TEORI SELF DISCLOSURE(MODEL PENGUNGKAPAN
DIRI)Self-disclosuremerupakan proses mengungkapkan informasi
pribadi kita pada orang lain ataupun sebaliknya.Sidney
Jourard(1971)menandai sehat atau tidaknya komunikasi antarpersona
dengan melihat keterbukaan yang terjadi dalam
komunikasi.Mengungkapkan yang sebenarnya mengenai diri kita kepada
orang lain, yang juga bersedia mengungkapkan yang sebenarnya
tentang dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan yang
ideal.Joseph Luftmengemukakan teoriself-disclosurelain yang
didasarkan pada model interaksi manusia, yang disebutJohari Window,
seperti berikut ini:Diketahui oleh diri sendiriTidak diketahui oleh
diri sendiri
Diketahui oleh orang lain(1) TERBUKA(2) BUTA
Tidak diketahui oleh orang lain(3) TERSEMBUNYI(4) TIDAK
DIKETAHUI
Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka
akan terjadidisclosureyang mendorong informasi mengenai diri
masing-masing ke dalam kuadran (1) TERBUKA. Kuadran (4) sulit untuk
diketahui, tetapi mungkin dapat dicapai melalui refleksi diri dan
mimpi.Meskipunself-disclosuremendorong adanya keterbukaan, namun
keterbukaan itu memiliki batas.Pengaturan batasan memerlukan
pertimbangan dan pikiran. Orang membuat keputusan mengenai
bagaimana dan kapan untuk memberi tahu, dan mereka memutuskan
mengenai bagaimana merespon permintaan orang lain.Artinya, kita
harus mempertimbangkan kembali apakah menceritakan segala sesuatu
tentang diri kita kepada orang lain akan menghasilkan efek positif
bagi hubungan kita dengan orang tersebut atau justru
sebaliknya.Dalam psikologi dinyatakan bahwa tujuan komunikasi
adalah meneliti pemahaman diri dan orang lain dan bahwa pengertian
hanya dapat terjadi dengan komunikasi yang benar.Menurut psikologi
humanistik, pemahaman interpersonal terjadi melalui:
(1)Self-disclosure(pengungkapan diri); (2)Feedback(umpan balik);
dan (3) Sensitivitas untuk mengenal orang
lain.Sedangkanmisunderstandingdan ketidakpuasan dalam hubungan
diawali oleh: (1) Ketidakjujuran; (2) Kurangnya kesamaan antara
tindakan seseorang dengan perasaannya; (3) Miskinfeedback; dan
(4)Self-disclosureyang ditahan.* * *TEORI PELANGGARAN HARAPAN
NONVERBAL(NONVERBAL EXPECTANCY VIOLATIONTHEORY / NEV THEORY)Latar
Belakang TeoriJudee Burgoon(1978, 1983, 1985) danSteven
Jones(Burgoon & Jones, 1976) pertama kali merancangNEV
Theoryuntuk menjelaskan konsekuensi dari perubahan jarak dan ruang
pribadi selama interaksi komunikasi antar pribadi.NEV Theoryadalah
salah satu teori pertama tentang komunikasi nonverbal yang
dikembangkan oleh sarjana komunikasi.NEV Theorysecara terus menerus
ditinjau kembali dan diperluas.Judee K. Burgoonadalah seorang
Profesor Komunikasi dariUniversitas Arizona ASdan merupakan salah
seorang teoritikus wanita yang paling tekun dalam meneliti berbagai
dimensi komunikasi nonverbal sepanjang dasawarsa 1970-an hingga
1990-an.Studi tentang penggunaan ruang dan jarak dalam
berkomunikasi (proksemik) sebenarnya telah dikembangkan olehEdward
T. Hallsejak tahun 1960-an. Dalam teorinya,Hallmembedakan empat
macam jarak yang menurutnya mengambarkan ragam jarak komunikasi
yang diperbolehkan dalam kultur Amerika yakni: [1] jarak intim (018
inci); [2] jarak pribadi (18 inci4 kaki); [3] jarak sosial (4-10
kaki); dan [4] jarak publik (lebih dari 10 kaki).Terkait dengan
keempat macam jarak tersebut kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan
seperti berikut; apa yang akan terjadi ketika seseorang menunjukkan
tingkah laku nonverbal yang di luar dugaan? atau bagaimana persepsi
seseorang terhadap tingkah laku nonverbal yang mengejutkan tersebut
bila dikaitkan dengan daya tarik antarpribadi?. Berawal dari
pertanyaan itulah kemudianBurgoonmeneliti perilaku komunikasi
nonverbal masyarakat Amerika yang menghantarkannya pada penemuanNEV
Theory)/ Teori Pelanggaran Harapan Nonverbal.Teori ini untuk
pertama kalinya diuraikan secara panjang lebar dalam
tulisanBurgoonyang bertajukA Communication Model of Personal Space
Violations: Explication and An Initial Testyang diterbitkan dalam
JurnalHuman Communication Researchvolume 4, tahun 1978.Esensi
TeoriTeori ini bertolak dari keyakinan bahwa kita memiliki
harapan-harapan tertentu tentang bagaimana orang lain sepatutnya
berperilaku ketika berinteraksi dengan kita. Kepatutan tindakan
tersebut pada prinsipnya diukur berdasarkan norma-norma sosial yang
berlaku atau berdasarkanfield of experiencekita. Terpenuhi atau
tidaknya ekspektasi ini akan memengaruhi cara interaksi kita dengan
mereka, bagaimana kita menilai mereka, dan bagaimana kelanjutan
hubungan kita dengan merekaTeori ini berasumsi bahwa setiap orang
memiliki harapan-harapan tertentu pada perilaku nonverbal orang
lain. Jika harapan tersebut dilanggar maka orang akan bereaksi
dengan memberikan penilaian positif atau negatif sesuai
karakteristik pelaku pelanggaran tersebut.Sebagai contohnya,
anggaplah Anda seorang gadis yang sedang ditaksir dua orang
pemuda.. Anda tidak bingung karena Anda hanya menyukai salah
seorang di antara mereka. Apa yang terjadi ketika pemuda yang Anda
senangi berdiri terlalu dekat dengan Anda sehingga melanggar jarak
komunikasi antarpribadi yang normatif? Besar kemungkinan Anda akan
menilainya positif. Itulah tanda perhatian yang tulus atau itulah
perilaku pria sejati menurut Anda.Namun bagaimana halnya bila yang
bertindak seperti itu adalah pria yang tidak Anda senangi? Anda
akan bereaksi secara negatif. Anda akan mengatakan bahwa orang itu
tidak tahu sopan santun atau mungkin dalam hati Anda akan
menyebutnya tidak tahu diri.Jadi kita akan menilai suatu
pelanggaran didasarkan pada bagaimana perasaan kita pada orang
tersebut.Menurut teori ini, beberapa faktor saling berhubungan
untuk memengaruhi reaksi kita terhadap pelanggaran dari jenis
perilaku nonverbal yang kita harapkan untuk menghadapi situasi
tertentu . Tiga konstruk pokok dari teori ini (Griffin, 2004: 88)
yakni; [1] Harapan (Expectancies), [2] Valensi Pelanggaran
(Violations Valence), dan [3] Valensi Ganjaran Komunikator
(Communicator Reward Valence).[1]Expectancies(Harapan)FaktorNEV
Theoryyang pertama mempertimbangkan harapankita. Melalui
norma-norma sosial kita membentuk harapan tentang bagaimana orang
lain (perlu) bertindak secara nonverbal (dan secara lisan) ketika
kita saling berinteraksi dengan mereka.Jika perilaku orang lain
menyimpang dari apa yang kita harapkan secara khas, maka suatu
pelanggaran pengharapan telah terjadi.Apapun yang di luar kebiasaan
menyebabkan kita untuk mengambil reaksi khusus. Sebagai contoh,
kita akan bereaksi sangat gelisah/ tidak nyaman, jika seorang asing
meminta berdiri sangat dekat dengan kita.Dengan cara yang sama,
kita akan bereaksi lain jika orang yang penting dengan kita berdiri
sangat jauh sekali dari kita pada suatu pesta. Dengan kata lain
kita memiliki harapan terhadap tingkah laku nonverbal apa yang
pantas dilakukan orang lain terhadap diri kita.[2] Violation
Valence(Derajat Pelanggaran)Ketika harapan nonverbal kita dilanggar
oleh orang lain, kita kemudian melakukan penafsiran, sekaligus
menilai apakah pelanggaran tersebut positif atau negatif.
Penafsiran kita tentang perilaku pelanggaran harapan nonverbal yang
biasa disebut derajat pelanggaranadalah elemen kedua yang penting
dari teori ini. Diasumsikan bahwa perilaku nonverbal itu penuh arti
dan kita mempunyai sikap tentang perilaku nonverbal yang
diharapkan.Sebagai contoh, bayangkan Anda berada di suatu pesta dan
seorang asing yang baru diperkenalkan tanpa diduga-duga menyentuh
tangan Anda. Karena Anda baru saja berjumpa orang itu, perilaku
tersebut bisa jadi mengacaukan. Anda mungkin menginterpretasikan
perilaku tersebut sebagai kasih sayang, ajakan untuk menjadi teman,
atau sebagai suatu isyarat kekuasaan.NEV Theoryberargumen bahwa
jika perilaku yang diberikan lebih positif dibanding dengan apa
yang diharapkan, hasilnya adalah pelanggaran harapan yang positif.
Dan sebaliknya, jika perilaku yang diberikan lebih negatif
dibanding dengan apa yang diharapkan, menghasilkan suatu
pelanggaran harapan yang negatif. (Infante, 2003: 178).[3]
Communicator Reward Valence(Derajat Ganjaran Komunikator)Derajat
Ganjaran Komunikator adalah unsur ketiga yang memengaruhi reaksi
kita. Sifat alami hubungan antara komunikator memengaruhi bagaimana
mereka (terutama penerima) merasakan tentang pelanggaran harapan.
