Top Banner
19

TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

May 26, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
Page 2: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
Page 3: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

141

TERSESAT DALAM RIMBA TAKFIRI

Azkia Muharom Albantani

Mukadimah

Takfiri artinya ‘mengafirkan’, yaitu mengafirkan muslim yang

mendukung atau sumpah setia berbakti kepada NKRI (Negara

Kesatuan Republik Indonesia). Saat ini, pemikiran takfiri seperti ini

sudah mulai muncul dalam gerakan; membentuk organisasi,

memperkuat ideologi, melakukan rekrutmen, dan menyebarkan

gagasan lewat buku dan jaringan dunia maya.

Dalil-dalil yang dijadikan landasan untuk mengafirkan

muslim yang mendukung dan bersumpah setia kepada

pemerintahan thaghut NKRI tersebut adalah: Keputusan/hukum itu

hanyalah kepunyaan Allah. (QS Yusuf /12:40) Dan Dia tidak

mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan

keputusan (QS al-Kahfi /18 : 26).

Dalil al-Qur`an lainnya yang dijadikan hujjah adalah QS al-

Ma`idah /5 : 1, ar-Ra’d /13: 41, dan as-Syura/42: 21. Ayat-ayat ini

menjadi dalil bahwa kedaulatan hukum yang tidak ada pada Allah,

melainkan manusia, menunjukkan syirik, dan berarti sudah murtad.

NKRI menjadikan kedaulatan hukumnya ada pada tangan manusia,

berarti syirik, murtad, pemerintahan thaghut.

Page 4: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

|142

Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang

diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir

(QS al-Ma`idah /5 : 44).

Ayat lain yang dijadikan dalilnya adalah QS al-Ma`idah /5 : 45,

47, an-Nahl /16 : 116, al-An’am /6: 121, Yunus/10: 59, as-Syura /42 :

10, dan an-Nisa` /4 : 59. Ayat-ayat ini menurut mereka merupakan

dalil murtadnya orang yang menghukum dengan hukum Jahiliyyah

dan membuang hukum Allah/syari’at Islam. Ayat 45 dan 47 surat

al-Ma`idah juga merupakan penegasan bahwa selain kafir, orang

seperti ini zhalim dan fasiq.

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang

mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan

kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu?

Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah

diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud

menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya (QS

an-Nisa` /4 : 60).

Ayat lain yang dijadikan dalil adalah QS al-Baqarah /2 : 256-

257, al-Ma`idah /5 : 81, Ali ‘Imran /3 : 100-101. Ayat-ayat ini

merupakan dalil bahwa yang mendukung hukum thaghut, yang

tidak kufur kepada thaghut, berarti kufur kepada Allah. Sementara

hukum NKRI adalah hukum thaghut. Konsekuensinya, pemerintah

NKRI adalah pemerintah thaghut. Mendukungnya berarti kufur

kepada Allah.

Kekeliruan Pemikiran Takfiri

Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa pemikiran takfiri

yang berkembang meyakini bahwa pemerintah NKRI dan yang

bekerja langsung mendukungnya kafir karena, pertama, sudah

menyekutukan Allah dalam menetapkan hukum, yakni kedaulatan

hukum yang seharusnya milik Allah menjadi berada di tangan

MPR/DPR. Kedua, menghukum dengan hukum Jahiliyyah dan

membuang hukum Allah/syari’at Islam. Ketiga, mempertahankan

Page 5: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

143|

sistem pemerintahan kafir/syirik yang dengan sendirinya sudah

mempertahankan thaghut.

Pemikiran takfiri seperti itu jelas keliru ditinjau dari beberapa

hal: (1) Terlalu mudah takfir tanpa tabayyun terlebih dahulu. (2)

Salah menempatkan ayat-ayat al-Qur`an tentang kafir, yang

seharusnya untuk orang kafir, ditujukan kepada orang beriman. (3)

Menyamaratakan konsep kafir menjadi kafir akbar semata.

Akibatnya yang masuk kategori kafir ashghar/amali pun

dikategorikan kafir akbar dan dinyatakan murtad. (4) Keliru

memahami konsep murtad yang seharusnya khuruj ‘minal-millah

(keluar dari agama) menjadi dipersempit pada tidak menetapkan

hukum Allah. (5) Memvonis thaghut kepada pemerintah NKRI dan

menyamaratakan begitu saja semua muslim yang terlibat dalam

pemerintahan sebagai pendukung thaghut. Dalam hal ini tampak

pengingkaran mereka terhadap jasa perjuangan tokoh-tokoh Islam

yang dari sejak sebelum kemerdekaan sampai masa kemerdekaan

berjuang mati-matian menjadikan Negara ini Islami, meski memang

belum berhasil secara kaffah.

