Top Banner

of 31

Teori Gaya Berat

Oct 07, 2015

Download

Documents

Teori Gaya Berat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Dasar Teori Gayaberat

    Gaya berat adalah salah satu metode dalam geofisika. Metode gayaberat

    dipilih dalam penelitian ini karena aplikasi utama metode ini adalah study

    geologi regional bawah permukssn (area lebih dari 100 km2), sehingga

    diharapkan dapat menggambarkan struktur geologi bawah permukaan yang lebih

    baik dibandingkan metode geofisika lainnya. Prinsip metode ini berdasarkan

    pada anomali gayaberat yang muncul karena adanya variasi rapatmassa batuan

    yang menggambarkan adanya struktur geologi di bawah permukaan bumi.

    Adanya variasi rapatmassa batuan di suatu tempat dengan tempat lain, akan

    menimbulkan medan gaya gravitasi yang tidak merata, perbedaan inilah yang

    terukur di permukaan bumi. Perbedaan medan gayaberat yang relatif kecil maka

    diperlukan alat ukur yang mempunyai ketelitian yang cukup tinggi. Alat ukur

    yang sering digunakan adalah Gravimeter. Alat pengukur gayaberat di darat

    telah mencapai ketelitian sebesar 0.01 mGal dan di laut sebesar 1 mGal.

    Di setiap tempat di permukaan bumi nilai percepatan gravitasi bumi di

    permukaan bumi dipengaruhi oleh lima faktor seperti lintang, ketinggian,

    topografi di sekitar titik pengukuran, interaksi bumi dengan matahari dan bulan

    (pasang-surut), serta perbedaan (variasi) rapatmassa batuan di bawah permukaan

    bumi. Perbedaan (variasi) rapatmassa batuan di bawah permukaan bumi

    merupakan satu-satunya faktor yang signifikan dalam eksplorasi gayaberat dan

  • 11

    pada umumnya memiliki nilai yang sangat kecil dibandingkan kombinasi

    keempat faktor lainnya. Dasar teori yang digunakan dalam metoda gayaberat ini

    adalah Hukum Newton tentang gravitasi bumi.

    1. Hukum gravitasi Newton

    Pada dasarnya aplikasi metode gaya berat adalah Hukum Gravitasi Newton,

    yaitu bahwa gaya tarik menarik antara 2 partikel yang memiliki massa M dan m

    pada jarak r dapat ditunjukkan dengan gambar di bawah ini:

    Gambar 2.1 Gaya tarik menarik antara dua benda.

    (http://www.id.wikipedia.org)

    Secara matematis gaya tarik menarik tersebut dapat dituliskan dalam persamaan:

    (2.1)

    Dimana :

    F = Gaya tarik menarik antar M dan m (N)

    G = Konstanta universal gravitasi

    G = ( atau dalam cgs sebesar 6,67 x dyne

    cm/g M,m = Massa partikel (kg)

    r = Jarak antar partikel

    = Vektor unit gaya yang bekerja pada benda.

  • 12

    Dari persamaan (2.1) dapat disimpulkan bahwa gaya tarik bumi dengan massa

    M dan berjarak r terhadap sebuah benda yang bermassa m di permukaan bumi

    adalah:

    (2.2)

    Jika sebuah benda dengan massa m memiliki gaya berat , yang tidak

    lain merupakan gaya tarik massa benda terhadap bumi maka penentuan harga

    percepatan gaya berat dapat dinyatakan dengan

    (2.3)

    Dimana:

    g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

    M = massa bumi (kg)

    m = massa benda (kg)

    F = gaya gravitasi (Newton)

    G = konstanta universal gravitasi )kgdt

    m10x67.6(

    2

    311

    Pada persamaan (2.3) di atas variable yang menentukan nilai g adalah r. Besar r

    pada kenyataannya tidak tetap. Hal ini dikarenakan bentuk bumi yang tidak

    berbentuk bulat sempurna. Nilai percepatan gravitasi di permukaan bumi sekitar

    980 cm/s2. Gravimeter memiliki sensitivitas sekitar Gal atau 0.01 mGal.

    Namun akurasi pembacaan umumnya hanya 0,03 sampai 0.06 mGal.

    Mikrogravimeter disediakan dengan ukuran akurasinya sekitar 5 Gal.

  • 13

    2. Potensial gravitasi

    a. Newtonian atau potensial 3D

    Medan gaya tarik bumi (gravitasi) bersifat konservatif artinya usaha yang

    dilakukan sebuah massa dalam suatu medan gravitasi tidak bergantung pada

    lintasan yang ditempuhnya, namun hanya bergantung pada titik akhirnya saja.