Jika kita menyukai sumber dari pelanggaran (misalnya, pelanggar
memiliki kredibilitas tinggi atau menarik secara fisik), kita boleh
menghargai perlakuan yang unik tersebut.Jika kita menyukai orang
yang melanggar tersebut, kita tidak akan terfokus pada pelanggaran
yang dibuatnya, justru kita cenderung berharap agar orang tersebut
tidak mematuhi norma-norma yang berlaku. Sebaliknya bila orang yang
melanggar tersebut adalah orang yang tidak kita sukai, maka kita
akan terfokus pada pelanggaran atau kesalahannya dan berharap orang
tersebut mematuhi atau tidak melanggar norma-norma sosial yang
berlaku.Penerapan dan Keterkaitan TeoriPada awalnya teoriBurgoonini
hanya diterapkan dalam koteks pelanggaran penggunaan ruang dan
jarak dalam berkomunikasi (Spatial violations). Namun sejak
pertengahan tahun 1980-an,Burgoonmenyadari bahwa perilaku
penggunaan ruang dan jarak sebenarnya hanyalah bagian dari sistem
isyarat nonlinguistik dalam komunikasi nonverbal.Dalam hal
keterkaitan teoritis, dapat dikatakan setidaknya ada tiga teori
yang secara langsung atau tidak berkaitan denganNEV Theory.Ketiga
teori tersebut adalah: Proxemics Theory , Anxiety/ Uncertainty
Management (AUM) Theory, dan Social Exchange Theory (SET).[1]
Proxemics Theory,yang merupakan akar dari perumusan asumsi-asumsi
dalamNEV Theory. Perjalanan teori ini dimulai dari konsep
penggunaan ruang dan jarak dalam proksemik, karena itu jelas kedua
teori ini tidak dapat dipisahkan.[2] Anxiety/ Uncertainty
Management (AUM) TheorydanNEV Theory, menurutTing
TomeydanChung(Gudykunst, et-al., 1996), bersifat saling melengkapi.
Keterkaitannya itu terutama tampak dalam hal penggunaan konsep
ekspektasi dalam proses interaksi, konsep ketidaknyamanan dalam
komunikasi yang ambigu atau tindakan-tindakan mengevaluasi suatu
perilaku komunikasi.[3] Social Exchange Theory (SET),
keterkaitannya denganNEV Theorydapat dilihat dalam hal penggunaan
konsep ganjaran dan kerugian. Kedua teori ini berpendapat bahwa
orang yang dipandang dapat memberikan ganjaran lebih (high-reward
person) akan menciptakan situasi komunikasi yang
lebihfavourable(nyaman). Demikian sebaliknya bagi individu dalam
kategorilow-reward person.Evaluasi dan Perkembangan
TeoriBurgoon(Liltlejohn, 1996;Griffin,2000) secara konsisten
mengembangkan teori ini sejak penobatannya pada tahun 1978.
Beberapa perbaikan yang dengan mudah dapat diidentifikasi di
antaranya mencakup penyederhanaan empat konstruk teori ini, yang
semula meliputi [1] Harapan (Expectancies); [2] Pelanggaran Harapan
(Expectancy Violations); [3] Valensi Komunikator (Communicator
Valence); dan [4] Valensi Pelanggaran (Violation Valence) menjadi
tiga, yakni dengan tetap mempertahankan konstruk Harapan
(Expectancies) dan Pelanggaran Harapan (Expectancy Violations),
serta menggabungkan Valensi Komunikator dan Valensi Pelanggaran
menjadi satu konstruk Valensi Ganjaran Komunikator (Communicator
Reward Valence).* * *TEORI PROKSEMIKYaitu teori yang membahas
mengenai penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan.Edward T Hall
membagi jarak ke dalam 4 jenis: jarak publik, jarak sosial, jarak
personal, dan jarak akrab.Jarak yang dibuat individu menunjukkan
tingkat keakraban yang terjadi di antara mereka. Misalnya, ada
suami istri berjalan berdekatan, kita langsung berasumsi kalau
mereka adalah pasangan yang harmonis. Namun ketika kita melihat
mereka berjalan agak berjauhan, maka kita berasumsi bahwa mereka
sedang dalam kondisi yang kurang harmonis.Jarak juga menentukan
persepsi kita mengenai sikap lawan bicara ketika ia membuat jarak
saat berkomunikasi. Sebagai contoh, ketika seorang teman mengajak
kita berbicara namun dengan jarak agak jauh atau dibatasi oleh
sesuatu, maka kita akan menganggap dia adalah pribadi yang tidak
terlalu terbuka dan sedikit preventif.Namun, ketika lawan bicara
kita duduk bersebelahan dengan kita, maka kita beranggapan bahwa
dia sangat terbuka dan mampu menciptakan suasana yang nyaman saat
berbicara. Cara seseorang mengatur ruang juga mempengaruhi persepsi
kita mengenai pribadi lawan bicara kita.* * *TEORI BEHAVIORAL DAN
KOGNITIFTeori ini berkembang dari ilmu psikologi yang memusatkan
pengamatannya pada diri manusia secara individual. Beberapa pokok
pikirannya :1.Salah satu konsep pemikirannya adalah model
stimulus-respon (S-R) yang menggambarkan proses informasi antara
stimulus dan respon.2.Mengutamakan analisa variabel. Analisis ini
pada dasarnya merupakan upaya mengidentifikasi variabel-variabel
kognitif yang dianggap penting serta mencari hubungan antar
variabel.3.Menurut pandangan ini, komunikasi dipandang sebagai
manifestasi dari proses berfikir, tingkah laku dan sikap seseorang.
Oleh karenanya variabel-variabel penentu memegang peranan penting
terhadap kognisi seseorang (termasuk bahasa) biasanya berada diluar
kontrol individu.Contoh lain dari teori atau model yang termasuk
dalam kelompok teori ini adalah model psikologi Comstock tentang
efek televisi terhadap individu. Tujuan model ini adalah untuk
memperhitungkan dan membantu memperkirakan terjadinya efek terhadap
tingkah laku orang perorang dalam suatu kasus tertentu, dengan
jalan menggabungkan penemuan-penemuan atau teori-teori tentang
kondisi umum dimana efek ini dapat ditemukan.* * *TEORI INTERAKSI
SIMBOLIKTeori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang
baru dalam studi ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19
yang lalu. Sampai akhirnya teori interaksi simbolik terus
berkembang sampai saat ini, dimana secara tidak langsung SI
merupakan cabang sosiologi dari perspektif interaksional (Ardianto.
2007: 40).Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional,
dimana merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi
komunikasi, yang barangkali paling bersifat humanis (Ardianto.
2007: 40). Dimana, perspektif ini sangat menonjolkan keangungan dan
maha karya nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada
selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam
dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial
masyarakatnya, dan menghasilkan makna buah pikiran yang disepakati
secara kolektif. Dan pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap
bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu, akan
mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu ciri
dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme
simbolik.Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara
simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini
adalah individu (Soeprapto. 2007). Banyak ahli di belakang
perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang
paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa
individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan
dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.Interaksi
simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang
berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan
hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir
untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat
(Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat
oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007: 136), Makna itu berasal
dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna,
selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui
interaksi.Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi
simbolik, antara lain:(1)Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk
menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana
tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi
dengan individu lain,(2)Diri (Self) adalah kemampuan untuk
merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau
pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah
salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang
diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya, dan(3)Masyarakat
(Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan,
dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah
masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang
mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya
mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah
masyarakatnya.Mind, Self and Society merupakan karya George Harbert
Mead yang paling terkenal (Mead. 1934 dalam West-Turner. 2008: 96),
dimana dalam buku tersebut memfokuskan pada tiga tema konsep dan
asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai teori
interaksi simbolik.* * *TEORI DISONANSI KOGNITIFTeori disonansi
kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai
perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap,
pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi
seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan
tersebut.Disonansi adalah sebutan ketidakseimbangan dan konsonansi
adalah sebutan untuk keseimbangan. Brown menyatakan teori ini
memungkinkan dua elemen untuk melihat tiga hubungan yang berbeda
satu sama lain. Mungkin saja konsonan (consonant), disonansi
(dissoanant), atau tidak relevan (irrelevan).Hubungan
konsonan(consonant relationship) ada antara dua elemen ketika dua
elemen tersebut pada posisi seimbang satu sama lain. Hubungan
disonansi(dissonant relationship) berarti bahwa elemen-elemennya
tidak seimbang satu dengan lainnyaHubungan tidak relevan(irrelevan
relationship) ada ketika elemen-elemen tidakmengimplikasikan apa
pun mengenai satu sama lain. Pentingnya disonansi kognitif bagi
peneliti komunikasi ditunjukkan dalam pernyataan Festinger bahwa
ketidaknyaman yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong
terjadinya perubahan.AsumsiTeori disonansi kognitif adalah
menjelaskan mengenai keyakinan dan perilaku mengubah sikap. Teori
ini berfokus pada efek inkonsistensi yang ada diantara
kognisi-kognisi. 4 asumsi dasar dari teori ini:Manusia memiliki
hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan
perilakunya.. Penjelasan: menekankan sebuah model mengenai sifat
dasar dari manusia yang mementingkan adalnya stabilitas dan
konsistensi. Teori ini menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati
inkonsistensi dalam pikiran dan keyakinan mereka. Sebaliknya,
mereka akan mencari konsistensi.Disonansi diciptakan oleh
inkonsistensi psikologis. Penjelasan: berbicara mengenai jenis
konsistensi yang penting bagi orang. Teori ini tidak berpegang pada
konsistensi logis yang kaku. Sevaliknya teori ini merujuk pada
fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara
psikologis(dibandingkan tidak konsisten secara logis).Disonansi
adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan
tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur. Penjelasan:
menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis
disonansi tercipta menimbulkan perasan tidak suka. Jadi orang tidak
senang berada dalam keadaan disonansi, hal itu merupakan suatu
keadaan yang tidak nyaman.Disonansi mendorong usaha untuk
memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi
Penjelasan: untuk menghindari situasi yang menciptakan
inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan
konsistensi. Jadi, gambaran akan sifat dasar manusia yang
membingkai teori ini adalah sifat dimana manusia mencari
konsistensi psikologis sebagai hasil dari rangsangan yang
disebabkan oleh kondisi ketidaksenangan terhadap kognisi yang tidak
konsisten.* * *COORDINATED MANAGEMENT OF MEANING(MANAJEMEN MAKNA
TERKOORDINASI)Dalam percakapan dan selalu membuat pesan-pesan yang
kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita
menciptakan dunia sosial kita, kita menggunakan berbagai atuan
untuk mengonstruksi dan mengkoordinasikan makna. Maksunya,
aturan-aturan membimbing komunikasi yang terjadi di antara
orang-orang. CMM berfokus pada relasi antara individu-individu
dengan masyarakatnya, melalui sebuah struktur hierakis, orang-orang
mengorgnisasikan makna dari beratus-ratus pesan yang diterimanya
dalam sehari.CM Mberfokus pada diri dan hubungannya dnegan orang
lain, serta mengkaji bagaimana seorang individu memberikan makna
pada sebuah pesan. Teori ini penting karena berfokus pada hubungan
antara individu dengan masyarakatnya (Philipsen,1995). Teori ini
didasarkan pada konsep-konsep komunikasi, realitas sosial, dan
makna.Asumsi1.Manusia hidup dalam komunikasi.Pentingnya komunikasi,
yaitu manusia hidup dalam komunikasi.Sekilas, premis ini memberikan
pernyataan yang sedikit aneh mengenai komunikasi; faktanya bahwa
manusia mendiami proses komunikasi. Akan tetapi, Pearce (1989)
berpendapat bahwakomunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi lebih
penting bagi manusia dari yang seharusnya (hal 3). Maksudnya kita
hidup dalam komunikasi.2.Manusia saling menciptakan realitas
sosial.Kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas
sosial mereka dalam percakapan disebut sebagai konstruksionisme
sosial (social construction). Realitas sosial (social reality)
adalah keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan
sesuai atau tepat dalam sebuah interaksi sosial.3.Transaksi
informasi tergantung kepada makna pribadi dan interpesonal.Makna
pribadi adalah sebagai makna yang dicapai ketika seseorang
berinterkasi dengan yang lain sambil membawa pengalamannya yang
unik ke dalam interaksi. Makna pribadi membantu orang-orang dalam
penemuan, maksudnya, hal ini tidak hanya membuat kita mampu
menemukan informasi tentang diri kita sendiri, melainkan juga
membantu kita dalam penemuan kita mengenai orang lain.
