Nomor
irigasi / bangunan air Ahmad Aki Muhaimin
BAB I
PENDAHULUAN1.1. Pengertian Irigasi
Irigasi adalah segala usaha manusia yang berhubungan dengan
perencanaan dan pembuatan sarana untuk menyalurkan serta membagi
air ke bidang-bidang tanah pertanian secara teratur, serta membuang
air kelebihan yang tidak diperlukan lagi.
Sebagai suatu ilmu pengetahuan, irigasi tidak saja membicarakan
dan menjelaskan metode-metode dan usaha yang berhubungan dengan
pengambilan air dari bermacam-macam sumber, menampungnya dalam
suatu waduk atau menaikkan elevasi permukaannya, dengan menyalurkan
serta membagi-bagikannya ke bidang-bidang tanah yang akan diolah,
tapi juga mencakup masalah-masalah pengendalian banjir sungai dan
segala usaha yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pengamanan
sungai untuk keperluan pertanian.
1.2. Keadaan-keadaan dimana Irigasi Diperlukan
Tidak semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian atau
perkebunan memerlukan irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada
daerah-daerah pertanian dimana terdapat satu atau kombinasi dari
keadaan-keadaan berikut :
Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman
akan air.
Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik
sepanjang tahun.
Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
hasil pertanian yang dapat dicapai melalui irigasi secara layak
dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknis, ekonomis maupun
sosial.
1.3. Keuntungan-keuntungan Irigasi
Pada umumnya proyek-proyek irigasi dilaksanakan dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan, meskipun akhir-akhir ini kita banyak
mendengar apa yang dinamakan proyek kemanusiaan yang tidak terlalu
memperhitungkan keuntungan langsung yang dapat dinilai dalam bentuk
mata uang. Karena disamping keuntungan langsung, terdapat juga
keuntungan tidak langsung, antara lain:
Membantu pengembangan daerah secara umum.
Meningkatkan daya pengadaan bahan baku.
Penyediaan lapangan kerja terutama pada waktu pelaksanaan proyek
irigasi.
Meningkatkan nilai tanah milik.
Membuka kemungkinan pengusahaan penanaman jenis-jenis tanaman
lainnya yang memberikan hasil cukup besar.
Membuka peningkatan kebudayaan masyarakat.
Pelayaran
Penyediaan sumber air minum atau air bersih.
1.4. Keburukan-keburukan Irigasi
Disamping keuntungan-keuntungan yang ditimbulkan, irigasi dapat
juga memberikan akibat yang kurang baik pada daerah bersangkutan,
yaitu antara lain: Iklim menjadi dingin dan lembab, sehingga
menimbulkan gangguan pada daerah yang sebelumnya sudah dingin dan
lembab.
Jaringan irigasi yang perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan
kurang baik akan menimbulkan genangan air yang dapat memberikan
kesempatan bagi perkembangbiakan nyamuk yang dapat menjadi sumber
penyakit malaria.
Irigasi secara berlebihan dapat menimbulkan kejenuhan yang
terlalu tinggi pada tanah, yang dapat menimbulkan kerusakan pada
tanaman. Ini terjadi terutama pada daerah-daerah yang drainasenya
kurang baik.
1.5. Tujuan Irigasi
Tujuan irigasi secara langsung maupun tidak langsung untuk
pertanian adalah sebagai berikut: Membasahi tanah
Dengan pembasahan tanah dimaksudkan agar:( Tanah menjadi lunak
sehingga mudah diolah.
( Zat-zat makanan dalam tanah yang diperlukan tanaman dapat
larut sehingga mudah diserap oleh akar tanaman.
( Mencukupi lengas lapang dari tanah agar tetap dalam prosentase
yang diperlukan tanaman untuk tumbuh terutama pada musim
kering.
Merabuk atau menambah kesuburan tanah
Mengatur suhu tanah
Memberantas hama
Membersihkan tanah
Mempertinggi muka air tanah
Kolmatasi, yaitu peninggian muka tanah dengan mengendapkan
lumpur dari air irigasi sehingga dengan demikian diperoleh suatu
lapisan permukaan tanah yang subur.
1.6. Tingkat-tingkat Jaringan Irigasi
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan
lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan dalam 3
tingkatan yaitu :
1. jaringan irigasi sederhana
2. jaringan irigasi semi teknis
3. jaringan irigasi teknis
Dalam konteks standarisasi ini, hanya jaringan irigasi teknis
saja yang ditinjau. Bentuk irigasi yang lebih maju ini cocok
dipraktekkan di sebagian proyek irigasi di Indonesia.