    Jika suatu benda yang pada akhirnya kembali pada posisi awalnya, energi yang

    dikeluarkannya adalah nol. Bentuk gaya gravitasi adalah vektor yang mengarah

    sepanjang garis yang menghubungkan dua pusat massa. Medan konservatif

    kemungkinan berasal dari sebuah fungsi potensial skalar U(x,y,z) disebut

    dengan Newtonian atau potensial 3D.

    m2 (2.4)

    = g (x, y, z) (2.5)

    Dalam koordinat spherical menjadi :

    U (r,,) = -F (r,,)/m2 (2.6)

    U (r,,) = -g (r, , ) (2.7)

    Alternatif lainnya kita dapat memecahkan potensial gravitasi dalam bentuk :

    U (r, , ) = .dr (2.8)

    Mengingat sebuah massa 3D yang bentuknya berubah-ubah seperti gambar (2.2)

    dibawah ini :

  • 14

    Gambar 2.2 Potensial massa 3D

    (Telford et al.,1990)

    Potensial dan percepatan gravitasi pada sebuah titik yang paling luar dapat

    diperoleh dengan membagi massa kedalam elemen kecil (dm) dan

    menjumlahkannya untuk mendapatkan pengaruh totalnya. Potensial untuk

    elemen massa dm di titik (x, y, z) dengan jarak r dari P (0, 0, 0) adalah

    dU = G dm/r = G dx dy dz/r (2.9)

    dimana (x, y, z) adalah rapat massa, dan r = x + y + z. Maka massa m

    potensial totalnya adalah

    (2.10)

    Karena g adalah percepatan gravitasi dalam arah z, dan menganggap konstan,

    g = - U/ (2.11)

    g = (2.12)

  • 15

    b. Logaritmik atau Potensial 2D.

    Apabila suatu massa sangat panjang dalam arah y dan memiliki cross

    section seragam, bentuknya berubah-ubah pada bidang xz. Gaya tarik gravitasi

    diperoleh dari sebuah potensial logaritmik. Persamaanya adalah :

    (2.13)

    Dimana r = x + z. Pengaruh gravitasi untuk bentuk 2-D adalah

    g = - U/ (2.14)

    g = (2.15)

    Dimana

    (2.16)

    g= 2G (2.17)

    g = (2.18)

    g = 2G (2.19)

    B. Satuan Percepatan Gravitasi

    Satuan percepatan gravitasi dalam sistem MKS adalah m/s2 dan dalam

    sistem CGS adalah cm/s2. Pengukuran percepatan gravitasi pertama dilakukan

    oleh Galileo dalam eksperimennya di Pisa Italia, sehingga untuk menghormati

    Galileo satuan percepatan gravitasi didefinisikan sebagai berikut :

    1 mGal = Gal = cm/s.

    Satuan anomali gaya gravitasi dalam kegiatan eksplorasi diberikan dalam orde

    mGal dikarenakan perubahan antar titik yang sangat kecil.

  • 16

    C. Gravimeter

    Gambar 2.3 Gravimeter Lacoste & Romberg (M. Dobrin and C. Savit)

    Gravimeter adalah suatu alat yang digunakan dalam pengukuran gayaberat.

    Alat ukur ini memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi, karena dapat

    mengukur perbedaan percepatan gayaberat yang lebih kecil dari 0,01 mgal.

    Prinsip kerja gravimeter ini pada dasarnya merupakan suatu neraca pegas yang

    mempunyai massa yang terkena gaya berat akan menyebabkan panjang pegas

    berubah (lihat gambar 2.4).

    Gambar 2.4 Prinsip gravimeter stabil (http://www.scribed.com)

    Berdasarkan hukum Hook yang menyatakan bahwa perubahan panjang

    pegas adalah sebanding dengan perubahan panjang gaya, maka :

  • 17

    F = m x g = k x s (2.20)

    Dan

    s= (m/k) x g (2.21)

    Dengan : m = massa beban (kg)

    K = konstanta elstis pegas (N/m)

    s = perubahan panjang pegas (m)

    g = perubahan gaya berat (m/s)

    Gravimeter tipe LaCoste & Romberg termasuk ke dalam tipe zero length

    spring Gravimeter tersebut. Mempunyai skala pembacaan dari 0-7000 mGal,

    dengan ketelitian 0.01 mGal. Gravimeter ini dalam penggunaanya memerlukan

    suhu yang tetap. Pengukuran perbedaan percepatan gravitasi bisa dilakukan

    dengan mengukur dua tempat yang berbeda dengan alat yang sama.

    Prinsip gravimeter ini terdiri dari suatu beban pada ujung batang, yang

    ditahan oleh zero length spring yang berfungsi sebagai pegas utama. Besarnya

    perubahan gaya tarik bumi akan menyebabkan kedudukan beban dan

    pengamatan. Hal tersebut dilakukan dengan peraturan kembali beban pada

    kedudukan semula. Perubahan kedudukan yang dialami ujung batang

    disebabkan karena adanya goncangan-goncangan, selain karena adanya variasi

    gayatarik bumi. Ujung batang yang lain dipasang shock eliminating spring untuk

    menghilangkan efek goncangan.

  • 18

    D. Eksplorasi Geofisika Metode Gayaberat

    Metode gayaberat adalah salah satu metoda dalam geofisika. Prinsip

    metode ini berdasarkan kepada anomali gayaberat yang muncul karena adanya

    variasi rapat massa batuan yang menggambarkan adanya struktur geologi di

    bawah permukaan bumi. Adanya variasi rapat massa batuan di suatu tempat

    dengan tempat lain, akan menimbulkan medan gaya gravitasi yang tidak merata,

    perbedaan inilah yang terukur di permukaan bumi.

