perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL MODERASI SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: PUTRI SEPTIA DIANITA NIM. F0306064 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2 0 10
82
Embed
TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN · PDF fileLaba memiliki nilai relevansi tinggi karena ... kinerja perusahaan dihadapkan dengan praktik ... (CSR). CSR berkaitan dengan persoalan etika
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MANAJEMEN LABA
SEBAGAI VARIABEL MODERASI
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
PUTRI SEPTIA DIANITA
NIM. F0306064
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2 0 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“But while I loved all of these course, there was an irresistible attraction of
economics “
Tapi saat saya menyukai semua kursus/kuliah ini, ada ketertarikan tidak
tertahankan pada ekonomi
(Joseph E. Stiglitz, pemenang nobel ekonomi)
“Science is the great antidote to the poison of enthusiasm and superstition”
Ilmu pengetahuan adalah penangkal hebat dari racun antusiasme dan tahayul
(Adam Smith)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Kan ku persembahan karya kecilku ini untuk:
Allah SWT atas karunia dan kemurahan hatiNya
yang telah melimpahkan ilmu pengetahuan yang tiada terkira
nilainya
Bapak & Ibuku yang paling aku cintai
terima kasih doa, bimbingan, dan kasih sayangnya kepada ananda
My beloved sisters yang tidak bosan-bosannya
memberikan dukungan & semangat
Almamaterku
Terima kasih semuanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”ANALISIS PENGARUH
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN
DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL MODERASI”, sebagai
tugas akhir guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, penulis dengan ini
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas
sampai perioda akuntansi berikutnya, kerja sama dengan vendor untuk
mempercepat/menunda pengiriman tagihan sampai perioda akuntansi
berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan,
menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur
saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Perusahaan yang mencatat persediaan dengan menggunakan asumsi
LIFO, juga dapat merekayasa peningkatan laba melalui pengaturan
saldo persediaan.
Ronen dan Sadan (1975) dalam Suyatmin dan Agus (2002)
menunjukkan perekayasaan earnings dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
Cara pertama dapat dilakukan manajemen dengan menentukan waktu
terjadinya kejadian tertentu melalui kebijaksanaan yang dimiliki untuk
mengurangi variasi laba yang dilaporkan. Cara kedua dapat dilakukan
manajemen dengan mengalokasikan pendapatan dan biaya tertentu untuk
beberapa perioda akuntansi. Cara ketiga dilakukan dengan menetapkan
kebijaksanaan sendiri di dalam mengklasifikasikan pos-pos laba rugi tertentu
kedalam kategori yang berbeda. Dari berbagai penelitian yang ada instrumen
yang sering digunakan untuk melakukan earnings management antara lain
adalah biaya pensiun, pos-pos luar biasa, kredit pajak investasi, depresiasi dan
biaya tetap, perbedaaan mata uang, klasifikasi akuntansi dan pencadangan.
Achmad dkk. (2007) dalam penelitiannya menyebutkan strategi
manajemen laba secara spesifik meliputi (1) perusahaan menggunakan strategi
flesibilitas dalam pengestimasian penyisihan piutang dan persediaan, (2)
perusahaan lebih menyukai strategi pelanggaran prinsip akuntansi dan
manajemen laba transaksional daripada pemanfaatan fleksibilitas akuntansi
akrual, serta (3) pergeseran pendapatan dan beban antar perusahaan untuk
menurunkan laba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4. Pembentukan Manajemen Laba
Manajer dapat memilih beberapa bentuk manajemen laba tergantung
dari kebutuhan masing-masing perusahaan. Bentuk dari manajemen laba
antara lain Taking a Bath, Income Minimazation, Income Maximation, dan
Income Smoothing (Scoot, 2003). Berikut ini akan dijelaskan masing-masing
bentuk manajemen laba, sebagai berikut:
a. Taking a Bath
Terjadinya taking a bath pada perioda stres atau reorganisasi termasuk
pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang
tinggi, manajer merasa dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi,
dengan begitu konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan
harapan laba yang akan datang meningkat. Dalam bentuk ini mengakui
adanya biaya pada perioda mendatang dan kerugian pada perioda
berjalan, ketika kondisi buruk yang tidak menguntung, tidak dapat
dihindari pada perioda tersebut. Untuk itu manajemen harus
menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan biaya
mendatang serta melakukan clear the desk, sehingga laba yang
dilaporkan di perioda yang akan datang meningkat.
