BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, terorisme merupakan salah satu topik pembahasan terpenting yang kerap menjadi obyek pembicaraan kalangan politisi dan para ahli. Dikarenakan pentingnya permasalahan ini, banyak tulisan-tulisan dan ide-ide yang dituangkan dengan berbagai macam cara guna mengkaji masalah ini.Tidak dapat diragukan, pasca peristiwa 11 September 2001 di dunia barat terjadi gelombang serangan terhadap Islam. Gelombang serangan ini sedemikian besar sehingga tidak dapat tersembunyi dari siapa pun. Dengan dalih memerangai teroris, ajaran-ajaran luhur agama Islam luput menjadi obyek sasaran penguasa-penguasa barat, dan kaum muslimin diperkenalkan sebagai wajah-wajah teroris. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan dana besar dan kebijakan apapun guna menjaga kepentingan pemerintahan dan rezim mereka. Mereka lupa bahwa sejak semula keberadaannya, Islam telah mencanangkan perang melawan terorisme sebagai salah satu agendanya, dan di masa dimana kekerasan menjadi ideologi masyarakat kala itu, Islam datang seraya menjunjung tinggi jiwa, kepemilikan dan harkat martabat manusia. Oleh karenanya, perlu bagi kita untuk menjelaskan pandangan Islam mengenai terorisme dan dengan berpijak pada titik-titik persamaan dalam definisi dari istilah yang ada, kami akan menjelaskan poin-poin utama pengertian terorisme yang terdapat dalam ajaran-ajaran
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, terorisme merupakan salah satu topikpembahasan terpenting yang kerap menjadi obyekpembicaraan kalangan politisi dan para ahli.Dikarenakan pentingnya permasalahan ini, banyaktulisan-tulisan dan ide-ide yang dituangkan denganberbagai macam cara guna mengkaji masalah ini.Tidakdapat diragukan, pasca peristiwa 11 September 2001 didunia barat terjadi gelombang serangan terhadap Islam.Gelombang serangan ini sedemikian besar sehingga tidakdapat tersembunyi dari siapa pun. Dengan dalihmemerangai teroris, ajaran-ajaran luhur agama Islamluput menjadi obyek sasaran penguasa-penguasa barat,dan kaum muslimin diperkenalkan sebagai wajah-wajahteroris. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan danabesar dan kebijakan apapun guna menjaga kepentinganpemerintahan dan rezim mereka. Mereka lupa bahwa sejaksemula keberadaannya, Islam telah mencanangkan perangmelawan terorisme sebagai salah satu agendanya, dan dimasa dimana kekerasan menjadi ideologi masyarakat kalaitu, Islam datang seraya menjunjung tinggi jiwa,kepemilikan dan harkat martabat manusia.
Oleh karenanya, perlu bagi kita untuk menjelaskanpandangan Islam mengenai terorisme dan dengan berpijakpada titik-titik persamaan dalam definisi dari istilahyang ada, kami akan menjelaskan poin-poin utamapengertian terorisme yang terdapat dalam ajaran-ajaran
agama Islam. Intinya, studi ini mencoba untukmembuktikan bahwa agama Islam bukan hanya agama antiteror dan terorisme, bahkan ia adalah agama yangmemiliki strategi yang matang dalam memerangi danmenghadapai aksi terorisme. selain itu artikel ini punberupaya untuk menyampaikan pandangan Islam mengenaiterorisme dengan menyoroti persamaan-persamaan yangada dalam pendefinisiannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Teroris?2. Apa saja cirri-ciri Islam radikal?3. Bagaimana pandangan Islam tentang terorisme?4. Bagaimana dengan kekerasan yang mengatasnamakan
agama?5. Bagaimana sikap umat Islam terhadap teroris?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi teroris2. Mengetahui apa saja ciri-ciri Islam radikal3. Mengetahui pandangan Islam tentang terorisme4. Mengetahui macam kekerasan yang mengatasnamakan
agama5. Mengetahui sikap umat Islam terhadap teroris
1.4 Manfaat
Penulis berharap mudah-mudahan dari penulisan iniberguna baik secara teoritis maupun praktis.1. Kegunaan Teoritis
Pembahasan ini diharapkan dapat menyumbangkanpengembangan pemahaman yang keliru untuk menjadi suatupemahaman yang benar secara paradigma dalam sosialmasyarakat.
2. Kegunaan PraktisDari pembahasan ini dapat dijadikan sebagai informasibagi masyarakat luas dan para mahasiswa/i.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Teroris
Sebelum mendiskusikan tentang terorisme, kita harus
“terror” (Latin) dan “terre” (Latin), yang artinya
adalah untuk menakuti.
Definisi teror menurut beberapa ensiklopedia dan
kamus: sangat takut, sangat ketakutan suatu emosi yang
dialami sebagai antisipasi dari suatu rasa sakit atau
bahaya (biasanya disertai oleh suatu keinginan untuk
kabur atau untuk melawan)rasa panik atau perasaan yang
sangat tidak tenang sifat yang sangat menyusahkan,
terutama pada anak-anak. Setelah mengetahui definisi
teror, kita akan membahas tentang apa itu teroris dan
terorisme.
