BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori berasal dari kata theoria dalam bahasa latin yang berarti
perenungan, yang pada giliranya berasal dari kata thea dalam bahasa
yunani yang secara hakiki menyiratkan sesuatu yang disebut dengan
realitas. Dari kata ini muncul kata theater yang berarti
pertunjukan. Dalam banyak literatur, beberapa ahli menggunakan kata
ini untuk menunjukan bangunan berfikir yang tersusun sistematis,
logis (irasional), empiris (kenyataan) juga
simbolis.[footnoteRef:1] [1:
http://roryyonaldi.blogspot.com/2009/10/teori-hukum.html]
Selanjutnya dari pengertian tersebut kita dapat membangun
beberapa istilah yang dikombinasikan dengan istilah teori seperti
teori ekonomi, teori budaya dan teori lainya termasuk teori hukum
yang berarti bangunan berfikir yang tersusun ilmiah seperti hal nya
teori yang mempunyai objek hukum sebagai sasaran pemikiran.Menurut
Oxford Dictionary, teori merupakan suatu skema atau system gagasan
atau pernyataan yang dianggap sebagai penjelasan atau keterangan
dari sekelompok fakta atau fenomena. Bagi sarantakos, teori adalah
suatu set/kumpulan/koleksi gabungan proposisi yang secara logis
terkait satu sama lain dan diuji serta disajikan secara sistematis.
Menurutnya teori dibangun dan dikembangkan melalui research dan
dimaksudkan untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu
fenomena.Perdebatan mengenai pendefinisian suatu istilah yang
mempunyai hubungan atau objek yang sangat luas seperti hal nya
teori dan hukum akan terus terjadi dan semua itu dapat disikapi
oleh masing-masing kita, keadaan tersebutlah yang didalam dunia
akademisi disebut paradigma. Pada batasan ini, penulis membatasi
hanya untuk menulis mengenai teori hukum menurut Black dan
Milovanovich dan juga teori hukum Menurut Jan Gijssels dan Mark Van
Hoecke[footnoteRef:2] [2:
http://rijal-akay.blogspot.com/2011/07/hukum-teori-dan-teori-hukum.html]
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori Hukum dalam Model Hukum Menurut Black dan
Milovanovich2. Bagaimana Teori Hukum Menurut J.J.H. Bruggink
C. Tujuan Penulisan.
1. Mengetahui teori hukum dalam Model Hukum Menurut Black dan
Milovanovich2. Bagaimana teori hukum Menurut J.J.H. Bruggink3.
Sebagai salah satu tugas mata kuliah Teori Hukum
D. Manfaat Penelitian.1. Memberikan pemahaman mengenai Teori
Hukum dalam Model Hukum Menurut Black dan Milovanovich2. Memberikan
pemahaman .mengenai Teori Hukum Menurut J.J.H. Bruggink
E. Metode Penelitian.Penelitian ini merupakan penelitian hukum
normatif yang merupakan salah satu jenis penelitian yang dikenal
umum dalam kajian ilmu hukum. Mengingat penelitian ini menggunakan
pendekatan normatif yang tidak bermaksud untuk menguji hipotesa,
maka titik berat penelitian tertuju pada penelitian kepustakaan.
Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan prosedur identifikasi dan
inventarisasi hukum positif sebagai suatu kegiatan pendahuluan.
