8ab 2 Teori, Konsep Oasar, Standar (Norma), Materialitas;dan
Risiko PemeriksaanTeori menurut klasifikasinya ada dua yaitu
bersifat normatif yang berarti teori tersebut seharnsnya
dilaksanakan, dan bersifat deskriptif yang berarti yang
sesungguhnya dilaksanakan.Tidak seperti pada akuntansi, pada
auditing tidak banyak yang berbicara teori auditing sebagai lawan
kata dari praktik auditing. Pada kebanyakan orang auditing hanyalah
suatu rangkaian prosedur, metode, dan teknik. Auditing tidak lebih
dari sekedar suatu cara untuk melakukan sesuatu dengan sedikit
penjelasan, uraian, rekonsiliasi dan argumentasi. Namun demikian,
sedikitnya ada tiga usaha yang telah dicoba untuk meyakinkan dan
mengembangkan bahwa diperlukan adanya suatu teori normatif dalam
auditing. Yang paling pertama melakukan usaha itu adalah Professor
R.K. Mautz dan H.A. Sharaf yang terkenal dengan "The Philosophy of
Auditing" nya.Elemen-elemen dasar teori adalah sbb:I. Postulat,
yaitu konsep dasar yang harus diterima.2. Teori, yaitu dalil yang
diterangkan oleh postulat.3. Struktur, yaitu komponen dari disiplin
tertentu dan hubungan antar komponen tersebut.4. Prinsip, yaitu
kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktek.5. Standar, yaitu
kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik.Teori
pemeriksaan merupakan tuntunan untuk melaksanakan pemeriksaan yang
bersifat normatif. Dalam melakukan pemeriksaan, seorang akuntan
menerapkan prosedur pemeriksaan sesuai dengan standar/norma yang
diterima oleh umum. Untuk menetapkan standar/norma dibutuhkan suatu
konsep yang medasarinya, sehingga standar/norma terse but dapat
dijabarkan dalam prosedur yang dapat digunakan dalam pemeriksaan.
Hubungan an tara konsep .prosedur dan standar dapat dilihat pada
gambar berikut:Konsep Standar Prosedur24II II 'I'Teori pemeriksaan
tersusun atas 5 konsep dasar. Berikut ini pembahasan secara ringkas
kelima konsep tersebut:
1. Bukti (Evidence)Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti
adalah untuk memperoleh pengertian sebagai dasar dalam memberikan
kesimpulan atas pemeriksaan yang dituangkan dalam pendapat akuntan.
Bukti harus diperoleh dengan cara-cara tertentu agar hasil yang
dicapai maksimal. Secara umum usaha untuk memperoleh bukti adalah
dengan cara:
a. Authoritarianisme - didasarkan atas keterangan dari pihak
lain. Misalnya keteranganlisan dari manajemen dan karyawan serta
keterangan tertulis berupa dokumen.b.Mistikisme - bukti yang
dihasilkan dari intuisi. Misalnya pemeriksaan buku besar dan
penelaahan atas keterangan pihak luar.c.Rasionalisasi - pemikiran
dari asumsi yang diterima. Misalnya penghitungan kembali oleh
pemeriksa, pengamatan atas pengendalian internnya dll,d.
Empirikisme - pengalaman yang sering terjadi. Misalnya perhitungan
dan pengujiansecara fisikoe. Pragmatisme - hasil dari praktek.
Misalnya kejadian setelah tanggal neraca(subsequenevent).2.
Kehati-hatian dalam pemeriksaanKonsep kehati-hatian dalam
pemeriksaan ini didasarkan pada issue pokok tingkat kehati-hatian
yang diharapkan pada pemeriksa yang bertanggung jawab. Tanggung
jawab disini dalam arti tanggung jawab seorang profesional dalam
melaksanakan tugasnya. Konsep ini lebih dikenal dengan sebutan
konsep konservatif. Konsep ini diprediksikan untuk mengurangi
timbulnya kesalahan yang diakibatkan oleh faktor kesalahan
manusiawi (human error).3. Penyajian/pengungkapan yang wajarKonsep
ini menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak
memihak), tidak bias, dan mencerminkan hasil operasi perusahaan,
posisi keuangan serta aliran kas. Konsep penyajian yang wajar ini
dijabarkan lagi dalam 3 subkonsep:Accounting proprietyberhubungan
dengan penerapan prisip akuntansi tertentu dalam kondisi
tertentu.Adequate diclosureberkaitan dengan jumlah dan luas
pengungkapanJpenyajian informasi.Audit Obligationberkaitan dengan
kewajiban independen auditor dalam menyatakan pendapat.4.
IndependensiIndependen merupakan suatu sikap mental yang dimiliki
pemeriksa untuk tidak memihak dalam melakukan pemeriksaan. Agar
suatu laporan keuangan dapat memberikan manfaat bagi para pemakai,
harus ada independensi dalam 2 hal yaitu:laporan keuangan yang
diperiksa dan pembuat dan pemakai laporan keuangan.
Independensi pemeriksa dipakai dalam 2 kelompok:
a Practioner independencemerupakan pikiran, sikap tidak memihak
dan percaya diri yang mempengarnhi pendekatan pemeriksa dalam
pemeriksaan.
h. Profession independencemerupakan persepsi yang timbul oleh
anggota masyarakat keuangan dan umum tentang pemeriksa sebagai
kelompok.
5. Etika perilakuEtika dalam pemeriksaan akuntan berkaitan
dengan perilaku yang ideal dari seorang auditor profesional yang
independen dalam melaksanakan pemeriksaan.