Semua kekeliruan terkait pemikiran takfiri tersebut disebabkan

gerakan takfiri tersebut salah dalam manhaj ilmu. Semestinya

mereka menguraikan dasar-dasar aqidah Islam ini dengan merujuk

pada al-Qur`an dengan manhaj tafsirnya, hadits dengan manhaj

syarahnya, pemahaman para shahabat, dan mayoritas ulama yang

tentunya Ahlus-Sunnah. Tetapi dalam tulisan-tulisan mereka yang

takfiri tersebut, mereka tampak jelas luput menyertakan tafsir yang

shahih dari setiap ayat yang dikutipnya. Tafsir shahih yang dimaksud

adalah tafsir yang tidak hanya mengandalkan pemikiran pribadi

semata/mujarradur-ra`yi, tetapi menyertakan penjelasan ayat-ayat

lainnya, hadits Nabi Saw, dan penjelasan para shahabat. Mereka

malah cenderung menafsirkan ayat-ayat tentang takfir dengan

asumsinya sendiri.

Kelompok takfiri ini juga tidak merujukkan pemikirannya pada

hadits-hadits shahih. Padahal tema takfir sudah dibahas sejak era

Page 6: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

|144

shahabat, tabi’in, atba’ tabi’in, dan terus berlanjut pada era Imam al-

Bukhari, Muslim, dan seterusnya oleh para ulama syarah hadits

sesudah mereka. Demikian halnya, pendapat dan sikap para

shahabat yang selalu sangat berhati-hati dalam takfir rupanya lupa

untuk dirujuk. Dan terakhir mayoritas ulama, yakni ulama Ahlus-

Sunnah yang juga luput dirujuk ke berbagai kitab mereka yang

mu’tabar (otoritatif). Kalaupun ada dirujuk pendapat ulama, tampak

masih terlalu dominan “tafsir pribadi” dari diri mereka sendiri atas

pernyataan ulama-ulama tersebut.

Misalnya Syaikh Ibn Baz yang mengafirkan siapa yang tidak

menghukum dengan hukum Allah Swt, “ditafsirkan” oleh mereka

secara pukul rata bahwa itu berarti pemerintah NKRI kafir. Padahal

Syaikh Ibn Baz tidak sedang berbicara NKRI. Pernyataan Syaikh Ibn

Baz tersebut normatif, sama dengan pernyataan ulama-ulama di

MUI, Persis, NU, dan Muhammadiyah yang juga menyatakan kafir

siapa saja yang tidak menetapkan hukum Allah. Tetapi tidak

kemudian disimpulkan secara sembarangan bahwa pemerintah

NKRI kafir. Menetapkan selain hukum Allah Swt adalah satu hal,

dan pemerintahan NKRI hal lain. Ini yang dimaksud masih terlalu

dominan “tafsir pribadi” mereka atas fatwa ulama yang mereka

kutip.

Takfir Tanpa Tabayyun

Kita seharusnya terhindar dari terlalu mudah takfir tanpa

tabayyun terlebih dahulu. Dalam takfir (vonis kafir) harus ditempuh

terlebih dahulu tabayyun (mencari kejelasan dan kepastian) dan

istitabah (meminta taubat). Tabayyun dan istitabah ini memang wajib

dilakukan terlebih dahulu sebab takfir akan mendatangkan

konsekuensi hukum lanjutan seperti haram nikah dan waris,

termasuk menjadi halal darah dan hartanya dalam perang. Maka

dari itu Rasul Saw mengancam siapa saja yang ceroboh memvonis

kafir, sebagai orang kafir itu sendiri jika faktanya yang divonis kafir

itu seorang muslim:

Page 7: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

145|

ا امرئ قال لخه اي كافر. ف قد بء با أحدها إن كان كما قال ي إل أي رجعت نله

“Siapa saja yang menyebut kepada saudaranya: Hai Kafir,

maka sungguh telah kena hal itu kepada salah seorang dari

mereka. Jika memang benar apa yang dikatakan itu, maka

benar, dan jika tidak, maka kekafiran itu kembali pada yang

mengatakannya” (Shahih Muslim kitab al-iman bab bayan hal

iman man qala li akhihil-muslim ya kafir no. 225).

Jika baru hanya tanda-tandanya saja yang mengarah pada

kekafiran, dan belum terbukti benar bahwa ia sudah terang-

terangan menyatakan kafir, maka vonis kafir pun tetap haram untuk

dinyatakan.

