Top Banner
TEORI-TEORI BELAJAR Psikologi Pendidikan I. PENDAHULUAN Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip-prinsip umum atau kolaborasi antara prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan, yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk lebih jelasnya mengenai teori-teori belajar akan saya paparksn beberapa teori-teori yang akan digunakan dalam sebuah proses pembelajaran. II. RUMUSAN MASALAH A. Apa yang dimaksud dengan Teori Belajar? B. Apasaja Teori-teori Belajar?
28

Teori-Teori Belajar menurut para ahli

Mar 05, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

          TEORI-TEORI BELAJAR

Psikologi Pendidikan

             I.                   PENDAHULUAN

Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip-prinsip umum

atau kolaborasi antara prinsip-prinsip yang saling berhubungan.

Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana

manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses

yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori

belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme.

Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan

seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh

yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau

bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita

perdebatkan, yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori

mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori

mana yang sesuai untuk kawasan lainnya. Pemahaman semacam  ini

penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya mengenai teori-teori belajar akan saya

paparksn beberapa teori-teori yang akan digunakan dalam sebuah

proses pembelajaran.

             II.                RUMUSAN MASALAH

A.    Apa yang dimaksud dengan Teori Belajar?

B.     Apasaja Teori-teori Belajar?

Page 2: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

           III.             PEMBAHASAN

    A.    Teori Belajar

Para psikologi pendidikan memunculkan istilah teori belajar

setelah mereka mengalami kesulitan ketika akan menjelaskan proses

belajar secara  menyeluruh. Berawal dari kesulitan tersebut

munculah beberapa persepsi berbeda dari para psikolog, sehingga

menghasilkan dalil-dalil yang memiliki inti kalau teori belajar

adalah alat bantu yang sistematis dalam proses belajar.[1]

Teori-teori belajar dikalangan psikolog bersifat

eksperimental, dimana teori yang mereka kemukakan hanyalah berupa

pendapat dari pengalaman mereka ketika dalam kegiatan belajar

berlangsung. Dari interaksi tersebut, para psikolog menyusun

proposisi yang mereka tekuni sehingga menghasilkan madzhab yang

mereka ciptakan itu bisa digunakan sebagai landasan pola pikir

mereka.

     B.     Macam-macam Teori Belajar

1.      Teori Behaviorisme

Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.

Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadapa teori

psikologi daya dan teori mental state. Sebabnya ialah karena aliran-

aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja.

Menurut aliran behaviorisme, bahwa:

Page 3: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

1)      The image and memories consist of activites engaged in by the organism. We wake

certain responses, we act and this activities are knnown as images.

2)      Behaviorism in psikology is merely the name for that type of investigation and

theory which assumes that men’s educational, vocation and social activities can be

completely described or explained as the result of same (and other) forces used in the

natural sciences.

Didalam behaviorisme masalah matter (zat) menempati

kedudukan yang utama. Jadi, melalui kelakuan segala sesuatu

tentang jiwa dapat diterangkan. Dengan memberikan rangsangan

(stimulus) maka siswa akan merespons. Hubungan antara stimulus –

respons ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis pada

belajar. Dengan latihan-latihan  maka hubungan-hubungan itu akan

semakin menjadi kuat. Inilah yang disebut S-R Bond Theory.

Keberatan terhadap teori ini adalah karena teori ini

menekankan pada refleks dan otomatisasi dan melupakan kelakuan

yang bertujuan (a purposive behavior).[2]

2.      Teori Pembiasaan Klasik

Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang

berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov

(1849-1936), pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah

prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan

stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.[3]

Pavlov mengadakan percobaan terhadap anjing yang diberi

stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing.

Page 4: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

Dari hasil percobaannya, sinyal (pertanda memainkan peran yang

sangat penting dalam akdaptasi hewan terhadap sekitarnya.

Teori Classical conditioning yang ditemukan pavlov didasarkan pada

tiga proses, yaitu: pertama, penyamarataan (generalization) sebab

respon dikondisikan dengan kehadiran stimulus yang sama melalui

keluarnya air liur; kedua, perbedaan (discimination) untuk merespon

apabila ada perangsang makanan kemulutnya; ketiga, pemadaman

(extinction) terjadi ketika stimulus disajikan berulang-ulang tanpa

adanya stimulus berupa makanan.