Setelah mengenal konsep-konsep dasardalam pemeriksaan akuntan,
langkah selanjutnya . adalah mempelajari atau memahami standar atau
norma pemeriksaan akuntan.~~'~"""'_""""'~""" ,.
""'..~..,,,_~..,.,,,, _,"""""- -""',,_"'., '''~''''
"',,,~,.~./N6RiA;~EMERIKSAAN YANG
DITERIMA.-~~~;V~~:~A'udftor'aalarrrpenUg[San-pe~saaftflya1f~s
selalu menyelaraskan diri dengan norma pemeriksaan akuntan (NPA).
NP A yang diterima oleh umum dalam kaitannyadengan pemeriksaan
akuntan terdiri atas tiga buah norma, yakni norma umum, norma
pelaksanaan pemeriksaan, dan norma pelaporan.1. Norma umumNorma
umum terdiri dari 3 norma:a.Pemeriksaan harus dilakukan oleh
seseorang atau beberapa orang yang telah memiliki ketrampilan
teknis yang cukup serta berkeahlian sebagai auditor.b.Dalam segala
suasana yang berkaitan dengan pemeriksaan, sikap mental yang
independen harus senantiasa dipertahankan oleh auditor.c. Auditor
harus menggunakan kesungguhan dan ketrampilan profesionalnya dalarn
pelaksanaan pemeriksaan dan penyiapan laporan akuntan.2. Norma
pelaksanaan pemeriksaana.Pemeriksaan harus direncanakan
sebaik-baiknya dan asisten auditor,jika ada, harus memperoleh
pengawasan yang memadai.b.Pengetahuan yang cukup mengenai struktur
pengendalian intern klien harus didapatkan untuk dipergunakan dalam
perencanaan dan penentuan sifat, waktu, dati luas pengujian.
'c.Bukti yang kompeten dan cukup untuk mendukung pendapat
didapatkan dengan cara inspeksi, observasi, wawancara dan
konfirmasi untuk digunakan sebagai dasar pernyataan pendapat atas
laporan keuangan yang diperiksa.26"r I3. Norma pelaporanNorma
pelaporan terdiri atas 4 norma:aLaporan akuntan harus mengandung
pemyataan apakah laporan keuangan disajikan menurut prinsip
akuntansi yang lazim.b.Laporan akuntan harus
mengidentifikasikankonsistensi penerapan prinsip akuntansi yang
lazim pactaperiode berjalan dibandingkan dengan periode
sebelumnya.c.Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan
dianggap cukup kecuali dinyatakan lain dalam laporan
akuntan.d.Laporan akuntan harus menyatakan suatu penctapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan, atau suatu penegasan bahwa
pendapat tidak dapat diberikan . Jika pendapat tidak diberikan,
maka alasan-alasannya harus dinyatakan. Jika nama auditor
dihubungkan dengan laporan keuangan, maka laporan akuntan harus
mengandung petunjuk mengenai batas- batas tanggungjawab yang
dimiliki auditor tersebut.Adanya norma-norma tersebut ditujukan
untuk menjamin suatu kinerja auditor pada penugasan pemeriksaannya.
Contoh pertama adalah adanya persyaratan mengenai kecakapan teknis
sebagai auditor. Maksud persyaratan ini adalah bahwa auditor harus
memiliki latar belakang pendidikan akuntansi pada perguruan tinggi,
memiliki pengalaman di bidang auditing, pengetahuan mengenai
industri dimana klien beroperasi, mengikuti program pendidikan
berkesinambungan dan lain sebagainya.Konsep independensi mungkin
merupakan konsep yang paling penting di bidang pemeriksaan
keuangan. Seorang auditor tidak hanya dituntut untuk bersikap
independen (be independent), namun juga harus berpenampilan
independen (appear to be independent). Acap kali akuntan publik
memberikan jasa penyusunan laporan keuangan klien, atau yang lebih
dikenal dengan istilah kompilasi. Pada bentuk penugasan ini,
akuntan publik berperan sebagai penyusun laporan keuangan. Fungsi
penyusun laporan keuangan ini berbeda dengan fungsi akuntan publik
sebagai penguji laporan keuangan. Akuntan publik tidak harus
independen dalam menjalankan fungsi yang pertama, sedangkan untuk
fungsi yang kedua akuntan publik harus senantiasa mempertahankan
sikap mental independen.Norma-norma tersebut diatas berkaitan erat
dengan konsep-konsep dalam pemeriksaan akuntan :1.Norma umum
berkaitan dengan konsep independensi, etika perilaku dan
pelaksanaan pemeriksaan yang hati-hati.2. Norma pelaksanaan
berkaitan dengan konsep bukti3. Norma pelaporan berkaitan dengan
konsep penyajian yang wajar.Norma pemeriksaan akuntan
dalamperkembangannyamengalarnibanyakkritik, terutama dalam 2 hal:a.
Norma-norma tidak cukup spesifikb.Norma-norma tidak dapat mengkover
perkembangan yang terjadi dalam pelayanan akuntan.Untuk mengatasi
keterbatasan tersebut, pada tahun 1986 dikeluarkan "Attestation
Standars" yang merupakan pengembangan dari norma yang
sebelumnya.
R/S/KO PEMER/KSAAN DAN MATER/ALITASRisiko Pemeriksaan (Audit
risk) merupakan kemungkinan akuntan tidak menemukan adanya
kesalahan yang sifatnya material sehingga dapat merubah pendapat
yang telah diberikan. Dengan demikian, risiko pemeriksaan adalah
risiko di mana akuntan secara tidak sadar gagal untuk memodifikasi
pendapatnya secara layak terhadap laporan keuangan yang salah saji
secara material.