بان ف ثاب ف الب ت ار ذيي ندد قال نت فاجتمعوا ف قال رجال من أهل الدخشن ف قال ب عضهم ذلك م خشن أي ابن الد هم أين مالك بن الد نافق ل قائل من

يريوله ف قال ريول الل ل ت قل ذلك أل ت ب الل يريد ر ي اه قد قال ل إله إل الل يريوله أنلم قال فإن ن رى يجهه ينصحت ه إل المنافقي بذلك يجه الل قال الل

قد حرم نلى النار من قال ل تغي بذلك يجه إ قال ريول الل فإن الل ي ب له إل الل الل

“Itban berkata: Orang-orang dari satu kampung berkumpul di

rumah, jumlah mereka banyak. Lalu ada seseorang bertanya:

“Di mana Malik ibnud-Dukhaisyin (ibnud-Dukhsyun)?”

Dijawab oleh sebagian orang: “Dia orang munafiq yang tidak

mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Maka Rasulullah Saw

bersabda: “Kamu jangan berkata seperti itu. Bukankah kamu

sudah pernah melihatnya mengatakan La ilaha illal-’Llah

sembari berharap bisa berjumpa Allah.” Orang itu menjawab:

“Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Akan tetapi kami melihat

wajahnya dan perhatiannya cenderung kepada orang-orang

Page 8: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

|146

munafiq.” Rasul menimpali: “Sesungguhnya Allah

mengharamkan neraka bagi mereka yang mengucapkan La

ilaha illal-’Llah sembari berharap bisa berjumpa Allah.”

(Shahih al-Bukhari kitab as-salat bab al-masajid fil-buyut no.

425)

Maka dari itu al-Qur`an mewajibkan kaum muslimin untuk

melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu

sebelum memvonis kafir.

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi

(berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu

mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu:

“Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya),

dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di

sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu

dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka

telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan (QS An-Nisa` /4 : 94).

Ibn Katsir meriwayatkan beberapa riwayat yang berbeda

namun semakna terkait asbabun-nuzul (latar belakang turun) ayat

ini. Di antaranya sebagaimana yang dijelaskan Ibn ‘Abbas, sebuah

pasukan diutus oleh Nabi Saw untuk memerangi satu kaum yang

membahayakan umat Islam. Setibanya di tempat, kaum yang

hendak diperangi tersebut sudah lari terlebih dahulu. Hanya tinggal

tersisa seseorang yang ketika ditemukan ia mengucapkan syahadat.

Al-Miqdad ibn al-Aswad kemudian membunuhnya karena

berasumsi orang itu hanya hendak melindungi dirinya sendiri

dengan syahadat palsu. Seorang shahabat lainnya saat itu menegur

al-Miqdad atas perbuatan cerobohnya, dan ia pun melaporkannya

kepada Rasulullah Saw setibanya di Madinah. Rasul Saw saat itu

langsung saja menegur al-Miqdad, sebab sebagaimana sudah

diajarkan Rasul saw, tidak boleh membunuh seseorang yang sudah

mengucapkan la ilaha illal-’Llah. Tentang kebenaran ucapan tersebut,

hisabnya diserahkan kepada Allah Swt saja. Tidak lama dari itu,

Page 9: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

147|

Rasul saw juga menjelaskan bahwa tidak mustahil orang yang

dibunuh tadi sama seperti para shahabat dahulu ketika di Makkah,

tidak berani bersyahadat karena takut dibunuh orang kafir, dan

baru berani bersyahadat ketika orang-orang kafir tidak ada.

Artinya, kepada orang yang zhahirnya kafir lalu bersyahadat

saja tidak boleh disebut kafir, apalagi kepada orang-orang yang

memang dari asalnya sudah Islam; haram memvonis kafir kepada

mereka karena mereka sudah jelas mengikrarkan Islam.

Maka semestinya yang harus dilakukan oleh kelompok takfiri

adalah tabayyun dulu kepada semua pihak yang telah divonisnya

kafir, apakah mereka benar-benar sudah berani mencabut

syahadatnya? Benar-benar tidak beriman sedikit pun kepada Allah

dan Rasul-Nya? Apakah mereka benar-benar menolak hukum Allah

dan Rasul-Nya? Ataukah sebenarnya mereka hanya belum paham

dan sadar akan kewajiban menegakkan hukum Allah? Sebab

faktanya mayoritas pengelola pemerintahan ini masih tulus dalam

Islamnya.

