TERAPI RUQIYAH SYAR’IYYAH BAGI PENDERITA GANGGUAN EMOSI DI BENGKEL ROHANI CIPUTAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.sos.i) Oleh ANA NOVIANA NIM: 106052001949 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/ 1431 H
114
Embed
TERAPI RUQIYAH SYAR’IYYAH BAGI PENDERITA GANGGUAN …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TERAPI RUQIYAH SYAR’IYYAH
BAGI PENDERITA GANGGUAN EMOSI
DI BENGKEL ROHANI CIPUTAT
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.sos.i)
Oleh
ANA NOVIANA
NIM: 106052001949
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/ 1431 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalampenulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain,mka ssaya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat,
Ana Noviana
1
ABSTRAK
2
KATA PENGANTAR
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Pembatasan dan perumusan masalah
C. Tujuan dan manfaat penelitian
D. Metodologi penelitian
E. Tinjuauan pustaka
F. Sistematika penulisan
BAB II TERAPI RUQYAH SYAR’IYYAH
A. Ruqiyah syar’iah
1. Pengertian terapi
2. Pengertian ruqyah syar’iyyah
3. Sejarah ruqyah syar’iyyah
4. Metode terapi ruqiyah syar’iyyah
5. Ruqyah syar’iyyah sebagai alternatif pengobatan
(terapi)
B. Emosi
1. Pengertian Emosi
2. Macam-macam gangguan emosi
3. Faktor penderita gangguan emosi
BAB III GAMBARAN UMUM BENGKEL ROHANI
A. Sejarah dan Perkembangan
B. Visi, misi dan tujuan
4
C. Pelayanan
D. Sarana dan prasarana
BAB IV TEMUAN LAPANGAN
A. Identifikasi subjek penelitian
B. Proses pelaksanana terapi ruqiyah syar’iyah
C. Teknik pelaksanaan terapi ruqiyah syar’iyah bagi
penderita gangguan emosi
D. Analisis
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia pada dasarnya memiliki suatu pengalaman-pengalaman
yang disertai dengan nada perasaan (felling tones). Apakah pengalaman-
pengalaman yang berhasil dan sukses, ataupun pengalam yang tidak
berhasil atau gagal. Pengalaman yang berhasil dan sukses disifatkan oleh
nada perasaan yang menyenangkan, menggembirakan dan memuaskan.
Sebaliknya pengalaman-pengalaman yang tidak berhasil atau gagal
ditafsirkan oleh nada perasaan yang tidak menyenangkan, tidak
menggembirakan dan tidak memuaskan. Dan disinilah emosi memegang
peranan amat penting dalam kehidupan manusia.
Emosi tampak jelas dalam ekspesi wajah, seperti: marah, cemas,
ketakutan, perasaan berdosa, malu, kesedihan, cemburu, iri hati, muak,
bahagia, bangga, lega, harapan dan haru.
Nanum pada ganguan emosi dapat dipastikan pernah dialami oleh
setiap orang, ganguan emosi sudah bisa dipastikan sebagai penyakit-
penyakit yang menyebabkan seseorang merasa terganggu dikarenakan
adanya konflik yang dialami begitu berat. Terlebih lagi apabila seseorang
sudah tidak bisa mengontrol emosi yang sedang dialaminya.1
Dan dalam penanganan ganguan emosi ini dapat dilakukan dengan
cara melakukan terapi yang dapat menekan atau meredakan gejolak emosi
seseorang. Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah terapi
1 Baihaqi dkk. Psikiatri, Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan. (Bandung: Refika Aditama, 2005). h. 107.
6
penyembuhan menggunakan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diajarkan oleh
nabi.
Al-Qur’an adalah penyembuh yang sempurna untuk segala penyakit
hati dan jasmani. Penyakit dunia maupun akhirat. Pengobatan dengan Al-
Qur’an sejatinya harus dilandasi dengan niat yang baik, keyakinan yang
mantap, keimanan, penerimaan yang penuh. Firman Allah SWT dalam surat
Al-Isra’ ayat 82, yaitu
⌦ ⌧
☺
☺
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”
Apabila seorang hamba melakukan pengobatan dengan Al-Qur’an
secara baik, niscaya ia akan melihat pengaruhnnya yang menabjukkan
dalam memberikan kesembuhan secara cepat. Demikian halnya dengan
ruqyah syar’iyyah yang diambil dari hadits-hadits Nabi SAW yang sah, ia
merupakan salah satu obat yang paling bermanfaat. Do’a, apabila tidak ada
faktor-faktor penghalang, merupakan sebab paling bermanfaat untuk
menghilangkan sesuatu yang diinginkan, karena itu ia juga merupakan salah
satu penyembuh yang paling bermanfaat.
Namun, sesungguhnya pengobatan dengan ruqyah syar’iyyah bisa
dilakukan dengan 2 syarat. Syarat yang pertama yaitu dari sisi pasien
7
apakah ia sungguh-sungguh dalam menghadapkan diri kepada Allah SWT,
berkeyakinan penuh bahwa Al-Qur’an adalah penyembuh dan rahmatan
bagi orang-orang yang beriman. Syarat yang ke dua, yaitu dari sisi pelaku
Menjabarkan tentang sejarah dan perkembangan Bengkel
Rohani, visi dan misi, struktur redaksi, dan kegiatan-kegiatan
yang diadakan di Bengkel Rohani.
BAB IV ANALISIS TERAPI RUQYAH SYAR’IYAH
Menjabarkan mengenai proses terapi ruqyah syari’yah dan
Teknik Pelaksanaan Terapi Ruqiyah Syar’iyah terhadap
pasien penderita gangguan emosi.
BAB V PENUTUP
Memuat kesimpulan dan saran.
14
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Ruqyah Syar’iyyah
1. Pengertian terapi
2. Pengertian ruqyah syar’iyyah
Ruqyah dalam bahasa Arab artinya al-audzah atau at-ta’wudz
yaitu doa atau bacaan perlindungan. Pengertian ruqyah dalam istilah
tidak berbeda jauh dengan maknanya dalan bahasa Arab.7
Menurut Syaikh Al-Bani mengatakan bahwa ruqyah adalah
bacaan yang dibaca untuk meminta kesembuhan yang berasal dari Al-
Qur’an dan hadits yang shahih. Adapun seseuatu yang diucapkan oleh
sebagian orang berupa kalimat-kalimat bersajak yang tidak dipahami
maknanya, kadang-kadang merupakan kalimat kufur dan syirik, maka
(ucapan seperti ini) dilarang.8
Bila dilihat dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
ruqyah adalah bacaan atau doa yang dibacakan untuk memohon
kesembuhan. Namun, dari definisi ruqyah menurut Syaikh Al-Bani
terdapat dua unsur yang bertolak belakang mengenai bacaan-bacaan
yang dibacakan, yaitu antara bacaan yang berasal dari Al-Qur’an dan 7 Musdar Bustaman Tambusai, Buku Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah Syar’iyyah (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2010), h. 259. 8 Ibid.
15
hadits dengan bacaan yang mengandung kalimat kufur dan syirik.
Oleh karena itu definisi ruqyah saat ini tidaklah cukup untuk menjadi
sebuah rujukan dalam pengobatan Islam tetapi definisi ruqyah
ditambahkan sebuah kalimat syar’iyyah yang menggambarkan
pengobatan Islam.
Jadi menurut istilah syariat Islam, ruqyah syar’iyyah adalah
bacaan yang terdiri dari ayat Al-Qur’an dan hadits yang shahih untuk
memohon kepada Allah akan kesembuhan orang yang sakit.9
3. Sejarah Ruqyah syar’iyyah
Sebelum Islam datang, orang arab telah mengenal nama
ruqyah. Akan tetapi ruqyah yang dikenal dalam tradisi Arab ketika itu
adalah ruqyah (mantra) yang dibacakan oleh dukun-dukun (kahin)
yang mengandung syirik karena berisi pemujaan dan pemintaan
tolong kepada jin atau setan.
Oleh karena itu setelah Islam datang, para sahabat bertanya
tentang mantra yang pernah mereka praktikkan di zaman Jahilliyah.
Auf bin Malik Al-Asja’i menceritakan , “Kami di zaman Jahilliah
pernah melakukan ruqyah, lalu kami bertanya kepada Rasulullah,
‘Bagaimana pendapatmu tentang itu, ya Rarulullah?’ Maka
Rasulullah bersabda, “Perlihatkan kepada saya ruqyah kalian itu.
Tidak masalah dengan ruqyah selama ia tidak mengandung syirik”10
Islam adalah agama yang penuh dengan solusi, begitupun
yang diajarkan oleh Rasulullah kepada umatnya yang sedang 9 Hasan Basri, 53 Penjelasan Lengkap tentang Ruqyah, (Jakarta: Ghoib Pustaka, 2005), h.
17. 10 Tambusai, Buku Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah Syar’iyyah, h. 261.
16
mengalami berbagai persoalan termasuk dalam masalah pengobatan
dan salah satunya adalah ruqyah, bahkan “Secara lansung, beliau
pernah meruqyah istrinya, cucunya dan sahabat-sahabat beliau yang
lain, bahkan Rasulullah sendiri pernah diruqyah oleh malaikat Jibril
sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah kitab shahih Muslim.”11
Dalam konterks ke-Indonesia-an, ruqyah syar’iyyah kurang
begitu mendapat perhatian. Doa-doa ruqyah memang dikenal dan
dipelajari di pasantren atau pengajian, akan tetapi dalam pengamalan
dan praktiknya terasa banyak bercampur dengan hal-hal yang bersifat
bid’ah, khurafat dan syirik. Sedikit sekali yang benar-benar sesuai
dengan syari’at dan selaras dengan akidah. Hal ini tidak begitu aneh,
karena praktisi ‘pengobatan dengan Al-Qur’an” sering dilakoni oleh
orang-orang yang tidak mengerti Al-Qur’an dan As-Sunnah, bahkan
sama sekali tidak memahami apa yang dibacanya.
