UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL UMBI BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi Oleh: Martina Herlianawati NIM : 038114009 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Embed
TERHADAP ATCC 25923repository.usd.ac.id/2558/2/038114009_Full.pdfUJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL UMBI BINAHONG ( Anredera cordifolia (Tenore) Steen) TERHADAP Staphylococcus
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Martina Herlianawati
NIM : 038114009
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setiap masalah yang terjadi adalah proses, tantangan, dan pilihan untuk tidak menyerah pada keadaan. Kita yang harus mengendalikan keadaan, dan bukan keadaan yang mengendalikan kita. Jadi, jalani dengan maksimal karena Tuhan punya cara sendiri untuk melihat dan menilainya.
Le Gra,
Karyaku ini ada untuk:
My Lord Jesus and My Holy Marry, Papa, Mama, Sisca,
Seluruh Sahabat dan Kerabat, serta Almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Binahong Anredera cordifolia (Tenore) Steen, secara empiris digunakan masyarakat untuk menyembuhkan beberapa penyakit salah satu diantaranya adalah untuk mengobati infeksi pada luka. Penyebab yang paling umum pada infeksi kulit yang terluka adalah Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi ekstrak etanol umbi binahong terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Selain itu perlu diketahui pula kandungan kimia dalam umbi binahong yang berperan sebagai senyawa antibakteri. Maka dilakukan uji tabung dari serbuk umbi binahong dan ui KLT dari ekstrak etanol.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni rancangan acak lengkap pola satu arah. Subyek uji dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus ATCC 25923 yang merupakan bakteri gram positif dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang merupakan bakteri gram negatif. Penentuan aktivitas antibakteri umbi binahong dilakukan dengan metode difusi paperdisk. Sedangkan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak umbi binahong dilakukan dengan metode dilusi padat. Uji kandungan kimia terhadap serbuk umbi binahong dilakukan dengan uji tabung dan uji kandungan kimia ekstrak etanol umbi binahong dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Analisis hasil KLT dilakukan secara deskriptif komparatif.
Hasil penelitian dengan metode difusi menunjukkan bahwa ekstrak etanol umbi binahong tidak memiliki potensi antibakteri. Berdasarkan uji tabung, serbuk umbi binahong diketahui mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol, tanin, dan saponin. Untuk uji KLT, diketahui bahwa ekstrak etanol umbi binahong mengandung flavonoid, polifenol, tanin dan saponin.
Kata kunci : potensi antibakteri, umbi binahong, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, uji tabung, uji KLT
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Binahong Anredera cordifolia (Tenore) Steen empirically are used to threat some illness, one of them is to threat wound infection. Usually, wound infection ware caused by Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa. So it was needed to research the potency of ethanolic extract of binahong’s tubers against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginos. Beside that, the tubes test and the TLC test were needed to know the chemical contents of binahong tubers which can be used as a antibacterial agent.
This research was a pure experimental research with the one way pattern of complete-random research design. The subject in this research were Staphylococcus aureus ATCC 25923 which is positive gram bacterial and Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 which is negative gram bacterial. Antibacterial activity was determined by diffusion method using paperdisk. Whereas, the Minimum Inhibitory Consentration (MIC) and Minimum Bacterisidal Consentration (MBC) of ethanolic extract of binahong’s tubers were conducted by solid dilution method. The identification of chemical contents of powders of binahong’s tubers was conducted by tubes test and the ethanolic extract of binahong’s tuber was conducted by TLC test. The result of TLC test was analysed using comparative-descriptive analysing method.
The result showed that the ethanolic extract of binahong’s tuber has not antibacterial activities against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa. Based on the tube test, the powder of binahong’s tubers maybe contain flavonoid, alkaloid, polyphenol, tannin, and saponin. The TLC result showed that the ethanolic extract of binahong’tuber contents of flavonoid, polyphenol, tannin, and saponin.