b. Income Minimization
Income minimization dilakukan sebagai alasan politis pada perioda
laba yang tinggi sehingga jika laba pada perioda mendatang
diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba
perioda sebelumnya atau dengan mempercepat penghapusan aktiva
tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
biaya. Pada saat probabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud
agar tidak mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang diambil
dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tidak
berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk Research and
Development, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi minyak, gas dan
sebagainya.
c. Income Maximization
Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net
income yang tinggi untuk tujuan bonus yang besar. Perusahaan yang
melakukan pelanggaran perjanjian utang mungkin akan
memaksimalkan pendapatan. Jadi income maximization dilakukan
pada saat laba menurun.
d. Income Smoothing
Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara
sengaja untuk mencapai tren atau level tertentu (Belkaoui dalam
Suyatmin dan Agus (2000)). Menurut Beidelman (1973) dalam
Suyatmin dan Agus (2002) income smoothing merupakan usaha yang
disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba
sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan.
Dalam hal ini perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen
perusahaan untuk mengurangi batas-batas yang diijinkan dalam praktik
akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Studi DeFond dan Jiambalvo (1994); Sweeny (1994); Peltier-Rivest
(1999); Jaggi dan Lee (2001); dan Rosner (2003) dalam Herawati dan
Baridwan (2007) memberikan bukti empiris mengenai pola manajemen laba
dalam bentuk meningkatkan laba yang dilaporkan. Sedangkan beberapa studi
lain menyatakan bahwa manajer sedikit mungkin melakukan manajemen laba
yang meningkatkan laba, justru manajer lebih mungkin melakukan
manajemen laba yang menurunkan laba untuk menyoroti kesulitan keuangan
perusahaan yaitu DeAngelo et al. (1994); dan Saleh dan Ahmed (2005) dalam
Herawati dan Baridwan (2007). Jadi pola manajemen laba yang dapat
dilakukan oleh manajer ada dua, yaitu meningkatkan laba dan menurunkan
laba yang dilaporkan.
B. Corporate Sosial Responsibility (CSR)
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
mendefinisikan corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial
perusahaan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para karyawan
serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun
masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang
bermanfaat, baik dari segi bisnis maupun untuk pembangunan. Konsep CSR
melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga masyarakat,
serta komunitas lokal yang bersifat statis. Kemitraan ini sebagai bentuk tanggung
jawab bersama secara sosial antara stakeholders.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Sementara Belkaoui (2006) menjelaskan bahwa disiplin akuntansi
merespon perkembangan pertanggungjawaban sosial perusahaan dengan
melahirkan wacana baru tentang social responsibility accounting (SRA), total
impact accounting (TIA), dan sosio economic accounting (SEA).
Gray et al., (1995) dalam Yuliana dan Purnomosidhi (2008)
mengemukakan beberapa teori yang melatarbelakangi perusahaan untuk
melakukan pengungkapan sosial yaitu:
1. Decision Usefulness Studies
Teori ini memasukkan para pengguna laporan akuntansi yang lain selain
para investor ke dalam kriteria dasar pengguna laporan akuntansi sehingga
suatu pelaporan akuntansi dapat berguna untuk pengambilan keputusan
ekonomi oleh semua unsur pengguna laporan tersebut.