Dalam terminolgi yang sederhana, definisi teroris
adalah satu atau lebih orang yang melakukan teror;
sedangkan terorisme adalah suatu paham yang dianut
seseorang atau lebih, atau organisasi untuk
menggunakan teror. Sedangkan Menurut ensiklopeddia
Indonesia tahun 2000, terorisme adalah kekerasan atau
ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikian rupa
untuk menciptkan suasana ketakutan dan bahaya dengan
maksud menarik perhatian nasional atau internasional
terhadap suatu aksi maupun tuntutan.
Dan menurut Noam Chomsky saat mendefinisikan
terorisme’ menuliskan, “Terorisme ialah penggunaan
cara kekerasan yang ditargetkan kepada warga sipil
dalam upaya guna mencapai tujuan politik, agama atau
semacamnya. Sebenarnya, tidak ada definisi teroris dan
terorisme resmi yang sama di seluruh dunia, masing-
masing negara dan institusi baik itu institusi
nasional maupun internasional, mempunyai definisi yang
berbeda pula. Dan umumnya definisi mereka menjauh dari
terminologi sederhana dan lebih bermuatan politik.
Adapun mengenai kaitan antara dua istilah ‘teror’ dan
‘terorisme’, diantara kedua istilah ini juga terdapat
beberapa perbedaan yang sebagian darinya diakibatkan
dari ketidakjelasan akan definisi ‘terorisme’.
Sebagian orang menyakini bahwa tdak ada perbedaan
antara dua istilah tersebut. Ketika mengartikan kedua
istilah itu, mereka mengatakan, “Teror dan terorisme
dalam dunia perpolitikan ditujukan kepada praktik
pemerintah atau kelompok tertentu dimana untuk menjaga
kekuasaan atau berperang dengan negara, mereka
menempuh cara tertentu yang dapat menciptakan rasa
takut.” meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa
kedua ini mempunyai arti yang berbeda.
Ciri-ciri Terorisme :
Menurut beberapa literatur dan referensi termasuk
surat kabar dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
terorisme adalah :
a. Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi &
militant
b. Mempunyai tujuan politik, ideologi tetapi
melakukan kejahatan kriminal untuk mencapai
tujuan.
c. Tidak mengindahkan norma-norma universal yang
berlaku, seperti agama, hukum dan HAM.
d. Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis
yang tinggi untuk menimbulkan rasa takut dan
mendapatkan publikasi yang luas.
e. Menggunakan cara-cara antara lain seperti :
pengeboman, penculikan, penyanderaan, pembajakan
dan sebagainya yang dapat menarik perhatian
massa/public
Bentuk-bentuk Terorisme :
Dilihar dari cara-cara yang digunakan,terorisme
dibedakan menjadi 2,yaitu :
a. Teror fisik yaitu teror untuk menimbulkan
ketakutan, kegelisahan memalui sasaran fisik
jasmani dalam bentuk pembunuhan, penganiayaan,
pemerkosaan, penyanderaan penyiksaan dsb, sehingga
secara nyata dapat dilihat secara fisik akibat
tindakan teror.
b. Teror mental, yaitu teror dengan menggunakan
segala macam cara yang bisa menimbulkan ketakutan
dan kegelisahan tanpa harus menyakiti jasmani
korban (psikologi korban sebagai sasaran) yang
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan tekanan
batin yang luar biasa akibatnya bisa gila, bunuh
diri, putus asa dsb.
Sasaran Terorisme :
Dilihat dari Skala sasaran teror,sasaran terorisme
terorisme dibagi menjadi 2 macam:
a. Teror Nasinal, yaitu teror yang ditujukan kepada
pihak-pihak yang ada pada suatu wilayah dan
kekuasaan negara tertentu, yang dapat berupa
pemberontakan bersenjata, pengacauan stabilitas
nasional, dan gangguan keamanan nasional.
b. Teror Internasional yaitu tindakan teror yang
ditujukan kepada bangsa atau negara lain diluar
kawasan negara yang didiami oleh teroris, dengan
bentuk:
Dari Pihak yang kuat kepada pihak yang lemah.
Dalam bentuk penjajahan, invansi, intervensi,
agresi dan perang terbuka.
Dari Pihak yang Lemah kepada Pihak yang kuat.
Dalam bentuk pembajakan, gangguan keamanan
internasional, sabotase, tindakan nekat dan
berani mati, pasukan bunuh diri, dsb.
2.2 Ciri – cirri Islam Radikal
Dinamika gerakan Islam Indonesia dalam beberapa
tahun belakangan menunjukkan tingkat vitalitas yang
cukup menggembirakan. Peranan ormas-ormas Islam bagi
perbaikan umat dan kemajuan perkembangan Islam dinilai
banyak kalangan semakin meningkat. Namun demikian, di
balik perkembangan positif tersebut, tetap saja
gerakan Islam dihadapkan pada berbagai tantangan yang
tak kecil, seperti tudingan membawa paham radikalisme
Islam, otak di balik serentetan aksi kekerasan dan
terorisme (khususnya oknumnya). Dewasa ini kita sering
mendengar istilah Islam Radikal, arti kata radikal
adalah yang berarti amat keras menuntut perubahan.