Tabel II. Hasil pengamatan uji tabung terhadap serbuk umbi binahong No Pengujian Pengamatan Hasil
1 Uji pendahuluan
Larutan hasil penyaringan
Filtrat + larutan KOH
Warna merah
Warna merah semakin intensif
+
2 Uji alkaloid
Filtrat A1 + dragendorf
Filtrat A2 + mayer
Terbentuk endapan coklat
Terbentuk endapan coklat
+
+
3 Uji antrakinon
Filtrat + KOH 0, 5 N
Tidak terbentuk endapan
-
4 Uji polifenol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Filtrat + FeCl3
Filtrat + etanol 80%
Larutan berwarna hijau biru
Larutan berwarna hijau biru
+
+
5 Uji tanin
Filtrat + NaCl 2% + gelatin 1%
Tidak terdapat endapan
+
6 Uji saponin
Pembentukkan buih
Filtrat dimasukkan dalam kapiler
Terbentuk buih
Tinggi cairan uji lebih rendah
daripada tinggi air suling
+
+
a. Uji pendahuluan
Uji pendahuluan ini berfungsi untuk mengetahui apakah senyawa
tersebut mengandung kromofor seperti flavonoid antrakinon, dll atau
gugus hidrofilik seperti gula, asam, fenolat, dsb. Dari hasil penelitian,
didapat hasil positif karena larutan berwarna merah tua dan warna menjadi
lebih intensif ketika ditambahkan beberapa tetes kalium hidroksida.
Kesimpulan sementara yang diperoleh bahwa serbuk diduga mengandung
senyawa yang mempunyai gugus kromofor dan gugus hidrofilik.
b. Uji alkaloida.
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung atom N dan
kebanyakan bersifat basa. Untuk identifikasi alkaloid dapat dilakukan
dengan cara reaksi pengendapan dan reaksi warna yaitu dengan cara
penambahan 2 gram serbuk binahong dengan HCl. Penambahan HCl ini
bertujuan untuk mengubah alkaloid yang bersifat basa menjadi garam
alkaloid, agar bisa larut dalam air. Untuk mempercepat reaksi
pembentukan garam alkaloid, maka dapat dilakukan dengan pemanasan di
atas penangas air. Setelah dingin, disaring dan kemudian direaksikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dengan larutan meyer. Reaksi positif terjadi jika terbentuk endapan
menggumpal. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat endapan yang
berarti di dalam sampel dimungkinkan terdapat alkaloid.
c. Uji antrakinon
Pada uji ini, serbuk dididihkan selama 2 menit dengan KOH dan
larutan hidrogen peroksida, kemudian disaring dengan kapas. Pemanasan
dengan kalium hidroksida bertujuan untuk menghidrolisis glikosida
antrakinon menjadi aglikonnya (antrakinon). Sedangkan larutan hidrogen
peroksida berfungsi untuk mengoksidasi bentuk tereduksi dari antrakinon
yaitu antron, oksantron, dan diantron menjadi antrakinon. Penambahan
asam asetat sampai pH 5 dan toluen bertujuan untuk memisahkan lapisan
air (basa) dengan fase pelarut organik. Setelah dingin, disaring kemudian
filtrat ditambah asam asetat glasial yang berfungsi untuk menghidrolisis
antrakinon menjadi komponen gula dan aglikonnya. Hasil hidrolisis ini
akan diekstraksi dalam pelarut toluene yang bersifat non polar.
Jika terjadi warna merah pada lapisan air, menunjukkan adanya
antrakinon. Dari penelitian, tidak terjadi warna merah. Hal ini berarti
sampel tidak mengandung antrakinon.
d. Uji polifenol
Polifenol merupakan senyawa yang larut di air panas. Oleh karena
itu untuk melarutkannya serbuk tumbuhan dipanaskan dengan air selama
10 menit dalam penangas air mendidih. Penambahan pereaksi besi (III)
klorida, mengindikasikan adanya gugus fenol. Reaksi senyawa polifenol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dengan FeCl3 akan membentuk kompleks warna. Terjadinya warna hijau –
biru menunjukkan adanya polifenol.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
COOH
OH
HO OH
FeCl3 OHOOC
OH
OH
HOOC
OH
OH
HOOC
OH
OH
HO
HO
OH
O
COOH
HO
OH
O
COOH
HO
HO
COOH
HO
HO
3 HCl6
Fe 3+
: ikatan van der wals
: ikatan kovalen
Gambar 2. Reaksi antara senyawa fenolik dengan FeCl3
Dari hasil penelitian, terjadi warna hijau kebiru-biruan. Jadi
kemungkinan terdapat senyawa polifenol dalam serbuk.