Kesimpulan dari percobaan pavlov ialah apabila stimulus yang

diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS),

stimulus tadi (CS), cepat atau lambat akan menimbulkan respon

atau perubahan yang kita kehendaki dalam CR. Skinner berpendapat

bahwa percobaan Pavlov itu tunduk terhadap dua macam hukum yang

berbeda, yakni: law of respondent conditioning atau hukum pembiasaan dan

law of respondent extinction atau pemusnahan yang dituntut.[4]

Keterangan: US (Unconditioned Stimulus), UR (Unconditioned Reflex), CS (Conditioned Stimulus),

CR (Conditioned Reflex)

UNDUH DISINI

3.      Teori Belajar Koneksionisme

Page 5: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

Prinsip teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara kesan

panca indra (sense impression) dengan implus untuk bertindak (impulse to

action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih lemah

dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh

karena itulah, teory thorndike disebut Connectionism atau bond

psychology.

Awal eksperimennya menggunakan kucing, ketika eksperimen

awal ini berhasil maka ia melanjutkan pada hewan lainnya. Kucing

dibiarkan kelaparan, kemudian ia dimasukkan kedalam kotak yang

sudah dirancang khusus, sehingga jika kucing itu mnyentuh tombol

pintu maka pintu itu akan terbuka dan ia dapat keluar dan

mencapai daging yang dijadikan umpan diluar kandang. Pada usaha

pertama  ia belum terbiasa memecahkan problemnya, sampai kemudian

berhasil menemukan tombol tersebut. Waktu yang dibutuhkan dalam

usaha pertama agak lama. Percobaan yang sam dilakukan secara

berulang-ulang.

Dengan terlatihnya proses belajar dari kesalahan (trial and

error), maka watu yang dibutuhkan untuk memecahkan problem itu

semakin singkat. Teori trial and error learning mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

1)      Adanya motif yang mendorong akktivitas.

2)      Adanya berbagai respon terhadap situasi.

3)      Adanya eliminasi respon-respon yang gagal atau salah.

4)      Adanya kemajuan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan.

Page 6: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

Menurut thorndike, dasar proses belajar pada hewan maupun

pada manusia adalah sama. Baik belajar pada hewan maupun manusia,

menggacu pada tiga hukumbelajar pokok, yaitu:

a)      Law of Readiness adalah reaksi terhadap stimulus yang didukung

kesiapan untuk bertindak dan reaksi itu menjadi memuaskan.

b)      Law of Exercise ialah hubungan stimulus respon apabila dering

digunakan akan semakin kuat melalui repetitton atau pengulangan

                                                     i.            Law of Use: Hubungan stimulus

respon bertambah kuat jika ada latihan.

                                                   ii.            Law of Disuse: Hubungan

stimulus respon bertambah lemah jika latihan dihentikan.

c)      Law of Effect  ialah menunjukkan kepada makin kuat atau lemahnya

hubungan sebagai akibat dari pada hasil respon yang dilakukan.[5]

4.      Teori Gestalt

Menurut aliran ini jiwa manusia adalah suatu keseluruhan

ynag berstruktur. Suatu keseluruhn bukan terdiri dari bagian-

bagian atau unsur-unsur. Unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan

menurut struktur yang telah terbentuk dan salin berinterelasi

satu sama lain.

            Teori psikologi gestalt sangat berpengaruh terhadap

tafsiran tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan adalah sebagai berikut :

1.      Tingkah laku terjadi berkat interaksi antar individu dan

lingkungannya.

Page 7: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

2.      Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis,

adanya ganguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong

terjadinya tingkah laku.

3.      Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi

problematis.

4.      Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dalam situasi

tersebut menemukan dirinya.

5.      Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya

bermakna dalam keseluruhan itu.[6]

DAPATKAN FILE LENGKAPNYA 

Teori Belajar Kognitif

[1] Mahmud, PsikologiPendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hlm., 72 [2] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm., 38-39 [3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hlm., 104[4] Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2010, hlm., 169[5] Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2010, hlm., 166-167 [6] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm., 41

2.    Teori-Teori belajar

Page 8: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

Secara pragmatis,teori belajar merupakan prinsip umum yangsaling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.Adapun teori-teori belajar itu adalah sebagai berikut1[5]:

1)   Teori Koneksionisme (Connectionism)Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874/1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen Thorndike menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena-fenomena belajar.