2. Economic Theory Studies
Studi ini berdasarkan pada economic agency theory. Teori tersebut
membedakan antara pemilik perusahaan dengan pengelola perusahaan dan
menyiratkan bahwa pengelola perusahaan harus memberikan laporan
pertanggungjawaban atas segala sumber daya yang dimiliki dan
dikelolanya kepada pemilik perusahaan
3. Sosial and Political Studies
Sektor ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan politik, sosial, dan
kerangka institusional tempat ekonomi berada. Studi sosial dan politik
mencakup dua teori utama, yaitu stakeholder theory dan legitimacy
theory.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Teori-teori lain yang mendukung praktik CSR yaitu teori kontrak sosial.
Teori tersebut menjelaskan bahwa perusahaan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari suatu komunitas.
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Manajemen laba terhadap Praktik CSR
Davidson III, Jiraporn, Kim dan Nemec (2004) telah menguji
hubungan antara manajemen laba dan teori agensi. Mereka berpendapat bahwa
pemisahan antara pemilik (prinsipal) dan pengendali (agen) pada perusahaan
memunculkan asimetri informasi, yang memungkinkan agen melakukan
tindakan oportunis karena mereka mempunyai kepentingan yang berbeda
dengan prinsipal. Dalam konteks ini, manajemen laba dipandang sebagai
sebuah biaya keagenan untuk mengawasi manajer yang berpeluang menjaga
kepentingan pribadinya dengan cara mengeluarkan laporan keuangan yang
tidak menyajikan gambaran ekonomi perusahaan yang sesungguhnya. Sebagai
konsekuensinya, shareholders dapat membuat keputusan investasi yang tidak
optimal.
Meskipun demikian, dampak manajemen laba tidak hanya
mempengaruhi pemilik perusahaan, tetapi juga mempunyai pengaruh yang
kuat pada stakeholder lainnya. Stakeholder merupakan sekelompok orang
yang mempunyai risiko sebagai akibat bentuk investasi mereka berupa modal,
sumber daya manusia, atau sesuatu yang bernilai pada suatu perusahaan
(Clarkson, 1994). Berdasarkan definisi tersebut, berarti bahwa tindakan
manajemen seperti praktik manajemen laba akan menyesatkan stakeholder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
terhadap penilaian aset, transaksi, dan posisi keuangan, yang mempunyai
konsekuensi yang serius terhadap pemegang saham, kreditor, karyawan, dan
masyarakat secara keseluruhan (Zahra et al., 2005)
Ketika pemegang saham menduga bahwa manajer melaporkan laba
manipulasian, maka perusahaan tempat manajer bekerja tersebut akan
langsung kehilangan nilai di pasar modal (Dechow dan Sweeney, 1996).
Selanjutnya, dapat diprediksikan bahwa peringkat kredit obligasi perusahaan
tersebut juga akan jatuh sehingga berdampak negatif terhadap kesejahteraan
bondholder. Sementara itu, D’Souza et al. (2000) juga menjelaskan dampak
praktik manajemen laba terhadap para karyawan. Mereka meneliti hubungan
manajemen laba dan kos tenaga kerja, dan menemukan bahwa manajer
mengurangi angka laba yang dilaporkan ketika melakukan negosiasi kontrak
kerja dengan serikat pekerja. Hal tersebut dilakukan manajer dalam rangka
untuk menekan kos tenaga kerja. Dampak tindakan manajer tersebut dapat
mengurangi kepercayaan terhadap integritas manajemen dan juga mengikis
kepercayaan pasar terhadap perusahaan, yang selanjutnya dapat membawa
konsekuensi yang serius bagi masyarakat secara keseluruhan (Zahra et al.,
2005).
Oleh karena keputusan manajemen berdampak secara langsung
terhadap semua kelompok stakeholders, maka manajer dapat dipandang
sebagai agen stakeholders, dan tidak hanya sebagai agen shareholders.