Istilah Islam radikal ini diberikan kepada kelompok-
kelompok yang beraliran keras dalam menuntut penegakan
syari’at dengan jalan yang dianggap sebagai Jihad.
istilah kelompok fundamentalis yang disematkan kepada
kelompok yang mengajak untuk kembali pada ajaran-
ajaran Islam yang mulia, sesungguhnya merupakan kata
yang mempunyai makna yang bagus. Tapi sayang definisi
fundamentalisme dewasa ini telah menjadi dikotori oleh
satu kelompok yang memang tidak suka pada kelompok
lain, sehingga menjadi suatu istilah kepada faham yang
menghalalkan kekerasan dan penuh kebencian. Bukan
suatu hal yang aneh bila istilah fundamentalisme
menjadi buruk karena ini adalah taktik tipikal dari
pihak barat yang terbukti efektif untuk meredam dan
membrangus pihak-pihak yang tidak mereka sukai,
simplistik dan kontra-produktif. Kenapa penampakan
wajah Islam yang damai pada dunia, harus dilakukan
dengan menginjak martabat saudara sendiri.
Adapun ciri – cirri Islam radikal yaitu:
1. Pemahaman yang sangat literal terhadap ajaran Islam
2. Resistensi terhadap kelompok yang berbeda pemahaman
dan keyakinan
3. Penolakan dan kebencian yang nyaris tanpa cadangan
terhadap segala sesuatu yang berbau barat
4. Menolak demokrasi; Demokrasi yang digunakan di
negeri Indonesia ini bukan merupakan syariat yang
diturunkan oleh Allah sehingga kelompok-kelompok
atau ormas-ormas islam yang dianggap radikal menolak
bahkan menentang sistem tersebut karena mereka
menganggap hanya syariat yang diturunkan Allah yang
mampu mengatasi segala permasalahan di negeri ini.
5. Menolak Persamaan Gender
6. Menolak Pluralisme; Kelompok-kelompok atau ormas-
ormas islam yang dianggap radikal juga sangat
menentang pluralisme dalam agama, Menurut mereka
pluralisme adalah mengangap bahwa semua agama adalah
sama benarnya. Padahal Allah telah berfirman dalam
Al-Qur’an dalam surat Ali Imron ayat 19 bahwa agama
yang diridhoi Allah hanyalah Islam.dan tidak ada
lagi selain itu, maka atas dasar itu kelompok-
kelompok tersebut sangat menentang pluralisme.
7. Konsep jihad yang dikembangkan adalah dengan hanya
mengidentikannya dengan angkat senjata.
8. Formalisasi syariat
2.3 Pandangan Islam terhadap Terorisme
Islam sebagai agama, pandangan hidup, dan sebagai
“way of life” atau jalan hidup bagi penganutnya, tentu
saja tidak mengijinkan dan bahkan mengutuk terorisme.
Islam dengan kitab sucinya Al Quran yang mengajarkan
tentang moral-moral yang berdasarkan konsep-konsep
seperti cinta, kasih sayang, toleransi dan kemurahan
hati. Nilai-nilai yang ada di dalam Al Quran membuat
seorang Muslim bertanggung jawab untuk memperlakukan
semua orang, apakah itu Muslim atau non-Muslim, dengan
rasa kasih sayang dan rasa keadilan, melindungi yang
lemah dan yang tidak bersalah dan mencegah
kemungkaran. Membunuh seseorang tanpa alasan adalah
salah contoh yang jelas dari kemungkaran.
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS 28:77)
Ayat ini memerintahkan manusia untuk berbuat kebaikan
dan melarang manusia untuk berbuat kerusakan. Dan juga
dijelaskan dalam Al Quran bahwa jika seseorang
membunuh, walaupun hanya satu orang, maka kejahatan
itu sama saja dengan membunuh seluruh manusia.
Terkecuali, sebagai perlawanan melawan orang yang
membuat kerusakan di muka bumi.
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak
diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan di muka bumi. (QS 5:32)
Pada ayat di atas jika dilihat sepintas, mungkin ayat
ini hanya berlaku bagi Bani Israil, akan tetapi,
sesungguhnya ayat ini juga berlaku untuk seluruh
manusia tanpa memandang bangsa dan golongan.
Al Quran juga memerintahkan umat Islam untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap sesama manusia,
terkecuali orang-orang yang memerangi umat Islam. Hal
ini diungkapkan dalam ayat berikut ini:
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berlaku adil. (QS 60:8)
Dan Islam juga tidak pernah memerintahkan manusia
untuk berbuat keji, bahkan sebenarnya Islam melarang
manusia untuk berbuat keji. Banyak orang yang mengaku
bahwa mereka membela Islam, menegakkan hukum Islam dan
lain sebagainya. Akan tetapi semua ini tidak benar,
mereka hanya mengada-ada, sebagai topeng keburukan
mereka, sebagai pembenaran atas perbuatan keji mereka.
Al Quran sudah mengingatkan manusia akan hal ini,
seperti yang tertulis dalam ayat berikut ini:
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: “Kami
mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan
Allah menyuruh kami mengerjakannya.” Katakanlah: “Sesungguhnya
Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.” Mengapa
kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”
(QS 7:28)
Dalam ayat ini Allah SWT mengingatkan kita akan orang-
orang munafik yang mengatasnamakan Islam sebagai
topeng kebohongan mereka. Mereka lebih mempercayai
pemimpin-pemimpin mereka, hadist-hadist palsu mereka,
dan terjemahan Al Quran yang palsu daripada jiwa dan
semangat Islam yang sebenarnya yang tertulis dalam Al
Quran yang asli (terjemahan Al Quran yang benar).