Keliru Menempatkan Ayat-ayat tentang Kafir

Kita seharusnya terhindar dari keliru menempatkan ayat-ayat

tentang kafir, yang semestinya untuk orang-orang kafir karena

divonis tidak akan diampuni dosanya dan akan kekal di neraka,

menjadi ditujukan kepada umat Islam. Perilaku seperti ini dahulu

pernah dilakukan oleh Khawarij, yang disebut ahli bid’ah oleh para

shahabat. Imam al-Bukhari misalnya menulis dalam kitab

Shahihnya:

Imam al-Bukhari berkata: Bab membunuh Khawarij dan

Mulhidin (keluar dari agama) sesudah mengemukakan hujjah

kepada mereka dan firman Allah ta’ala: (Dan Allah sekali-kali tidak

akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk

kepada mereka hingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang

harus mereka jauhi [9 : 115]). Dan Ibn ‘Umar menilai mereka sebagai

makhluk Allah yang jahat. Ia berkata: “Sesungguhnya mereka

Page 10: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

|148

menggunakan ayat-ayat yang ditujukan untuk orang kafir dengan

menujukannya kepada orang-orang beriman.” (Shahih al-Bukhari

kitab istitabatil-murtaddin wal-mu’anidin wa qitalihim).

Ayat-ayat yang dimaksud di antaranya ayat-ayat di atas yang

dijadikan dalil oleh takfiri untuk memvonis kafir umat Islam

Indonesia. Dalam kaitan manhaj ini, al-Hafizh Ibn Hajar al-

‘Asqalani menjelaskan:

Al-Hafizh Ibn Hajar berkata: “Sebagian ahli bid’ah bersikukuh

dalam klaim mereka bahwa pelaku maksiat yang masuk neraka

tidak akan keluar darinya, berdasarkan firman Allah ta’ala (Dan

siapa yang maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya dan melanggar

ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam

api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang

menghinakan [4 : 14]). Ahlus-Sunnah menjawab, bahwasanya ayat

itu turun untuk orang kafir. Jika mencakup yang lebih luas dari itu,

maka sungguh telah tetap dalil yang mengecualikan orang-orang

yang bertauhid keluar dari neraka (Fathul-Bari kitab ar-riqaq bab

shifat al-jannah wan-nar, ketika mensyarah hadits syafa’at).

Maksud al-Hafizh, firman Allah Swt dalam QS An-Nisa` /4 : 14

yang menyatakan siapa yang terang-terangan menolak hukum

waris akan kekal di neraka, itu bukan untuk orang Islam, tetapi

orang kafir. Sebab orang Islam, asalkan masih ada iman meski itu

sangat sedikit, tidak akan kekal di neraka, melainkan akan

dikeluarkan dari neraka pada saat-saat terakhir melalui syafa’at

Nabi Saw. Jadi kalau ada ayat-ayat yang memvonis kafir, kekal di

neraka, tidak akan diampuni, itu konteksnya untuk orang kafir.

Kalau ada di antara umat Islam yang berbuat hal yang sama dengan

orang kafir dimaksud, maka itu tidak berarti kafir, tetapi “seperti

orang kafir”. Hadits tentang syafa’at Nabi Saw yang dimaksud di

antaranya:

ت ف قول انطلق فأخرج من كان ف ق لب ت أم ه أدن أدن فأقول اي ربر أمث أنود …مث قال حبة خردل من إيان فأخرجه من النار فأنطلق فأف عل أدن

Page 11: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

149|

د ارف ع رأيك يقل الرابعة فأحده بتلك المحامد ث أخر له ياجدا ف قال اي ممع فأقول اي ربر ائذن ل فمن ق يسمع ييل ت عطه ع تش ياش ال ل إله إل الل

ها من قال ل إ له إل الل ف قول ينزت يجلل يكبايئي ينظمت لخرجن من “…lalu aku (Nabi Saw) berkata: “Wahai Rabb, umatku,

umatku.” Allah berfirman: “Pergilah, keluarkanlah orang yang

dalam hatinya masih ada keimanan yang lebih kecil, lebih

kecil, lebih kecil dari berat biji sawi, keluarkanlah ia dari

neraka!” Lalu aku pun pergi dan melakukannya… Kemudian

aku kembali yang keempat kalinya. Aku memujinya dengan

pujian-pujian itu, lalu aku tersungkur sujud. Lalu dipanggil:

“Hai Muhammad, angkat kepalamu. Berbicaralah, kamu akan

didengar. Mintalah, kamu akan diberi. Minta syafa’atlah,

kamu akan diberi.” Lalu aku berkata: “Wahai Rabb, izinkalah

untukku dalam hal orang yang mengucapkan la ilaha illal-

‘Llah.” Allah berfirman: “Demi kegagahan-Ku, kemuliaan-Ku,

kebesaran-Ku, dan keagungan-Ku, pasti Aku akan keluarkan

dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illal-‘Llah.”

