Betul KH KH
histokimia), toksikologi, kimia lingkungan, biologi dan fisika. Di dalam
pelayanan laboratorium, Analis Kesehatan melakukan pengujian/analisis terhadap
bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia yang
tujuannya adalah menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi
kesehatan kesehatan perorangan atau masyarakat. Peran Analis Kesehatan
a. Pelaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan
b. Penyelia teknis operasional laboratorium kesehatan
c. Peneliti dalam bidang laboratorium kesehatan (Pakpahan, 2013).
5. Motivasi
Motivasi menurut Notoatmodjo (2014) adalah keinginan yang terdapat dalam
diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
perbuatan, tindakan, tingkah laku atau perilaku. Menurut Stoner (1982) motivasi
adalah suatu hal yang menyebabkan dan yang mendukung tidakan atau perilaku
seseorangyang merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal, atau
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
47
eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme
dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan
organisasi yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian untuk memenuhi
kebutuhan individual tertentu. Seseorang yang sangat termotivasi yaitu orang akan
melaksanakan upaya substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan
kerjanya dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi
hanya akan memberikan upaya minimum dalam hal ia bekerja, konsep motivasi
merupakan sebuah konsep yang cukup penting dalam studi tentang kinerja
individu (Payaman, 2011).
Sutrisno (2010) faktor yang mendorong seseorang untuk beraktifitas.
Kekuatan dari motivasi seseorang untuk berprestasi tergantung pada seberapa
kuatnya kepercayaan bahwa ia akan dapat mencapai target (prestasi kerja), apakah
ia akan memperoleh penghargaan yang memadai dan jika penghargaan itu
diberikan oleh organisasi, penghargaan ini dapat memuaskan tujuan individu.
Lubis (2008), menyebutkan bahwa ada pengaruh motivasi kerja dengan
kinerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Medan. Hal
senada disampaikan oleh Ariyani (2006) yang menyatakan bahwa motivasi,
pendidikan pelatihan sangat berpengaruh terhadap kinerja petugas di puskesmas.
6. Sikap
Notoatmodjo (2014) sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang
atau responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehat sakit dan faktor
yang terkait dengan faktor risiko kesehatan. Sikap merupakan suatu yang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
48
komplek, dapat didefinisikan sebagai pernyataan evaluatif, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, atau penilaian mengenai
objek, manusia atau peristiwa. Sikap yang kompleks ini dapat lebih mudah
dimengerti dengan mengenal adanya tiga komponen yang berbeda dalam setiap
sikap tertentu, yaitu komponen kognitif, afektif dan kecenderungan perilaku.
Ketiga komponen ini menggambarkan kepercayaan, perasaan, dan rencana
tindakan dalam berhubungan dengan orang lain.
Faktor yang mempengaruhi kinerja yang berasal dari luar individu adalah
(Suparyanto, 2005):
a. Pelatihan
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,
meningkatkan dan mengembangkan keterampilan atau keahlian kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja.
Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang
mengacu pada standart kualifikasi keterampilan atau keahlian yang
pelaksanaannya dilakukan secara berjenjang dan berlanjut. Pelatihan kerja
yang merupakan hak setiap pekerja dalam rangka meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan serta keahlian sesuai bakat, minat dan
kemampuanya diselenggarakan oleh lembaga pelatihan pemerintah. Hal
tersebut sesuai dengan Simanjutak (2011) bahwa untuk meningkatkan
kemampuan, keterampilan dan kinerja karyawan perlu dilakukan sebuah
pelatihan melalui program pengalaman pengalaman kerja, supervisi,
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
49
penyediaan pedoman kerja, pelatihan pemagangan, dan berbagai latihan kerja
lainnya.
b. Sumber daya/alat
Kinerja juga dipengaruhi oleh sumber daya, kemampuan, dan kondisi dimana
seseorang bekerja.
c. Insentif
Insentif adalah pemberian kepada pegawai dengan pembayaran finansial
sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivator
untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang. Bagi
organisasi/perusahaan, kompensasi memiliki arti penting karena kompensasi
mencerminkan upaya organisasi dalam mempertahankan dan meningkatkan
kesejahteraan pegawainya. Secara umum pemberian manajemen kompensasi
adalah untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan keberhasilan
strategi dan menjamin terciptanya keadilan baik keadilan internal maupun
keadilan eksternal.
Menurut Simamora (2006) sistem imbalan baik berupa finansial maupun
nonfinansial yang di kendalikan oleh organisasi dapat digunakan sebagai alat
untuk memotivasi karyawan nya. Sistem imbalan akan mempengaruhi
produktivitas dan tendensi mencari pekerjaan lainnya. Imbalan yang diterima
karyawan baik dalam bentuk fasilitas ataupun honorarium akan berhubungan
langsung dengan kebutuhan pokok karyawan, seperti kebutuhan ekonomi
sekarang maupun yang akan datang. Jika kebutuhan pokok terpenuhi maka
seseorang akan terfokus pada pekerjaannya.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
50
d. Lingkungan kerja
Menurut Sutrisno (2010) Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan
prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melalukan
pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Definisi lain
lingkungan kerja menurut Sukmawati (2008) lingkungan kerja adalah segala
sesuatu yang ada di lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi dirinya
dalam menjalankan tugas. Lingkungan kerja ini meliputi tempat bekerja,
fasilitas dan alat bantu dalam pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, dan dapat
menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan (Sutrisno, 2010)
e. Beban kerja
Secara konseptual beban kerja dapat ditinjau dari selisih antara energi yang
tersedia pada setiap pekerjaan dengan energi yang diperlukan untuk
mengkerjakan suatu tugas dengan sukses. Konsep yang mendasari
pengukuran kinerja adalah pertama menyelesaikan suatu tugas memerlukan
waktu tertentu. Tingkat beban kerja diperhitungkan dari jumlah waktu yang
telah dipakai untuk mengerjakan suatu tugas sampai selesai. Kedua, manusia
hanya memiliki kapasitas energi yang terbatas, sebagai akibatnya jika
seseorang harus mengerjakan beberapa tugas dalam waktu yang sama maka
akan terjadi kompensasi prioritas antar tugas-tugas itu guna memperebutkan
energi yang terbatas. Beban kerja adalah volume yang dibebankan kepada
seseorang pekerja dan hal ini merupakan tanggungjawab dari pekerjaan yang
bersangkutan. Beban kerja setiap puskesmas yang tinggi akan menimbulkan
keluhan, tingginya beban kerja karyawan kesehatan atau rumah sakit dapat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
51
berefek penurunan terhadap prestasi kerja. Tingkat beban kerja
diperhitungkan dari jumlah tugas yang dikerjakan pada waktu yang sama.
Semakin banyak tugas yang harus dikerjakan seorang petugas berarti semakin
berat beban kerja yang disandangnya (Moeheriono, 2012).
Gibson (1996) variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada
perilaku dan kinerja individu. Variabel psikologis terdiri dari sub variabel
persepsi, sikap, kepribadian, dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi
oleh keluarga, dan pengalaman kerja. Standar beban kerja untuk suatu
kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per tahun.
Beban kerja analis kesehatan meliputi kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh Analis Kesehatan, misalnya: sampling, preparasi sampel, memeriksa
sampel, mencatat hasil pemeriksaan, kalibrasi alat, memeriksa sampel
kontrol, membuat reagen, dll (Kurniati, 2003).
f. Supervisi
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar
memperoleh kondisi yang lebih baik dengan tujuan belajar. Supervisi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja, dikarenakan
supervisi adalah kegiatan bimbingan dan evaluasi kerja yang rutin dilakukan
yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja petugas dan mempertahankan
kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan secara langsung. Kegiatan
yang dilakukan selama supervisi adalah observasi, bantuan tekhnis, diskusi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
52
bersama tentang permasalahan yang ditemukan, mencari solusi pemecahan
masalah bersama, memberikan laporan dan membarikan saran perbaikan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
`
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian (Analisis faktor yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016) berdasarkan teori Gibson yang telah dimodifikasi.
Faktor Individu Karakteristik responden
1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan
Logistik Laboratorium
Kepemimpinan
Pelatihan mikroskopis TB
Sikap
Motivasi
Lingkungan kerja
Beban kerja
Insentif
Supervisi
Masa kerja
Kinerja Petugas Laboratorium dalam Pembuatan Sediaan Dahak Yang meliputi:
Berdasarkan Gambar 3.1, dapat dijelaskan bahwa kinerja dapat diketahui
dan di ukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria
atau standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, jika tanpa tujuan
dan target yang telah ditetapkan maka kinerja pada seseorang tidak dapat
diketahui keberhasilannya. Variabel yang akan diteliti yaitu: karakteristik
responden (umur, jenis kelamin, pendidikan), masa kerja, pelatihan, lingkungan
kerja, motivasi, insentif, beban kerja, sikap dan supervisi.
Penampilan kerja seseorang dalam suatu organisasi disebabkan oleh
rendahnya kemampuan dan keterampilan kerja, kurang motivasi, dan kurangnya
dukungan pelayanan dalam melaksanakan kegiatan suatu organisasi. Selanjutnya
mengemukakan bahwa selain dipengaruhi oleh motivasi, persepsi, kemampuan
kerja individu juga mempengaruhi penampilan dan kinerja seseorang.
Kemampuan dan keterampilan dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan,
maupun pengalaman, tampa mengabaikan kepatuhan terhadap prosedur dan
pedoman yang ada, menjalankan dan menyelesaikan tugas suatu pekerjaan.
Produktifitas kinerja sangat dipengaruhi oleh umur, karena menyangkut
perubahan yang dirasakan oleh individu, sehubungan dengan pengalaman maupun
perubahan kondisi fisik dan metal seseorang sehingga nampak dalam aktifitas
sehari hari. Dalam hal kemampuan fisik dan kekuatan kerja otot berbeda antara
pria dan wanita. Jenis kelamin wanita tidak mempengaruhi kemampuan fisik dan
kultural. Jenis kelamin harus diperhatikan berdasarkan sifat pekerjaan, waktu
mengerjakan dan peraturan peraturan dalam lingkungan kerja.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
55
Pengalaman atau masa kerja dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dimana
pengalaman, masa ketertarikan diri dengan pekerjaan juga ikut menentukan
kinerja seseorang karena semakin lama masa kerja seseorang, makin cakap
mereka akan lebih baik karena sudah menyusaikan diri dengan pekerjaan.
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,
meningkatkan dan mengembangkan keterampilan atau keahlian kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja. Imbalan
akan mempengaruhi produktivitas dan tendensi mencari pekerjaan lainnya.
Imbalan yang diterima karyawan baik dalam bentuk fasilitas ataupun honorarium
akan berhubungan langsung dengan kebutuhan pokok karyawan.
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kerja yang
dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas. Beban kerja setiap
puskesmas yang tinggi akan menimbulkan keluhan, tingginya beban kerja
karyawan kesehatan atau rumah sakit dapat berefek penurunan terhadap prestasi
kerja. Tingkat beban kerja diperhitungkan dari jumlah tugas yang dikerjakan pada
waktu yang sama. Semakin banyak tugas yang harus dikerjakan seorang petugas
berarti semakin berat beban kerja yang disandangnya.
Supervisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja,
dikarenakan supervisi adalah kegiatan bimbingan dan evaluasi kerja yang rutin
dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja petugas dan
mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan secara
langsung.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
56
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan gambaran kerangka konseptual dapat disusun hipotesis dalam
penelitian ini yaitu:
1. Ada pengaruh karakteristik responden (umur, jenis kelamin dan pendidikan)
terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan
dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.
2. Ada pengaruh faktor masa kerja terhadap kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota
Surabaya tahun 2016.
