LAPORAN TERAPI BERMAIN ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RUANG ANAK
LANTAI DASAR RSUP DR. KARYADI SEMARANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Mata Ajar Keperawatan
AnakKoordinator Mata Ajar : Ns. Zubaidah, S.Kep., M.Kep.,
Sp.Kep.An
Disusun olehMAGHFIROH22020114210045
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXIVJURUSAN
KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS
DIPONEGOROSEMARANG2015
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGAnak usia pra sekolah memandang hospitalisasi
sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Anak usia pra sekolah
belum mampu membedakan antara fantasi dan realita. Mereka
menganggap bahwa hospitalisasi merupakan hukuman atas tindakan
mereka, terlebih lagi selama anak menjalani perawatan di rumah
sakit, biasanya ia akan dilarang untuk banyak bergerak dan harus
banyak beristirahat. Hal ini tentunya mengecewakan anak, karena ia
tidak mempunyai banyak waktu untuk bermain aktif di rumah sakit.
Hal tersebut tentunya akan meningkatkan kecemasan anak (Dora
alfiyanti, 2007). Kecemasan terbesar anak usia pra sekolah adalah
kecemasan akan kerusakan tubuh (Potter dan Perry, 2001). Semua
prosedur atau tindakan keperawatan baik yang menimbulkan nyeri
maupun tidak, keduanya menyebabkan kecemasan bagi anak usia pra
sekolah selama hospitalisasi. Peralatan medis yang bersih dirasakan
cukup menyeramkan bagi anak-anak. Begitu juga dengan bau obat yang
menyengat dan penampilan para staf rumahsakit dengan baju yang
berwarna putih yang seolah terlihat menakutkan bagi anak (Dora
alfiyanti, 2007).Mempersiapkan anak untuk menghadapi prosedur atau
tindakan keperawatan akan mengurangi kecemasan, meningkatkan sikap
kooperatif, dan mendukung ketrampilan mereka serta meningkatkan
kognitif dan kerjasama anak. Ada beberapa mekanisme koping
sederhana yang bisa diajarkan misalnya relaksasi, menarik napas,
berhitung, memasase tangan atau menyanyi. Semua teknik tersebut
dapat dimodifikasi dengan aktivitas bermain (Dora alfiyanti, 2007).
Dengan bermain, anak melepaskan ketakutan, kecemasan,
mengekspresikan kemarahan dan permusuhan. Bermain merupakan cara
koping paling efektif untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan
kooperatif anak dalam prosedur keperawatan (Wong, 2001). Penelitian
yang dilakukan oleh Dora Alfiyanti dkk (2007) menunjukkan bahwa
terapi bermain berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak usia pra
sekolah selama tindakan keperawatan (Dora alfiyanti, 2007). Perawat
sebagai care provider atau pemberi asuhan keperawatan pada anak
berperan penting dalam proses penyembuhan anak dan tumbuh
kembangnya selama hospitalisasi. Selain berupaya mengurangi
kecemasan pada anak yang hospitalisasi, perawat juga perlu
mengupayakan agar perkembangan bisa berjalan dengan optimal selama
perawatan, yaitu dengan melaksanakan program terapi bermain dengan
memperhatikan pertimbangan terapi. Berdasarkan kasus yang berada di
ruang anak lantai dasar, An.F dengan Acute Myelogenous Leukimia
sudah sering menjalani perawatan di rumah sakit dan sering
merasakan bosan menunggu jadwal kemotherapi. Maka dari itu, penulis
akan memberikan terapi bermain pada An.F. Terapi bermain yang
dipilih adalah mewarnai gambar. Hal ini dilatar belakangi oleh
kesukaan An.F pada gambar dan warna.
B. TUJUAN1. Tujuan UmumUntuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak
dan meminimalkan hospitalisasi pada anak.2. Tujuan KhususSetelah
dilakukan terapi bermain selama 20 menit, anak dapat:a. Menyalurkan
energi anakb. Mengembangkan kreativitas anakc. Meningkatkan
motivasi anakd. Meningkatkan kognitif anake. Dapat beradaptasi
dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat
C. SASARANAnak usia pra sekolah yang di rawat di ruang anak
lantai Dasar RSUP dr. Karyadi Semarang.