(Shahih al-Bukhari kitab at-tauhid bab kalamir-Rabb yaumal-

qiyamah ma’al-anbiya wa ghairihim no. 7510).

Dengan hadits ini jelas bahwa jika seorang muslim masih

bersemayam dalam hatinya keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya,

itu berarti tidak kafir alias tidak akan kekal di neraka, meski ia

masuk neraka terlebih dahulu. Maka dari itu jangan disamakan

begitu saja orang muslim yang seperti kafir sebagai orang kafir.

Sebab tidak benar jika kita mengatakan “keledai adalah kuda”

hanya karena sama kakinya empat dan sebagai hewan angkutan.

Ada ciri pokok lainnya yang membedakan keledai dan kuda

sehingga tidak bisa disamakan begitu saja. Ciri pokok yang

membedakan antara muslim dan kafir itu sendiri adalah keyakinan

tidak ada tuhan selain Allah Swt. Maka meskipun ada dari orang

yang meyakini la ilaha illallah tersebut perbuatan yang sama dengan

Page 12: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

|150

orang kafir, jangan divonis kafir, sebab tetap ada ciri pokok yang

membedakannya dengan orang kafir.

Keliru Memahami Konsep Kafir

Kelompok takfiri telah keliru menyamaratakan konsep kafir

menjadi kafir akbar semata. Padahal ayat-ayat dan hadits-hadits

yang memberi vonis kafir tidak semuanya berstatus kafir akbar atau

kafir yang sampai keluar dari agama Islam.

Dalam hal ini bisa dirujuk kitab Shahih al-Bukhari dalam kitab

al-iman, dimana Imam al-Bukhari menuliskan tiga tarjamah terkait

tema takfir ini. Berikut disajikan beserta syarah-nya:

ر فه نن أب يعد الدرير ر ب عد ك ران العشي يك : بب ك نن النبرث ن سار نن ا نبد الل بن مسلمة نن مالك نن زيد بن أيلم نن نطاء بن ي حد

رن رن ابن نباس قال قال النب أريت النار فإذا أكث ر أهلها النرساء يك قل أيكرن ال حسان لو أحسنت إل إح بلل قال يك رن ال هر ث رأت عشي ييك داهن الد

را قط ئا قالت ما رأيت منك خ منك ش “Bab: Kufur kepada Suami dan Satu Kufur di bawah Kufur

Yang Lain. Dalam tema ini ada riwayat dari Abu Sa’id al-

Khudri dari Nabi Saw: Telah menceritakan kepada kami

Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Zaid bin Aslam dari

‘Atha’ bin Yasar dari Ibnu ‘Abbas berkata, Nabi Saw bersabda:

“Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan

penghuninya adalah wanita, disebabkan mereka kufur“.

Ditanyakan: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau

bersabda: “Mereka kufur kepada suami, kufur terhadap

kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang

dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja

kejelekan darimu maka dia akan berkata: ‘Aku belum pernah

melihat kebaikan sedikitpun darimu“.

Page 13: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

151|

Imam al-Bukhari melalui tarjamah ini menunjukkan bahwa

pernyataan kafir dalam hadits tidak otomatis kafir keluar dari Islam

(khuruj minal-millah), sebab memang faktanya kafir itu bertingkat-

tingkat. Hadits di atas sendiri menyebut maksiat dengan kafir,

serupa dengan hadits-hadits sebelumnya yang menyebut ketaatan

dengan iman. Artinya setiap kemaksiatan yang disebut kafir tidak

otomatis kafir keluar dari agama, hanya sebatas maksiat. Demikian

dijelaskan oleh Imam al-Qadli Ibnul-‘Arabi (Fathul-Bari).