e. Uji tanin (zat samak)
Serbuk tumbuhan dilarutkan dalam air dan diakukan pemanasan
untuk mempercepat reaksi. Penambahkan larutan natrium klorida 2 %
dimaksudkan untuk membentuk endapan garam Na asam dari tanin.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
CO OH
HO
OH
OH
NaCl
C O NaO
HO
OH
OH
HCl
Gambar 3. reaksi antara NaCl dengan senyawa fenolik
Sedangkan penambahan gelatin dimaksudkan untuk mempercepat
pengendapan tanin yang terlarut dalam air. Gelatin merupakan senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
yang bisa menyerap air, sehingga air akan tertarik oleh gelatin, selain itu
gelatin mengandung protein dimana tanin dapat mengendapkan protein
dan NaCl akan berekasi semakin cepat dengan tanin untuk membentuk
endapan garam Na asam. Hasil penelitian dari serbuk binahong adalah
positif yaitu terjadi endapan.
f. Uji saponin
Pada uji saponin, terbentuk buih setelah ditambah dengan air dan
digojok kuat selama 30 detik setinggi 1,8 cm. Buih yang terbentuk ini akan
tahan dalam jangka waktu relatif lama. Hal ini dibuktikan dengan buih
akan tetap ada setelah dibiarkan selama 30 menit. Buih yang terbentuk
disebabkan karena terbentuknya sabun pada saat penggojogan dengan air
suling. Saponin merupakan suatu senyawa yang mempunyai gugus
hidrofob dan gugus hidrofil. Sifat ini menyerupai surfaktan / sabun yang
dapat menurunkan tegangan permukaan antara udara/gas dengan air yang
berupa emulsi gas dalam air (buih). Sedangkan cara lain untuk
mengidentifikasi adanya saponin yaitu dengan menggunakan pipa kapiler.
Pada identifikasi dengan pipa kapiler, larutan serbuk umbi binahong yang
sudah disaring, dimasukkan ke dalam pipa kepiler penuh-penuh dalam
posisi tegak, kemudian cairan dibiarkan mengalir bebas. Jika serbuk
mengandung saponin, maka cairan serbuk umbi binahong yang tertinggal
dalam kapiler akan lebih rendah dari pada tinggi air suling yang tertinggal.
Uji ini menandakan bahwa dengan adanya saponin, partikel dengan ukuran
tertentu akan dapat lolos dari filter dengan pori yang cukup kecil. Hal ini
disebabkan karena saponin dapat menaikkan permeabilitas membran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Uji kualitatif secara Kromatografi Lapis Tipis
Identifikasi kualitatif ekstrak etanol umbi binahong dilakukan dengan
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Analisis dengan KLT
mempunyai beberapa keuntungan yaitu penanganannya sederhana, selain itu
cuplikan dan pelarut yang digunakan sedikit.
a. Uji KLT flavonoid
Fase diam yang digunakan yaitu selulosa gel dan fase gerak yang
digunakan adalah butanol: asam asetat : air (4:1:5). Selulosa digunakan
sebagai fase diam, karena jika digunakan silika gel, maka akan terbentuk
kompleks khelat antara salah satu gugus yang terdapat pada flavonoid
dengan gypsum (CaSO4). Kompleks khelat yang terjadi tersebut terikat
kuat pada fase diam jadi dapat menyebabkan tidak terjadinya elusi.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
HO
OH
O
OO gula
OH
OH2 CaSO4
o O
O gula
O
O
o o
Ca
Ca
Gambar 4. Reaksi flavonoid dengan CaSO4 membentuk kompleks khelat
Pembanding yang digunakan adalah rutin. Penotolan bercak dan
pembanding pada fase diam dilakukan dengan mikropipet 5µl. Sampel dan
pembanding ditotolkan pada lempeng KLT kemudian dielusi pada batas
tertentu (10 cm). Elusi dilakukan sepanjang 10 cm di dalam bejana yang
sudah jenuh. Bejana yang berisi larutan pengembang harus dijenuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
terlebih dahulu agar proses elusi dapat berlangsung dengan baik. Selain itu
juga untuk menghindari terjadinya pengekoran pada bercak.