BAB IIDESKRIPSI KASUS
A. KARAKTERISTIK SASARANKriteria Inklusi :1. Anak berusia 3-5
tahun (Usia Pra Sekolah)2. Anak menjalani rawat inap di ruang anak
C1L1 RSUP Dr.Kariadi3. KU anak baik, kesadaran composmentis4. Anak
tidak bed rest5. Anak kooperatifKriteria Eksklusi :1. Anak menolak
mengikuti permainan2. Anak menjalani program terapi saat waktu
pelaksanaan terapi bermain
B. ANALISA KASUSAn.F (4 tahun) di rawat di RSUP dr.Kariadi sejak
tanggal 13 April 2015 dengan diagnosa medis AML (Acute Myelogenous
Leukimia). Selama perawatan An.F tidak melakukan aktivitas bermain,
karena jauh dari teman-temannya di rumah. An.F hanya berkomunikasi
dengan ibu atau ayahnya.
C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI1. Definisi Bermain (Sujono
Riyadi dan Sukarmin, 2009)a. Bermain merupakan cara ilmiah bagi
seorang anak untuk mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya
yang awalnya anak belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami
konfik. b. Menurut Foster dan Pearden bermain didefinisikan sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak secara sungguh-
sungguh sesuai dengan keinginannya sendiri / tanpa paksaan dari
orang tua maupun lingkungan dimana dimaksudkan semata hanya untuk
memperoleh kesenangan dan kepuasan.c. Dengan bermain seorang anak
dapa mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi, serta daya kreasi
dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi lebih
efektif terhadap berbagai sumber stress. d. Bermain dapat membuat
anak mengungkapkan isi hati melalui kata- kata , anak belajar dan
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, objek bermain, waktu,
ruang dan orang.2. Variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain
(Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)a. Bermain aktifAdalah kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, seperti:a)
Bermain mengamati/ menyelidiki (exploratory play)Perhatian anak
pada aat bermain aalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak
memperhatikan alat permainan, mengocok- ngocok apakah ada bunyinya,
menium, meraba, menekan dan kadang berusaha untuk membongkar.b)
Bermain konstruksi (Constuction play) Pada anak umur 3 tahun
misalnya dengan menyusun balok- balok menjadi rumah- rumahan,
dll.c) Bermain drama (dramatic play)Misalnya bermain sandiwara
boneka,main rumah- rumahand) Bermain bola, tali dan sebagainya.b.
Bermain pasifDalam hal ini anak berperan pasif, seperti dengan
melihat atau mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila
anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk
mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh:a) Melihat gambar-
gambar dibuku/ majalahb) Mendengarkan cerita atau musikc) Menonton
tv,dll3. Fungsi bermain terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
(Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009) (Alice Zellawati, 2011)a.
Perkembangan sensori motorikPermainan akan membantu perkembangan
gerak halus dan pergerakkan kasar anak dengan cara memainkan suatu
objek yang sekiranya anak merasa senang.b. Perkembangan
kognitifMembantu anak untuk mengenal benda- benda yang ada
disekitarnya. Misalnya mengenalkan anak dengan warna dan bentuk.c.
KreatifitasMengembangkan kreatifitas pada anak bisa dengan cara
memberikan balok- balok yang banyak kemudian biarkan anak untuk
menyusunnya menajdi bentuk- bentuk yang dia inginkan, kemudian
tanyakan bentuk apa yang sudah dia buat.d. Perkembangan sosialDapat
dilakukan dengan mengajari anak berinteraksi dengan orang lain
ataupun teman sebayanya.e. Kesadaran diri (self awareness)Dengan
bermain anak sadar akan kemampuannya sendiri, kelemahannya dan
tingkah laku terhadap orang lainf. Perkembangan moralDapat dipeoleh
dari orang tua,orag lain yang ada disekitar anak.
g. KomunikasiBermain merupakan alat komunikasi terutama pada
anak yang masih belum dapat menyatakan perasaannya secara verbal.4.