ر صاحب ها برتكابا إل رك بب المعاصي من أمر الاهلة يل يك بلشرر أن يشرك به ت عال لقول النبر إنك امرؤ فك جاهلة يق ول الل إن الل ل ي غ

ث نا شع ث نا يلمان بن حرب قال حد ر ما دين ذلك لمن يشاء: حد بة نن يي غ ينله ح ة ينلى غلمه ل ياصل الحدب نن المعرير قال لقت أب ذرر بلربذ

ه ف قا رته بمر ل ل النب اي أب ذرر حلة فسألته نن ذلك ف قال إنر ياب بت رجل ف ع ه إنك امرؤ فك جاهلة إخوانكم خولكم جعلهم الل رته بمر ت أيديكم فمن ت أن

وهم ما ي غلب هم كان أخوه تت يده ف لطعمه ما يكل يل لبسه ما ي لبس يل ت كلرتموهم فأننوهم فإن كل

“Bab: Maksiat Termasuk Bagian Jahiliyyah, Tetapi Tidak Boleh

Dikafirkan Pelakunya kecuali dengan Syirik, berdasarkan

sabda Nabi Saw: Sesungguhnya kamu orang yang ada dalam

dirimu Jahiliyyah. Juga berdasarkan firman Allah ta’ala:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni syirik dan

mengampuni lainnya bagi orang yang Dia kehendaki: Telah

menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb berkata, telah

menceritakan kepada kami Syu’bah dari Washil Al Ahdab dari

Al Ma’rur bin Suwaid berkata: Aku bertemu Abu Dzar di

Rabdzah yang saat itu mengenakan pakaian dua lapis, begitu

juga anaknya, maka aku tanyakan kepadanya tentang itu,

maka dia menjawab: Aku telah menghina seseorang dengan

Page 14: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

|152

cara menghina ibunya, maka Nabi Saw menegurku: “Wahai

Abu Dzar apakah kamu menghina ibunya? Sesungguhnya

kamu orang yang ada dalam dirimu Jahiliyyah. Hamba

sahayamu adalah saudara-saudara kalian, Allah telah

menjadikan mereka di bawah tangan kalian. Maka siapa yang

saudaranya berada di bawah tangannya (tanggungannya)

maka jika ia makan berilah makanan seperti yang dia makan,

bila ia berpakaian berilah seperti yang ia pakai, janganlah

kalian membebani mereka sesuatu yang di luar batas

kemampuan mereka. Jika kalian menugaskan mereka, maka

bantulah mereka.”

Tarjamah yang ditulis oleh Imam al-Bukhari di atas

menunjukkan bahwa orang yang memiliki sifat/perangai kafir

jahiliyyah hanya dikategorikan maksiat, bukan kafir yang tidak

akan diampuni. Orang seperti ini juga tidak boleh divonis kafir

keluar dari Islam, kecuali jika kekafirannya bersifat aqidah, yakni

syirik.

Al-Hafizh Ibn Hajar menjelaskan: “Inti dari tarjamah ini adalah

maksiat yang dinyatakan kafir, kafirnya itu kafir majazi, bukan kafir

yang sampai keluar dari agama.”

Selanjutnya al-Hafizh menjelaskan bahwa maksud syirik

dalam firman Allah Swt surat an-Nisa` di atas adalah kafir keluar

dari Islam. Artinya, kalau kafirnya masih dalam tataran dosa dan

maksiat maka ada peluang untuk diampuni. Sebagaimana

dinyatakan Ibn Baththal: “Maksud al-Bukhari adalah membantah

orang yang mengafirkan pelaku dosa seperti Khawarij. Mereka

berpendapat bahwa siapa yang mati dalam keadaan berdosa akan

kekal di neraka. Sementara ayat di atas membantah keyakinan

mereka tersebut. Sebab maksud firman-Nya: Dan mengampuni

dosa selain itu bagi yang Dia kehendaki, adalah orang yang mati

dalam keadaan berdosa selain syirik.”

Sementara hadits Abu Dzar menunjukkan bahwa sifat kafir

jahiliyyah itu masih mungkin ada dalam diri seorang shahabat yang

Page 15: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

153|

imannya tinggi sekalipun. Artinya, pernyataan kafir dari Nabi

Saw/dalam hadits tidak otomatis berarti kafir keluar dari Islam, jika

pada faktanya hanya dalam tataran maksiat.

