1 PRESENTASI KASUS Kepada Yth: Dipresentasikan pada : Hari/Tanggal : Jam : TERAPI KONDILOMA AKUMINATA MENGGUNAKAN TCA 80% DAN KOH 10% PADA SEORANG LAKI-LAKI YANG BERHUBUNGAN SEKSUAL DENGAN LAKI-LAKI (LSL) Oleh : dr. Gst. A. Vina Mery Giovani Pembimbing : dr. Ni Made Dwi Puspawati, SP.KK PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR 2017
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PRESENTASI KASUS Kepada Yth:
Dipresentasikan pada :
Hari/Tanggal :
Jam :
TERAPI KONDILOMA AKUMINATA MENGGUNAKAN TCA
80% DAN KOH 10% PADA SEORANG LAKI-LAKI YANG
BERHUBUNGAN SEKSUAL DENGAN LAKI-LAKI (LSL)
Oleh :
dr. Gst. A. Vina Mery Giovani
Pembimbing :
dr. Ni Made Dwi Puspawati, SP.KK
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR
2017
2
PENDAHULUAN
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) genital merupakan infeksi menular seksual
(IMS) yang sering dijumpai. Infeksi ini dapat menyebabkan timbulnya lesi anogenital
jinak maupun ganas. Sekitar 40 dari 100 lebih tipe Human Papillomavirus (HPV) yang
berbeda menginfeksi epitel genital secara primer. Kondiloma akuminata (KA)
merupakan manifestasi infeksi HPV genital yang paling sering dijumpai, dimana
variannya meliputi nononkogenik seperti HPV tipe 6, 11, 42, 43, 44 yang berhubungan
dengan kondiloma genital, serta varian onkogenik terutama HPV tipe 16, 18, 31, 33,
35 yang berhubungan dengan risiko keganasan yaitu intraepithelial neoplasia dan
karsinoma sel skuamosa.1,2,3
Infeksi HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual maupun nonseksual.
Penularan secara seksual dapat terjadi secara genito-genital, oro-genital maupun ano-
genital, sedangkan nonseksual dapat terjadi akibat abrasi permukaan epitel yang
mempermudah terjadinya inokulasi virus HPV. Permukaan mukosa yang lebih tipis
lebih rentan untuk inokulasi virus daripada kulit berkeratin yang lebih tebal.4,5,7
Kondiloma akuminata dapat menyerang semua ras dimana frekuensi laki-laki
dan perempuan adalah sama, namun kelompok laki-laki homoseksual dan biseksual
memiliki prevalensi KA 2-6 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
heteroseksual. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan
bahwa 79 juta individu terinfeksi HPV di seluruh dunia, dimana jumlah ini akan terus
meningkat seiring dengan ditemukannya 14 juta kasus baru setiap tahunnya. Hal ini
menyebabkan infeksi HPV menjadi IMS yang paling sering dijumpai di seluruh dunia.
Di Indonesia, berdasarkan penelitian IMS di 12 Rumah Sakit Pendidikan tahun 2007-
2011, KA menduduki peringkat ke 3 terbesar. Insiden KA di Poliklinik Kulit dan
Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada tahun 2015 sebanyak 92
kasus baru per 280 kasus IMS. Dari 92 kasus baru KA, tercatat sebanyak 50 kasus
terjadi pada laki-laki dan 42 kasus terjadi pada perempuan.10,12
Lesi KA sering dijumpai pada daerah genital, perineum, perianal serta daerah
sekitarnya seperti lipat paha. Kondiloma akuminata anal juga sering dijumpai akibat
3
adanya variasi dari hubungan seksual dari genital-anal, dimana prevalensi tertinggi
dijumpai pada kelompok laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki (LSL).