1. Isi/ ContentMerupakan langkah awal di mana data mentah
dikonversikan menjadi makna.Aku mencintai kamu menyiratkan
informasi mengenai reaksi A ke B.2. Tindak Tutur/ Speech ActDalam
mendiskusikan level makna yang kedua ini, Pearce (1994)
mendeskripsikan tindak tutur (speech act) sebagaitindakan-tindakan
yang kita lakukan dengan cara berbicara, misalnya:bertanya,
memberikan pujian, atau mengancam).Tindak tutur bukanlah benda;
tindak tutur adalah konfigurasi dari logika makna dan tindakan dari
percakapan, dan konfigurasi ini diabngun bersama. Oleh karena itu,
kita harus menyadari bahwa dua orang saling menciptakan makna dari
tindak tutur. Aku mencintai kamu fase ini menyampaikan lebih dari
sekadar sebuah pernyataan3. EpisodeUntuk menginterpretasikan tindak
tutur, Pearce dan Cronen(1980) membahas episode atau rutinitas
komunikasi yang dimiliki awal, pertengahn, dan akhir yang jelas.
Dapat dikatakan bahwa episode mendeskripsikan konteks di mana orang
bertindak. Pada level ini, kita mulai melihat pengaruh dari konteks
terhadap makna. Dalam percakapan yang koheren dibutuhkan sutau
tingkat penadaan(punctuation) yang terkoordinasi. Pearce(1976)
berpendapat bahwa episode merupakan hal yang tidak pasti karen para
aktor dalam situasi sosial sering kali mendapati diri mereka berada
dalam episode-episode yang benar-benar beragam. Ia juga melihat
bahwa episode-episode sebenarnya didasarkan oleh budaya, dimana
orang-orang membawa harapan, yang dipengaruhi oleh kebudayaan
mereka, akan bagaimana suatu episode harus dilaksanakan.4.
Hubungan-Relationship (Kontrak-Contract)Di mana dua orang menyadari
potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah
hubungan.Hubungan dapat dikatakan seperti kontrak, dimana terdapat
tuntunan dalam berprilaku. Para teoretikus menggunakan istilah
keterlibatan(enmeshment) untuk menggambarkan batasan dimana orang
mengidentifikasi dirinya sebagai bagaian dari suatu sistem.5.
Naskah Kehidupan-Life Scripts (Autobiografi)Kelompok-kelompok
episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem
makna yang dapat dikelola bersama dengan ornag lain.6. Pola
Budaya/Culture PatternsPearce dan Cronen(1980) menyataka bahwa
manusia mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok tertentu dalam
kebudayaan tertentu.Koordinasidipengaruhi beberapa hal:1.
Moralitas, koordinasi mengharuskan individu untuk menganggap
tindakan moral lebih tinggi sebagai suatu hal yang penting(Pearce
1989). Moralitas sebagai penghargaan, martabat, dan karakter.
Moralitas terdiri dari etika karena etika merupakan bagian yang
instrinsik dalam setiap akur percakapan.2. Sumber daya yang pada
seseorang (resources), mereka merujuk padacerita, gambar, simbol,
dan institusi yang digunakan orang untuk memaknai dunia
mereka(pearce, 1989,hal.23) Sumber daya juga termasuk persepsi,
kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam
realitas sosial mereka.AturanTeoretikus CMM berpendapat bahwa
penggunaan aturan dalam percakapan lebih dari sekedar kemampuan
untuk menggunakan aturan; hal ini membutuhkan kemampuan fleksibel
yang tidak dapat disederhanakan menjadi sebuah tehnik
belaka(cronen. 1995b, hal 224). Oleh karena itu aturan lebih
sekedar dari tuntunan prilaku. Para partispan harus memahami
realitas sosial dan kemudian mengintegrasikan aturan ketika mereka
memutuskan bagaimana harus bertindak dalam situasi tertentu.Hieraki
makna yang ditampilkan sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa level
yang rendah dapat merefleksikan ulang dan mempengaruhi makna dari
level-level yang lebih tinggi.Pearce dan Cronen(1980) menyebut
proses refkleksi ini sebagai rangkaian(loop). Ketika rangkaian
berjalan dengan konsisten melalui tingkatan-tingkatan yang ada
dalam hierarki, disebut rangkaian seimbang(charmed loop). Rangkaian
seimbang terjadi ketika satu bagian dari hierarki mendukung lebel
yang lain. Selain itu, penetepan makna yang ada bersifat konsisten
dan disepakati disepanjang rangkaian. Pada saat tertentu, beberapa
episode dapat menjadi tidak konsisten dengan level-level yang lebih
tinggi di dalam hieraki yang ada. Rangkaian ini disebut rangkaian
tidak seimbang(strange loop). Rangkaian ini muncuk karena adanya
komunikasi intarpersonal yang terjadi pada saat individu-individu
sedang sibuk dengan dialog internal mereka mengenai sikap mereka
yang merusak diri sendiri.* * *FUNDAMENTAL INTERPERSONAL RELATIONS
ORIENTATIONSTeori ini mengasumsikan bahwa ada tiga kebutuhan
penting yang menyebabkan (orientasi) adanya interaksi dalam suatu
kelompok. Ketiga aspek itu adalahkeikutsertaan
(inclusion),pengendali (control)dankasih sayang
(affection).Diutarakan oleh William Schutz (1958) dengan Postulat
Schutz-nya yang berbunyi bahwa setiap manusia memiliki tiga
kebutuhan antarpribadi yang disebut dengan inklusif, kontrol dan
afeksi. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa manusia dalam hidupnya
membutuhkan manusia lain (manusia sebagai makhluk sosial).Konsep
antarpribadi menjelaskan tentang adanya suatu hubungan yang terjadi
antara manusia. Sedangkan konsep kebutuhan menjelaskan tentang
suatu keadaan atau kondisi dari individu, apabila tidak dihadirkan
atau ditampilkan akan menghasilkan suatu akibat yang tidak
menyenangkan bagi individu. Ada tiga macam kebutuhan antarpribadi,
yaitu kebutuhan antarpribadi untuk inklusi, kebutuhan antarpribadi
untuk kontrol, dan kebutuhan antarpribadi untuk afeksi.Inclusion/
KeikutsertaanKebutuhan Inklusiadalah kebutuhan yang berdasarkan
pada kesadaran pribadi yang ingin mendapatkan kepuasan dengan cara
berkontribusi penuh/berguna bagi kelompok atas dasar kesadaran
sendiri setelah berinteraksi dalam kelompok. Kebutuhan inklusi
berorientasi pada keinginan untuk pengakuan sebagai seseorang yang
berkemampuan dalam suatu kondisi. Pada dimensi ini ada
kecenderungan orang untuk ingin dijadikan sandaran untuk
berkonsultasi, bertanya dan dimintai pendapat dan sarannya.
Intensitas kebutuhan pemenuhan dimensi ini bagi tiap individu
tidaklah sama. Kebutuhan inklusi yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan seseorang di posisioversocial. Sedangkan kebutuhan
inklusi yang terlalu rendah mengakibatkan seseorang dikategorikan
dalam kelompokundersocial.Kebutuhan Antarpribadi untuk InklusiYaitu
kebutuhan untuk mengadakan dan mempertahankan komunikasi
antarpribadi yang memuaskan dengan orang lain, sehubungan dengan
interaksi dan asosiasi. Tingkah laku inklusi adalah tingkah laku
yang ditujukan untuk mencapai kepuasan individu. Misalnya keinginan
untuk asosiasi, bergabung dengan sesama manusia,
berkelompok.Tingkah laku inklusi yang positif memiliki ciri-ciri:
ada persamaan dengan orang lain, saling berhubungan dengan orang
lain, ada rasa menjadi satu bagian kelompok dimana ia berada,
berkelompok atau bergabung.Tingkah laku inklusi yang negatif
misalnya menyendiri dan menarik diri.Beberapa tipe dari Inklusi,
yaitu:1.Tipe Sosial;seseorang yang mendapatkan pemuasan kebutuhan
antarpribadi secara ideal.2.Tipe Undersosial;tipe yang dimiliki
oleh seseorang yang mengalami kekurangan dalam derajat pemuasan
kebutuhan antarpribadinya. Karakteristiknya adalah selalu
menghindar dari situasi antar kesempatan berkelompok atau bergabung
dengan orang lain. Ia kurang suka berhubungan atau bersama dengan
orang lain.3.Tipe Oversosial;seseorang mengalami derajat pemuasan
kebutuhan antarpribadinya cenderung berlebihan dalam hal inklusi.