    Metode ini dipilih karena kemampuannya dalam membedakan rapat massa

    suatu material terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga gambaran struktur

    bawah permukaan dapat diketahui. Metode gayaberat ini juga merupakan

    metode utama yang digunakan dalam study geologi regional bawah permukaan

    bumi (area lebih dari 100 km2), sehingga diharapkan gambaran struktur geologi

    bawah permukaan yang diperoleh lebih baik dibandingkan metode geofisika

    lainnya.

    E. Rapat Massa Batuan pada Pengukuran Gayaberat

    Hal yang terpenting dalam pengukuran gaya berat adalah rapatmassa

    batuan. Rapatmassa adalah perbandingan massa suatu zat dengan volumenya,

    yang dinyatakan dengan (rho). Di bawah ini adalah persamaan yang

    menunjukan hubungan percepatan gravitasi dengan rapat massa (densitas) :

    F = G (2.22)

    Dimana

    m = V X (2.23)

  • 19

    Dengan m = massa benda, V = volume benda, = rapatmassa benda

    g = G (2.24)

    g (2.25)

    Persamaan diatas menunjukan bahwa nilai medan gayaberat berbanding lurus

    dengan rapatmassa. Oleh karenanya sangat penting mengetahui nilai rapat massa

    pada batuan di sekitar titik pengamatan.

    F. Anomali Gayaberat

    Pada dasarnya nilai anomali gayaberat adalah selisih antara nilai percepatan

    gravitasi bumi pada kondisi bumi yang sebenarnya dengan nilai percepatan

    gravitasi bumi pada kondisi teoritik bumi. Pada kondisi bumi yang sebenarnya

    terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi nilai percepatan gravitasi bumi

    seperti efek rotasi bumi, variasi topografi bumi, dan variasi densitas

    (rapatmassa) secara lateral maupun vertikal. Sedangkan percepatan gravitasi

    bumi secara teoritik mengasumsikan bahwa bumi berbentuk sferoid dan massa

    bumi homogen. Nilai percepatan gravitasi bumi di permukaan bumi dipengaruhi

    oleh lima faktor yaitu:

    1. Lintang

    2. Ketinggian

    3. Topografi di sekitar titik pengukuran

    4. Interaksi bumi dengan matahari dan bulan (pasang-surut), dan

    5. Variasi rapat massa batuan di bawah permukaan bumi

  • 20

    Faktor variasi rapatmassa batuan di bawah pemukaan bumi adalah satu-

    satunya faktor yang signifikan dalam eksplorasi gayaberat dan pada umumnya

    memiliki nilai yang sangat kecil dibandingkan keempat faktor lainnya. Nilai

    anomali yang dibutuhkan dalam eksplorasi gayaberat adalah anomali akibat

    variasi rapatmassa di bawah permukaan sehingga diperoleh gambaran struktur

    bawah permukaan seperti halnya patahan. Dilakukan koreksi-koreksi gayaberat

    untuk mereduksi anomali akibat faktor-faktor yang lain.

    G. Koreksi-Koreksi Gayaberat

    1. Koreksi pasang surut (Tidal correction)

    Koreksi pasang surut bumi dimaksudkan untuk menghilangkan perbedaan

    pembacaan yang disebabkan oleh pengaruh jarak dari matahari dan bulan pada

    setiap saat. Pengaruh jarak matahari dan bulan ini akan berpengaruh terhadap

    pembacaan pada alat gravimeter. Bagian bumi padat juga mengalami pasang

    surut yang menyebabkan turunnya permukaan bumi secara periodik yang juga

    menyebabkan perubahan harga gravitasi pengukuran. Perubahan harga gravitasi

    pengukuran ini diakibatkan karena adanya perubahan jarak pengukuran ke pusat

    bumi.

  • 21

    Gambar 2.5 Jarak matahari dan bulan setiap saat (Longman, I.M, 1959)

    Koreksi pasang surut bumi dimaksudkan untuk menghilangkan efek perubahan

    nilai gaya berat akibat gaya tarik bulan dan matahari. Alat gravimeter sangat

    sensitif terhadap perubahan harga gravitasi yang disebabkan oleh pasang surut

    bumi yang besarnya tergantung pada posisi lintang dan waktu, perubahan itu

    besarnya 0.3 mgal. Koreksi pasang surut berdasarkan Longman, I.M, 1959,

    yakni

    ( ) ( ) ( )

    ++= 1cos3

    3

    2cos3cos51sin

    3

    2

    2

    3 23

    342

    qD

    spp

    d

    Mrp

    d

    MGrTiC

    (2.26)

    Dengan TiC = koreksi pasang surut, p = sudut zenith bulan, q = sudut

    zenith matahari, M = massa bulan, S = Massa matahari, d = jarak antara pusat

    bumi-bulan, D = jarak antara pusat Bumi-matahari.