Biasanya, pada penelitian hukum normatif yang diteliti hanya bahan
pustaka atau data sekunder, yang mencakup bahan hukum primer,
sekunder, dan tertier.Bahan hukum yang diperoleh, diinventarisasi
dan diidentifikasikan kemudian diolah dan dianalisis secara
kualitatif dengan menggunakan logika berpikir secara deduksi yaitu
hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus
BAB IIPEMBAHASAN
TEORI HUKUMA. DUA PANDANGAN BESAR1. Pandangan PertamaDalam
pandangan yang pertama, sistem digunakan secara bebas terhadap
banyak hal dalam kehidupan, alam semesta, masyarakat, termasuk
hukum digambarkan dalam bentuk yang jelas-jelas dapat diakui
sebagai istilah mekanis dan sistematis. Kebanyakan teori hukum
berpusat pada salah satu dari ketiga jenis sistem hukum ( sumber
dasar, kandungan dasar atau fungsi dasar ). Meskipun terdapat
kesepakatan yang hampir menyeluruh bahwa hukum merupakan suatu
sistem, tetapi jenis sistem ini diperdebatkan dengan hangat. Setiap
aliran dalam ilmu hukum menawarkan berbagai teori sistem hukum yang
berbeda, biasa bertantangan satu sama lain. Teori hukum modern
seringkali memberikan gambaran, apakah itu praktek hukum, sosiologi
hukum sebagai sebuah gambaran yang sistematis, dan para ahli
melihat kunci untuk memahami hukum itu diuraian sistem yang mereka
buat.Beberapa orang mungkin mencoba untuk menguasai penyimpangan
ini tidak pada tempatnya karena mereka mengacu sistem sebagai suatu
kebutuhan ciri-ciri hukum yang jelas. Bagi kebanyakan ahli teori ,
baik hukum maupun sebaliknya, kreasi sistem tersebut memiliki arti
yang sama dengan teori itu sendiri, dan esensial untuk segala jenis
penjelasan, pengertian dan interpretasi.
2. Pandangan KeduaMenurut pandangan ini, teori hukum sama sekali
tidak berada pada jalur yang disebut sistem. Pandangan kedua ini
menolak bahwa teori hukum harus selalu bersifat sistematis dan
teratur. Tetapi sebaliknya teori hukum dapat juga muncul dari
situasi yang disebut dengan keos, keserba-tidak-beraturan atau
situasi yang tidak sistematis. Itulah cerminan masyarakat yang ada,
masyarakat selalu berada pada situasi konflik, ketegangan, atau
tekanan-tekanan baik dalam ekonomi politik dan lain-lain secara
terus menerus. Sehingga teori hukum haruslah muncul sebagai suatu
model yang dis-order. Banyak teori hukum yang berasal dari
sosiologi mikro menjelaskan persoalan ini, misalnya teori konflik,
atau teori simbolik interaksi.Pandangan ini tidak begitu saja
menerima defenisi, konsep, atau teori yang berada dalam suatu
sistem , tidak saja karena masih bisa/terus diperdebatkan, tetapi
memiliki alasan yang realistis, bahwa hubungan-hubungan yang ada
didalam hukum ( teori hukum ) sama sekali tidak memperlihatkan apa
yang disebut dengan sistem itu.[footnoteRef:3] [3: H.R. Otje Salman
& Anthon F. Susanto, Teori Hukum, PT Refika Aditama, Bandung,
2013, hlm 49.]
Teori hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Dari aspek
sudut pandang, teori hukum mengkaji hukum yang berlaku berdasarkan
sudut pandang para ahli dan pakar hukum; Dari aspek tujuan, teori
hukum mengkaji hukum dengan tujuan mendapat pengetahuan yang lebih
mendasar mengenai hukum yang berlaku untuk kepentingan hukum
positif yang berlaku; Dari aspek metode, teori hukum menggunakan
metode interdisipliner dengan memanfaatkan faktor non yuridis yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.[footnoteRef:4] [4:
http://statushukum.com/teori-hukum.html]
B. Teori Hukum dalam Model Hukum Menurut Black dan
MilovanovichDonal Black menjelaskan bahwa ada dua model hukum,
meskipun hal ini bukan berarti hukum dipilah sedemikian rupa,
sehingga akan ada terlihat menjadi reduksionis. Black berharap
bahwa pembagian ini dapat mempertajam wilayah analisis terhadap
keragaman teori yang seringkali dipahami secara campur aduk,
sehingga dengan demikian wilayah itu menjadi jelas ada pada posisi
mana apabila seseorang menjelaskan tentang hukum atau teori
hukum.Model hukum yang disebut oleh Black dibagi menjadi 2 yaitu
:a. Jurisprudentie Model.Jurisprudentie model, yaitu kajian hukum
yang lebih memfokuskan kepada produk kebijakan (aturan/rules).