3. Ada pengaruh pelatihan mikroskopis TB terhadap kinerja petugas
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas
di Kota Surabaya tahun 2016.
4. Ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota
Surabaya tahun 2016.
5. Ada pengaruh motivasi terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
6. Ada pengaruh insentif terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
57
7. Ada pengaruh beban kerja terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
8. Ada pengaruh sikap terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.
9. Ada pengaruh supervisi terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
58
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik yang bertujuan
menjelaskan hubungan kausal beberapa variabel dengan cara menguji hipotesis.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis terhadap faktor risiko
yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya.
4.2 Rancang Bangun Penelitian
Rancang bangun dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu untuk
memperoleh gambaran kinerja petugas laboratorium tuberkulosis pada populasi
sasaran untuk mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara
mengamati status paparan penyakit secara serentak pada individu dari populasi
tunggal pada suatu saat atau waktu tertentu (Murti, 1997).
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan
kota Surabaya Provinsi Jawa Timur. Waktu penelitian bulan Februari sampai
bulan Juli 2016.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
59
4.4 Populasi dan Sampel
4.4.1 Populasi
Populasi seluruh petugas laboratorium tuberkulosis disetiap puskesmas
adalah 63 petugas laboratorium diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Surabaya
2016.
4.4.2 Sampel
Besar total sampel pada penelitian ini adalah 50 petugas laboratorium yang
besar sampelnya dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
( )
( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
Keterangan:
n : Besar sampel
N : Besar populasi (63 petugas laboratorium)
: 1,96 dengan α = 0,05 dan 1-α = CI 95%
P : Proporsi populasi 0,85
d : Absolut presisi (0,05)
4.4.3 Tehnik Pengambilan Sampel
Adapun tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Simple random sampling dengan cara undian/lotre untuk memperoleh
sampel dari subpopulasi petugas laboratorium yang berada di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kota Surabaya.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
60
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya.
4.5.2 Variabel Bebas
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Masa kerja
5. Pelatihan
6. Lingkungan kerja
7. Motivasi
8. Insentif
9. Beban kerja
10. Sikap
11. Supervisi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
61
4.6 Kerangka Operasional
Wawancara dengan Kuesioner
Observasi dengan lembar ceklis
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Analisis Faktor yang mempengaruh Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016
Menentukan populasi yaitu 63 petugas laboratorium di puskesmas Kota Surabaya
Menentukan sampel yaitu 50 petugas laboratorium tuberkulosis di puskesmas
Kota Surabaya
Analisis faktor yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
Analisis data
Menarik kesimpulan dan saran
Observasi Kinerja petugas dalam pembuatan sediaan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
62
4.7 Definisi Operasional dan Cara pengukuran Variabel
Tabel 4.1 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel
Variabel Definisi operasional Cara pengukuan variabel Skala Data
Kinerja 1. Kualitas
spesimen
2. Ketebalan sediaan
Hasil kerja dalam pembuatan sediaan dahak yang dibuat oleh responden. Penilaian meliputi:
sampel yang dikeluarkanolehpenderita adalah dahakdanbukan air liur yang memenuhisyaratuntukdiperiksa, yaitu : Mukoid, warna : Hijaukekuningan(purulen) dan bukan air liur
2. Ketebalan yang di
maksud dalam penelitian ini adalah apabilasediaan apusan dahak yang belum di warnai di letakan diatas tulisan cetakan dikatakan baik bila huruf tulisan masih bisa terbaca
Observasi dengan lembar ceklis Kategori : 0. Baik: Jika skor ≥75% 1. Kurang baik : Jika skor
<75% Observasi dengan lembar ceklis Kategori : 0. Baik : Jika mukoid, hijau
purulen dan responden mendapat nilai 1 pada lembar observasi
1. Kurang baik : Jika spesimen adalah air liur dan responden mendapat nilai <1 pada lembar observasi
Observasi dengan lembar ceklis Kategori : 0. Baik : Jika huruf tulisan
masih dapat terbaca jika sediaan diletakkan diatas tulisan cetakan, responden mendapat nilai 1 pada lembar observasi
1. Kurang baik : Jika huruf tulisan tidak dapat terbaca jika sediaan diletakkan diatas tulisan cetakan, responden mendapat nilai<1 pada lembar observasi
Ordinal
Nominal
Nominal
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
63
Variabel Definisi operasional Cara pengukuan variabel Skala Data
3. Kerataan sediaan
4. Kebersihan
sediaan
5. Ukuran
sediaan
3. Kerataan sediaan yang di maksud dalam penelitian ini adalah apusan sediaan terlihat merata, tidak terdapat daerah yang kosong pada kaca sediaan
4. Kebersihan sediaan yang
di maksud dalam penelitian ini adalah tidak terdapat kotoran, debu atau sisa tisue pada sediaan
5. Ukuran sediaan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah ukuran apusan dahak pada kaca sediaan tidak lebih atau kurang dari 2x3cm
Observasi dengan lembar ceklis Kategori : 0. Baik : jika tidak terdapat
daerah yang kosong pada kaca sediaan, dan responden mendapat nilai 1 pada lembar observasi
1. Kurang baik: jika terdapat daerah yang kosong pada kaca sediaan, responden mendapat nilai <1 pada lembar observasi
Observasi dengan lembar ceklis Kategori : 0. Bersih : Jika tidak terdapat
kotoran, debu atau sisa tisue pada sediaan dan responden mendapat nilai 1 pada lembar observasi
1. Kotor : Jika terdapat kotoran, debu atau sisa tisue pada sediaan dan responden mendapat nilai <1 pada lembar observasi
Observasi dengan lembar ceklis Kategori : 0. Baik : jika ukuran apusan
dahak pada kaca sediaan yaitu 2x3cm dan mendapat nilai 1 pada lembar observasi
1. Kurang baik : jika ukuran apusan dahak pada kaca sediaan lebih besar atau lebih kecil dari 2x3cm dan mendapat nilai<1 pada lembar observasi
Nominal
Nominal
Nominal
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
64
Variabel Definisi operasional Cara pengukuan variabel Skala Data
Umur Usia responden yang dihitung dari tanggal kelahiran sampai saat dilakukannya penelitian.
Wawancara menggunakan Kuesioner Dalam Tahun/Bulan Kategori : 0. Umur ≤ 40 tahun 1. Umur > 40 tahun
Ordinal
Jenis kelamin Pembeda karakter dari individu berdasarkan KTP saat dilakukannya penelitian (laki-laki, perempuan).
Observasi Kategori : 0. Perempuan 1. Laki-laki
Nominal
Pendidikan Pendidikan terakhir analis laboratorium yang telah di tempuh responden.
Wawancara menggunakan Kuesioner Katagori : 0. Analis Kesehatan 1. Non Analis Kesehatan
Nominal
Pelatihan Pelatihan mikroskopis TB yang diikuti oleh responden dalam 3 tahun terakhir.
Wawancara menggunakan Kuesioner Katagori : 0. Baik : Jika skor ≥75% 1. Kurang baik : Jika skor
<75%
Ordinal
Masa kerja Lama waktu responden bekerja sebagai petugas laboratorium sampai dilaksanakan penelitian ini
Wawancara menggunakan Kuesioner. Dinyatakan dalam tahun 0. Lama : ≥6 tahun 1. Baru : ≤6 tahun
Ordinal
Lingkungan kerja
Penilaian kenyamanan lingkungan kerja dalam pemeriksaan tuberkulosis yang meliputi :
a. Memiliki ventilasi b. Terdapat kran air yang
mengalir c. Ruangan laboratorium
yang luas d. Pencahayaan di ruangan
laboratorium cukup e. Tersedia ruangan khusus
untuk pembuatan sediaan dahak
f. Tersedia ruangan khusus tempat pasian mengeluarkan dahak
g. Ruangan laboratorium bersih
Observasi menggunakan lembar chek list Katagori : 0. Nyaman : Jika skor ≥75% 1. Tidak nyaman : Jika skor
<75%
Ordinal
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
65
Variabel Definisi operasional Cara pengukuan variabel Skala Data
Motivasi Pernyataan responden mengenai hal yang mendorong responden dalam melakukan pembuatan sediaan dahak
Wawancara dengan Kuisioner 10 pertanyaan Kategori : 0. Motivasi tinggi : Jika skor
≥62,5% 1. Motivasi rendah : Jika
skor <62,5%
Ordinal
Insentif Pemberian upah atas kerja responden dalam pembuatan sediaan dahak berupa honor atau gaji
Wawancara dengan Kuisioner 10 pertanyaan Kategori : 0. Ya : jika skor ≥62,5% 1. Tidak: jika skor <62,5%
Ordinal
Beban Kerja Pendapat responden tentang kesesuaian waktu dan tugas sebagai petugas laboratorium
Wawancara dengan Kuisioner 5 pertanyaan Kategori : 0. Sesuai : jika skor
≥62,5% 1. Tidak sesuai : jika skor
<62,5%
Ordinal
Sikap Pendapat subjektif responden dalam pembuatan sediaan dahak
Wawancara dengan Kuisioner 10 pertanyaan Kategori : 0. Mendukung : jika skor
≥62,5% 1. Tidak mendukung : jika
skor <62,5%
Ordinal
Supervisi Kunjungan dan pembinaan oleh wasor TB atau pemegang program ke laboratorium
Wawancara dengan Kuisioner 10 pertanyaan Kategori : 0. Perlu : jika skor ≥62,5% 1. Tidak perlu : jika skor
<62,5%
Ordinal
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
66
4.8 Teknik Pengambilan Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer
dan sekunder.
1. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden dengan paduan
kuesioner dan lembaran cheklist. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu kepada
calon responden mengenai tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Calon
responden memahami dan menyetujui sebagai responden dengan
menandatangani lembar persetujuan, selanjutnya akan dilakukan observasi
dan wawancara. Kuesioner tersebut bertujuan untuk mengukur variabel yang
akan diteliti yaitu karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan),
masa kerja, pelatihan, lingkungan kerja, motivasi, insentif, beban kerja sikap
dan supervisi berdasarkan item pertanyaan yang telah disediakan.
2. Data Sekunder di peroleh dari profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota
Surabaya dan profil kesehatan Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kota Surabaya.
4.9 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan komputer menggunakan statistik. Tahap
pengolahan data berupa penyuntingan data (editing), pengkodean data (coding)
dan memasukkan data (entri data). Data dianalisis diinterpretasikan untuk
menguji hipotesis yang diajukan dengan menggunakan program komputer dengan
tahapan sebagai berikut:
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
67
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi setiap
variabel, baik variabel dependen maupun variabel independen.
2. Analisis bivariabel
Analisis bivariabel menggunakan Chi-Square. Tujuan menngunakan Chi-
Square untuk menyeleksi variabel kandidat yang akan dilanjutkan ke analisis
uji regresi ganda. Dalam menyeleksi variabel kandidat, yaitu bila hasil Chi-
Square menunjukkan p value < 0,25, maka variabel tersebut dapat dilanjutkan
untuk dianalisis secara simultan.
3. Analisis multivariabel
Menggunakan regresi logistik ganda yang bertujuan untuk mengetahui
variabel mana yang paling berpengaruh terhadap kinerja petugas laboratorium
dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya.
4.10 Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen atau alat pengumpulan data menggunakan kuesioner yang
digunakan harus memenuhi dua syarat utama yaitu validitas dan reliabilitas.
Instrumen ini harus diuji coba dulu sebelum diberikan kepada seluruh sampel.