Berdasarkan perspektif manajemen sebagai agen stakeholder, suatu
perusahaan dipandang tidak hanya sebagai suatu hubungan bilateral antara
pemegang saham dan manager, tetapi sebagai sekumpulan hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
multilateral antara manajemen dan stakeholder. Masing-masing stakeholder
mempunyai kepentingan pribadi, yang pada umumnya menimbulkan konflik
kepentingan dengan stakeholder lainnya. Salah satu konflik kepentingan yang
muncul adalah konflik kepentingan antara manajer dan stakeholder lainnya,
sebagai peredam masalah keagenan (Hill dan Jones, 1992), yang dapat
mencegah kelompok stakeholder lainnya yang ingin memaksimalkan
kepentingannya. Pada akhirnya, karena manajer yang mengendalikan proses
pembuatan keputusan dalam perusahaan, mereka dapat menggunakan power
mereka untuk keuntungan pribadinya, namun menyebabkan stakeholders
lainnya mengalami kerugian yang signifikan.
Rowley dan Berman (2000) menjelaskan bahwa salah satu bentuk
respon stakeholders terhadap manajer yang menggunakan power untuk
keuntungan pribadinya, adalah dengan cara menghukum mereka agar
mengubah perilaku oportunis tersebut. Hukuman tersebut dalam bentuk boikot
dan melobi pihak-pihak terkait yang mempunyai bargaining power dengan
perusahaan (Baron, 2001; Feddersen dan Gilligan, 2001; John dan Klein,
2003). Tindakan boikot dan kampanye media menimbulkan ancaman yang
membahayakan bagi manajemen, namun stakeholder secara substansial
menikmati aksi tersebut karena secara tidak langsung mereka dapat
mengendalikan perusahaan. Selain itu, aksi boikot juga menimbulkan
ancaman serikat pekerja, mengurangi kepercayaan pelanggan dan partner
bisnis, dan sanksi dari regulator (Castelo dan Lima, 2006). Dalam konteks ini,
selanjutnya stakeholders menggunakan pemberitaan media untuk meredam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
aksi tersebut, dan memberi kontribusi terhadap pengurangan penyalahgunaan
manajemen.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa media mempunyai pengaruh
penting terhadap aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR). Bansal
(2005) melaporkan bahwa meningkatnya laporan media menimbulkan
kepedulian perusahaan karena mendapat perhatian dari publik dan atau
kecaman publik yang lebih pedas. Ancaman negatif publikasi media
mempunyai dua konsekuensi dari semua praktik manajemen. Pertama,
beberapa publikasi menyebabkan tekanan yang memaksa perusahaan untuk
komitmen pada pengembangan berkelanjutan, dan ancaman yang dapat
mengikis citra baik perusahaan yang mengimplemantasikan praktik yang tidak
dapat diterima oleh publik. Kedua, CSR merangsang stakeholder melobi
organisasi tertentu dan pemerintah dalam rangka untuk menerapkan
perubahan praktik bisnis. Dalam kasus yang berkaitan dengan manajemen
laba, beberapa stakeholder berhubungan dengan tanggapan spesifik. Sebagai
contoh adalah pemegang saham dan stakeholder lainnya secara proaktif
meminta perbaikan kembali untuk kerugian yang mereka tanggung akibat
praktik manajemen laba (Zahra, 2005). Selain itu, beberapa perusahaan mulai
mengembangkan program in-house whistle-blowing dimana pekerjanya dapat
mengungkapkan perhatiannya tentang isu akuntansi dan operasi secara
bijaksana dan tidak bernama.