    Hasil ini kemudian ditambahkan dengan koreksi drift untuk memperoleh

    anomali gayaberat observasi.

    (2.27)

  • 22

    dengan adalah anomali gayaberat observasi yang telah dikoreksi drift dan

    pasang surut, T adalah koreksi pasang surut.

    Data koreksi pasang surut bumi merupakan data hasil perhitungan teoritik yang

    diperoleh dari data stasiun yang melakukan eksplorasi tersebut.

    Contoh : data koreksi pasang surut bumi ini dapat diperoleh dari

    BAKOSURTANAL, BMG, Puslitbang Geologi dan Teknik Geodesi ITB. Guna

    mempermudah perhitungan, peneliti biasanya menggunakan tabel Koreksi

    Pasang Surut Bumi.

    2. Koreksi apung (Drift correction)

    Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan kesalahan pembacaan pada alat

    akibat perpindahan dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan lain. Secara

    matematis besarnya koreksi drift dituliskan sebagai berikut

    : )('

    'tAtB

    tAAt

    gAAgDc

    =

    (2.28)

    Dengan :

    DC = koreksi drift dititik B

    gA = harga gaya gravitasi pada saat tA

    gA = harga gaya gravitasi pada saat tA

    tA = waktu pengamatan awal dititik A

    tA = waktu pengamatan akhir dititik A

    tB = waktu pengamatan di titik terakhir

  • 23

    Titik pengukuran

    Gambar 2.6 Teknik looping pengukuran gaya berat

    3. Koreksi lintang

    Perputaran bumi mengakibatkan perbedaan percepatan gravitasi bumi pada

    setiap lintang, oleh karena itu diperlukan koreksi untuk mengatasinya dalam hal

    ini adalah koreksi lintang. Untuk menghitung koreksi lintang digunakan rumus

    sebagai berikut:

    ) (2.29)

    Dengan G adalah nilai percepatan gravitasi teoritik pada posisi titik amat dan

    adalah koordinat lintang.

    4. Koreksi udara bebas (Free air correction)

    Gambar 2.7 Perubahan harga gravitasi terhadap ketinggian (Longman, I.M, 1959)

    h

    G

    Mean Sea Level

    g

    Base

    statio

    1 2 3 4 5 6

  • 24

    Pengukuran yang dilakukan diatas mean sea level (lihat gambar 2.7) akan

    menyebabkan bertambahnya jarak dari titik pengamat ke pusat bumi, perubahan

    tersebut menyebabkan harga g akan semakin kecil sehingga harus dilakukan

    koreksi terhadap pembacaan alat. Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan nilai

    pembacaan gravitasi absolut di titk observasi. Secara matematis Koreksi udara

    bebas dinyatakan dengan persamaan :

    (2.30)

    Dengan h adalah ketinggian dari permukaan laut.

    Setelah dilakukan koreksi tersebut maka akan didapatkan anomali udara bebas

    di topografi yang dapat dinyatakan dengan persamaan:

    (2.31)

    Dengan:

    g = anomali udara bebas di topografi (mgal)

    gobs = percepatan gravitasi observasi di topografi (mgal)

    = percepatan gravitasi teoritis pada posisi titik amat (mgal)

    5. Koreksi Bouger (Bouger correction)

    Koreksi bouger ini bertujuan untuk menghilangkan perbedaan ketinggian

    dengan tidak mengabaikan massa di bawahnya. Massa ini dianggap sebagai

    lempeng massa (slab) tak berhingga, tebal h dan densitas .

  • 25

    Gambar 2.8 Lempeng Bouger dengan tebal h (Telford et al.,1990)

    Koreksi Bouger diperoleh dengan persamaan dibawah ini:

    KB = 2Gh (2.32)

    KB = 0,04191 h (2.33)

    Dengan :

    G = konstanta gravitasi 6,67 x 10-11 m3 kg-1 s-2

    = densitas benda dari bidang acuan sampai bidang referensi (kg/m3)

    h = ketinggian titik pengukuran (m)

    Anomali gayaberat setelah diaplikasikan koreksi udara bebas dan koreksi

    bouguer disebut simple bouguer anomaly (SBA):

    (2.34)

    (2.35)

    Sehingga koreksi Bouger diberikan oleh persamaan :

    KB = 0,04191 h (2.36)

    Setelah koreksi bouger (KB) dan anomali udara bebas (AUB) diberikan, anomali

    gayaberat menjadi anomali Bouguer (ABS) yaitu :

    ABS = AUB KB (2.37)

  • 26

    6. Koreksi medan (Terrain Correction)

    Pengaruh topografi permukaan yang relatif kasar dengan perbedaan elevasi

    yang besar, seperti halnya gunung dan bukit di sekitar titik pengukuran yang

    dapat mengurangi besarnya medan gaya berat sebenarnya dapat dihilangkan

    dengan koreksi ini. Koreksi medan ini digunakan untuk menghilangkan

    pengaruh efek massa di sekitar titik pengamatan. Koreksi medan (topografi)

    adalah koreksi pengaruh topografi terhadap gayaberat pada titik amat, akibat

    perbedaan ketinggian antara titik observasi dengan base.