Ada dua uji coba yang dilakukan terhadap instrumen, yaitu:
4.10.1 Uji Validitas
Menurut (Arikunto, 2003), validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen
yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid
memiliki validitas rendah. Untuk mengukur apakah kuesioner yang kita susun
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
68
tersebut mampu mengukur yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan
korelasi antara skor (nilai) setiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner
tersebut. Apabila kuesioner telah memiliki validitas konstruk, berarti semua item
(pertanyaan) dalam kuesioner itu dapat mengukur konsep yang kita ukur.
Validitas menunjukkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.
Validitas dapat diukur dengan menggunakan teknik korelasi total item.
Jika pearson correlation > nilai r tabel maka instrument tes yang diujicobakan
tersebut dapat dinyatakan valid. Digunakan Software SPSS dalam menguji
validitas pada penelitian ini. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan
nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n
adalah jumlah sampel. Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai
Correlated Item–Total Correlation dengan hasil perhitungan r-tabel. Jika r hitung
lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator
tersebut dinyatakan valid. Pengujian taraf signifikan korelasi dilakukan sebagai
berikut:
r hitung ≥ r tabel, maka pertanyaan valid
r hitung ≤ r tabel, maka pertanyaan tidak valid
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan untuk uji coba validitas
instrument adalah 10 responden, sehingga nilai r tabel yang akan digunakan
sebagai standar minimal adalah sebesar 0,497.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
69
Tabel 4.2 Hasil uji validitas Instrumen Motivasi No. Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan 1. Motivasi 1 0,790
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa instrumen untuk mengukur
motivasi, imbalan, beban kerja, sikap dan supervisi menunjukan nilai cronbach
alpha lebih besar dari nilai yang di tentukan, ini berarti instrumen yang di
gunakan untuk mengukur motivasi memenuhi syarat reliabilitas
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
73
BAB 5
HASIL DAN ANALISIS DATA
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Kondisi Geografis
Secara geografis kota Surabaya berada di 7° 9’ - 7° 21’ Lintang Selatan dan
112° 36’–112° 57’ Bujur Timur. Luas wilayah Kota Surabaya adalah 52.087 Ha,
dengan luas daratan 33.048 Ha yang terdiri dari 31 kecamatan dan 160 kelurahan
atau 63,45% dan selebihnya sekitar 19.039 Ha atau 36,55% merupakan wilayah
laut.
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur 2015 Gambar 5.1 Peta Pembagian Wilayah Kota Surabaya
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
74
Berikut adalah daftar kecamatan di Kota Surabaya yang saat ini terbagi
dalam 5 wilayah :
Surabaya Pusat : Tegalsari, Simokerto, Genteng, dan Bubutan
Surabaya Timur : Gubeng, Gununganyar, Sukolilo, Tambaksari,
Mulyorejo, Rungkut dan Tenggilis Mejoyo
Surabaya Barat : Benowo, Pakal, Asemrowo, Sukomanunggal, Tandes,
Sambikerep dan Lakarsantri
Surabaya Utara : Bulak, Kenjeran, Semampir, Pabean Cantikan, dan
Krembangan
Surabaya Selatan : Wonokromo, Wonocolo, Wiyung, Karang Pilang,
Jambangan, Gayungan, Dukuh Pakis dan Sawahan.
Kota Surabaya terletak di daerah yang strategis sehingga Kota Surabaya dapat
dengan mudah dijangkau melalui jalur darat, udara dan laut. Batas Kota Surabaya
adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Sebelah Timur : Selat Madura
5.1.2 Kondisi Demografis
Data kependudukan mempunyai arti yang penting dalam
pembangunan, khususnya pada bidang kesehatan. Sebab masyarakat atau
penduduk merupakan salah satu sasaran dalam kegiatan pembangunan
kesehatan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
75
Pencatatan Sipil Kota Surabaya diketahui bahwa Kota Surabaya pada tahun
2015 memiliki penduduk sebanyak 2.891.774 jiwa. Kepadatan penduduk pada
luas wilayah 333,063 km2 adalah 8.683 jiwa per km2
Berdasarkan perbandingan antar jenis kelamin distribusi penduduk sebagai
berikut : pada kelompok umur 1-4 tahun jumlah laki-laki 93.111 jiwa dan
perempuan 88.152 jiwa; pada kelompok umur 15-19 tahun jumlah laki-laki
112.733 jiwa dan perempuan 118.686 jiwa; pada kelompok usia produktif (15-44
tahun) penduduk laki-laki berjumlah 724.549 jiwa dan perempuan berjumlah
751.075 jiwa. Kelompok umur usia lanjut (>65 tahun) dari jenis kelamin
perempuan menempati jumlah terbesar dibanding dengan usia laki-laki yaitu
74.239 jiwa sedangkan usia laki-laki sejumlah 59.373 jiwa.
5.2 Sumber Daya Kesehatan
5.2.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan di Kota Surabaya pada
tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Surabaya tahun 2016 No. Sarana kesehatan Jumlah 1. Rumah Sakit Umum 37 2. Rumah Sakit khusus 21 3. Balai pengobatan/klinik 187 4. Apotik 869 5. Laboratorium 199 6. Spesialis dasar 37 7. Puskesmas 63
5.2.2 Tenaga Kesehatan
Pembangunan kesehatan yang berkelanjutan membutuhkan tenaga
kesehatan yang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas. Tenaga
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
76
kesehatan yang ada di sarana pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Surabaya
meliputi tenaga medis (dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi), tenaga
perawat, bidan, tenaga farmasi, tenaga gizi, sanitasi, teknisi medis serta tenaga
kesehatan masyarakat. Persebaran tenaga kesehatan di 63 Puskesmas, Rumah
Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya serta sarana kesehatan lainnya.
Frekuensi tenaga kesehatan di wilayah kerja Dinas kesehatan Kota Surabaya
terlihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Jumlah Tenaga Kesehatan di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2016
No. Jenis Tenaga Jumlah 1. Medis 3.845 2. Keperawatan 5.192 3. Bidan 1.397 4. Kefarmasian 2.601 5. Gizi 187 6. Kesehatan masyarakat 269 7. Teknisi Medis 693 8. Analis medis 75 9. Fisioterapis 185
5.3 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing
varibel independen dan dependen. Untuk variabel dependen adalah kinerja
petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak (kualitas spesimen, ukuran
sediaan, kerataan sediaan, ketebalan sediaan dan kebersihan sediaan) sedangkan
variabel independen adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja,
pelatihan, lingkungan kerja, motivasi, insentif, beban kerja, sikap dan supervisi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
77
5.3.1 Gambaran Umur Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang berumur ≤40 tahun
lebih banyak dari pada responden yang berumur >40 tahun. Frekuensi umur
responden pada penelitian ini terlihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Frekuensi Umur Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Umur Frekuensi Persentase (%)
≤40 tahun 40 80 >40 tahun 10 20 Total 50 100
5.3.2 Gambaran Jenis Kelamin Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden jenis kelamin perempuan
lebih banyak dari pada jenis kelamin laki-laki. Frekuensi jenis kelamin responden
pada penelitian ini terlihat pada Tabel. 5.4.
Tabel 5.4 Frekuensi Jenis Kelamin Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Perempuan 41 82 Laki-Laki 9 18 Total 50 100
5.3.3 Gambaran Pendidikan Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan analis
kesehatan lebih banyak dari pada yang bukan berpendidikan analis kesehatan.
Frekuensi pendidikan responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Frekuensi Pendidikan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Analis Kesehatan 49 98 Bukan Analis Kesehatan 1 2 Total 50 100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
78
5.3.4 Gambaran Masa Kerja Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki masa kerja
≤6 tahun lebih banyak dari pada yang memiliki masa kerja >6 tahun. Frekuensi
masa kerja pada penelitian ini terlihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Frekuensi Masa Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)
≤ 6 tahun 44 88 > 6 tahun 6 12 Total 50 100
5.3.5 Gambaran Pelatihan Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden kurang baik mengikuti
pelatihan lebih banyak dari pada responden yang baik dalam mengikuti pelatihan.
Frekuensi pelatihan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Frekuensi Pelatihan Mikroskopis Tuberkulosis Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Frekuensi Persentase (%) Baik 18 36 Kurang Baik 32 64 Total 50 100
5.3.6 Gambaran Lingkungan Kerja Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang merasa lingkungan
kerjanya nyaman lebih banyak dari pada yang tidak nyaman. Frekuensi
lingkungan kerja pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Frekuensi Lingkungan Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Lingkungan Kerja Frekuensi Persentase (%) Nyaman 32 64 Tidak Nyaman 18 36 Total 50 100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
79
5.3.7 Gambaran Motivasi Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki motivasi
tinggi sebagai petugas mikroskopis lebih banyak dari pada responden yang
memiliki motivasi rendah. Frekuensi motivasi responden dalam pembuatan
sediaan dahak pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Frekuensi Motivasi Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Motivasi Frekuensi Persentase (%)
Motivasi Tinggi 33 66 Motivasi Rendah 17 34 Total 50 100
5.3.8 Gambaran Insentif Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapatkan
insentif lebih banyak dari pada yang mendapatkan insentif. Frekuensi insentif
yang diterima oleh petugas laboratorium pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Frekuensi Insentif Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Insentif Frekuensi Persentase (%)
Ya 12 24 Tidak 38 76 Total 50 100
5.3.9 Gambaran Beban Kerja Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki beban kerja
yang tidak sesuai lebih banyak dari pada yang sesuai. Frekuensi beban kerja
petugas laboratorium pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.11.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
80
Tabel 5.11 Frekuensi Beban Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Beban Kerja Frekuensi Persentase (%) Sesuai 17 34 Tidak Sesuai 33 66 Total 50 100
5.3.10 Gambaran Sikap Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap
mendukung lebih banyak dari pada yang tidak mendukung. Frekuensi sikap
petugas laboratorium pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12 Frekuensi Sikap Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Sikap Frekuensi Persentase (%)
Mendukung 42 84 Tidak Mendukung 8 16 Total 50 100
5.3.11 Gambaran Supervisi Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang menilai supervisi perlu
dilaksanakan dalam pembuatan sediaan dahak lebih banyak dari pada yang tidak
perlu. Frekuensi supervisi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13 Frekuensi Supervisi Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Supervisi Frekuensi Persentase (%) Perlu 44 88 Tidak Perlu 6 12 Total 50 100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
81
5.3.12 Gambaran Kualitas Spesimen (Sputum)
Penelitian ini menunjukan bahwa kualitas spesimen kurang baik lebih
banyak dari pada kualitas spesimen yang baik. Frekuensi kinerja berdasarkan
kualitas spesimen dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14 Frekuensi Kualitas Spesimen Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Kualitas Spesimen Frekuensi Persentase (%) Baik 22 44 Kurang Baik 28 66 Total 50 100
5.3.13 Gambaran Ukuran Sediaan
Penelitian ini menunjukan bahwa ukuran sediaan yang baik lebih banyak
dari pada ukuran sediaan yang kurang baik. Frekuensi kinerja berdasarkan ukuran
sediaan dahak dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15 Frekuensi Ukuran Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Ukuran Sediaan Frekuensi Persentase (%) Baik 27 54 Kurang Baik 23 36 Total 50 100
5.3.14 Gambaran Kerataan Sediaan
Penelitian ini menunjukan bahwa kerataan sediaan kurang baik lebih
banyak dari pada kerataan sediaan yang baik. Frekuensi kerataan sediaan dahak
terlihat pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16 Frekuensi Kerataan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Kerataan Sediaan Frekuensi Persentase (%) Baik 12 24 Kurang Baik 38 76 Total 50 100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
82
5.3.15 Gambaran Ketebalan Sediaan
Penelitian ini menunjukan bahwa ketebalan sediaan yang kurang baik
lebih banyak dari pada ketebalan sediaan dahak yang baik. Frekuensi ketebalan
sediaan dahak terlihat pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17 Frekuensi Ketebalan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Ketebalan Sediaan Frekuensi Persentase (%) Baik 23 46 Kurang Baik 27 54 Total 50 100
5.3.16 Gambaran Kebersihan Sediaan
Penelitian ini menunjukan bahwa kebersihaan sediaan dahak yang bersih
lebih banyak dari pada yang kotor. Frekuensi kebersihaan sediaan dahak dapat
dilihat pada Tabel 5.18.