Tabel III. Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak butanol: asam asetat glacial: air (4:1:5) dan pembanding rutin 0,05% untuk analisis flavonoid.
Dilihat dari hasil yang dapat dilihat dari tabel, maka dapat
disimpulkan sampel mengandung flavonoid. Hal ini terbukti dengan
adanya bercak dengan warna bercak yang mirip antara sampel no 2 dengan
bercak pembanding. Jika dilihat dari Rf nya, kemungkinan yang terjadi
adalah flavonoid yang terdapat pada sampel berbeda dengan pembanding.
Flavonoid mempunyai gugus auksokrom OH yang terikat pada
atom karbon 4’ pada cincin B. Selain itu flavonoid juga mempunyai gugus
O yang bersifat elektrofil (senang menarik elektron). Dengan adanya basa
(NH3), OH akan mudah melepaskan H yang kemudian diikat oleh NH3,
setelah itu terjadi reaksi penyusunan kembali untuk menstabilkan struktur.
Penyusunan kembali ini menyebabkan O akan memiliki pasangan elektron
tambahan. Dengan adanya tambahan elektron tersebut, maka energi yang
diperlukan untuk mempromosikan elektronnya semakin kecil, sehingga
akan terjadi pergeseran panjang gelombang menuju panjang gelombang
yang lebih besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Reaksinya sebagai berikut:
O
O
OH
O gula
HO
OH
OH NH3O
o
O
OHHO
OH
O gula
NH4+
Gambar 5. Reaksi antara flavonoid dengan NH3
Warna kuning yang terjadi, dapat dengan cepat hilang karena di
udara terdapat banyak uap air (H-OH) sehingga H dari uap air akan
berikatan dengan O yang kelebihan elektron, sehingga struktur senyawa
tersebut akan kembali seperti semula. Oleh karena itu warna yang
terbentuk merupakan warna yang reversibel.
b. Uji KLT alkaloid
Fase diam yang digunakan yaitu silika gel GF 254. Silika gel GF 254
merupakan fase diam yang bersifat polar. Silika gel merupakan adsorben
yang paling banyak digunakan dalam Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
yang berupa silika gel yang dicampur perekat CaSO4 dan indikator
floresensi.
Sedangkan fase gerak yang digunakan adalah etil asetat : metanol :
air (70:20:10). Sebagai pembanding digunakan skopolamin. Skopolamin
merupakan alkaloid tropan. Sampel dan pembanding ditotolkan bersama-
sama pada lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm).
Setelah itu dideteksi dibawah sinar UV 254 nm dan UV 365 nm, kemudian
dideteksi dengan pereaksi semprot Dragendorf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel IV. Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam silika gel GF 254, fase gerak etil asetat : methanol : air (70:20:10)dan pembanding skopolamin untuk analisis alkaloid.
Deteksi
UV 254 UV 365 Dragendorf
Bercak No
Rf Warna Rf Warna Rf Warna
Sampel 1 0, 07 Ungu 0, 07 Ungu - -
2 0, 25 Meredam ungu 0, 25 Ungu - -
3 0, 53 Meredam ungu - - - -
Pembanding 1 0, 52 Meredam ungu - - 0, 52 Orange
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sampel tidak
mengandung alkaloid. Hal ini dikarenakan baik warna dan Rf sampel tidak
ada yang menyerupai warna dan Rf dari pembanding. Sampel mempunyai
tiga bercak yang terlihat di bawah lampu UV 254 yaitu dengan Rf 0,07
bercak berwarna ungu, Rf 0,25 bercak berwarna ungu dan meredam
flouroresensi dari silika, dan terakhir Rf 0,53 juga meredam flouroresensi
berwarna ungu. Di bawah lampu UV 365, hanya terlihat dua bercak sampel
yaitu bercak Rf 0,70 yang berwarna ungu dan bercak Rf 0,25 berwarna
ungu. Ketika di semprot dengan pereaksi Dragendorf, tidak terlihat bercak.
Sedangkan pembanding, hanya tampak satu bercak dengan Rf 0,52
berwarna ungu dan meredam flouresensi pada UV 254, dan akan nampak
warna orange ketika disemprot dengan pereaksi Dragendorf. Hal ini
menggambarkan beberapa senyawa organik non nitrogen berikatan secara
konjugasi dengan keton atau aldehid atau gugus lakton akan berekasi
secara khusus dengan alkaloid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Pada uji tabung yang sudah dilakukan, diperoleh hasil positif untuk
uji alkaloid padahal setelah di uji dengan KLT, ternyata hasilnya negatif.