Faktor yang mempengaruhi pola bermain pada anak (Sujono Riyadi dan
Sukarmin, 2009)a. Tahap perkembangan. Setiap perkembangan mempunyai
potensi/keterbatasan dalam permainan. Anak umur 3 tahun alat
permainannya berbeda dengan anak yang berumur 5 tahun.b. Status
kesehatan. Pada anak yang sedang sakit kemampuan
psikomotor/kognitif terganggu. Sehingga ada saat-saat anak sangat
ambisius pada permaiannya dan ada saat-saat dimana anak sama sekali
tidak punya keinginan untuk bermain.c. Jenis kelamin. Pada saat
usia sekolah biasanya anak laki-laki enggan bermain dengan anak
perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunitas tersendiri, dimana
anak wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain sesama
laki-laki. Tipe dan alat permainanpun akan berbeda, misalnya anak
laki-laki suka main bola, pada anak perempuan suka main boneka.d.
Lingkungan. Lokasi dimana anak berbeda sangat mempengaruhi pola
permainan anak. Dikota-kota besar anak jarang sekali yang bermain
layang-layangan, paling-paling mereka bermain game karena memang
tidak ada/jarang ada tanah lapang/lapangan untuk bermain, berbeda
dengan didesa yang masih banyak terdapat tanah-tanah kosong.e. Alat
permainan yang cocok. Disesuaikan dengan tahap perkembangannya
sehingga anak menjadi senang untuk menggunakannya. 5. Karakteristik
dan klasifikasi bermain (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)a.
Solitary playBermain sendiri, walaupun disekitarnya ada orang lain.
Contoh: pada bayi dan todler, anak akan asik dengan mainannya
sendiri tanpa menghirauka oran lainb. Paralel playBermain sejenis,
anak bermain dengan kelompoknya, pada masing- masing anak mempunyai
mainan yang sama tetapi tidak ada interaksi diantara mereka, mereka
tidak ketergantungan satu sama lain.c. Associative playBermain
dalam kelompok, dalam suatu aktivitas yang sama tetapi masih belum
terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai
degan keinginannya.d. Cooperative playAnak bermain secara bersama-
sama, permainan sudah terorganisir dan terencana, didalamnya sudah
ada aturan main.e. Social afective playAnak mulai belajar
memberikan respon melaui orang dewasa dengan cara merajuk/
berbicara sehingga anak menjadi senang dan tertawa. f. Sense of
peasure playAnak mendapat kesenanga dari suatu objek
disekelilingnya.g. Skill playMemperoleh ketrampilan sehingga anak
akan melaksanakannya secara berulang- ulang.h. Dramatic
playMelakukan peran sesuai dengan keinginannya atau dengan apa yang
dia lihat atau dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari
permainan itu.
D. KARAKTERISTIK PERMAINANKarakteristik bermain anak usia 3-5
tahun (pra sekolah) (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)1. Cross
motor and fine motors 2. Dapat melompat,bermain dan bersepeda. 3.
Sangat energik dan imaginative 4. Mulai terbentuk perkembangan
moral 5. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn
kelompok 6. Assosiative play 7. Dramatic play 8. Skill play
Laki-laki aktif bermain di luar 9. Perempuan didalam rumah
Tahap Kerja Terapi Bermain Anak Usia 3-5 Tahun (Sujono Riyadi
dan Sukarmin, 2009)a) Stimulasi Sosial Anak bermain bersama
teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan. Contoh: bermain pasir
bersama-sama.b) Stimulasi Keterampilan Mengetahui kemampuan
keterampilan yang ada pada anak sehingga dapat mengetahui bakat
anak. Contoh: Menggambar, bernyanyi, menari.c) Stimulasi Kerjasama
Anak mampu bekerjasama dalam permainan. Contoh: anak-anak bermain
menyusun puzzle, bermain bola.