Istilah LSL menggambarkan laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki lain
tanpa memandang orientasi seksual, identitas seksual atau gender. Kelompok LSL
merupakan kelompok yang memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya infeksi
menular seksual, termasuk KA. Sebuah penelitian multicenter mendapatkan infeksi
HPV anal sebesar 57% pada LSL yang tanpa infeksi Human Immunodeficiency
Virus.4,6,8
Hingga saat ini, belum ada terapi antivirus spesifik yang dapat menyembuhkan
KA. Adapun modalitas terapi yang digunakan meliputi agen-agen yang bersifat
destruktif, antiproliferasi maupun imunomodulasi. Pemilihan terapi didasarkan atas
pertimbangan jumlah lesi, ukuran, morfologi, lokasi anatomi, derajat keratinisasi,
biaya, pilihan pasien serta efek sampingnya. Beberapa pilihan terapi yang sering
digunakan adalah podofilin, podofilotoksin serta asam trikloroasetat. Angka
kesembuhan dari terapi-terapi tersebut bervariasi dari 45-80%, namun bersifat iritatif,
memakan waktu yang lama serta memberikan rasa tidak nyaman pada pasien.8,9
Beberapa studi telah melaporkan efikasi dari larutan potassium hydroxide
(KOH) sebagai terapi untuk moluskum kontagiosum dan kondiloma akuminata. Terapi
ini memiliki angka kesembuhan 87,5%, kurang iritatif, dapat dilakukan sendiri oleh
pasien, serta murah.9,10
Berikut akan dilaporkan kasus KA anal pada seorang LSL yang diterapi dengan
TCA 80% dan KOH 10%. Kasus ini dilaporkan untuk memberikan wawasan mengenai
KA, hubungan LSL dengan KA serta modalitas terapi yang tersedia.
KASUS
Seorang laki-laki berusia 25 tahun, suku Jawa, warga negara Indonesia, status belum
menikah, dengan nomor catatan medis 16.04.53.50 datang ke poliklinik Kulit dan
Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar pada tanggal 20
Oktober 2016 dengan keluhan utama berupa benjolan disekitar anus.
4
Pasien datang dengan keluhan utama muncul benjolan di sekitar anus sejak
kurang lebih 2 bulan yang lalu. Awalnya berukuran kecil, namun semakin lama
semakin membesar dan bertambah banyak. Benjolan tersebut tidak disertai dengan
keluhan gatal, nyeri atau berdarah. Keluhan nyeri saat buang air besar disangkal.
Benjolan di bagian tubuh yang lain disangkal.
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya + 1 tahun yang lalu,
dan pasien berobat ke dokter spesialis kulit diberikan terapi tutul podofilin. Riwayat
penyakit infeksi menular seksual lainnya seperti bintil berair, luka atau lecet pada
kelamin dan kencing nanah disangkal. Riwayat penurunan berat badan, batuk lama
serta diare disangkal. Pasien juga menyangkal memiliki riwayat penyakit seperti
jantung, diabetes melitus, hipertensi, keganasan, penggunaan obat kemoterapi dan
kortikosteroid dalam jangka panjang. Riwayat pengobatan, pasien belum pernah
mendapat pengobatan untuk keluhannya saat ini. Riwayat pengolesan minyak
tradisional disangkal. Riwayat alergi obat dan makanan disangkal. Riwayat penyakit
dalam keluarga dikatakan tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan
serupa.
Riwayat sosial pasien adalah seorang pengajar Bahasa Indonesia di daerah
Ubud. Pasien belum pernah menikah dan saat ini tinggal sendiri. Pasien berhubungan
seksual pertama kali 4 tahun yang lalu dengan seorang perempuan. Aktivitas
seksualnya berupa hubungan genitogenital dan oral seksual, tanpa kondom. Pasien
menjalani hubungan tetap saat itu selama 1 tahun. Setelah putus hubungan dengan
pacar perempuan, 2 tahun yang lalu pasien berkenalan dengan seorang laki-laki di
sebuah tempat hiburan malam di Yogyakarta, pasien kemudian menjalani hubungan
selama + 6 bulan. Aktivitas seksual dengan pacar laki-laki berupa anal seks dan oral
seks, tanpa menggunakan kondom, saat aktivitas seksual pasien dapat berlaku sebagai
insertif maupun reseptif. Riwayat multipartner seksual pada pasangannya tidak
diketahui. Pasien kemudian pindah ke Bali sejak 1 tahun yang lalu. Selama di Bali,
pasien sempat menjalin hubungan dengan beberapa laki-laki, melakukan aktivitas
seksual anal dan oral tanpa kondom. Aktivitas seksual terakhir pasien sekitar 5 bulan
5
yang lalu dengan salah satu teman laki-lakinya tanpa menggunakan kondom. Keluhan
yang sama pada teman laki-lakinya tidak diketahui, saat ini pasien sudah tidak pernah
berhubungan seksual lagi dan tidak memiliki pasangan tetap. Riwayat merokok,
konsumsi alkohol, penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang disangkal oleh
pasien.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik dan kesadaran