Rules sebagai produk ini menyebut, baik dalam bentuknya sebagai
sistem aturan yang terkodifikasi atau tidak. Menurut model ini
proses hukum berlangsung ditata dan diatur oleh sesuatu yang
disebut logic (Logika sistem/hukum ). Hukum dilihat sebagai sesuatu
yang bersifat mekanis dan mengatur dirinya sendiri melalui rules
dan logika tadi. Oleh karena itu penyelesaian masalah pun lebih
mengandalkan kemampuan logika tadi.Hukum dianggap sebagai sistem
yang abstrak yang hadir dalam bentuk keharusan-keharusan ( das
sollen ). Pada posisi ini manusia akan bertindak sebagai partisipan
( aktor yang memerankan/menjalankan sistem tersebut ), yaitu mereka
yang bermain dan memainkan sistem berdasarkan logic tadi. Tujuannya
lebih kepada kepentingan praktik dan untuk membuat keputusan.Pada
Jurisprudentie model ini, sederhananya masyarakat bisa jadi hanya
menjalankan suatu sistem hukum, memilih/memilah suatu sistem hukum
yang akan dikeluarkan dalam bentuk kebijakan atau aturan yang sudah
terkodifikasi atau belum terkodifikasi , mengingat hukum hanya
dianggap sebagai sesuatu yang harus dijalankan secara
logic[footnoteRef:5] [5: Antonius Cahyadi & Fernando E.
Manullang, Pengantar ke Filsafat dan Teori Hukum, Kencana, Jakarta,
2007 hlm 75]
b. Sosiological ModelDalam sosiological model, fokus kajian
hukum lebih kepada struktur sosial. Kajian ini tentu saja lebih
kompleks dari sekedar hukum sebagai produk, karena struktur sosial
selalu memperlihatkan perubahan yang dramatis dan sulit diduga.
Dengan menitikberatkan pada kajian yang lebih luas tadi maka
prosesnyapun yang lebih diperhatikan adalah perilaku, inilah
mengapa kajian dalam model ini sangat luas dan dramatis.Dalam model
sosiologi ini, yang dipentingkan adalah keragaman dan keunikan
menempatkan seseorang sebagai peneliti ( observer ) dan bukan
partisipan. Posisi ini memudahkan untuk melihat proses secara utuh,
dengan tujuan akhir bermaksud untuk menjelaskan fenomena-fenomena
yang ada dalam realitas yang sebenarnya.Apabila dilihat lebih jauh,
pandangan Black diatas senada pendapat Dragan Milovanovich dengan
model hukum yang disebutnya dengan model jurisprudensi dan model
sosiologi.Jurisprudensi model menjelaskan tentang :1. Sistem
aturan-aturan tertulis yang ada, ditetapkan dalam bentuk
terkodifikasi oleh negara ( statutory and case law )2.
Sistematisasi mereka yang sedang berlangsung menjadi suatu badan
hukum yang relevan oleh beberapa prinsip justifikasi yang
koordinatif;3. Aplikasi wacana hukum doktrin yang disusun oleh
suatu struktur morphologi relevan (arti kata) dan struktur
sintaksis ( kontruksi linier, naratif dan teks ) untuk melakukan
pertimbangan hukum yang benar.4. Aplikasi formal, logika untuk
proposisi dan doktrin yang abstrak dan umum dengan penggunaan
wacana hukum doktrin terhadap situasi-situasi faktual oleh staff
khusus yang menyediakan peluang penyelesaian tingkat tinggi
terhadap masalah-masalah yang kontroversi; dan5. Bagaimana semua
konflik dapat dimasukan ( self referencing ) terhadap beberapa
postulat absolut yang memberikan badan dari premis dan kriteria
inti bagi penyelesaian yang benar perbedaan-perbedaan dalam sistem
formal yang self regulating ( Homeostatis ).Adapun sosiological
model, sebaliknya adalah ilmu tentang :1. Evolusi, stabilisasi,
fungsi dan pembenaran bentuk-bentuk kontrol sosial;2. Bentuk-bentuk
pemikirang dan pemahaman hukum jika dihubungkan dengan
aturan/tatanan ekonomi politik tertentu;3. Prinsip-prinsip
legitimasi dan pengaruh-pengaruh yang berevolusi dengan pengaruh
dan prinsip;4. Penyebab perkembangan bentuk kontrol sosial dari
staf dan specialis yang merupakan promotornya;5. Transmisi metode
pemahaman hukum yang benar6. Penciptaan subyek yuridis dengan
hak-hak formal, abstrak, dan universal.[footnoteRef:6] [6: H.R.
Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Op.cit hlm
52.]
B. Teori Hukum Menurut Jan Gijssels dan Mark Van HoeckeJan
Gijssels dan Mark van Hoecke, adalah dua pemikir yang ada pada
tradisi berbeda dengan Black dan Milovanovich, yaitu keduanya ada
pada ranah pemikiran kontinental. Menurut mereka, Teori Hukum
merupakan disiplin mandiri yang perkembangannya dipengaruhi dan
sangat terkait erat dengan Ajaran Hukum Umum, setelah pada tahun
1930-an Teori Hukum mengalami kemerosotan, tetapi kemudian seiring
dengan perkembangan banyak disiplin kajian lain, Teori Hukum
mengalami perkembangan yang pesat,Hidupnya kembali Teori Hukum
memperlihatkan hubungan erat dengan penyebab timbulnya ajaran Hukum
Umum pada abad ke sembilan belas. Jika perkembangan dari Ajaran
Hukum Umum, sebagai dosiplin yang baru pada abad kesembilanbelas
diinspirasi (diilhami) oleh sukses ilmu-ilmu hukum positif, maka
perkembangan definitif dari teori hukum menjadi sebuah disiplin
mendiri pada paruh waktu kedua dari abad duapuluh diinspirasi oleh
timbulnya ilmu-ilmu baru atau cabang-cabang baru dari ilmu yang
sudah ada, seperti informatika, Logika Deontik, Kibernetika,
Sosiologi Hukum, Etiologi (hukum) dan sejenisnya. Kesinambungan
antara Teori Hukum dengan Ajaran Hukum Umum dalam dua aspek sebagai
berikut:1. Teori Hukum sebagai kelanjutan dari Ajaran Hukum Umum
memiliki obyek disiplin mandiri, suatu tempat di antara Dogmatik
Hukum di sati sisi dan Filsafat Hukum di sisi lainnya. Di saat
ajaran Ajaran Hukum Umum oleh beberapa penulis, di antaranya Adolf
Merkel masih dipandang sebagai pengganti (penerus) ilmiah positif
dari Filsafat Hukum Metafisikal yang tidak ilmiah, dewasa ini teori
Hukum diakui sebagai disiplin ketiga di samping dan untuk
melengkapi, Filsafat Hukum dan Dogmatika Hukum, yang masing-masing
memiliki (mempertahankan) wilayah dan nilai sendiri-sendiri.2. Sama
seperti Ajaran Hukum Umum dewasa itu, Teori Hukum, setidaknya oleh
kebanyakan dipandang sebagai ilmu a-normatif yang bebas nilai. Ini
yang persisnya membedakan Teori Hukum dan Ajaran Hukum Umum dan
Dogmatika Hukum. [footnoteRef:7] [7: H.R. Otje Salman & Anthon
F. Susanto, Ibid, Hlm 55]
Namun satu hal yang sangat fundamental menurut kedua pemikir
itu, terjadinya proses evolusi dari apa yang menjadi obyek
penelitian Ajaran Hukum Umum, seperti isi aturan hukum dan
pengertian-pengertian hukum atau konsep yuridik, menjadi suatu
penelitian tentang struktur dan fungsi dari kaidah hukum dan dari