Ia cenderung ekstrovert. Ia selalu ingin menghubungi orang lain dan
berharap orang lain juga menghubunginya.Adajuga tipe inklusi yang
patologis yaitu seseorang yang mengalami pemuasan kebutuhan
antarpribadi secara patologis. Jika hal ini terjadi maka orang
tersebut terbilang gagal dalam usahanya untuk berkelompok.Control/
MengendalikanKebutuhan Kontroladalah kebutuhan yang berdasarkan
pada kesadaran pribadi yang ingin mendapatkan kepuasan dengan cara
mengendalikan dalam artian memimpin interaksi dalam kelompok.
Kontrol pada dasarnya merepresentasikan keinginan pribadi untuk
mempengaruhi dan memiliki suara dalam penentuan sikap/keputusan
dalam kelompok.Kebutuhan kontrol akan sangat terlihat ketika
kelompok tengah mengerjakan suatu proposal. Ketika gagasan individu
diterima, dan individu tersebut merasa berpengaruh dalam kelompok
disanalah kebutuhan kontrol seorang individu terpenuhi. Kepuasan
yang dihasilkan terwujud karena individu yang berkompetensi dalam
kepemimpinan bisa mengasah kemampuannya dengan bergabung dalam
pengambilan keputusan kelompok. Sama halnya dengan kebutuhan
inklusi, intensitas kebutuhan pemenuhan dimensi ini bagi tiap
individu tidaklah sama.Kebutuhan kontrol yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan seseorang di posisiautocrat. Sedangkan kebutuhan
kontrol yang terlalu rendah mengakibatkan seseorang dikategorikan
dalam kelompokabdicrat.Kebutuhan Antar Pribadi untuk KontrolAdalah
kebutuhan untuk mengadakan serta mempertahankan komunikasi yang
memuaskan dengan orang lain berhubungan dengan kontrol dan
kekuasaan. Proses pengambilan keputusan menyangkut boleh atau
tidaknya seseorang untuk melakukan sesuatu perlu ada suatu kontrol
dan kekuasaan. Tingkah laku kontrol yang positif, yaitu:
mempengaruhi, mendominasi, memimpin, mengatur. Sedangkan tingkah
laku kontrol yang negatif, yaitu: memberontak, mengikut,
menurut.Beberapa tipe dari kontrol, yaitu:1.Tipe kontrol yang ideal
(democrat);seseorang akan mengalami pemuasan secara ideal dari
kebutuhan antarpribadi kontrolnya. Ia mampu memberi perintah maupun
diperintah oleh orang lain. Ia mampu bertanggung jawab dan
memberikan tanggung jawab kepada orang lain.2.Tipe kontrol yang
kekurangan (abdicrat);seseorang memiliki kecenderungan untuk
bersikap merendahkan diri dalam tingkah laku antarpribadinya.
Seseorang cenderung untuk selalu mengambil posisi sebagai bawahan
(terlepas dari tanggungjawab untuk membuat keputusan).3.Tipe
kontrol yang berlebihan (authocrat);seseorang menunjukkan
kecenderungan untuk bersikap dominan terhadap orang lain dalam
tingkah laku antarpribadinya. Karakteristiknya adalah seseorang
selalu mencoba untuk mendominasi orang lain dan berkeras hati untuk
mendudukkan dirinya dalam suatu hirarki yang tinggi.4.Tipe kontrol
yang patologis;seseorang yang tidak mampu atau tidak dapat menerima
control dalam bentuk apapun dari orang lain.Affection/ Kasih
SayangKebutuhan kasih sayang ini dimaksudkan akan kebutuhan
seseorang dengan lingkungan sosial. Sehingga seorang individu
membutuhkan kasih sayang dan cinta (kedekatan dalam berinteraksi)
sebagai pemuas kebutuhannya dalam kelompok. Dalam ketegori ini,
kebutuhan inilah yang menyebabkan seseorang ikut dan berperan aktif
dalam kelompok.Kebutuhan afeksi pada posisi paling dasar merupakan
kebutuhan untuk disukai, kesempatan untuk membangun hubungan
pribadi yang dekat (intim) dengan individu lain. Kebutuhan ini
adalah bagian dari keinginan untuk dekat dengan orang lain dan juga
bagian dari keinginan individu lain untuk dekat dengan seorang
individu. Kedua pribadi sangat membutuhkan pengakuan dan keramahan
emosional dengan individu lainnya.Kebutuhan Antarpribadi untuk
AfeksiYaitu kebutuhan untuk mengadakan serta mempertahankan
komunikasi antarpribadi yang memuaskan dengan orang lain sehubungan
dengan cinta dan kasih sayang. Afeksi selalu menunjukkan hubungan
antara dua orang atau dua pihak.Tingkah laku afeksi adalah tingkah
laku yang ditujukan untuk mencapai kebutuhan antarpribadi akan
afeksi. Tingkah laku afeksi menunjukkan akan adanya hubungan yang
intim antara dua orang dan saling melibatkan diri secara
emosional.Afeksi hanya akan terjadi dalam hubungan antara dua orang
(diadic Frits Heider, 1958)).Tingkah laku afeksi yang positif:
cinta, intim/akrab, persahabatan, saling menyukai. Tingkah laku
afeksi yang negatif: kebencian, dingin/tidak akrab, tidak menyukai,
mengambil mengambil jarak emosional.Beberapa tipe dariAfeksi:1.Tipe
afeksi yang ideal (personal);seseorang yang mendapat kepuasan dalam
memenuhi kebutuhan antarpribadi untuk afeksinya.2.Tipe afeksi yang
kekurangan (underpersonal);seseorang dengan tipe ini memiliki
kecenderungan untuk selalu menghindari setiap keterikatan yang
sifatnya intim dan mempertahankan hubungan dengan orang lain secara
dangkal dan berjarak.3.Tipe afeksi yang berlebihan
(overpersonal);seseorang yang cenderung berhubungan erat dengan
orang lain dalam tingkah laku antarpribadinya.4.Tipe afeksi yang
patologis;seseorang yaang mengalami kesukaran dan hambatan dalam
memenuhi kebutuhan antarpribadi afeksinya, besar kemungkinan akan
jatuh dalam keadaan neorosis.KesimpulanTeoriFIRO (Fundamental
Interpersonal Relationship Orientation)mengasumsikan bahwa
keberlangsungan interaksi interpersonal akan berjalan dengan baik
dan lancar jika tiap individu sudah bisa memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pribadinya yang terbagi atas tiga dimensi.
Dalam berinteraksi, jika tiap individu saling mengizinkan satu sama
lain untuk memenuhi kebutuhannya maka, interaksi tiap dan
masing-masing individu akan semakin lancar. Jika interaksi
interpersonal antar-individu sudah lancar maka komunikasi
interpersonal yang efektif bisa dicapai.* * *
INTERPERSONAL DECEPTION THEORY(TEORI PENIPUAN ANTAR
INDIVIDU)Tokoh dibalikInterpersonal Deception Theoryadalah Judee K.
Burgoon dan David B. Buller. Dalam ilmu komunikasi, berbohong
mempunyai teori tersendiri yang membahasnya, yaitu Interpersonal
Deception Theory atau Teori Penipuan Antar Individu. Dan
Interpersonal Deception Theory itu sendiri dikemukakan untuk
berbagai alasan, biasanya teori ini digunakan untuk menjelaskan
bagaimana orang menghindari tindakan menyakiti orang lain dengan
cara berbohong, atau bisa untuk menjelaskan bagaimana cara orang
lain berbohong untuk menyerang orang lain, berpura pura empati,
menghindari masuk kedalam konflik, dan masih banyak lagi kebiasaan
seseorang yang ada kaitannya dengan memanipulasi pernyataan mereka
dengan kebohongan dijelaskan oleh teori Interpersonal Deception
ini.Asumsi Metateoretis1.Asumsi ontologis:Sejauh sifat kenyataan,
teori kebohongan bersifat sangat manusiawi karena memandang
berbagai kenyataan saling bergantung pada berbagai faktor
situasional pada individu yang terlibat2.Asumsi epistemologis:Dalam
hal pengetahuan, teori ini juga bersifat manusiawi. Apa yang
ditemukan dari penelitian sepenuhnya bergantung pada siapa yang
mempunyai pengetahuan tentang apa yang dibicarakan.3.Asumsi
aksiologis:Teori IDT bersifat manusiawi dalam segi nilai. Nilai
dari individu yang terlibat disimpulkan dari nilai dan pengalaman
mereka sendiri.Perspektif TeoritisTeori Interpersonal Deception
membahas kebohongan melalui lensa teoretis komunikasi antar
personal. Pada dasarnya, ia menganggap kebohongan sebagai suatu
proses interaktif antara pengirim dan penerima. Berbeda dengan
penelitian tentang kebohongan sebelumnya yang memfokuskan pada
pengirim dan penerima secara terpisah, IDT memfokuskan pada sifat
dyadic (dual), relational (hubungan) dan dialogic (dialog) dari
komunikasi penuh kebohongan. Perilaku antara pengirim dan penerima
bersifat dinamis, multifungsi, multidimensi dan
multimodal.8Komunikasi dyadic berarti komunikasi antara dua orang.