Dalam konteks yang sama, manajer pada perusahaan yang terdaftar di
pasar modal, manajer yang terikat kontrak tertentu, atau manajer pada
perusahaan yang tunduk pada aturan regulator (regulatory motivations) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
melakukan praktik manajemen laba, mungkin mereka bekerja untuk
memperkuat keamanan pekerjaannya dengan membuat perlindungan dan tetap
berdiri dalam pekerjaannya jika mereka tidak mempunyai kompetensi yang
lama dan kualifikasi untuk menjalankan perusahaan. Cara yang
memungkinkan untuk melindungi pekerjaan mereka (dan memelihara
keuntungan pribadi) dengan mengikatkan dalam suatu rangkaian aktivitas
dewan komisaris (broad) yang bertujuan membangun hubungan dan
mendapatkan dukungan stakeholder perusahaan dan aktivitas lingkungan,
yang disebut dengan CSR. CSR meliputi kegiatan yang menggabungkan aspek
sosial ke dalam proses produk dan manufaktur, mengadopsi praktik progresif
sumber daya manusia, memperbaiki tingkat ramah lingkungan melalui
pengolahan kembali dan mengurangi polusi, melanjutkan tujuan komunitas
organisasi (McWilliams, Siegel dan Wright, 2006)
Melalui aktivitas CSR, manajer mempunyai tujuan yang berbeda
untuk mendapatkan laporan yang menyenangkan dari media, legitimasi dari
komunitas lokal, regulasi yang memudahkan, dan berkurangnya kritikan dari
investor dan pekerja. Pada waktu yang sama, beberapa aktivitas dapat
mengurangi kemungkinan produk perusahaan diboikot, menghindari lobi yang
melawan perusahaan. Esensinya adalah seorang manajer percaya bahwa
dengan memuaskan kepentingan stakeholder dan merencanakan membuat
citra positif terhadap perhatian dan kesadaran sosial dan lingkungan, maka
dapat mengurangi kemungkinan diselidiki secara lebih teliti oleh stakeholder
yang terpuaskan terhadap aksi manajemen labanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Beberapa penyalahgunaan manfaat aktivitas CSR membawa keraguan
terhadap efisiensi penerapan kebijakan sosial yang ramah sebagai suatu
mekanisme corporate governance. Pandangan ini berbeda dari yang
disediakan oleh teori stakeholder tradisional dengan menyarankan bahwa
partisipasi stakeholder merupakan salah satu cara penting bagi manajemen
untuk melakukan tindakan sebagai berikut: (1) memperkuat persepsi
perusahaan terhadap legitimasi sosial, (2) meningkatkan keterkaitan dewan
direksi dan (3) mengikat manajemen dengan suatu standar kinerja yang lebih
tinggi. Semua faktor tersebut dapat membantu meningkatkan kinerja
keuangan (Luoma dan Goodstein, 1999).
Argumen kedua yang membenarkan penggunaan CSR secara tidak
tulus oleh manajer yang memanipulasi laba berkaitan dengan penerapan
inisiatif pertahanan diri manajer. Dalam pandangan ini, ijin aktivis sosial dan
tekanan kelompok merupakan strategi pertahanan diri yang sederhana untuk
CEO yang mendapat tekanan dari pemegang saham yang kepentingannya
akan rusak. Pagano dan Volpin (2005) berpendapat bahwa manajer akan
memberi penghargaan kepada stakeholder seperti pekerja dengan aktivitas
sosial yang dermawan sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri untuk
menghindari tekanan dari pasar keuangan melalui hostile takeover. Untuk itu,
diduga bahwa ketika manajer bertindak untuk mengejar kepentingan pribadi
dengan menyesatkan pihak stakeholder tentang nilai riil kekayaan perusahaan
atau posisi keuangan, mereka mendapatkan ijin secara diam-diam dari
stakeholder lainnya untuk memvalidasi beberapa praktik. Stakeholder dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
membujuk dengan menawarkan kepuasan kepentingan mereka yang spesifik
dan kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki CSR perusahaan.
Oleh karena itu, diduga bahwa eksekutif dengan insentif untuk
mengelola laba akan sangat proaktif dalam mereklamekan penyingkapan
publik mereka melalui aktivitas CSR, terutama bagi perusahaan dengan
pengawasan yang ketat. Sebaliknya, perusahaan dengan tingkat manajemen
laba yang rendah mempunyai sedikit dorongan untuk mendapatkan tanggapan
publik dengan mempromosikan aktivitas pertanggungjawaban sosial.