Kemungkinan besar hal ini disebabkan karena alkaloid yang terdapat
dalam ekstrak etanol umbi binahong tersebut merupakan alkaloid yang
berada dalam bentuk basa. Alkaloid dalam bentuk basa akan larut pada
pelarut yang non polar dan etanol kurang polar untuk dapat menyari
alkaloid dengan baik.
c. Uji KLT senyawa fenolik.
Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak
yang digunakan adalah toluene: etil asetat: metanol (70:20:10).
Pembanding yang digunakan yaitu eugenol 1%. Sampel dan pembanding
ditotolkan pada lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas tertentu (10
cm) dan dikeringkan.
Tabel V. Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam silika gel GF 254, fase gerak toluen, etil asetat, metanol (70:20:10) dan pembanding eugenol untuk analisis senyawa fenolik
Deteksi
UV 254 UV 365 FeCl3
Bercak No
Rf Warna Rf Warna Rf Warna
Sampel 1 0, 04 Ungu muda - - - -
2 0, 73 Ungu - - 0, 73 Ungu
Pembanding 1 0, 73 Ungu - - 0, 73 Ungu
Dari hasil yang terlihat pada tabel tersebut, dapat disimpulkan
bahwa sampel mengandung senyawa fenolik. Hal ini terbukti dengan
adanya Rf sampel yang mendekati Rf pembanding yaitu 0,73. Selain itu
warna dari sampel dan pembandingnya juga sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Hasil positif tersebut, dipertegas dengan terbentuknya warna ungu
pada bercak yang disemprot dengan FeCl3. warna tersebut terjadi karena
reaksi antara senyawa fenolik dengan FeCl3.
d. Uji tanin
Uji KLT tanin menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase
gerak etil asetat : metanol : air (100 : 13,5 : 10). Sampel dan pembanding
yang berupa asam tanat 1% ditotolkan pada lempeng KLT kemudian
dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi dengan UV 254
nm, UV 365 nm dan FeCl3
Tabel VI. Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam silika gel GF 254, fase gerak etil asetat : metanol : air (100 : 13,5 : 10)dan pembanding asam tanat untuk analisis tanin.
Deteksi
UV 254 UV 365 FeCl3
Bercak No
Rf Warna Rf Warna Rf Warna
Sample 1 0,48 ungu 0,48 ungu 0, 48 ungu
Pembanding 1 0,50 ungu 0,50 ungu 0, 50 ungu
Dari hasil yang terlihat, dapat disimpulkan sampel mengandung
tanin. Hasil positif tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan warna
bercak ketika disemprot dengan FeCl3. Hal ini terjadi karena adanya reaksi
antara FeCl3 dengan gugus fenolik yang terdapat pada tanin. Perbedaan
nilai Rf diduga karena adanya perbedaan jenis dari tanin.
e. Uji KLT saponin
Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak
yang digunakan adalah toluen : etil asetat (93:7) yang bersifat lebih non
polar dibandingkan dengan silika. Dengan perbedaan kepolaran dari fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
diam dan fase gerak ini, diharapkan senyawa uji dapat terelusi dengan
baik. Saponin merupakan senyawa yang bersifat polar dalam bentuk
glikosida, sedangkan dalam bentuk aglikonya saponin semipolar dengan
demikian akan terikat dengan fase geraknya. Pembanding yang digunakan
adalah Glycyrrhiza Radix 1% .
Setelah proses elusi, langkah selanjutnya adalah deteksi dengan
menggunakan lampu UV 254 , lampu UV 365 dan anisaldehid-asam sulfat.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel VII. Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam silika gel GF 254, fase gerak toluen : etil asetat (93:7) dan pembanding Glycyrrhiza Radix untuk analisis saponin.