BAB IIIMETODOLOGI BERMAIN
A. JUDUL PERMAINANMewarnai Gambar
B. DESKRIPSI PERMAINANMewarnai gambar merupakan salah satu
terapi bermain yang dapat di lakukan pada anak usia pra sekolah.
Gambar yang digunakan untuk diwarnai adalah gambar sederhana dengan
karakteristik yang sudah dikenal pada anak usia pra sekolah. Pada
umumnya anak usia pra sekolah sudah mampu mengenal objek-objek yang
pernah dilihatnya. Sebelum memulai permainan mewarnai, anak akan
diberikan petunjuk tentang aturan permainan. Anak dapat mewarnai
gambar dengan warna sesukanya ataupun mengikuti dari contoh yang
sudah disediakan oleh perawat. Jika anak-anak kesulitan dalam
mewarnai, perawat akan membantu dan memfasilitasinya. Orang tua
anak akan dilibatkan untuk membantu proses bermain.
C. TUJUAN PERMAINAN1. Tujuan umumMengurangi efek hospitalisasi
pada anak.2. Tujuan khususa. Mengembangkan daya kreativitas anak
dalam mewarnai gambar menjadi sebuah gambar yang utuhb.
Meningkatkan komunikasi antara pasien dengan perawat.c.
Meningkatkan kerjasama antara anak dan perawat
D. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKANDalam permaianan ini keterampilan
harus dimiliki oleh anak dan perawat. Anak harus memiliki
pengetahuan tentang cara bermain, kreativitas yang tinggi dan
semangat untuk bermain. Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki
oleh perawat adalah perawat memiliki kemampuan untuk menjelaskan
permainan sehingga anak menjadi tahu tentang cara melakukan
permainannya, kesabaran dalam membimbing proses bermain dan
komunikasi yang baik sehingga anak dapat membentuk hubungan saling
percaya dengan perawat.
E. JENIS PERMAINANPermainan aktif mewarnai gambar
F. ALAT YANG DIPERLUKANGambar Pensil warna
G. WAKTU PELAKSANAANHari/ Tanggal: Kamis, 16 April 2015Jam:
10.00 WIB s/d 10.30 WIBTempat: Ruang anak Lantai Dasar
H. PROSES BERMAIN1. Pembukaana. Mengucapkan salam b. Perawat
memperkenalkan diri pada anakc. Perawat membina hubungan saling
percaya dengan anak dan orangtua anak dengan cara menjalin
komunikasi 2 arah dan memberi feedback dari setiap respon anakd.
Perawat menjelaskan tujuan dari bermain yang dilakukan pada anak
dan orangtua anake. Melakukan kontrak waktu2. Inti a. Perawat
menjelaskan tentang aturan bermainb. Perawat memberikan 1 contoh
gambar yang sudah diwarnaic. Anak melakukan kegiatan mewarnaid.
Pemberian hadiah / pujian kepada anak3. Terminasi a. Perawat
mengevaluasi perasaan anak dan orangtua dengan memberikan
pertanyaan seperti :1) Bagaimana perasan anak setelah bermain?2)
Bagaimana perasaan orangtua setelah bermain?3) Apakah kegiatan ini
menyenangkan?4) Apakah manfaat dari terapi bermain yang
dilakukan?b. Penutup
I. HAL- HAL Y ANG PERLU DIWASPADAI1. Energi Untuk bermain
diperlukan energi yang cukup. Anak yang sedang sakit cenderung
malas untuk bermain.2. WaktuWaktu bermain harus disesuaikan dengan
waktu istirahat anak. Anak yang sedang sakit cenderung memilih
untuk beristirahat daripada bermain.3. Ruangan untuk bermainRuangan
yang sempit atau terlalu lebar mempengaruhi keinginan anak untuk
bermain.4. LingkunganLingkungan yang terlalu ramai atau terlalu
hening akan mempengaruhi konsentrasi anak dalam bermian.5.