Dyad berarti sekelompok terdiri dari dua orang dimana pesan dikirim
dan diterima.8Komunikasi relational mengacu pada komunikasi dimana
makna yang dibentuk oleh dua orang saling mengisi peran, baik
pengirim dan penerima.8Aktivitas dialogic mengacu pada bahasa
komunikatif dari pengirim dan penerima, masing-masing mengandalkan
satu sama lain dalam pertukaran tersebut.Sebagai contohnya adalah
kerangka konseling psikoterapi dan psikologis. Aktivitas dyad,
relasional dan dialogis antara pasien dan ahli terapi bergantung
pada komunikasi yang jujur dan terbuka jika pasien ingin sembuh dan
berhasil membina hubungan yang lebih sehat.Kebohongan menggunakan
kerangka teori yang sama karena komunikasi dari satu peserta dengan
sengaja salah.Contoh KasusContoh: Tujuan penipuan adalah untuk
mengamankan wajah atau membenarkan tindakan.Citra dan Robi saling
menyukai satu sama lain, namun keduanya masih malu untuk saling
mengakui perasaan masing masing karena baru saja kenal. Tetapi ada
saja alasan yang menjadikan mereka saling berinterkasi satu sama
lain. Suatu ketikaRobi ingin meminjam Novel Ayat-ayat cinta milik
citra padahal Robi juga baru saja beli kemarin sore. Pada keesokan
harinya tak diduga Citra menemui Robi diruang kerjanya dan melihat
ada dua Novel Ayat-ayat cinta dimeja Robi, spontan Citra bertanya
Ko ada dua novelnya, yang satu punya kamu yah?dengan penuh
curiga.Dalam hal ini Robi bisa saja memberi alasan berbagai
macam.Contohtersebut adalah kondisi yang membutuhkan Teori penipuan
agar Robi tidak terlihat bahwa dia hanya mencari alasan saja agar
tetap bisa berinterkasi dengan Citra sehingga bisa membuat Robi
malu dimata citra .Robi bisa saja berbohong
melakukanFalsification(Pemalsuan) dengan mengatakan Itu bukan
punyaku melainkan punya si Romi tadi dia pamer bahwa dia juga punya
novel bagus ini, eh malah tertinggal dimejaku.Atau Robi bisa saja
mengatakan Oh iya itu punyaku merasa tertarik jadi aku beli
kemarin, itu novelmu mau aku balikin, kebetulah kamunya kesini,
dalam kondisi ini Robi masih mengatakan kejujuran tetapi tidak
keseluruhanConcealment(Penyembunyian), Robi memang baru beli novel
kemarin (tetapi tidak dijelaskan kemarin kapan), dan novel milik
Citra spontan langsung dikembalikan agar tidak terjadi
kebocoran.Terakhir Robi dapat juga mengatakan secara tegas kepada
citra Iya, aku baru beli di mall kemarin, pernyataan tersebut
merupakan suatu Equivocation (Pengelakan) untuk menghindar dari
penceritaan yang lebih detail.* * *POLITENESS
THEORYDikembangkanolehBrowndanLevinson(1978,1987),teorikesantunan
atau Politeness Theory
(PT)menjelaskanbagaimanakitamengelolaidentitaskita sendiridanorang
lainmelaluiinteraksi,khususnya,melaluipenggunaanstrategikesantunan.Menurut
Brown dan Levinson (1987), yang mana terinspirasi oleh Goffman
(1967), bahwasanya bersikap santun itu adalah bersikap peduli pada
wajah atau muka, baik milik penutur, maupun milik mitra tutur.
Wajah, dalam hal, ini bukan dalam arti rupa fisik, namun wajah
dalam artianpublic image, atau mungkin padanan kata yang tepat
adalah harga diri dalam pandangan masyarakat.Jika Goffman (1967)
menyebutkan bahwa wajah adalah atribut sosial, maka Brown dan
Levinson (1987) menyebutkan bahwa wajah merupakan atribut pribadi
yang dimiliki oleh setiap insan dan bersifat
universal.AsumsiTigaasumsidasarpanduanteorikesantunan.Pertama,PTmengasumsikan
bahwa semuaindividuperlu untukmengatur mimik wajah
mereka(Brown&
Levinson,1978,1987).Sederhananya,wajahmengacupadacitradiriyang
dikehendaki;jugatermasukpengakuan
bahwamitrainteraksionalAndamemiliki kebutuhan mimikwajahbagaimana
yang mereka harapkan.Ada
duadimensimengenaikonsepwajah:wajahpositifdanwajahnegatif.WajahPositifmencakupkebutuhanseseoranguntuk
disukai,dihargai,dan dikagumiolehorang lain. Wajah positif
berkaitan dengan nilai-nilai keakraban antara penutur dan mitra
tutur. Wajah negatif mengasumsikan keinginan seseorang untuk
bertindak bebas, tanpa kendala atau memposisikan diri sebagai orang
lain.Berbeda dengan wajah positif, yang mana penutur dan mitra
tutur mengharapkan terjaganya nilai-nilai keakraban, ketakformalan,
kesekoncoan, maka wajah negatif ini dimana penutur dan mitra tutur
mengharapkan adanya jarak sosial.Yang jelas, sulit untuk mencapai
wajah positif dan negatif secara bersamaan, karena keduanya saling
bertolak belakang.Kedua, teori kesopanan mengasumsikan bahwa
manusia rasional dan berorientasi tujuan, mereka menghormati dan
menghargai kebutuhan mimik wajah (Brown & Levinson, 1978,
1987).Dengan kata lain, Anda memiliki pilihan dan membuat keputusan
komunikatif untuk secara relasional dan berorientasitujuan dalam
konteks menjaga wajah. Brown dan Levinson mengemukakan bahwa
manajemen wajah terbaik ketika semua orang terlibat membantu untuk
menjaga wajah orang lain.Asumsi terakhir, PT berpendapat bahwa
beberapa perilaku wajah secara fundamental dapat mengancam (Brown
& Levinson, 1978, 1987). Wajah mengancam ini meliputi perilaku
umum seperti permintaan maaf, pujian, kritik, permintaan, dan
ancaman (Craig, Tracy, & Spisak, 1993).Kesantunan (dan
kesopanan) berbahasa dapat diartikan sebagai sebuah penunjukan
mengenai kesadaran terhadap wajah orang lain (Yule, 2006:104).
Wajah seseorang akan mengalami ancaman ketika seorang penutur
menyatakan sesuatu yang mengandung ancaman terhadap harapan-harapan
individu yang berkenaan dengan nama baiknya sendiri
(hal.106).Pengancaman wajah melalui tindak tutur (speech act) akan
terjadi jikalau penutur dan mitra tutur sama-sama tidak berbahasa
sesuai dengan jarak sosial. Perhatikan contoh berikut ini, dimana
terjadi interaksi antara tetangga yang berusia sudah tua dan yang
masih muda:Tua:He so malam deng apa kong baribut sampe, tarada
rumah ka?(Heh ini kan sudah malam, kok ribut banget?Tidak ada rumah
ya?)Muda:Saya, om. Maaf lagi(Saya, om. Kami minta maaf).Dalam
konteks interaksi seperti di atas, penutur tua melakukan
pengancaman wajah dengan mengatakan tidak ada rumah ya? ini disebut
pengancaman wajah karena jarak sosial (usia dan mungkin juga jarak
keakraban) antara mereka jauh. Bahkan, hal ini bukan hanya
mengancam wajah mitra tutur muda, bahkan wajah penutur tua itu
sendiri. Hal ini disebabkan oleh jatuhnya harga diri sosial dengan
menggunakan pernyataan yang kasar.Respon dari mitra tutur muda
merupakan tindak penyelamatan wajah (face saving act); yaitu dengan
cara melakukan kesantunan negatif dengan mengeluarkan pernyataan
yang menunjukkan kesadaran atas jarak sosial dan wajah negatif
penutur tua. Artinya, mitra tutur muda menyadari keinginan wajah
penutur tua untuk merdeka dan memiliki hak untuk tidak terganggu.*
* *
TEORI PERAN (ROLETHEORY)Menurut teori ini, seseorang yang
mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang
tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi
berperilaku sesuai dengan peran tersebut.Pendekatannya yang
dinamakan life-course memaknakan bahwa setiap masyarakat mempunyai
harapan kepada setiap anggotanya untuk mempunyai perilaku tertentu
sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam masyarakat
tersebut. Contohnya, sebagian besar warga Amerika Serikat akan
menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi
peserta pemilu pada usia delapan belas tahun.Peran adalah
eksistensi kita.Peran adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya
dalam, suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah
bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi
sosial tertentu.Peran adalahaspek dinamis dari suatu
status.Definisi sederhana yang dibuat oleh Linton ini memberikan
deskripsi mengenai posisi dan kedudukan dari status-peran.Makna
peran, menurut Suhardono, dapat dijelaskan melalui beberapa cara,
yaitu pertama penjelasan historis. Menurut penjelasan historis,
peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang
aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian
peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu
fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam
struktur sosial tertentu. Dengan menduduki jabatan tertentu,
seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya
tersebut.Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia
menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisah
dari status yang disandangnya.Setiap status sosial terkait dengan
satu atau lebih peran sosial.MenurutHorton dan Hunt [1993],peran
(role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki
suatu status.Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud
dalamrole conflictdanrole strain.Role ConflictMenurut Hendropuspito
[1989], konflik peran (role conflict) sering terjadi pada orang
yang memegang sejumlah peran yang berbeda macamnya, kalau
peran-peran itu mempunyai pola kelakuan yang saling berlawanan
meski subjek atau sasaran yang dituju sama.Role StrainAdanya
harapan-harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama ini
dinamakan role strain.* * *TEORI HUBUNGAN AKU-BENDA (I-IT)Martin
BuberCorak hubungan fundamental antarmanusia menurut Martin Buber
ialah Aku-Anda (I-Thou) dan hubungan Aku-benda (I-It). Menurut
Buber dalam Aku-Anda hubungan timbale balik antarsubjektifitas
menjadi penting. Relasi antara Aku dan Anda tidak akan menciptakan
konflik karena didasari oleh hubungan yang setara, hubungan yang
menghendaki yang lain dalam subjektifitasnya (hubungan
Subjek-Subjek). Ketika manusia mengakui dan menghargai yang lain
sebagai subjek, disanalah cinta kasih terwujud.Hubungan dengan
model ini ditandai dengan adanya keterbukaan dan sering kali
membawa resiko yang lebih besar, karena bersifat total. Dengan
memberikan diriku secara total kepada engkau, aku siap bila tidak
ditanggapi. Dalam hubungan Aku-Anda diperlukan ruang interpersonal
karena harus saling menjaga kekhasannya sambil tetap menjalin
relasi. Sehingga manusia bisa menerima orang lain sebagai dirinya
yang otentik.Berkebalikan dengan hubungan Aku-Anda, hubungan
Aku-benda merupakan hubungan antara tuan-budak (Hegel). Hubungan
ini dicirikan dengan kehendak menguasai dunia. Dengan benda,
diafirmasilah bahwa ia tunduk dan dikebawahkan pada subjek. Dalam
hubungan ini, terdapat ruang atau jarak sehingga dapat dikatakan
bahwa benda menjadi objek bagi subjek (manusia). Oleh karena
terjadi penguasaan, benda dapat diketahui seluruhnya.Bagi Martin
Buber hubungan Aku-Anda akan membuka hubungan dengan Anda Mutlak
(I-ThouAbsolut).Emmanuel LevinasMenurut Levinas manusia pada
dasarnya didorong untuk mencari yang lain. Menginginkan yang lain
adalah menginginkan yang tidak ada dalam diri kita. Hubungan
antarpersonal manusia didasari oleh hubungan Aku-Yang Lain (Lun
pour lautre) yang dilukiskan dengan epifani wajah. Artinya, aku
mempunyai kewajiban kepada yang lain. Melalui pandangan ini,
Levinas ingin menolak egologia Descartes. Bahwa realitas tidak
dibentuk oleh rasio murni, tetapi dengan cara memandang manusia
secara otentik.Tetapi perlu diingat bahwa hubungan dengan yang lain
adalah hubungan antar manusia yang asimetris. Kenapa? Karena subjek
menurut Levinas adalah seseorang yang ditempatkan berada di bawah
orang lain. Yang Lain yaitu sebagai pengada yang sama sekali tidak
ditentukan oleh penalaran saya dan karenanya tidak terselipkan
dalam totalitas rasional.Struktur tersebut membuat aku menjadi unik
dan tidak tergantikan. Aku tahu aku ada karena berbeda dengan yang
lain. Dengan kata lain, aku menjadi sandera untuk orang lain.