Di sisi lain, pengaruh budaya, keyakinan dan agama
sebelumnya sangat kuat. Aroma ajaran hindu, budha, dinamisme,
animisme masih tercium dalam praktek pengobatan yang dilakukan
umat Islam Indonesia saat ini. Hal ini menjadi tradisi atau budaya
karena masih melekatnya pemahaman bahwa pada benda-benda
tertentu ada kekuatan,seperti batu, di pohon, pada binatang tertentu,
keris, tombak, sungai dan sebagainya sehingga timbul penyembahan
atau ritual untuk mengagungkannya.
4. Metode terapi ruqyah syar’iyyah
11 Ibid, h. 262.
17
Dalam penerapan terapi ruqyah terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh penterapi dan pasien, baik sebelum
dilakukannya proses terapi ruqyah, syarat bagi seorang peruqiyah,
dan proses terapi ruqyah syar’iyyah yang mencakup bacaan-bacaan
ruqyah.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pelaksanaan
terapi ruqyah, yaitu:12
a. Menyiapkan suasana yang kondusif untuk melakukan ruqyah
b. Membersihkan tempat ruqyah dari pelanggaran-pelanggaran
syariat.
c. Memberikan Taushiyah kepada pasien dan keluarganya tentang
akidah sehingga menghilangkan ketegangan mereka
d. Mendiagnosa kondisi pasien dengan mengajukan beberapa
pertanyaan untuk mengetahui gejalanya
e. Sunnah berwudhu bagi peruqiyah dan pasien
f. Wajib menutup aurat bagi wanita yang hendak diruqyah dan
menjaga semua kemungkinan auratnya akan terbuka saat
pengobatan
g. Tidak boleh meruqyah seorang wanita tanpa didampingi suami atau
mahram-nya dan tidak boleh menyentuhnya tanpa alas tangan
(sarung tangan tebal)
h. Berdoa kepada Allah agar diberi pertolongan
Sedangkan syarat bagi seorang peruqiyah, yaitu:13
12 Ibid, h. 297-320. 13 Basri, 53 Penjelasan Lengkap tentang Ruqyah, h. 37-38.
18
a. Beraqidah dengan aqidah salafus shalih, yaitu aqidah yang benar
dan bersih
b. Merealisasikan tauhud yang murni (tidak tercampur syirik) dalam
ucapan dan perbuatan
c. Berkeyakinan bahwa ayat-ayat dan doa-doa punya pengaruh
kesembuhan dengan izin Allah semata
d. Menjauhi hal-hal yang diharamkan, karena itu merupakan pintu
syeitan untuk mengganggu dan menyerang manusia
e. Melaksanakan dan mendukung berbagai bentuk ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya.
f. Senantiasa memohon pertolongan dari Allah dan banyak berdzikir
dengan dzikir yang sudah diajarkan dan dicontohkan oleh
Rasulallah.
Dalam pelaksanaan terapi ruqyah, peruqiyah meletakkan
tangannya dikepala pasien dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an
secara tartil denagn suara yang dapat didengar oleh pasien dan
keluarganya (jika didampingi), hal ini dilakukan agar jelas bahwa
ayat-ayat yang dibacakan benar-benar ayat yang diambil dari Al-
Qur’an dan doa-doa yang diajarka oleh Rasulullah bukan mantra yang
mengandung syirik.
Adapun ayat-ayat yang menjadi bacaan ruqyah , yaitu:
a. Isti’adzah
19
Yang merupakan permohonan berlindung kepada Allah dan
juga merupakan sebuah anjuran sebelum membaca Al-Qur’an,
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 28:
Artinya: “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu
meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”
b. Lafadz basmallah
Sebagaimana lafadz Isti’adzah, ada yang bersifat umum dan
khusus, demikian pula dengan basmallah yang secara umum sering
dibaca ketika hendak melakukan sesuatu dan secara khusus ketika
hendak membaca Al-Qur’an. Lafadz bismillah yang popular itu
adalah
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.”
c. Surat Al-Fatihah ayat 1-7
☺
☺
20
Artinya: “1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. 2. Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. Yang
menguasai di hari Pembalasan. 5. Hanya Engkaulah yang Kami
sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus, 7. (yaitu) jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
d. Surat Al-Baqarah ayat 255, dan ayat 284-286
⌫
☺
⌧
21
Artinya: “255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat
memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui
apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa
yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha
Tinggi lagi Maha besar.”
☺
☺
22
23
Artinya: “284. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa
yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya
Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang
perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang
dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 285. Rasul telah beriman
kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-
rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka
berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah
tempat kembali." 286. Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah.
Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
24
sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada
Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami,
Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”
e. Surat Al-A’raf ayat 54-56
☺
☺
☺
⌧
☺
☺
☺
25
Artinya: “54. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia
bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk
kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam. 55.
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. 56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah
kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.’
f. Surat Al-Mukminun ayat 115-118
☺
☺
⌧
☺
26
Artinya: “115. Maka Apakah kamu mengira, bahwa
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja),
dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami? 116.
Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan
selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia. 117. Dan
Barangsiapa menyembah Tuhan yang lain di samping Allah,
Padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, Maka
Sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya
orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. 118. Dan Katakanlah:
"Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau
adalah pemberi rahmat yang paling baik.”
g. Surat Ash-Shaaffat ayat 1-10
☺
☺
☺
27
Artinya: “1. Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan
sebenar-benarnya. 2. Dan demi (rombongan) yang melarang
dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat). 3.
Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. 4.
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa. 5. Tuhan langit dan
bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-
tempat terbit matahari. 6. Sesungguhnya Kami telah menghias
langit yang terdekat dengan hiasan, Yaitu bintang-bintang. 7. Dan
telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari Setiap syaitan yang
sangat durhaka. 8. Syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-
dengarkan (pembicaraan) Para Malaikat dan mereka dilempari dari
segala penjuru. 9. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan
yang kekal. 10. Akan tetapi Barangsiapa (di antara mereka) yang
mencuri-curi (pembicaraan); Maka ia dikejar oleh suluh api yang
cemerlang.
28
h. Surat Ar-Rahman ayat 33-36
☺
☺
☺
☺
⌧
☺
Artinya: “33. Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan. 34. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan? 35. Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala
api dan cairan tembaga Maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri
(dari padanya). 36. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan?”
i. Surat Al-Hasyr ayat 21-25
⌧
29
Artinya: “21. Kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini
kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk
30
terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya
mereka berfikir. 22. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia,
yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. 23. Dialah Allah yang tiada Tuhan
selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang
Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha
perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan,
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. 24. Dialah
Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk
Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa
yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
j. Surat Al-Ikhlas
☺
Artinya: “1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3.
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.”
k. Surat Al-Falaq
31
⌧
⌧
⌧
Artinya: “1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan
yang menguasai subuh. 2. Dari kejahatan makhluk-Nya. 3. Dan
dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. 4. Dan dari
kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada
buhul-buhul. 5. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.”
l. Surat An-Naas
⌧
Artinya: “1. Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan
(yang memelihara dan menguasai) manusia. 2. Raja manusia. 3.
Sembahan manusia. 4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa
32
bersembunyi. 5. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada
manusia. 6. Dari (golongan) jin dan manusia.”
5. Ruqyah syar’iyyah sebagai alternatif pengobatan (terapi)
Sakit dapat digolongkan menjadi sakit fisik dan psikis. Melihat
adanya perbedaan yang sangat kontras antara keduanya maka
perawatan dan penyembuhannya juga sangat berbeda antara satu
sama lain. Dalam pengobatannya, seperti pada umumnya kita ketahui
bahwa penyakit fisik dapat diobati dengan cara medis yang bersifat
ilmiah dan logis, namun pada hakikatnya penyembuhan medis hanya
tertuju pada fisik, lalu bagaimana dengan sakit non-fisik yang lebih
dikenal gangguan kejiwaan yang bersifat immateri atau tidak
terlihat?, maka penyambuhannya pun tidak dapat disembuhkan
dengan hal-hal yang materi. Namun apabila diberikan pengobatan
secara medis hanya bersifat membantu saja.
Di Indonesia banyak sekali pengobatan dan cara penyembuhan
yang ditawarkan baik berupa medis ataupun non-medis. Dalam
banyak kasus, masyarakat Indonesia salah mengartikan suatu
penyakit, apakah itu penyakit medis atau non-medis. Seperti halnya
anak yang demam dibawa ke pengobatan alternatif karena takut
kesambet, padahal bila dilihat dari gejalanya sakit seperti demam ini
termasuk medis dan harus dibawa ke dokter.
Lalu bagaimana posisi ruqyah syar’iyyah dalam sistem
pengobatannya? Sistem pengobatan dan penyembuhan ruqyah
syar’iyyah banyak dijelaskan dalam As-Sunnah dan sebagian juga
33
telah dijelaskan dalam Al-Qur’an, oleh karena itu ruqyah syar’iyyah
termasuk dalam sistem pengobatan Thibbun Nabawi.
Ruqyah syar’iyyah selain bertujuan untuk penyembuhkan,
tetapi juga mengajak pasien untuk lebih berserah diri kepada Sang
pencipta yang menurunkan penyakit dan hanya Dia lah yang bisa
menyembuhkan. Dapat dirumuskan bahwa “obat-obatan Ilahiyyah
sasarannya pada fisik, psikis, dan ruh. Obat jenis ini akan
menghantarkan manusia pada ketenangan hati dan keteguhan jiwa
yang sering hilang sehingga menimbulkan penyakit fisik. Obat-obatan
Thabi’iyyah sasaranya pada fisik dan psikis saja.”14
Terhadap pasien yang mengalami gangguan kejiwaan (penyakit
psikis) selain mendapatkan pengobatan dari dokter spesialis jiwa
sangat dianjurkan pula untuk melakukan ruqyah syar’iyyah, sebab
ayat-ayat Al-Qur’an dapat memberikan pengaruh positif terhadap
syaraf dan kekebalan tubuh pasien.