Deteksi
UV 254 UV 365 Vanilin asam
sulfat
Bercak No
Rf Warna Rf Warna Rf Warna
Sample 1 0, 02 Meredam - - 0, 02 Ungu
muda
2 0,14 Meredam 0,14 Berfloresensi
ungu
0,14 Ungu
Pembanding 1 0,01 Meredam 0, 01 Berfloresensi
Ungu
0, 01 Orange
2 0,05 Meredam 0, 05 Berfloresensi
Ungu
0, 05 Merah
3 0,13 Meredam 0,13 Berfloresensi
ungu
0,13 Ungu
4 - - 0, 20 Berfloresensi
kuning
- -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa sampel
mengandung saponin. Warna dari bercak sampel sama dengan warna
bercak pembanding. Namun ada sedikit perbedaan pada harga Rfsampel
dan pembanding. Rf sampel 0,14 sedangkan Rf pembanding 0,13. Hal ini
dimungkinkan sampel dan pembanding mengandung senyawa yang sama
namun beda golongannya.
Secara keseluruhan perbedaan nilai Rf disebabkan karena adanya
perbedaan kepolaran dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam
sampel. Sehingga terdapat perbedaan afinitas ikatan antara fase gerak dan
senyawa yang terkandung dalam sampel.
E. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol umbi binahong terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC
27853
Pengujian potensi antibakteri ekstrak etanol umbi binahong dilakukan
dengan metode difusi paperdisk. Dipilih metode ini karena mempunyai
keuntungan antara lain secara teknis, metode ini sederhana dan mudah
dilakukan, tidak membutuhkan banyak cawan petri dan tidak membutuhkan
alat khusus. Selain itu dapat diketahui luas zona hambat senyawa yang diuji
terhadap bakteri.
Sebelum dilakukan pengujian, bakteri uji yang digunakan yaitu
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC
27853, dibuat suspensi yang kemudian disetarakan terlebih dahulu dengan
Mc. Farland II yang mempunyai kekeruhan 6x108 CFU/ml. Penyetaraan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
berfungsi untuk reprodusibilitas percobaan. Sehingga apabila dilakukan
replikasi dalam percobaan, dapat diasumsikan jumlah bakteri per satuan yang
digunakan selalu sama.
Setelah disetarakan dengan standard Mc. Farland II, bakteri uji
dibiakkan secara spread plate yaitu dengan cara bakteri disebar di permukaan
media NA yang sudah memadat. Pembiakan bakteri ini disesuaikan dengan
sifat Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang merupakan
bakteri fakultatif aerob, dimana dalam pertumbuhannya, dibutuhkan
ketersediaan oksigen yang cukup. Selain itu, disesuaikan pula dengan kondisi
percobaan yang sesungguhnya, dimana infeksi pada luka biasa terjadi di
permukaan kulit yang ketersediaan oksigennya cukup.
Paperdisk yang digunakan mempunyai diameter 6 mm. Pada tiap
paperdisk diteteskan ekstrak etanol umbi binahong dengan empat konsentrasi
yang berbeda, kontrol positif, dan kontrol negatif.
Konsentrasi ekstrak etanol yang digunakan yaitu 25%, 50%, 75%, 100%,
sedangkan kontrol positifnya amoksisilin 0,03 g/ml, dan kontrol negatif yang
digunakan yaitu DMSO yang merupakan pelarut ekstrak etanol. Amoksisilin
merupakan suatu antibiotik golongan beta laktam derifat penisilin dengan
spektrum luas. Amoksisilin mempunyai aktivitas bakterisida terhadap bakteri
gram positif maupun gram negatif dengan mekanisme menghambat
pembentukan atau sintesis dinding sel mikroba (Surini, 2006). DMSO
merupakan pelarut yang bersifat nonpolar tetapi diindikasikan tidak
mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Dengan menggunakan paperdisk, maka senyawa uji akan berdifusi ke
dalam media dan menghambat pertumbuhan dan bahkan membunuh bakteri
uji. Penghambatan pertumbuhan bakteri uji ini dapat dilihat dari zona hambat
yang terbentuk setelah inkubasi selama 24 jam.
Setelah diinkubasi selama 24 jam, hasil yang diperoleh untuk uji
terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 yaitu kontrol negatif tidak
menunjukkan zona hambat, kontrol positif menunjukkan adanya zona jernih
disekitar paper disk dengan rata-rata diameternya dari tiga replikasi yaitu 3,1
cm sedangkan semua variasi konsentrasi ekstrak tidak menunjukkan adanya
zona hambat. Hal ini berarti tidak menunjukkan adanya penghambatan
terhadap pertumbuhan bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus ATCC 25923.