Pengetahuan untuk bermainPengetahuan tentang cara melakukan
permainan akan mempengaruhi proses berlangsungnya permainan.6.
Teman bermainTeman bermain menjadi hal yang penting untuk menambah
semangat anak untuk bermain. Kenyamanan proses bermain ditentukan
oleh lawan mainnya. Biasanya anak- anak takut dengan orang yang
baru dikenalnya termasuk perawat.7. Alat permainanSenang atau
tidaknya seorang anak terhadap alat permainan akan mempengaruhi
semangat anak dalam bermain.
J. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN1. EnergiPermainan yang
dilakukan tidak membutuhkan energy yang ekstra sehingga anak merasa
santai dalam mengikuti proses bermain2. WaktuWaktu bermain
disesuaikan dengan kondisi anak. Ketika anak sedang istirahat maka
biarkanlah anak untuk istirahat. Waktu juga harus disesuaikan
dengan mood anak.3. Ruangan untuk bermainRuangan bermain
disesuaikan dengan keinginan anak. Ketika anak menginginkan diluar
maka permainan harus dilakukan diluar dan sebaliknya.4.
LingkunganLingkungan dikondisikan sedemikian rupa sehingga tidak
terlalu ramai dan terlalu sepi sehingga konsentrasi anak terjaga
dan anak tidak merasa kesepian5. Pengetahuan untuk
bermainMenjelaskan dengan penjelasan yang ringan sekaligus
memperagakan6. Teman bermainMeminta keluarga untuk mendampingi anak
selama proses bermain.7. Alat permainanPemilihan alat permainan
disesuaikan dengan usia dan karakteristik anak.
K. KRITERIA EVALUASI1. StrukturAnak: subjek proses
bermainPerawat: pelaksana permainanKeluarga: pembantu pelaksana2.
ProsesSebelum bermain, perawat menjelaskan tentang tata cara
bermain dan menunjukkan contoh gambar yang sudah diwarnai. Selain
menjelaskan, perawat juga memperagakan tentang alat permainannya
dan memvalidasi bahwa anak telah mengerti dan memahami teknik
bermain. Perawat juga melibatkan keluarga untuk mendampingi anak
dalam proses bermain. Setelah anak mengerti maka perawat memberikan
kesempatan kepada anak untuk mencoba melakukan permainannya yaitu
mewarnai gambar. Perawat membantu anak ketika anak mengalami
kesulitan dan menjaga interaksi untuk meningkatkan komunikasi pada
anak.3. HasilAnak mampu menyelesaikan permainan dengan baik,
memberi apresiasi pada permainannya dan merasa senang dapat bermain
bersama. Keluarga dapat membantu anak dengan cara menemani selama
proses bermain.
BAB IVPELAKSANAAN BERMAIN
A. WAKTUHari / Tanggal: Kamis, 16 April 2015Jam: 15.30 s/d 16.00
WIBRuang: Ruang Bermain Anak Lantai Dasar
B. PROSES1. Persiapana. Menyiapkan alat- alat yang akan
digunakan dalam hal ini adalah gambar dan pensil warnab. Menyiapkan
anak dan keluarganya (An. F dan orangtuanya)2. Pembukaana. Salam
terapeutikMemberi salam terapeutik pada anak sehangat mungkinb.
Evaluai/ validasiMenanyakan perasaan An. F saat ini3. Kegiatan
intia. Kontrak Menjelaskan kepada anak dan keluarga tentang
permainan dan manfaat bagi anak Membuat kontrak waktu untuk bermain
20-30 menit Menjelaskan tentang cara bermainb. Kegiatan
bermainSebelum memulai permainan perawat menjelaskan teknik
mewarnai gambar. Setelah An.F mengerti maka permainan dimulai. An.F
bermain dengan antusias dan semangat yang tinggi untuk bisa
menyelesaikan gambarnya. Komunikasi dan interaksi terjaga dengan
baik selama proses bermain. Keluarga (ibunya) juga ikut terlibat
mendampingi An.F dalam bermain. Proses bermain berlangsung sema 30
menit dan An.F dapat menyelesaikan mewarnai gambar dengan bantuan
dari orang tua / ibu dan perawat.4. Penutupa. Menanyakan kepada
klien tentang perasaannya setelah bermainb. Memberi kesimpulan
untuk permainan yang telah dilakukanc. Memberi salam terapeutik
C. EVALUASI1. Evaluasi strukturalSebelum pelaksanaan kegiatan,
pre planning, alat dan kontrak pasien telah disiapkan sebelumnya.2.
