BAB IPENDAHULUANKelainan dalam letak alat-alat genital sudah
dikenal sejak 2000 tahun SM. Catatan-catatan yang ditemukan di
Mesir mengenai Ratu Cleopatra menyatakan prolapsus genitalis
merupakan satu hal yang gaib pada wanita dan menganjurkan
pengobatannya dengan penyiraman larutan Adstringensia. Dalam hal
ilmu kedokteran Hindu kuno menurut Chakraberty, dijumpai
keterangan-keterangan mengenai kelainan dalam letak alat genital,
dipakai istilah Mahati untuk wanita yang lebar dengan sistokel,
rektokel dan laserasi perineum.Juga di Indonesia sejak zaman dahulu
telah lama dikenal istilah peranakan turun dan peranakan terbalik.
Prolapsus uteri adalah keadaan yang sangat jarang terjadi.
Frekuensi kejadian prolapsus uteri sendri di Indonesia hanya 1,5%
saja. Kebanyakan terjadi pada usia tua dan pada usia muda. Hal ini
disebabkan oleh kelemahan dari otot dan struktur fascia pada usia
yang lebih lanjut. Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang
pola formasi keluarga dan kesehatan ditemukan kejadian prolapsus
uteri lebih tinggi pada wanita yang mempunyai anak lebih dari tujuh
daripada wanita yang mempunyai satu atau dua anak. Prolapsus uteri
lebih berpengaruh pada perempuan di negara-negara berkembang yang
perkawinan dan kelahiran anaknya dimulai pada usia muda dan saat
fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO menemukan bahwa laporan
kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada
kasus-kasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan
medik.(Koblinsky). Penentuan letak uterus normal dan kelainan dalam
letak alat genital bertambah penting artinya karena diagnosis yang
tepat perlu sekali guna penatalaksanaan yang baik sehingga tidak
timbul kembali penyulit pasca operasi di kemudian hari.
(Winkjosastro). Frekuensi prolapsus uteri di beberapa Negara bagian
berlainan, seperti dilaporkan di klinik dGynecologie et Obstetrique
Geneva insidensinya 5,7% pada periode yang sama di Hamburg 5,4%,
Roma 6,4%. Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya
tinggi sedangkan pada orang Negro Amerika dan Indonesia kurang.
Pada suku Bantu di Afrika Selatan jarang sekali terjadi.
Penyebabnya terutama adalah melahirkan dan pekerjaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat serta kelemahan
ligamentum-ligamentum karena hormonal pada usia lanjut. Trauma
persalinan dan beratnya uterus mungkin sebagai penyebab terjadinya
kejadian prolapsus uteri. Di Indonesia prolapsus uteri lebih sering
dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua dan wanita
dengan pekerjaan berat. Djafar Siddik pada penyelidikan selam 2
tahun (1969-1970) memperoleh 63 kasus prolapsus uteri dari 5.372
kasus ginekologik di Rumah Sakit Dr. Pirngadi di Medan, terbanyak
grande multipara dalam masa menopause dan 31,74% pada wanita
petani. Dari 63 kasus tersebut, 69% berumur 40 tahun. Jarang sekali
prolapsus uteri dapat ditemukan pada seorang nullipara.
BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. DefinisiPenurunan atau herniasi uterus
dari posisi normal di rongga pelvis kedalam atau keluar vagina.
(Dorland). Posisi uterus normal ialah tengah-tengah rongga panggul,
antara kandung kemih dan rectum, dengan ostium uteri eksternum
setinggi spina iskhiadika pada wanita berdiri
Gambar posisi Uterus normal
B. EtiologiFaktor penyebab prolapsus uteri adalah: Kelemahan
ligamen endopelvik, fasia dan otot-otot panggul.Posisi serta letak
uterus dan vagina dipertahankan oleh ligamen, fasia dan otot-otot
panggul. Te Linde membagi atas 4 golongan, yaitu:1. Ligamen-ligamen
yang terletak dalam rongga perut dan ditutupi oleh peritoneum,
yaitu ligamentum rotundum, ligamentum sakrouterina, ligamentum
kardinale, ligamentum latum, dan ligamentum infundibulopelvikum.2.
Jaringan-jaringan yang menunjang vagina yaitu fasia yang terdapat
antara dinding depan vagina dan dasar kandung kemih (fasia
puboservikalis) dan fasia yang terdapat antara dinding belakang
vagina dan rectum (fasia rektovaginalis).3. Kantong Douglas4.
Otot-otot dasar panggul terutama otot levator ani
Gambar Anatomi Uterus beserta ligament, fasia dan otot dasar
panggul
Proses melahirkan1. Persalinan lama dan sulit2. Meneran sebelum
pembukaan lengkap3. Laserasi dinding vagina bawah pada kala dua4.
Penatalaksanaan pengeluaran plasenta5. Reparasi otot-otot dasar
panggul yang tak baik Proses menopauseHormon estrogen berkurang
sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah Asites dan
tumor-tumor di daerah pelvis Bila prolapsus uteri dijumpai pada
nullipara berarti faktor penyebabnya berupa kelainan bawaan berupa
kelemahan jaringan penunjang uterus
C. KlasifikasiMenurut Friedmann dan Little derajat prolapsus
uteri adalah:I : Dimana serviks uteri turun sampai introitus
vaginaeII: Dimana serviks menonjol keluar dari introitus
vaginaeIII: Dimana seluruh uterus keluar dari vagina
Gambar derajat prolapsus uteriProlaps organ pelvis adalah
perpindahan ke bawah atau keluar salah satu organ pelvis dari
lokasi normalnya. Perpindahan ini biasanya dibagi menjadi derajat 0
sampai 3 (atau 0 sampai 4). Derajat 3 atau 4 merupakan prolaps
total atau procidentia. Berbagai istilah digunakan untuk
menggambarkan prolaps organ genital antara lain: Sistokel adalah
penurunan kandung kemih Sistouretrokel adalah sistokel yang
mengikutsertakan uretra sebagai bagian dari kompleks organ yang
prolaps Prolaps uteri adalah penurunan uterus dan serviks melalui
kanalis vaginalis menuju introitus vagina Rektokel adalah protrusi
rektum menuju lumen vagina posterior Enterokel adalah herniasi usus
halus menuju lumen vaginaSalah satu baku emas untuk menentukan
stadium prolaps adalah Pelvic Organ Prolapse Quantification (POPQ)
yang mengukur hiatus genitalia, korpus perineal, dan panjang vagina
total. Hiatus genitalia diukur dari pertengahan meatus uretra
eksternal hingga posterior garis tengah himen. Badan perineal
diukur dari batas posterior hiatus genital hingga pembukaan mid
anal. Panjang vagina total adalah kedalaman terbesar dari vagina
dalam cm saat apeks vagina direduksi hingga posisi normal. Semua
pengukuran kecuali panjang vagina total diukur saat pasien
mengedan
Definisi dan batasan kuantifikasi yaitu:AaDinding vagina
anterior, 3 cm proksimal dari himen-3 s.d. +3
Baujung terdepan prolaps dinding anterior vagina-3 s.d. +tvl
Cujung distal serviks atau tunggul vagina (bila serviks tidak
ada)+/-tvl
Dujung distal forniks posterior+/-tvl
Apdinding vagina posterior, 3 cm proksimal hymen-3 s.d. +3
Bpujung prolaps dinding vagina posterior-3 s.d. +tvl
ghhiatus genital, yaitu jarak tegak lurus antara pertengahan
meatus uretra ke hymen posteriortidak ada batas
Pbbadan perineal, yaitu jarak tegak lurus antara pertengahan
anus ke hymen posteriortidak ada batas
Tvlpanjang vagina total, yaitu forniks posterior atau tunggul
vagina ke himentidak ada batas
Sistem pembagian stadium prolaps organ pelvik menurut ICSStadium
0: titik Aa, Ap, Ba, dan Bp semuanya -3 cm dan titik yang lain
(C,D)+1 cm, namun + (X-2) cm*) X = panjang total vagina dalam cm
pada stadium 0, III, dan IV.
D. PatofisiologiSebagaimana telah diterangkan prolapsus uteri
terdapat dalam berbagai tingkat dari yang paling ringan sampai
prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan khususnya
persalinan pervaginam yang susah, terdapatnya kelemahan
ligamen-ligamen yang tergolong dalam fasia endopelvik dan otot-otot
dasar serta fasia panggul. Juga dalam keadaan tekanan
intraabdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan
uterus terutama apabila tonus otot-otot mengurang seperti pada
penderita menopause.
Tekanan intraabdominal meningkat dan kronikPersalinan Spontan
Pervaginam susahTonus otot mengurang (menopause)
Beban kerja ligamen meningkat
Ligamen melemah
Posisi uterus tidak dapat dipertahankan
Prolapsus Uteri
E. Manifestasi KlinisGejala sangat berbeda-beda dan bersifat
individual. Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps cukup
berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain
dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan. Keluhan-keluhan
yang hampir selalu dijumpai:1. Perasaan adanya suatu benda yang
mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna2. Rasa sakit di
panggul dan pinggang, biasanya jika penderita berbaring keluhan
menghilang atau berkurang3. Mengganggu penderita waktu berjalan dan
bekerja4. Gesekan porsio uteri dengan celana menimbulkan lecet
sampai luka dan dekubitus pada porsio uteri5. Leukorea karena
kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta
luka pada porsio uteri
F. Diagnosis Anamnesis Gejala diperberat saat berdiri atau
berjalan dalam waktu lama dan pulih saat berbaring. Pasien merasa
lebih nyaman saat pagi hari, dan gejala memberat saat siang hari.
Gejala-gejala tersebut antara lain: Pelvis terasa berat dan nyeri
pelvis Protrusi atau penonjolan jaringan Nyeri punggung bawah
Konstipasi Kesulitan berjalan Kesulitan berkemih Peningkatan
frekuensi, urgensi, dan inkontinensia dalam berkemih Nausea
Discharge purulen Perdarahan Ulserasi b. Pemeriksaan
fisikPemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pelvis lengkap,
termasuk pemeriksaan rektovaginal untuk menilai tonus sfingter.
Alat yang digunakan adalah spekulum Sims atau spekulum standar
tanpa bilah anterior. Penemuan fisik dapat lebih diperjelas dengan
meminta pasien meneran atau berdiri dan berjalan sebelum
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan fisik pada posisi pasien berdiri dan
kandung kemih kosong dibandingkan dengan posisi supinasi dan
kandung kemih penuh dapat berbeda 1-2 derajat prolaps. Prolaps
uteri ringan dapat dideteksi hanya jika pasien meneran pada
pemeriksaan bimanual. Evaluasi status estrogen semua pasien.
Tanda-tanda menurunnya estrogen: Berkurangnya rugae mukosa vagina
Sekresi berkurang Kulit perineum tipis Perineum mudah
robekPemeriksaan fisik juga harus dapat menyingkirkan adanya
kondisi serius yang mungkin berhubungan dengan prolaps uteri,
seperti infeksi, strangulasi dengan iskemia uteri, obstruksi
saluran kemih dengan gagal ginjal, dan perdarahan. Jika terdapat
obstruksi saluran kemih, terdapat nyeri suprapubik atau kandung
kemih timpani. Jika terdapat infeksi, dapat ditemukan discharge
serviks purulen.c. Laboratorium Pemeriksaan ditujukan untuk
mengidentifikasi komplikasi yang serius (infeksi, obstruksi saluran
kemih, perdarahan, strangulasi), dan tidak diperlukan untuk kasus
tanpa komplikasi. Urinalisis dapat dilakukan untuk mengetahui
infeksi saluran kemih. Kultur getah serviks diindikasikan untuk
kasus yang disertai ulserasi atau discharge purulen. Pap smear atau
biopsi mungkin diperlukan bila diduga terdapat keganasan. Jika
terdapat gejala atau tanda obstruksi saluran kemih, pemeriksaan BUN
dan kadar kreatinin serum dilakukan untuk menilai fungsi
ginjal.
Keluhan-keluhan penderita dan pemeriksaan ginekologik umumnya
dengan mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus uteri. Friedmann
dan Little menganjurkan dengan cara pemeriksaan sebagai
berikut:Penderita dalam posisi jongkok disuruh mengejan dan
ditentukan dengan pemeriksaan jari, apakah porsio uteri pada posisi
normal atau porsio sampai introitus vagina, atau apakah serviks
uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita
berbaring dalam posisi litotomi ditentukan pula panjangnya serviks
uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan
elongasio kolli.
G. KomplikasiKomplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri:
Keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteriProsidensia uteri
disertai dengan keluarnya dinding vagina (inversio) oleh karena itu
mukosa vagina dan serviks uteri menjadi tebal serta berkerut dan
berwarna keputih-putihan DekubitusJika serviks uteri terus keluar
dari vagina, ujungnya bergeser dengan paha dan pakaian dalam, hal
ini dapat menyebabkan luka dan radang dan lambat laun terjadi ulkus
dekubitus. Dalam keadaan demikian perlu dipikirkan kemungkinan
karsinoma, lebih-lebih pada penderita berusia lanjut. Pemeriksaan
sitologi/biopsy perlu dilakukan untuk mendapat kepastian akan
adanya karsinoma Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolliJika
serviks uteri turun kedalam vagina sedangkan jaringan penahan dan
penyokong uterus masih kuat, maka karena tarikan kebawah di bawah
uterus yang turun serta pembendungan pembuluh darah terjadi
sehingga serviks uteri mengalami hipertrofi dan menjadi panjang
pula. Hal yang terakhir ini dinamakan elangasio kolli. Hipertrofi
ditentukan dengan periksa lihat dan periksa raba. Pada elangasio
kolli serviks uteri pada periksa raba lebih panjang dari biasanya.
Gangguan miksi dan stress inkontinensiaTurunnya uterus bisa juga
menyempitkan ureter sehingga menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis. Infeksi saluran kemihAdanya retensi air kencing
mudah menimbulkan infeksi. Sistitis yang terjadi dapat meluas
keatas dan dapat menyebabkan pielitis dan pielonefritis. Akhirnya
hal itu dapat menyebabkan gagal ginjal KemandulanKarena serviks
uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae atau sama sekali
keluar dari vagina maka tidak mudah terjadi kehamilan Kesulitan
waktu partusJika wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada
waktu persalinan dapat timbul kesulitan di kala pembukaan sehingga
kemajuan persalinan terhalang HaemorrhoidFaeses yang terkumpul
dalam rektokel memudahkan adanya obstipasi dan timbul haemorrhoid
Inkarserasi usus halusUsus halus yang masuk ke dalam enterokel
dapat terjepit dengan kemungkinan tidak dapat direposisi lagi.
Dalam hal ini perlu dilakukan laparatomi untuk membebaskan usus
yang terjepit itu
H. Pencegahan Pemendekan waktu persalinan, terutama kala
pengeluaran dan kalau perlu dilakukan elektif (missal, ekstraksi
forceps dengan kepala sudah di dasar panggul) Membuat episiotomi
Memperbaiki dan mereparasi luka atau kerusakan jalan lahir dengan
baik Memimpin persalinan dengan baik agar dihindarkan penderita
meneran sebelum pembukaan lengkap betul Menghindari paksaan dalam
pengeluaran plasenta Mengawasi involusi uterus pasca persalinan
tetap baik dan cepat Mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat
meningkatkan tekanan intraabdominal seperti batuk-batuk yang kronik
Menghindari mengangkat benda-benda berat atau melakukan pekerjaan
yang berat Menganjurkan penderita agar tidak terlalu banyak punya
anak atau sering melahirkan Salah satu cara yang efektif yang dapat
yang dilakukan untuk mencegah resiko adalah dengan melatih
otot-otot panggul (senam Kegel)
I. Penatalaksanaan Pengobatan medisPengobatan cara ini tidak
seberapa memuaskan tetapi cukup menbantu. Cara ini dilakukan pada
prolapsus ringan tanpa keluhan, penderita yang masih ingin
mempunyai anak lagi, penderita yang menolak untuk dioperasi dan
kondisinya tidak mengizinkan untuk dilakukan operasi.
1. Latihan-latihan otot dasar panggulLatihan ini sangat berguna
pada prolapsus ringan terutama yang terjadi pada pasca persalinan
yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot
dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Laihan ini
dilakukan Selma beberapa bulan. Caranya ialah penderita disuruh
menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya
setelah selesai berhajat atau penderita disuruh membayangkan
seolah-olah sedang mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba
menghentikannya. Latihan ini bisa menjadi lebih efektif dengan
menggunakan perineometer menurut Kegel. Alat ini terdiri atas
obturator yang dimasukkan ke dalam vagina dan yang dengan suatu
pipa dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan demikian kontraksi
otot-otot dasar panggul dapat diukur.
2. Stimulasi otot-otot dengan listrikKontraksi otot-otot dasar
panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodanya
dapat dipasang dalam pessarium yang dimasukkan ke dalam vagina.3.
Pengobatan dengan pessariumPengobatan dengan pessarium sebenarnya
hanya bersifat paliatif, yakni menahan uterus di tempatnya selama
dipakai. Prinsip pemakaian pessarium ialah bahwa alat tersebut
mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas sehingga bagian
dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat tururn dan melewati
vagina bagian bawah. Pessarium yang paling baik untuk prolapsus
uteri ialah pessarium cincin yang terbuat dari plastik. Pessarium
terdiri dari atas suatu gagang (stem) dengan ujung atas suatu
mangkok (cup) dengan beberapa lobang dan diujung bawah 4 tali.
Sebagai pedoman untuk mencari ukuran yang cocok, yaitu diukur
dengan jari jarak antara forniks vaginae dengan pinggir atas
introitus vaginae. Ukuran tersebut dikurangi dengan 1 cm untuk
mendapat diameter dari pessarium yang akan dipakai. Pessarium
diberi zat pelicin dan dimasukkan miring sedikit ke dalam vagina.
Setelah bagian atas masuk ke dalam vagina, bagian tersebut
ditempatkan ke forniks posterior. Pessarium (karet) dapat
dikecilkan dengan menjepit pinggir kanan kiri antara 2 jari dan
dengan demikian lebih mudah dimasukkan kedalam vagina. Untuk
mengetahui setelah dipasang apakah ukurannya cocok penderita
disuruh batuk atau mengejan. Jika pessarium tidak keluar, penderita
disuruh jalan-jalan apabila ia tidak merasa nyeri pessarium dapat
dipakai terus. Pessarium dapat dipakai selama beberap tahun asal
penderita periksa secara teratur. Periksa ulang sebaikanya 2-3
bulan sekali. Kontraindikasi pemakaian pessarium adanya radang
pelvis akut atau subakut dan karsinoma. Indikasi pemasangan
pessarium antara lain, kehamilan, penderita belum siap operasi,
terapi tes, penderita menolak untuk operasi, dan untuk
menghilangkan symptom yang ada sambil menunngu waktu operasi
dilakukan.
Gambar contoh pessarium
Pesarium ring berhasil digunakan pada prolaps derajat 2 (100%)
dan derajat 3 (71%). Untuk derajat 4 lebih banyak berhasil bila
menggunakan pesarium Gellhorn (64%). 1 Namun demikian berdasarkan
Review Cochrane mengenai uji klinis yang membandingkan penggunaan
pesarium tipe ring dan Gellhorn, tidak didapatkan perbedaan yang
signifikan dalam skor gejala (PFDI dan PFQI) antara kedua jenis
pesarium. Pada studi ini didapatkan pula pesarium memberikan
manfaat pada 60% subjek penelitian.31 Sebagai tambahan, pesarium
dapat digunakan sebelum pembedahan pada wanita dengan prolaps yang
simomatik.
Pengobatan operatifSeperti yang telah diterangkan, indikasi
untuk mealkukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari
beberapa faktor, seperti umur penderita, keinginanya untuk masih
mendapat anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolapsus
dan adanya keluhan. Macam-macam operasinya:1. VentrofiksasiPada
wanita yang tergolong masih muda dan masih menginginkan anak
dilakukan operasi ini untuk membuat uterus ventofiksasi dengan cara
memendekkan ligamentum rotundum atau mengikatkan ligamentum
rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi Purandare.2.
Operasi ManchesterPada operasi ini biasanya dilakukan amputasi
serviks uteri dan penjahitan ligamentum kardinale yang telah
dipotong di muka serviks. Tindakan ini dapat menyebabkan
infertilitas, abortus, partus prematurus, dan distosia servikalis
pada persalinan. Bagian yang penting pada operasi ialah penjahitan
ligamentum kardinale di depan serviks karena dengan tindakan ini
ligamentum kardinale diperpendek sehingga uterus akan terletak
dalam posisi anteversifleksi dan tururnya uterus dapat dicegah.3.
Histerektomi vaginalOperasi ini tepat dilakukan pada prolapsus
uteri dalam tingkat lanjut dan pada wanita yang telah menopause.
Setelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada ligamentum
rotundum kanan kiri, atas pada ligamentum infundibulo pelvikum,
kemudian operasi akan dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan
kolpoperineorafi untuk mencegah prolaps vagina di kemudian hari.4.
Kolplokleisis (operasi Neugebauer-Le Fort)Pada waktu obat-obat
serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca operasi belum baik
untuk wanita tua yang seksual tidak aktif lagi dapat dilakukan
operasi sederhana dengan menjahitkan dinding vagina depan dengan
dinding belakang sehingga lumen vagina tertutup dan uterus terletak
diatas vagina. Akan tetapi, operasi ini tidak menghilangkan keluhan
stress inkontinensia dan obstipasi serta keluhan prolaps lainnya
juga tidak hilang.
J. Prolapsus Uteri dalam KehamilanKalau uterus dengan prolapsus
parsialis menjadi hamil maka biasanya uterus yang membesar itu
keluar dari rongga kecil dan terus tumbuh dalam rongga perut. Kalau
uterus naik maka serviks ikut tertarik keatas sehingga prolaps
tidak tampak lagi atau berkurang.Jika ada prolaps dalam kehamilan
maka baiknya uterus ditahan dengan pessarium sampai bulan keempat,
kalau dasar panggul terlalu lemah sehingga pessarium terus jatuh
maka pasien dianjurkan istirahat tirah baring sampai bulan keempat.
Istirahat dapat mengurangi penderitaan wanita dan memungkinkan
uterus tumbuh secara wajar sampai kehamilan mencapai cukup
bulan.
BAB IIIPENUTUP
Kelainan dalam letak alat-alat genital sudah dikenal sejak 2000
tahun SM. Catatan-catatan yang ditemukan di Mesir mengenai Ratu
Cleopatra menyatakan prolapsus genitalis merupakan satu hal yang
gaib pada wanita dan menganjurkan pengobatannya dengan penyiraman
larutan Adstringensia. Dalam hal ilmu kedokteran Hindu kuno menurut
Chakraberty, dijumpai keterangan-keterangan mengenai kelainan dalam
letak alat genital, dipakai istilah Mahati untuk wanita yang lebar
dengan sistokel, rektokel dan laserasi perineum.Juga di Indonesia
sejak zaman dahulu telah lama dikenal istilah peranakan turun dan
peranakan terbalik. Prolapsus uteri adalah keadaan yang sangat
jarang terjadi. Frekuensi kejadian prolapsus uteri sendri di
Indonesia hanya 1,5% saja. Posisi uterus normal ialah tengah-tengah
rongga panggul, antara kandung kemih dan rektum, dengan ostium
uteri eksternum setinggi spina iskhiadika pada wanita
berdiri.Faktor penyebab prolapsus uteri adalah, kelemahan ligamen
endopelvik, fasia dan otot-otot panggul, proses melahirkan,asites
dan tumor-tumor di daerah pelvis, dan bila prolapsus uteri dijumpai
pada nullipara berarti faktor penyebabnya berupa kelainan bawaan
berupa kelemahan jaringan penunjang uterus. Keluhan-keluhan yang
hampir selalu dijumpai:1. Perasaan adanya suatu benda yang
mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna2. Rasa sakit di
panggul dan pinggang, biasanya jika penderita berbaring keluhan
menghilang atau berkurang3. Mengganggu penderita waktu berjalan dan
bekerja4. Gesekan porsio uteri dengan celana menimbulkan lecet
sampai luka dan dekubitus pada porsio uteri5. Leukorea karena
kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta
luka pada porsio uteriFriedmann dan Little menganjurkan dengan cara
pemeriksaan sebagai berikut, penderita dalam posisi jongkok disuruh
mengejan dan ditentukan dengan pemeriksaan jari, apakah porsio
uteri pada posisi normal atau porsio sampai introitus vagina, atau
apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya dengan
penderita berbaring dalam posisi litotomi ditentukan pula
panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari
biasanya dinamakan elongasio kolli. Komplikasi yang dapat menyertai
prolapsus uteri, yaitu keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri,
dekubitus, hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli, gangguan
miksi dan stress inkontinensia, infeksi saluran kemih, kemandulan,
kesulitan waktu partus, haemorrhoid dan inkarserasi usus halusSalah
satu cara yang efektif yang dapat yang dilakukan untuk mencegah
resiko adalah dengan melatih otot-otot panggul (senam Kegel).
Pengobatan medis seperti latihan-latihan otot dasar panggul,
stimulasi otot-otot dengan listrik dan pengobatan dengan pessarium.
Pengobatan operatif seperti, ventrofiksasi, operasi Manchester,
Histerektomi vaginal, kolplokleisis (operasi Neugebauer-Le Fort).
Jika ada prolaps dalam kehamilan maka baiknya uterus ditahan dengan
pessarium sampai bulan keempat, kalau dasar panggul terlalu lemah
sehingga pessarium terus jatuh maka pasien dianjurkan istirahat
tirah baring sampai bulan keempat. Istirahat dapat mengurangi
penderitaan wanita dan memungkinkan uterus tumbuh secara wajar
sampai kehamilan mencapai cukup bulan.
5