Hipotesis penelitian ini adalah:
H1: Praktik manajemen laba berpengaruh positif terhadap aktivitas
CSR.
2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Kinerja
Keuangan dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Moderasi
Aspek kedua yang dituju dalam penelitian ini adalah dampak CSR
terhadap kinerja keuangan, yang dipicu oleh praktik manajemen laba. Teori
instrumental stakeholder (Donaldson dan Preston, 1995) berpendapat bahwa
manajemen yang baik berdampak hubungan positif dengan stakeholder kunci
(shareholders), yang selanjutnya dapat meningkatkan kinerja keuangan.
Asumsi dasar yang mendasari teori ini adalah bahwa CSR dapat digunakan
sebagai alat organisasi untuk menggunakan sumber daya yang lebih efektif
(Orlitzky et al., 2003), yang kemudian mempunyai dampak positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen strategi atas
hubungan dengan stakeholder merupakan intangible asset yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dipandang sebagai suatu alat yang dapat memperbaiki kinerja keuangan
dengan menggunakan sumber daya berdasarkan teori perusahaan (Hillman dan
Keim, 2001). Berman, Wicks, Kotha dan Jones (1999) juga menemukan bukti
yang mendukung posisi bahwa hubungan stakeholder yang baik mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Pernyataan tersebut disebut
sebagai Good Management hypothesis (Waddock dan Graves, 1997).
Dampak positif CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan,
bagaimanapun, menjadi pertanyaan dengan berbagai macam argumen.
Pertama, argumen yang menyatakan bahwa manajer yang menginginkan
kedudukan yang lebih tinggi, cenderung untuk mengejar kebijakan jangka
pendek semata-mata berfokus pada hasil keuangan pada beban isu sosial
jangka panjang (Preston dan O’Bannon, 1997). Kedua, hubungan manajemen
di antara sekumpulan stakeholder yang luas dengan tujuan perselisihan dapat
menimbulkan kekerasan yang terlalu tinggi dan sumber konsumsi organisasi
yang dapat membahayakan kinerja keuangan perusahaan (Aupperle, Carroll
dan Hatfield, 1985). Akhirnya, manajer dapat berkelakuan secara opportunis,
terhadap kerugian hasil keuangan, dengan mengikuti praktik pertahanan
(Jones, 1995) dengan tujuan agar kepentingan stakeholder terpuaskan, seperti
yang dijelaskan sebelumnya.
Ketika perusahaan memperbaiki CSR mereka sebagai suatu
konsekuensi manajemen laba. Dampak positif CSR terhadap kinerja keuangan
perusahaan seharusnya berkurang secara signifikan. Pernyataan ini didasarkan
pada fakta bahwa manajer yang berlindung pada penyesuaian akuntansi
cenderung over-invest dalam aktivitas yang mempertinggi CSR perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sebagai salah satu strategi pertahanan diri. Munculnya ijin sosial dari strategi
ini merupakan hal yang tidak produktif dan boros, diharapkan mempunyai
dampak marginal negatif terhadap kinerja keuangan. Contohnya, manajer
dapat over-invest dalam proyek kompleks yang sedang berjalan dengan
mempekerjakan stakeholder yang berbeda untuk memuaskan kepentingan
mereka dan, dalam waktu yang sama, mengelola laba dalam rangka untuk
memberi ijin lebih besar terhadap stakeholder. Rowley (1997) menekankan
bahwa tingkat CSR yang tinggi meliputi hubungan yang luas dengan
sekelompok stakeholder dengan konflik yang bertujuan untuk menunda proses
pengambilan keputusan dalam organisasi.
Hipotesis selanjutnya adalah bahwa manajer yang melakukan
manajemen laba berusaha untuk melibatkan stakeholder sebagai suatu cara
untuk memvalidasi tindakannya supaya menjadi tidak mendapatkan tekanan
stakeholder lainnya. Inilah yang disebut sebagai entrenchment strategy.