Keberadaanrisiko audit diakui oleh akuntan pemeriksa di dalam
standar laporan akuntan yang menyatakan bahwa akuntan pemeriksa
memperoleh jaminan yang layak (reasonable assurance) tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji yang material.
Konsep materialitas (materiality) adalah konsep yang mengakui
hal-hal, baik secara individual maupun keseluruhan, adalah penting
untuk penyajian yang wajar yang sesuai dengan prinsip akuntansi
yang lazim. Di dalam frase "penyajian yang wajar, dalam segala hal
yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim."
menunjukkan bahwa auditor percaya laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari salah saji yang material.FASB, SFAC No.2,
"Qualitative Characteristics of Accounting Information,"
mendefinisikan bahwa materialitas adalah:Besamya kealpaan dan salah
saji informasi akuntansi, yang di dalam lingkungan tersebut membuat
kepercayaan seseorang berubah atau terpengarnh dari adanya kealpaan
dan salah saji tersebut.Risiko audit dan materialitas ada di
dalam:1. Perencanaan pemeriksaan dan perancangan prosedur
pemeriksaan.2.Evaluasi terhadap laporan keuangan secara
keseluruhan, apakah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang lazim?Auditor harus menetapkan risiko pemeriksaan
dan materialitas untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk
mengevaluasi secara tepat laporan keuangan.Akuntan pemeriksa
mengakui bahwa ada hubungan terbalik (inverse) antara risikq
pemeriksaan dengan tingkat materialitas. Hal ini dapat dicontohkan:
Saldo rekening dan klas! klas transaksi yang berhubungan dengan
laporan manajemen dapat disalahsajikan dengan jumlah yang
sangatbesar,namunhal demikianini mempunyaitingkatrisikoyang
sangatrendahiITingkat risiko pemeriksaan pada umumnya dinyatakan
dalam bentuk kualitatif seperti,rendah-sedang-tinggi, dan dalam
bentuk kuantitatif, yaitu dalam persentase.Audit risk (risiko
pemeriksaan) menurut Norma Pemeriksaan Akuntan meliputi 3 macam
bentuk yaitu:1, Inherent Risk (risiko bawaan)IKerentanan suatu
saldo perkiraan atau golongan transaksi terhadap suatu
kekeliruan28yang dapat menjadi material, apabila digabungkan dengan
kekeliruan pada saldo perkiraan atau golongan transaksi yang lain,
dengan asumsi bahwa tidak terdapat struktur pengendalian intern
yang berhubungan dengan itu.
Risiko kekeliruan dernikian adalah lebih besar pada saldo
perkiraan atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang
lain. Sebagai contoh, perhitungan yang rurnit lebih mungkin keliru
dilaporkan jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana.
Uang tunai lebih mudah disalahgunakan daripada persediaan batu
bara. Perkiraan yang terdiri dari jumlah yang merupakan taksiran
akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar daripada
perkiraan yang sifatnya relatif rutin dan faktual. Faktor ekstern
juga mempengaruhi risiko bawaan. Sebagai contoh, perkembangan
teknologi mungkin menyebabkan produk tertentu menjadi usang,
sehingga mengakibatkan persediaan cenderung dilaporkan lebih besar.
Sebagai tambahan terhadap faktor-faktor tersebut yang khusus
menyangkut saldo perkiraan atau go long an transaksi tertentu,
faktor-faktor yang berhubungan dengan beberapa atau seluruh saldo
perkiraan atau golongan transaksi mungkin mempengaruhi risiko
bawaan yang berhubungan dengan saldo perkiraan atau golongan
transaksi tertentu. Faktor yang terakhir ini mencakup, misalnya
kekurangan modal kerja untuk melanjutkan usaha atau penurunan
aktivitas industri yang ditandai oleh banyaknya kegagalan usaha.2.
Control Risk (risiko pengendalian)Risiko bahwa suatu kekeliruan
dapat terjadi pada saldo perkiraan atau golongan transaksi tertentu
yang dapat menjadi material, apabila digabungkan dengan kekeliruan
pada saldo perkiraan atau golongan transaksi yang lain, yang tidak
dapat dicegah atau ditemukan secara tepat waktu oleh struktur
pengendalian intern. Risiko tersebut merupakan fungsi efektivitas
dari prosedur pengendalian intern untuk mencapai tujuan umum
struktur pengendalian intern. Risiko pengendalian tertentu akan
selalu ada karena keterbatasan yang terbawa pada setiap struktur
pengendalian intern.3. Detection Risk (risiko penemuan)Risiko bahwa
prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan oleh akuntan publik akan
menyebabkan kesimpulan bahwa tidak ada kekeliruan dalam suatu saldo
perkiraan atau golongan transaksi yang mungkin material bila
digabungkan dengan kekeliruan pada saldo atau golongan yang lain,
walapun dalam kenyataannya ada. Risiko penemuan merupakan fungsi
dari efektivitas prosedur pemeriksaan dan penerapannya oleh akuntan
publik. Risiko ini timbul sebagiankarenaketidakpastian berhubung
akuntan publik tidak melakukan pengujian seratus persen terhadap
suatu saldo perkiraan atau golongan transaksi, walapun dilakukan
pemeriksaan seratus persen. Ketidakpastian lain tersebut timbul
karena akuntan publik mungkin memilih suatu prosedur pemeriksaan
yang tidak sesuai, penerapannya secara keliru prosedur yang tepat,
atau salah menafsirkan hasil pemeriksaan. Ketidakpastian ini dapat
dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui
perencanaan dan supervisi yang memadai dan pelaksanaan praktik
pemeriksaan yang sesuai dengan norma pengendalian mutu.Pengukuran
audit risk walaupun pada umumnya tidak dinyatakan secara
kuantitatif, namun hal ini dapat dilakukan dengan perhitungan
sbb:
AR = IR x CR x DR
dimana:
AR : Audit Risk
IR: Internal Risk CR : Control Risk DR : Detection Risk
Karena DR merupakan hal yang terkendali oleh auditor, maka model
tersebut menjadi:
DR = AR: (IR x CR)
Sementara banyak pemeriksa (akuntan publik) tidak setuju
padakuantifikasi komponen komponen risiko audit tersebut, namun
model risiko audit tersebut sangat membantu dalam pemahaman saling
hubungan antar komponen-komponen tersebut. Misalnya, risiko audit
yang diinginkan adalah 5%, risiko bawaan 50%, dan risiko
pengendalian adalah 50%, maka DR dapat ditentukan sebagai
berikut:
DR = AR : (IR x CR)
= 0,05 : (0.5 x 0.5)
=0,2=20%
Jika auditor memutuskan bahwa IR tersebut tidak dapat
dikuantitatifkan, maka dapat diasumsikan bahwa IR adalah 100%.