    Gambar 2.9 Sketsa koreksi medan terhadap data gayaberat (Zhou, 1990)

    Cara perhitungan koreksi topografi bisa dilakukan dengan menggunakan

    Hammer Chart yang dikembangkan oleh Sigmund Hammer. Caranya adalah

    dengan membagi-bagi daerah penelitian menjadi bagian-bagian yang dibatasi

    oleh lengkungan ( kompartmen ) yang diberi nama kompartmen A, B, C , D

    .............. dan seterusnya. Pembagian zona-zona Hammer Chart adalah sebagai

    berikut :

    a. Zona A terdiri dari 1 kompartmen

  • 27

    b. Zona B terdiri dari 4 kompartmen

    c. Zona C & D terdiri dari 6 kompartmen

    d. Zona E & F terdiri dari 8 kompartmen

    e. Zona G, H, dan I terdiri dari 12 kompartmen

    f. Zona K, L, dan M terdiri 16 kompartmen

    Gambar 2.10 Pembagian kompartemen diagram Hammer (Telford et al.,1990:13)

    Dengan menggunakan pendekatan cincin silinder, maka besarnya koreksi

    topografi diberikan oleh persamaan :

    TC = (2.38)

    Dengan :

    TC = koreksi terrain (medan)

    G = konstanta gravitasi

    = rapat massa

    r0 dan r1 = jari-jari dalam dan luar zona

    z = perbedaan ketinggian rata-rata kompartemen dan titik pengukuran

  • 28

    n = jumlah kompartemen pada zona tersebut

    Gambar 2.11 Cincin melingkar yang terbagi ke dalam delapan kompartemen untuk menghitung koreksi medan (http://www.scribed.com)

    Tabel 2.1 Jari jari Kompartemen (Telford et.,1990:14)

    Kopartemen Jari jari dalam ( )

    (feet)

    Jari- jari luar ( )

    (feet)

    B 6,56 54,6

    C 54,6 175

    D 175 558

    E 558 1280

    F 1280 2936

    H. Anomali Bouguer Lengkap (Complete Bouguer Anomaly)

    Anomali Bouguer lengkap (CBA) suatu titik amat didefinisikan sebagai

    penyimpangan harga percepatan gravitasi pengamatan (Gobs) terhadap harga

    percepatan gravitasi normal (G) di titik tersebut. Anomali bouguer di titik amat

    pada ketinggian h merupakan anomali kumulatif akibat semua penyebab

    anomali yang berada di bawah ketinggian titik amat. Untuk mendapatkan harga

    anomali bouger lengkap digunakan persamaan sebagai berikut :

    (2.39)

  • 29

    Dengan :

    CBA = anomali bouger lengkap

    Gobs = harga gravitasi pengamatan yang sudah dikoreksi pasang surut dan

    Drift

    g = harga gravitasi teoritis ditempat pengamatan

    FAC = koreksi udara bebas

    Bc = koreksi bouger

    Tc = koreksi terrain

    I. Moving Average

    Metode moving average merupakan salah satu cara untuk memisahkan

    anomali regional-residual dengan noise. Metode moving average dilakukan

    dengan cara merata-ratakan nilai anomali, proses perata-rataan dilakukan untuk

    tiap titik pengamatan dan bergerak dari satu titik ke titik lainnya. Hasil metode

    moving average adalah anomali regional, sedangkan anomali residualnya

    diperoleh dengan mengurangkan anomali Bouguer lengkap terhadap anomali

    regional.

    Secara matematis pada kasus satu dimensi anomali regional dari moving

    average adalah:

    (2.40)

    Dimana N adalah lebar window yang harus bilangan ganjil, n adalah (N-1)/2.

  • 30

    Penerapan moving average pada data dua dimensi dengan lebar windows

    5x5 dapat diilustrasikan pada gambar 2.12. Nilai gr pada suatu titik dapat

    dihitung dengan merata-ratakan semua nilai gbouguer di dalam sebuah kotak

    persegi dengan titik pusat adalah titik yang akan dihitung harga gR.

    Gambar 2.12 Ilustrasi moving average dua dimensi dengan lebar windows 5x5 (http://id/wikipedia.org)

    Persamaannya diberikan oleh:

    (2.41)

    J. Pemodelan 2D

    Pemodelan 2D ini dibutuhkan dalam interpretasi kuantitatif. Interpretasi

    pemodelan 2D bertujuan untuk menggambarkan distribusi rapatmassa bawah

    permukaan dan geometris benda dibawah permukaan berdasarkan kontras

    rapatmassa lateral. Pada penelitian ini digunakan pemodelan kedepan (forward

    modelling), menggunakan software Gmsys yang berdasarkan pada metode

    poligon Talwani 2D karena bentuk geometris polygon menggambarkan kontras

    rapatmassa semua bentuk benda, sedangkan bentuk geometris lainnya seperti

    sphere, horizontal cylinder, vertical cylinder, baried slab, infinite slab,

    horizontal rectanguler prism, vertical rectanguler prism dan step hanya

  • 31

    digunakan untuk model pendekatan benda sederhana yang menyerupai bentuk

    geometris tersebut.