Ada salah satu istilah yang terdapat dalam al-Qur’an
yang berdasarkan dengannya musuh-musuh Islam menuding
Islam sebagai agama terorisme ialah istilah ‘irhab’.
Pada saat ini dalam dunia perpolitikan istilah ini
diartikan dengan ‘terorisme’. Namun pada hakikatnya
istilah ‘irhab’ dalam al-Qur’an memiliki makna lain
yang sama sekali tidak tidak ada kaitannya dengan
terorisme. Dengan demikian, bersandar kepada ayat-ayat
al-Qur’an baik yang dilakukan oleh sebagian teroris
guna justifikasi segala tindakan mereka, ataupun oleh
musuh-musus Islam guna menuding Islam sebagai agama
teroris, sama sekali tidak mendasar dan tidak dapat
dibenarkan.
1. Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang Telah Aku anugerahkan
kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi
janji-Ku kepadamu; dan Hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut
(tunduk) (Q.S. Al-Baqarah: 40). Di akhir ayat ini disebutkan
‘farhabûn’ yang berartikan takutlah atau tunduklah
kalian kepada-Ku.
2. Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka
melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang
banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar
(mena'jubkan). (Q.S. Al-A’raf: 116).
Dalam ayat ini istilah ‘irhab’ yang disebutkan dengan
kalimat ‘Istarhabûhun’ beratikan menakut-nakuti mereka
atau menjadikan mereka takut, dimana yang melakukannya
ialah para penyihir.
Dari beberapa ayat di atas dapat simpulkan bahwa ayat-
ayat yang mengandung kata-kata ‘irhab’ dengan berbagai
musytaq-nya sama sekali tidak sepadan dengan istilah
‘irhab’ yang sekarang ini umum diartikan ‘terorisme’.
Selain itu, juga terbukti bahwa seluruh musytak kata-
kata ‘irhab’ yang terkandung dalam ayat-ayat Allah SWT
tidak bermuatan arti negatif, berbeda halnya istilah
‘irhab’ yang umum digunakan saat ini yang mengadung
arti negatif.
Yang patut ditekankan di sini ialah, bahwa
permasalahan terorisme dalam Islam tidak ada kaitannya
dengan istilah ‘irhab’, namun ia berkaitan dengan
ayat-ayat yang menjunjung tinggi jiwa, harta dan
harkat martabat manusia. Dimana ayat-ayat ini tidak
membenarkan dan mengecam aksi-aksi terorisme yang
membahayakan dan tidak mengabaikan jiwa, hak dan
kehormatan seorang manusia. Islam sangat melarang dan
sekali-kali tidak membenarkan seseorang untuk membunuh
dan meregut nyawa orang lain, kecuali pada kondisi
tertentu yang menuntut. Selain itu, juga tidak dapat
dilupakan bahwa dalam al-Qur’an terdapat hukuman dan
konsekwensi yang berat bagi mereka yang melakukan
pengrusakan di muka bumi dan aksi teror yang
mengorbankan jiwa, harta dan kehormatan orang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa agama Islam sejak masa
kemunculannya telah mengajak umat manusia untuk
menjauhi tindakan kekerasan dan aksi teror, tentunya
dengan mengamalkan dengan baik ajaran-ajaran agama
Islam akan membentuk sebuah masyarakat yang tenteram
dan aman serta terhindar dari kejahatan terorisme.
Guna merealisasikan hal ini dalam ayat lain al-Qur’an
menganggap orang yang membunuh seseorang tanpa alasan
yang benar, sama seperti ia telah membunuh seluruh
seluruh manusia. Allah SWT berfirman, “Oleh Karena itu kami
tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh)
orang lain, atau bukan Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka
seakan-akan dia Telah membunuh manusia seluruhnya. dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah dia
Telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya
Telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, Kemudian banyak diantara mereka
sesudah itusungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan dimuka bumi.” (Q.S. Al-Maidah: 32).
Dari ayat ini pun dapat difahami bahwa hanya terdapat
dua kelompok manusia yang layat untuk dibunuh atau di
hukum mati, yang pertama ialah mereka yang telah
melakukan pembunuhan dengan sengaja, dan yang kedua
ialah mereka yang telah berbuat kerusakan di muka
bumi. Jelaslah mengeksekusi orang-orang yang tidak
melakukann dua pelanggaran besar ini, sama sekali
tidak dapat dibenarkan dan pelakunya pun dianggap
telah melakukan pembunuhan seluruh manusia.
Ayat ini dengan gamblang menunjukkan bahwa tindakan
sebagian oknum yang melakukan berbagai aksi teroris
dengan mengatasnamakan Islam dan al-Qur’an sama sekali
tidak dibenarkan dan tidak memiliki legitimasi, dimana
tindakan ini muncul akibat pemahaman yang menyimpang
atas ayat-ayat al-Qur’an.