Tindakan tersebut dapat mengurangi fleksibilitas organisasi dan berpengaruh
terhadap hasil keuangan yang merugikan. Dengan demikian tingkat
manajemen laba memperlemah hubungan antara CSR dan profitabilitas, maka
hipotesis alternatif kedua adalah:
H2: Semakin tinggi tingkat manajemen laba, maka berpengaruh negatif
terhadap hubungan antara CSR dan kinerja keuangan.
D. Kerangka Teoritis
Terdapat dua model yang akan diuji dalam penelitian ini. Model pertama
penelitian ini menggunakan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
variable dependen dan Manajemen Laba (DAC) sebagai proksi akrual kelolaan
sebagai variable independen. Selain itu penelitian ini juga menggunakan variable
control, antara lain Ukuran Perusahaan (SIZE), Ukuran Dewan Komisaris (KOM),
Konsentrasi Kepemilikan (KP), Kepemilikan Institusi (KI), dan Leverage (LEV).
Model kedua penelitian ini menggunakan Kinerja Keuangan Perusahaan
(CFP) sebagai variable dependen, Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai
variable independen, dan Manajemen Laba (DAC) sebagai variable pemoderasi.
Selain itu penelitian ini juga menggunakan variable control, antara lain Ukuran
Perusahaan (SIZE), Ukuran Dewan Komisaris (KOM), Konsentrasi Kepemilikan
(KP), Kepemilikan Institusi (KI), dan Leverage (LEV).
Model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Model 1 :
Gambar II.1 Gambar kerangka teoritis hubungan antara Manajemen Laba dengan
Corporate Social Responsibility dengan menggunakan variabel variabel kontrol
Ukuran Perusahaan (SIZE), Ukuran Dewan Komisaris (KOM), Konsentrasi
Kepemilikan (KP), Kepemilikan Institusi (KI), dan Leverage (LEV).
Variabel Dependen :
Corporate Social
Responsibility (CSR)
Variabel Kontrol :
- Ukuran perusahaan (SIZE)
- Ukuran dewan komisaris (KOM)
- Konsentrasi kepemilikan (KP)
- Kepemilikan institusi (KI)
- Leverage (LEV)
H1
Variabel Independen : Manajemen Laba
(DAC)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Model 2 :
Gambar II.2 Gambar kerangka teoritis hubungan antara Corporate Social
Responsibility dengan Kinerja Keuangan Perusahaan (CFP) dengan menggunakan
variabel pemoderasi Manajemen Laba dan variabel kontrol Ukuran Perusahaan
(SIZE), Ukuran Dewan Komisaris (KOM), Konsentrasi Kepemilikan (KP),
Kepemilikan Institusi (KI), dan Leverage (LEV).
Variabel Dependen :
Kinerja Keuangan
Perusahaan (CFP)
H2
Variabel Independen : Corporate Social Responsibility
(CSR)
Variabel Kontrol :
- Ukuran perusahaan (SIZE)
- Ukuran dewan komisaris (KOM)
- Konsentrasi kepemilikan (KP)
- Kepemilikan institusi (KI)
- Leverage (LEV) Variabel Moderating :
Manajemen Laba
(DAC)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu studi literature di mana seluruh data untuk
mengembangkan model-model penelitian merupakan data sekunder yang diambil
dari laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun buku 2006-2008. Sumber
data penelitian ini diperoleh dari publikasi laporan keuangan yang diperoleh dari
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), Pojok BEI Fakultas Ekonomi UNS,
Database Program Magister Sains Universitas Gadjah Mada, PDBE (Pusat Data
Bisnis dan Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis) UGM, dan Indonesian
Capital Market Directory (ICMD).
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi (population) menurut Sekaran (2006) mengacu pada keseluruhan
kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi.
Kelompok populasi (population frame) menurut Sekaran (2006) merupakan
kumpulan semua elemen dalam populasi di mana sampel diambil. Dalam
penelitian ini, populasi yang digunakan adalah sejumlah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah go public.