sistem hukum, yaitu merupakan tema-tema penting objek penelitian
teori Hukum. Untuk lebih memahami apa itu Teori Hukum, khususnya
batas-batas wilayahnya, lebih lanjut dalam pemikiran mereka perlu
dijelaskan secara rinci tentang apa yang disebut Dogmatik Hukum,
Filsafat Hukum serta perbedaannya tentang Teori Hukum.1. Dogmatik
HukumAjaran Hukum (rechtsleer) atau Dogmatik Hukum
(rechtsdogmatiek), juga sering disebut Ilmu Hukum
(rechtswetenschap) dalam arti sempit, bertujuan untuk mempaparkan
dan mensistematisasi serta dalam arti tertentu juga menjelaskan
(verklaren) hukum positif yang berlaku. Jadi Dogmatik Hukum
(rechtsdogmatiek) , bertujuan untuk memaparkan, mensistematisasi
juga menjelaskan (verklaren) hukum positif yang berlaku (vigerende
positiefrecht). Walaupun demikian, Dogmatik Hukum bukanlah ilmu
netral yang bebas nilai. Tidak karena hukum itu saling terkait
antara nilai-nilai dan kaidahkaidah. Bukankah dalam asasnya sangat
mungkin memaparkan nilainilai dan kaidahkaidah sebagai
ketentuanketentuan faktual secara sepenuhnya netral dan objektif,
melainkan secara sadar mengambil sikap berkenan dengan butir-butir
yang di diperdebatkan. Sehingga orang tidak hanya mengatakan
bagaimana hukum dapat di interpretasikan melainkan juga bagaimana
hukum harus diinterpretasikan.[footnoteRef:8] [8: Sumaryono,
Relevansi Teori Hukum, Rajawali pers, Jakarta, 2006 hlm 97.]
2. Filsafat HukumFilsafat Hukum adalah Filsafat Umum yang
diterapkan pada hukum atau gejala-gejala hukum. Dalam filsafat
pertanyaan-pertanyaan yang paling dalam dibahas dalam hubungannya
dengan makna, landasan, struktur dan sejenisnya dari kenyataan.
Menurut mereka Filsafat Hukum memiliki telaah sebagai berikut 1.
Ontologi hukum, penelitian tentang hakekat dari hukum, misalnya
hakekat demokrasi, hubungan hukum dengan moral;2. Aksiologi hukum,
penentuan isi dan nilai-seperti kelayakan, persamaan, keadilan,
kebebasan dan lain-lain;3. Ideologi Hukum (ajaran pengetahuan),
bentuk metafilsafat;4. Epistemologi Hukum (ajaran pengetahuan),
bentuk metafilsafat;5. Theologi Hukum, hal menentukan makna dan
tujuan;6. Ajaran ilmu dari Hukum, meta-teori dari Ilmu Hukum;7.
Logika Hukum.Hasil dari penalaran Filsafat Hukum tidak dapat diuji
secara empirik untuk keeluruhannya, dan secara rasional untuk
sebagaiannya. Penalaran filosofis sendiri memang harus selalu
memenuhi syarat-syarat minimum tertentu dari rasionalitas, yakni
harus tepat secara logikal dan terbuka bagi diskusi rasional.3.