Tabel 5.18 Frekuensi Kebersihan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Penelitian ini menunjukan bahwa kinerja petugas laboratorium kurang
baik lebih banyak dari pada yang baik. Frekuensi kinerja petugas laboratorium
dapat dilihat pada Tabel 5.19.
Tabel 5.19 Frekuensi Kinerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Kinerja Petugas Frekuensi Persentase (%)
Kurang Baik 26 52 Baik 24 48 Total 50 100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
83
5.4 Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel menggunakan uji statistik chi-square.
5.4.1 Analisis Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
kurang baik lebih banyak pada umur ≤40 tahun yaitu 52,5% dibandingkan pada
umur >40 tahun yaitu 50,0%. Distribusi pengaruh umur terhadap kinerja petugas
laboratorium tuberkulosis dapat dilihat pada Tabel 5.20.
Tabel 5.20 Distribusi Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Umur Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Umur ≤40 tahun 21 52,5 19 47,5 40 100,0 Umur >40 Tahun 5 50,0 5 50,0 10 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.20 diperoleh nilai p value =
0,887 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat
pengaruh umur terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan
dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel umur tidak menjadi variabel kandidat
yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).
5.4.2 Analisis Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
kurang baik lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki yaitu 66,7% dibandingkan
pada jenis kelamin perempuan yaitu 48,8 %. Distribusi pengaruh jenis kelamin
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
84
terhadap kinerja responden di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel
5.21.
Tabel 5.21 Distribusi Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.21 diperoleh nilai p value =
0,331 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat
pengaruh jenis kelamin terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin tidak menjadi
variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).
5.4.3 Analisis Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
kurang baik lebih banyak pada pendidikan yang bukan analis kesehatan yaitu
100,0% dibandingkan pada responden yang berpendidikan analis kesehatan yaitu
51,0%. Distribusi pengaruh pendidikan responden terhadap kinerja petugas
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya
tahun 2016 dilihat pada Tabel 5.22
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
85
Tabel 5.22 Distribusi Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.22 diperoleh nilai p value =
0,332 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat
pengaruh pendidikan terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan tidak menjadi
variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).
5.4.4 Analisis Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
kurang baik lebih banyak pada responden yang memiliki masa kerja ≤6 tahun
yaitu 54,0% dibandingkan masa kerja >6 tahun yaitu 33,0%. Distribusi pengaruh
masa kerja terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.23.
Tabel 5.23 Distribusi Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Masa Kerja Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤6 Tahun 24 54,0 20 46,0 44 100,0 >6 Tahun 2 33,0 4 67,0 6 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.23 diperoleh nilai p value =
0,329 sehingga secara statistik tidak signifikan ( p> 0,05) artinya tidak terdapat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
86
pengaruh masa kerja terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel masa kerja tidak menjadi
variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).
5.4.5 Analisis Kualitas Spesimen berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas spesimen yang kurang
baik lebih banyak pada responden yang memiliki masa kerja >6 tahun yaitu
56,8% dibandingkan masa kerja ≤6 tahun yaitu 50,0%. Distribusi kualitas
spesimen berdasarkan masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis di Kota
Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.24.
Tabel 5.24 Distribusi Kualitas Spesimen berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Masa Kerja Kualitas Spesimen
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤6 Tahun 3 50,0 3 50,0 6 100,0 >6 Tahun 25 56,8 19 43,2 44 100,0
Total 28 56,0 22 44,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.24 diperoleh nilai p value =
0,752. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kualitas spesimen.
5.4.6 Analisis Ukuran Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran sediaan kurang baik lebih
banyak pada responden yang memiliki masa kerja ≤6 tahun yaitu 83,3%
dibandingkan pada responden yang memiliki masa kerja >6 tahun yaitu 40,9%.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
87
Distribusi ukuran sediaan berdasarkan masa kerja petugas laboratorium
tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.25.
Tabel 5.25 Distribusi Ukuran Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Masa Kerja Ukuran Sediaan
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤6 Tahun 5 83,3 1 16,7 6 100,0 >6 Tahun 18 40,9 26 59,1 44 100,0
Total 23 46,0 27 54,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.25 diperoleh nilai p value =
0,050. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak mempengaruhi ukuran sediaan.
5.4.7 Analisis Kerataan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kerataan sediaan kurang baik
lebih banyak pada responden yang memiliki masa kerja >6 yaitu 77,3%
dibandingkan pada responden yang memiliki masa kerja ≤6 tahun yaitu 66,7%.
Distribusi kerataan sediaan berdasarkan masa kerja petugas laboratorium
tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.26.
Tabel 5.26 Distribusi Kerataan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Masa Kerja Kerataan Sediaan
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤6 Tahun 4 66,7 2 33,3 6 100,0 >6 Tahun 34 77,3 10 22,7 44 100,0
Total 38 76,0 12 24,0 50 100,0
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
88
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.26 diperoleh nilai p value =
0,568. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kerataan sediaan.
5.4.8 Analisis Ketebalan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ketebalan sediaan kurang baik
lebih banyak pada responden dengan masa kerja >6 tahun yaitu 59,1%
dibandingkan pada masa kerja ≤6 tahun yaitu 16,7%. Distribusi ketebalan sediaan
berdasarkan masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun
2016 dilihat pada Tabel 5.27.
Tabel 5.27 Distribusi Ketebalan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Masa Kerja Ketebalan Sediaan
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤6 Tahun 1 16,7 5 83,3 6 100,0 >6 Tahun 26 59,1 18 40,9 44 100,0
Total 27 54,0 23 46,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.27 diperoleh nilai p value =
0,050. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
5.4.9 Analisis Kebersihan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kebersihan sediaan yang bersih
lebih banyak pada masa kerja ≤6 tahun yaitu 83,3% dibandingkan masa kerja >6
tahun yaitu 81,8%. Distribusi kebersihan sediaan berdasarkan masa kerja petugas
laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel
5.28.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
89
Tabel 5.28 Distribusi Kebersihan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Masa Kerja Kebersihan Sediaan
Kotor Bersih Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤6 Tahun 1 16,7 5 83,3 6 100,0 >6 Tahun 8 18,2 36 81,8 44 100,0
Total 9 18,0 41 82,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.28 diperoleh nilai p value =
0,928. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kebersihan sediaan.
Hasil akhir kinerja (kualitas spesimen, ukuran sediaan, kerataan sediaan,
ketebalan sediaan dan kebersihan sediaan) berdasarkan masa kerja petugas
laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 pada tabel 5.29.
Tabel 5.29 Hasil Akhir Kinerja (Kualitas Spesimen, Ukuran Sediaan, Kerataaan Sediaan, Ketebalan Sediaan dan Kebersihan) berdasarkan Masa Kerja Petugas Tuberkolosis di Kota Surabaya tahun 2016
No. Variabel p value 1. Kualitas spesimen 0,752 2. Ukuran sediaan 0,050 3. Kerataan sediaan 0,568 4. Ketebalan sediaan 0,050 5. Kebersihan sediaan 0,928
5.4.10 Analisis Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis Dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium baik
lebih banyak pada responden yang mengikuti kegiatan pelatihan baik yaitu 50,0%
dibandingkan pada resonden yang mengikuti kegiatan pelatihan kurang baik yaitu
40,0%. Distribusi pengaruh pelatihan terhadap kinerja petugas laboratorium
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
90
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada
Tabel 5.30.
Tabel 5.30 Distribusi Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 15 35,7 17 40,0 32 100,0 Baik 9 50,0 9 50,0 18 100,0 Total 24 48,0 26 52,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.30 diperoleh nilai p value =
0,832 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat
pengaruh pelatihan terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak Hal ini menunjukkan bahwa variabel pelatihan tidak menjadi
variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).
5.4.10.1 Analisis Kualitas Spesimen berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas spesimen yang kurang
baik lebih banyak pada responden yang mengikuti pelatihan kurang baik yaitu
68,8% dibandingkan yang mengikuti pelatihan baik yaitu 33,3%. Distribusi
kualitas spesimen berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di
Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.31.
Tabel 5.31 Distribusi Kualitas Spesimen berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Kualitas Spesimen
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 22 68,8 10 31,3 32 100,0 Baik 6 33,3 12 66,7 18 100,0 Total 28 56,0 22 44,0 50 100,0
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
91
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.31 diperoleh nilai p value =
0,015. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kualitas spesimen.
5.4.10.2 Analisis Ukuran Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran sediaan kurang baik
lebih banyak pada responden yang mengikuti pelatihan baik yaitu 56,6%
dibandingkan yang kurang baik baik yaitu 40,6%. Distribusi ukuran sediaan
berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun
2016 dapat dilihat pada Tabel 5.32.
Tabel 5.32 Distribusi Ukuran Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Ukuran Sediaan
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 13 40,6 19 59,4 32 100,0 Baik 10 56,6 8 44,4 18 100,0 Total 23 46,0 27 54,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.32 diperoleh nilai p value =
0,309. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi ukuran sediaan.
5.4.10.3 Analisis Kerataan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kertaan sediaan kurang baik
lebih banyak pada responden yang mengikuti pelatihan baik yaitu 88,9%
dibandingkan yang mengikuti pelatihan kurang baik yaitu 68,8%. Distribusi
kerataan sediaan berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di Kota
Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.33.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
92
Tabel 5.33 Distribusi Kerataan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Kerataan Sediaan
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 22 68,8 10 31,3 32 100,0 Baik 16 88,9 2 11,1 18 100,0 Total 38 76,0 12 24,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.33 diperoleh nilai p value =
0,109. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kerataan sediaan.
5.4.10.4 Analisis Ketebalan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ketebalan sediaan kurang baik
lebih banyak pada responden yang mengikuti pelatihan baik yaitu 66,7%
dibandingkan yang mengikuti pelatihan kurang baik yaitu 46,9%. Distribusi
ketebalan sediaan berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di
Kota Surabaya tahun 2016 dilihat pada tabel 5.34.
Tabel 5.34 Distribusi Ketebalan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Ketebalan Sediaan
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 15 46,9 17 53,1 32 100,0 Baik 12 66,7 6 33,3 18 100,0 Total 27 54,0 23 46,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.34 diperoleh nilai p value =
0,179. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi ketebalan sediaan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
93
5.4.10.5 Analisis Kebersihan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kebersihan sediaan bersih lebih
banyak pada responden yang mengikuti pelatihan baik yaitu 88,9% dibandingkan
yang mengikuti pelatihan kurang baik yaitu 78,1%. Distribusi kebersihan sediaan
berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun
2016 dapat dilihat pada Tabel 5.35.
Tabel 5.35 Distribusi Kebersihan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Kebersihan Sediaan
Kotor Bersih Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 7 21,9 25 78,1 32 100,0 Baik 2 11,1 16 88,9 18 100,0 Total 9 18,0 41 82,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.35 diperoleh nilai p value =
0,342. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kebersihan sediaan.