Namun, hubungan antara aku dengan yang lain bukan saja terjadi
diantara dua orang saja, melainkan juga terhadap tampilnya orang
ketiga. Dengan begitu aku menjadi semakin bertanggungjawab terhadap
semua orang.* * *TEORI PERTUKARAN SOSIAL(SOCIAL EXCHANGE
THEORY)PengertianTeori pertukaran sosial ini didasarkan pada
pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai suatu pengertian mengenai
sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua
orang (dyadic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk
menjadi sebuah kumpulan dari hubungan antara dua partisipan
tersebut.Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi manusia
melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan
imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk
mendapatkan respons dari individu-individu selama berinteraksi
sosial.Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari
biaya, maka interaksi kelompok kan diakhiri, atau individu-individu
yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi
imbalan apapun yang mereka cari.Munculnya Teori Pertukaran
SosialPada umumnya, hubungansosialterdiri daripadamasyarakat, maka
kita dan masyarakat lain dilihat mempunyai perilaku yang saling
memengaruhi dalam hubungan tersebut yang terdapat unsur ganjaran,
pengorbanan dan keuntungan.Ganjaran merupakan segala hal yang
diperoleh melalui adanya pengorbanan, manakala pengorbanan
merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah
ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri
atas pertukaran paling sedikit antara dua orang berdasarkan
perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat
kerja, percintaan, perkawinan, dan persahabatan.Analogi dari hal
tersebut, pada suatu ketika anda merasa bahwa setiap teman anda
yang di satu kelas selalu berusaha memperoleh sesuatu dari anda.
Pada saat tersebut anda selalu memberikan apa yang teman anda
butuhkan dari anda, akan tetapi hal sebaliknya justru terjadi
ketika anda membutuhkan sesuatu dari teman anda. Setiap individu
menjalin pertemanan tentunya mempunyai tujuan untuk saling
memperhatikan satu sama lain. Individu tersebut pasti diharapkan
untuk berbuat sesuatu bagi sesamanya, saling membantu jikalau
dibutuhkan.Akan tetapi mempertahankan hubungan persahabatan itu
juga membutuhkan biaya (cost) tertentu, seperti hilang waktu dan
energi serta kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak jadi
dilaksanakan.Pada pembahasan ini akan ditekankan pada pemikiran
teori pertukaran oleh Homans dan Blau. Homans dalam analisanya
berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi
individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar
menggambarkannya. Akan tetapi Blau di lain pihak berusaha beranjak
dari tingkat pertukaran antarpribadi di tingkat mikro, ke tingkat
yang lebih makro yaitu struktur sosial. Ia berusaha untuk
menunjukkan bagaimana struktur sosial yang lebih besar itu muncul
dari proses-proses pertukaran dasar.Berbeda dengan analisa yang
diungkapkan oleh teori interaksi simbolik, teori pertukaran ini
terutama melihat perilaku nyata, bukan proses-proses yang bersifat
subyektif semata. Hal ini juga dianut oleh Homans dan Blau yang
tidak memusatkan perhatiannya pada tingkat kesadaran subyektif atau
hubungan-hubungan timbal balik yang bersifat dinamis antara tingkat
subyektif dan interaksi nyata seperti yang diterjadi pada
interaksionisme simbolik.Pertentangan teori pertukaran sosial
individualistis dan kolektivistisPertentangan yang terjadi ini
merupakan akibat dari tumbuhnya pertentangan antara orientasi
individualistis dan kolektisvistis. Homans mungkin merupakan
seseorang yang sangat menekankan pada pendekatan individualistis
terhadap perkembangan teori sosial. Hal ini tentunya berbeda dengan
penjelasan Levi-Strauss yang bersifat kolektivistis khususnya
mengenai perkawinan dan pola-pola kekerabatan.Levi-Strauss
merupakan seorang ahli antropologi yang berasal dari Prancis, ia
mengembangkan suatu perspektif teoritis mengenai pertukaran sosial
dalam analisannya mengenai praktek perkawinan dan sistem
kekerabatan masyarakat-masyarakat primitif.Suatu pola umum yang
dianalisanya adalah seorang pria mengawini putri saudara ibunya.
Suatu pola yang jarang terjadi adalah orang mengawini putri saudara
bapaknya.Pola yang terakhir ini dianalisa lebih lanjut oleh lanjut
oleh Bronislaw Malinowski dengan pertukaran nonmaterial. Dalam
menjelaskan hal ini Levi-Strauss membedakan dua sistem pertukaran
yaiturestricted exchangedangeneralized exchange. Padarestricted
exchange, para anggota kelompokdyadterlibat dalam transaksi
pertukaran langsung, masing-masing anggota pasangan tersebut saling
memberikan dengan dasar pribadi. Sedangkan padageneralized
exchange, anggota-anggota suatu kelompoktriadatau yang lebih besar
lagi, menerima sesuatu dari seorang pasangan lain dari orang yang
dia berikan sesuatu yang berguna.* * *TEORI DIALEKTIKA
RELASIONAL(RELATIONAL DIALECTICS THEORY)Makna Dialektika adalah
seni diskusi logis sebagai alat untuk memeriksa kebenaran teori
berdasarkan resolusi dari pertentangan atau kontradiksi.Teori ini
menggambarkan hubungan komunikasi sebagai kemajuan dan
pergerakannya konstan. Teori ini dapat dipahami dan diterapkan pada
konteks organisasi dan juga interpersonal. Orang yang terlibat
dalam berhubungan pada dasarnya dalam selalu ada dorongan dan
tarikan dari keinginan masing-masing individu yang bertolak
belakang. Kita membicarakan dua tujuan yang berlawanan, orang
menginginkanboth/andbukaneither/or.Dalam berkomunikasi kita
berusaha mendamaikan keinginan yang bertolak belakang ini walaupun
tidak pernah menghapuskan keinginan kita.Contoh: dalam berelasi,
orang ingin merasa ada keterbukaan sekaligus
ketertutupan(both/and),bukan hanya menginginkan keterbukaan saja
atau tidak berelasi sama sekali(either/or).AsumsiHubungan tidak
bersifat liniar melainkan fluktuasi yang terjadi antara keinginan
yang kontradiktif.Hidup berhubungan ditandai dengan adanya
perubahan dengan sejalannya waktu.Kontradiksi merupakan fakta
fundamental dalam hidup berhubungan yang tidak pernah behenti untuk
menimbulkan ketegangan. Kita dapat mengelola ketegangan dan oposisi
dengan cara yang berbeda-beda, tetapi kedua hal ini selalu ada
dalam hidup berhubungan.Komunikasi sangatlah penting dalam
mengelola, mengorganisasikan dan menegosiasikan kontradiksi
kontradiksi dalam hubungan secara baik.Baxter dan Montgomery sangat
terpengaruh oleh teori Mikail Bakhtin, seorang filsuf Rusia yang
mengembangkan teori dialog personal. Bakhtin mengemukakan bahwa
fenomena komunikasi dan fenomena sehari-hari adalah suatu bagian
dalam kehidupan.Bahktin menilai bahwa konflik bukan sesuatu yang
penting dalam komunikasi, karena adanya konflik dalam suatu
komunikasi adalah hal yang lumrah. Suatu kebiasaan kecil dalam
jangka waktu panjang dapat berpotensi untuk menyebabkan perubahan
yang mendasar. Kehidupan sosial merupakan dialog terbuka diantara
banyak suara dan intinya adalah diferensiasi simultan dan
penggabungan dengan yang lain. Konsep diri hanya mungkin ada dalam
konteks dengan orang lain. Pengalaman manusia dibentuk melalui
komunikasi dengan orang lain dan berfokus pada pentingnya interaksi
dengan orang lain dalam penciptaan makna.Contoh: Peraturan atau
norma dalam masyarakat dibuat untuk membatasi kebebasan perilaku
masyarakat dalam konteks tertentu. Namun seiring dengan
perkembangan jaman, kehidupan masyarakat pun ikut berubah. Dengan
adanya perubahan tersebut, maka tidak menutup kemungkinan bahwa
aturan / norma terdahulu tidak lagi sesuai dengan fenomena
kehidupan. Dalam tahap inilah konflik mulai muncul. Tetapi kemudian
dengan adanya konflik tersebut akan memunculkan suatu kesepakatan
baru (dalam hal ini norma baru) yang nantinya menjadi salah satu
faktor pengubah kehidupan bermasyarakat, dan seterusnya.Analisis
dan AplikasiRelational Dialectics TheoryHubungan adalah suatu
koordinasi dan tercipta lewat proses dialog, maka Komunikasi Antar
Persona bukan hanya sekedar komunikasi, namun juga butuh pemahaman
dan tujuan. Jika seseorang tidak dapat menjelaskan orang lain dalam
perannya, maka pada teori ini diasumsikan bahwa mereka tidak
mempunyai hubungan.Contoh: Pasangan yang sedang mengalami konflik,
ada kalanya mereka tidak dapat menafsirkan hubungan apa yang sedang
mereka jalani. Karena bukan hanya sekedar teman, namun juga karena
masalah yang mereka miliki, mereka enggan mengakui bahwa mereka
adalah pasangan.Kontradiksi adalah konsep sentral relasional
dialektika. Kontradiksi merujuk kepada interaksi dinamis antara
oposisi dan membentuk kesatuan yang kecenderungan saling bergantung
(dialektis prinsip kesatuan) belum saling meniadakan satu sama lain
(prinsip dialektika negasi).Dari perspektif dialektika relasional,
ikatan terjadi dalam saling ketergantungan dengan yang lain dan
kemerdekaan dari lainnya. Tanpa salah satu dari itu, hubungan bisa
berkurang intensitasnya.Ketegangan dialektikal dalam berelasi
(secara pribadi dan komunitas)Dialektikal Internal