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya 4 unsur
fungsional pokok, yaitu :
Bangunan bangunan utama dimana air diambil dari sumbernya,
umumnya dari sungai atau waduk.
Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke
petak-petak tersier.
Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem
pembuangan kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke
sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem
pembuangan di dalam petak tersier.
Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang
kelebihan air ke sungai atau saluran-saluran alamiah.
1.6.1. Jaringan Irigasi Sederhana
Di dalam proyek-proyek sederhana, pembagian air tidak diukur
atau diatur, air kelebihan akan mengalir ke selokan pembuang. Para
pemakai air tergabung dalam suatu kelompok sosial yang sama dan
tidak diperlukan keterlibatan pemerintah dalam organisasi jaringan
irigasi semacam ini.
Persediaan air biasanya melimpah dan kemiringan berkisar antara
sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir tidak diperlukan teknik
yang sulit untuk pembagian air. Jaringan irigasi yang masih
sederhana ini mudah diorganisir tapi memiliki kelemahan yang
serius.
Pertama-tama ada pemborosan air, dan karena pada umumnya
jaringan irigasi itu terletak di daerah yang tinggi, air yang
terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur.
Kedua, terdapat banyak penyadapan yang memerlukan banyak biaya
dari penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan pengambilan
sendiri-sendiri. Karena bangunan pengelaknya bukan bangunan tetap
atau permanen, maka umurnya mungkin pendek.
1.6.2. Jaringan irigasi Semi - Teknis
Dalam kebanyakan hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan
irigasi sederhana dengan jaringan irigasi semi-teknis ialah bahwa
yang belakangan ini bendungnya terletak di tepi sungai lengkap
dengan pengambilan dan bangunan pengukur dibagian hilirnya.
Mungkin juga dibangun beberapa bangunan permanen di jaringan
saluran. Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan
sederhana. Adalah mungkin bahwa pengaliran dipakai untuk melayani
daerah yang lebih luas dari pada daerah layanan jaringan sederhana.
Oleh karena itu biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah
layanan. Organisasinya lebih rumit dan jika bangunan tetapnya
berupa pengambilan dari sungai, maka diperlukan lebih banyak
keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini Departemen Pekerjaan
Umum.
1.6. 3. Jaringan Irigasi Teknis
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis
adalah pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang. Hal
ini berarti bahwa baik saluran irigasi maupun saluran pembuang
bekerja tetap sesuai dengan fungsinya masing-masing, dari pangkal
hingga ujung. Saluran air irigasi mengalirkan air lebih dari
sawah-sawah ke selokan-selokan pembuang alamiah yang kemudian akan
membuangnya ke laut.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi
teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan
luas keseluruhannya berkisar antara 50 100 ha, kadang-kadang sampai
150 ha. Petak tersier menerima air dari suatu tempat dalam jumlah
yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa yang diatur oleh
Dinas Pengairan. Pembagian air dalam petak tersier diserahkan
kepada petani. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air
ke sawah. Kelebihan air ditampung dalam suatu jaringan pembuang
tersier dan kuarter selanjutnya dialirkan ke saluran pembuang
primer.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip di atas
adalah cara pembagian air yang paling efisien dengan
mempertimbangkan waktu merosotnya persediaan air serta
kebutuhan-kebutuhan pertanian.
Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran
aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara
efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air pada salah satu
tempat saja pada jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah
bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, ekploitasi yang
lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah dibandingkan dengan
apabila setiap petani diizinkan untuk mengambil sendiri air dari
jaringan pembawa.
Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga
tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama. Dalam hal
ini khusus dibuat sistem gabungan ( fungsi saluran irigasi dan
pembuang digabung ). Walaupun jaringan ini memiliki
keuntungan-keuntungan tersendiri, kelemahannya juga amat serius
sehingga sistem ini umumnya tidak akan diterapkan. Keuntungan yang
dapat diperoleh dari jaringan ini adalah pemanfaatan air yang lebih
ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih rendah, karena saluran
pembawa dapat dibuat lebih pendek dengan kapasitas yang lebih
kecil.
Kelemahannya adalah jaringan jaringan semacam ini sulit diatur
dan dieksploitasi, lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian air
yang tidak merata. Bangunan-bangunan tertentu di dalam jaringan
tersebut akan memiliki sifat-sifat seperti bendung dan relatif
mahal.