Hubungan Dogmatik Hukum dengan Teori HukumTentang hal ini dikatakan
oleh keduanya, bahwa Dogmatika Hukum dan Teori Hukum tidak saling
tumpang tindih, melainkan satu sama lain memiliki telaah
sendiri-sendiri (mandiri), sebagaimana di bawah ini.1. Dogmatik
Hukum mempelajari aturan-aturan hukum itu dari suatu sudut pandang
teknikal (walaupun tidak a-normatif), maka Teori Hukum merupakan
refleksi terhadap teknik hukum ini;2. Dogmatika Hukum berbicara
tentang hukum. Teori Hukum berbicara tentang cara yang dengannya
ilmuwan hukum berbicara tentang hukum;3. Dogmatika Hukum mencoba
lewat teknik-teknik interpretasi tertentu menerapkan teks
undang-undang yang pada pandangan pertama tidak dapat diterapkan
pada situasi masalah konkret, maka Teori Hukum mengajukan
pertanyaan tentang dapat digunakannya teknik-teknik interpretasi,
tentang sifat memaksa secara logikal dari penalaran interpretasi
dan sejenisnya. Teori Hukum tidak terarah pada penyelesaian
masalah-masalah hukum yang konkret satu kategori-kategori dari
masalah hukum sebagaimana kajian Dogmatika Hukum, melainkan hanya
pada upaya mempelajari teknik-teknik dan metode yang digunakan
Dogmatika Hukum dan prektek hukum untuk menyelesaikan
masalah-masalah hukum. Jadi masalah-masalah hukum konkret memeng
dapat mempengaruhi persoalan-persoalan Teori Hukum. 4. Hubungan
Filsafat Hukum dan Teori Hukum1. Jika Teori Hukum mewujudkan sebuah
meta-teori berkenaan dengan Dogmatika Hukum, maka Filsafat Hukum
memenuhi fungsi dari sebuah meta-disiplin berkenaan dengan Teori
Hukum.2. Secara struktural Teori Hukum terhubungkan pada Filsafat
Hukum dengan cara yang sama seperti Dogmatika Hukum terhadap Teori
Hukum.3. Filsafat Hukum merupakan sebuah meta-disiplin berkenaan
dengan Teori Hukum.4. Filsafat Hukum sebagai ajaran nilai dari
teori Hukum dan Filsafat Hukum sebagai ajaran Ilmu dari Teori
Hukum.5. Filsafat Hukum sebagai Ajaran ilmu dari Teori Hukum dan
sebagai Ajaran Pengetahuan mewujudkan sebuah meta-disiplin
berkenaan dengan Teori Hukum tidak memerlukan penjelasan lebih
jauh, mengingat Filsafat Hukum di sini mengambil sebagian dari
kegiatan-kegiatan dari Teori Hukum itu sendiri sebagai obyek studi.
Dari hal di atas dapatlah disimpulkan sebagai berikut; hubungan
Teori Hukum dan Filsafat dapat dirangkum sebagai sebuah hubungan
meta-disiplin (Filsafat Hukum) terhadap disiplin obyek (Teori
Hukum), dan terkait pada Filsafat Hukum secara esensial mewujudkan
suatu pemikiran spekulatif sedangkan Teori Hukum mengupayakan suatu
pendekatan ilmiah positif terhadap gejala hukum. Dengan demikian
maka Filsafat Hukum dapat bersifat rasional hanya atas dasar
kriterianya sendiri, yang keberadaannya sendiri didiskusikan atau
dapat didiskusikan. Sebaliknya Teori Hukum itu rasional (atau
tidaknya harus berupaya untuk demikian) atas dasar kriteria umum,
yang diterima oleh setiap orang. 5. Teori Hukum dan Ilmu Lain yang
Objek Penelitiannya HukumTeori Hukum secara esensial bersifat
interdisipliner, hal ini mengandung arti bahwa Teori Hukum dalam
derajat yang besar akan menggunakan hasil-hasil penelitian dari
berbagai disiplin yang mempelajari hukum; Sejarah Hukum, Logika
Hukum, Antropologi Hukum, Sosiologi Hukum, Psikologi Hukum dan
sejenisnya. Tipikal dari Teori Hukum adalah bahwa dalam hal ini ia
memainkan peranan mengintegrasikan, baik yang berkenaan dengan
hubungan antara disiplin-disiplin ini satu terhadap yang lainnya
maupun yang berkenaan dengan integrasi hasil-hasil penelitian dari
disiplin-disiplin ini dengan unsur-unsur Dogmatika Hukum dan
Filsafat Hukum. Secara umum kedua pemikir itu menjelaskan bahwa,
sudut pandang bidang Teori Hukum adalah kepentingan untuk lewat
jalan ilmiah metodikal memperoleh sesuatu pemahaman teoritikal yang
lebih baik secara global dan memberikan suatu penjelasan global
tentang gejala-gejala hukum. Jadi sifatnya ini sama sekali bukan
sudut pendekatan yuridik-teknikal, melainkan sesuatu pendekatan
yang lebih teoretikal, yang didalamnya bukan pemeparan dan
sistematisasi hukum yang mewujudkan titik tolak melainkan analisis
dan penjelasan terhadap gejala hukum dalam semua
aspeknya.[footnoteRef:9] [9: H.R. Otje Salman & Anthon F.