ن هما{ فس تان من المؤمني اق ت ت لوا فأصلحوا ب اهم بب }يإن طائ مث ث نا حاد بن زيد حد ث نا نبد الرحن بن المبارك حد يونس نا أيوب ي المؤمني: حد

أبو بكر نن السن نن الحنف بن ق س قال ذهبت لنصر هذا الرجل ف لقن عت ريول الل ي قول إذا ف قال أين تريد ق لت أنصر هذا الرجل قال ارجع فإنر س

هما فالقاتل يالمقتول ف النار ف قلت الت قى المسل اي ريول الل هذا مان بس القاتل فما بل المقتول قال إنه كان حريصا نلى ق تل صاحبه

“Bab: (Jika ada dua kelompok dari kaum mu`minin berperang

maka damaikanlah di antara mereka) Maka Dia Menamai

Mereka Mu`minin: Telah menceritakan kepada kami

Abdurrahman bin Al Mubarak Telah menceritakan kepada

kami Hammad bin Zaid Telah menceritakan kepada kami

Ayyub dan Yunus dari Al Hasan dari Al Ahnaf bin Qais

berkata: “Aku pergi untuk menolong lelaki itu (‘Ali ibn Abi

Thalib pada waq’atul-Jamal). Tapi Abu Bakrah menemuiku

dan bertanya: “Hendak ke mana kamu?” Aku menjawab:

“Aku akan menolong lelaki itu.” Abu Bakrah menegah:

“Pulanglah, karena sungguh aku mendengar Rasulullah Saw

bersabda: ‘Apabila dua orang muslim bertemu dengan

membawa pedang, maka baik yang membunuh atau yang

terbunuh sama masuk neraka.” Aku –Abu Bakrah- sempat

bertanya: “Ini yang membunuh wajar, tapi kenapa yang

terbunuh juga masuk neraka?” Beliau menjawab: “Karena ia

juga bernafsu untuk membunuh sahabatnya.”

Menurut al-Hafizh Ibn Hajar, Imam al-Bukhari ber-istidlal

(berdalil) dengan ayat di atas (QS al-Hujurat /49 : 9) bahwa orang

yang melakukan maksiat—seperti saling membunuh—tidak kafir

Page 16: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

|154

karena Allah Swt masih tetap menyebut mereka “mu`min”. Dalam

ayat selanjutnya (ayat 10) pun Allah Swt masih tetap menyebut

mereka “mu`min”. Demikian halnya dengan hadits di atas, Imam

al-Bukhari ber-istidlal bahwa dua orang yang saling membunuh itu

“muslim”, tidak sampai kafir keluar dari Islam, meski mereka

diancam masuk neraka.

Akan tetapi itu semua tidak berarti bahwa perbuatan-

perbuatan dosa tersebut dianggap sepi begitu saja. Penyebutan

istilah kafir untuk dosa dan maksiat itu sendiri adalah sebuah

taghlizh (peringatan keras) agar manusia tidak menganggapnya

sepele. Dalam hal ini, maka Imam al-Bukhari juga mencantumkan

satu tarjamah khusus agar prinsip aqidah seperti ini tidak

diselewengkan sebagaimana yang dilakukan oleh Murji`ah

(berpendapat bahwa dosa ditangguhkan vonisnya dan diserahkan

kepada Allah). Tarjamah yang dimaksud adalah:

د ب ث نا مم ن بب خوف المؤمن من أن يبط نمله يهو ل يشعر: حدث نا شعبة نن زب د قال يألت أب يائل نن ثن انرنر قال حد لمرجئة ف قال حد

ر نبد الل أن النب قال يباب المسلم فسوق يقتاله ك“Bab: Takutnya Seorang Mu`min akan Kehancuran Amalnya

dalam Keadaan Tidak Sadar: Telah menceritakan kepada kami

Muhammad bin ‘Ar’arah berkata, Telah menceritakan kepada

kami Syu’bah dari Zubaid berkata: Aku bertanya kepada Abu

Wa’il tentang Murji`ah, maka dia menjawab: Telah

menceritakan kepadaku Abdullah bahwa Nabi Saw bersabda:

“Mencaci orang muslim adalah fasiq dan memeranginya

adalah kufur”.

Sebagaimana tampak dari latar belakang dialog antara tabi’in

dan shahabat dalam hadits di atas, hadits ini jadi dalil untuk

membantah Murji`ah. Maksudnya, keliru kalau ada yang

berpendapat bahwa setiap dosa itu ditangguhkan vonisnya dan

diserahkan kepada Allah. Nabi Saw sudah mengajarkan bagaimana

Page 17: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

155|

vonis dan kepastian hukum untuk semua pelaku dosa. Akan tetapi

menurut al-Hafizh, keliru juga jika memahami hadits di atas secara

ekstrem sebagaimana Khawarij, yang menarik kafir dalam hadits di

atas sebagai kafir keluar dari Islam. Konsekuensinya, para shahabat

yang pernah terlibat konflik perang berstatus kafir (Fathul-Bari).