2.4 Kekerasan yang Mengatasnamakan Agama
Upaya mendistorsikan islam terus dilakukan oleh
pihak-pihak yang benci terhadap islam. Seringkali
mereka mengahalalkan segala cara untuk menyerang islam
dan pemikirannya. Isu terorisme merupakan isu
dipandang paling memiliki nilai strategis diangkat
suatu saat untuk menyudutkan umat islam beserta ajaran
jihadnya. Dituduhkan bahwa ajaran jihad-menurut versi
mereka- adalah tindakan amoral sekaligus menjadi akar
kekerasan yang terjadi dimasayarakat seperti beberapa
peristiwa pengeboman yang kian marak terjadi ditanah
air. Hasilnya umat-yang mengalami kemunduran taraf
berfikirnya- termakan oleh isu murahan tersebut.
Seakan-akan islam sebagai pihak tertuduh.dalam posisi
yang lemah akhirnya umat bersikap defensif apologetic,
yakni sebuah sikap terbalik, inginnya memang membela
islam -sebagai pihak tertuduh- akan tetapi justru
pembelaan tersebut menjauhkan dirinya dari islam
dengan cara menginterpretasikan hukum-hukum islam
sesuai dengan kehendak (kongklusi) sang penuduh.
Seperti contohnya, islam itu agama damai tidak
mengajarkan kekerasan. Agama islam disebarkan
keseluruh dunia dengan cinta kasih. Jihad maknanya
bukan semata-mata perang, tetapi lebih bermuatan luas
dan positif yaitu bersungguh-sungguh dalam mengejar
ilmu, mengentaskan kemiskinan, melawan hawa nafsu atau
jihad teknologi. Begitulah mereka mencoba menakwilkan
islam-khusunya jihad- sesuai dengan kehendak penuduh.
Dengan demikian realitanya umat islam akan semakin
terjauhkan dari kernihan fikrah dan thariqahnya
(mabda’ islam). padahal kedua variabel tersebut
menjadi point peting kembalinya umat kepada
kebangkitannya.
Mengapa mereka memainkan isu ini kemudian dituduhkan
kepada islam dan umatnya? Selidik punya selidik
ternyata musuh-musuh islam (peradaban kapitalisme)
memahami bahwa islam memiliki pilar-pilar yang menjadi
rahasia kebangkitannya, yaitu Aqidah, Khilafah dan
Jihad. Ketiga pilar ini dipandang sebagai penghalang
utama bagi peradaban kapitalisme untuk melanggengkan
hegemoninya diduni islam. Dan itu semua benar, mereka
sikapi dengan sangat serius melalui berbagai cara baik
itu upaya hard power maupun soft power. Cara yang
paling ampuh adalah soft power. Soft power dilakukan
dengan cara-cara terselubung melalui propaganda,
merangkul media, ormas islam, menggandeng LSM
komprador dan sebagainya, mengangkat isu-isu krusial
guna menyerang ketiga pilar islam yaitu aqidah,
khilafah dan jihad. Akhirnya penyesatan pun mereka
lakukan dengan memasifkan kajian-kajian dan opini
tentang demokrasi, hak asasi manusia, feminisme,
kestaraan gender, tafsir hermeneutika, islam moderat,
anti radikalisme, membela aliran sesat (seperti
Ahmadiyah), Negara Kesatuan Republik Indonesia Harga
Mati, sampai menolak jihad yang dianggap sebagai
tindakan kekerasan yang harus ditindak secara hukum.
Oleh sebab itu, umat harus disadarkan agar tidak
termakan oleh propaganda musuh islam untuk menjauhkan
umat dari islam yang sebenarnya. Kembali pada
pembahasan utama yaitu mengenai opini kekerasan yang
mengatasnamakan agama. Kata kekerasan menjadi ‘momok’
tersendiri bagi masyarakat umum. Kita harus meluruskan
istilah kekerasan ini pada konteks yang tepat.
Seandainya kita sepakat menolak segala tindak yang
berbau kekerasan tanpa disikapi dengan kritis dan
terlepas dari konteks maka akan sangat kabur jadinya.
Maksudnya begini, bila kita menolak kekerasan secara
mutlak berarti dalam kehidupan sehari-hari yang wajib
kita salahkan adalah kepolisian. Kenapa bisa demikian?
Karena kapolisian adalah instansi yang banyak menindak
tindakan kejahatan, seperti pencurian, pemerkosaan,
perampokan, dan sebagainya, pastinya dalam menindak
kejahatan tersebut dilakukan dengan tindakan kekerasan
seperti mengejar pelaku bahkan bila perlu sesuai
prosedur harus ditembak ditempat bila melawan atau
dipukul untuk melumpuhkannya. Ini sekilas adalah
tindakan kekerasan. Sehingga kalau kita sepakat
menolak kekerasan maka seharunya pertama dituduhkan
kepada kepolisian atau TNI polri yang kebanyakan
tugasnya harus dilakukan tindakan kekerasan. Tetapi
saya yakin, pihak kepolisian pasti menolak bila
dikatakan kekerasan.