(personal):ketegangan/ kontradiksi yang muncul dari dan dibangun
oleh komunikasi dan ada 3 kontradiksi dalam hal ini:1.Keterkaitan
dan Keterpisahan:seseorang yang memiliki keinginan untuk berdekatan
atau menjauh dari orang terdekat. Hal ini menjadi ciri yang unik
dalam teori komunikasi ini karena keterkaitan dan keterpisahan
adalah sesuatu yang konstan dalam kehidupan berelasi. Berelasi akan
tetap terjaga bila salah satu dari pasangan mau mengorbankan urusan
otonomi pribadinya, namun bila hubungan yang berlawanan asas
terjadi berlebihan akan menghancurkan hubungan tersebut karena ada
yang akan kehilangan identitas pribadinya.2.Kepastian dan
Ketidakpastian:seseorang memiliki kenyamanan pada sesuatu yang
pasti dan menjauhi ketidakpastian ketika sejalan dengan
perkembangan hubungan mereka. Jadi akan ada kebutuhan yang saling
kontradiksi antara rutinitas dan spontanitas.3.Keterbukaan dan
Ketertutupan:seseorang ingin menceritakan segalanya namun di
halangi oleh keinginan akan privasi. Keterbukaan adalah hubungan
relasi yang ideal.Kontradiksi ini berfokus pada semua informasi
personal dan juga pada perlindungan untuk diri sendiri dalam
berkomunikasi.Cara mengelola ketegangan antara terbuka dan
tertutup:1.Pemilihan topik : yang tabu/tidak mau
dibahas.2.Pengubahan waktu : menyediakan waktu untuk membicarakan
topik sensitif.3.Penarikan diri : menghentikan
pembicaraan.4.Penyelidikan : menanyakan informasi lebih
lanjut.5.Strategi anti sosial : ekspresi diri : teriak, nangis,
cemberut sebagai komunikasi anti sosial6.Kebohongan : penyimpangan
dari sebuah kebenaran/ menghilangkan fakta untuk membuat beberapa
hal privat tidak dibicarakan dan untuk menghindari konflik dalam
hubungan tsb.Dialektikal eksternal (komunitas) : ketegangan yang
muncul dari tempat suatu hubungan didalam suatu budaya dan dalam
berhubungan dengan rekan kerja, hubungan sosial dan komunitas yang
lebih besar, kita juga mengalami ketegangan yang sejajar dengan
dialektikal internal.Ada 3 kontradiksi yang paralel dengan
kontradiksi dalam Dialektikal Internal:1.Penerimaan dan Pengasingan
: Dibentuk melalui ketegangan yang muncul antara berhubungan privat
(pribadi) dan kehidupan publik. Contoh : dalam wilayah publik,
persahabatan diterima dalam hubungan privat, tapi dalam hubungan
persahabatan di tempat kerja dapat menimbulkan umpan balik yang
negatif (dicurigai) dari rekan kerja lain. Orang yang terkenal
(politikus, artis, selebritas) hidup dalam penerimaan kehidupan
publik dan juga memiliki kehidupan privat yang kadang kala tidak
diterima oleh publik. Penerimaan dan Pengasingan ini dapat
dipisahkan tapi tetap bisa saling terkait dalam berbagai
cara.2.Yang Biasa dan Yang Unik : Dibentuk melalui ketidaknyamanan
publik pada sesuatu yang unik apalagi yang berlebihan. Hal ini
membentuk publik untuk tidak terlalu antusias dengan inovasi bahkan
ada yang menganggap aneh.Contoh : dalam filmChildren of the Lesser
God, menunjukkan keunikan hubungan yang dianggap aneh, karena dalam
film ini tokoh yang normal berprofesi pengajar menjalin kasih
dengan buruh yang bisu-tuli. Publik menganggap mereka bukan
pasangan yang pas, cocok. Kontradiksi dari kedua hal ini selalu
berlangsung.3.Membuka dan Menutup Rahasia: dibentuk melalui
perbedaan antara hubungan yang ideal dengan yang dijalani, dalam
hal ini melibatkan adanya keterbukaan pertukaran pikiran tapi bukan
keterbukaan yang sempurna. Contoh: dalam dunia PR yang selalu
menyangkut peningkatan citra baik perusahaan biasanya harus
memberikan laporan fakta yang ada tapi tidak semua fakta dibeberkan
secara keseluruhan karena tujuan idealnya adalah untuk citra baik
tersebut. Namun dalam kenyataan kadang ada rahasia perusahaan yang
bocor ke publik. Cara praktis mengatasi ketegangan
dialektikal.Komunikasi yang efektif dan jujur membicarakan tentang
ketegangan ini dan menyadari kenyataan dari kontradiksi yang muncul
dapat membangun hubungan relasi jangka panjang. Dalam teori ini
membahas 8 cara mengatasinya:Penyangkalan: menanggapai satu sisi
dari dialektikal dan mengesampingkan sisi yang lain. Contoh:
pasangan yang menggunakan strategi penyangkalan sering tidak puas
dengan cara mereka mengatasi ketegangan antara keterbukaan dan
ketertutupan. Disorientasi: membuat keputusan antara 2 hal yang
berlawan dan merujuk pada pemberian prioritas pada oposisi yang
ada. Contoh: bila memutuskan selalu dekat tiap saat dan tidak
mengindahkan kebutuhan lain (privasi).Perubahan Melingkar: satu
pilihan dari 2 hal yang berlawanan pada waktu tertentu dan saling
bergantian. Contoh: kakak beradik saat kecil merasa begitu dekat,
saat remaja merasa harus ada privasi dan indentitas masing-masing
yang berbeda, setelah dewasa kembali merasa dekat tapi hidup
terpisah.Segmentasi: memisahkan beberapa hal untuk menekan bagian
yang berlawanan.Contoh: memisahkan hal yang akan mengakibatkan
ketegangan dari tempat kerja akan terbawa bila
dirumah.Keseimbangan: kompromi antara 2 hal yang bertentangan dan
mencoba menenukan daerah yang seimbang yang menyenangkan kedua
belah pihakcontoh: memutuskan untuk melakukan apa yang diinginkan
masing-masing pihak demi mencapai kenyamanan dan
kebahagiaan.Integrasi: perpaduan dari dua hal yang berlawanan
dengan secara bersamaan menanggapi dan menentang ketegangan tanpa
niat tertentu. Contoh: meneladani kelanggengan hubungan pasutri
yang sudah menikah puluhan tahun.Rekalibrasi: merubah dialektika
yang ada dengan cara tertentu sehingga seperti tidak memiliki arti
yang bertentangan. Contoh : asal bisa didefinisikan ulang apa yang
dimaksud dengan keterbukaan dan ketertutupan akan membuat hubungan
lebih baik.Reafirmasi: menetralkan dialektika dengan memberikan
pengertian bahwa ketegangan itu tidak bisa dihilangkan dan tidak
perlu dikeluhkan melainkan disadari keberadaannya dan penyebabnya.
Contoh: keterbukaan dalam berkomunikasi dan menyadari topik yang
tabu untuk dibicarakan.Teori ini masih relatif baru / muda dan
tidak menawarkan prediksi sebagai solusi karena berelasi selalu
berubah dan berkesinambungan. Hal ini berbeda dengan teori
tradisional biasanya mengusahakan adanya prediksi dan pernyataan
mengenai fenomena komunikasi.Teori ini menyarankan:Alasan yang
mendasar bahwa hubungan yang erat tidak ditentukan oleh proses
aktivitas yang fluktuatif dan berprasangka buruk akan mempengaruhi
kegagalan berrelasi.Apresiasi pada usaha untuk mempertahankan
hubungan yang erat akan memperkuat keteguhan hati untuk tidak
menyerah pada saat terjadi ketegangan.Hidup dengan menyadari akan
adanya kontradiksi sebenarnya tidak menyusahkan, ibarat belajar
mengendarai sepeda pada awalnya akan menyenangkan apabila sadar
bahwa akan ada luka di sekujur tubuh yang menyakitkan karena jatuh
dari sepeda* * *TEORI PENETRASI SOSIAL(Irwin Altman dan Dalmas
Taylor)Menjelaskan secara umum bagaimana proses berhubungan dengan
orang lain dimana terjadi proses gradual yaitu semacam proses
adaptasi diantara keduanya. Kedua tokoh tersebut mengibaratkan
manusia seperti bawang merah yang terdiri dari beberapa layer.
Layer tersebut berarti lapisan kepribadian.1.Lapisan terluar:Apa
yang diperlihatkan kepada public secara umum tanpa
ditutup-tutupi2.Lapisan semiprivate:Lapisan yang lebih dalam dr
lapisan terluar.Tidak terbuka bagi umum, hanya terbuka bagi
orang-orang terdekat3.Lapisan private:Lapisan terdalam dimana
terdapat nilai-nilai,konsep diri, konflik-konflik yangbelum
terselesaikan, dan emosi yang terpendam. Lapisan ini tidak terlihat
dari luar oleh siapapun, termasuk orang terdekat sekalipun. Namun
lapisan ini paling berdampak bagi kehidupan seseorangKedekatan kita
terhadap seseorang dapat dilihat dari sejauh mana penetrasi kita
terhadap lapisan-lapisan tersebut. Dengan membiarkan orang lain
melakukan penetrasi terhadap lapisan kepribadian kita, berarti kita
membiarkan orang tersebut untuk lebih dekat dengan kita.Taraf
kedekatan berdasarkan perspektif penetrasi sosial1.Kita lebih cepat
akrab jikan melakukan pertukaran pada lapisan terluar. Semakin ke
dalam kita melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang akan
kita hadapi akan semakin tebal dan sulit ditembus.2.Keterbukaan
diri, bersifat timbal balik terutama saat awal hubungan. Pada awal
hubungan kedua belah pihak sangat antusias untuk membuka diri yang
berarti timbal balik. Semakin ke dalam, keterbukaan akan semakin
lambat dan tidak ada lagi timbal balik.3.Penetrasi cepat di awal
tetapi semakin lambat ketika semakin masuk ke lapisan dalam. Tidak
ada istilah langsung akrab dalam sebuah hubungan, keakraban
membutuhkan waktu yang panjang. Dalam prosesnya, hubungan
interpersonal akan mudh runtuh sebelum mencapai tahap stabil dan
sukses. Tetapi jika mampu untuk melewati tahap ini, hubungan
biasanya akan lebih stabil dan bertahan lama.* * *TEORI
ATRIBUSITeori yang membahas upaya untuk memahami penyebab di balik
perilaku orang lain dan kita. Proses menyimpulkan motif, maksud,
dan karakteristik orang lain dengan melihat perilakunya.1.Atribusi
kausalitas,Faktor eksternal (situasional) dan internal (personal).