    K. Poligon Talwani 2D

    Menurut Talwani et al pemodelan metode kedepan untuk efek gravitasi

    benda bawah permukaan dengan penampang berbentuk sembarang dapat

    diwakili oleh suatu poligon bersisi n yang dinyatakan sebagai inetgral garis

    sepanjang sisi-sisi poligon.

    gz= 2 G

    (2.42)

    integral garis tersebut dapat pula dinyatakan sebagai jumlah garis tiap sisinya,

    sehingga persamaan (2.36) dapat ditulis sebagai berikut:

    gz= 2 G g1 (2.43)

    Model benda anomali sembarang oleh Talwani didekati dengan poligon-poligon

    dengan sistem koordinat kartesian yang digambarkan seperti di bawah ini:

    Untuk benda poligon sederhana seperti pada gambar (2.13) dapat ditunjukkan

    dengan persamaan sebagai berikut:

    g1= d (2.44)

    Gambar 2.13 Efek benda bentuk poligon anomali gravitai menurut Talwani et al.(16)

  • 32

    Sehingga diperoleh:

    g1= a1sin1cos1 {( 1+2) ln( )} (2.45)

    Dimana :

    a1 = x2 z2 cot 1 = x2 z2 ( ) (2.46)

    Dengan :

    1= tan-1 ( ) (2.47)

    1 = tan-1 ( ) (2.48)

    Persamaan (2.48) dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana, dengan

    mensubstitusikan harga-harga sin , cos , tan dengan koordinat titik sudut

    poligon pada sumbu x dan z, sebagai berikut :

    Z1 = { 1 - 2 + )} (2.49)

    Persamaan (2.49) di atas dijadikan sebagai dasar perhitungan model bawah

    permukaan yang berbentuk perangkat lunak (software). Dalam pemodelan

    dilakukan dengan menggunakan software Gmsys Oasis-Montaj.

    L. Interpretasi

    1. Interpretasi kualitatif

    Interpretasi kualitatif ini dilakukan dengan mengamati data gayaberat yang

    berupa anomali Bouger. Anomali Bouger akan memberikan hasil secara global,

  • 33

    yang masih memiliki anomali regional dan anomali residual. Hasil dari

    interpretasi ini dapat menafsirkan pengaruh anomali berdasarkan bentuk benda.

    Misalnya, pada peta anomali Bouger diperoleh bentuk kontur tertutup, maka

    dapat ditafsirkan sebagai struktur batuan berupa lipatan (sinklin atau antiklin)

    atau patahan. Untuk dapat mengamati lebih jelas struktur geologi bawah

    permukaan daerah penelitian dapat dibantu dengan peta kontur anomali residual,

    karena mencerminkan anomali lokal daerah penelitian. Identifikasi adannya

    formasi patahan/sesar di bawah permukaan daerah penelitian berdasarkan

    interpretasi kualitatif yakni dari peta kontur anomali Bouger lengkap dan

    residual ditunjukkan dengan adanya struktur kelurusan pola dan arah anomali,

    dapat juga ditunjukkan dengan anomali rendah pada kedua peta kontur tersebut.

    2. Interpretasi kuantitatif

    Interpretasi kuantitatif dilakukan untuk memahami lebih dalam hasil dari

    interpretasi kualitatif, caranya dengan membuat model 2D berupa penampang

    bawah permukaan yang garis lintasannya diambil dari peta kontur anomali

    Bouger lengkap. Selanjutnya kita akan mendapatkan bentukan penampang

    model 2D struktur geologi bawah permukaan pada daerah penelitian dan jenis

    lapisan batuan penyusun di daerah penelitian, yang dibantu dengan data geologi

    dari peta geologi daerah penelitian. . Langkah awal pemodelan adalah dengan

    mencoba berbagai kemungkinan model geologi bawah permukaan, penggunaan

    rapatmassa penyusun daerah penelitian pada setiap lapisan dari model geologi

    yang dihasilkan ditentukan berdasarkan perkiraan model geologi (hasil

  • 34

    interpretasi), ditunjang dengan rapatmassa Telford dan rapatmassa dari literatur

    lain serta jenis lapisan batuan penyusun bawah permukaan ditentukan dari

    lapisan batuan penyusun bawah permukaan pada strukur lapisan dan stratigrafi

    daerah penelitian dari peta geologi. Hasil bentukan model 2D struktur bawah

    permukaan harus menyerupai bentukan struktur geologi daerah penelitian.

    M. Patahan/sesar

    Gambar 2.14 Sesar bumi (Earth fault)

    (http://id/wikipedia.org/wiki/sesar)

    Patahan terjadi karena adanya tekanan atau gerakan tektonik secara

    horizontal maupun vertikal pada kulit bumi yang rapuh. Patahan sering disebut

    juga sesar. Sesar normal terjadi jika batuan yang berada dibawah permukaan

    bumi merosot ke bawah akibat batuan di kedua sisinya bergerak saling menjauh.

    Sesar terbalik (reveres fault) terjadi jika batuan yang menumpu terangkat ke atas

    akibat batuan penumpu di ke dua sisinya bergerak saling mendorong. Sedangkan

    sesar geseran jurus (strike-slip fault) terjadi jika ke dua batuan pada sesar

    bergerak saling menggeser satu sama lain. Sesar normal dan sesar terbalik

  • 35

    keduanya menghasilkan perpindahan secara vertikal (vertical displacement),

    sedangkan sesar geseran jurus (strik - slip) mengalami perpindahan secara

    horizontal. Pada dasarnya fluida - fluida yang secara progresif terkonsentrasi di

    bawah permukaan dapat menyembur ke permukaan jika cukup tekanan atau jika

    cukup perbedaan tekanan dan temperatur. Kondisi itu selanjutnya dapat

    terpenuhi apabila terdapat jalur terbuka, seperti patahan.

    1. Patahan/Sesar Watukosek

    Patahan Watukosek merupakan sesar turun geser mengiri. Reaktifasi sesar

    ini kemungkinan akibat dari aktifitas tektonik seperti gempabumi, menyebabkan

    pergerakan segmen struktur geologi pada wilayah semburan lumpur Porong dan

    sekitarnya, sehingga ada blok batuan yang mengalami perubahan posisi baik

    secara vertikal maupun horizontal. Pergerakkan itu menyebabkan blok batuan

    mengalami retak menembus sampai ke permukaan, sehingga material lumpur,

    fluida dan gas yang terdapat didaerah sekitar dapat menyembur keluar ke atas

    permukaan. Patahan Watukosek berarah baratdaya-timurlaut dari eksplorasi

    BJP-1 Porong. Berdasarkan hipotesa yang berkembang saat ini karena letaknya

    tersebut, menjadikan patahan ini sebagai salah satu sarana keluarnya semburan

    lumur Porong ke atas permukaan.

    N. Lumpur Porong

    1. Definisi lumpur

  • 36

    Lumpur adalah material-material yang berasal dari perut bumi yang

    mengandung mineral, gas, dan kandungan tanah yang keluar ke permukaan

    sehingga menjadi limbah yang tidak terpakai (Aristianto). Lumpur Porong

    bersifat plastis bahkan bergerak (mobile, karena sifatnya itu maka lumpur dapat

    keluar melalui bidang patahan. Semburan lumpur panas Porong merupakan

    proses geologi, material yang keluar dari perut bumi akibat patahan yang

    menjadi sarana keluarnya. Menurut Dr. Syamsul dari tim penelitian semburan

    lumpur Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) mengatakan fluida yang

    terkonsentrasi di bawah permukaan bumi memang dapat menyembur ke

    permukaan jika ada cukup perbedaan tekanan dan temperatur. Kondisi ini dapat

    terpenuhi jika ada jalur terbuka, seperti patahan. Semburan lumpur panas Porong

    dikategorikan dalam tiga jenis yaitu

    a. Lumpur panas (yang belum terpisah)

    b. Air lumpur

    c. Padatan lumpur

    O. Daerah Berpotensi Munculnya Semburan Lumpur

    Terkait dengan pola stratigrafi syarat sebagai daerah yang berpotensi

    munculnya semburan lumpur, daerah tersebut memiliki :

    1. Cekungan

    Berdasarkan penamaan satuan stratigrafi menurut Pringgoprawiro,

    (1982) Cekungan Jawa Timur bagian Utara dikenal dengan sebagai daerah yang

    mengalami penurunan pada zaman Oligo Miosen (Asikin, 1986), pada daerah

  • 37

    ini terdapat dua cekungan yang berbeda yaitu Cekungan Kendeng dan Cekungan

    Rembang (Pringgoprawiro, 1982). Cekungan kendeng merupakan Zona Central

    Depression di Jawa akibat dari tumbukan lempeng Eurasia dengan lempeng

    India-Australia, sehingga banyak terdapat patahan-patahan yang masih aktif.

    Dalam tatanan geologi Jawa Timur, lumpur Porong terdapat di "Cekungan

    pengendapan Porong" (Porong Sub-Basin) yang terletak diantara sesar-sesar (patahan)

    yang sebagian masih aktif, merupakan bagian dari Cekungan Sentral (Central Deep)

    yang mempunyai tatanan geologi dan struktur yang kompleks. Menurut van Bemmelen

    (1949) data geologi menunjukkan bahwa baik stratigrafi maupun tektonika Zona

    Kendeng bagian timur yang berada diutara sub-cekungan Porong, masih berada dalam

    keadaan berevolusi (proses tektonik masih berlangsung) dibandingkan dengan di bagian

    tengah dan barat. Menurut Duyfjes (1938), juga memperlihatkan bahwa antiklin

    Gujangan dekat Surabaya dan Pulungan di sebelah selatannya, dipotong oleh sesar

    transversi, dengan bagian timurnya yang turun. Sesar tersebut merupakan tanda

    peralihan antara bagian ujung dari zona Kendeng (yang telah terlipat lemah) yang

    menunjam di Delta Porong dengan Selat Madura yang masih menurun dan diisi oleh

    sedimen yang belum terlipat. Keadaan tersebut menunjang bahwa proses gerak-gerak

    tektonik di wilayah cekungan Porong masih berlangsung.