Nah, berarti memang umat tidak boleh termakan isu
anti kekerasan apalagi sampai bersikap defensif
apologetic. Harus didudukkan konteks dan standart
dalam menilai kekerasan. Islam sebagai ideologi tidak
menolak kekerasan secara mutlak. Asalkan konteks
kekerasan tersebut memang telah diatur melalui nash
syara’. Ada tindakan kekerasan yang diharamkan oleh
islam dan ada tindakan kekerasan yang di wajibkan oleh
islam. Membunuh seseorang tanpa haq atau melakukan
kerusakan fasilitas umum adalah tindakan kekerasan
yang diharamkan oleh islam. sedangkan memotong tangan
bagi pencuri yang telah memenuhi nishabnya, merajam
bagi pelaku zina mukhsan, menjilid pelaku zina ghairu
mukhsan, perang dalam jihad fii sabilillah adalah
jenis kekerasan yang diperbolehkan oleh syara’ .
Sebagai seorang muslim tidak boleh menilai segala
sesuatu berdasarkan nilai-nilai humanisme, hati
nurani, nafsu dan akal semata. Apabila nilai-nilai ini
yang dijadikan standart maka akan rusaklah tatanan
hukum islam. Dalam islam standar perbuatan seorang
muslim wajib didasarkan pada hukum syara’. Sehingga
terdapat kaidah syara’ yang sangat mashur dikalangan
ulama menyebutkan;
ر ع�ي� اح�كا م ال�ش� د ب�� ي� ق� عل ال�ت� ي� الأ� ف�� الأص�ل ف�Hukum Asal Perbuatan Hamba Adalah Terikat Dengan HukumSyara’
Selain itu Allah swt juga mencela kita, apabilamenggunakan hati nurani untuk menilai baik dan buruksesuatu,sebagaimana Allah SWT berfirman berkaitanpandangan Allah tentang jihad;
م ك ر ل� و ش))� ا وه�)) ي� ي� وا ش))�� (( ب� ح ن6 ت�� ي ا� س)) م وع� ك ))ر ل� ي� و خ� ا وه�)) ي� ي� وا ش))�� ره�)) ك ن6 ب�< ي) ا� س)) م وع� ك ره ل� و ك�)) ال وه�)) ي�)) ق� م ال� ك لي� ب� ع� ت� ك�علمون6 م لأ ت�� ت� �Mن علم وا� واهلل ت��Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang ituadalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamumembenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, danboleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal iaamat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidakmengetahui. (QS. Al-Baqoroh: 216)
Melalui ayat ini jelas Allah swt sangat memahamikarakter manusia yang tidak menyukai jihad (perang)karena terdapat aktivitas saling membunuh, tetapiAllah sebaliknya memerintahkannya karena boleh jadisegala sesuatu yang dibenci manusia terdapat kebaikandan kemuliaan padanya, begitu pun kebalikannya boleh
jadi segala sesuatu yang dicintai manusia hakikatnyaterburuk baginya. Akal manusia kadang tidak bisamenjangkau hakikat kemaslahatan. Tetapi yakinlah bahwakemaslahatan sebagaimana didefinisikan para ulamayaitu;
hanya akan terealisir dalam kehidupan manusia apabilaterikat dengan hukum syara’. Hal ini pula para ulamamenyandarkan pada kaidah syara’
كو ن6 ال�مصلحة� رع ب�� كو ن6 ال�ش� ما ب�� ث� ج�ي�Dimana Hukum Syara’ Diterapkan Pasti Akan MendatangkanKemaslahatan
Semakin kokohlah pendirian kita terhadap islam jangan
sampai bersikap sebagai tertuduh dalam menyikapi
berbagai fitnah yang menyerang islam dengan isu
kekerasan yang mengatasnakan agama (islam). Dengan
terbuka dan konseptual harus dijelaskan kepada umat
hakikat berbagai tuduhan tersebut sesuai dengan syara’
tanpa mengurangi atau melebih-lebihkan.
Dengan demikian wajib kita sampikan kepada umat bahwajihad memang aktifitas kekerasan dalam pengertian
berperang sebagaimana menurut pendapat para fuqaha’mazhab mendefinisikan jihad dengan;
Menurut pendapat mazhab Hanafi
cك ل� ر د� ي� و غ� واد، ا� ر س� ي� kث ك و ب�< ، ا� ي� و را� ، ا� مال ة� ب�� عاون�� و م� ، ا� ره� اش� ي� ل ال�لة، م� ي� uي ي� ش� ال ف� ي� ي� ال�ق� ع ف� ل ال�وس� xد ب��“Mengerahkan seluruh kemampuan untuk berperang dijalan Allah, baik langsung, atau membantu denganharta, pandangan, memperbanyak jumlah pasukan ataupunyang lain..” (Lihat, Ibn ‘Abidin, Hasyiyah Ibn‘Abidin, juz III, hal. 336).