1.7. Peta Petak
Pada peta irigasi terlebih dahulu dibuat peta petak yang
merupakan dasar untuk menentukan ukuran berbagai pekerjaan yang
diperlukan. Dari petak terlihat seluruh daerah yang akan dialiri,
batas dan luasan petak, petak sekunder, tersier dan saluran
pembuang. Lokasi pengambilan air pada irigasi, baik berupa bangunan
bebas maupun bangunan bendung juga terlihat.
Dalam perencanaan jaringan, saluran pembawa harus diletakkan
pada daerah tinggi, dapat merupakan saluran garis tinggi atau
saluran garis punggung sedangkan saluran pembuang berada di
lembah-lembah.
Pada pembuatan peta petak digunakan peta mozaik sebagai peta
situasi dan peta garis tinggi (contour) dengan skala 1 : 5000
dimana lukisan garis tinggi atau trances yang ber-interval 0,5
m.
Setelah peta tersebut dipelajari dengan seksama dan telah
mendapatkan kesan dan formasi kemiringan lapangan maka dapat
diambil ketentuan tanah tinggi yang akan dialiri dan tempat
pengambilan di sungai. Bila bangunan pengambilan di sungai
merupakan bangunan bebas (free intake) maka perlu dicarikan tempat
dimana aliran sungai tidak berpindah. Sedangkan apabila bangunan
pengambilan dilengkapi dengan bendung, maka harus dicari lokasi
yang agak lurus lalu tentukan ketinggian saluran induk di hilir
bangunan pengambilan.
1.8. Saluran
Pada jaringan irigasi, saluran pembawa dapat dibagi :
Saluran induk (primer)
Adalah saluran yang dimulai dari pintu pemasukan atau
pengambilan bebas sampai ke bangunan bagi.
Saluran sekunder
Adalah saluran yang mengairi satu atau lebih petak tersier dan
menerima air dari saluran induk atau saluran tersier
sebelumnya.
Saluran tersier
Adalah saluran yang mengairi satu petak tersier dan menerima air
dari saluran sekunder. Luas petak tersier 50 150 ha.
Saluran kuarter
Adalah saluran yang mengairi satu petak sawah dan menerima air
dari saluran tersier. Luas petak kuarter 8 15 ha.
Saluran pembuang
Adalah saluran yang dipakai untuk membuang air yang telah
dipakai pada petak-petak petani dan mengaliri daerah garis tinggi
atau tegak lurus di atasnya dan terletak pada daerah rendah atau
lembah-lembah.
1.9. Bangunan-bangunan yang Ada
Pada jaringan irigasi juga terdapat beberapa bangunan, yang
terdiri atas :
Bangunan bagi
Adalah bangunan yang membagi air dari saluran induk maupun
sekunder sesuai jumlah air yang dibutuhkan dalam setiap petak
sekunder.
Bangunan bagi sadap
Adalah bangunan yang membagi air dari saluran-saluran sekunder
dan saluran induk, dimana terdapat bangunan sadap untuk satu atau
lebih petak tersier.
Bangunan sadap
Adalah bangunan yang membagi air dari saluran sekunder ke
saluran tersier sesuai jumlah air yang dibutuhkan
1.10. Syarat-Syarat yang Harus Dipenuhi dalam Perencanaan
1.10.1. Saluran Kuarter :
Petak kuarter mendapat air dari box tersier melalui saluran
kuarter dengan syarat :
(Panjang saluran kuarter 500 m
(Panjang antara saluran kuarter ke saluran pembuang 350 m
Petak tersier harus mendapat air hanya dari satu bangunan sadap
ke saluran induk maupun sekunder.
1.10.2. Petak Tersier
Harus sedapat mungkin kelihatan bebas dan jarak sawah yang
terjauh dari bangunan sadap 3 km, agar dapat memudahkan dalam
pembagian air.
Luas petak tersier tergantung dari bentuk lapangan yang berkisar
50 150 ha.
Batas-batas petak tersier sedapat mungkin nyata kelihatan,
misalnya ditentukan menurut :
(Jalan raya / jalan desa
(Saluran induk / saluran sekunder
(Saluran pembawa / saluran pembuang
(Batas kabupaten / kecamatan / desa
(Sungai
1.11. Perhitungan Luas Petak
Untuk menghitung luas petak dengan tepat, biasanya digunakan
alat planimeter. Namun dengan cara pendekatan, petak sawah dapat
dibagi atas bentuk segitiga, trapesium, empat persegi panjang dan
sebagainya, kemudian dikali dengan skala pada peta, maka luas
sesungguhnya diperoleh.