Sampel (sample) dalam Sekaran (2006) adalah sebagian dari populasi.
Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Pemilihan sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda purposive sampling dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan
laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari tahun 2006 -
2008.
2. Perioda laporan keuangan berakhir setiap 31 Desember.
3. Perusahaan menyajikan pengungkapan CSR dalam laporan tahunannya.
4. Perusahaan tidak melakukan merger, akuisisi, dan perubahan usaha
lainnya (divestitures).
5. Laporan keuangan menggunakan mata uang Indonesia.
Dari kriteria tersebut, maka total sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sejumlah 27 perusahaan manufaktur dengan rincian sebagai
berikut ini.
TABEL III. 1
Kriteria Pengambilan Sampel
6.
7.
8.
9.
C. Variabel Penelitian
Sekaran (2006) menjelaskan bahwa variabel penelitian merupakan apapun
yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai dapat berbeda
pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang
sama untuk objek atau orang yang berbeda. Model penelitian ini terdiri dari empat
variabel, yaitu variabel dependen, variable independen, variable moderasi, dan
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2006-2008 393
Jumlah perusahaan non manufaktur (242)
Jumlah perusahaan manufaktur 151
Jumlah perusahaan dengan data yang tidak lengkap (124) Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 27 Sumber: Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2006-2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
variable kontrol. Berikut adalah penjelasan mengenai definisi operasional dan
pengukuran masing-masing variabel.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau dihasilkan
oleh variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Corporate Social Responsibility (CSR)
Variabel dependen untuk menguji hipotesis pertama penelitian ini
adalah CSR. CSR diukur dengan menggunakan index pengungkapan
sosial yang merupakan variabel dummy. Checklist dilakukan dengan
melihat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam tujuh
kategori yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan
umum (Sembiring, 2005). Kategori ini diadopsi dari penelitian yang
dilakukan oleh Hackston dan Milne (1996). Setelah disesuaikan dengan
kondisi di Indonesia maka diperoleh sebanyak 78 item pengungkapan
untuk sektor manufaktur. Secara lengkap item pengungkapan masing-
masing sektor dapat dilihat pada lampiran 2.
Pendekatan untuk menghitung Corporate Social Responsibility
Index (CSRI) pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu
setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika
diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan (Haniffa et al, 2005).
Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI
adalah sebagai berikut: (Haniffa et al, 2005)
∑
Keterangan:
CSRIj
: Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j
nj
: jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78
Xij
: dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak
diungkapkan
Dengan demikian, 0 ≤ CSRIj ≤ 1
b. Corporate Financial Performance (CFP)
Variabel dependen untuk menguji hipotesis kedua penelitian ini
adalah corporate financial performace atau kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan diukur menggunakan Return on Assets (ROA). ROA
merupakan rasio laba sebelum pajak terhadap total nilai aset.
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel bebas yang tidak dipengaruhi
oleh variabel lain, bahkan merupakan faktor penyebab yang dapat
mempengaruhi variabel lain. Variabel independen untuk menguji hipotesis
pertama dalam penelitian ini adalah manajemen laba (earnings management)
yang diproksikan dengan abnormal accruals (DACC). Akrual kelolaan
(abnormal accruals) didefinisikan sebagai selisih antara total accruals
(TACC) dan normal accruals (NDACC). Normal accruals merupakan akrual
yang muncul secara wajar karena sifat dari akuntansi atau akrual yang
mengakui transaksi pada saat terjadinya. Abnormal accruals merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
akrual yang muncul secara tidak wajar karena penggunaan keleluasaan
(discretion) manajemen yang berlebihan.
Manajemen laba (DACC) dihitung dengan menggunakan model Jones
yang dimodifikasi (Modified Jones Model). Model ini dianggap lebih baik di
antara model yang lain untuk mengukur manajemen laba (Dechow et al.,
1995). Model penghitungan tersebut adalah sebagai berikut: