Top Banner
TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Teori Belajar dan Pembelajaran Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual. Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas, serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para guru. Berdasarkan penelitian Jerome S.Bruner, menjelaskan bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum pembalajaran sangatlah minim dibahas tentang teori pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial dan bagaimana
40

TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

Mar 02, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Teori Belajar dan Pembelajaran

Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka

harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi

mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang

selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu

mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian

kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk

mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya, serta bagaimana

bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan

intelektual.

Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan

beberapa gambaran tentang perlunya teori pembelajaran untuk

mendukung proses pembelajaran di dalam kelas, serta beberapa

contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan

profesionalitas para guru.

Berdasarkan penelitian Jerome S.Bruner, menjelaskan bahwa dari

segi psikologis dan dari desain kurikulum pembalajaran

sangatlah minim dibahas tentang teori pembelajaran. Teori

pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada

kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat

membahas tentang teori perkembangan, seorang anak tidak

diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial dan bagaimana

Page 2: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada

di masyarakat. Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana

sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek sosial dari

murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara

intelektual dan tidak memiliki tangungjawab moral.

Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah

teori pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek

untuk membimbing seseorang bagaimana caranya siswa memperoleh

pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta

pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan hal

itu, perlu adanya penjelasan dan pembahasan terkait dengan

teori pembelajaran. Agar lebih spesifik dan terfokus, dalam

makalah ini akan hanya akan menguraikan dan menjelaskan satu

dari beberapa teori pembelajaran yang sudah ada, yaitu pada

Teori Pembelajaran Kognitivistik. Dan dari penjelasan ini

nantinya diharapkan bisa memberikan pemahaman yang utuh dan

dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Dengan berbekal

pemahaman yang utuh terkait teori pembelajaran yang dijadikan

sebagai pemahaman dasar dalam pembelajaran diharapkan siswa

dapat menerima pembelajaran yang akan kita sampaikan dengan

baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Teori Pembelajaran?2. Apa pengertian Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran ?3. Siapakah Tokoh-tokoh dalam Teori kognitivisme ?4. Bagaimana pengaplikasi teori Kognitivisme dalam

Pembelajaran ?5. Bagaimana Pandangan Teori Kognitif Tentang Belajar ?6. Apakah Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif ?

Page 3: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

1.3  Tujuan Masalah

2. Mampu mengerti Teori Pembelajaran.3. Mampu mengerti Teori Kognitivisme dalam pendidikan.4. Mampu mengetahui tokoh Kognitivisme.5. Mampu mengetahui pengaplikasian Kognitivisme dalam

Pembelajaran.6. Mampu mengetahui Pandangan Teori Kognitivisme Tentang

Belajar.7. Mampu mengetahui Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori PembelajaranTeori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal

yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut.

Teori belajar menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun

teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus dilakukan

untuk menghasilkan hal tersebut.

Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran:

1.      teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat

banyak kecenderungan cara belajar siswa, dan kecenderungan ini

sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk ke sekolah.

2.      teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan.

Ada 3 hal yang terkait dengan struktur pengetahuan:

a.       struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu

informasi yang sangat luas.

Page 4: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

b.      struktur pengetahuan tersebut harus mampu membawa siswa

kepada hal-hal yang baru, melebihi informasi yang telah

dijelaskan.

c.       struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala

berpikir siswa, mengkombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain.

3.      teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang

optimal. Seorang guru harus mampu mencari hubungan yang mudah

tentang sesuatu yang akan diajarkan agar murid lebih mudah

menangkap informasi tersebut.

4.      yang terakhir, macam dari teori pembelajaran yang sudah

ada, diantaranya :

a)     Teori Pembelajaran Deskriptif dan Perspektif

b)     Teori Pembelajaran Behavioristik

c)      Teori Pembelajaran Kognitivistik

d)     Teori Pembelajaran Humanistik

e)     Teori Pembelajaran Konstruktivistik

2.2 Pengertian Kognitivisme

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar

merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran

manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang

melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia

sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan

lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk

pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai

sikap yang bersifat relatif dan berbekas.

Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor

individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau

lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi

Page 5: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-

menerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam

benak kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan

kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah,

menganalisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik

simpulan dan sebagainya.

Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa

belajar ialah hasil interaksi yang terus-menerus antara

individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.

Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan

individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan

sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau

tingkah laku. Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan

untuk menggunakan media yang konkret karena anak-anak belum

dapat berfikir secara abstrak.

Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih

mementingkan proses belajar daripada hasil belajar, yaitu:

1. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon

tetapi juga melibatkan proses berfikir yang sangat

kompleks (Budiningsih, 2005:34)1[1]

2. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui

proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.

Menurut psikologi kognitivistik, belajar dipandang

sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan

mengaitkan pengetahuan baru kedalam struktur berfikir

yang sudah ada. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh

siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman,

1

Page 6: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati

lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Sehingga, pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya sangat menentukkan keberhasilan mempelajari

informasi pengetahuan yang baru.2[2]

Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah

pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk

memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang

ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi

yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah laku

sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi

selama proses belajar. Pada prinsipnya, belajar adalah

perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat

dilihat sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat diamati)3[3].

Dalam teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian

dari situasi yang terjadi dalam proses belajar saling

berhubungan secara keseluruhan. Sehingga jika keseluruhan

situasi tersebut dibagi menjadi komponen-komponen kecil dan

mempelajarinya secara terpisah, maka sama halnya dengan

kehilangan sesuatu (reilly dan lewis, 1983)4[4].

Sehingga dalam aliran kognitivistik ini terdapat ciri-

ciri pokok. Adapun ciri-ciri dari aliran kognitivistik yang

dapat dilihat adalah sebagai berikut:

a)     Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia

b)     Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian

2

3

4

Page 7: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

c)      Mementingkan peranan kognitif

d)     Mementingkan kondisi waktu sekarang

e)     Mementingkan pembentukan struktur kognitif

Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar

memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk representatif yang

mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau dihadirkan

dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang,

yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya

seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan

perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri.

Tempat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara

tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir

di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi

semua tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di

tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang

mendengarkan ceritanya.

2.3 Tokoh-tokoh kognitivisme

Tokoh dari teori tersebut antara lain Jean Peaget, Bruner, dan

Ausebel, Robert M. Gagne.

a. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget.

Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya ialah Jean

Piaget, yang pernah mengemukakan pendapatnya tentang

perkembangan kognitif anak yang terdiri atas beberapa tahap. Dalam

hal pemerolehan bahasa ibu (B1) Piaget mengatakan bahwa (i)

anak itu di samping meniru-niru juga aktif dan kreatif dalam

menguasai bahasa ibunya; (ii) kemampuan untuk menguasai bahasa

itu didasari oleh adanya kognisi; (iii) kognisi itu memiliki

Page 8: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

struktur dan fungsi. Fungsi itu bersifat genetif, dibawa sejak

lahir, sedangkan struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan

kemampuan dan upaya individu.

Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan

psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan

konsep kecerdasan. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih

berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan

kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi

kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang

ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh

pertanyaan tilikan dari guru.  Guru  hendaknya banyak

memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau

berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan

menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam

pembelajaran adalah : Bahasa dan cara berfikir anak berbeda

dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan

menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi

lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat

berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya. Bahan

yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi

tidak asing. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap

perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi

peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-

temanya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu

proses genetic, artinya proses yang didasarkan atas mekenisme

Page 9: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

biologis dari perkembangan system syaraf. Semakin bertambah

umur seseorang, makin komplek susunan sel syarafnya dan makin

meningkat pula kemampuannya (Travers, 1976)5[5]. Sehingga

ketika dewasa seseorang akan mengalami adaptasi biologis

dengan lingkungannya yang menyebabkan adanya perubahan-

perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget

membagi proses belajar kedalam tiga tahapan yaitu :

a)     Asimilasi

Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif yang

sudah ada. Contoh : seorang siswa yang mengetahui prinsip-

prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip

perkalian, maka terjadilah proses pengintegrasian antara

prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh anak) dengan

prinsip perkalian (informasi baru yang akan dipahami anak).

b)     Akomodasi

Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi

yang baru. Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih

spesifik. Contohnya : siswa ditelah mengetahui prinsip

perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal perkalian.

c)      Equilibrasi

Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan

akomodasi. Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus

berkembang dan menambah ilmunya. Tetapi sekaligus menjaga

stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan roses

penyeimbang. Tanpa proses ini perkembangan kognitif seseorang

akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur, sedangkan

dengan kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu menata

5

Page 10: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

berbagai informasi yang diterima dengan urutan yang baik,

jernih, dan logis.

Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses

penyesuaian, pengembangan dan pengintegrasian pengetahuan baru

ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang

sebelumnya. Inilah yang disebut dengan konsep schema/skema

(jamak = schemata/schemata). Sehingga hasil belajar/ struktur

kognitif yang baru tersebut akan menjadi dasar untuk kegiatan

belajar berikutnya.6[6] Proses belajar harus disesuaikan dengan

tahap perkembangan kognitif yang dilalui oleh siswa yang

terbagi kedalam empat tahap, yaitu :

1)     Tahap sensorimotor (anak usia lahir – 2 tahun)

2)     Tahap preoperational (anak usia 2 – 8 tahun)

3)     Tahap operational konkret (anak usia 7/8 – 12/14 tahun)

4)     Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih)

Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang

maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara

berfikirnya. Karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap

perkembangan kognitif aak didiknya, serta memberikan isi,

metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap

tersebut.

Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus

disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui

siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada

tahap-tahap lainnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami

tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta

6

Page 11: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan

tahapannya.

  Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jarome Bruner.

Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan

kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner,

perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh

lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya

digunakan. Sehingga, perkembangan bahasa memberi pengaruh

besar dalam perkembangan kognitif (Hilgard dan Bower, 1981)7[7]

Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah

menunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu.

Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka

dapat diberikan padanya. Dengan kata lain, perkembangan

kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur

bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan

tingkat perkembangannya.

Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia

pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran

yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai

Perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat

perkembangan kognitif mereka, artinya menuntut adanya

pengulangan-pengulangan. Cara belajar yang terbaik menurut

Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan

melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu

kesimpulan (Free Discovery Learning). Dengan kata lain, belajar

dengan menemukan.

7

Page 12: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah

menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau

suatu masalah; anak akan berusaha membandingkan realita di

luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan

dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau

mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam

rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya. Dari

implikasi ini dapat diketahui bahwa asumsi dasar dari teori

ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan

pengalaman didalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur

kognitif, yang kemudian mengalami tahap belajar sebagai

perubahan persepsi dan pemahaman dari apa yang aia temukan.

Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan

dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada

siswa untuk menemukan suatu aturan ( termasuk konsep, teori,

definisi, dsb) melalui contoh-contoh yang menggambarkan

( mewakili ) aturan yang menjadi sumber . Dari pendekatan ini

“belajar ekspositori” (belajar dengan cara menjelaskan). Siswa

diberikan suatu informasi umum dan diminta untuk mencari

contoh-contoh khusus dan konkrit .

Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan kognitif,

yaitu:8[8]

1.      Enaktif : usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami

lingkungan dengan observasi, pengalaman terhadap suatu

realita.

2.      Ikonik :siswa melihat dunia dengan melalui gambar-gambar

dan visualaisasi verbal.

8

Page 13: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

3.      Simbolik : siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang

banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika dan penggunaan

symbol.

Keuntungan belajar menemukan (Free Discovery Learning):

a. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat

memotivasi siswa untuk menemukan jawabannya.

b. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara

mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan

memanipulasi informasi.

  Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel.

Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan

pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar

menjadi bermakna/ meaning full learning). Proses belajar terjadi

melalui tahap-tahap:

1)     Memperhatikan stimulus yang diberikan.

2)     Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi

yang sudah dipahami.

Meaning full learning adalah suatu proses dikaitkannya

Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi

pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan

baik dan tepat kepada siswa (Advanced Organizer), dengan demikian

akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced

organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi

seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa.

Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu :

Page 14: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

1. Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang

akan dipelajari.

2. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang

sedang dipelajari dan yang akan dipelajari.

3. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara

lebih mudah.

Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran

harus sangat baik, dengan demikian ia akan mampu menemukan

informasi yang sangat abstrak, umum dan inklusif yang mewadahi

apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika

berfikir yang baik, agar dapat memilah-milah materi

pembelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat, serta

mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang logis dan

mudah dipahami.

  Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Robert M. Gagne

Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses

pengolahan informasi dalam otak manusia. Dalam pembelajaran

terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah

sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.

Pengolahan otak manusia :

a)     Reseptor

b)     Sensory register

c)      Short-term memory

d)     Long-term memory

e)     Response generator

Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv

adalah teori pemrosesan informasi yang dikemukakan oleh Robert

Page 15: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

M. Gagne. Menurut teori ini belajar dipandang sebagai proses

pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan pengolahan

otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Reseptor (alat indera) : menerima rangsangan dari

lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsaangan neural,

memberikan symbol informasi yang diterimanya dan kemudian

di teruskan.

b. Sensory register (penempungan kesan-kesan sensoris) :

yang terdapat pada syaraf pusat, fungsinya menampung

kesan-kesan sensoris dan mengadakan seleksi sehingga

terbentuk suatu kebulatan perceptual. Informasi yang

masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek dan

sebagian hilang dalam system.

c. Short term memory ( memory jangka pendek ) : menampung

hasil pengolahan perceptual dan menyimpannya. Informasi

tertentu disimpan untuk menentukan maknanya. Memori

jangka pendek dikenal juga dengan informasi memori kerja,

kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpananya juga

pendek. Informasi dalam memori ini dapat di transformasi

dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke

memori jangka panjang.

d. Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung hasil

pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi

yang disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan

siap untuk dipakai kapan saja.

e. Response generator (pencipta respon) : menampung

informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan

mengubahnya menjadi reaksi jawaban.

Page 16: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

2.4 Aplikasi teori Kognitivisme

Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran

yaitu guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang

dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra

sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda

konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun

materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari

sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang

bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk

mencapai keberhasilan siswa.

Berdasarkan prinsip teori pemrosesan informasi dirumuskan

beberapa petunjuk aplikasi teori pemrosesan informasi, yaitu

(a) guru hendaknya yakin bahwa setiap siswa memiliki perhatian

terhadap apa yang dipelajari. Karena itu untuk menarik

perhatian siswa, guru dapat melakukan tindakan dengan

memberikan tanda tertentu misalnya tepuk tangan atau

menghentakkan papan tulis, berkeliling ruangan atau berbicara

dengan irama, memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan

yang membangkitkan minat siswa terhadap topik yang

dibicarakan, (b) membantu siswa membedakan iinformasi yang

penting dengan informasi yang tidak penting untul memusatkan

perhatian misalnya dengan menuliskan tujuan pembelajaran,

waktu menjelaskan berhenti sejenak dan mengulangi lagi atau

meminta siswa mengulangi apa yang dijelaskan, (c) membantu

siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa yang

diketahui misalnya dengan mengulangi hal-hal yang diketahui

siswa untuk mengingat kembali dan menghubungkan dengan

Page 17: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

informasi baru, menggunakan diagram atau garis untuk

menunnjukkan hubungan informasi baru dengan informasi yang

dimiliki, (d) sediakan waktu untuk mengulang dan memeriksa

kembali informasi dengan memulai pelajaran meninjau ulang

pekerjaan rumah, mengadakan tes-tes pendek yang sering,

membuat permainan atau siswa saling berpasangan bertanya

jawab, (e) sajikan pelajaran secara tersusun dan jelas

misalnya menjelaskan tujuan pembelajaran, membuat ikhtisar

atau rangkuman, dan (f) utamakan pembelajaran bermakna bukan

ingatan misalnya dengan mengajarkan perbendaharaan kata-kata

baru dan mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah dimiliki.

Strategi mengingat atau menyimpan informasi dalam ingatan

dan mengingatnya kembali bila dibutuhkan dapat dilakukan (a)

untuk menghafal informasi yang tidak membutuhkan pemahaman,

gunakan meneumonic (pembantu ingatan, kiat, atau jembatan

keledai). Misalnya untuk menghafal kata-kata ideologi,

politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan,

nasional dengan mneumonic IPOLEKSOSBUD HANKAMNAS, (b) rumusan

kembali dengan kalimat sendiri apa yang telah dipelajari, dan

(c) untuk mengatasi inhibisi retroaktif dapat dilakukan

berbagai cara misalnya mengajarkan konsep serupa tidak dalam

waktu yang bersamaan atau mengajarkan materi serupa dengan

metode yang berbeda.

Dalam proses pembelajaran kita jumpai serial learning dan

free recall learning, yaitu belajar fakta menurut urutan

tertentu, misalnya urutan rukun iman, rukun islam, atau

berwudlu serta urutan warna, urutan peristiwa dalam sejarah.

Sedangkan free recall learning ialah mempelajari daftar yang

Page 18: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

tidak perlu diurut, misalnya nama-nama nabi atau rasul, nama

tumbuhan, nama organ tubuh dan sebagainya.

Dalam praktiknya serial learning dan free recall learning

terdapat beberapa cara (a) organisasi atau penyusunan misalnya

dengan menyusun daftar informasi yang akan dipelajari menjadi

kategori yang mempunyai arti dan mudah diingat, (b) metode

loci, artinya tempat. Ialah metode alat bantu mengingat dimana

seorang membuat gambaran pikiran yang berkaitan dengan tempat-

tempat tertentu, (c) irama, metode mengingat dalam bentuk

nyanyian. Misalnya untuk mengenalkan urutan rukun Islam atau

rukun iman dengan nyanyian9[9].

2.5 Kelebihan dan kelemahan teori Kognitivisme

a)    Kelebihannya yaitu : menjadikan siswa lebih kreatif dan

mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih

mudah.

b)    Kekurangannya yaitu : teori tidak menyeluruh untuk semua

tingkat pendidikan; sulit di praktikkan khususnya di tingkat

lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami

dan pemahamannya masih belum tuntas.

2.6 Pandangan Teori Kognitif Tentang BelajarMenurut teori kognitif, belajar ialah proses internal

yanh tidak dapat diamati langsung. Perubahan terjadi dalam

kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam

situasi tertentu. Perubahan dalam tingkah laku adalah refleksi

dari perubahan internal.

Seperti halnya teori behavioristik, teori kognitif

berpendapat bahwa reinforcement dalam sangat penting. Hanya

9

Page 19: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

saja reinforcement dalam teori behavioristik berfungsi

memperkuat respon atau tingkah laku, sementara dalam teori

kognitif berfungsi sebagai sumber umpan balik. Umpan balik ini

memberi tahu tentang apa yang mungkin terjadi kalau tingkah

laku diulang-ulang. Dalam teori ini reinforcement juga

berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian yang mengarah ke

pemahaman dan penguasaan.

2.7 Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif

Dalam teori kognitif, manusia merupakan pemproses

informasi yang aktif. Informasi merupakan sesuatu yang

diterima oleh pikiran secara terus menerus, meski demikian

beberapa informasi cepat terlupakan dan sepabagian yang lain

diingat sepanjang hayat.

Makalah teori Belajar Kognitif

BAB I

PENDAHULUAN1.1  Latar Belakang Masalah

Teori-teori belajar bermunculan seiring dengan perkembangan

teori psikologi. Salah satu diantara teori belajar yang

terkenal adalah teori belajar behaviorisme dengan tokohnya

B.F. Skinner, Thorndike, Watson dan lain-lain. Dikatakan

bahwa, teori-teori belajar hasil eksperimen mereka secara

Page 20: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

prinsipal bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan

timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.

Namun seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu

pengetahuan, teori tersebut mempunyai beberapa kelemahan, yang

menuntut adanya pemikiran teori belajar yang baru. Dikatakan

bahwa, teori-teori behaviorisme itu bersifat otomatis-mekanis

dalam menghubungkan stimulus dan respon, sehingga terkesan

seperti kinerja mesin atau robot, padahal setiap manusia

memiliki kemampuan mengarahkan diri (self-direction) dan

pengendalian diri (self control) yang bersifat kognitif, dan

karenanya ia bisa menolak respon jika ia tidak menghendaki,

misalnya karena lelah atau berlawanan dengan kata hati, dan

proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan

itu sangat sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan

karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan. Hal ini

dapat diidentifikasi sebagai kelemahan teori behaviorisme.

Dari kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam teori

behaviorisme dapat diambil suatu pertanyaan, “Upaya apa yang

akan dilakukan oleh para ahli psikologi pendidikan dalam

mengatasi kelemahan teori tersebut ?’’Realitas ini sangat

penting untuk dibahas dalam makalah ini.

Untuk itu pembahasan makalah ini diangkat untuk mengungkap

masalah-masalah tersebut. Berdasarkan tulisan-tulisan dalam

berbagai literatur, ditemukan bahwa para ahli telah menemukan

teori baru tentang belajar yaitu teori belajar kognitif yang

lebih mampu meyakinkan dan menyumbangkan pemikiran besar demi

perkembangan dan kemajuan proses belajar sebagai lanjutan dari

teori behaviorisme tersebut.

Page 21: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

1.2  Rumusan Masalah

Agar pembahasan dalam makalah ini tidak lari dari sub

pembahasan ada baiknya pemakalah rumuskan masalah-masalah yang

akan dibahas dalam makalah ini, antara lain :

  Pengertian teori belajar Kognitif

  Tokoh-tokoh (pemikir) dalam teori belajar Kognitif

  Implikasi teori belajar Kognitif dalam pendidikan

1.3  Tujuan Penulisan

  Mahasiswa mampu menjelaskan serta menjabarkan pengertian teori

belajar Kognitif.

  Mahasiswa mampu mengetahui tokoh-tokoh teori belajar Kognitif

beserta contoh-contoh pemikirannya.

  Mahasiswa mampu mengetahui serta implikasikan teori belajar

kognitif dalam proses belajar mengajar.

BAB II

PEMBAHASAN2.1 Pengertian Teori Belajar Kognitif

Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare”

artinya berfikir.10[1] Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian

istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu

wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua

bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang

berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,

memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi,

pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan,

memperkirakan, berpikir dan keyakinan.

10[1] Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Buku Panduan untuk Fakultas Tarbiyah IAIN SU, 2011, hal : 17

Page 22: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

Sedangkan secara istilah dalam pendidikan Kognitif adalah

salah satu teori diantara teori-teori belajar dimana belajar

adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi

untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku

seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang

situasi yang berhubungan dengan tujuan, dan perubahan tingkah

laku, sangat dipengaruhi oleh proses belajar berfikir internal

yang terjadi selama proses belajar.11[2]

Teori belajar ini hadir dan muncul disebabkan para Ahli

Psikologi belum puas dengan penjelasan yang teori-teori yang

terdahulu. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku seseorang

selalu di dasarkan pada kognisi, yaitu suatu perbuatan

mengetahui atau perbuatan pikiran terhadap situasi dimana

tingkah laku itu terjadi.12[3] Teori belajar kognitif lebih

menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi

dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh

Winkel (1996) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental

atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan

itu bersifat secara relatif dan berbekas”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar

adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental

yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses

interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu

11[2] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal : 32

12[3] Abu Ahmad & Widodo Aupriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991, hal : 214-215

Page 23: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku,

keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan

berbekas. Objek-objek yang di amatinya dihadirkan dalam diri

seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambing yang

merupakan sesuatu yang bersifat mental. Misalnya, seseorang

menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalaman kepada

temannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam

perjalanan, dia tidak dapat mennghadirkan objek-objek yang

pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu, dia hanya dapat

menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau

kalimat.13[4]

Dari keterangan dan penjelasan di atas dapat pemakalah

simpulkan bahwa Kognitif adalah salah satu ranah dalam

taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi

intelektual yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu ;

pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan

(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis),

evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang

menyangkut kemampuan untuk mengembang kan kemampuan rasional

(akal).

2.2 Teori Belajar Koqnitif menurut Jean Piaget

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu

proses genetika, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme

biologis, yaitu perkembangan system syaraf. Dengan

bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan semakin

kompleks dan memungkinkan kemampuannya akan semakin

13[4] Syaiful bahri Djamarah,, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011, hal : 28-29

Page 24: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

meningkat.14[5] Jean Piaget meneliti dan menulis subjek

perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda

dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya, Piaget menyatakan

bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang

dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan ,

tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya

juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu /pribadi serta

perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar

individu.15[6]

Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang

cukup dominan selama beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget

membahas pandangannya tentang bagaimana anak belajar. Menurut

Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia

berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.

Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak

berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu

terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya

lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan

fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan

penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam.

Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, seorang anak

yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu

yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif.

Proses belajar haruslah di sesuaikan dengan perkembagan

syaraf seorang anak, dengan bertambahnya umur maka susunan

saraf seorang akan semakin kompleks dan memungkinkan

14[5] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 33

15[6] Di kutip dari : http://valmband.multiply.com/journal/item/12

Page 25: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

kemampuannya semakin meningkat. Karena itu proses belajar

seseorang akan mengikuti pola dan tahap perkembangan tertentu

sesuai dengan umurnya. Perjenjangan ini bersifat hierarki,

yaitu melalui tahap-tahap tertentu sesuai dengan umurnya.

Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu yang diluar

kemampuan kognitifnya.16[7] Dalam perkembangan intelektual ada

tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu :

         Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara

tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-

anak. Tindakan (action) menuju pada operasi-operasi dan

operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.

         Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin

pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau

situasi yang dihadapinya.

         Fungsi, Adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat

kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual

didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.

Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk

mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau

psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan.

Adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses

yaitu asimilasi dan akomodasi.17

Menurut Pieget, proses belajar sebenarnya terdiri dari

tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.

         Asimilasi, adalah proses penyatuan informasi baru ke

struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.

16[7] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 33

17[8] Di kutip dari : http://valmband.multiply.com/journal/item/12

Page 26: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

         Akomodasi, adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke

dalam situasi baru.

         Equilibrasi, adalah proses penyesuaian berkesinambungan

antara asimilasi dan akomodasi.18[9]

Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila

disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.

Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan

eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi

dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari

guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada

peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara

aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.19

[10]

Menurut Piaget aspek perkembangan kognitif meliputi empat

tahap,20[11] yaitu:

         Sensory-motor (sensori-motor)

Selama perkembangan dalam periode ini berlangsung sejak anak

lahir sampai usia 2 tahun, intelegensi yang dimiliki anak

tersebut masih berbentuk primitif dalam arti masih didasarkan

pada perilaku terbuka. Meskipun primitif dan terkesan tidak

penting, intelegensi sensori-motor sesungguhnya merupakan

intelegensi dasar yang amat berarti karena ia menjadi pondasi

18[9] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 33

19[10] Di kutip dari : http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/teori-perkembangan-kognitif-piaget//

20[11] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003, hal : 26

Page 27: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

untuk tipe-tipe intelegensi tertentu yang akan dimiliki anak

tersebut kelak.

         Pre operational (praoperasional)

Perkembangan ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun

dan telah memiliki penguasaan sempurna mengenai objek

permanence, artinya anak tersebut sudah memiliki kesadaran

akan tetap eksisnya suatu benda yang ada atau biasa ada,

walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak

dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, padangan terhadap

eksistensi benda tersebut berbeda dari pandangan pada periode

sensori-motor, yakni tidak lagi bergantung pada pengamatan

belaka.

         Concrete operational (konkret-operasional)

Dalam periode konkret operasional ini belangsung hingga usia

menjelang remaja, kemudian anak mulai memperoleh tamnbahan

kemampuan yang disebut sistem of operations (satuan langkah

berfikir). Kemampuan ini berfaedah bagi anak untuk

mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa

tertentu dalam sistem pemikirannya sendiri.

         Formal operational (formal-operasional)

Dalam perkembngan formal operasional, anak yang sudah

menjelang atau sudah menginjak masa remaja, yakni usia 11-15

tahun, akan dapat mengatasi masalah keterbatasan pemikiran.

Dalam pperkembangan kognitif akhir ini seorang remaja telah

memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan

(serentak) maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif,

yakni:

o   kapasitas menggunakan hipotesis

Page 28: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

o   kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak

Dalam dua macam kemampuan kognitif yang sangat

berpengaruh terhadap kualiatas skema kognitif itu tentu telah

dimiliki oleh orang-orang dewasa. Oleh karenanya, seorang

remaja pelajar yang telah berhasil menempuh proses

perkembangan formal operasional secara kognitif dapat dianggap

telah mulai dewasa.21[12]

2.2.1 Implikasi Teori Pieget untuk Pendidikan

Para pendidik memandang bahwa teori Pieget itucdapat

dipakai sebagai dasar pertimbangan guru di dalam menyusun

struktur dan urutan mata pelajaran di dalam kurikulum. Hunt

mempraktekkan di dalam program pendidikan TK yang menekankan

pada perkembangan sensori motoris dan proeperasional.22[13]

Misal belajar menggambar, mengenal benda, dan menghitung.

Seorang guru yang tidak memperhatikan tahapan-tahapan

perkembangan kognitif anak ini akan cenderung menyulitkan

siswa. Contoh, mengajarkan konsep-konsep abstrak tentang

Shalat kepada sekelompok siswa kelas dua SD, tanpa adanya

usaha untuk mengkongkretkan konsep-konsepp tersebut, tidak

hanya sia-sia, tetapi justru akan lebih membingungkan siswa.23

[14]

Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam

Pembelajaran, adalah :

21[12] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003, hal : 26

22[13] Abu Ahmad & Widodo Aupriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991, hal : 216

23[14] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 35

Page 29: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

         Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa.

Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang

sesuai dengan cara berfikir anak.

         Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi

lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat

berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

         Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru

tetapi tidak asing.24[15]

Teori belajar Piaget dalam aplikasi praktisnya mementingkan

keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, karena hanya

dengan melibatkan atau mengaktifkan siswa, maka proses

asimilasi dan akoomodasi pengetahuan dapat terjadi dengan

baik. Secara umum pengaplikasian teori piaget dalam kegiatan

pembelajaran biasanya mengikuti pola berikut :

a.       Menentukan tujuan-tujuann instruksional

b.      Memilih amteri pelajaran

c.       Menentukan topic-topik yang mungkin dipelajari secara aktif

oleh siswa (dengan bimbingan minimum dari guru).

d.      Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk

topic-topik yang akan dipelajari siswa.

e.       Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang dapat memacu

kreativitas siswa untuk berdiskusi atau bertanya.

f.       Mengevaluasi proses dan hasil belajar.25[16]

2.2.2 Kritik terhadap teori Pieget

24[15] Di kutip dari : http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/teori-perkembangan-kognitif-piaget//

25[16] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 35

Page 30: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-

prinsip umum Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya

berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika anak-

anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada

juga peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget,

terutama mengenai usia ketika anak mampu menyelesaikan tugas-

tugas spesifik.

Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974)

menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami konservasi

(conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia yang

diyakini oleh Piaget. Studi lain yang mengkritik teori Piaget

yaitu bahwa anak-anak baru mencapai pemahaman tentang objek

permanence pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon dan De Vos

(1991) 104 anak diamati sampai mereka berusia 18 tahun, dan

diuji dengan berbagai tugas operasional formal berdasarkan

tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian hipotesa.

Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap

operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi

McGarrigle dan Donaldson serta Baillargeon dan DeVos, yang

menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan anak-anak

kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang

lebih tua.26[17]

2.3 Teori Belajar Ausubel

Menurut Ausubel belajar haruslah bermakna, materi yang

dipelajari diasimilasikan secara non arbitrer dan berhubungan

26[17] Di kutip dari : http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/teori-perkembangan-kognitif-piaget//

Page 31: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.27[18]

Ausubel seorang psikologist kognitif, ia mengemukakan bahwa

yang perlu diperhatikan seorang guru ialah strategi

mengajarnya. Sebagai contoh pelajaran berhitung bisa menjadi

tidak berhasil jika murid hanya di suruh menghafal formula-

formula tanpa mengetahui arti formula-formula itu. Sebaliknya

bisa lebih bermakna jika murid diajari fungsi dan arti dari

formula-formula tersebut.28[19]

Dalam aplikasinya teori Ausubel ini menuntut siswa

belajar secara deduktif (dari umum ke khusus). Secara umum,

teori Ausubel ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran

melalui tahap-tahap sebagai berikut :

      Menentukan tujuan-tujuan intruksional;

      Mengukur kesiapan peserta didik seperti minat, kemampuan,

dan struktur kognitifnya melalui tes awal, interview,

pertanyaan, dan lain-lain;

      Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk

penyajian konsep-konsep kunci;

      Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai dari

materi itu;

      Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa

yang harus dipelajari;

      Membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja disampaikan

dengan uraian yang singkat;

27[18] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 35

28[19] Abu Ahmad & Widodo Aupriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991, hal : 220

Page 32: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

      Membelajarkan peserta didik memahami konsep-konsep dan

prinsip-prinsip yang ada dengan memberikan focus pada hubungan

yang terjalin antara konsep yang ada;

      Mengevaluasi proses dan hasil bejar.29[20]

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa

yang disebut “pengatur kemajuan” (advance organizer)

didefenisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada

siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi

umum mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan

diajarkan kepada siswa. Ada tiga manfaat dari “advance

organizer” ini, yaitu :

      Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi

pelajaran yang akan dipelajari;

      Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara

apa yang sedang dipejari siswa saat ini dan dengan apa yang

akan dipelajari;

      Dapat membantu siswa untuk memahami bahan secara lebih

mudah.30[21]

2.4 Teori Belajar Bruner

Bruner menusulkan teorinya yang disebut free discovery learning.

menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik

dan kreatif jika dosen member kesempatan kepada siswa untuk

menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, defenisi, dan

sebagainya), melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam

kehidupan. Dengan kata lain siswa dibimbing secara induktif

untuk memahami suatu kebenaran umum. Untuk memahami konsep

29[20] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 36-37

30[21] Ibid, hal :37

Page 33: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

kejujuran misalnya siswa tidak semata-mata menghafal defenisi

kata kejujuran tersebut melainkan dengan mempelajari contoh-

contohnya yang konkret tentang kejujuran dan dari contoh

itulah siswa dibimbing untuk mendefenisikan kata kejujuran.

Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan

situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui

pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan

kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi

kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan

kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program

pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental

intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar.

Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang

bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan,

sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru

di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang

dipelajari.31[22]

Teori belajar Bruner ini dalam aplikasinya sangat

membebaskan siswa untuk belajar sendiri. Karena itulah teori

Bruner ini dianggap sanagt cenerung bersifat discovery

(belajar dengan cara menemukan). Disamping itu karena teori

Bruner ini banyak menuntut pengulangan-pengulangan maka desain

yang berulang-ulang ini lazim disebut sebagai kurikulum spiral

Bruner. Kurikulum piral menuntut guru untuk member materi

pembelajaran setahap-demi setahap dari yang sederhana ke yang

kompleks, dimana suatu materi yang sebelumnyasudah diberikan,

31[22] Di kutip dari : http://valmband.multiply.com/journal/item/12

Page 34: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

suatu saat muncul kembali, secara terintegrasi, di dalam suatu

materi baru yang lebih kempleks.32[23]

Dalam teori belajar, Bruner juga berpendapat bahwa

kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa

dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu.

Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga

tahap itu adalah:

         Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh

pengetahuan atau pengalaman baru;

         Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan

menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam

bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain;

         Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi

pada tahap kedua tadi benar atau tidak.

Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu

diperlukan agar dapat ditransformasikan . Perlu Anda ketahui,

tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan

yaitu:

         Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan;

         Kesiapan (readiness) siswa untuk belajar;

         Nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi;

         Motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan cura untuk

memotivasinya.

Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran

apapun dapat diajarkan secara efektif dengan kejujuran

intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan

manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat

32[23] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 38

Page 35: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

mengatasi permasalahannya, asalkan dalam kurikulum berisi

tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga

pertanyaan. Berdasarkan uraian di atas, teori belajar Bruner

dapat disimpulkan bahwa, dalam proses belajar terdapat tiga

tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama

tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.