2)   Teori Pembiasaan Klasikal (Classical Connditioning)Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan berkebangsaan Rusia.Pada dasarnya classical conditioning merupakan sebuah prosedur penciptaan reflek baru dengan mendatangkan stimulus sebelum terjadi nya reflek tersebut.

3)   Teori Pembiasaan Prilaku Respons ( Operant Conditioning)Operant adalah sejumlah perilaku atau rspon yang membawa efek sama terhadap lingkungan yang dekat (Reber,1988)tidak seperti respondent conditioning yang responya didatangkan oleh stimulus tertentu,respon dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,melainkan oleh reinforcer (stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu)

4)   Teori Pendekatan Kognitif (Cognitive Theory)Teori ini merupakan bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi konstribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan, termasuk psikologi belajar. Sains kognitif merupakan himpunan disiplin ilmu yang terdiri atas psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer linguistik, intelegensi buatan, matematika, epistimologi, dan psikologi saraf.

5) Teori Pembiasaan Asosiasi Dekat (Contiguous Conditioning) Menurut teori ini apa yang sesungguhnya dipelajari orang adalah reaksi atau respons terakhir yang muncul atas sebuah rangsangan atau stimulus.Artinya,setiap peristiwa belajar hanya mugkin

1

Page 9: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

terjadi sekali saja untuk selamanya atau sama sekali tak terjadi (Reber,1989:153)

6) Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan).

“ALIRAN YANG MENDASARI TEORI BELAJAR”

Memasuki abad ke-19 beberapa ahli psikologi mengadakan

penelitian eksperimantal tentang teori belajar, walaupun pada

waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek

penelitiannya. Penggunaan binatang sebagai objek penelitian

didasarkan pada pemikiran bahwa apabila binatang yang

kecerdasannya dianggap rendah dapat melakukan eksperimen teori

belajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa eksperiman itupun

dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena

manusia lebih cerdas dari pada binatang.

Dari berbagai tulisan yang membahas tentang perkembangan teori

belajar seperti (Atkinson, dkk. 1997; Gredler Margaret Bell,

1986) memaparkan tentang teori belajar yang secara umum dapat

dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi (a) teori

belajar Behavioritik (b) teori belajar kognitif (c) teori belajar

humanistic (d) teori belajar psikoanalisis. Keempat aliran

belajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, yakni

aliran behavioristik menekankan pada “hasil” dari pada proses

belajar. Aliran kognitif menekankan pada “proses” belajar.

Aliran humanistic menekankan pada “isi” atau apa yang dipelajari.

Aliran Psikoanalisis menekankan pada “kejiwaan”.

Page 10: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

Kajian tentang keempat aliran tersebut akan diuraikan satu

persatu.

A. Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang

memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan

mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme

tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan

individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata

melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi

kebiasaan yang dikuasai individu.2[3]

Dalam Kamus Psikologi disebutkan juga beberapa pengertian

Behaviorisme:

1.      Pandangan beberapa ahli psikologi pada awal abad 20 yang

menentang metode introspeksi; dan menganjurkan agar psikologi

dibatasi pada penelaahan perilaku yang terlihat (observable behavior)

untuk dijadikan dasar pertimbangan data ilmiah.

2.      Suatu aliran (dan sistem) psikologi yang dikembangkan oleh

John B. Watson; suatu pandangan umum yang menekankan peranan

perilaku yang bias diamati (terbuka, overt behavior) serta

memperkecil arti dari proses-proses mental.

3.      Pandangan yang menyatakan bahwa perilaku manusia dan hewan

bias dimengerti, bias diramalkan dan dikontrol tanpa bantuan

keterangan-keterangan yang menyangkut keadaan mentalnya. Suatu

2[3] Akhmad Sudrajat, “Teori-teori Belajar”, http://www.scribd.com/cod/15874999/teoriteori-belajar.

Page 11: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

aliran psikologi, yang menekankan agar psikologi dibatasi pada

studi mengenai perilaku saja.3[4]

Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang

didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat

bahwa perilaku harus merupakan unsure subyek tunggal psokologi.

Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh,

serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam.

Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksi (yang

menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif)

dan juga Psokoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar

yang tidak tampak).4[5]

Teori belajar psilologi behavioristik dikemukakan oleh para

psikolog behavioristik. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku

manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan

(reinforcement”) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku

belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi

behavioral dengan stimulasinya.

Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa

tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap

lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa

segenap tingkah laku adalah merupakan hasil belajar. Kita dapat

menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar

belakang penguatan (reinforcement) terhadap tinkah laku tersebut.

3[4] Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung:CV. Pionir Jaya,2000), hlm.45-46.

4[5] Muhammad, “Psikologi Aliran Behaviorisme”, http://www.psikologi.or.id.

Page 12: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya

teori-teori tentang belajar.5[6] Tokoh-tokohnya antara lain E.L.

Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, B.F. Skinner, dan Bandura.

Berdasarkan pengalaman penelotian masing-masing, yang berbeda

satu sama lain, mereka menciptakan teori belajar yang berbeda,

tetapi mempunyai kesamaan dalam prinsipnya, yaitu bahwa perubahan

tingkah laku terjadi karena (semata-mata) lingkungan.

Ciri- ciri aliran Behaviorisme:

(1)   Mementingkan pengaruh lingkungan.

(2)   Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan.

(3)   Mementingkan reaksi psikomotor.

(4)   Mementingkan sebab-sebab masa lampau.

(5)   Mementingkan pembentukan kebiasaan.

(6)   Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar.

(7)   Mengutamakan “trial and error”.6[7]

Dalam buku lain juga disebutkan bahwa ciri-ciri utama aliran

Behaviorisme antara lain:

1)      Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari

kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah

laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin

dikesampingkan. Dan hanya perubahan dan gerak-gerik pada badan

sajalah yang dipelajari. Maka sering dikatakan bahwa Behaviorisme

adalah psikologi tanpa jiwa.

5[6] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2001), Cet.2, hlm. 30.

6[7] Mustaqim, Ilmu JIwa Pendidikan, Edisi Revisi, (Semarang: CV. Andalan Kita, 2010), hlm. 56.

Page 13: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

2)      Segala macam perbuatan dikembalikan kepada reflex Behaviorisme

mencari unsure-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-

perbuatan bukan kesadarn, yang dinamakan reflex. Refleks adalah

reaksi yang tidak disadari terhadap suatu perangsang. Manusia

dianggap suatu kompleks refleks atau suatu mesin reaksi.

3)      Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua

adalah sama. Menurut Behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa.

Manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan,

dan pendidikan dapat mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.7[8]

B. Kognitif

Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi

umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan

mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam

memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui

indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan

prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kehidupan mental mencakup gejala kognitif, afektif, konatif

sampai pada taraf tertentu, yaitu psikomatis yang tidak dapat

dipisahkan secara tegas satu sama lain. Oleh karena itu,

psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar gejala khas

kognitif, tetapi juga dari afektif (penafsiran dan pertimbangan

7[8] Abu Ahmad dan M. Umar, Psikologi Umum, Edisi Revisi, (Semarang: CV. Andalan Kita, 1992), hlm. 27-28.

Page 14: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

yang menyertai reaksi perasaan), konatif (keputusan kehendak).8

[9]

Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-

penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar sebagai proses

hubungan stimulus-response-reinforcement. Mereka berpendapat,

bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward

dan reinforcement. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran

kognitifis. Menurut pendapat mereka,tingkah laku seseorang

senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau

memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi

belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan

memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi, kaum

kognitifis berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih

bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di

dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari bagian-

bagiannya. Mereka member tekanan pada organisasi pengamatan atas

stimuli di dalam lingkungan serta pada faktor-faktor yang

mempengaruhi pengamatan.9[10]

Tokoh-tokohnya antara lain Kohler, Max wertheimer, Kurt Lewin,

dan Bandura. Teori belajar mereka diciptakan berdasarkan

percobaan-percobaan masing-masing yamng tidak sama, tetapi dasar

belajar mereka sama, yaitu bahwa dalam belajar terdapat kemampuan

mengukur lingkungan, sehingga lingkungan tidak otomatis

mempengaruhi manusia.8[9] Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008), Cet. 3,hlm. 62.

9[10] Wasty Soemanto, op.cit., hlm. 127-128.

Page 15: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

Cirri-ciri aliran Kognitif adalah:

(1)   Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia

(2)   Meningkatkan keseluruhan dari pada bagian-bagian

(3)   Meningkatkan peranan kognitif

(4)   Meningkatkan kondisi waktu sekarang

(5)   Meningkatkan pembentukan struktur kognitif

(6)   Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia

(7)   Mengutamakan “insight” (pengertian).10[11]

C. Humanisme

Teori jenis ketiga adalah teori humanistic. Humanism adalah

aliran kemanusiaan, humanism adalah suatu pendekatan psikologis,

dimana ditonjolkan masalah-masalah, kepentingan-kepentingan

manusiawi, nilai-nilai dan martabat manusiawi.11[12] Menurut

kamus psikologi ada beberapa pengertian tentang psikologi

Humanistik antara lain:

a.       Suatu pendekatan terhadap psikologi yang menekankan usaha

melihat orang sebagai makhluk-makhluk yang utuh, dengan

memusatkan diri pada kesadaran subjektif, meneliti masalah-

masalah manusiawi yang penting, serta memperkaya kehidupan

manusia.

b.      Pendekatan psokologi secara umum, yang menekankan sifat-sifat

karakteristik yang membedakan makhluk-makhluk manusia dari hewan-

hewan lainnya. Para psikolog Humanistik terutama sekali

10[11] Mustaqim, op.cit., hlm. 57.

11[12] Kartini Kartono dan Dali Gulo, op.cit., hlm. 207.

Page 16: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

menekankan kapasitas-kapasitas manusiawi yang sosiatif dan

konstrukstif.

c.       Pendekatan terhadap studi atas keberadaan manusia, yang

menekankan masalah keseluruhan pribadi serta unsure-unsur pokok

(konstituen-konstituen) imternal dan integrative dari totalitas

aku pribadi seseorang, motif-motif, niat-niat, perasan-perasaan

dan seterusnya.12[13]

Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan

bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat teori belajar,

teori humanistic inilah yang paling abstrak, yang paling

mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.

Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari

proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara

tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling

ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide

belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar

seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia

keseharian. Wajar jika teori ini sangat bersifat eklektik. Teori

apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia

(mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat tercapai.13

[14]

Dalam dunia pendidikan aliran humanistic muncul pada tahun

1960 sampai dengan 1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan

inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad 2012[13] Ibid.

13[14] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2008),Cet. 3, hlm. 13.

Page 17: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

inipun juga akan menuju pada arah ini. (John Jarolimak dan

Clifford Foster, 1976, hlm.330).14[15]

Dalam menyoroti masalah perilaku, ahli-ahli psikologi

behavioral dan humanistic mempunyai pandangan yang sangat

berbeda. Perbedaan ini dikenal sebagai freedom determination

issue. Para behaviorist memandang orang sebagai makhluk reaktif

yang memberikan responnya terhadap lingkungannya. Pengalaman

lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.

Sebaliknya para humanis mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu

menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih

kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh temannya.15[16]

Psikologi Kognitif disempurnakan oleh tokoh-tokoh seperti Carl

Rogers dan Frankle. Jadi ciri-ciri kognitif masih terdapat dalam

aliran psikologi humanism.

Ciri-ciri aliran humanisme:

(1)               Mementingkan manusia sebagai pribadi

(2)               Mementingkan kebulatan pribadi

(3)               Mementingkan peranan kognitif dan efektif

(4)               Mementingkan persepsi subjektif yang dimiliki tiap

individu

(5)               Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku

sendiri

(6)               Mengutamakan “insight”.16[17]

14[15] Wasty Soemanto, op.cit., hlm. 136.

15[16] M. Dalyono, op.cit., hlm. 44.

16[17] Mustaqim, op.cit., hlm. 58.

Page 18: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari

psikologi humanistic. Gerakan ini merupakan gerakan psikologi

yang merasa tidak puas dengan psikologi behavioristik dan

psikoanalisis, dan mencari alternative psikologi yang fokusnya

adalah manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Gerakan ini

kemudian dikenal dengan psikologi humanistic (Misiak dan

Sexton,1988).17[18]

Manusia adalah makhluk yang kreatif, yang dikendalikan bukan

oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran-psikoanalisis-melainkan

oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri. Pada tahun 1958

Maslow menamakan psikologi humanistic sebagai “kekuatan yang

ketiga”, disamping psikologi behavioristik dan psikoanalisis

sebagai kekuatan pertama dan kekuatan kedua.18[19]

Ada empat cirri psikologi yang berorientasi humanistic,

yaitu:

1)      Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya

berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam

mempelajari manusia.

2)      Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas seperti

kreatifitas, aktualisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran

tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.

3)      Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-

masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian

yang akan digunakan.17[18] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2004), Ed. IV., hlm. 78.

18[19] Ibid., hlm. 79.

Page 19: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

4)      Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tertinggi

pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada

perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu (Misiak

dan Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi

humanistic, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan

client-centered therapy.19[20]

D. Psikoanalisis

Psikoanalisa adalah satu psiko terapi yang secara typis

mencakup angan-angan dan mimpi-mimpi. Kesulitan-kesulitan pasien

ditafsirkan oleh analis bagi dirinya, dan dia dinasehati untuk

berbuat sesuatu untuk meredakan atau menguranginya. Data yang

diperoleh melalui prosedur psikoanalitis biasanya ditafsirkan

sesuai dengan teori psikoanalitik. Teori aslinya yaitu dari

Freud, sangat menekankan seksualitas yang tertekan atau yang ada

dalam sub kesadaran. Sekarang ini terdapat beberapa sekolah ,

aliran psikoanalisa, beberapa dari padanya berbeda dengan

pendirian Freud dalam hal tidak terlalu menekankan motivasi

seksual. Beberapa dari sekolah tersebut menekankan dasar-dasar

social maupun biologis dari motivasi manusia.20[21]

Pendiri Psokoanalisis adalah Sigmun freud (1856-1936). Tujuan

dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ketingkat kesadaran

mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan,

19[20] Ibid., hlm. 80

20[21] Kartini Kartono dan Dali Gulo, op.cit., hlm. 383

Page 20: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

yang diasumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari

pasien.

Menurut Freud dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang

normal maupun orang yang neurotic keadaan tidak sadar

(unconscious ideas) bergelut untuk mengekspresikan dan dapat

memotifasi pemikiran ataupun perilaku.21[22]

Psikoanalisis merupakan psikologi sebagai suatu ilmu. Akan

tetapi untuk kepentingan pengobatan, Freud mengatakan

psikoanalisis ini boleh disebut sebagai suatu cara atau

penyembuhan.

Cirri-ciri aliran psikoanalisis:

(1)   Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan proses

ketidaksadaran.

(2)   Menganut prinsip “psychic determinism” yang berarti bahwa

segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran seseorang, tidaklah

terjadi secara kebetulan, melainkan karena peristiwa kejiwaan

yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan

peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab-akibat.

(3)   Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih

banyak dan lebih penting dalam kondisi mental baik normal maupun

abnormal.22[23]

Perbedaan aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior:

21[22] Bimo Walgimo, op.cit., hlm. 76-77

22[23] Mustaqim, op.cit., hlm. 59.

Page 21: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

1)      Aliran Psikoanalisa: mengabaikan potensi-potensi , melihat

dari sisi negative individu, alam bawah sadar, mimpi, dan masa

lalu.

2)      Aliran Behaviorisme: mengabaikan potensi-potensi yang ada pada

diri manusia, manusia diperlakukan sebagai mesin yang artinya

manusia sebagai satu siste kompleks yang bertingkah laku menurut

cara yang sesuai hukum.

3)      Aliran Humanistik: tidak mengabaikan potensi-potensi yang ada

pada diri manusia, percaya pada kodrat individu, artinya individu

pasti dapat dan harus mengatasi masa lampau atau Psikoanalis,

secara kodrat biologis dan lingkungan.23[24]

BAB III

ANALISIS

Makalah ini membahas tentang aliran yang mendasari teori

belajar. Dimana makalah ini memaparkan bahwa, aliran yang

mendasari teori belajar itu ada empat yakni aliran Behaviorisme,

Kognitif, Humanisme, dan Psikoanalisis.

Menurut Cronbach, dia mengemukakan dalam bukunya

“Educational Psycology” dengan mengatakan bahwa belajar dengan

yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami itu si pengajar

menggunakan panca inderanya.24[25]

23[24] Tantie Nur Indah Sari, “ Perbedaan aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior”, http://www.t4nti.blog.com/2009/10/10/perbedaan-aliran-psikoanalisa-humanistik-dan-behavior.

24[25] Andi, log. Cit.

Page 22: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

Berdasarkan apa yang sudah dipaparkan di atas bahwa terdapat

beberapa macam aliran yang mendasari teori belajar dan mempunyai

cirri-ciri yang berbeda.

Aliran Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang

timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada umumnya. Para

ahli psikologi dalam rumpun behaviorisme ingin meneliti psikologi

secara objektif. Mereka berpendapat bahwa kesadaran merupakan hal

yang dubious, sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara

langsung, secara nyata.25[26] Rumpun ini sangat menekankan

perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati.

Aliran Kognitif, dasarnya bahwa belajar terdapat kemampuan

mengenal lingkungan sehingga, lingkungan tidak otomatis

mempengaruhi manusia.

Aliran Humanisme, lahir sebagai revolusi ketiga atau

dikatakan sebagai madzhab ketiga Psikologi. Aliram Humanistik

melengkapi aspek-aspek dasar dari aliran psikoanalisis dan

behaviorisme dengan memasukkan aspek positif yang menentukan

seperti cinta, kreativitas, nilai makna dan pertumbuhan pribadi.

Psikologi Humanistik banyak mengambil penganut psikoanalisis

Neofreudian. “Asumsi dasar aliran ini yang membedakan dengan

aliran lain adalah perhatian pada makna kehidupan bahwa manusia

bukanlah sekedar pelakon tetapi pencari makna kehidupan.

Abraham Maslow menyatakan “Studi tentang orang-orang yang

mengaktualisasikan dirinya mutlak menjadi fondasi bagi sebuah

ilmu psikologi yang lebih semesta”. (Frank Goble, 1993,34).

25[26] Bimo Walgito, op.cit., hlm. 66.

Page 23: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

Aliran psikoanalisa, pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun

Freud. Dengan asumsi bahwa:

1)      Perilaku dan proses mental manusia dimotivasi oleh kekuatan-

kekuatan dan konflik-konflik dari dalam, manusia memilikisedikit

kesadarn dan kontrolatas kekuatan tersebut. Perilaku manusia

menjadi lebih rasional bila diterima secara social.

2)      Libido seksual mengikuti hokum kekekalan energy.26[27]

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1.      Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang

didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat

bahwa perilaku harus merupakan unsure subyek tunggal psokologi.

Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh,

serta memilikiakar sejarah yang cukup dalam.

2.      Ciri- ciri aliran Behaviorisme:

1)      Mementingkan pengaruh lingkungan.

2)      Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan.

3)      Mementingkan reaksi psikomotor.

26[27] Abdl Gani Hctcmba, “Rangkuman Materi-materi Diskusi Kelompok”, http://www.scribd.com/doc/46753211/psikoanalisis-behaviorisme-humanistik-jung-roger.

Page 24: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

4)      Mementingkan sebab-sebab masa lampau.

5)      Mementingkan pembentukan kebiasaan.

6)      Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar.

7)      Mengutamakan “trial and error”.

3.      Tokoh-tokoh aliran Behaviorisme antara lain E.L. Thorndike,

Ivan Petrovich Pavlov, B.F. Skinner, dan Bandura.

4.      Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi

umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan

mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam

memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui

indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan

prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

5.      Cirri-ciri aliran Kognitif adalah:

- Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia

- Meningkatkan keseluruhan dari pada bagian-bagian

- Meningkatkan peranan kognitif

- Meningkatkan kondisi waktu sekarang

- Meningkatkan pembentukan struktur kognitif

- Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia

- Mengutamakan “insight” (pengertian).

6.      Tokoh-tokoh aliran kognitif antara lain Kohler, Max

wertheimer, Kurt Lewin, dan Bandura.

7.      Humanisme adalah suatu pendekatan psikologis, dimana

ditonjolkan masalah-masalah, kepentingan-kepentingan manusiawi,

nilai-nilai dan martabat manusiawi.

8.      Ciri-ciri aliran humanisme:

Page 25: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

-          Mementingkan manusia sebagai pribadi

-          Mementingkan kebulatan pribadi

-          Mementingkan peranan kognitif dan efektif

-          Mementingkan persepsi subjektif yang dimiliki tiap

individu

-          Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku

sendiri

-          Mengutamakan “insight”

9.      Psikologi Humanisme tokoh-tokohnya seperti Carl Rogers dan

Frankle. Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak

dari psikologi humanistic.