    2. Endapan Sedimen

    Endapan sedimen dengan formasi Ngimbang merupakan endapan

    sedimen paling tua sebagai pengisi cekungan Jawa Timur, mempunyai fasies

    yang terdiri dari perulangan batupasir, serpih, dan batu lanau dengan lumpur.

    Litologi paling dominan adalah lempung, lumpur-gas alam, umur dari formasi

  • 38

    ini adalah Oligosen Awal. Serta endapan sedimen dengan formasi Kujung,

    formasi bagian dari Mandala Rembang namun pada zaman Oligosen, sedimen

    formasi ini membagi kearah selatan kedalam cekungan yang lebih dalam dari

    Mandala Kendeng akibat pengaruh tektonik Half Grabben (BPPKA Pertamina

    1996).

    3. Deformasi

    Deformasi merupakan manifestasi dari zona konvergen pada konsep

    tektonik lempeng yang diakibatkan oleh gaya kompresi berarah relatif utara-

    selatan dengan tipe deformasi berupa deformasi ductile yang pada fase

    terakhirnya berubah menjadi deformasi brittle berupa pergeseran blok-blok

    dasar cekungan.. Deformasi pertama yang terjadi pada Zona Kendeng terjadi

    pada akhir Pliosen (Plio-Plistosen), Zona Kendeng. intensitas gaya kompresi

    semakin besar kearah bagian barat yang menyebabkan banyak dijumpai lipatan

    overturned dan sesar naik. Deformasi kedua terjadi selama kuarter yang

    berlangsung secara lambat dan mengakibatkan terbentuknya struktur kubah di

    Sangiran. Secara umum struktur-struktur yang ada pada Zona Kendeng berupa

    lipatan, sesar naik, sesar geser, dan struktur kubah.

    4. Gunungapi Purba

    Mengenai terdapatnya endapan lumpur material sedimen didaerah

    penelitian menurut Pringgoprawiro (1982) material sedimen didaerah penelitian

    berasal dari produk gunung api purba yang terbentuk akibat adanya busur

  • 39

    magmatik hasil tumbukan lempeng. Secara regional daerah pelitian termasuk

    kedalam cekungan belakang busur (back arc) yang kaya akan endapan sedimen.

    5. Mud Volcano (Gunung Lumpur)

    Mud Volcano merupakan sebuah terminologi didalam ilmu geologi yang

    bersifat genetik. Gunung lumpur merupakan perwujudan dari suatu formasi

    batuan berbutir pasir hingga lempung dan mempunyai densitas kecil yang

    mengalami perubahan akibat adanya tekanan aktivitas tektonik yang

    menyebabkan formasi tersebut tidak terkonsolidasi (unconsolidation formation)

    karena sifatnya yang lentur. Kenampakan dari mud volcano tidak harus selalu

    dalam bentuk dome atau kerucut namun dapat merupakan massa yang tidak

    kompeten (incompetent masses), sebagai lapisan yang tertekan maka lapisan

    tersebut akan bergerak mencari kesetimbangan dan mengalami pencairan

    (fluidize) sehingga mudah bergerak melalui zona lemah seperti patahan dan

    rekahan dan dapat naik muncul kepermukaan. Daerah penelitian termasuk

    kedalam Cekungan Kendeng yang secara geologi merupakan cekungan pada

    daerah back arc fold thrust belt, Pringgoprawiro (1982).

    Mud volcano banyak muncul di sepanjang zona depresi/cekungan

    Kendeng. Posisi geologi yang berdekatan deretan gunung berapi/busur magma

    inilah yang menyebabkan daerah semburan lumpur berpotensi terkoneksi

    dengan sistem geotermal komplek gunung api Penanggungan. Proses

    sedimentasi yang cepat dengan material kaya organik dan letaknya sangat dalam

    pada lingkungan yang sesuai, menyebabkan wilayah ini kaya akan kandungan

  • 40

    gas dan minyak. Sedangkan sedimen yang tidak terkompaksi sempurna, akibat

    proses tektonik yang terus berlangsung maupun akibat pembebanan lapisan yang

    ada di atasnya, banyak memunculkan bentukan mud diapir (gunung lumpur).

    Permeabilitas batuan yang rendah menjadi penghalang fluida formasi yang

    tersimpan dalam pori batuan mencapai keseimbangan hidrostatis sehingga

    terjadi 'over pressure', menghasilkan tekanan fluida yang akan ikut menyangga

    tekanan pembebanan. Bila kondisi bawah permukaan terganggu, lumpur beserta

    fluida dan gas berpotensi ke luar ke permukaan melalui rekahan maupun sesar

    dan membentuk gunung lumpur. Hal yang sangat umum menunjukkan bahwa

    adanya rembesan berupa lumpur dan gas, yang muncul ke permukaan, biasanya

    menandakan kehadiran mud-volcano di bawahnya melalui manifestasi

    permukaan tersebut (Tarigan, 2005).