Dalam penelitian ini ekstrak tersebut tidak menunjukkan potensi.
Table VIII. Diameter zona hambat ekstrak etanol umbi binahong terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923
Diameter zona hambat (cm) Senyawa
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Amoxisilin 3,00 3,25 3,00
DMSO - - -
Konsentrasi 100% - - -
Konsentrasi 75% - - -
Konsentrasi 50% - - -
Konsentrasi 25% - - -
Begitu pula pada uji terhadap bakteri uji Pseudomonas aeruginosa
ATCC 27853. kontrol negatif tidak menunjukkan zona hambat, kontrol positif
menunjukkan adanya zona jernih disekitar paper disk dengan rata-rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
diameter pada replikasi yaitu 2,2 cm sedangkan semua variasi konsentrasi
ekstrak tidak menunjukkan adanya zona hambat.
Table IX. Diameter zona hambat ekstrak etanol umbi binahong terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853
Diameter zona hambat (cm) Senyawa
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Amoxisilin 2,20 2,30 2,20
DMSO - - -
Konsentrasi 100% - - -
Konsentrasi 75% - - -
Konsentrasi 50% - - -
Konsentrasi 25% - - -
Hal ini berarti ekstrak etanol umbi binahong tidak menunjukkan adanya
penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji yaitu Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853. Dalam penelitian ini ekstrak tersebut tidak
berpotensi untuk dikembangkan menjadi antibakteri.
Dari uji difusi yang dilakukan, dapat diketahui pula bahwa kedua bakteri
baik Staphylococcus aureus maupun Pseudomonas aeruginosa tidak resisten
terhadap amoksisilin. Menurut Anonim (1993), untuk masing-masing
antibiotik dan jenis bakterinya, mempunyai diameter yang berbeda-beda,
untuk dinilai sebagai antibiotik yang sensitif (poten dalam terapi). Amoksisilin
dinyatakan sensitif bila diameter zona hambat terhadap Staphylococcus aureus
yang terbentuk yaitu lebih dari 2,9 cm sedangkan terhadap Pseudomonas
aeruginosa, zona hambat yang terbentuk sebesar 1,5 cm lebih. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
penelitian ini diameter zona hambat terhadap Staphylococcus aureus adalah
3,1 cm sedangkan pada Pseudomonas aeruginosa sebesar 2,2 cm.
Jika ditinjau ulang pada uji KLT, diketahui bahwa ekstrak etanol umbi
binahong mengandung senyawa flavonoid, fenolik, tanin, dan saponin yang
merupakan senyawa antibakteri. Namun ketika diuji, ternyata ekstrak etanol
tersebut tidak mempunyai potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri
uji. Ekstrak etanol umbi binahong itu sendiri berukuran yang besar. Hal ini
akan menyulitkan senyawa uji untuk dapat masuk ke dalam sel bakteri
tersebut, sehingga tidak mampu untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ekstrak etanol umbi binahong tidak mempunyai potensi antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853.
2. Berdasarkan uji tabung yang dilakukan, serbuk umbi binahong diduga
mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol, tanin, dan saponin. Sedangkan
berdasarkan uji KLT yang dilakukan, ekstrak etanol umbi binahong
diketahui mengandung flavonoid, polifenol, tanin, dan saponin
B. Saran
1. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai kandungan kimia dari umbi binahong
secara kuantitatif yaitu dengan metode KLT preparatif sehingga dapat
diketahui berapa kadar senyawa-senyawa yang terkandung di dalam umbi
binahong.
2. Perlu diteliti mengenai potensi antibakteri dari batang, bunga, atau bagian
lainnya dari binahong.