Hasil akhir kualitas spesimen, ukuran sediaan, kerataan sediaan, ketebalan
sediaan dan kebersihan sediaan berdasarkan pelatihan terdapat pada Tabel 5.36
Tabel 5.36 Hasil Akhir Kinerja (Kualitas Spesimen, Ukuran Sediaan, Kerataaan Sediaan, Ketebalan Sediaan dan Kebersihan) berdasarkan Pelatihan Petugas Mikroskopis Tuberkolosis di Kota Surabaya tahun 2016
No. Variabel p value 1. Kualitas spesimen 0,015 2. Ukuran sediaan 0,309 3. Kerataan sediaan 0,109 4. Ketebalan sediaan 0,179 5. Kebersihan sediaan 0,432
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
94
5.4.11 Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium
kurang baik lebih banyak pada responden yang merasa lingkungan kerja kurang
nyaman yaitu 83,3% dibandingkan yang nyaman yaitu 33,3%. Distribusi pengaruh
lingkungan kerja terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.37.
Tabel 5.37 Distribusi Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.37 diperoleh nilai p value =
0,001 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh
lingkungan kerja terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan
dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja menjadi variabel
kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).
5.4.12 Analisis Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
baik lebih banyak pada responden yang memiliki motivasi tinggi yaitu 60,6%
dibandingkan pada motivasi rendah yaitu 23,5%. merasa lingkungan kerja kurang
nyaman yaitu 83,3% dibandingkan yang nyaman yaitu 33,3%. Distribusi pengaruh
motivasi terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
95
sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.38.
Tabel 5.38 Distribusi Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Motivasi Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Motivasi Rendah 13 76,5 4 23,5 17 100,0 Motivasi Tinggi 13 39,4 20 60,6 33 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.38 diperoleh nilai p value =
0,013 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh
motivasi terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel motivasi menjadi variabel kandidat yang
akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).
5.4.13 Analisis Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
baik lebih banyak pada responden yang diberikan insentif yaitu 83,3%
dibandingkan yang tidak diberikan insentif yaitu 36,9%. Distribusi pengaruh
insintif terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.39.
Tabel 5.39 Distribusi Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Insentif Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak 24 63,1 14 36,9 38 100,0 Ya 2 16,7 10 83,3 12 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
96
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.39 diperoleh nilai p value =
0,005 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh
insentif terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel insentif menjadi variabel kandidat yang akan
dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).
5.4.14 Analisis Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium
yang baik lebih banyak pada responden yang beban kerja yang sesuai yaitu 76,5%
dibandingkan yang kurang kerja tidak sesuai yaitu 66,7%. Distribusi pengaruh
beban kerja terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.40.
Tabel 5.40 Distribusi Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Beban Kerja Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Sesuai 11 33,3 22 66,7 33 100,0 Sesuai 4 24,5 13 76,5 17 100,0 Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.40 diperoleh nilai p value =
0,004 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh
beban kerja terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan
dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel beban kerja menjadi variabel
kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
97
5.4.15 Analisis Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
baik lebih banyak pada responden yang memiliki sikap mendukung yaitu 52,4%
dibandingkan yang memiliki sifat yang tidak mendukung yaitu 25,0%. Distribusi
pengaruh sikap terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel
5.41.
Tabel 5.41 Distribusi Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Sikap Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Mendukung 6 75,0 2 25,0 8 100,0 Mendukung 20 47,6 22 52,4 42 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.41 diperoleh nilai p value =
0,155 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh
sikap terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel sikap menjadi variabel kandidat yang akan
dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).
5.4.16 Analisis Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium
kurang baik pada responden yang menyatakan perlu dan tidak perlu supervisi
sama yaitu 50,0%. Distribusi pengaruh supervisi terhadap kinerja petugas
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
98
tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.42
Tabel 5.42 Distribusi Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Supervisi Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Perlu 4 50,0 4 50,0 6 100,0 Perlu 22 50,0 22 50,0 44 100,0 Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.42 diperoleh nilai p value =
0,443 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat
pengaruh supervisi terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel supervisi tidak menjadi
variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).
5.4.17 Rangkuman Hasil Analisis Bivariabel
Adapun rangkuman hasil uji Chi-square pada penelitian ini dapat terlihat
pada tabel 5.43.
Tabel 5.43 Hasil Analisis Chi-square (Analisis Bivariabel) variabel penelitian terhadap Kinerja Petugas Laboratorium dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
No. Variabel p value Kesimpulan 1. Umur 0,443 Bukan kandidat 2. Jenis kelamin 0,887 Bukan kandidat 3. Pendidikan 0,332 Bukan kandidat 4. Masa kerja 0,329 Bukan kandidat 5. Pelatihan 0,832 Bukan kandidat 6. Lingkungan kerja 0,001 Kandidat 7. Motivasi 0,013 Kandidat 8. Insentif 0,005 Kandidat 9. Beban kerja 0,004 Kandidat 10. Sikap 0,155 Kandidat 11. Supervisi 0,443 Bukan kandidat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
99
Tabel 5.43 menunjukkan bahwa variabel yang akan dimasukkan dalam uji
regresi logistik ganda adalah lingkungan kerja, motivasi, insentif, beban kerja dan
sikap.
5.4 Analisis Multivariabel
Berdasarkan hasil regresi logistik sederhana diperoleh variabel yang
memenihi syarat untuk masuk analisis multivariabel adalah lingkungan kerja,
motivasi, insentif, beban kerja dan sikap. Sedangkan variabel yang tidak masuk
dalam analisis multivariabel adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja,
pelatihan dan supervisi.
Tabel 5.44 Hasil Analisis Multivariabel Uji Regresi Logistik Ganda
No. Variabel Kategori β p OR 95% CI Lower Upper
1. Lingkungan Kerja Nyaman Tidak Nyaman
2,274
0,001
Pembanding 9,720
1,703
55,492
2. Insentif Ya Tidak
2,340
0,024
Pembanding 10,379
1,364
78,490
3. Beban Kerja Sesuai Tidak Sesuai
1,530
0,054
Pembanding 4,640
0,976
21,868
Constant -4,076 0,000 0,030 Berdasarkan hasil uji regresi logistik pada tabel 5.44 diketahui bahwa
lingkungan kerja dan beban kerja dan insentif merupakan faktor yang paling
mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
100
BAB 6
PEMBAHASAN
Kinerja tenaga kesehatan merupakan masalah yang sangat penting untuk
dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan pembangunan kesehatan.
Kajian mengenai kinerja memberikan kejelasan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja personel (Ilyas, 1999). Pembahasan dalam penelitian ini mengacu
pada tujuan yang telah dirumuskan dan berdasarkan hasil analisis penelitian.
Pembahasan hasil penelitian ini disusun berdasarkan variabel yang diteliti
meliputi variabel bebas (umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, lingkungan
kerja, pelatihan, motivasi, insentif, beban kerja, sikap dan supervisi) dan variabel
terikat (kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan
dahak) sebagai berikut:
6.1 Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Menurut Sastrohardiwiryo (2003) untuk menghindari rendahnya
produktifitas umur dari pekerja tersebut haruslah dipertimbangkan. Dikarenakan
perkerjaan seseorang dipengaruhi oleh umur, yang berpengaruh terhadap kondisi
fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang. Deva (2005)
klasifikasi umur dibagi dua yaitu umur dibawah 40 tahun dan diatas atau sama
dengan 40 tahun, karena pada kedua umur tersebut orang dengan produktivitas
tinggi atau sebaliknya.
100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
101
Variabel umur tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium dalam
pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh
petugas laboratorium tuberkulosis di setiap Puskesmas baik semua mengikuti
kegiatan pelatihan sehingga baik petugas laborotorium tuberkulosis yang lama
maupun baru memiliki keahlian yang sama dalam melakukan pemeriksaan
sediaan dahak. Selain itu hal ini terjadi kemungkinan disebabkan sebaran data
yang tidak merata, sehingga memerlukan banyak sampel untuk menjawab
hipotesis. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh War (1994) menyatakan
bahwa usia tidak berpengaruh dengan kinerja, dikarenakan setiap kategori usia
memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing maka dibutuhkan pengaturan
kerja oleh kepala puskesmas agar kinerja lebih baik.
Hal ini tidak sejalan pada penelitian Sastrohardiwiryo (2003) yang
menyatakan bahwa produktifitas kinerja sangat dipengaruhi oleh umur, karena
menyangkut perubahan yang dirasakan oleh individu, sehubungan dengan
pengalaman maupun perubahan kondisi fisik dan metal seseorang sehingga
nampak dalam aktifitas sehari hari. Hal senada juga pada penelitian Robbins
(2003) bahwa usia berpengaruh pada tingkat produktivitas terutama dikaitkan
dengan keterampilan, kecepatan, kecekatan dan kekuatan individu.
6.2 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Menurut Depnaker (1993) bahwa jenis kelamin wanita tidak mempengaruhi
kemampuan fisik dan kultural. Jenis kelamin harus diperhatikan berdasarkan sifat
pekerjaan, waktu mengerjakan dan peraturan dalam lingkungan kerja. Variabel
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
102
jenis kelamin tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh distribusi
responden yang berjenis kelamin laki laki dan perempuan yang tidak merata pada
penelitian ini, sehingga memerlukan banyak sampel untuk menjawab pertanyaan
hipotesis.
Muchlas (1997) mengatakan bahwa dalam berbagai penelitian dapat
dikatakan bahwa secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
produktivitas maupun kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan Perbedaan jenis
kelamin hanyalah perbedaan fisik dan psikologis. Hal yang sama juga di
ungkapkan oleh Sulistyiorini (2010) dalam hasil penelitian tentang faktor yang
mempengaruhi kenerja petugas laboratorium dalam pemeriksaan tuberkulosis di
Bantul.
6.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Dalam bekerja individu memerlukan ketrampilan dan kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaaannya dengan baik dan efisien. Keterampilan dan
kemampuan ini dapat diperoleh dengan pendidikan formal dalam bentuk
pendidikan terlembaga maupun informal dalam bentuk bimbingan dalam bekerja.
Keterampilan dan kemampuan petugas puskesmas tidak ditentukan oleh
pendidikan terlembaga saja, tetapi memerlukan pendidikan informal seperti
pelatihan P2 TB strategi DOTS atau bimbingan kerja di lapangan.
Berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR 370/MENKES/SK/III/200,
petugas laboratorium adalah seorang yang berpendidikan analis kesehatan. Analis
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
103
Kesehatan atau disebut juga Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah
tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan
mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya.
Analis Kesehatan adalah profesi yang bekerja pada sarana kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia
untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-
faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat
(Patelki, 2012).
Variabel pendidikan tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016
disebabkan hampir semua responden berpendidikan analis kesehatan, hal ini
memenuhi standar kualifikasi tenaga laboratorium berpendidikan analis kesehatan
(Kepmenkes, 2001). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Arif
(2007) yang menyebutkan bahwa tidak terdapat pengaruh pendidikan dengan
kinerja petugas mikroskopis malaria dalam pemeriksaan sediaan darah di Ogan
Komering Ulu. Namun Penelitian yang di lakukan oleh Pakpahan (2013)
menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
tinggi kinerja yang dihasilkan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
104
6.4 Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya Tahun 2016
Pengalaman atau masa kerja dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dimana
pengalaman, masa ketertarikan diri dengan pekerjaan juga ikut menentukan
kinerja seseorang karena semakin lama masa kerja seseorang, makin cakap
mereka akan lebih baik karena sudah menyusaikan diri dengan pekerjaan. Banyak
pengalaman yang dimiliki, maka semakin banyak pula keterampilan yang pernah
diketahuinya dan hal ini akan memberikan rasa percaya diri dan akan mempunyai
sikap ketika menghadapi suatu pekerjaan atau persoalan, sehingga kualitas kinerja
akan lebih baik.
Variabel masa kerja tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal
ini disebabkan masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis baik yang sudah
lama bekerja sebagai laboran maupun belum lama, semua diikutsertakan dalam
kegiatan pelatihan mikroskopis dalam pembuatan sediaan dahak. Sehingga
memiliki pemahaman dan keterampilan yang sama. Selain itu kemungkinan hal
ini terjadi karena sebaran data yang tidak merata, sehingga memerlukan banyak
sampel untuk menjawab hipotesis.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Supardi (2004) di
Kabupaten Kendal yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh masa kerja
terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam penemuan kasus suspek
penderita tuberkulosis.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
105
Penelitian yang dilakukan oleh Rye dkk (2009) di Kota Palu provinsi
Sulawesi Tengah juga menyatakan hal yang sama bahwa tidak terdapat pengaruh
masa kerja terhadap penemuan kasus tuberkulosis. Pada penelitian Arianti (2005)
di Kabupaten Buleleng juga sejalan. Hasil penelitian tersebut sesuai pula dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2011) yang menyebutkan bahwa tidak
ada hubungan antara masa kerja dengan kinerja petugas, petugas dengan masa
kerja baru atau lama memberikan kontribusi yang sama bagi keberhasilan
program P2TB di Kota Pekalongan. Begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khoirudin (2013) yang menyebutkan bahwa lama nya masa kerja
tidak berpengeruh secara statistika antara masa kerja dengan kinerja tenaga
kesehatan dalam upaya peningkatan penemuan suspek TB paru di Kediri.
6.5 Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016 Kemapaman pegawai dalam bekerja untuk mencapai tujuan
organisasi/instansi dipengaruhi oleh berbagai faktor secara internal, salah satunya
adalah melalui pelatihan, dimana melalui program tersebut diharapkan
organisasi/instansi dapat mempertahankan pegawai yang berpotensi dan
berkualitas. Pelatihan (training) merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan
dan keahlian seseorang pegawai untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.
Dengan adanya peningkatan keahlian, pengetahuan, wawasan, dan sikap
karyawan pada tugas-tugasnya melalui program pelatihan yang sudah
dilaksanakan dalam organisasi dapat meningkatkan kinerja pegawai organisasi
tersebut (Pakpahan dkk, 2013).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
106
Menurut Sastrohadiwiryo (2003) pelatihan kerja diselenggarakan dan
diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan keterampilan
atau keahlian kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan
kesejahteraan tenaga kerja. Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program
pelatihan yang mengacu pada standart kualifikasi keterampilan atau keahlian yang
pelaksanaannya dilakukan secara berjenjang dan berlanjut. Pelatihan kerja yang
merupakan hak setiap pekerja dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan
keterampilan serta keahlian sesuai bakat, minat dan kemampuanya
diselenggarakan oleh lembaga pelatihan pemerintah.
Variabel pelatihan tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal
ini dikarenakan sebaran data yang tidak merata, sehingga memerlukan banyak
sampel untuk menjawab hipotesis. Selain itu hal ini terjadi karena semua petugas
laboratorium tuberkulosis semua diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan dalam
pembuatan sediaan dahak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariadi dkk
(2009) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
pelatihan dan kinerja petugas TB di Kabupaten Bengkulu Utara. Penelitian yang
dilakukan oleh Devisa (2010) di Kabupaten Bengkulu menyatakan hal yang sama
bahwa tidak terdapat pengaruh pelatihan terhadap kinerja petugas mikroskopis TB
paru di Puskesmas.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
107
6.6 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016 Lingkungan kerja merupakan bagian komponen yang sangat penting di
dalam karyawan melakukan aktivitas bekerja. Dengan memperhatikan lingkungan
kerja yang baik atau menciptakan kondisi kerja yang mampu memberikan
motivasi karyawan untuk bekerja, maka dapat membawa pengaruh terhadap
semangat kerja karyawan. Pengertian lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang
ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang dibebankan. Disini yang dimaksud dengan lingkungan kerja
adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja ada
dua macam yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik
(Rahmawanti dkk, 2014).
Menurut Sedamaryanti (2001) lingkungan kerja fisik merupakan semua
keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat
mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung, sedangkan
lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan
dengan hubungan kerja, baik hubungan kerja dengan atasan maupun hubungan
sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.Terciptanya lingkungan
kerja yang nyaman, aman dan menyenangkan merupakan salah satu cara
perusahaan untuk dapat meningkatkan kinerja para karyawan.
Variabel lingkungan kerja mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
108
ini dikarenakan pada saat penelitian banyak Puskesmas yang berada di Kota
Surabaya melakukan kegiatan renovasi sehingga tempat melakukan pemeriksaan
sediaan dahak sempit dan kurang nyaman.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawati dkk (2014) di Malang
menyatakan bahwa lingkungan kerja mempengaruhi kinerja petugas. Menurut
Sutrisno (2010) menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana
dan prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedamg melalukan
pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja ini
meliputi tempat bekerja, fasilitas dan alat bantu dalam pekerjaan, kebersihan,
pencahayaan, dan dapat menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini dilakukan oleh Sukmawati
(2008) yang menyebutkan bahwa lingkungan kerja fisik berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.
Keberadaan sarana dalam organisasi merupakan hal yang pokok sekaligus
modal untuk berfungsinya suatu organisasai. Alat kerja yang canggih disertai
dengan pelatihan penggunaannya secara lengkap dan sempurna akan banyak
berpengaruh terhadap produktifitas kerja dan kualitas kerja. Menurut Lewa dan
Subono (2005) bahwa lingkungan kerja didesain sedemikian rupa agar dapat
tercipta hubungan kerja yang mengikat pekerja dengan lingkungan. Lingkungan
kerja yang menyenangkan dapat membuat para karyawan merasa betah dalam
menyelesaikan pekerjaannya serta mampu mencapai suatu hasil yang optimal.
Sebaliknya apabila kondisi lingkungan kerja tersebut tidak memadai akan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
109
menimbulkan dampak negatif dalam penurunan tingkat produktifitas kinerja
karyawan.
6.7 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016 Motivasi seseorang tersebut memberikan dorongan atau semangat untuk
bekerja guna memenuhi kebutuhan. Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai
inisiatif penggerak perilaku seseorang secara optimal, hal ini disebabkan karena
motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka
keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu
untuk berperilaku kerja untuk mencapai kepuasan atau mengurangi
ketidakseimbangan.
Motivasi dapat sebagai inisiatif penggerak perilaku seseorang secara
optimal, hal ini disebabkan karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan
dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan
kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja untuk mencapai
seseorang dapat sebagai alasan seseorang untuk berperilaku guna mencapai
tujuan, dalam hal ini adalah kinerja seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia sesuai dengan hirarki Maslow.
Menurut Stoner (1982) motivasi adalah suatu hal yang menyebabkan dan
yang mendukung tidakan atau perilaku seseorang yang merupakan hasil sejumlah
proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seseorang individu yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
110
Variabel motivasi mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal ini disebabkan
oleh hampir semua responden memiliki motivasi yang tinggi dalam pembuatan
sediaan dahak. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Suardiana (2006) yang
menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi petugas kesehatan
terhadap kinerja nya dalam menemukan kasus pneumonia di Kabupaten Bangli.
Namun hasil ini berbeda dengan Melayu (2003) dan As’at (2004) yang
menyatakan motivasi berkaitan erat dengan kinerja.
Gibson dkk (1996) mengatakan bahwa motivasi sebagai semua kondisi
yang memberikan dorongan dari dalam seseorang yang digambarkan sebagai
keinginan, kemauan, dorongan atau keadaan dalam diri seseorang yang
mengaktifkan atau menggerakkan. Dengan motivasi yang tepat diharapkan setiap
petugas mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang
tinggi.
6.8 Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 Menurut Sunyoto (2012) menyatakan kompensasi merupakan suatu jaringan
berbagai subproses untuk memebrikan balas jasa kepada karyawan untuk
pelaksanaan pekerjaan dan untuk memotivasi karyawan agar mencapai tingkat
prestasi yang diinginkan. Hasibuan (2009) mengatakan bahwa kompensasi adalah
semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung
yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada
perusahaan. Di dalam kompensasi terdapat sistem insentif yang menghubungkan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
111
kompensasi dengan kinerja. Dengan kompensasi kepada pekerja diberikan
penghargaan berdasarkan kinerja dan berdasarkan senioritas atau jumlah jam kerja
(Wibowo, 2007).
Variabel insentif mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hasil ini sesuai
dengan Stoner (2000) yang menyatakan bahwa insentif atau imbalan yang
diterima karyawan baik dalam bentuk fasilitas ataupun honorarium akan
berhubungan langsung dengan kebutuhan pokok karyawan, seperti kebutuhan
ekonomi sekarang maupun yang akan datang, jika kebutuhan pokok terpenuhi
maka seseorang akan terfokus pada pekerjaannya.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Akhmadi (2011) yang menilai
kinerja pelayanan kesehatan dalam pengobatan TB di Makassar menunjukkan
bahwa insentif untuk meningkatkan organisasi perawatan dan praktik manajemen,
dapat berkontribusi terhadap kinerja yang lebih baik terhadap pelayanan kesehatan
dalam pengobatan TB. Dalam penelitian tersebut, pentingnya kompensasi bagi
petugas TB. Hal ini ditunjukkan dimana insentif yang diberikan dapat mendorong
pada kinerja pelayanan kesehatan dalam pengobatanTB. Hal yang sama juga
dihasilkan pada penelitian Widyatmini dan Hakim (2009) menunjukkan bahwa
insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja PNS. Tambahan
penghasilan dan apresiasi kinerja yang diberikan oleh pemerintah diharapkan
dapat meningkatkan semangat kerja.
Menurut Simamora (2006) sistem imbalan baik berupa finansial maupun
nonfinansial yang di kendalikan oleh organisasi dapat digunakan sebagai alat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
112
untuk memotivasi karyawan nya. Sistem imbalan akan mempengaruhi
produktivitas dan tendensi mencari pekerjaan lainnya.
Hubungan antara kompensasi dengan kinerja adalah positif, artinya semakin
baik kompensasi yang diterima oleh pegawai, maka kinerja pegawai juga semakin
baik. Semakin tinggi kompetensi seorang pegawai maka akan berpengaruh
meningkatkan kinerja pegawai dan semakin baik kompensasi yang diberikan
kepada para pegawai maka mereka akan lebih semangat lagi dalam melakukan
pekerjaan dan menghasilkan kinerja yang baik juga. Begitu juga dengan
kepemimpinan, semakin baik kepemimpinan maka akan berpengaruh
meningkatkan kinerja pegawai.
Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.Kompensasi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai. Kompensasi yang
akan diberikan kepada para pegawai harus sesuai dengan kinerja yang mereka
hasilkan agar mereka bisa termotivasi dan bisa lebih semangat lagi dalam bekerja.
Hal ini harus lebih ditingkatkan lagi agar kinerja karyawan tidak akan menurun
melainkan bisa lebih meningkat lagi.
Mempertahankan dan meningkatkan kompensasi yang ada untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompensasi yaitu ditunjang dengan beberapa
faktor seperti keahlian dalam bekerja, keahlian seseorang dalam bekerja harus
terus-menerus ditingkatkan, peningkatan keahlian seorang pegawai dapat dilihat
dari pengalaman-pengalaman mereka dalam bekerja. Dengan hasil pekerjaan yang
mereka lakukan sesuai dengan keahlian maka kompensasi yang diberikan kepada
mereka juga sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Dengan itu juga mereka
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
113
akan termotivasi dalam bekerja dan mereka bisa mendapatkan prestasi kerja
sesuai apa yang diharapkan (Dharma, 2008).
6.9 Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 Secara konseptual beban kerja dapat ditinjau dari selisih antara energi yang
tersedia pada setiap pekerjaan dengan energi yang diperlukan untuk mengkerjakan
suatu tugas dengan sukses. Konsep yang mendasari pengukuran kinerja adalah
pertama menyelesaikan suatu tugas memerlukan waktu tertentu. Tingkat beban
kerja diperhitungkan dari jumlah waktu yang telah dipakai untuk mengerjakan
suatu tugas sampai selesai. Kedua, manusia hanya memiliki kapasitas energi yang
terbatas, sebagai akibatnya jika seseorang harus mengerjakan beberapa tugas
dalam waktu yang sama maka akan terjadi kompensasi prioritas antar tugas-tugas
itu guna memperebutkan energi yang terbatas (Sugianto, 1993).
Variabel beban kerja mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal
ini disebabkan oleh kurangnya tenaga laboratorium sehingga semua pemeriksaan
(darah, urin, feses) dikerjakan sendiri tanpa bantuan petugas lain, Selain itu
tingginya angka kunjungan pasien sehinnga menambah beban kerja petugas
laboratorium. Selain karena kurangnya tenaga laboratorium beratnya beban kerja
yang dirasakan oleh responden juga disebabkan pada saat dilakukannya penelitian
ini sebagian besar petugas laboratorium juga sedang melakukan pemeriksaan
General Check up. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ilyas (2001) yang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
114
menyatakan bahwa beban kerja yang terlalu berat dapat menurunkan kinerja
karyawan.
6.10 Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016
Robbins (2003) menyebutkan bahwa sikap itu penting karena
mempengaruhi perilaku, sedangkan perilaku berpengaruh terhadap kinerja dan
produktivitas karyawan. Notoatmodjo (2014) sikap adalah bagaimana pendapat
atau penilaian orang atau responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan,
sehat sakit dan faktor yang terkait dengan faktor resiko kesehatan.
Variabel sikap tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016.
Dikarenakan hampir semua responden bersikap mendukung dalam pemeriksaan
dahak dikarenakan responden berpendapat pembuatan sediaan dahak adalah tugas
dan kompetensi seorang analis kesehatan yang bertugas di Puskesmas. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kurniawati dkk (2014) di Pekalongan
yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh sikap terhadap kinerja petugas
laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak penderita tuberkulosis.
6.11 Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016
Sedarmayanti (2007) supervisi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja, dikarenakan supervisi adalah kegiatan bimbingan dan
evaluasi kerja yang rutin dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
petugas dan mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
115
secara langsung. Kegiatan yang dilakukan selama supervisi adalah observasi,
bantuan tekhnis, diskusi bersama tentang permasalahan yang ditemukan, mencari
solusi pemecahan masalah bersama, memberikan laporan dan membarikan saran
perbaikan.
Variabel supervisi tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal
ini dikarenakan sebaran data yang tidak merata, sehingga memerlukan banyak
sampel untuk menjawab hipotesis. Selain itu supervisi yang dilakukan tidak
mempengaruhi kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak. Ini
bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati dkk (2012)
yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara persepsi petugas tentang supervisi
dengan kinerja petugas puskesmas dalam pengelolaan pengobatan TB mangkir di
Kota Pekalongan. Begitu pula dengan Ilyas (2002) menyatakan bahwa supervisi
merupakan proses yang memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi positif.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
116
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan) tidak
mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.
2. Masa kerja tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
3. Pelatihan tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
4. Lingkungan kerja tidak nyaman mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota
Surabaya tahun 2016.
5. Motivasi tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
6. Insentif mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.
116
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
117
7. Beban kerja tidak sesuai mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota
Surabaya tahun 2016.
8. Sikap tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
9. Supervisi tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya
1. Diharapkan adanyan pengembangan lingkungan fisik laboratorium agar
terciptanya lingkungan kerja yang nyaman dalam pembuatan sediaan dahak.
2. Pemberian insentif kepada petugas laboratorium dimana dapat mendorong
kinerja yang baik dalam pembuatan sediaan dahak.
3. Penambahan petugas laboratorium untuk mengurangi beban kerja di
laboratorium setiap puskesmas.
4. Memberikan pelatihan kepada petugas laboratorium tentang kualitas
spesimen, ketebalan sediaan dan kerataan sediaan dahak yang baik.
7.2.2 Bagi Petugas Laboratorium
1. Meningkatkan kualitas spesimen berupa dahak
2. Meningkatkan kerataan sedian dan ketebalan sediaan dahak
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
118
7.2.3 Peneliti Selanjutnya
Diharapkan melakukan penelitian dengan metode dan teori yang berbeda
serta penambahan variabel lain.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
119
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad B. (2006). Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Petugas Laboratorium dalam Penemuan Kasus TB paru di Puskesmas Kerinci, Tesis, Pascasarjana Unand.
Arikunto S. (2003). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Edisi Revisi V. Jakarta:
Rineka Cipta. As’sad M. (2004). Psikologi Industri, Edisi 9, Yogyakarta. Azwar A. (1996). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. Departemen Kesehatan RI. (2006). Pemeriksaan Mikroskopis Tuberkulosis.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman pengobatan Dasar di Puskesmas.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta: Gerdunas TB Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. (2011). Pedoman Nasional pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta: Ditjen P2PL Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. (2011). Rencana Aksi Nasional Penguatan
Laboratorium Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Ditjen P2PL Depkes RI. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2012). Strategi Nasional Pengendalian TB di
Indonesia. Jakarta: Ditjen P2PL Depkes RI. Dharma P. (2008). Pengaruh Kepemimpinan dan KompensasiTerhadap Semangat
Kerja Karyawan dan Kinerja Karyawan Pada PT.United Indo Bali, Jurnal JAB.
Dian A.L. (2011). Hubungan Kinerja Petugas Dengan Case Detection Rate di
Puskesmas Kota Makasar, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar.
Dinas Kesehatan Kota Surabaya. (2014). Profil Kesehatan Kota Surabaya Tahun
2014. Kota Surabaya.
119
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
120
Erlien T.H. (2008). Penyakit Saluran Pernapasan. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka.
stucture, proses, Eight Edition, Illiois Ricard D. Irwan inc. Guilbert J.J. (1977). Educational Hand Book for Health Personal. WHO.
Terjemahan W.F Maramis. Gomes,F.C.,(1997). Menajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset. Hariadi E., Iswanto., Ahmad R.A. (2009). Hubungan Faktor Petugas Puskesmas
dengan Cakupan Penderita Tuberculosis Paru BTA Positif. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol 25, no 4.
Hasibuan P.S. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta:
PT.Bumi Aksara. Ilyas Y. (2002). Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian. Jakarta: Pusat Kajian
Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Irianto K. (2002). Mengguak dunia mikro Organisme. Bandung: Sarana Mandiri
Prestasi. Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pedoman jejaring dan pemantapan mutu
pemeriksaan mikroskopis tuberkulosis.Ditjen Bina dan Upaya Kesehatan Depkes RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Khoiruddin A. (2013). Jurnal . Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Tenaga
Kesehatan dalam Upaya Peningkatan Penemuan Suspek TB Paru di Kediri. Jurnal Ilmu Menajemen, Vol 5, no 3.
Kurniawati I. (2012). Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas
Puskesmas dalam Pengelolaan pasien TB Paru Mangkir di Pekalongan. Universitas Dipenegoro semarang, Jurnal JITK, Vol 5, no 1.
Kurniati., Rhina W. (2003). Menghitung Kebutuhan Tenaga Analis Laboratorium
di Sub Unit Penyakit Infeksi Instalasi Patologi Klinik RS Dr. Sardjito, Laporan Manajemen, Program Pendidikan Dokter Spesialis-I Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lemeshow S., David W.H., Jennelle K., Stephen K.L. (1997). Besar Sampel
dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
121
Lewa., Subono (2005). Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Lubis K.A. (2008). Pengaruh Pelatihan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT.Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Medan. Tesis, Universitas Sumatra Utara.
Mangkunegara A.A., Anwar P. (2004). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Refika Aditama. Malayu H.H. (2003). Produktitivas dan motivasi. Jakarta: Fajar Utama. Moeheriono. (2012). Pengukuran Kinerja berbasis Kompetensi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Misnadiarly. (2006). Tuberkulosis dan Mikobakterium Atipik. Jakarta: Dian
Rakyat. Murti B. (1997). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. Notoatmojo S. (2003). Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo S. (2014). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Payaman J. (2011). Menajemen dan Evaluasi Kerja. Jakarta: Lembaga penerbit
Fakultas ekonomi UI. Praditya P. (2010). Menajemen Mutu laboratorium TB pada Puskesmas Rujukan
Mikroskopis dan Pelaksana Mandiri di Kabupaten Situbondo. Fakultas kesehatan Universitas Jember.
Siswidiyanto., Sukanto (2013). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap
Kinerja Pegawai. Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 2 no 1 hal 116-121.
Program Pasca Sarjana. (2004). Pedoman penulisan tesis dan desertasi, program
Pasca Sarjana Universitas Airlangga. Purwanti S. (2010). Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Fasilitas, Supervisi,
Dan Motivasi Terhadap Kinerja Petugas Pelaksana Pelayanan Rogram Mtbs (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Di Kabupaten Banyumas.
Rindjaswati. (2001). Karakteristik Petugas Laboratorium Tb Paru di Puskesmas
Rujukan Mikroskopis Kota Surakarta, Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
122
Rahmawanti., Bambang S.A.P. (2014). Pengaruh lingkungan kerja terhadap karyawan, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol 8 no 2.
Robbins S.P. (2003). Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Indeks. Rye A., Yusrizal D.S., Hadiwijoyo Y. (2009). Faktor yang Mempengaruhi
Penemuan Penderita TB paru di Kota Palu. Berita kedokteran Masyarakat, Vol 25, no 2.
Sedarmayanti. (2009). Pengembangan Kepribadian Pegawai. Bandung: Mandar
Maju. Seodarto. (2009). Penyakit menular di Indonesia. Segung Seto: Surabaya. Somantri I. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. Simamora H. (2004). Menajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE
YKPN. Stoner J.A.F. (1982). Menagement: two edition, Prentice-Hall international Inc
Englewood Cliff, New York. Suardiana. (2006). Faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas kesehatan
dalam diagnosis pneumonia pada balita pada sistem survailens pneumonia dikabupaten Bangli tahun 2006. Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukmawati. (2008). Pengaruh kepemimpinan, lingkungan fisik, dan konpensasi
terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina Pekalongan. Tesis. Universitas Dipenegoro.
Sunyoto D. (2012). Teori, Kuesioner, dan Anlisis Data Sumber Daya Manusia.
analisis kinerja tenaga kesehatan puskesmas, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
Sutanto P.H. (2013). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sutrisno E. (2010). Menajemen Sumber Daya Manusia Edisi I. Cetakan kedua.