Dengan kata lain, IR diputuskan dengan sangat konservatif pada
tingkat maksimal. Bila demikian, maka:
DR = AR : (IR x CR)
= 0,05 : (l x 0.5)= 0,1
= 10%
Jika auditor menginginkan pula CR ditentukan pada tingkat
maksimum 100%, maka:
DR = AR : (IR x CR)
= 0,05 : (l x 1)
=0,05
=5%
Pembahasan audit risk tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan
materialitas yang mempunyai definisi sbb:
30
Jumlah kelupaan atau salah menyajikan informasi akuntansi yang
dalam keadaan demikian membuat judgmen seseorang berubah akibat
informasi tersebut.
Dalam melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan, seorang
pemeriksa harus mempertimbangkan materialitas paling sedikit dua
kali, yaitu pada saat perencanaan pekerjaan yang disebut sebagai
estimasi awal materialitas dan setelah semua bukti diperoleh dan
dievaluasi.
Untuk menentukan alokasi estimasi awal atas materialitas pada
masing-masing rekening laporan keuangan dilakukan dengan cara :
Besar relatif rekening besar variabel rekening pertimbangan
profesional.
PERTANYAAN DAN PENYELESAIAN1. Pernyataan tentang arti norma
pemeriksaan di bawah ini mana yang paling benar?
a. Tindakan yang harus dilakukan oleh pemeriksa b.Untuk mengukur
kualitas pemeriksaanc. Prosedur yang digunakan untuk memperoleh
bukti dalam mendukung laporan keuangand. Tujuan pemeriksaan pada
umumnya ditentukan dalam perjanjian pemeriksaanJawab:b. Untuk
mengukur kualitas pemeriksaanPenjelasan:Norma merupakan kaidah yang
ditetapkan untuk menilai suatu tindakan, sehingga norma pemeriksaan
merupakankaidah yang ditetapkan untuk menilailmengukur kualitas
pemeriksaan yang dilakukan.2. Bukti dokumenter yang paling dapat
dipercaya adalah:a. Pengamatan fisik oleh auditorb.Perhitungan yang
dilakukan auditor c.Dokumen intern kliend. Konfirmasi yang
diperoleh dari fihak luarJawab:d. Konfirmasi yang diperoleh dari
fihak luarPenjelasan:/Pihak luar merupakan pihak yang bebas, karena
tidak mempunyai kepentingan tehadapadanya pemeriksaan.3. Kriteria
yang terkandung dalam norma umum norma pemeriksaan akuntan
adalah?a. Kriteria untuk kompetensi, independen dan keahlian
profesional dalam pemeriksaanb. Kriteria isi laporan keuangan
beserta penjelasannya c. Kriteria isi laporan pemeriksaan
d. Persyaratan untuk melaksanakan perencanaan dan pengawasan
intern
Jawab:
a. Kriteria untuk kompetensi, independen dan keahlian
profesional dalam pemeriksaanPenjelasan:Pengertian yang terkandung
dalam norma umum terdiri dari tiga hal yaitu kompetensi,
independensi dan profesionalisme.4. Seorang pemeriksalauditor harus
patuh pada norma pemeriksaan pada setiap penugasan:a. Tanpa
kecualib. Kecuali pada pemeriksaan laporan keuangan yang
wajarc.Kecuali pada pemeriksaan laporan keuangan yang tidak dapat
diperiksa d.Kecuali pada pemeriksaan laporan keuangan
interimJawab:a. Tanpa KecualiPenjelasan:Norma pemeriksaan merupakan
ukuran yang digunakan untuk menilai kualitas pemeriksaan, oleh
karen a itu kepatuhan terhadap norma yang berlaku tidak ada
perkecualiannya.5. Pernyataan dibawah ini mana yang merupakan
keharusan bila auditor patuh pada norma pemeriksaan?a. Pelatihan
teknis yang cukup harus diperoleh pemeriksa b. Penggunaan prosedur
analitikal dalam pemeriksaanc. Penggunaan statistik sampling dalam
pemeriksaand. Melakukan konfirmasi pada pihak ke tigaJawab:a.
Pelatihan teknis yang cukup harus diperoleh
pemeriksaPenjelasan:Pelatihan teknis ini merupakan syarat yang
ditetapkan apabila seseorang menjadi pemeriksa, oleh karen a itu
untuk mematuhi norma yang ada pelatihan harus dilakukan. Sedang
prosedur lain merupakan tindakan yang dilakukan pemeriksa saat
melaksanakan pekerjaannya.6. Apa pengertian independensi dalam
norma pemeriksaan?a. Auditor menjual jasanya pada pihak ke tiga b.
Auditor tidak memihak dalam pemeriksaanc. Auditor harus
mengembangkan perilaku kritis dalam pemeriksaan32d. Auditor boleh
memiliki hubungan finansial khusus dengan klien asal tidak
material
Jawab:b. Auditor tidak memihak dalam pemeriksaan
Penjelasan:Pengertian dari independen adalah sikap mental yang
tidak memihak dengan siapapun.
7. Dalam norma pelaksanaan, auditor memeriksa bukti-bukti
berikut kecuali:
a. Catatan akuntansi klien b. Laporan tertulis klien
c. Invoice (faktur)
d. Waktu rapat dewan pimpinan perusahaan
Jawab:d. Waktu rapat dewan pimpinan perusahaan
Penjelasan:Notulen rapat merupakan bukti yang diperlukan
auditoruntuk pemeriksaan, tetapi waktu rapat bukan merupakan
bukti.
8. Konsep materialitas kurang berguna bagi auditor dalam
menentukan:
a. Transaksi yang harus di uji
b. Keperluan menyatakan fakta atau transaksi c. Luas pemeriksaan
akuntan
d.Pengarnh kepentingan keuangan langsung klien dengan auditor
untuk melihat independensi auditor
Jawab:c. Luas pemeriksaan akuntan
Penjelasan:Luas pemeriksaan akuntan ditentukan oleh baik atau
buruknya sistem pengendalian intern
9. Kecukupan dan kompetensi bukti pada akhirnya ditentukan :
a. Adanya data yang benar
b.Norma pemeriksaan akuntan c. Ketepatan bukti
d. Judgment auditor
Jawab:d. Judgment auditor
Penjelasan:Setelah semua analisa dan cara dilakukan untuk
memperoleh bukti, penentu apakah bukti tersebut cukup atau tidak
adalah auditor.
10. Dalam norma pemeriksaan, tujuan pemeriksaan sistem
pengendalian intern adalah:
a.Menentukan dapat atau tidaknya SPI dipercaya sebagai dasar
menetapkan luas pemeriksaan dan prosedur yang akan dilaksanakan
b.Menentukan jumlah staf pelaksana pemeriksaan c.Menentukan
bukti yang harus dikumpulkan
d. Menentukan honorarium
Jawab:a.Menentukan dapat atau tidaknya SPI dipercaya sebagai
dasar menetapkan luas pemeriksaan dan prosedur yang akan
dilaksanakan.
Penjelasan:SPI yang ada di dalam perusahaan dipelajari dan
dievaluasi secukupnya dengan tujuan untuk menentukan dapat
dipercaya atau tidaknya SPI tersbut guna menentukan luas, sifat dan
prosedur pemeriksaan.
11. Teori pemeriksaan tersusun atas beberapa konsep dasar
seperti di bawah ini, kecuali:a.Konsep buktib.Konsep penyajian yang
wajar
c.Konsep independensid.Konsep standar
Jawab:d. Konsep standar
Penjelasan:Konsep dasar yang menyusun teori pemeriksaan adalah
pengertian tentang bukti, kehati hatian dalam pemeriksaan,
penyajian/pengungkapan yang wajar, independensi dan etika perilaku.
Standar merupakan penjabaran dari konsep dasar-konsep dasar
tersebut.
12. Konsep independensi dalam pemeriksaan berkaitan dengan norma
pemeriksaan akuntan, yaitu:
a. Norma Umum
c. Norma Pelaporan
Jawab:a. Norma Umum
Penjelasan:
b. Norma Pelaksanaan d.
Ketiga-tiganya
Norma umum mempunyai kaitan yang erat dengan konsep
independensi, etika perilaku, dan pelaksanaan pemeriksaan yang
hati-hati. Norma Pelaksanaan berkaitan dengan konsep bukti.
Sedangkan norma pelaporan berkaitan dengan konsep penyajiani yang
wajar.3413. Auditor mempertimbangkan kualitas pengendalian intern
klien untuk:a.digunakan sebagai dasar keputusan penerimaan suatu
penugasan kompilasi lapo- ran keuanganb. digunakan sebagai dasar
penentuan tingkat risiko pengendalian c. digunakan sebagai dasar
penentuan honor auditord. mencari kecurangan-kecurangan yang
mungkin dilakukan oleh manajemenJawab:b. digunakan sebagai dasar
penentuan tingkat risiko pengendalianPenjeJasan:Risiko pengendalian
akan selalu ada karena keterbatasan yang melekat pada setiap
struktur pengendalian intern. Oleh karena itu, dengan menilai
kualitas pengendalian intern maka dapat diketahui berapa tingkat
risiko yang mungkin terjadi.14. Risiko pemeriksaan dan materialitas
memiliki kaitan yang eratdengan norma pemeriksaan, khususnya
pada:a.NormaUmum dan Norma Pelaksanaan
b. c.NormaNormaPelaksanaan dan Norma PelaporanPelaporan dan
Norma Umum
d.NormaUmum saja
Jawab:b. Norma Pelaksanaan dan Norma PelaporanPenjelasan:Risiko
pemeriksaan dan materialitas akan mempengarnhi penerapan norma
pemeriksaan, khususnya pada norma pelaksanaan dan norma pelaporan
serta tersirat dalam laporan standar akuntan. Risiko pemeriksaan
dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain, dipertimbangkandalam
menentukan sifat, saat dan luas prosedur pemeriksaan serta dalam
mengevaluasi basil penerapan prosedur-prosedur tersebut.15. Akuntan
publik harns mempertimbangkan risiko pemeriksaan dan materialitas
pada kegiatan-kegiatandi bawah ini, kecuali:a. b.Menerima suatu
penugasan pemeriksaanMembuat perencanaan pemeriksaan
c. d.Merancang prosedur-prosedur pemeriksaan Mengevaluasi
kewajaran penyajian laporan berkaitan dengan PAIkeungan secara
keseluruhanyang
Jawab:a. Menerima suatu penugasan pemeriksaanPenjelasan:Akuntan
publik harns mempertimbangkan risiko pemeriksaan dan materialitas
padatahap awal pemeriksaan untuk memperoleh bahan pembuktian
kompeten yang cukup, yang akan digunakan secara layak untuk
mengevaluasi laporan keuangan pada tahap selanjutnya.
16. Risiko pemeriksaan menurut NormaPemeriksaan Akuntan meliputi
tiga maeam bentuk, yaitu risiko bawaan, risiko pengendalian dan
risiko penemuan. Hubungan antara ketiga risiko tersebut adalah:
a. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berkorelasi positip
dengan risiko penemuan b. Risiko bawaan dan risiko pengendalian
berkorelasi negatip dengan risiko penemuan c. Risiko bawaan
berkorelasi negatip dengan risiko pengendalian dan berkorelasi
positip dengan risiko penemuan
d. Risiko bawaan dan risiko penemuan berkorelasi negatip dengan
risiko pengendalian
Jawab:b. Risiko bawaan dan risiko pengendalianberkorelasi
negatip dengan risiko penemuan
Penjelasan:Risiko penemuan berkorelasi negatip dengan risiko
bawaan dan risiko pengendalian. Semakin keeil risiko bawaan dan
risiko pengendalian yang dinyakini oleh akuntan publik,
semakinbesar risiko penemuan yang dapat ditoleransi, demikian pula
sebaliknya.
17. Jika akuntanpublikberkesimpulan,berdasarkanbukti-buktiyang
eukup dikumpulkannya,
bahwapenggabungandarikemungkinankekeliruanakanmenyebabkanlaporankeuangan
salahsaji seeara material, maka tindakan yang dapat dilakukan
adalah seperti hal-hal di bawah ini, kecuali:
a. Seeara langsung membetulkan bagian yang salahsaji
tersebut
b. Menyarankan manajemen untuk membetulkan bagian yang salahsaji
tersebut
e. Memberikanpendapattidakwajar,jika bagianyang
salahsajitersebuttidak dibetulkan d. Memberikan pendapat dengan
kualifikasi atas laporan keuangan, jika bagian yang
salahsaji diabaikan
Jawab:a. Seeara langsung membetulkan bagian yang salahsaji
tersebut
Penjelasan:Sesuai dengan perjanjian pemeriksaan antara auditor
dan manajemen, maka laporan keaungan merupakan tanggungjawab bagi
pihak manajemen, auditor bertanggung jawab sebatas pada laporan
pemeriksaan yang diterbitkan. Olek karena itu, jika terjadi adanya
kekeliruan yang material, auditor harns memberikan saran untuk
perbaikan dan tidak secara langsung membetulkannya.
18. Dari tolok ukur berikut ini, manakah yang bukan merupakan
ukuran kesesuaian dengan prinsip akuntansi:
a. Penilaian (Valuation) b. Klasifikasi
36
c. Materialitas d. Cut-off
Jawab:c. Materialitas
Penjelasan:Tolok ukur Prinsip Akuntansi Indonesia terdiri atas:
Penilaian, Klasifikasi, Cut-off, dan Pengungkapan. Tolok ukur
menurut NPA terdiri atas: Eksistensi, Ketelitian dan Internal
control.
19. Berikut ini merupakan cara-cara yang dapat ditempuh auditor
untuk memperoleh bukti, kecuali:
a. Konfirmasi c. Tick mark
Jawab:c. Tickmark
Penjelasan:
b. Observasi d. Bukti fisik
Tick mark merupakan tanda atau simbol telah dilaksanakannya
program atau prosedur pemeriksaan.
(lihat Tuanakota, hal 137)
20. Di dalam proses pengumpulan bukti, auditor mempertimbangkan
hal-hal yang saling berkaitan berikut ini, kecuali:
a. Penentuan prosedur pemeriksaan yang akan digunakan
b. Penentuan besamya sampel untuk prosedur pemeriksaan
c. Penentuan waktu yang sesuai untuk melaksanakan prosedur
pemeriksaan
d.Penentuan bentuk kertas kerja, jumlah asisten yang digunakan
dan besamya honorarium masing-masing asisten
Jawab:d.Penentuan bentuk kertas kerja, jumlah asisten yang
digunakan dan besamya honorarium masing-masing asisten
Penjelasan:Penentuan bentuk kertas kerja, jumlah asisten yang
digunakan dan besamya honorarium masing-masing asisten bukan dalam
rangka proses pengumpulan bukti. Satu hallagi yang perlu
dipertimbangkan dalam pengumpulan bukti adalah penentuan elemen
tertentu yang harus dipilih dari populasi.
21. Dari bukti-bukti di bawah ini, manakah bukti yang mempunyai
kompetensi yang paling tinggi:
a. Faktur penjualan b. Bank Statement
c.Perhitungan yang dibuat secara independen oleh akuntan
mengenai earning per share
d. Letter of representation yang dibuat oleh controller
perusahaan
Jawab:b. Bank Statement
Penjelasan:Bukti yang paling kompeten dalam soal ini adalah bank
statement karena merupakan bukti yang berasal dari pihak luar.
Jawaban A dan D merupakan bukti yang berasal dari dalam perusahaan,
sedangkan jawaban C merupakan bukti yang berasal dari akuntan
sendiri yang bersumber dari data perusahaan.
22. Konsep materiality kurang penting artinya bagi auditor untuk
menentukan hal-hal tersebut di bawah ini:
a. Luas pemeriksaannya terhadap rekening-rekening tertentu b.
Transaksi-transaksi tertentu yang harus diperiksa
c. Pengaruhterhadapperkecualianyang dikemukakandi
dalampernyataanpendapatnya d. Pengarnh adanya kepentingan finansial
di dalam perusahaan klien terhadap sikap
independen yang harus ia pertahankan
Jawab:b. Transaksi-transaksi tertentu yang harus diperiksa
Penjelasan:Jawaban A, C dan D merupakan hal-hal yang penting
dalam konsep materiality, sedang jawaban B yaitu
transaksi-transaksi tertentu yang harus diperiksa kurang penting.
Untuk transaksi tertentu yang lebih dipentingkan adalah sifat biasa
atau tidaknya transaksi tersebut terjadi.
23. Norma Pemeriksaan Akuntan antara lain menetapkan bahwa:
a. Akuntan harus memeriksa semua aktiva tetap yang dibeli selam
tahun yang diperiksa b. menetpakan honorarium pemeriksaan atas
dasar kos
c. mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern
klien
d. tidak boleh menawarkan jasa profesionalnya pada calon
klien
Jawab:c. mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern
klien
Penjelasan :Pengetahuan yang cukup mengenai stuktur pengendalian
intern klien harus diperoleh untuk digunakan dalam perencanaan dan
penentuan sifat, luas, dan waktu pengujian.
24. Salah satucara pengumpulanbukti adalah melalui
inspeksi.Manakah diantarapernyataan dibawah ini yang benar mengenai
inpseksi:
38a. digunakan untuk mengumpulkan bukti-bukti dokumenter
b. contoh penerapannya adalah footing terhadap jumal
penjualan
c. merupakan pemeriksaan yang terinci terhadap bukti dokumenter
atau kondisi fisik d. merupakan prosedur pemeriksaan dimana akuntan
melihat atau menyaksikan
pelaksanaan suatu kegiatan.
Jawab:c. merupakan pemeriksaan yang terinci terhadap bukti
dokumenter atau kondisi fisik
Penjelasan:Inspeksi merupakan pemeriksaan secara terinci
(kritis) terhadap hal-hal yang bersifat luar biasa tanpa mengadakan
verifikasi secara lengkap terhadap dokumen atau kondisi fisik
(lihat Tuanakota, halaman 9)25. Tujuan utama ditetapkannya Norma
Pemeriksaan Akuntan adalah:a. untuk kelengkapan profesi akuntansi
b. untuk menjamin kinerja auditorc. untuk melindungi kepentingan
kliend. untuk mengatur pelaksaan pemeriksaanJawab:b. untuk menjamin
kinerja auditorPenjelasan:Tujuan utama ditetapkannya Norma
Pemeriksaan Akuntan adalah untuk menjamin kualitas kinerja auditor.
Kornitmen ini terlihat pada ketentuan persyaratan teknis yang harus
dirnilik auditor. Maksudnya adalah bahwa auditor harus merniliki
latar belakang pendidikan akuntansi di perguruan tinggi, merniliki
pengalaman dibidang auditing, memiliki pengetahuan tentang industri
dimana klien beroperasi, mengikuti progam pendidikan lanjutan dan
lain sebagainya. Dengan semua ketentuan di atas, maka diharapkan
kualitas kinerja auditor dapat terjamin.26. Perhitungan yang rumit
lebih memungkinkan terjadinyakekeliruan pada saat dilaporkan
dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Hal ini merupakan
suatu contoh dari risiko pemeriksaan, yaitu:a.Inherent
Riskb.Control Risk
c.Detection Riskd.Audit Risk
Jawab:a. Inherent RiskPenjelasan:Inherent Risk lebih mungkin
terjadi pada saldo perkiraan atau golongan transaksi tertentu.