B. Emosi
1. Pengertian emosi
Emosi adalah perasaan yang kita alami. Kita menyebut
berbagai emosi yang muncul dalam diri kita dengan berbagai nama
seperti sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, benci, cinta.
Sebutan yang diberikan pada perasaan tertentu, mempengaruhi
14 Tambusai, Buku Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah Syar’iyyah, h. 258.
34
bagaimana kita berfikir mengenai perasaan itu, dan bagaimana kita
bertindak.15
Franken menjelaskan bahwa emosi merupakan hasil interaksi
antara faktor subyektif (proses kognitif), factor lingkungan (hasil
belajar), dan faktor biologik (proses hormonal). Dengan kata lain,
emosi muncul pada saat manusia berinteraksi dengan lingkungan
dan merupakan hasil upaya untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.16
Sedangkan menurut Carr, emosi adalah penyesuaian organis
yang timbul secara otomatis pada manusia dalam menghadapi
situasi-situasi tertentu.17
Dari beberapa pengertian tentang emosi diatas tidak ada
perbedaan yang mencolok dalam menjelaskan pengertian emosi.
Garis besar yang dapat dipetik dari beberapa pengertian diatas,
bahwasannya emosi adalah suatu perasaan dari suatu pengalaman
yang dihasilkan dari hubungan antara individu dengan sekitarnya.
Dan dari hasil hubungan itu malahirkan perasaan-perasaan yang
berkaitan dengan diri individu, baik itu senang, sedih, gembira,
ataupun marah.
2. Macam-macam gangguan emosi
Intensitas yang tidak dapat dikendalikan akan menjadi krisis
apabila ada potensi untuk melukai diri sendiri atau orang-orang lain.
15 Rochelle Semmel Albin, Emosi, Bagaimana mengenal, menerima, dan
Mengarahkannya, 20 ed. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2010), h. 11. 16 Baihaqi, dkk, Psikiatri, Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2005), h.105. 17 Nety Hartanti, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, t.t.), h. 94.
35
Pola-pola emosi yang disebut terganggu karena terdapat afek yang
tidak tepat, afek yang terlalu kaku, ambivalensi, kecemasan, apati,
depresi, kegembiraan, ketidakstabila emosi, perasaan bersalah yang
tidak rasional, dan mudah tersinggung.18
Gangguan emosi ini memiliki berbagai macam bentuk yang
memiliki ciri-ciri tersendiri dari penderitanya. Adapun macam-
macam gangguan emosi yaitu:19
a. Euphoria
Yaitu emis yang menyenangkan dalam tingkatan yang sedang.
Gejalanya: optimis, percaya diri, riang gembira, merasa senang,
dan bahagia yang berlebihan.
b. Elasi
Emosi menyenangkan yang setingkat lebih tinggi dari euphoria.
Gejalanya: rasa senang dan percaya diri terbayang pada
wajahnya. Keadaanya mungkin menimbulkan rasa sedih dan
tidak bahagia, tetapi cendrung dikesampingkan. Elasi sering
merupakan emosi yang labil, sehingga mudah tersenggung.
c. Exaltasi
Yaitu elasi yang berlebih-lebihan, sering disertai dengan wahm
Ana Noviana Terapi Ruqyah Syar’iyyah Bagi Pasien Penderita Gangguan Emosi di Bengkel Rohani Ciputat.
Emosi merupakan suatu unsur yang pasti ada pada diri seseorang, dan merupakan suatu ekspresi yang menunjukan sebuah rasa yang sedang dialami, apakah itu senang ataupun sedih. Emosi dapat juga menjadi sebuah gangguan apabila tidak dapat terkontrol dengan baik. Untuk itu perlu adanya terapi yang dapat mengatasi gangguan emosi seperti terapi ruqyah syar’iyyah yang terdapat di Bengkel Rohani Ciputat. Di sini pasien mendapatkan pengobatan dengan cara terapi ruqyah syar’iyyah agar emosinya menjadi normal kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman proses pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah di Bengkel Rohani Ciputat dalam menangani penderita gangguan emosi. Di mana terapi merupakan suatu proses pemberian bantuan untuk penyembuhan agar pasien dapat lebih mengontrol emosinya. Dalam hal ini informan terdiri dari 1 pimpinan cabang, 1 terapis dan 2 pasien yang menderita gangguan emosi. Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Sedangkan dalam pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara dan observasi yang diperoleh langsung dari sumber yang berhubungan dengan penelitian berupa catatan, rekaman dan data-data. Adapun hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi ruqyah ayar’iyyah di Bengkel Rohani Ciputat menggunakan metode langsung, yaitu pembacaan surat-surat al-Qur’an secara langsung dihadapan pasien yang menderita gangguan emosi. Adapun tahapan dalam pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah, terlebih dahulu pasien melakukan konsultasi dengan ustadz yang bertugas lalu dapat diketahui apa keluhan-keluhan pasien, sehingga dapat dilakukan tindakan terapi yang sesuai dengan keluhan pasien.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT, atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan untuk manusia mulia
sepanjang zaman yang telah mengangkat derajat manusia dari kebodohan
menjadi manusia penuh dengan akal, Nabi Muhammad SAW, yang dengan
perjuangannya sampailah Islam rahmatan lil ‘alamin berada dalam jiwa
penulis.
Dengan selesainya skripsi ini, begitu banyak orang-orang dibalik ini
semua yang telah memberikan dukungan, bantuan dan doa sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dan penulis ucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak Drs. Wahidin Saputera, MA, selaku pembantu dekan satu, dan
Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku pembantu dekan dua.
2. Bapak Drs. M. Lutfi, M.Ag, selaku ketua jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam dan sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan motivasi dan telah bersedia meluangkan waktunya selama
proses penyelesaian skripsi.
ii
3. Ibu Dra. Nasichah, MA, selaku sekretaris jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
5. Segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan pelayanan sehingga penulis dapat mencari sumber
buku yang dibutuhkan.
6. Kedua orang tua penulis, mamah Dedeh Fatimah dan Bapak Aminullah
bin Mastur yang tidak kenal lelah dan berhenti berjuang memotivasi
penulis agar menjadi orang sukses.
7. Kakak-kakak penulis, Wiwin Windaningsih dan Ferdiyansyah yang telah
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
8. Pihak Bengkel Rohani, yang telah mengizinkan penelitian di sana.
Kepada ustadz Rowi selaku pimpinan cabang, ustadz Nasrullah, dan
ustadz Andri yang telah meluangkan waktunya memberikan penjelasan
selama penelitian.
9. Hendra Maitrisna, sahabat terbaik penulis yang telah memberikan
motivasi, saran dan kritik yang positif selama penelitian berlangsung.
10. Teman-teman BPI angkatan 2006 yang diantaranya Wiwin, Ulfa,
Anis Thank You All atas segala motivasi, informasi dan nasihat dalam
pembuatan skripsi ini.
iii
11. Sahabat penulis, terutama Fina, Kurniadi, Rahmat, dan Wisnu yang
sudah ikut membantu dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan
penulis, serta masukannya yang bermanfaat.
Demikian sudah pembuatan skripsi ini walaupun penulis yakin
masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi, dan penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Dan terhadap semua pihak yang telah membantu
penulis semoga dapat menjadi amal shalih dan mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Amin.
Jakarta, 24 Mei 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAKS.…………………………………………………………...……i
KATA PENGANTAR…………………………………………..…………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………….…...iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………….…..1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………….4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………….……...4
D. Metodologi Penelitian…………………………………..5
E. Tinjuauan Pustaka……………………………………….8
F. Sistematika Penulisan..…………………………………...9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Terapi Ruqiyah Syar’iah……………………...………...11
1. Pengertian Terapi……………………...…………...11
2. Pengertian Ruqyah Syar’iyyah………...…………...12
3. Sejarah Ruqyah Syar’iyyah……..……….……...….13
4. Metode Terapi Ruqiyah Syar’iyyah…...…………...15
5. Ruqyah Syar’iyyah Sebagai Alternatif
Pengobatan (terapi)………………………………..25
B. Emosi…………………………...………………………27
1. Pengertian Emosi…………………………………..27
2. Macam-macam Gangguan emosi…………………..28
v
vi
3. Faktor Penyebab Gangguan Emosi…………….......31
BAB III GAMBARAN UMUM BENGKEL ROHANI
A. Sejarah dan Perkembangan……………………………34
B. Visi, Misi dan Tujuan…………………..……………..37
C. Pelayanan……………………………………………...38
D. Sarana dan Prasarana………………………………….40
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS
A. Identifikasi Subjek Penelitian……...…………………..41
B. Prosedur Pelaksanana Terapi Ruqyah Syar’iyyah……..43
C. Teknik Pelaksanaan Terapi Ruqiyah Syar’iyah
bagi Benderita Gangguan Emosi……………….……...45
D. Analisis...………………………………………………46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………….49
B. Saran…………………………………………………...50
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….51
LAMPIRAN………………………………………………………………53
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia pada dasarnya memiliki suatu pengalaman-pengalaman
yang disertai dengan nada perasaan (felling tones). Apakah pengalaman-
pengalaman yang berhasil dan sukses, ataupun pengalam yang tidak berhasil
atau gagal. Pengalaman yang berhasil dan sukses disifatkan oleh nada
perasaan yang menyenangkan, menggembirakan dan memuaskan.
Sebaliknya pengalaman-pengalaman yang tidak berhasil atau gagal
ditafsirkan oleh nada perasaan yang tidak menyenangkan, tidak
menggembirakan dan tidak memuaskan. Dan di sinilah emosi memegang
peranan amat penting dalam kehidupan manusia.
Emosi tampak jelas dalam ekspesi wajah, seperti: marah, cemas,
ketakutan, perasaan berdosa, malu, kesedihan, cemburu, iri hati, muak,
bahagia, bangga, lega, harapan dan haru.
Namun pada ganguan emosi dapat dipastikan pernah dialami oleh
setiap orang, ganguan emosi sudah bisa dipastikan sebagai penyakit-
penyakit yang menyebabkan seseorang merasa terganggu di karenakan
adanya konflik yang dialami begitu berat. Terlebih lagi apabila seseorang
sudah tidak bisa mengontrol emosi yang sedang dialaminya.1
Dan dalam penanganan ganguan emosi ini dapat dilakukan dengan
cara melakukan terapi yang dapat menekan atau meredakan gejolak emosi
1 Baihaqi dkk. Psikiatri, Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan, (Bandung :
Refika Aditama, 2005). h. 107.
1
2
seseorang. Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah terapi
penyembuhan menggunakan al-Qur’an dan as-Sunnah yang diajarkan oleh
Nabi.
DR. M. Solihin, M.Ag dalam bukunya menjelaskan bahwa terapi
(pengobatan) spiritual menjadi penting di era moderen sekarang ini, bahkan
beberapa ahli kedokteran jiwa meyakini bahwa penyembuhan penyakit
pasien atau klien dapat dilakukan dengan cepat jika menggunakan metode-
metode yang berdasarkan spiritual keagamaan, yaitu dengan
membangkitkan potensi batinnya atau spiritualnya, yang ada pada
hakikatnya menimbulkan kepercayaan diri, bahwa Tuhan yang Maha Esa
adalah satu-satunya kekuatan penyembuh dari penyakit yang dideritanya.2
Al-Qur’an adalah penyembuh yang sempurna untuk segala penyakit
hati dan jasmani. Penyakit dunia maupun akhirat. Pengobatan dengan al-
Qur’an sejatinya harus dilandasi dengan niat yang baik, keyakinan yang
mantap, keimanan, penerimaan yang penuh. Firman Allah SWT dalam surat
Al-Isra’ ayat 82:
⌦ ⌧ ☺
☺
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian” (Q.S. al-Isra’ : 82)
2 Solihin, Terapi Sufistik (Bandung : C. V. Pustaka Setia, 2004) cet. ke-1. h.36.
3
Apabila seorang hamba melakukan pengobatan dengan al-Qur’an
secara baik, niscaya ia akan melihat pengaruhnnya yang menakjubkan
dalam memberikan kesembuhan secara cepat. Demikian halnya dengan
ruqyah syar’iyyah yang diambil dari hadits-hadits Nabi SAW yang sah, ia
merupakan salah satu obat yang paling bermanfaat. Do’a, apabila tidak ada
faktor-faktor penghalang, merupakan sebab paling bermanfaat untuk
menghilangkan sesuatu yang diinginkan, karena itu ia juga merupakan salah
satu penyembuh yang paling bermanfaat.
Namun, sesungguhnya pengobatan dengan ruqyah syar’iyyah bisa
dilakukan dengan 2 syarat. Syarat yang pertama yaitu dari sisi pasien
apakah ia sungguh-sungguh dalam menghadapkan diri kepada Allah SWT,
berkeyakinan penuh bahwa al-Qur’an adalah penyembuh dan rahmatan bagi
orang-orang yang beriman. Syarat yang ke dua, yaitu dari sisi pelaku
ta’awudz dan nama-nama Allah adalah pengobatan rohani. Bila ia dibackan
oleh lidah orang-orang yang baik, niscaya kesembuhan akan diperoleh
dengan izin Allah Ta’ala”3
Jadi tidak diragukan lagi bahwa pengobatan dengan menggunakan
ruqyah syar’iyyah yang diambil dari al-Qur’an al-Karim dan riwayat yang
sah dari Nabi SAW, merupakan pengobatn yang sempurna.4
Berdasarkan latar belakang tersebut yang merupakan sarana yang
cukup efektif dalam proses terapi mengenai gangguan emosi. Atas dasar
itulah, maka penulis ingin melakukan penelitian secara mendalam dan
3 Said Bin Ali Bin Wahf Al-Qohtoni, Do’a-do’a dan Penyembuh Dengan Ruqyah dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. (Solo : Pustaka Amanah, 1997). h. 75.
4 Ibid., h. 82.
4
sekaligus dijadikan sebagai pembahasan skripsi dengan judul “Pelaksanaan
Terapi Ruqyah Syar’iyyah bagi Penderita Gangguan Emosi di Bengkel
Rohani Ciputat”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan
Mengingat Bengkel Rohani memiliki bermacam-macam layanan
seperti Ruqyah, bekam dan refleksi, maka penulis membatasi hanya pada
pelayanan pengobatan melalui terapi ruqyah. yaitu pelayanan terhadap
penderita gangguan emosi yang ditangani oleh pihak Bengkel Rohani
Ciputat.
2. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan pembahasan masalah di atas, dan agar hasil yang
diperoleh maksimal, maka penulis merumuskan masalah “Bagaimana proses
pelaksanan terapi ruqyah syar’iyah dalam menangani penderita gangguan
emosi di Bengkel Rohani Ciputat?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas maka
tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui bagaimana proses dalam
pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah dalam menangani penderita gangguan
emosi di Bengkel Rohani Ciputat”.
5
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan bagi umat Islam dalam cara pengobatan atau terapi Islami yang
telah diajarkan oleh Rasullullah SAW dalam menangani berbagai penyakit
dalam ini dikhususkan penyakit ruhiyah (jiwa).
b. Manfaat Praktis
Penelitian diharapkan dapat memberikan pengaruh positif atau
apresiasif terhadap terapi Islam khususnya ruqyah yang dimana hal ini dapat
dijadikan sebagai sebuah rujukan untuk menterapi pasien yang mengalami
gangguan emosi.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu
usaha mengungkap suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana
adanya sehinga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta.5 Jadi
gambaran dipaparkan secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari
obyek yang diselidiki pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak. Oleh karena itu dibutuhkan data-data yang sebagai penguat dalam
penelitian tersebut. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan
5 Hadari Hawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 2005), Cet. Ke-11, h.31.
6
bukan angka-angka.6 Data tersebut dapat berasal dari wawancara, observasi,
videotape, dokumentasi, dan lain-lain.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bengkel Rohani Ciputat, Jln. Ir. H.
Juanda No.2A Ciputat-Tangerang. Adapun waktu penelitian dilakukan pada
tanggal 12 April sampai dengan 23 Mei 2010.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berkaitan
dalam pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah terhadap penderita gangguan
emosi. Yaitu: Ustadz Andri selaku pimpinan cabang Bengkel Rohani
Ciputat, Ustadz Nasrullah selaku penterapi di Bengkel Rohani Ciputat, Ibu
Nur’aini selaku pasien penderita gangguan emosi dan ibu Sopiah selaku
orang tua dari pasien Badriani yang menderita gangguan emosi.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah proses pelaksanaan terapi riqyah
syar’iyah terhadap penderita gangguan emosi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh ketetapan data dan keakuratan informasi yang
mendukung dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data
melalui:
6 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), cet. ke-13, h.6.
7
a. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewe).7
Dalam penelitian ini wawancara ditunjukan kepada 1 pimpinan cabang, 1
terapis Bengkel Rohani Ciputat dan 2 pasien yang berhubungan dengan
gangguan emosi yaitu Ibu Nur’aini dan Ibu Sopiah.
b. Observasi
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.8
Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung di Bengkel
Rohani Ciputat untuk memperoleh data tentang proses terapi ruqyah
Syar’iyyah terhadap penderita gangguan emosi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang asal katanya berasal dari kata “dokumen” yang
artinya barang-barang yang tertulis.9 Dokumentasi datanya adalah berkas-
berkas yang terdapat di Bengkel Rohani Ciputat yang sesuai dengan
masalah yang diteliti.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, katagori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
7 Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
PT. Bina Aksara, 1989), cet. ke-6, h.128 8 Hawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, h. 100. 9 Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 131.
8
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.10
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Dengan menggambarkan hasil temuan di lapangan
mengenai proses terapi ruqiyah syar’iyah di Bengkel Rohani. Penulis
mencoba memaparkan data yang diperoleh dari berbagai sumber , yaitu
wawancara, observasi dan dokumentasi.
6. Teknik Penulisan Skripsi
Dalam teknik penulisan skripsi penulis menggunakan buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang
diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattullah
Jakarta, cetakan ke-2. selain itu penulis memperoleh arahan dari
pembimbing skripsi dan juga menggunakan buku-buku lain yang berkaitan
dengan teknik penulisan skripsi ini.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk melakukan judul skripsi penulis melakukan tinjauan pustaka
(Library Reserc) di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, dan buku-buku skripsi yang berkaitan dengan judul penulisan
skripsi penulis yang memberikan inspirasi untuk penulis dalam melakukan
penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini penulis
menemukan “Pelaksanaan Bimbingan Islam Melalui Terapi Ruqyah di
Pesanteren Yatama az-Zikra Depok yang disusun oleh Arief,
10 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 103.
9
102052025633, pada tahun 1427 H. / 2006M. Adapun dalam penelitian
tersebut peneliti menjelaskan bahwa pelaksanaan bimbingan Islam dapat
dilakukan dengan metode terapi ruqyah. Sedangkan dalam penelitian
penulis, membahas terapi ruqyah syar’iyyah untuk menangani penderita
gangguan emosi, bukan sebagai pelaksanaan bimbingan Islam.
F. Sistematika Penulisan
Dalam karya ilmiah ini, penulis menyusun sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfataat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Mengemukakan tentang Ruqyah syar’iyah, pengertian
ruqyah syar’iyyah, dan peranan ruqyah syar’iyyah dalam
pengobatan rohani. Selain itu juga mengemukakan tentang
Raja Grafindo Persada, 2006), h. 507. 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional : Balai Pustaka, 2005), h. 1180. 3 Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi. h. 407
11
12
bimbingan dan pengajaran dari Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, nabi
dan rasul-Nya, atau ahli waris para nabi-Nya”.4
Adapun dalam bahasa Arab istilah terapi dapat disamakan dengan
kata “isytisyfa’” yang berasal dari kata “syafa’-yasyfi’-syifa’” yang berarti
menyembuhkan.5 Dalam al-Qur’an menyebutkan:
⌦ ⌧
☺ ☺
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S. al-Isra’ : 82)
Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi adalah suatu proses pemberian
bantuan penyembuhan yang diperuntukan orang yang sedang sakit baik
sakit fisik maupun psikis orang tersebut bisa pulih.
2. Pengertian ruqyah syar’iyyah
Ruqyah dalam bahasa Arab artinya “al-audzah” atau “at-ta’wudz”
yaitu doa atau bacaan perlindungan. Pengertian ruqyah dalam istilah tidak
berbeda jauh dengan maknanya dalan bahasa Arab.6
Syaikh al-Bani mengatakan bahwa “ruqyah adalah bacaan yang
dibaca untuk meminta kesembuhan yang berasal dari al-Qur’an dan hadits
yang shahih. Adapun seseuatu yang diucapkan oleh sebagian orang berupa
4 Abdul Aziz Ahyudi, Psikologi Agama, (Bandung : Sinar Bintang, 1991), cet. Ke-
1, h. 156-157. 5 Ahmad Warsono Munawwir, Kamus al-Munawwir, Arab- Indonesia,
(Yogyakarta : Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1984), h. 782. 6 Musdar Bustaman Tambusai, Buku Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah Syar’iyyah
(Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2010), h. 259.
13
kalimat-kalimat bersajak yang tidak dipahami maknanya, kadang-kadang
merupakan kalimat kufur dan syirik, maka (ucapan seperti ini) dilarang”.7
Bila dilihat dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ruqyah
adalah bacaan atau doa yang dibacakan untuk memohon kesembuhan.
Namun, dari definisi ruqyah menurut Syaikh al-Bani terdapat dua unsur
yang bertolak belakang mengenai bacaan-bacaan yang dibacakan, yaitu
antara bacaan yang berasal dari al-Qur’an dan hadits dengan bacaan yang
mengandung kalimat kufur dan syirik. Oleh karena itu definisi ruqyah saat
ini tidaklah cukup untuk menjadi sebuah rujukan dalam pengobatan Islam
tetapi definisi ruqyah ditambahkan sebuah kalimat syar’iyyah yang
menggambarkan pengobatan Islam.
Jadi menurut istilah syariat Islam, ”ruqyah syar’iyyah adalah bacaan
yang terdiri dari ayat al-Qur’an dan hadits yang shahih untuk memohon
kepada Allah akan kesembuhan orang yang sakit”.8
3. Sejarah Ruqyah syar’iyyah
Merunut sejarah ruqyah merupakan salah satu metode pengobatan
yang cukup tua di muka bumi ini. Sebelum Islam datang, orang arab telah
mengenal nama ruqyah. Akan tetapi ruqyah yang dikenal dalam tradisi Arab
ketika itu adalah ruqyah (mantra) yang dibacakan oleh dukun-dukun (kahin)
yang mengandung syirik karena berisi pemujaan dan pemintaan tolong
kepada jin atau setan.
7 Ibid. 8 Hasan Basri, 53 Penjelasan Lengkap tentang Ruqyah, (Jakarta : Ghoib Pustaka,
2005), h. 17.
14
Oleh karena itu setelah Islam datang, para sahabat bertanya tentang
mantra yang pernah mereka praktikkan di zaman Jahilliyah. Auf bin Malik
al-Asja’i menceritakan , “Kami di zaman Jahilliyah pernah melakukan
ruqyah, lalu kami bertanya kepada Rasulullah, ‘Bagaimana pendapatmu
tentang itu, ya Rasulullah?’ Maka Rasulullah bersabda, “Perlihatkan kepada
saya ruqyah kalian itu. Tidak masalah dengan ruqyah selama ia tidak
mengandung syirik”.9
Islam adalah agama yang penuh dengan solusi, begitupun yang
diajarkan oleh Rasulullah kepada umatnya yang sedang mengalami berbagai
persoalan termasuk dalam masalah pengobatan dan salah satunya adalah
ruqyah, bahkan “Secara lansung, beliau pernah meruqyah istrinya, cucunya
dan sahabat-sahabat beliau yang lain, bahkan Rasulullah sendiri pernah
diruqyah oleh malaikat Jibril sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah kitab
shahih Muslim.”10
Dalam konterks ke-Indonesia-an, ruqyah syar’iyyah kurang begitu
mendapat perhatian. Doa-doa ruqyah memang dikenal dan dipelajari di
pasantren atau pengajian, akan tetapi dalam pengamalan dan praktiknya
terasa banyak bercampur dengan hal-hal yang bersifat bid’ah, khurafat dan
syirik. Sedikit sekali yang benar-benar sesuai dengan syari’at dan selaras
dengan akidah. Hal ini tidak begitu aneh, karena praktisi ‘pengobatan
dengan al-Qur’an” sering dilakoni oleh orang-orang yang tidak mengerti al-
9 Tambusai, Buku Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah Syar’iyyah, h. 261. 10 Ibid., h. 262.
15
Qur’an dan as-Sunnah, bahkan sama sekali tidak memahami apa yang
dibacanya.11
Di sisi lain, pengaruh budaya, keyakinan dan agama sebelumnya
sangat kuat. Aroma ajaran hindu, budha, dinamisme, animisme masih
tercium dalam praktek pengobatan yang dilakukan umat Islam Indonesia
saat ini. Hal ini menjadi tradisi atau budaya karena masih melekatnya
pemahaman bahwa pada benda-benda tertentu ada kekuatan,seperti batu, di
pohon, pada binatang tertentu, keris, tombak, sungai dan sebagainya
sehingga timbul penyembahan atau ritual untuk mengagungkannya.
4. Metode terapi ruqyah syar’iyyah
Adapun metode dalam pengertiannya adalah “Jalan yang harus
dilalui” untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari kata
“meta” yang berarti melalui dan “hedos” berarti jalan. Namun pengertian
hakiki dari “metode” adalah segala sasaran yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.12
Dalam penerapan terapi ruqyah syar’iyyah terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh terapis dan pasien, baik sebelum dilakukannya
terapi ruqyah syar’iyyah, syarat bagi seorang terapis, dan metode terapi
ruqyah syar’iyyah yang mencakup bacaan-bacaan ruqyah.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pelaksanaan terapi
ruqyah syar’iyyah, yaitu:13
a. Menyiapkan suasana yang kondusif untuk melakukan ruqyah.
11 Ibid., h. 263 12 Muhammad Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: PT. Golden Terayen Press), Cet. Ke-5, h.43. 13 Ibid., h. 297-320.
16
b. Membersihkan tempat ruqyah dari pelanggaran-pelanggaran
syariat.
c. Memberikan Taushiyah kepada pasien dan keluarganya tentang
akidah sehingga menghilangkan ketegangan mereka.
d. Mendiagnosa kondisi pasien dengan mengajukan beberapa
pertanyaan untuk mengetahui gejalanya.
e. Sunnah berwudhu bagi terapis dan pasien.
f. Wajib menutup aurat bagi wanita yang hendak di-ruqyah dan
menjaga semua kemungkinan auratnya akan terbuka saat
pengobatan.
g. Tidak boleh me-ruqyah seorang wanita tanpa didampingi suami
atau mahram-nya dan tidak boleh menyentuhnya tanpa alas tangan
(sarung tangan tebal).
h. Berdoa kepada Allah agar diberi pertolongan.
Sedangkan syarat bagi seorang terapis ruqyah syar’iyyah, yaitu:14
a. Beraqidah dengan aqidah salafus shalih, yaitu aqidah yang benar
dan bersih
b. Merealisasikan tauhid yang murni (tidak tercampur syirik) dalam
ucapan dan perbuatan.
c. Berkeyakinan bahwa ayat-ayat dan doa-doa punya pengaruh
kesembuhan dengan izin Allah semata.
d. Menjauhi hal-hal yang diharamkan, karena itu merupakan pintu
setan untuk mengganggu dan menyerang manusia.
14 Basri, 53 Penjelasan Lengkap tentang Ruqyah, h. 37-38.
17
e. Melaksanakan dan mendukung berbagai bentuk ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya.
f. Senantiasa memohon pertolongan dari Allah dan banyak berdzikir
dengan dzikir yang sudah diajarkan dan dicontohkan oleh
Rasulallah.
Dalam pelaksanaan terapi ruqyah, terapis meletakkan tangannya
dikepala pasien dengan membacakan ayat-ayat al-Qur’an secara tartil
denagn suara yang dapat didengar oleh pasien dan keluarganya (jika
didampingi), hal ini dilakukan agar jelas bahwa ayat-ayat yang dibacakan
benar-benar ayat yang diambil dari al-Qur’an dan doa-doa yang diajarkan
oleh Rasulullah bukan mantra yang mengandung syirik.
Adapun ayat-ayat yang menjadi bacaan ruqyah , yaitu:15
a. Isti’adzah
Yang merupakan permohonan berlindung kepada Allah dan juga
merupakan sebuah anjuran sebelum membaca al-Qur’an, Allah
SWT berfirman dalam surat an-Nahl ayat 28:
Artinya: “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (Q.S. an-Nahl : 28)
b. Lafadz basmallah
Sebagaimana lafadz Isti’adzah, ada yang bersifat umum yaitu
dibaca ketika akan melakukan suatu pekerjaan dan khusus yaitu
15 Tambusai, Buku Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah Syar’iyyah, h. 325-361
18
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.”
c. Surat al-Fatihah ayat 1-7
☺
☺
⌧
⌧ ☺
⌧ ☺ ⌧ ☺
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.(Q. S. al-Fatihah : 1-7 )
d. Surat al-Baqarah ayat 255, dan ayat 284-286.
⌫
☺
⌧
19
⌧ ☺
☺ ⌧ ☺
Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” (Q. S. al-Baqarah : 255).
☺
☺
⌧
☺
☺
⌧
☺
☺
⌧
⌧
20
☺ ☺⌧ ☺
☺
☺
⌧
Artinya: “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasul telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.” (Q. S. al-Baqarah : 284-286)
e. Surat al-A’raf ayat 54-56
☺
21
☺ ☺
⌧
☺
☺
☺
Artinya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam. Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q. S. al-A’raf : 54-56)
f. Surat al-Mukminun ayat 115-118
☺
☺
⌧
☺
⌧
22
Artinya: “Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia. Dan Barangsiapa menyembah Tuhan yang lain di samping Allah, Padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, Maka Sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah pemberi rahmat yang paling baik.” (Q. S. al-Mukminun : 115-118)
g. Surat ash-Shaaffat ayat 1-10
☺
☺ ☺
⌧
☺ ☺
⌧
⌧ ⌧
Artinya: “Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-
benarnya. Dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat). Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa. Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari. Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, Yaitu bintang-bintang. Dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari Setiap syaitan yang sangat durhaka.
23
Syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) Para Malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi Barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); Maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang” (Q. S. ash-Shaaffat : 1-10)
h. Surat ar-Rahman ayat 33-36
☺
☺
☺
☺ ⌧
☺
Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga Maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. ar-Rahman : 33-36)
i. Surat al-Hasyr ayat 21-25
⌧
⌧
☺
24
☺ ☺ ☺
⌧ ☺ ☺
☺
☺ ⌧
☺
Artinya: “Kalau Sekiranya Kami turunkan al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q. S. al-Hasyr : 21-25)
j. Surat al-Ikhlas
☺
Artinya: “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Q. S. al-Ikhlas : 1-4)
k. Surat al-Falaq
⌧
25
⌧
⌧
Artinya: “Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang
menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (Q. S. al-Falaq : 1-5)
l. Surat an-Naas
⌧
Artinya: “Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang
memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.” (Q. S. an-Naas : 1-6)
Namun ada beberapa catatan yang harus dijelaskan berkenaan
dengan ayat-ayat al-Qur’an yang digunakan untuk me-ruqyah, sebagai
berikut:
a. Tidak boleh meyakini bahwa ayat-ayat ini saja yang boleh dipakai
untuk ruqyah, tidak dengan ayat-ayat lain (artinya, jangan sampai
ada sikap membeda-bedakan satu ayat dengan ayat yang lain.
Semua ayat al-Qur’an berpotensi memberikan pengaruh
kesembuhan dengan izin Allah SWT.
26
b. Pengaruh atau reaksi yang terjadi karena bacaan ayat-ayat ruqyah
disebabkan kendungan ayat tersebut yang memuat (nilai-nilai)
tauhid, keikhlasan, pengharapan pada rahmat dan surga-Nya serta
rasa takut pada murka dan sansi-Nya.
c. Sebaiknya ayat-ayat ruqyah yang telah disebutkan atau ayat-ayat
lainnya dibaca secara berurutan sebagaimana susunannya dalam
al-Qur’an al-Karim.
d. Seorang terapi ruqyah harus melakukan variasi dengan memilih
ayat-ayat yang dibacakannya dengan tetap memastikan bacaanya
pada ayat-ayat ruqyah yang telah direkomendasikan tanpa
menanamkan keyakinan paa orang awam bahwa ini ayat ruqyah,
sedang yang lainnya bukan.
e. Sebaiknya ruqyah itu dengan membacakan ayat-ayat yang ma’tsur
dari Rasulullah.
f. Ayat-ayat ruqyah yang telah direkomendasikan oleh Rasulullah,
hanya akan memberikan pengaruh atau reaksi jika dibacakan
secara ikhlas dan terdengar oleh pasien yang diterapi. Bukan
ditulis, lalu ditempel atau digantung sebagai jimat.16
5. Ruqyah syar’iyyah sebagai alternatif pengobatan (terapi)
Sakit dapat digolongkan menjadi sakit fisik dan psikis. Melihat
adanya perbedaan yang sangat kontras antara keduanya maka perawatan dan
penyembuhannya juga sangat berbeda antara satu sama lain. Dalam
pengobatannya, seperti pada umumnya kita ketahui bahwa penyakit fisik
16 Ibid., h. 364.
27
dapat diobati dengan cara medis yang bersifat ilmiah dan logis, namun pada
hakikatnya penyembuhan medis hanya tertuju pada fisik, lalu bagaimana
dengan sakit non-fisik yang lebih dikenal gangguan kejiwaan yang bersifat
immateri atau tidak terlihat?, maka penyambuhannya pun tidak dapat
disembuhkan dengan hal-hal yang materi. Namun apabila diberikan
pengobatan secara medis hanya bersifat membantu saja.
Di Indonesia banyak sekali pengobatan dan cara penyembuhan yang
ditawarkan baik berupa medis ataupun non-medis. Dalam banyak kasus,
masyarakat Indonesia salah mengartikan suatu penyakit, apakah itu penyakit
medis atau non-medis. Seperti halnya anak yang demam dibawa ke
pengobatan alternatif karena takut kemasukan jin, padahal bila dilihat dari
gejalanya sakit seperti demam ini termasuk medis dan harus dibawa ke
Artinya: “Sesungguh Allah telah menurunkan penyakit dan obat demikian pula Allah menjadikan bagi tiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.”
Lalu bagaimana posisi ruqyah syar’iyyah dalam sistem
pengobatannya? Sistem pengobatan dan penyembuhan ruqyah syar’iyyah
banyak dijelaskan dalam as-Sunnah dan sebagian juga telah dijelaskan
dalam al-Qur’an, oleh karena itu ruqyah syar’iyyah termasuk dalam sistem
pengobatan Thibbun Nabawi.
Ruqyah syar’iyyah selain bertujuan untuk penyembuhkan, tetapi juga
mengajak pasien untuk lebih berserah diri kepada Sang pencipta yang
menurunkan penyakit dan hanya Dia lah yang bisa menyembuhkan. Dapat
28
dirumuskan bahwa “obat-obatan Ilahiyyah sasarannya pada fisik, psikis, dan
ruh. Obat jenis ini akan menghantarkan manusia pada ketenangan hati dan
keteguhan jiwa yang sering hilang sehingga menimbulkan penyakit fisik.
Obat-obatan Thabi’iyyah sasaranya pada fisik dan psikis saja.”17
Terhadap pasien yang mengalami gangguan kejiwaan (penyakit
psikis) selain mendapatkan pengobatan dari dokter spesialis jiwa sangat
dianjurkan pula untuk melakukan ruqyah syar’iyyah, sebab ayat-ayat al-
Qur’an dapat memberikan pengaruh positif terhadap syaraf dan kekebalan
tubuh pasien.18
B. Emosi
1. Pengertian emosi
Emosi adalah perasaan yang kita alami. Kita menyebut berbagai
emosi yang muncul dalam diri kita dengan berbagai nama seperti sedih,
gembira, kecewa, semangat, marah, benci, cinta. Sebutan yang diberikan
pada perasaan tertentu, mempengaruhi bagaimana kita berfikir mengenai
perasaan itu, dan bagaimana kita bertindak.19
Baihaqi dalam bukunya Konsep dasar Gangguan-gangguan
mengutip pernyataan Franken yang menjelaskan bahwa “emosi merupakan
hasil interaksi antara faktor subyektif (proses kognitif), factor lingkungan
(hasil belajar), dan faktor biologik (proses hormonal). Dengan kata lain,
17 Tambusai, Buku Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah Syar’iyyah, h. 258. 18 Ibid. 19 Rochelle Semmel Albin, Emosi, Bagaimana mengenal, menerima, dan
Mengarahkannya, 20 ed. (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2010), h. 11.
29
emosi muncul pada saat manusia berinteraksi dengan lingkungan dan
merupakan hasil upaya untuk beradaptasi dengan lingkungannya”.20
Sedangkan menurut Carr, “emosi adalah penyesuaian organis yang
timbul secara otomatis pada manusia dalam menghadapi situasi-situasi
tertentu”.21
Dari beberapa pengertian tentang emosi diatas tidak ada perbedaan
yang mencolok dalam menjelaskan pengertian emosi. Garis besar yang
dapat dipetik dari beberapa pengertian diatas, bahwasannya emosi adalah
suatu perasaan dari suatu pengalaman yang dihasilkan dari hubungan antara
individu dengan sekitarnya. Dan dari hasil hubungan itu melahirkan
perasaan-perasaan yang berkaitan dengan diri individu, baik itu senang,
sedih, gembira, ataupun marah.
2. Macam-macam gangguan emosi
Intensitas yang tidak dapat dikendalikan akan menjadi krisis apabila
ada potensi untuk melukai diri sendiri atau orang-orang lain. Pola-pola
emosi yang disebut terganggu karena terdapat afek yang tidak tepat, afek
yang terlalu kaku, ambivalensi, kecemasan, apati, depresi, kegembiraan,
ketidakstabila emosi, perasaan bersalah yang tidak rasional, dan mudah
tersinggung.22
Gangguan emosi ini memiliki berbagai macam bentuk yang
memiliki ciri-ciri tersendiri dari penderitanya. Adapun macam-macam
gangguan emosi yaitu:
20 Baihaqi, dkk, Psikiatri, Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan, (Bandung :
PT. Refika Aditama, 2005), h.105. 21 Nety Hartanti, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta : UIN Jakarta Press, t.t.), h. 94. 22 Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3, 5 ed. (Yogyakarta : Penerbit Kanisius,
2010), h. 262.
30
a. Euphoria
Yaitu emis yang menyenangkan dalam tingkatan yang sedang.
Gejalanya: optimis, percaya diri, riang gembira, merasa senang, dan
bahagia yang berlebihan.
b. Elasi
Emosi menyenangkan yang setingkat lebih tinggi dari euphoria.
Gejalanya: rasa senang dan percaya diri terbayang pada wajahnya.
Keadaanya mungkin menimbulkan rasa sedih dan tidak bahagia,
tetapi cendrung dikesampingkan. Elasi sering merupakan emosi yang
labil, sehingga mudah tersenggung.
c. Exaltasi
Yaitu elasi yang berlebih-lebihan, sering disertai dengan waham
kebesaran.
d. Ectasy
Yaitu emosi senang yang disertai dengan rasa hati yang aneh, penuh
kegairahan, perasaan aman, dan tenang. Merasa hidup baru kembali.
e. Anhedonia
Yaitu ketidakmampuan merasakan kesenangan, tidak timbul perasaan
senang dengan aktifitas yang biasanya menyenangkan.
f. Kesepian
Yaitu merasa diri ditinggalkan, merasa tidak memiliki kawan, merasa
tidak ada orang lain yang menyapanya.
31
g. Kedangkalan
Yaitu kemiskinan afek dan emosi secara umum. Afek atau emosinya
datar, tumpul, dan dingin.
h. Afek dan emosi yang tidak sesuai/ wajar
Yaitu gangguan emosi ditandai dengan jelas adanya perbedaan antara
sifat emosi yang ditunjukan dengan situasi yang menimbulkannya.
Menampakkan reaksi kesenangan atau kesedihan yang tidak patut
atau tak wajar dalam situasi tertentu.
i. Afek dan emosi labil
Berubah-ubah secara cepat tanpa pengawasan yang baik. Misalnya
tiba-tiba marah atau menangis.
j. Variasi afek dan emosi sepanjang hari
Perubahan emosi (afek) sejak pagi hari sampai malam hari. Misal
pada PMD, depresinya lebih kuat pada pagi atau siang hari dan
menjadi lebih ringan pada sore atau malam hari.
k. Afek yang terlalu kaku
Mempertahankan terus-menerus keadaan rasa hati sekalipun ada
rangsangan yang biasanya menimbulkan jawaban emosi yang
berlainan.
l. Ambivalensi
Ketidaktepatan perasaan atau emosi pada seseorang, benda atau
sesuatu hal.
m. Apati
32
Berkurangnya afek dan emosi terhadap sesuatu atau semua hal
disertai dengan perasaan terpencil dan tidak peduli.
n. Amarah
Suatu bentuk kemurkaan atau permusuhan yang sering dinyatakan
dalam bentuk agresif.
o. Depresi
Yaitu perasaan sedih tertekan. Gejala psikis: seduh, susah, tidak
berguna, gagal, putus asa, tak ada harapan. Gejala somatic: anorexsia,
kulit lembab, tekanan darah dan nadi turun, tidak semangat, sulit
tidur. Ada depresi yang disertai dengan penarikan diri dan ada pula
yang dengan kegelisahan dan agitasi.
p. Kecemasan (Ansietas)
Yaitu jawaban emosi yang sifatnnya antisipatif, jawaban awal
sebelum ada pertanyaan. Gejala psikis: perasaan gundah, khawatir,
gugup, tegang, cemas, taka man, lekas terkejut, emosi labil, mudah
tersinggung, apatis, perasaan salah tidak pada tempatnya. Gejala
somatic: keluar keringat dingin, sulit bernafas, gangguan lambung,
berdebar-debar, tekanan darah meninggi, dan sebagainya.23
3. Faktor penyebab gangguan emosi
Dalam kehidupan manusia, emosi memegang peranan yang amat
penting. Tanpa emosi, fungsi mental seseorang tidak dapat dipertahankan
dengan memuaskan. Jadi emosi sama dengan jantunganya jiwa. Kalau
jantungnya berhenti, jasmaninya akan mati. Kalau emosinya berhenti
23 Baihaqi, dkk, Psikiatri, Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan, h. 111-114.
33
berfungsi maka matilah jiwanya. Dengan demikian emosi, manusia
memiliki kekuatan yang maha hebat. Ia mampu mengaktifkan dan memberi
energi pada seluruh aktifitas manusia. Ia merupakan pemberi kekuatan,
kegairahan, semangat, kenikmatan, dan tenaga hidup. Namun demikian,
emosi juga dapat berfungsi sebaliknya, melemahkan dan menurunkan.
Dalam kaitanya dengan belajar, emosi juga mampu berperanmeningkatkan
dan mendorong aktivitas berfikir, kontrol diri, pemahaman moral, dan
bertindak bagi seseorang.
Kapan emosi mampu berperan sebagai pendorong atau penghambat
aktivitas manusia, sangat tergantung pada batas penerimaan masing-masing
individu. Jadi dalam batas-batas tertentu, emosi sangat bermanfaat bagi
aktifitas manusia, sedangkan batas-batas tertentu tersebut sifatnya subyektif
dan individual. Bilamana emosi tersebut sudah begitu keras malampaui
batas penerimaan atau nilai kritik individu (sehingga fungsi individu itu
tergganggu), maka dinyatakan emosinya terganggu. Mungkin sebagai
pendorong ataupun penghambat, tetapi sudah diluar kewajaran karena
sifatnya berlebihan.24
Emosi juga dapat dikatakan menjadi sebuah gangguan apabila tidak
memenuhi salah satu kriteria yang menunjukan emosi yang normal, yaitu
antara lain:
a. Emosi itu dapat diramalkan dan cocok yakni emosi itu berguna,
diharapkan, dan relevan dengan situasi stimulus.
24 Ibid., h. 107.
34
b. Emosi semestinya tidak berlangsung lama atau berhenti dengan
mendadak, mengingat sifat dan pentingnya keadaan yang
menimbulkan reaksi emosional.
c. Emosi yang diungkapkan tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu
kuat dalam hubungannya dengan situasi.25
Dapat disimpulkan bahwa gangguan emosi merupakan suatu
ungkapan rasa yang tidak tepat, dimana ada ketidak cocokan antara sifat dari
emosi yang diungkapkan dan situasi yang menyebabkannya.
25 Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3, h. 262.
BAB III
GAMBARAN UMUM BENGKEL ROHANI
A. Sejarah dan perkembangan
Sejarah pendirian Bengkel Rohani tidak bisa dipisahkan dari
pendirinya yaitu Ustadz Abu Aqila, yang bernama asli Sunarsi Sokiman.
Diawali dengan kepergian istri pertama beliau yang wafat pada tahun 1998
diakibatkan sihir setan dari golongan jin (sihir al-Hasadi) setelah
sebelumnya diperiksakan penyakit aneh tersebut ke RSCM dan para dokter
di sana tidak mampu mendeteksi penyakit itu (hasilnya negatif).
Sebelumnya meninggal mendiang istri tercinta, beliau sempat bertemu atas
petunjuk Allah Swt dengan KH. Kasman Sudja’i (alm.), tabib yang khusus
menangani secara islami orang yang terkena gangguan jin. Setelah ditangani
oleh kiai tersebut, gangguan jin di tubuh istri beliau dapat sembuh. Namun
karena fisiknya sudah terlanjur lemah, akhirnya ia wafat.
Dari peristiwa tersebut, Abu Aqila bertekad mendalami masalah
terapi gangguan jin. Motivasinya, agar kejadian yang menimpa istrinya
tidak terulang pada orang lain. Minimal dapat memberikan pelayanan dan
pengabdian kepada masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang Islami.
Antara 1998 hingga 1999 kurang lebih selama 4 bulan, sebelum KH. Sudja’i
wafat, beliau mempelajari terapi gangguan jin dari kiai tersebut. Hasil
belajarnya tersebut, kini beliau abadikan ke dalam buku “Kesaksian Raja Jin
– Meluruskan Pemahaman Alam Gaib dengan Syariat”. Saat ini buku
tersebut telah masuk kategori Best Seller.
34
35
Ustadz Abu Aqila lalu mengembangkan ilmu tersebut untuk
kepentingan pengobatan yang sesuai syariat Islam. Beliau juga melengkapi
pengetahuan pengobatannya dengan mempelajari ilmu bekam (al-Hijamah),
ilmu herbal, ilmu sistem aliran darah dan syaraf tubuh manusia. Ditambah
lagi dengan pengetahuan medis dan pengetahuan agama yang beliau
dapatkan dari Pondok Modern Gontor Darussalam. Kemudian beliau
membuka praktik pengobatan dan terapi kesehatan yang menyeluruh secara
islami, baik jasmani maupun rohani sejak tahun 2000. Baru pada 6 Juli 2003
praktik pengobatan tersebut dilegalkan dengan nama Bengkel Rohani.
Alasan pemilihan nama Bengkel Rohani karena mobil, motor, atau
sepeda saja perlu direparasi dan dirawat di bengkel agar selalu berada dalam
kondisi baik dan tidak rewel (bolak-balik rusak), apalagi manusia yang
Allah Swt. ciptakan sebagai “produk” paling mutakhir.
Kata Bengkel berarti setiap pasien yang datang ke Bengkel Rohani
perlu disehatkan. Mungkin ada “onderdil”-nya yang sudah mulai usang atau
keropos, dan lain-lain. Pada prinsipnya semua manusia rawan terkena
penyakit, dan bila seseorang sudah terkena penyakit harus segera disehatkan
kembali melalui satu institusi penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan
bernama Bengkel Rohani.
Sedangkan kata Rohani berarti dalam proses penyembuhan atau
penyehatan, maka rohani atau jiwanya yang terlebih dahulu harus ditangani
karena di antara bagian-bagian tubuh lainnya ia paling berpengaruh. Mulai
dari keyakinan dan tawakal orang yang bersangkutan kepada Allah Swt. saat
menghadapi penyakit, penyadaran kebiasaan hidup sehat yang islami,
36
keyakinan memilih cara pengobatan yang syar’i (sesuai syariat Islam), dan
sebagainya. Setelah itu, barulah ditangani kesehatan fisik atau medisnya
untuk disembuhkan atau disehatkan.
Di tahun pendiriannya, tahun 2003, Bengkel Rohani telah
menyatakan diri sebagai Islamic Health Maintenance Organization
(Organisasi Perawatan Kesehatan secara Islami) yang melayani jasa terapi
kesehatan menyeluruh, baik jasmani maupun rohani.
Secara umum perkembangan Bengkel Rohani dan perkembangan
pasiennya telah meningkat pesat mulai dari awal pendiriannya. Baru pada
bulan-bulan belakangan ini perkembangan jumlah pasien terlihat stabil.
Karena bila pasien yang datang terlalu banyak Bengkel Rohani menjadi
kewalahan. Ini pernah terjadi di bulan-bulan berikutnya setelah pendirian
Bengkel Rohani, yaitu jumlah pasien per hari bisa mencapai 100 orang lebih
kalau tidak distop. Cara efektif untuk mengatasi membludaknya jumlah
pasien, kami secara bijaksana membatasi jumlah maksimal pasien pada hari
yang bersangkutan
Perkembangan institusi Bengkel Rohani terus meningkat. Di masa
mendatang Bengkel Rohani masih menggagas rencana-rencana besar ke
depan, seperti perluasan cabang-cabang baru, peningkatan kualitas
pelayanan, produk-produk obat baru, buku baru, pelatihan, dan lain-lain. Hal
ini sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan solusi
pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit yang menyeluruh dan
islami secara murah dan mudah dijangkau.
37
Hubungan Bengkel Rohani dengan masyarakat sekitar cukup baik,
bahkan masyarakat memberikan sambutan positif tentang keberadaan dan
kiprah Bengkel Rohani, mulai dari datang berobat, tanya-jawab di televisi
dan beberapa media cetak (tabloid, dll.), liputan oleh beberapa stasiun
televisi swasta dan media cetak (majalah, diggest magazine, dan tabloid).
B. Visi, Misi dan Tujuan
Sebagai sebuah lembaga pengobatan, Bengkel Rohani juga
mempunyai visi, misi dan tujuan agar pelayanan dan pengobatan yang
diberikan dapat tercapai dengan sukses. Adapun visi, misi, dan tujuan
Bengkel Rohani yaitu:1
1. Visi
Visi adalah sebuah gambaran yang mencakup cita dan tujuan yang
ingin diwujudkan. Bengkel Rohani mempunyai tekad untuk
menyeimbangkan 2 unsur yang ada pada diri manusia, maka atas dasar
tersebut Bengkel Rohani mempunyai visi:
“Sehat Jasmani, Sehat Rohani”.
2. Misi
Untuk mencapai sebuah visi yang dimiliki maka Bengkel Rohani
mempunyai misi sebagai berikut:
a. Memberikan solusi menyeluruh untuk pemeliharaan kesehatan dan
penyembuhan penyakit yang ada di masyarakat dengan pola
pengobatan yang islami (pengobatan ala Nabi Saw.)
1 Ibid.
38
b. Meluruskan pemahaman tentang Islam dan alam gaib yang terjadi di
masyarakat, baik melalui ceramah, seminar, bedah buku, konseling,
penyebaran buku dan produk kreatif Bengkel Rohani, dan lain-lain.
3. Tujuan
Tujuan pendirian Bengkel Rohani termotivasi oleh maraknya
pengobatan alternatif yang dilakukan para kiai, dukun, dan paranormal.
Dalam pengobatannya, dukun dan paranormal menggunakan lafaz ajaran
tradisi sebagai mantranya, sedangkan kiai kebanyakan menggunakan ayat-
ayat al-Qur`an. Namun semuanya menjadi rancu dan sulit dibedakan siapa
yang menjadi paranormal, dukun, dan kiai. Apalagi adanya banyak iklan
“kiai” yang ahli pasang susuk dan bahkan membuka pelatihannya.
Dengan maraknya pengobatan alternatif yang tidak sesuai dengan
syariat Islam dan banyak dilakukan paranormal dan dukun yang juga banyak
mengatasnamakan Islam, serta adanya keinginan masyarakat mendapatkan
terapi gangguan jin dan penyembuhan penyakit secara islami itulah, ustadz
Abu Aqila lalu membuat klinik syariah Bengkel Rohani.
C. Pelayanan
Adapun pelayanan sebagian besar yang ada di Bengkel Rohani
berbasis pada pengobatan cara Islam, yaitu:
1. Terapi gangguan jin dan depresi,
2. Konsultasi pribadi dan keluarga,
3. Jasa psikiater,
4. Pelatihan pembinaan aqidah & terapi gangguan jin dan depresi (SSQ),
39
5. Terapi Bekam (al-Hijamah),
6. Obat-obatan herbal,
7. Produk-produk kreatif lainnya (buku, VCD spiritual religius, dll.).
Selain pelayanan yang berbasis pada terapi Islami, Bengkel Rohani
juga mengadakan program pelatihan dan dakwah yang bertujun untuk
mencetak kader-kader yang berbasis pada al-Qur’an dan as-Sunnah, adapun
program tersebut antara lain:
1. Training terapi ruqyah syar’iyyah,
2. Training terapi hijamah/ bekam,
3. Training iridiologi dan psikologi,
4. Pengajian bulanan Bengkel Rohani
5. Pengajian bulanan Ta’aruf center Bengkel Rohani
6. Lembaga Tahsin Qiro’ah al-Qur’an Bengkel Rohani
Adapun jadwal pelayanan yang diadakan di Bengkel Rohani
adalah sebagai berikut:2
Tabel I.
Jadwal Pelayanan Ruqyah Bengkel Rohani Ciputat
No. Nama Ustadz Waktu Hari Keterangan
1 Ust. Nasrullah 09.00 s.d. 21.00 WIB Senin Langsung 2 Ust. Nasrullah 09.00 s.d. 21.00 WIB Selasa Langsung 3 Ust. Nasrullah 09.00 s.d. 21.00 WIB Rabu Langsung 4 Ust. Nasrullah 09.00 s.d. 21.00 WIB Kamis Langsung 5 Ust. Nasrullah 09.00 s.d. 21.00 WIB Jum'at Langsung 6 Ust. Nasrullah 09.00 s.d. 21.00 WIB Sabtu Langsung 7 Ust. Abu Aqila 09.00 s.d. 21.00 WIB Ahad Langsung
2 Ibid.
40
D. Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung pelaksanan kegiatan sebuah lembaga pengobatan
maka Bengkel Rohani memiliki sarana dan prasarana yang harus diadakan
agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar. Adapun sarana dan prasarana
yang terdapat di Bengkel Rohani mencakup:
1. Meja resepsionis untuk pendaftaran pasien.
2. Ruang konsultasi yang digunakan untuk mengidentifikasi keluhan
pasien.
3. Ruang bekam, yang terdiri dari 2 ruang untuk akhwat dan ikhwan.
4. Ruang refleksi.
5. Ruang terapi ruqyah.
6. Mushola.
7. Kantin.
8. Ruang ber-AC
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN
A. Identifikasi Subjek Penelitian
Untuk memperkuat hasil penelitian, penulis melakukan wawancara
kepada subjek yang berhubungan langsung dengan terapi ruqyah syar’iyyah
bagi penderita gangguan emosi. Adapun subjek penelitian itu adalah:
1. Pimpinan Cabang
Usatadz Andri Sulaiman, sekarang ini menjabat sebagai pimpinan
cabang Bengkel Rohani Ciputat sejak 4 mei 2010, sebelumnya beliau
menjadi pimpinan cabang Bengkel Rohani Bekasi dari tahun 2005. Beliau
kelahiran 30 November 1979 sekarang tinggal di Setia Kawan, Bekasi
Timur. Sebelumnya beliau hanya seorang pencuci alat bekam di Bengkel
Rohani namun berkat ketekunannya kemudian beliau diperbantukan untuk
terapi bekam lalu diperbantukan lagi untuk menangani konsultasi pasien
yang juga menjabat sebagai piminan cabang.
2. Terapis
Ustadz Nasrullah, Ustadz yang menangani terapi ruqyah ini
kelahiran Jakarta 15 Maret 1975, sekarang tinggal di Gandul, pangkalan jati
baru di Rt 03 Rw 02 No.49A dan sekarang sudah dikaruniai tiga orang anak.
Beliau bergabung di Bengkel Rohani semenjak bulan Maret 2010,
sebelumnya beliau bekerja sebagai guru privat dan guru TPA (Taman
Pendidikan al-Qur’an) karena beliau lulusan MTs di daerah Gundul. Beliau
sebelumnya tidak punya pembekalan tentang pengobatan terapi ruqyah,
41
42
namun beliau sering mengobati para tetangganya dengan menggunakan
bacaan-bacaan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, barulah
belakangan ini beliau mengetahui bahwa pengobatan tersebut bernama
terapi Ruqyah Syar’iyyah.
3. Pasien
a. Ibu Nur’aini
Ibu rumah tangga yang berusia 33 tahun dan sudah dikaruniai 2 orang
anak yang berusia 12 tahun dan 4 tahun. Beliau sudah 2 kali diruqyah,
sebelumnya beliau divonis menderita kangker otak, sehingga beliau
mengalami syok yang berakibat gangguan emosi, terlebih lagi apabila beliau
menghadapi putrinya yang berusia 12 tahun maka emosinya mudah
meledak-ledak, karena beliau merasa cemas dan takut putrinya terjebak
dalam pergaulan bebas.
Dalam hal ini Ibu Nu’aini mengalami gangguan emosi yang disebut
kecemasan (Ansietas) dimana emosi yang bersifat antisipatif, jawaban awal
yang sebelum ada pertanyaan. Padahal apabila dirujukan pada salah satu
kriteria emosi yang normal, emosi yang diungkapkan tidak terlalu lemah
dan juga tidak terlalu kuat dalam hubungannya dengan situasi.1
b. Ibu Sopiyah
Merupakan Ibu dari Badriahni, pasien penderita gangguan emosi.
Badriah untuk saat ini belum bisa diwawancarai secara langsung
dikarenakan masih belum bisa berbicara terlalu banyak. Badriah gadis
berusia 31 tahun, yang kesehariannya di rumah saja merupakan pasien