Menurut Harold Kelley, kausalitas eksternal dan internal
memperhatikan:a.konsensus, apakah orang lain bertindak sama seperti
penanggapb.konsistensi, apakah penanggap bertindak sama pada pada
situasi yang lainc.kekhasan, apakah orang tersebut bertindak yang
sama pada situasi yang lain atau hanya pada situasi ini sajaBila
ketiga hal tersebut tinggi, maka orang tersebut melakukan
kausalitas eksternal.2.Atribusi kejujuran,Robert A. Baron dan Donn
Byrne memperhatikan :a.Sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang
dari pendapat yang populer di masyarakat. Semakin besar jarak
antara pendapat orang tersebut dengan pendapat umum, makin percaya
kita bahwa orang tersebut jujur.b.Sejauh mana orang itu mendapat
keuntungan dari pernyataannya. Kita kurang percaya kejujuran yang
menguntungkan pembicaranya.* * *
TEORI KEBUTUHAN HUBUNGAN INTERPERSONALTeori sistem dan
komunikasi dalam hubunganSalah satu bagian dalam lapangan
komunikasi yang dikenal sebagai relational communication sangat
dipengaruhi oleh teori sistem. Inti dari kerja ini adalah asumsi
bahwa fungsi komunikasi interpersonal untuk membuat, membina, dan
mengubah hubungan dan bahwa hubungan pada gilirannya akan
mempengaruhi sifat komunikasi interpersonal.Poin ini berdasar pada
gagasan bahwa komunikasi sebagai interaksi yang menciptakan
struktur hubungan. Dalam keluarga misalnya, anggota individu secara
sendirian tidak membentuk sebuah sistem, tetapi ketika berinteraksi
antara satu dengan anggota lainnya, pola yang dihasilkan memberi
bentuk pada keluarga. Gagasan sistem yang penting ini secara luas
diadopsi dalam lapangan komunikasi.Proses dan bentuk merupakan dua
sisi mata uang;saling menentukan satu sama lain.Seorang Antropolog
Gregory Bateson adalah pendiri garis teori ini yang selanjutnya
dikenal dengan komunikasi relasional. Kerjanya mengarah pada
pengembangan dua proposisi mendasar pada mana kebanyakan teori
relasional masih bersandar. Pertama yaitu sifat mendua dari pesan:
setiap pertukaran interpersonal membawa dua pesan, pesan report dan
pesan command. Report message mengandung substansi atau isi
komunikasi, sedangkan command message membuat pernyataan mengenai
hubungan. Dua elemen ini selanjutnya dikenal sebagai isi pesan dan
pesan hubungan, atau komunikasi dan metakomunikasi.Pesan report
menetapkan mengenai apa yang dikatakan, dan pesan command
menunjukkan hubungan diantara komunikator. Isi pesan sederhana
seperti I love you dapat dibawakan dalam berbagai cara, dimana
masing-masing mengatakan sesuatu secara berbeda mengenai hubungan.
Frasa ini dapat dikatakan dalam cara yang bersifat dominasi,
submissive, pleading (memohon), meragukan, atau mempercayakan. Isi
pesannya sama, tetapi pesan hubungan dapat berbeda pada tiap
kasus.Proposisi kedua Bateson yaitu bahwa hubungan dapat
dikarakterisasi dengan komplementer atau simetris. Dalam hubungan
yang komplementer, sebuah bentuk perilaku diikuti oleh lawannya.
Contoh, perilaku dominan seorang partisipan memperoleh perilaku
submissive dari partisipan lain. Dalam symmetry, tindakan seseorang
diikuti oleh jenis yang sama. Dominasi ketemu dengan sifat dominan,
atau submissif ketemu dengan submissif.Disini kita mulai melihat
bagaimana proses interaksi menciptakan struktur dalam sistem.
Bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan
yang mereka miliki. Sistem yang mengandung serangkaian pesan
submissif akan sangat berbeda dengan yang mengandung rangkaian
pesan yang besifat dominasi. Dan struktur pesan yang mencampur
keduanya adalah berbeda pula.Meski Bateson seorang pakar
antropologi, gagasannya dengan cepat dibawa kedalam psikiatri dan
diterapkan pada hubungan patologis. Beberapa peneliti komunikasi
memanfaatkan kerja Bateson dan kelompoknya. Aubrey Fisher, salah
satu yang dikenal baik dari kelompok ini, sebagai pemimpin
teoritisi sistem.Dalam buku Perspectives on Human Communication dia
menerapkan konsep sistem kedalam komunikasi.* * *TEORI PENGURANGAN
KETIDAKPASTIANUncertainty reduction theory atau teori pengurangan
ketidakpastian, terkadang juga disebut initial interaction
theory.Teori ini diciptakan oleh Charles Berger dan Richard
Calabrese pada tahun 1975. Tujuan mereka dalam mengkonstruksikan
teori ini adalah untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan
untuk mengurangi ketidakpastian antara orang asing yang terikat
dalam percakapan mereka bersama.Versi umum dari teori ini
menyatakan bahwa ada dua tipe dari ketidakpastian dalam perjumpaan
pertama yaitu:Cognitivedanbehavioral.Cognitive
uncertainty,merupakan tingkatan ketidakpastian yang diasosiasikan
dengan keyakinan dan sikap.Behavioral uncertainty, dilain pihak
berkenaan dengan luasnya perilaku yang dapat diprediksikan dalam
situasi yang diberikan.Setiap teori mempunyai asumsi yamg
merefleksikan pandangan dari sang penemu. Uncertainty Reduction
Theory (URT) juga tanpa pengecualian. Teori ini meliputi 7
asumsi:1.Seseorang mengalami ketidakpastian dalam hubungan
interpersonalAsumsi ini menjelaskan, dalam suatu hubungan
interpersonal orang akan merasakan ketidakpastian. Karena perbedaan
harapan ada untuk memunculkan interpersonal, itu alasan untuk
mengakhiri ketidakpastian atau setiap kegelisahan bertemu dengan
orang lain.2.Ketidakpastian adalah suatu keengganan, yang bisa
membangkitkan stressAsumsi ini mengusulkan bahwa ketidakpastian
adalah sebuah tingkatan keengganan. Dengan kata lain, ini membawa
sejumlah besar energi emosi dan energi psikologi untuk
ketidakpastian. Orang-orang yang baru bekerja kadang-kadang
mengalami stress seperti ini.3.Ketika orang asing bertemu, yang
mereka perhatikan pertama kali adalah mengenai pengurangan
ketidakpastian atau menambah kemampuan memprediksikanAsumsi ini
menggarisbawahi bahwa uncertainty reduction theory berpendapat
bahwa ketika orang asing bertemu, ada 2 hal yang penting, yaitu:
pengurangan ketidakpastian & penambahan prediksi.4.Komunikasi
interpersonal adalah proses perkembangan yang terjadi melalui
beberapa tahapanAsumsi ini mengusulkan bahwa komunikasi
interpersonal adalah proses keterlibatan tingkat perkembangan.
Menurut Berger dan Calabrese kebanyakan orang memulai interaksi
dari tahapan awal (entry phase), yang diartikan sebagai tingkat
permulaan dari interaksi antara orang-orang yang tidak saling
mengenal.Tahapan awal ini diatur oleh peraturan baik secara
implisit maupun eksplisit dan juga norma, contohnya ketika memberi
respon baik ketika seseorang menyapa. Individu kemudian memasuki
tahap selanjutnya yang disebut tahapan personal (personal phase)
atau tingkatan ketika komunikasi barjalan secara spontan. Tahapan
ketiga, yaitu tahapan keluar (exit phase), terjadi ketika setiap
individu membuat keputusan apakah ia akan meneruskan interaksi
dengan lawan bicaranya di masa depan.5.Komunikasi interpersonal
adalah pemaknaan pertama dari pengurangan ketidakpastianAsumsi ini
menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah makna utama dari
pengurangan ketidakpastian. Karena kita telah mengidentifikasikan
komunikasi interpersonal sebagai fokus dari URT, maka asumsi ini
tidak lagi mengejutkan. Disini kita mencatat komunikasi
interpersonal memerlukan sejumlah prasyarat di antaranya
mendengarkan, memahami respon non-verbal dan mengungkapkan kedalam
bahasa.6.Kuantitas dan sifat dasar dari informasi yang diberikan
seseorang berubah setiap waktuAsumsi ini menggarisbawahi sifat
dasar dari waktu. Ini juga berfokus kepada fakta yaitu komunikasi
interpersonal mengalami perkembangan. Sang penemu mempercayai bahwa
permulaan interaksi adalah elemen penting dari proses
perkembangan.7.Memungkinkan untuk memprediksi prilaku seseorang
dari sebuah penampilanAsumsi ini menunjukkan bahwa tingkah laku
orang-orang dapat diprediksi dari sebuah penampilan. Seorang
pencetus teori dapat membawa pandangan yang berbeda terhadap
pekerjaan dari suatu konstruksi teori. Pandangan yang berbeda ini
disarankan oleh mereka untuk menggunakan ontologi, epistomologi dan
aksiologi yang berbeda dalam menjelaskan tingkah laku komunikasi.
Salah satu ontologi yang ada adalahcovering laws, yang menganggap
bahwa perilaku manusia diatur secara prinsip-pinsip umum yang
berfungsi sebagai hukum sikap.Walaupun masih ada pengecualian,
kebanyakan orang berkelakuan sesuai dengan hukum ini.
Tujuancovering law theoryuntuk menetapkan hukum-hukum yang akan
menjelaskan bagaimana kita berkomunikasi.Coveringlaw
theoriesdisusun untuk memindahkan pernyataan yang berupa prasangka
untuk dibenarkan (atauaxioms) ke pernyataan yang didapat dari
kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi (atautheorems).