Karena sifatnya yang melekat pada saldo rekening atau golongan
transaksi, maka perhitungan yang rurnit lebih memungkinkan terjadi
kekeliruan.27. Tujuan utama memperoleh dan mengevaluasi bukti
adalah:a.sebagai dasar yang layak untuk mengemukakan pendapat atas
laporan keuangan yang diperiksab. untuk menentukan luas pemeriksaan
atas laporan keuanganc. sebagai dasar membuat perencanaan auditd.
sebagai dasar bagi penentuan tingkat risiko
pemeriksaan.Jawab:a.sebagai dasar yang layak untuk mengemukakan
pendapat atas laporan keuangan yang diperiksaPenjelasan:Bukti
kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
tanya jawab dan konfirmasi sebagai dasar yang layak untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa.28. Secara
hirarkis, manakah urutan yang benar?a. Konsep - Standar - Prosedur
b. c. Konsep - Prosedur - Standar d.Jawab:a. Konsep - Standar -
ProsedurPenjelasan:
Standar - Konsep - ProsedurProsedur - Konsep - StandarSeacara
hirarkis piramida urutan yang benar adalah dimulai dari konsep yang
diabstraksikan dari pengalaman dan observasi, kemudian standar yang
merupakan "guideline" atau pengukurkualitas. Dari
standar-standaryang adadiderivasi ke prosedur prosedur.29. Salah
satu konsep dasar dalam auditing adalah "EVIDENCE". Cara untuk
memperoleh bukti (ways of acquiring Evidence) dengan jalan intuisi
disebut:a. Authoritarianism b. Mysticism c. Rationalism d.
EmpiricismJawab:b. MysticismPenjelasan:Mysticism merupakan cara
memperoleh bukti dengan melalui intuisi, seperti scanning terhadap
buku dan catatan, dokumen dan lain-lain.30. Konsep penyajian secara
wajar terbagi atas tiga sub-konsep. Yang bukan merupakan sub-konsep
penyajian secara wajar adalah:a. Due audit care (kehati-hatian) b.
Accounting propriety c. Adequate disclosure d. Audit
obligation40Jawab:a. Due audit carePenjelasan:Due audit care
merupakan salah satu dari 5 konsep dasar dalam auditing. Jadi bukan
merupakan sub-konsep dari konsep dasar penyajian secara wajar (Fair
Presentation).31. Auditor tidak akan lepas dari kemungkinan "human
error". Pemyataan tersebut sangat berhubungan erat dengan konsep
dasar:Jawab:d. Due audit carePenjelasan:Sudah jelas sebagai manusia
auditor tidak akan lepas dari kemungkinan melakukan kesalahan.
Namun sebagai suatu profesi, profesi auditor hams melakukan
kehati-hatian yang tinggi (due audit care) untuk menunjukkan
profesionalismenya.32. Manakah dari pemyataan berikut ini yang
tidak benar?a. Adanya kemajuan teknologi dapat berakibat mempunyai
risiko inheren (bawaan)yang tinggi pada persediaan.b.Secara umum
surat berharga risiko inheren-(bawaan)-nya lebih tinggi daripada
persediaan batu bara dari kemungkinan dicuri.c. Risiko inheren
lebih terkehendaki dari risiko penemuan (detection risk). d. Risiko
penemuan merupakan risiko terkendali bagi auditor.Jawab:c. Risiko
inheren lebih terkendali dari risiko penemuan. Penjelasan:Dari tiga
komponen risiko audit yang dapat dikendalikan oleh auditor adalah
risikopenemuan.33. Bila dianggap risiko audit dapat
dikuantifikasikan maka perhitungan yang benar adalah:a.AR = CR :
(IR x DR)b. CR = IR : (AR x DR)
c.DR = AR : (IR x CR)d. IR = DR : (CR x AR)
Jawab:c. DR = AR : (IR x CR)Penjelasan:Komponen risiko audit
(AR) adalah JR, CR dan DR. Cara perhitungan yang digunakan adalah
AR = IR x CR x DR. Karena DR yang terkendali maka DR = AR : (IR x
CR).34. Manakah dari pemyataan tentang risiko audit berikut ini
yang benar?
a. Dalam praktek, risiko audit ditentukan secara subyektif. b.
Risiko audit harus dinyatakan secara kuantitatif.c. Secara umum
risiko audit tergantung pada pendapat.d. Risiko audit akan besar
bila SPI efektif.Jawab:a. Dalam praktek, risiko audit ditentukan
secara subyektif.Penjelasan:Risiko audit akan ditentukan secara
subyektif pada praktek. Dalam hal ini risiko dinyatakan dengan
tinggi, sedang , dan rendah. Namun demikian dapat saja risiko audit
dikuantifikasikan.35. Konsep materialitas dalam auditing tercermin
pada laporan akuntan pada:a.Luas pemeriksaan b. Kata-kata "menurut
pendapat kami" c. Kesesuaian dengan PAl d. Kata-kata "disajikan
secara wajar".Jawab:d. Kata-kata "disajikan secara
wajar"Penjelasan:Frase "disajikan secara wajar" mencerminkan bahwa
pendapat pada laporan akuntan berkaitan hanya dengan hal-hal yang
material.36. Dalam auditing, sesuatu dikatakan material:a.
Jumlahnya sudah pastib. Telah ditentukan secara obyektifc. Telah
sesuai dengan undang-undang/ norma umum d.Dapat mengubah
keputusan.Jawab:d. Dapat mengubah keputusanPenjelasan:Konsep
materialitas dalam auditing adalah adanya suatu informasi yang
tidal. dikemukakan yang apabila informasi tersebut dikemukakan
dapat mengubah keputusan pengguna informasi tersebut.37. Risiko
audit dan materialitas berhubungan erat dengan norma:a. Umum
Pertama b. Pelaporan Keempat c.Pelaksanaan Pemeriksaan Kedua d.
Pelaporan KeduaJawab:b. Pelaporan Keempat42'r IPenjelasan:Baik
risiko audit maupun materialitas secara umum berhubungan erat
dengan norma pelaksanaan pemeriksaan dan norma pelaporan. Namun
hubungan paling utama adalah dengan norma pelaporan keempat.
a.Fair presentationb. Independencec.Ethical conductd. Due audit
care