10.  Psikoanalisis merupakan psikologi sebagai suatu ilmu. Akan

tetapi untuk kepentingan pengobatan, Freud mengatakan

psikoanalisis ini boleh disebut sebagai suatu cara atau

penyembuhan. Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa

ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang

direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber perilaku

yang tidak normal dari pasien.

11.  Cirri-ciri aliran psikoanalisis:

-          Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan proses

ketidaksadaran.

-          Menganut prinsip “psychic determinism” yang berarti bahwa

segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran seseorang, tidaklah

terjadi secara kebetulan, melainkan karena peristiwa kejiwaan

yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan

peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab-akibat.

Page 26: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

-          Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih

banyak dan lebih penting dalam kondisi mental baik normal maupun

abnormal

12.  Pendiri Psokoanalisis adalah Sigmun freud (1856-1936).

B. Saran-saran

Berdasarkan uraian makalah tersebut, maka penulis mengajukan

saran:

1.      Agar para pendidik lebih memahami akan aliran-aliran yang

mendasari teori belajar supaya mengetahui lebih lanjut akan

aliran tersebut dan bisa menerapkannya dalam proses pembelajaran.

2.      Bagi peserta didik supaya belajar yang sungguh-sungguh dan

supaya bisa membedakan antar setiap aliran yang mendasari teori

belajar.

C. Penutup

Alhamdulillah atas limpahan rahmat dan Fadhilahnya makalah

ini bias terselesaikan. Penulis telah berusaha semampu mungkin

untuk menyempurnakan penyusunannya. Meskipun telah berusaha

sekuat tenaga, penulis tidak menafikan kemungkinan bahwa makalah

ini banyak kekurangan dan kesalahan.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada pihak yang telah

membanyu terselesainya makalah ini.

Besar harapan makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Jika tujuan ini tercapai maka semua itu adalah karunia Allah SWT

yang diberikan kapada siapapun ynag Dia kehandaki. Allah SWT

Page 27: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

pemilik karunia yang agung. Kalau bukan karena-Nya, niscaya

penulis tidak akan sanggup menyelesaikannya. Allah tidak akan

membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupanya.

Semoga Allah SWT menjadikan amal sebagai persembahan yang

ikhlas semata-mata mengharapkan keridhoan-Nya. Semoga Allah

mengilhamkan kebenaran pada ucapan kita, menjauhakn kita dari

segala rintangan. Amin.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Saran dan kritik

yang membangun bagi para pembaca sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andi, “Teori-teori Belajar”, http://www .

Andi1988.wordpress.com/2009/01/28/teori-teori-

belajar.phtml.

Dalyono, M., Psikologi pendidikan, Jakarat: PT. Rineka Cipta, 2001,

Cet. 2.

Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Cet. 3.

Gani, Abdul, “Rangkuman Materi-materi Diskusi Kelompok”,

http://www.scribd.com/doc/

46753211/psikoanalisis-behaviorisme-humanistik-jung-roger.

Kartono, Kartini dan Gulo, Dali, Kamus Psikologi, Bandung: CV.

Pionir Jaya,2000.

Page 28: Teori-Teori Belajar menurut para ahli

Muhammad, “Psikologi Aliran Behaviorisme”,

http://www.psikologi.or.id .

Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001, Cet.

2.

Sari, Tanti Nur Indah, Perbedaan Aliran Psikoanalisa, Humanistik,

dan Behavior”,

http://www.t4nti.blog.com/2009/10/10/perbedaan-aliran-

psikoanalisa-humanistik-dan-

behavior.phtml.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Edisi Baru, Jakarta: PT.

Rineka Cipta,1998, Cet. 4.

Sudrajat, Akhmad, Teori-teori Belajar”,

http://www.scribd.com/cod/15874999/teoriteori-

Belajar.phtml.

Uno, Hamzah B., Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2008, Cet. 3.

Walgito, Bimo, Pengantar psikologi Umum, Yogyakarta: Andi, 2004.

27[1] Andi, “Teori-teori Belajar”, http://www.andi1988.wordpress.com/2009/01/28/teori-teori-belajar.28[2] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Edisi Baru, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), Cet.4, hlm. 122

27

28