Semestinya, memahami hadits-hadits seperti di atas, tidak terjebak

pada “ekstrem kiri” seperti halnya Murji`ah yang terlalu lunak, juga

tidak terjebak pada “ekstrem kanan” sebagaimana halnya Khawarij

yang terlalu keras. Yang benar sebagaimana para shahabat,

memahami vonis kafir dalam hadits semacam di atas sebagai

taghlizh (peringatan keras).

Uraian Imam al-Bukhari dan para ulama syarah hadits di atas

menunjukkan bahwa ayat-ayat al-Qur`an dan hadits yang

menyatakan kafir tidak otomatis berarti kafir keluar dari Islam

(khuruj minal-millah). Jika pernyataan kafir itu ditujukan pada amal

maksiat, maka berarti kafir tersebut adalah taghlizh (peringatan

keras). Maka dalam kerangka seperti inilah semestinya ayat-ayat

dan hadits-hadits yang mengafirkan orang yang tidak menegakkan

hukum Allah Swt dipahami. Termasuk mereka yang meninggalkan

salat. Mereka semua bukan kafir murtad, tetapi kafir pelaku dosa

besar yang tidak sampai keluar dari Islam. Sebab Nabi Saw dalam

hadits lainnya sudah menyebutkan bahwa kriteria kafir itu biwahan

(terang-terangan) dan penjelasannya sudah ada dalam al-Qur`an:

امت: دنان النب بن الص نا: أ قال نباد ن ف باي عناه، ف قال: فما أخذ نل مع يالطانة، ف منشطنا يمكرهنا، ينسرن ييسرن يأث نا، يأن بي عنا نلى الس ر نل

را بواحا، نن . فه ب رهان دكم من هللا ل ن نازع المر أهله، إل أن ت ريا ك“Ubadah ibn as-Shamit berkata: “Nabi Saw memanggil kami

lalu kami berbai’at kepadanya.” Ia melanjutkan: “Materi bai’at

yang beliau ambil dari kami adalah kami berbai’at untuk

senantiasa patuh dan taat, dalam keadaan senang dan benci,

dalam keadaan sulit dan mudah, wajib mendahulukan

Page 18: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

|156

pemimpin daripada kami, dan agar kami tidak mencabut

urusan kepemimpinan dari yang berhaknya. Kecuali jika

kalian menyaksikan kekufuran yang nyata, dan kalian punya

pegangan yang jelas dari Allah mengenainya.” (Shahih al-

Bukhari kitab al-fitan bab qaulin-Nabiy shallal-llahu ‘alaihi wa

sallam satarauna ba’di umuran tunkirunaha, no. 6533)

Kufur terang-terangan atau kafir haqiqi (yang sebenar-

benarnya kafir), dijelaskan Allah Swt dalam surat an-Nisa` sebagai

berikut:

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan

rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan

kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami

beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap

sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu)

mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir),

merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah

menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang

menghinakan (QS an-Nisa` /4 : 150-151).

Inilah kafir haqiqi yakni yang dikategorikan khuruj minal-

millah (keluar dari agama); Allah dan Rasul-rasul-Nya betul-betul

diingkari, atau mengingkari dan membeda-bedakan keimanan

kepada para Rasul, dan terang-terangan munafiq atau

meninggalkan ajaran Allah dan Rasul-Nya secara total. Jika tidak

sampai kafir seperti ayat ini, berarti kafirnya tidak haqqan (tidak

sebenar-benarnya). Atau kafirnya tidak sampai murtad dan keluar

dari agama Islam.

Penutup

Maka dari itu, para ulama sudah sangat berhati-hati dalam

urusan takfir ini dengan selalu membagi pengertian kufur pada dua

bagian; kufur akbar (besar)/i’tiqadi (aqidah) yang benar-benar kufur,

dan kufur ashghar (kecil)/amali (amal) yang tidak sampai kufur. Hal

yang sama juga berlaku pada pengertian syirk, nifaq, dan bid’ah

Page 19: TERSESAT DALAM RIMBA - repository.uinjkt.ac.id · melakukan tabayyun (klarifikasi dan semacamnya) terlebih dahulu sebelum memvonis kafir. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

157|

(mukaffarah dan ghair mukaffarah). Tidak berarti setiap vonis kafir,

syirk, nifaq, dan bid’ah yang ditemukan dalam hadits otomatis

merupakan vonis kafir dalam makna keluar dari Islam (khuruj minal-

millah). Dengan demikian, sebuah pekerjaan rumah bagi kita semua

sebagai umat Islam untuk lebih teliti dan selalu tabayyun dalam

memahami ajaran agama Islam agar terhindar dari mudahnya

melakukan takfiri.