1.12. Pemberian Nama pada Peta Irigasi
1.12.1. Sistem supply
Saluran-saluran dan bangunan-bangunan dalam suatu jaringan
irigasi diberi nama, dan pemberian nama tersebut dengan prinsip
bahwa nama-nama harus logis sederhana tapi mampu memberikan
gambaran cukup jelas mengenai daerah irigasi yang bersangkutan.
Nama harus cukup pendek dan memberikan petunjuk terhadap letak
bangunan, saluran pemberi, saluran drainase maupun petak-petak
sawah dalam suatu daerah irigasi.
Pemberian nama perlu memperhatikan kemungkinan adanya tambahan
bangunan-bangunan dikemudian hari, sehingga dengan adanya
bangunan-bangunan baru tersebut sistem pemberian nama yang telah
dilaksanakan tidak perlu diubah. Salah satu contoh sistem pemberian
nama adalah sebagai berikut :
Saluran Primer diberi nama menurut nama sungai tempat mengambil
air, tetapi juga diberi nama dengan cara lain misalnya menurut nama
daerah yang dilayani. Misalnya suatu saluran primer mengambil air
dari sungai Saddang dan melayani daerah Pekkabata, saluran dapat
diberi nama saluran Saddang, juga dapat diberi nama saluran
Pekkabata.
Saluran Sekunder diberi nama menurut nama desa yang dekat dengan
permulaan saluran. Misalnya saluran sekunder Lampa, berarti saluran
sekunder tersebut permulaannya dekat desa Lampa.
Suatu saluran dibagi menjadi bagian-bagian atau ruas-ruas.
Misalnya suatu ruas mempunyai nama Rs2 berarti ruas itu terletak
antara Bs1 dengan Bs2.
Bangunan pembagi diberi nama seperti pemberian nama pada suatu
ruas, tapi huruf R yang artinya ruas, diganti dengan huruf B yang
berarti bangunan. Dalam hal ini bangunan pembagi. Misalnya Bs1
berarti bangunan pembagi pada akhir ruas Rs1.
Nama bangunan-bangunan antara bangunan pembagi diberi nama
sesuai nama bangunan pembagi di sebelah hilirnya, kemudian ditambah
huruf kecil berturut-turut dari hulu ke arah hilir. Misalnya Bs1a ;
Bs1b ; Bs1c ; dan seterusnya.
Saluran tersier diberi nama menurut bangunan bagi dimana saluran
tersier itu menerima air, dan huruf B yang berarti bangunan
dihilangkan dan diberi tambahan indikasi yang memperjelas posisi
saluran. Misalnya untuk menunjuk arah kanan diberi indikasi ka,
tengah ta, kiri ki. Sebagai contoh adalah saluran tersier s2ka
(arah aliran pada saluran tersier itu menerima air dari Bs2 dan
arah aliran pada saluran tersier itu ke sebelah sisi kanan saluran
besar pada Bs2.
Nama suatu unit tersier misalnya :
Pekkabata
1220,27
artinya adalah :
unit tersier ini dilayani saluran tersier Pekkabata luas unit
tersier adalah 122 ha
kebutuhan air pada saat rendaman penuh 0,27 l/dt
1.12.2. Saluran Pembuang
Saluran pembuang pada umumnya berupa sungai atau anak sungai
yang lebih kecil. Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama yang
tetap bisa dipakai, jika tidak sungai/anak sungai tersebut akan
ditunjukkan dengan sebuah huruf bersama-sama dengan nomor seri.
Nama-nama ini akan diawali dengan huruf d (d=drainase).
1.13. Rumus-rumus yang Digunakan
1.13.1. Debit Rencana
Berdasarkan luas petak-petak yang akan dialiri, maka debit
rencana sebuah saluran dapat dihitung dengan rumus:
Q = (sumber: Kp-03, hal 4)
dimana:Q= debit rencana (m3/dt)
c= koefisien lengkung kapasitas tegal / rotasi
= 1 untuk l < 10.000 ha
A= luas daerah yang akan diairi (ha)
e= efisiensi= 0,8 untuk saluran tersier dan 0,9 untuk saluran
primer dan sekunder
NFR= kebutuhan air normal / netto untuk tanaman padi
= 1,2 1,5 l/dt/ha
= 1 mm/hr = 1/8,64 l/dt/hr
1.13.2. Koefisien kekasaran strickler
Tabel 1.1 Harga-harga kekasaran strickler untuk saluran irigasi
tanah Debit rencanam3/dtkK
m1/3/dtk
Q>10
5