Bruner juga memandang belajar sebagai “instrumental

conceptualisme” yang mengandung makna adanya alam semesta

sebagai realita, hanya dalam pikiran manusia. Oleh karena itu,

pikiran manusia dapat membangun gambaran mental yang sesuai

dengan pikiran umum pada konsep yang bersifat khusus. Semakin

bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin

bebas seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang

dihadapi. Perkembangan itu banyak tergantung kepada peristiwa

internalisasi seseorang ke dalam sistem penyimpanan yang

sesuai dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan. Teori

belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada

bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar

mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi

teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang

perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta

didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat

dipengaruhi oleh sejauhmana fungsi kognitif peserta didik

dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan

proses pendidikan.

Peranan guru menurut psikologi kognitif ialah bagaimana

dapat mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap

Page 36: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap

peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh

proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan

mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang

dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di

kelas. Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin

dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga

kawasan yang diantaranya : Kognitif. Kognitif terdiri dari

enam tingkatan, yaitu :

         Pengetahuan (mengingat, menghafal),

         Pemahaman (menginterpretasikan),

         Aplikasi / penerapan (menggunakan konsep untuk memecahkan

suatu masalah),

         Analisis (menjabarkan suatu konsep),

         Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu

konsep utuh),

         Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya).

2.5 Teori Belajar Gestalt

Teori Gestalt dikembangkan oleh Koffka, Kohler, dan

Wertheimer. Menurut teori Gestalt belajar adalah proses

pengembangan insight. Insight adalah pemahaman terhadap

hubungan antar bagian dalam suatu situasi permasalahan.

Berbeda dengan teori Behavioristik yang menganggap belajar itu

bersifat mekanistis, sehingga mengabaikan atau mengingkari

peranan insight. Teori Gestalt justru menganggap bahwa insight

adalah inti dari pembentukan tingkah laku.33[24] Peletak dasar

teori belajar Gestalt ialah Max Wertheimer sebagai usaha untuk

33[24] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 39

Page 37: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

memperbaiki proses belajar denga rote learning dengan

pengertian bukan menghapal.34[25] Dalam belajar, menurut teori

Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu

mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang

terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari,

tetapi mengerti atau memperoleh insight. Belajar dengan

pengertiian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan

sejumlah kesan. Belajar dengan insight adalah sebagai

berikut :

a.       Insight tergantungg dari kemampuan dasar;

b.      Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang

relevan;

c.       Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur

sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat

diamati;

d.      Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh

dari langit;

e.       Belajar dengan insight dapat diulangi;

f.       Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi

situasi-situasi baru.35[26]

2.5.1 Prinsip-prinsip Teori belajar Gestalt

Seperti diketahui Teori Belajar gestalt lebih menekankan

kepada persepsi. Karena itu prinsip-prinsip atau hokum-hukum

yanga ada pada Gestalt pada umumnya menyangkut persepsi.

Adapun teori-teori gestalt antara lain :

34[25] Abu Ahmad & Widodo Aupriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991, hal : 215

35[26] Syaiful bahri Djamarah,, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta,2011, hal : 19

Page 38: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

         Belajar berdasarkan keseluruhan

         Belajar adalah suatu proses perkembangan

         Anak didik sebagai organism keseluruhan

         Terjadi transfer

         Belajar adalah reorganisasi pengalaman

         Belajar harus dengan insight

         Belejar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat,

keinginan, dan tujuan.

         Belajar berlangsung secara terus-menerus.36[27]

BAB III

PENUTUP3.1 Simpulan

Dari pembahasan Teori Belajar kognitif dapat kami

simpulkan sebagai berikut :

a. Pandangan Teori Belajar Kognitif adalah:

         Elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan

yang dimiliki oleh tiap individu.

         Perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada

diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya

sendiri.

         Belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi

terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus

yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar

manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni

pengolahan informasi.

36[27] Syaiful bahri Djamarah,, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta,2011, hal : 20-21

Page 39: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

         Belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan

peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah meskipun hal-hal

yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir

setiap peristiwa belajar siswa.

         Teori belajar kognitif lebih menekankan arti penting proses

internal, mental manusia. Tingkah laku manusia yang tampak,

tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses

mental, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan

sebagainya.

b. Tokoh-Tokoh Teori Belajar kognitif adalah :

         Piagiet

         Ausubel

         Bruner

         Gestalt

3.2 Saran

Hendaknya pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji

secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi

menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan

tentang kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam

membelajarkannya di kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi

rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru

di kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa

merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi

keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Faktor kognitif

merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan siswa

melalui kegiatan belajar baik secara mandiri maupun secara

kelompok

DAFTAR PUSTAKA

Page 40: TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Buku Panduan untuk Fakultas

Tarbiyah IAIN SU, 2011.

Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan

pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011.

Abu Ahmad & Widodo Aupriyono, Psikologi Belajar, Jakarta :

Rineka Cipta, 1991.

Syaiful bahri Djamarah,, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta,

2011.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2003.

http://valmband.multiply.com/journal/item/12

http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/teori-perkembangan-

kognitif-piaget//