Susanto, Teori Hukum, Op.cit hlm 59]
C. Teori Hukum Menurut J.J.H. BrugginkBruggink menjelaskan bahwa
teori hukum adalah keseluruhan seluruh pernyataan yang saling
berkenaan dengan sistem konseptual aturanaturan hukun dan
putusan-putusan hukum-putusan hukum , dan sistem tersebut untuk
sbagian yang penting dipositifkan. Menurut Bruggink defenisi diatas
memiliki makna ganda, yaitu dapat berarti produk yaitu keseluruhan
pernyataan yang saling berkaitan itu adalah hasil kegiatan teorik
dibidang hukum itu sendiri. Disamping itu, teori menurut Bruggink
mengandung makna yang lain, yaitu dalam arti luas hal ini menunjuk
pada pemahaman tentang sifat berbagai bagian ( cabang sub disiplin
) teori hukum, yaitu sosiologi hukum, berbicara tentang keberlakuan
faktual atau keberlakuan empirik dari hukum. Teori hukum dalam arti
sempit yaitu berbicara tentang keberlakuan formal atau keberlakuan
normatif dari hukum. Filsafat hukum berbicara tentang keberlakuan
evaluatif dari hukum, terakhir adalah Dogmatika hukum atau Ilmu
hukum dalam arti sempit.[footnoteRef:10] [10: H.R. Otje Salman
& Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Ibid, hlm 60.]
1. Sosiologi HukumSosiologi hukum mengarahkan kajiannya pada
keberlakuan empirik atau faktual dari hukum, jadi lebih mengarah
kepada kenyataan kemasyarakatan. Menurut Bruggink, objek sosiologi
hukum tingkat pertama adalah kenyataan dalam masyarakat, dan baru
pada tingkat kedua kaidah-kaidah hukum, yang dengan salah satu cara
memainkan peranan dalam kenyataan kemasyarakatan
itu.[footnoteRef:11] [11: H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto,
Teori Hukum, Ibid, hlm 61.]
2. Dogmatik HukumMenurut Bruggink Dogmatika hukum adalah ilmu
hukum ( dalam arti sempit ) yang merupakan bagian utama dalam
pengajaran pada fakultas fakultas hukum. Objek dogmatika hukum
terutama adalah hukum positif, yaitu sistem konseptual aturan hukum
dan putusan hukum, yang bagian intinya ditetapkan ( dipositifkan )
oleh para pengemban kewenangan hukum dalam suatu masyarakat
tertentu. Perumusan aturan hukum disebut pembentukan hukum,
sedangkan pengambilan putusan hukum disebut penemuan hukum. Seorang
dogmatikus hukum akan sering menempatkan diri seolah-olah ia tengah
melakukan kegiatan pembentukan hukum atau penemuan
hukum.[footnoteRef:12] [12: H.R. Otje Salman & Anthon F.
Susanto, Teori Hukum, Ibid, hlm 62]
3. Teori Hukum dalam Arti Sempit.Tentang kajian ini nampaknya
belum begitu jelas, karena kajian ( studinya ) berada pada wilayah
Dogmatika hukum dan Filsafat hukum. Filsafat hukum memang berada
pada meta-teori untuk teori hukum dan, mengingat teori hukum adalah
meta-teori untuk dogmatika hukum, meta-meta teori untuk dogmatika
hukum, yang dapat dilihat dari bagan sebagai berikut :
Filsafat Hukum
Meta teori meta-meta teori
Teori Hukum
Dogmatika Hukum Hukum Meta teori teori teori teori
Hukum Positif
Orang harus tidak mengartikan bahwa teori yang satu diderivasi
dari teori yang lain atau bahwa teori yang lebih tinggi, lebih
berharga lebih ketimbang yang lebih rendah, memang hasil-hasil
teori yang lebih tinggi lebih meresap atau merembes ke teori yang
lebih rendah, karena yang pertama diandaikan oleh yang kedua. Itu
berkaitan dengan perbedaan objek dan tujuan mereka. Sesungguhnya
orang dapat mengatakan bahwa teoriteori yang lebih rendah
menjalankan pengaruh terhadap yang lebih tinggi.[footnoteRef:13]
[13: H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Ibid,
hlm 63]
4. Filsafat HukumFilsafat hukum adalah induk dari semua disiplin
ilmu yuridik, karena filsafat hukum membahas masalah-masalah paling
fundamental yang timbul dalam hukum, juga saking fundamentalnya
sehingga bagi manusia tidak terpecahkan, karena masalahnya
melampaui kemampuan berfikir manusia. Filsafat hukum akan melupakan
kegiatan-kegiatan yang tidak pernah berakhir, karena mencoba
memberikan jawaban pada pertanyaan-pertanyaan abadi. Pertanyaan itu
adalah pertanyaan yang terhadapnya hanya dapat diberikan jawaban
yang menimbulkan banyak pertanyaan baru.[footnoteRef:14] [14: H.R.
Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Ibid, hlm 64]
BAB IIIKESIMPULAN
Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :1.
Teori hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut :a) Dari aspek sudut
pandang, teori hukum mengkaji hukum yang berlaku berdasarkan sudut
pandang para ahli dan pakar hukum;b) Dari aspek tujuan, teori hukum
mengkaji hukum dengan tujuan mendapat pengetahuan yang lebih
mendasar mengenai hukum yang berlaku untuk kepentingan hukum
positif yang berlaku; 2. Model hukum yang disebut oleh Black dibagi
menjadi 2 yaitu :a) Jurisprudentie Model, Jurisprudentie model,
yaitu kajian hukum yang lebih memfokuskan kepada produk kebijakan
(aturan/rules). Rules sebagai produk ini menyebut, baik dalam
bentuknya sebagai sistem aturan yang terkodifikasi atau tidak.b)
Sosiological Model, Dalam sosiological model, fokus kajian hukum
lebih kepada struktur sosial. Kajian ini tentu saja lebih kompleks
dari sekedar hukum sebagai produk, karena struktur sosial selalu
memperlihatkan perubahan yang dramatis dan sulit diduga. Dengan
menitikberatkan pada kajian yang lebih luas tadi maka prosesnyapun
yang lebih diperhatikan adalah perilaku, inilah mengapa kajian
dalam model ini sangat luas dan dramatis3. Teori hukum menurut
Bruggink adalah keseluruhan seluruh pernyataan yang saling
berkenaan dengan sistem konseptual aturanaturan hukun dan
putusan-putusan hukum-putusan hukum , dan sistem tersebut untuk
sbagian yang penting dipositifkan. Menurut Bruggink defenisi diatas
memiliki makna ganda, yaitu dapat berarti produk yaitu keseluruhan
pernyataan yang saling berkaitan itu adalah hasil kegiatan teorik
dibidang hukum itu sendiri. Disamping itu, teori menurut Bruggink
mengandung makna yang lain, yaitu dalam arti luas hal ini menunjuk
pada pemahaman tentang sifat berbagai bagian ( cabang sub disiplin
) teori hukum, yaitu sosiologi hukum, berbicara tentang keberlakuan
faktual atau keberlakuan empirik dari hukum. Teori hukum dalam arti
sempit yaitu berbicara tentang keberlakuan formal atau keberlakuan
normatif dari hukum. Filsafat hukum berbicara tentang keberlakuan
evaluatif dari hukum, terakhir adalah Dogmatika hukum atau Ilmu
hukum dalam arti sempit
DAFTAR PUSTAKA1. Antonius Cahyadi & Fernando E. Manullang,
Pengantar ke Filsafat dan Teori Hukum, Kencana, Jakarta, 2007 2.
H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, PT Refika
Aditama, Bandung, 2013.3. Sumaryono, Relevansi Teori Hukum,
Rajawali pers, Jakarta, 20064.
http://statushukum.com/teori-hukum.html5.
http://roryyonaldi.blogspot.com/2009/10/teori-hukum.html6.
http://rijal-akay.blogspot.com/2011/07/hukum-teori-dan-teori-hukum.html
17