Menurut pendapat mazhab Maliki
ة لة رض� ولة ا� و دخ�� وره لة ا� ض� و ح� عالى، ا� ال�لة ت�� لمة� لأء ك� هد لأع� ي� ع� ر د� ي� �را غ� اف� سلم ك� ال م� ت� ق��. “Perang orang Islam melawan kaum Kafir yang tidakmempunyai perjanjian untuk menegakkan kalimah Allah,atau keikutsertaannya untuk berperang, atau masuk kenegerinya [kaum Kafir] untuk berperang..” (Lihat,Syaikh Muhammad ‘Ilyas, Manhu al-Jalil, MukhtasharSayyidi Khalil, juz III, hal. 135)
Menurut penegasan as-Syirazi dalam kitab al-Muhadzzab.Ini merupakan pendapat mazhab Syafii
ال ي� و ال�ق� هاد ه� ج� ن6 ال� .ا�
“Jihad adalah berperang..” (Lihat, as-Syirazi, al-Muhadzdzab, juz II, hal. 227)
Hal yang sama juga ditegaskan oleh Ibn Qudamah dalam
kitabnya, al-Mughni. Beliau tidak membahas makna lain
dalam bab Jihad, kecuali yang terkait dengan perang,
memerangi kaum Kafir, baik fardhu kifayah maupun
fardhu ‘ain, atau kesiagaan kaum Mukmin dari serangan
musuh dan menjaga perbatasan. Ini merupakan pendapat
mazhab Hanbali. (Lihat, Ibn Qudamah, al-Mughni, juz X,
hal. 375)
Mencermati pendapat diatas, tidak ada perbedaan
pendapat di kalangan ulama’ Muktabar tentang makna
jihad, yaitu berperang. Meski pun jihad identik dengan
perang, tetapi tidak semua perang berarti jihad. Perlu
ada pengklafisikasian mana yang tergolong jihad dan
mana yang perang. Berperang melawan penyimpangan
penguasa, selama tidak masuk dalam kategori murtad,
berperang melawan orang yang merampas kekuasaan dan
berperang untuk mendirikan Negara Islam, misalnya,
adalah bentuk peperangan, tetapi tidak termasuk dalam
kategori jihad. secara detail penjelasan tersebut bisa
di lihat di kitab al-Jihad wa al-Qital fi as-Siyasah
as-Syar’iyyah karangan Al-‘Allamah Syaikh Dr. Muhammad
Khair Haikal.
2.5 Sikap Umat Islam terhadap Teroris
Pasca pengeboman terakhir yang terjadi beberapa
waktu lalu, berkembang berbagai opini dan penilaian
tak menentu di masyarakat negeri ini tentang terorisme
dan para pelakunya, dengan berpatokan pada tanda-tanda
yang serba bias. Suasana ini semakin diperparah dengan
munculnya “tokoh-tokoh” memberikan berbagai komentar,
yang berbagai komentar tersebut kemudian dilansir oleh
media. Kondisi ini mendorong kami untuk tampil
memberikan penjelasan singkat kepada kaum muslimin :
1. Terorisme berlabelkan Islam yang muncul pada masasekarang sebenarnya berakar dan merupakankelanjutan dari paham sesat khawarij, yang telahmuncul pada awal-awal Islam. Paham ini merupakanpaham yang muncul karena semangat yang tinggimembela Islam namun ekstrim dalam memahami danmenerapkan dalil-dalil Al-Qur`an dan As-Sunnah,dengan bekal pemahaman yang pendek tanpa maumerujuk kepada para ‘ulama Ahlus Sunnah walJama’ah. Sehingga mereka salah total dalammengaplikasikan dalil-dalil.
2. Terorisme – Khawarij bukan bagian dari agamaIslam. Tindakan tersebut bertentangan dengan agamaIslam, di samping juga sangat berbahaya bagi agamaIslam dan bagi umat manusia. Tidak ada satu dalilpun dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah yangmenganjurkan atau membenarkan memperjuangkan Islamdengan cara terorisme, atau dengan aksi-aksikekerasan para teroris – khawarij, baik dengancara pengeboman, pembunuhan, perampokan,penentangan terhadap pemerintah muslimin, dll.
3. Jihad merupakan amalan yang agung dan mulia dalamIslam. Jihad yang diajarkan dalam Islam adalahjihad yang membawa rahmah. Jihad dalam Islam adaaturan, syarat-syarat, dan rinciannya. Jihad dalamIslam ditentukan oleh para ‘ulama Ahlus Sunnah.Bukan dilakukan dengan sembarangan dan brutal,apalagi dengan cara-cara teror. Aksi-aksi yangdilakukan oleh para teroris – khawarij tersebutbukanlah jihad sama sekali.
4. Dakwah Salafiyyah adalah dakwah hikmah yangmengusung dakwah para Nabi dan Rasul. DakwahSalafiyyah jauh dan bersih dari paham sesatteroris – khawarij. Banyak pihak yang mengklaimSalafiyyah, namun mereka salah dalam memahami danmenerapkan salafiyyah itu sendiri.
5. Tuduhan sebagian pihak bahwa Wahhabiyyah
berada di balik berbagai aksi terorisme, merupakantuduhan yang salah besar. Wahhabiyyah adalah
Dakwah Tauhid yang ditegakkan oleh Syaikhul IslamMuhamad bin ‘Abdil Wahhab rahimahullah. Dakwahbeliau tidak lain adalah melanjutkan dakwah paranabi dan rasul, dakwah yang berlandaskan Al-Qur`andan As-Sunnah di atas manhaj Ahlus Sunnah walJama’ah. Tentu saja merupakan dakwah yangditegakkan di atas hikmah dan kasih sayang, jauhdari kekerasan apalagi terorisme.