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
DAFTAR PUSTAKA Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat teori dan praktik, hal 33-34, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 1, 5-6, 8, 10-11, 16-17, 25-26, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1993. Dasar-Dasar Pemeriksaan Mikrobiologi. Hal 115-122. Fakultas
Kedokteran UGM Bagian Mikrobiologi, UGM Press, Jogja Anonim, 1994. Farmakope Indonesia Edisi IV, 1110-1118, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1995. Farmakologi dan Terapi, 571-583. Bagian Farmakologi Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta Anonim, 1996. Staphylococcus aureus .http://www.itis.gov/servlet/singleRpt/
RefRpt?search_topic=all&searchvalue=Staphylococcusaureus .Diakses tanggal 27 Februari 2007
Anonim, 2000a. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Departermen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2000b. Plants For A Future: Database Search Results.
http://www.pfaf.ogr/index.html. Diakses pada tanggal 27 Februari 2007 Anonim. 2004. PIW-result-Anredera cordifolia. http://permaculture.info/
index.php. Diakses tanggal 27 Februari 2007 Anonim, 2006a, Koran Merapi: Topik Klinik Alternatif Binahong
http://www.koranmerapi.com/article.php?sid=8027). Diakses tanggal 27 Februari 2007
Anonim, 2006b. http://www.liberherbarum.com/pn5494.HTM. Diakses pada 29
Maret 2006 Backer, C.A, 1968. Flora of Java .Volume I. Hal. 240. Noordhoff, Groningen, the
Netherlands Duke, J., 1992. Phytochemical and Ethnobotanical Database. http://www.arsgrin.
gov. diakses 27 Januari 2007. Dwijoseputra, D., 1991. Dasar-Dasar Mikrobiologi. 41-55, Djambatan, Surabaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Farnsworth, N.R., Phytochemical Screening. Hal 11-19, 35-40, 61-63. Departement of Pharmacognosy and Pharmacology. Colk of Pharmacy, University od Illinois of the Medical Center, Chicago
Gritter, R.J., Bobbit, M. J.,Schwarting, A. E. 1991. Pengantar Kromatografi.
Edisi II, 107-155. Penerbit ITB, Bandung Gunawan, Didik., Mulyani, Sri, 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1.
Hal 87-90. Penebar Swadaya . Jakarta Harvey, B., Simon, M.D., 2003. Scientific American Medicine Volume 2. Edisi
2003. Hal 1397-1405. Web MD Inc : New York, USA. Hendriyana, Yulius 2004. Antibiotik Amoksisilin. http://yulian.firdaus.or.id/
2004/12/08/antibiotik-amoksisilin Diakses tanggal 22 April 2007 Hugo, W.B dan Russel, A.D. 1987. Pharmaceutical Microbiology. 285-286.
Blakwell Sientific Publication, Oxford Huoghton, P and Raman, A, 1998. Laboratory Handbook for The Fractination of
Natural Ekstract .22-52. St. Edmundsburry Press : Sulffolk, Great Britain Jawetz,E. Melnick, J.L, Adelberg, E.A., 1996. Profesional Microbiology.
Diterjemahkan oleh Nugroho, E dan Maulani,R.F, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Meyer, J. J. M, 2004. Antimicrobial activity, toxicity and the isolation of a
bioactive compound from plants used to treat sexually transmitted disease. http://www.elsevier.com/locate/jethpharm. Diakses pada tanggal 27 Februari 2007
Moura-Letts, G., Marcalo,A., 2006. In vivo Wound Healing Activity of Oleanolic
Acid Derived from the Acid Hydrolysis of Anredera diffusa. Journal of Natural Products, 2006, vol. 69, No. 6, hal 978-979. Kentucky.
Naim, Rochman, 2006. Kulit Jadi Pertahanan Tubuh Pertama.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0404/28/ilpeng/994047.htm. Diakses tanggal 27 Februari 2007
Pelzar, M.J., dan Chan E.C.S, 1986, Element of Microbiology. 299-303.
Diterjemahkan oleh Hadioetomo, Imas, Tjitrosomo dan Angka. UI Press, Jakarta
Robinson, Trevor.1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. 156-158.
Penerjemah: prof. Dr. Kosasih Padmawinata, FMIPA, Penerbit ITB, Bandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Sato, T., Nagata, M., Engle, L.M., 2005. Evaluation of Antioxidant Activity of
Indigenous Vegetables from South and Southeast Asia. http://ss.jircas.affrc.go.jp/english/publication/highlights/2002/pdf/2002-05.pdf . Diakses tanggal 16 Mei 2007
Sulasmono, 1995. Kimia Analisis Intrumen II. 23. Fakultas Farmasi USD,
Yogyakarta Sumaryono , 2002, Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXI,