Top Banner
LAPORAN KEGIATAN TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN PADA PSIKOGERIATRI:TERAPI SENI MUSIK MENYANYI TAHUN AKADEMIK 2014 - 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Psikogeriatrimerupakan suatu pendekatan integrative adaptasi di kemudian hari.Dengan demikian, masalah dan perkembangan kehidupan selanjutnya harus dilihat dari bio-psiko-perspektif sosial-ekonomi, spiritual, lingkungan, psikologis, dan faktor biologis.Gejala penyakit psikogeriatri harus di pahami dengan mempertimbangkan gejala tertentu, kepribadian individu, sosial dan lingkungan budaya, dan reaksi psikologis individu peristiwa kehidupan tertentu.
40

Terapi Musik Gerontik

Dec 27, 2015

Download

Documents

Indah Gusraini

Proposal dan SAP terapi aktivitas kelompok untuk lansia
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Terapi Musik Gerontik

LAPORAN KEGIATAN

TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN PADA

PSIKOGERIATRI:TERAPI SENI MUSIK MENYANYI

TAHUN AKADEMIK 2014 - 2015

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang

diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada

akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari

sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan

progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat

irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.

Psikogeriatrimerupakan suatu pendekatan integrative adaptasi di kemudian

hari.Dengan demikian, masalah dan perkembangan kehidupan selanjutnya harus

dilihat dari bio-psiko-perspektif sosial-ekonomi, spiritual, lingkungan, psikologis,

dan faktor biologis.Gejala penyakit psikogeriatri harus di pahami dengan

mempertimbangkan gejala tertentu, kepribadian individu, sosial dan lingkungan

budaya, dan reaksi psikologis individu peristiwa kehidupan tertentu.

Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu: masa kanak-kanak, masa

remaja, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun

psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik fisik maupun

psikis.

Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan

bersifat individual baik secara fisiologis maupun patologis, karena banyak

dipengaruhi oleh riwayat maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait

dengan faktor biologis, psikologis, spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan

sosial. Perubahan struktur dan penurunan fungsi sistem tubuh tersebut diyakini

memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan homeostasis sehingga

Page 2: Terapi Musik Gerontik

lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia misalnya: stroke,

Parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada kematian. Penuaan patologis dapat

menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma, penyakit

kronis, atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh

individu. Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu,

selanjutnya dapat terjadi akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila

menimbulkan penyakit fisik.

Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang

diperlukan suatu instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk

mengevaluasi kondisi lansia, sehingga mudah untuk menentukan program terapi

selanjutnya. Tetapi tentunya parameter tersebut harus disesuaikan dengan kondisi

lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini sangat individual sekali, dan

apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam

keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai

harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana konsep dan pelaksanaan terapi modalitas keperawatan pada klien

psikogeriatrik : terapi seni musik menyanyi?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Setelah mendapatkan terapi selama 1-2 jam klien mampu melakukan

kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan

kemampuan mengekspresikan, mengungkapkan isi hati dan peningkatan

kepercayaan diri.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Membantu klien mengekspresikan isi hati dengan menyanyikan lagu-lagu

kesenangan.

2. Mengembangkan minat dan bakat dari klien.

3. Mengembangkan kreatifitas,ekspresi dan kepercayaan diri klien.

4. Meningkatkan sosialisasi antar individu.

Page 3: Terapi Musik Gerontik

1.4 Manfaat

1.4.1 Praktis

Perawat dapat memberikan informasi dan wawasan baru dalam upaya

menjalankan asuhan keperawatan pada lansia.

1.4.2 Teoritis

Penggunaan musik sebagai ungkapan perhatian dan suatu terapi tambahan

bagi konseling pastoral melibatkan integrasi dari beberapa disiplin sejarah:

pendidikan musik, pelayanan musik, dan terapi musik. Terapi musik merupakan

yang paling muda dari ketiga bidang ini dan yang langsung berhubungan dengan

aplikasi klinis musik.Kata “terapi” dalam konteks ini berarti lebih daripada

sekadar “penyembuhan suatu penyakit”.Di zaman stres, penuh keraguan, penuh

perpecahan, putus asa, dan kekalahan ini, musik dapat disebut sebagai terapi

untuk menstimulasi, memulihkan, menghidupkan, mempersatukan, membuat

seseorang peka, menjadi saluran, dan memerdekakan.Terapi musik memiliki suatu

kapasitas yang unik dan mapan sehingga memungkinkan terjadinya perubahan

hidup.

Page 4: Terapi Musik Gerontik

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya

penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan

secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.

Masalah-masalah yang menyertai lansia :

1. Ketidak berdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain.

2. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola

hidupnya.

3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal

atau pindah 

4. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengawasi waktu luang yang

bertambah banyak.

5. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.

6. Peningkatan stressor, diakibatkan oleh : hemiplegic, deficit sensorik,

hospitalisasi, kesulitan bicara, kehilangan anak dan teman dan cara kerja yang

tidak bisa dilakukan sebagaimana waktu dahulu.

7. Post power sindrom, keadaan mal adjustment mental dari edudukan seseorang

yang mempunyai kedudukan dari ada menjadi tidak ada dan menunjukkan

gejala frustasi, depresi dan lainnya.

Proses penuaan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal.

Proses penuaan dibagi menjadi dua yaitu :

1. Proses penuaan primer : adalah proses penuaan yang berlangsung secara

wajar tanpa pengaruh dari  luar.

2. Proses penuaan sekunder : adalah proses penuaan yang dipengaruhi oleh

stress psikis, sosial serta kondisi lingkungan.

Psikogeriatri merupakan suatu pendekatan integrative adaptasi di

kemudian hari. Dengan demikian, masalah dan perkembangan kehidupan

selanjutnya harus dilihat dari bio-psiko-perspektif sosial-ekonomi, spiritual,

lingkungan, psikologis, dan faktor biologis. Gejala penyakit psikogeriatri harus di

Page 5: Terapi Musik Gerontik

pahami dengan mempertimbangkan gejala tertentu, kepribadian individu, sosial

dan lingkungan budaya, dan reaksi psikologis individu peristiwa kehidupan

tertentu.

Ciri-ciri pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :

1. Keterbatasan fungsi tubuh, dengan makin meningkatnya usia.

2. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degenerative.

3. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :

- Ketergantungan pada orang lain

- Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan

4. Hal yang menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga

membawa lansia kearah  kerusakan  / kemerosotan (deteriorisasi) yang

progresif terutama aspek psikologis yang mendadak. Misal : panik, bingung,

apatis dan depresif biasanya berasal dari stressor psikososial yang berat :

kematian pasangan hidup dan keluarga, berurusan dengan hukum dan trauma

psikis.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia.

Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat

menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang

dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah

sebagai berikut:

1) Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi

fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga

berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin

rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa

lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat

menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial,

yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang

lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat,

maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik

maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi

kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur

Page 6: Terapi Musik Gerontik

cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara

seimbang.

2) Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan

dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan

metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya

prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu

makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi,

golongan steroid, tranquilizer. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:

- Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia

- Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh

tradisi dan budaya.

- Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

- Pasangan hidup telah meninggal.

- Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa

lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

3) Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan

perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)

meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,

tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami

perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.

Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian

lansia sebagai berikut:

- Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini

tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

- Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa

Page 7: Terapi Musik Gerontik

lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada

dirinya.

- Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya

sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu

harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup

meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi

jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

- Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah

memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak

keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga

menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

- Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini

umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang

lain atau cenderung membuat susah dirinya.

4) Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal

pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua,

namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering

diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan,

status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih

tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga

di atas. Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah

lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam

menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut

kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang

seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut

sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun

negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan

mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif

sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-

kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja

atau tidak dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara

Page 8: Terapi Musik Gerontik

berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan

pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar

tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan

setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang

sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara

berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan

macamnya. Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat

hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping

pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup

menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan

bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan

berkurang dan sebagainya.

5) Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan

sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.

Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan

kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu

sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama

yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.

Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi

dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah

menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta

merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya

seperti anak kecil. Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada

umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya

ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu,

cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care)

dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya

keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup

namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam

perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

Page 9: Terapi Musik Gerontik

Macam-macam Terapi Lansia

1) Terapi Modalitas

Pengertian

Terapi modalitas adalah Kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang

bagi lansia.

Tujuan

- Mengisi waktu luang bagi lansia

- Meningkatkan kesehatan lansia

- Meningkatkan produktifitas lansia

- Meningkatkan interaksi sosial antar lansia

Jenis Kegiatan :

a. Psikodrama

Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih

sesuai dengan masalah lansia.

b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,

bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk

terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan fasilitator.

Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.

c. Terapi Musik

Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah

hidup dan dapat mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong,

musik dengan gamelan.

Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para

pendengar yang mendengarkan maupun bagi pemusik yang

menggubahnya.Kualitas dari musik yang memiliki andil terhadap

fungsi-fungsi dalam pengungkapan perhatian terletak pada struktur dan

urutan matematis yang dimiliki, yang mampu menuju pada

ketidakberesan dalam kehidupan seseorang.Peran sertanya nampak

dalam suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat

menghasilkan integrasi pribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan

roh.Bagi penyanyi dalam sebuah kelompok, musik memberikan suatu

Page 10: Terapi Musik Gerontik

komunikasi yang intim dan emosional antara pemimpin dan anggota

kelompok secara individu, juga antara anggota itu sendiri, dan masih

terjadi ketika hubungan antarpribadi itu menjadi terbatas dan

pecah.Musik dapat mempersatukan suatu kelompok yang beraneka

ragam menjadi suatu unit yang fungsional.Fungsi musik sebagai

ungkapan perhatian dapat dilihat ketika musik dialami sebagai suatu

pemberian dari orang-orang yang kelihatannya tidak memiliki apa-apa.

1) Musik sebagai Terapi dan Ungkapan Perhatian

Penggunaan musik sebagai ungkapan perhatian dan suatu terapi

tambahan bagi konseling pastoral melibatkan integrasi dari beberapa

disiplin sejarah: pendidikan musik, pelayanan musik, dan terapi musik.

Terapi musik merupakan yang paling muda dari ketiga bidang ini dan

yang langsung berhubungan dengan aplikasi klinis musik.Kata “terapi”

dalam konteks ini berarti lebih daripada sekadar “penyembuhan suatu

penyakit”.

Di zaman stres, penuh keraguan, penuh perpecahan, putus asa, dan

kekalahan ini, musik dapat disebut sebagai terapi untuk menstimulasi,

memulihkan, menghidupkan, mempersatukan, membuat seseorang

peka, menjadi saluran, dan memerdekakan.Terapi musik memiliki suatu

kapasitas yang unik dan mapan sehingga memungkinkan terjadinya

perubahan hidup.Musik merupakan bagian dari musik temporal, yaitu

bahwa musik hadir dalam tari dan drama.Musik mengandung kumpulan

yang sistematis dan teratur dari berbagai komponen suara irama,

melodi, dan keselarasan untuk dapat dilihat dan dinikmati. Musik,

seperti bentuk seni lainnya, merupakan ekspresi yang penuh gaya.

Musik melibatkan pengelolaan serta keterampilan dari materi artistik

sehingga dapat menyajikan atau mengomunikasikan suatu hal tertentu,

gagasan, atau keadaan perasaan.

Musik dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang: sejarah, teori,

filsafat, estetika, atau fungsional. Musik yang fungsi utamanya lebih

bersifat sosiologis atau psikologis daripada estetika murni disebut

musik fungsional. Dengan perkataan lain, ketika musik digunakan

Page 11: Terapi Musik Gerontik

dengan tujuan utama lebih menitikberatkan pada musiknya, maka saat

itu berarti musik telah digunakan secara fungsional. Penggunaan musik

secara estetika, di pihak lain, merupakan “musik demi musik belaka”

atau “musik demi kepuasan artistik”.Sebenarnya, pada batas tertentu

kebanyakan musik memiliki kedua fungsi tersebut sehingga suatu

klasifikasi yang eksak kadang-kadang sulit diperoleh.

Suatu pembedaan seharusnya dibuat antara penggunaan musik secara

terapis yang dibawakan dalam wujud informal dan tanpa bentuk dengan

penggunaan terapi musik sebagai suatu dimensi khusus dari suatu cara

terapi yang terintegrasi. Mula-mula pengalaman musikal dapat dipilih

sendiri oleh pasien atau diusulkan oleh terapis, mungkin dapat juga

dilakukan dengan memasukkan aktivitas-aktivitas seperti berperan serta

dalam paduan suara gereja atau koor umum, menghadiri pagelaran

musik, ikut pelajaran musik, dan lain-lain.Ini mengingat terapi musik

formal sering menggunakan irama sederhana dan instrumen perkusi

yang dapat dimainkan oleh hampir setiap orang.

Dalam sebuah klinik, seseorang dapat juga memperoleh pengalaman

musikal dengan “nilai terapetis” yang tidak berupa terapi musik

formal.Misalnya, mereka dapat berpartisipasi dengan nyanyi bersama

dalam acara rekreasi, mendengarkan rekaman musik yang inspiratif,

atau menyanyikan lagu pujian di sisi tempat tidur pasien.Di pihak lain,

terapi musik sebagai disiplin saintifik, menyangkut pemanfaatan secara

hati-hati dan sengaja dari semua dinamika mendalam dan potensial

yang berhubungan dengan pengalaman musikal, termasuk memilih,

memasang, dan memainkan musik itu sendiri, selain hubungannya

dengan interaksi antara terapis dan pasien.

Dalam arti yang lebih formal, terapi musik dapat dijabarkan sebagai

suatu aktivitas kelompok secara umum dari lingkungan pergaulan

terapetik dalam bentuk kelompok nyanyi, koor atau ensambel musik,

dan kelas apresiasi musik atau secara perseorangan dapat ditujukan

kepada pasien tertentu berdasarkan kebutuhan terapi mereka yang unik

dan kecakapan dalam bentuk vokal atau latihan instrumen dan teori

Page 12: Terapi Musik Gerontik

musik dan pelajaran komposisi.Pilihan materi musik, medium musik,

tingkat kompleksitas, dan sasaran terapetik merupakan keputusan dan

kesepakatan antar terapis, dan antara terapis musik dan pasien. Seperti

dalam semua cara terapi, terapi musik menyangkut penilaian terhadap

pasien, aktivitas yang akan dilakukan (termasuk sasaran), pengalaman

terapetik, dan evaluasi.Kadang-kadang terapi musik dapat digabungkan

secara efektif dengan aktivitas seni lain yang kreatif, misalnya menari,

psikodrama, puisi dan tulisan kreatif, melukis dan membuat patung, dan

bermacam bentuk terapi pertukangan (kerajinan tangan, perkayuan, dan

hortikultura). Selanjutnya, setiap terapi tambahan dapat menjadi

kapasitas yang unik untuk menstimulasi dan mengaktualisasikan

potensi kreatif yang dimiliki individu. Secara psikologis, semua bentuk

ekspresi artistik memiliki kapasitas untuk memberi kepuasan kebutuhan

akan ego dasar dari individu, terutama untuk merasa memiliki,

mencapai, mengungguli, memuja, memimpikan, mengasihi dan

dikasihi, dan mengembangkan suatu citra diri yang positif.Terapi musik

menempati posisinya yang kuat di antara terapi- terapi seni kreatif

karena beberapa alasan.Pertama, musik secara tradisional dan secara

benar disebut sebagai “bahasa universal”. Setiap kultur memiliki tradisi

musikal yang mencakup seluruh bidang kehidupan agama, sosial,

estetika, dan komersial. Kedua, musik merupakan seni yang serba guna

dan dapat diperoleh. Hampir setiap orang dapat terlibat dalam aktivitas

musik dengan kadar kemampuan yang sama. Akhirnya yang ketiga,

musik, terutama musik vokal dengan campuran musik dan puisi,

mampu mengekspresikan dan membangkitkan seluruh tangga nada

emosi, nilai-nilai, aspirasi, serta pengalaman manusia.

2) Musik sebagai Terapi Tingkah Laku

Terapi musik lebih dari sekadar penghiburan; lebih daripada sekadar

pengalaman yang mendidik atau suatu aktivitas sosial, walaupun pada

batas tertentu berfungsi sebagai penghiburan, bersifat mendidik, dan

maksud-maksud sosial.Secara teknis, terapi musik telah didefinisikan

sebagai “suatu sistem yang telah dikembangkan secara maksimal untuk

Page 13: Terapi Musik Gerontik

menstimulasi dan mengarahkan tingkah laku untuk mencapai sasaran

terapi yang benar-benar jelas”. Salah satu penyajian yang terbaik dan

paling singkat dari kerangka konseptual ini adalah yang diberikan oleh

William Sears dalam makalahnya yang berjudul “Proces in Music

Therapy”.

Manfaat terapi musik menyanyi

Musik memberikan pengalaman di dalam struktur

Sasarannya ialah untuk memperpanjang komitmen kepada aktivitas, untuk

membuat aneka ragam komitmen, dan menumbuhkan kesadaran akan

manfaat yang diperoleh. Dengan cara yang tidak memaksa, musik menuntut

tingkah laku yang sesuai dengan urutan waktu, realitas yang teratur,

kecakapan yang teratur, dan pengaruh yang teratur. Musik menimbulkan

gagasan dan asosiasi ekstramusikal.

Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri

Pengalaman memengaruhi sikap, perhatian, nilai-nilai, dan pengertian

seseorang. Sasaran harus memberikan kepuasan sehingga seseorang akan

berusaha untuk memperoleh lebih banyak pengalaman serupa yang aman,

baik, dan nikmat. Musik menyediakan kesempatan untuk ekspresi diri dan

untuk memperoleh kecakapan baru yang memperkaya citra diri (terutama

bagi yang memiliki keterbatasan tubuh/cacat).

Musik memberikan pengalaman dalam hubungan antar pribadi.

Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu

telah mengesampingkan kepentingannya demi kepentingan kelompok.

Sasarannya ialah untuk memperbanyak jumlah anggota dalam kelompok,

menambah jangkauan dan variasi interaksi, dan menyediakan pengalaman

yang akan memudahkan melakukan adaptasi terhadap kehidupan di luar

lembaga. Pengalaman kelompok memungkinkan seseorang berbagi rasa

secara intens dalam cara- cara yang secara sosial dapat diterima; musik

memberikan penghiburan dan rekreasi yang diperlukan bagi lingkungan

terapi secara umum. Juga bantuan pengalaman dalam pengembangan

kecakapan sosial secara realitis dan pola tingkah laku pribadi yang dapat

diterima secara lembaga dan kelompok sebaya dalam masyarakat

Page 14: Terapi Musik Gerontik

d. Terapi Berkebun

Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan

waktu luang. Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dll

e. Terapi dengan Binatang

Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari

sepinya dengan bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai

peliharaan kucing, ayam, dll

f. Terapi Okupasi

Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan

produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan

yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, membuat keset,

membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah

di dapat (pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), menjahit

dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar, lemari,

membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dll)

g. Terapi Kognitif

Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan cerdas

cermat, mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle, dll

h. Life Review Terapi

Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan

menceritakan pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masa

mudanya

i. Rekreasi

Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan

rasa bosan, dan melihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam

lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama

keluarga, mengunjungi saudara, dll.

j. Terapi Keagamaan

Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan

meningkatkan rasa nyaman. Seperti menggadakan pengajian, kebaktian,

sholat berjama’ah, dan lain-lain.

Page 15: Terapi Musik Gerontik

k. Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota

keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi

keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk

itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami

disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh

anggotanya.Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang

dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota

keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian

terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa

masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing

terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk

mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau

mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.

Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian),

fase 2 (kerja), dan fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien

mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga

diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase

kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat

sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota

keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota

keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-

peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase

terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini

dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang

timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan

yang berkesinambungan.

Indikasi Terapi Seni musik (menyanyi) Individu

1. Manajer dan staf yang berada dibawah tekanan.

2. Seseorang yang umumnya stres dan terlalu benyak bekerja.

3. Seseorang dengan masalah kesehatan mental.

4. Seseorang dengan kesulitan belajar berat.

Page 16: Terapi Musik Gerontik

5. Anak-anak dan orang muda yang memiliki masalah sesuai disekolah dan

dengan masalah pribadi dirumah.

6. Seseorang yang merasa bebas dari masalah, namun ingin mengeksplorasi

masalah dalam diri mereka sendiri.

7. Lansia untuk mengurangi tingkat stres dan sebagai sarana dalam

mengekspresikan perasaan, ide, dan emosi.

8. Anak-anak yang memiliki kemampuan bahasa terbatas dan untuk

mengungkapkan perasaan yang membingungkan.

9. Klien usia muda yang tidak dapat mengidentifikasi emosi dengan kata-kata

10. Remaja dan orang dewasa yang tidak mampu atau tidak mau berbicara

tentang pikiran dan perasaan.

.

Page 17: Terapi Musik Gerontik

BAB 3

PENGORGANISASIAN

3.1 Struktur Kepanitiaan

3.1.1 Pengorganisasian Kelompok

1. Leader

2. Narrator

3. Observer

4. Fasilitator

3.1.2 Uraian Struktur Kelompok

1. Leader : Irma

2. Sie Acara : 1.Gabriela K.

2.Ike Mega

3. Sie Dokumentasi : Ika R

4. Sie Perlengkapan : Iwan Debri

5. Mc : Irna

6. Observer : 1.Egiya

2.Indah N.

7. Notulen : Endah

8. Fasilitator : 1. Elfa

2.Esti

3.Frischa

4.Harnia

9. Peserta (Klien) : +15 orang

3.1.3 Uraian Tugas :

a. Leader

- Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas

kelompok sebelum kegiatan dimulai

- Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan

memperkenalkan dirinya

- Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan

Page 18: Terapi Musik Gerontik

tertib

- Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok

- Menjelaskan permainan

b. Sie Acara

- Bertugas: mengatur konsep acara.

c. Sie Dokumentasi

- Bertugas: mendokumentasi selama kegiatan berlangsung.

d. Sie Perlengkapan

- Bertugas: menyiapkan dan menyediakan perlengkapan yang

diperlukan.

e. Pembawa Acara (Mc)

Bertugas : membacakan peraturan – peraturan jalannya kegiatan.

f. Observer

Bertugas: mencatat jumlah anggota yang hadir, Siapa yang

terlambat, Daftar hadir, Siapa yang memberi pendapat atau

ide,Topik diskusi,Mengobservasi jalannya proses kegiatan,

Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan

berlangsung

g. Notulen

- Bertugas: mencatat hasil kegiatan selama acara berlangsung.

h. Fasilitator

- Mempertahankan kehadiran peserta

- Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta

- Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari

luar maupun dari dalam kelompok

3.1.4 Program Seleksi

a. Berdasarkan observasi perilaku sehari-hari klien yang dikelola oleh

perawat

b. Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai prilaku klien sehari-

hari serta kemungkinan dilakukan therapi kelompok pada klien

tersebut dengan perawat ruangan

c. Melakukan kontak pada klien untuk mengikuti aktivitas yang akan

Page 19: Terapi Musik Gerontik

dilakukan

Page 20: Terapi Musik Gerontik

BAB 4

TERAPI MODALITAS

4.1 Kegiatan

1. Perkenalan

1) Kelompok perawat memperkenalkan diri, urutan ditunjuk

olehpembimbing untuk memulai menyebut nama, kemudian leader

menjelaskan tujuan dan peraturan kegiatan dalam kelompok

2) Bila akan mengemukakan perasaannya klien diminta untuk lebih dulu

menunjukkan tangannnya

3) Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta ijin pada

perawat

4) Pada akhir perkenalan pemimpin mengevaluasi kemampuan

identifikasi terhadap perawat dengan menanyakan nama perawat yang

ditunjuk oleh leader

2. Kegiatan

Klien dijemput oleh fasilitator menuju tempat acara (aula) dan diminta

untuk mengisi laporan kehadiran untuk mendapatkan nomer urut peserta.

Setelah itu, klien duduk ditengah-tengah dan didampingi oleh fasilitator.

Ketika Mc menunjuk nomer peserta, peserta yang mendapatkan giliran

dipersilahkan untuk meju dan menyanyikan lagu yang sudah pilih. Sistem

penjurian dilakukan oleh perwakilan mahasiswa sendiri dengan kriteria,

menghibur, menyanyikan lagu dengan lengkap dan penampilan yang

spektakuler. Akan ditentukan tiga pemenang, dari juara satu sampai juara

tiga.

3. Evaluasi

Setelah mengikuti kegiatan klien dipersilahkan untuk mengemukakan

perasaan dan pendapatnya tentang kegiatan.

4. Terminasi/Penutup

Leader menjelaskan kembali tujuan dan manfaat kegiatan, klien

menyebutkan kembali tujuan dan manfaat kegiatan.

Page 21: Terapi Musik Gerontik

4.2 Rencana Pelaksanaan

1. Persiapan

a. Analisa Situasi

1) Waktu Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Januari 2014

Waktu : Pk.09.00 – 11.00 WIB

Alokasi Waktu :Perkenalan dan pengarahan (5 menit)

Permainan (60 menit)

Ekpress feeling (15 menit)

Penutup (2 menit)

2) Jumlah Perawat : 13orang

4.3 Proses Pelaksanaan

Teknik Terapi Seni Musik (menyanyi) Individu

a. Tujuan Khusus

1. Membantu klien mengekspresikan isi hati dengan menyanyikan lagu-

lagu kesenangan.

2. Mengembangkan minat dan bakat dari klien.

3. Mengembangkan kreatifitas, ekspresi dan kepercayaan diri klien.

4. Meningkatkan sosialisasi antar individu

b. Setting

1. Terapis duduk mengelilingi klien.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

3. Klien yang sudah ditunjuk oleh perawat, dipersilahkan maju untuk

menyanyikan lagu pilihannya.

c. Alat

1. Mixcrophone

2. Laptop

Page 22: Terapi Musik Gerontik

d. Prosedur

1. Buatlah list lagu apa yang akan dinyanyikan oleh klien, arahkan ke lagu-

lagu yang sesuai dengan perasaan hatinya.

2. Diskusikan bagaimana perasaan saat ini.

3. Berikan pujian atas keberanian dalam mengungkapkan perasaan melalui

menyanyi.

4. Interpretasikan lagu yang sudah dinyanyikan.

KEGIATAN TERAPI MENGGAMBAR

WAKTU KEGIATAN FASILITATOR KEGIATAN PESERTA

1. 5 menit Pembukaan :

Membuka kegiatan dengan

mengucapkan salam.

Memperkenalkan diri

Menjelaskan tujuan dari terapi

Menyebutkan kegiatan yang

akan dilakukan

Menjawab salam

Mendengarkan

Memperhatikan

Memperhatikan

2. 60 menit Pelaksanaan :

Menjelaskan prosedur

Memberi kesempatan kepada

peserta untuk melakukan

kegiatan terapi

Mendampingi peserta hingga

terapi selesai

Memperhatikan

Melaksanakan kegiatan

terapi musik (menyanyi)

dengan tertib

3. 15 menit Evaluasi :

Menanyakan kepada peserta

tentang perasaan setelah

melakukan kegiatan terapi

Menjawab pertanyaan

4. 2 menit Terminasi :

Mengucapkan terimakasih

atas peran serta peserta.

Mendengarkan

Page 23: Terapi Musik Gerontik

Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

Kriteri evaluasi

Evaluasi diperlukan untuk mengintrepretasikan perasaan klien melalui lagu yang

sudah dinyanyikan. Melalui lagu tersebut, perawat dapat mengambil kesimpulan

mengenai kondisi klien saat ini.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan klien dalam mengintrepretasikan perasaan melalui

lagu yang sudah dibuatnya.

4.4 Antisipasi Masalah

a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok

1. Memanggil klien

2. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan

perawat atau klien yang lain

3. Memberikan semangat dan motivasi kepada klien

b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :

1. Panggil nama klien

2. Tanya alasan klien meninggalkan terapi

3. Berikan penjelasan tentang tujuan terapi dan berikan penjelasan pada klien

bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh

kembali lagi

c. Bila ada klien lain ingin ikut

1. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah

dipilih

2. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat

diikuti oleh klien tersebut

3. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi

peran pada permainan tersebut

Page 24: Terapi Musik Gerontik
Page 25: Terapi Musik Gerontik

BAB 5

PENUTUP

4.1 Simpulan

Menua merupakan proses fisologis dengan berbagai perubahan fungsi

organ tubuh dan bukan suatu penyakit. Adapun gangguan yang menyebabkan

penderita harus berbaring lama sedapat mungkin dihindarkan.Pemberian terapi

merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemulihan kesehatan pada lansia.

Seperti pemberian modalilitas alamiah ataupun dengan menggunakan peralatan

khusus biasanya hanya menggurangi keluhan yang bersifat sementara, akan tetapi

latihan-latihan yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan untuk

mempertahankan kekuatan pada sekelompok otot-otot tertentu agar mobilitas

tetap terjaga sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga

pencegahan disabilitas primer diminimalkan dan disabilitas sekunder bisa dicegah.

4.2 Saran

BagiYPTC PELAYANAN KASIH

Diharapkan Terapi Aktivitas Kelompok Lansia (TAK) dimasukan kedalam

jadwal kegiatan Rutinitas mingguan ataupun bulanan seperti kegiatan-

kegiatan lainnya.Disarankan Kegiatan Terapi Aktivitas diadakan setiap

satu kali dalam satu minggu, sedangkan untuk TAK besar (yang diikuti

oleh seluruh wisma disarankan untuk diadakan satu kali dalam satu bulan,

dengan tujuan untuk bersosialisasi dan merangsang fungsi kognitif bagi

para lansia.

Institusi Pendidikan

Diharapkan Institusi pendidikan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan

pengajaran dibidang keperawatan gerontik, agar mahasiswa profesi lebih

terarah dalam melaksanakan asuhan keperawatan gerontik

Bagi Mahasiswa

Diharapkan kepada mahasiswa yang akan melaksanakan praktek

keperawatan gerontik telah mempersiapkan diri secara kognitif dengan

penguasaan konsep asuhan keperawatan gerontik yang lebih matang

Page 26: Terapi Musik Gerontik

sehingga tidak banyak mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan

asuhan keperawatan dilapangan /lahan praktek.Harus dapat memanfaatkan

waktu dengan sebaik-baiknya pada saat tidak berinteraksi dengan klien,

untuk melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan serta datang dan

pulang tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: Terapi Musik Gerontik

Kushariadi, dan Setyoadi. 2011.Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien

Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Raya.

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatik. Jakarta: EGC.

Schaeffer, Liz. 2008. Asuhan Keprawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.

Martono, Hadi dan Kris Pranarka.2010.Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu

Kesehatan Usia Lanjut).Edisi IV.Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mubarak, Wahid Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan

Aplikasi.Jakarta : Salemba Medika

Maryam, R.Siti.2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta : Salemba

Medika

Stockslager, Jaime L.2007.Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik.Edisi

II.Jakarta : EGC

Watson, Roger.2003.Perawatan Pada Lansia.Jakarta : EGC

Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo.2003.Fisioterapi Pada Lansia.Jakarta :

EGC