* Catatan : Istilah Wahhabiyyah/Wahabismemerupakan istilah yang tidak benar, sengajadimunculkan oleh kaum syi’ah, shufi, dan liberalisyang membenci Dakwah Tauhid yang dikibarkan olehAsy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhabrahimahullah, dalam upaya mereka menjauhkanmasyarakat muslim dari dakwah tauhid dan sunnah.(silahkan baca: Siapakah Wahhabi?)
6. Berhukum dengan hukum Allah merupakan kewajibansetiap muslim, termasuk pemerintah kaum muslimin.Namun tidak semua orang yang tidak berhukum denganhukum Allah serta merta divonis kafir dandinyatakan halal darahnya, atau divonis kafirpemerintahnya. Semua itu ada rinciannya dalamIslam.
7. Setiap mukmin harus berloyal kepada Islam dan kaummuslimin, di sisi lain setiap muslim harusberlepas diri dan benci kepada kekafiran danorang-orang kafir. Namun dalam menerapkannya adaaturan dan rincian yang telah ditetapkan oleh
syari’at. Tidak semua orang kafir boleh dibunuhatau diperangi.
8. Bahwa penampilan Islami, seperti jenggot, bajugamis, celana di atas mata kaki, istri bercadar,dll merupakan bagian dari Islam yang telahdiajarkan dan dicontohkan oleh junjungan kita Nabibesar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inimerupakan ciri-ciri seorang muslim yang berpegangteguh pada agamanya. Wajib bagi kaum musliminuntuk mencintai cara penampilan Islami tersebut.Namun kaum teroris – khawarij telah menodai ajaranNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut,dengan mereka terkadang juga berpenampilan denganpenampilan tersebut. Maka tidak boleh bagi kaummuslimin untuk menganggap penampilan Islamitersebut sebagai ciri-ciri teroris – khawarij.
9. Kami mengajak kepada segenap kaum muslimin untuk
kembali berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan cara pemahaman dan pengaplikasianyang benar, yaitu dengan metode Ahlus Sunnah walJama’ah yang sesuai dengan bimbingan RasulullahShallallahu ‘alaihi wa Sallam dan parashahabatnya. Dalam semua aspek, baik dalam aqidah,ibadah, akhlak, maupun dalam bermuamalah. Sehinggakaum muslimin bisa bersikap dan menilai segala haldi atas landasan agamanya. Termasuk dalammenyikapi berbagai aksi terorisme kaum khawarij,kaum muslimin bisa bersikap berlandaskan Al-Qur`andan As-Sunnah, tidak terombang ambing oleh
pemberitaan media maupun komentar takbertanggungjawab dari para tokoh yang tidak jelasmotivator dan kapasitas ilmunya.
10. Satu-satunya cara untuk menyelesaikan danmemberantas terorisme – khawarij adalah semuapihak, baik pemerintah maupun rakyat, haruskembali berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan cara pemahaman dan pengaplikasiannyang benar, yaitu dengan metode Ahlus Sunnah walJama’ah. Dalam semua aspek, baik dalam aqidah,ibadah, akhlak, maupun dalam bermuamalah.
BAB III
PENUTUP3.1 Kesimpulan
Peristiwa 11 September telah dijadikan dalihuntuk mencuatkan kembali permasalahan teror danterorisme hingga menjadi isu internasional, danagama suci Islam menjadi terget sasaran media-mediabarat. Sejak saat itu, tuduhan terorisme diarahkanke dunia Islam sehingga munculah rasa kecurigaanterhadap ajaran-ajaran suci Islam.
Setelah mengkaji definisi terorisme,. Dimanaberdasarkan ayat-ayat al-Qur’an, hadis-hadis danpernyataan-pernyataan fuqaha dapat disimpulkan bahwameskipun dalam teks-teks agama Islam tidakdisebutkan kata atau istilah yang benar-benarsepadan dengan istilah terorisme, akan tetapi darinaskah-naskah yang ada kita mendapatkan bahwa sejakawal kemunculannya, Islam telah melarang setiaporang muslim untuk melakukan aksi teror, bahkantidak cukup hanya itu, Islam pun telah memberikansolusi dan strategi guna menghadapi dan memerangigerakan terorisme.
Ringkasnya, agama suci Islam mengandung ajaran-ajaran yang bukan hanya melarang dan menyatakankeilegalan segala bentuk tindakan terorisme, bahkanmelihat solusi yang ditawarkan guna menghadapigerakan terorisme, ajaran-ajaran tersebut dapat
menjadi acuan bagi undang-undang internasional dalamrangka memberantas akar terorisme dari dunia ini.
3.2 Saran
Makalah ini berupaya untuk membuktikan bahwaagama Islam memiliki kepedulian yang tinggi seputarmasalah terorisme. Dan merurut pandangan Islam,definisi yang diutarkan para ilmuan barat mengenaiistilah terorisme merupakan batas minimal sesuatuyang harus ditekankan dalam sebuah masyarakat, namunia tidak dapat menjadi penjamin bagi keamanan dunia.Dan untuk mencapai tujuan ini, hedaknya merekamenjauhi pola pemikiran barat dalam pendefinisianterorisme, sehingga mereka dapat mengidentifikasihakikat terorisme sesuai perspektif Islam. Karenatanpa demikian, kita tidak akan ada definisiterorisme yang Islami menurut pandangan islam yangpada akhirnya kita pun tidak akan mencapai solusiyang matang guna memerangi gerakan terorisme.