Jakarta: Prenda Media Grup.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
123
Sutrisno. (2010). Analisis Faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas tuberkulosis puskesmas di kabupaten jember. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
Warr P. (1994). A conceptualframework for the study of work and mental health,
Work and stress. WHO. (2014). Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR TB). (Sitasi 02 Maret
2016). WHO. (2015). Global Tiberculosis Report Editon. Geneva: WHO Press. Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Prasada. Widoyono. (2011). Penyakit tropis, epidemiologi, penularan, pencegahan dan
pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
124
PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rosdiyanti, SST Nim : 101414553022 Status : Mahasiswa Program Studi Magister Epidemiologi Universitas Airlangga Saat ini sedang melakukan penelitian tentang “Analisis faktor yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016” Penelitian ini melibatkan 50 orang petugas laboratorium tuberkulosis sebagai responden. Bacalah informasi ini baik baik sebelum memutuskan untuk ikut dalam penelitian ini. Apabila belum mengerti atau belum jelas mengenai informasi ini, janganlah ragu untuk bertanya. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini hanya berupa wawancara dan observasi cara kerja responden dalam pembuatan sediaan dahak. Wawancara akan dilakukan di laboratorium, Waktu yang dibutuhkan kurang lebih 1 jam untuk setiap responden. Manfaat Sebagai evaluasi kerja bagi responden dalam pembuatan sediaan dahak di kota Surabaya. Bahaya potensial Penelitian ini tidak mengakibatkan bahaya terhadap responden dikarenakan tidak ada perlakuan, namun hanya dilakukan observasi dan wawancara untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan terkait penelitian. Kerahasiaan Segala informasi yang diperoleh selama penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan menjadi tanggung jawab peneliti. Hak untuk mengundurkan diri Responden ikut dalam penelitian ini atas dasar suka rela, Tidak ada paksaan sehingga responden berhak untuk ikut atau tidak ikut serta. Insentif untuk Responden Responden yang ikut dalam penelitian ini tidak mendapatkan insentif berupa uang, namun peneliti akan memberikan souvenir berupa flashdisk. Kontak yang dapat dihubungi Nama : Rosdiyanti Alamat : Jl. Mulyorejo Utara No 149, Surabaya No HP : 081231436777 e-mail : [email protected]
Lampiran 1
124
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
125
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Unit Kerja :
Telah mendapatkan keterangan secara terperinci dan jelas mengenai :
1. Judul penelitian
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subjek penelitian
3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian
4. Bahaya potensial yang akan timbul
5. Prosedur penelitian
Dalam prosedur penelitian mendapatkan kesempatan mengajukan pertanyaan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
Oleh karena itu, maka saya nyatakan bersedia/tidak bersedia* ikut serta sebagai responden
dalam penelitian yang berjudul “Analisis faktor yang mempengaruhi Kinerja Petugas
Laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016”.
Demikin pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Surabaya, 2016
Responden
( )
Peneliti
(Rosdiyanti, S.ST)
* Coret salah satu
Saksi
( )
Lampiran 2
125
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
126
PANDUAN OBSERVASI
PEMBUATAN SEDIAAN APUSAN DAHAK OLEH PETUGAS LABORATORIUM
DI KOTA SURABAYA
BIODATA RESPONDEN
Nama
Umur ...... Tahun
Jenis Kelamin 1. Pria 2. Wanita
Pendidikan 1. Analis Kes 2. Non Analis Kes
Lama masa kerja ......Tahun
PETUNJUK PENGISIAN OBSERVASI
Peneliti memberi tanda check list (√ ) sesuai data obyektif yang dilakukan oleh responden.
Ya : 2
Tidak : 1
No. Pernyataan Ya Tidak
A. Kualitas spesimen (Sputum)
Dahak yang diperiksa mukopurulen/ kental kuning kehijauan.
B. Ukuran sediaan
Sediaan apusan dahak 2x3cm
C Kerataan sediaan
Apusan dahak terlihat merata, tidak terlihat daerah yang
kosong pada kaca objek
D Ketebalan sediaan
Sediaan apusan dahak yang belum dicat diletakan diatas surat
kabar, atau tulisan cetakan. Ketebalan sediaan apus dianggap
baik bila hurup hurup tulisannya masih dapat terbaca
E Kebersihan sediaan
Tidak terdapat kotoran,atau sisa tisue pada sediaan.
Lampiran 3
126
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
127
1. Pernyataan Mengukur lingkungan kerja fisik
No Pernyataan Ya Tidak
1 Ruang kerja laboratorium memiliki
ventilasi
2 Di laboratorium terdapat kran air
yang mengalir.
3 Ruang laboratorium tidak sempit
4 Pencahayaan di laboratorium cukup
5 Tersedia ruangan khusus
laboratorium untuk pembuatan
sediaan dahak
6. Tersedia ruangan khusus tempat
pasien mengeluarkan dahak dan
SOP pengumpulan dahak
7 Sirkulasi udara baik
2. Pernyataan untuk mengukur pelatihan
No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya pernah mengikuti pelatihan
mikroskopis TB
2 Saya sudah mengikuti pelatihan
mikroskopis TB >3kali dalam 3
tahun terakhir
3 Pelatihan mikroskopis TB sangat
berguna untuk menambah
keterampilan saya dalam
pembuatan sediaan
4 Pelatihan mikroskopis TB
dilakukan 2 kali dalam 1 tahun
5 Pelatihan hanya dilakukan bila
kinerja dalam pembuatan sediaan
jelek
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
128
LEMBAR KUESIONER
Petunjuk pengisian :
Pilih salah satu jawaban menurut keyakinan saudara/i yang sesuai dengan situasi dan kondisi
saat ini, dengan cara memberi tanda silang (√ ) pada kolom yang sesuai untuk pertanyaan
berikut :
Keterangan
Skor 4 : Bila responden menjawab “sangat setuju” pada daftar pertanyaan
Skor 3 : Bila responden menjawab “setuju” pada daftar pertanyaan
Skor 2 : Bila responden menjawab “tidak setuju” pada daftar pertanyaan
Skor 1 : Bila responden menjawab “sangat tidak setuju” pada daftar pertanyaan
3. Pernyataan untuk mengukur motivasi
No Pernyataan Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
1 Saya selalu menjelaskan cara
mengeluarkan spesimen yang
baik kepada pasien
2 Saya berusaha membuat sediaan
yang rata dan tidak ada bagian
yang kosong
3 Sediaan yang saya buat tidak
pernah tebal
4 Saya membuat sediaan dengan
ukuran besar
5 Saya menjaga kebersihan kaca
sediaan sebelum digunakan
6 Saya merasa senang jika sediaan
yang dibuat baik
Lampiran 4
128
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
129
7 Saya merasa ilmu saya
bermanfaat dalam melakukan
pembuatan sediaan apusan
dahak
8
Saya mengerjakan tugas saya
sebagai mikroskopis TB dengan
baik dan benar
9 Saya merasa tenang bekerja
sebagai petugas laboratoriun TB
10 Pekerjaan membuat sediaan
apusan dahak masuk kedalam
penilaian prestasi kerja
4. Pernyataan Mengukur Imbalan/insentif
No Pernyataan Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
1 Saya merasa puas dengan insentif
yang diberikan dari pembuatan
sediaan dahak
2 Pembagian insentif dari pembuatan
sediaan sesuai dengan keputusan
atasan
3 Pemberian insentif memotivasi
saya dalam pembuatan sediaan
dahak
4 Insentif yang diberikan sesuai
dengan risiko pekerjaan saya dalam
pembuatan sediaan dahak
5 Saya mendapat imbalan jika
membuat sediaan dahak yang baik
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
130
6 Pemberian insentif memotivasi
saya dalam pembuatan sediaan
dahak
5. Pernyataan : Mengukur beban kerja
No Pernyataan Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
1 Beban kerja saya tidak sesuai
dengan kemampuan saya
2 Mempunyai tugas lain Selain
tugas pokok sebagai petugas
laboratorium
3 Waktu yang cukup dalam
pembuatan sediaan dahak
4 Saya merasa jijik saat membuat
sediaan dahak
5 Memiliki tugas selain tugas
pokok sebagai tenaga
laboratorium merupakan beban
bagi saya
6. Pernyataan : Mengukur sikap
No Pernyataan Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
1 Saya mendukung jika spesimen
dahak bukan air liur
2 Saya mendukung diagnosis TB
secara mikroskopis
3 Saya bersikap sopan ketika
pasien mengantarkan dahak
4 Saya membuat sediaan apusan
dahak sesuai prosedur
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
131
5 Saya membuat sediaan dengan
penuh tanggung jawab
6 Saya menjelaskan kepada pasien
cara mengeluarkan dahak yang
baik
7 Saya bertanggung jawab
membuat sediaan yang rata
8 Saya melaporkan permasalahan
dilaboratorium
9 Saya mengunakan alat pelindung
diri saat berkerja dilaboratorium
10 Membersihkan laboratorium
setelah selesai bekerja
8. Pernyataan : Mengukur supervisi
No Pernyataan Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
1 Ada pemberitahuan terlebih
dahulu sebelum Supervisi
2 Ketika supervisi saya merasa
diperhatikan prosedur kerja saya
3 Supervisi untuk evaluasi
kesalahan saya dalam pembuatan
sediaan dahak
4 Saat supervisi selalu diberikan
pengarahan tentang cara
pembuatan sediaan apusan dahak
5 Saya senang supervisi rutin
dilakukan
6 Supervisi membantu menemukan
masalah tekhis dan masalah
operasional di laboratorium
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
132
7 Supervisi membantu
menyelesaikan masalah yang ada
di laboratorium
8 Hasil supervisi dikirim (umpan
balik) ke puskesmas
9 Supervisi dilaksanakan oleh dinas
kesehatan
10 Semakin sering supervisi semakin
baik
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
133
KAJI ETIK
Lampiran 5
133
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
134
ANALISIS DATA
1. Frekuensi Umur Responden Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Umur ≤ 40 Tahun 40 80,0 80,0 80,0 Umur > 40 10 20,0 20,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
2. Frekuensi Jenis Kelamin
jenis_kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid perempuan 41 82,0 82,0 82,0 lakilaki 9 18,0 18,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
3. Frekuensi Pendidikan Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Analis Kesehatan 49 98,0 98,0 98,0 Non Analis Kesehatan 1 2,0 2,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
4. Frekuensi Masa Kerja
Masa Kerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ≥ 6 Tahun 44 88,0 88,0 88,0 < 6 Tahun 6 12,0 12,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
5. Frekuensi Lingkungan Kerja LingkungaKerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Nyaman 32 64,0 64,0 64,0 Tidak Nyaman 18 36,0 36,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Lampiran 6
134
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
135
6. Frekuensi Pelatihan Pelatihan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 18 36,0 36,0 36,0 Kurang Baik 32 64,0 64,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
7. Frekuensi Motivasi Motivasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Motivasi Tinggi 33 66,0 66,0 66,0 Motivasi Rendah 17 34,0 34,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
8. Frekuensi Insentif Insentif
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 12 24,0 24,0 24,0 Tidak 38 76,0 76,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
9. Frekuensi Beban Kerja Beban Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sesuai 17 34.0 34.0 34.0 tidak sesuai 33 66.0 66.0 100.0 Total 50 100.0 100.0
10. Frekuensi Sikap Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Mendukung 42 84,0 84,0 84,0 Tidak Mendukung 8 16,0 16,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
11. Frekuensi Supervisi Supervisi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 44 88,0 88,0 88,0 Kurang Baik 6 12,0 12,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
136
12. Kinerja
kinerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid baik 24 48,0 48,0 48,0 Buruk 26 52,0 52,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
1. Crosstabs Umur terhadap Kinerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Umur * kinerja
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Umur * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
Umur
Umur ≤ 40 Tahun Count 19 21 40 % within Umur
47,5% 52,5% 100,0%
Umur > 40 Count 5 5 10 % within Umur
50,0% 50,0% 100,0%
Total Count 24 26 50 % within Umur
48,0% 52,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp.
Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,020a 1 ,887 Continuity Correctionb ,000 1 1,000 Likelihood Ratio ,020 1 ,887 Fisher's Exact Test 1,000 ,582 Linear-by-Linear Association
,020 1 ,889
N of Valid Cases 50 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.80.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
137
b. Computed only for a 2x2 table
2. Crosstab Jenis kelamin terhadap kinerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
jenis_kelamin * kinerja
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
jenis_kelamin * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
jenis_kelamin
perempuan Count 21 20 41 % within jenis_kelamin 51,2% 48,8% 100,0%
a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.
Model Summary Step -2 Log
likelihood Cox & Snell
R Square Nagelkerke R Square
1 40,814a ,434 ,578 2 42,822b ,410 ,547 3 45,516b ,378 ,504 a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001. b. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
159
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 10,410 7 ,167 2 5,057 6 ,536 3 3,645 5 ,602