Evaluasi ProsesRencana pelaksanaan kegiatan direncanakan dilakukan
pada hari Kamis tanggal 16 April 2015 pukul 10.00 10.30, akan
tetapi terapi bermain baru bisa dilaksanakan pada hari yang sama
pukul 15.30 16.00. Terapi bermain dilakukan di ruang bermain sesuai
rencana.a) Terapi bermain belum dapat dilakukan sesuai yang telah
direncanakan dari awal hingga akhirb) Mahasiswa melakukan terapi
bermain sesuai dengan yang telah direncanakan.c) Orang tua antusias
dan berperan aktif dalam mengikuti terapi bermaind) Mahasiswa
melakukan pendekatan lebih intensif dengan klien secara
perlahan-lahane) Klien mulai mau untuk memegang alat permainan
dengan bantuan ibu klien3. Evaluasi hasilAn.F dapat menyelesaikan
permainan dengan baik walau dalam keterbatasan, keluarga ikut
membantu proses bermain dan interaksi perawat dengan An.F tetap
terjaga dengan baik. An.F mengatakan senang dengan permainannya dan
merasa terhibur.
BAB VPENUTUP
A. KESIMPULANHospitalisasi merupakan keadaan yang tidak
menyenangkan untuk anak- anak. Proses hospitalisasi membuat anak
kehilangan waktu bermain dengan teman- temannya. Selain itu,
hospitalisasi juga menyebabkan kebosanan untuk anak- anak.Kebutuhan
bermain yang terganggu selama proses hospitalisasi dapat diatasi
dengan pemberian terapi bermain sesuai dengan usia dan
karakteristik anak. Pemberian terapi ini dapat efek hospitalisasi
seperti bosan cemas dan juga dapat meningkatkan kooperatif anak.
Selain itu terapi bermain dapat mengalihkan perhatian anak dari
sakitnya. Ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam memberikan
terapi bermain pada anak yang mengalami hospitalisasi diantaranya
waktu, energy, alat permainan, teman bermain, dan lingkungan.
B. SARAN1. Pemberian terapi bermain disesuaikan dengan karakter
dan usia anak2. Alat- alat permainan yang disediakan di rumah sakit
sebaiknya yang beragam sehingga anak dapat menentukan sendiri
permainannya3. Pemberian terapi bermain sebaiknya diberikan setiap
hari sesuai dengan kondisi anak.4. Terapi bermain sebaiknya tetap
diberikan pada anak yang mengalami bedrest.
LAMPIRAN CONTOH GAMBAR UNTUK MEWARNAI
LAMPIRAN DOKUMENTASI TERAPI BERMAIN
DAFTAR PUSTAKA
Dora alfiyanti. Pengaruh terapi bermain terhadap tingkat
kecemasan anak usia pra sekolah selama tindakan keperwatan di Ruang
Lukman Rs.Roemani Semarang. Jurnal keperawatan vol.1. No.1.
2007Perry, Potter. Fundamental of Nursing Fifth Edition. St.Louis:
Mosby Company. 2001Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan
Keperawatan Anak. Yogyakarta: Graha IlmuSoetjiningsih. 1995. Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: EGCWong, Donna L, et al. Wongs essential of
pediatric nursing Sixth Edition. St.Louis: Mosby Company.
2001Zellawati, Alice. Terapi bermain untuk mengatasi permasalahan
pada anak. Majalah ilmiah informatika vol.2 No.3. Fakultas
Psikologi Universitas AKI